• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN PADA MASYARAKAT NELAYAN (Studi di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN PADA MASYARAKAT NELAYAN (Studi di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN PADA MASYARAKAT NELAYAN

(Studi di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi) Oleh: Rezal Prasetio, Muh. Arsyad, dan Ratna Supiyah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala keluarga masyarakat nelayan miskin di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi sebanyak 16 orang yang dipilih secara sengaja (purposive sampling) dengan per- timbangan bahwa mereka dapat memberikan keterangan sehubungan dengan fokus penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kajian kepustakan dan penelitian lapangan, kajian kepustakaan meliputi kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian sedangkan penelitian lapangan meliputi teknik pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan mengacu pada teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yakni dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga tuntas. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada lima faktor faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi yakni Keadaan alam yang buruk, Bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran, Adanya kebiasaan kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan, Terbatasnya modal, dan Kurangnya pengetahuan dan Keterampilan yang dimiliki para nelayan.

Kata Kunci: Kemiskinan, Nelayan, Desa Timu PENDAHULUAN

Kemiskinan pedesaan (rural poverty) pada saat ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan karena kemiskinan itu sendiri adalah bagian utama dari masalah pembangunan. Aktivitas pembangunan yang dilaksanakan selama ini bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, baik secara moril maupun materil. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka program pembagunan dilaksanakan melalui berbagai sektor dan aspek pembagunan yang dianggap mampu mengangkat derajat kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik.

Sebagian besar dari jumlah penduduk Sulawesi Tenggara saat ini bermukim atau bertempat tinggal dan hidup di wilayah pedesaan. Dan sebagian dari mereka adalah nelayan miskin, dan bekerja dengan cara sendiri, secara konsisten dan turun temurun. Mereka memiliki sifat kesederhanaan, hal ini dilatar belakangi oleh pengetahuan dan pendidikan mereka sebagai nelayan dan telah terinternalisasi didalam diri mereka sehingga tidak dapat dipisahkan atau selalu meyertai setiap proses kehidupannya yang memungkinkan mereka untuk sulit menerima perubahan- perubahan sosial atau inovasi baru dalam upaya peningkatan taraf hidupnya sehingga tetap berada pada garis kemiskinan.

Timbulnya kemiskinan tersebut tentunya tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kultural dan Neo Societal; Vol. 4; No. 2; April 2019

ISSN: 2503-359X; Hal. 785-798

(2)

786

faktor struktural. Ini sejalan dengan konsep kebudayaan kemiskinan yang dipopulerkan oleh Oskar Lewis (Reni Muthalib, 2005) yang menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh dua faktor yaitu kemiskinan muncul karena sekelompok masyarakat tidak terintegrasi dengan masyarakat luas seperti apatis, cenderung menyerah pada nasib, tingkat pendidikan rendah, serta tidak mempunyai daya semagat dan kemampuan untuk memikirkan masa depan. Keadaan tersebut muncul karena lingkungan atau budaya masyarakat itu sendiri dan keadaan yang cenderung diturunkan dari generasi ke generasi. Faktor kedua adalah penyebab yang datang dari luar kemampuan seseorang, misalnya birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat mencegah seseorang memanfaatkan kesempatan yang ada.

Upaya untuk mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin, pemerintah telah menetapkan dan menerapkan berbagai kebijaksanaan pembagunan, tujuannya adalah peningkatan dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan yang secara langsung menyentuh masyarakat miskin. Asumsinya, apabila semua anggota masyarakat tersebut memperoleh pendapatan melebihi kebutuhan konsumsinya dasarnya, maka dapat memperluas dan memperbesar partisipasi mereka dalam pembagunan dan menjadi kekuatan baru dari diri masyarakat, yang bersifat dinamis dan berkesinambungan.

Salah satu kelompok masyarakat yang tergolong ke dalam karakteristik masyarakat miskin adalah masyarakat nelayan yang tinggal di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupten Wakatobi. Secara geografis letak Desa Timu berada dalam lingkungan yang sebagian besar adalah pesisir dengan tanah yang berbukit dan berbatu-batu dan hanya sedikit dataran rendah yang dapat ditumbuhi berbagai macam tumbuhan seperti singkong, mangga, kelapa dan berbagai jenis tumbuhan lainnya.

Dengan kondisi wilayah seperti itu maka masyarakat Desa Timu hanya memiliki pilihan untuk bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan untuk mata pencaharian lain seperti petani, mengojek, dan berdagang sebagai pendapatan sampingannya. Mata pencaharian nelayan yang ditekuni oleh masyarakat Desa Timu memiliki khas sendiri, dimana sampai saat ini sebagian besar nelayannya masih menggunakan alat tangkap yang sederhana namun dengan jiwa semangat yang tinggi tak membatasi aktivitasnya sebagai nelayan meskipun hanya alat-alat nelayan seperti bubu, jaring, tali pancing, dan panah.sehingga mereka hanya dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan disekitar pesisir pantai dengan waktu melaut dari petang hari sampai pada subuh pagi.

Dengan demikian masyarakat Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi memiliki sumber daya kelautan yang sangat berpotensi perikanan yang cukup melimpah dan secara tidak langsung mampuh memberikan jaminan bagi kesejahteraan hidup nelayan. Namun realitas yang terjadi adalah ketidakberdayaan dan kemelaratan, serta kemiskinan yang justru menjadi masalah berlarut-larut bagi masyarakat desa itu sendiri. Berdasarkan kesenjangan antara harapan dan keyataan tersebut di atas peneliti tertarik untukmengkajinya secara

(3)

787

Ilmiah dengan judul faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatoi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi, dengan pertimbagan utama bahwa Desa Timu ini merupakan daerah yang mempunyai sumber daya kelautan yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Namun masyarakatnya yang akan kaya sumber daya alam yang dimiliki realitasnya masih banyak diantara masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan dan keterbelakangan. Informan penelitian adalah kepala keluarga nelayan miskindi Desa Timu Kecamatn Tomia Timur Kabupaten Wakatobi sebanyak 66 orang yang dipilih dengan alasan bahwa mereka diidentifikasi secara jelas masih berada di bawah garis kemiskinan yang ditandai dengan ketidak- mampuannya memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer, yakni data yang diperoleh peneliti lansung dari sumber pertama dilokasi penelitian tanpa melalui perantara yaitu mengenai faktor penyebab kemiskinan masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi, dimana jenis data ini langsung diperoleh dari responden dilokasi penelitian.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti tidak secaralansung dari lapangan, hal ini dapat berupa data gambaran umum lokasi penelitian dan landasan teoritis penelitian yang diperoleh melalui penelusuran sumber-sumber pustaka baik berupa buku maupun laporan hasil penelitian yang relavan.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk narasi untuk menjelaskan tentang informasi yang dapat memberikan peneyelesaian terhadap permaslahan penelitian yang dipaparkan berdasarkan konteks alamiah dilokasi penelitian (natural setting).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan penelusuran pustaka dengan mengkaji sumber-sumber pustaka atau dokumentasi tertulis seperti kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi: buku-buku yang di tulis oleh para ahli yang memberikan pendapat, pengalaman, tori-teori atau ide-ide yang relavan dengan permasalahan penelitian, sedangkan kepustakaan penelitian meliputi: laporan-laporan penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan penelitian dan teknik pengumpulan data yang utama dilakukan melalui field research (Penelitian Lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan lansung terhadap objek penelitian dilapangan. Penelitian ini meliputi teknik berikut ini:

1. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian untuk mengetahui faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi.

(4)

788

2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan baik secara terstruktural atau pun tidak terstruktural guna memperoleh informasi secara mendalam terutama dalam rangka mengetahui faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam tipe penelitian ini adalah deskripsi kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga tuntas. Dimulai dari pengumpulan data (Data Collection) yang relevan dengan tema penelitian, setelah itu dilakukan pemilihan dan penyederhanaan data untuk memfokuskan pada masalah penelitian (Data Reduction), kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif (Data Display), dan selanjutnya di lakukan penarikan kesimpulan (Conclution drawing and verifying) dari data yang telah disajikan.

PEMBAHASAN

Faktor Penyebab Kemiskinan pada Masyarakat Nelayan Desa Timu

Pembangunan di bidang perekonomian merupaka salah satu tujuan pembangunan nasional, namun hal itu selalu diperhadapkan dengan berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Termasuk di dalamnya adalah kesenjangan pendapatan dan belum adanya pemerataan pembangunan yang menyentuh selurug kalangan masyarakat bahkan terkesan sebagian besar hasil pembangunan di negeri ini hanya untuk masyarakat kalangan elit.

Kenyataan tersebut di atas menyebabkan masalah klasik yakni kerusakan dan kesenjangan di kalangan masyarakat yang semakin sulit menemui solusi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya golongan miskin yang tersebar di berbagai daerah di tanah air, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Khusus di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), salah satu wilayah yang dihuni oleh masyarakat miskin adalah Desa Timu yang merupakan wilayah pesisir pantai dan hampir 100% penduduknya bekerja sebagai nelayan.

Potensi alam berupa kekayaan laut yang dimiliki Desa Timu seharusnya menjadi peluang bagi masyarakat dalam perbaikan tingkat kesejahteraan, namun kenyataannya tidak demikian. Di Desa Timu masih banyak ditemukan nelayan yang hidup miskin dan terbelakang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa yang menjadi faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan khususnya di Desa Timu adalah keadaan alam dan cuaca yang buruk, kurangnya pemberdayaan dari pemerinah, adanya kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sulit ditinggalkan serta kurangnya modal usaha, temasuk juga kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat nelayan di Desa Timu.

1. Keadaan Alam yang Buruk

Nelayan merupakan pekerjaan yang sangat erat hubungannya dengan alam yaitu laut. Untuk memperoleh tangkapan ikan yang banyak sangat tergantung keadaan laut yang ekosistem di dalamnya baik, namun pada keadaan laut dengan

(5)

789

ekosistem yang telah mengalami kerusakan, hasil tangkapan para nelayan juga akan berkurang. Seperti halnya di Desa Timu diduga salah satu faktor penyebab minimnya tangkapan para nelayan yang mengakibatkan kurangnya pendapatan dan tentu saja biang kemiskinan nelayan adalah dengan rusaknya ekositen laut. Rusaknya ekosistem laut yang dimaksud adalah berupa hancurnyya terumbu karang yang merupakan rumah tempat berlindung bagi ikan dan biota laut lainnya. Betapapun canggihnya peralatan tangkap yang digunakan, jika terumbu karang telah mengalami kerusakan, pasti akan mengurangi hasil tangkapan, karena ikan-ikan akan mencari tempat perlindungan dan berkembang biak pada karang yang masih dalam kondisi baik.

Sebagian besar nelayan hanya berpikiran sesaat untuk memperoleh hasil tangkapan yang banyaj tanpa mempertimbangkan masa depan biota laut yang ada.

Mereka itu adalah para nelayan yang menggunakan jalan pintas untuk memperoleh hasil yang banyak dengan menggunakan bom atau racun dimana dampak negatifnya sangatlah banyak. Di samping hancunya terumbu karang, hal ini juga dapat menyebabkan menurunnya perkembangbiakan ikan, karena ikan yang mati oleh racun atau bom bukan hanya ikan yang sudah layak tangkap namun ikan-ikan kecil pun juga akan menjadi korban. Jika hal ini dibiarkan, lama kelamaan spesies ikan akan punah.

Dampak negatif tersebut di atas telah mulai dirasakan oleh para nelayan di sekitar perairan Desa Timu. Hal tersebut dilihat dari semakin sulitnya nelayan memperoleh hasil tangkapan maskipun telah menelusuri hingga ke tengah laut.

Butuh waktu lama dan peralatan modern untuk hasil tangkapan yang banyak.

Keadaan ini jauh berbeda dengan kondisi di masa dulu. Dulu, dengan peralatan yang sangat sederhana, para nelayan dapat dengan mudah memperoleh ikan yang banyak tanpa harus mencari hingga ke tengah laut.

Hal ini tampak pada semakin sulitnya para nelayan memperoleh hasil tangkapan saat melaut. Seperti yang dikisahkan oleh informan di atas, mengenai adanya perbedaan hasil tangkapan yang mereka peroleh dua tahun lalu saat ekosistem laut masih belum terkontaminasi oleh ulah-ulah yang tidak baik yang ditunjukkan oleh para nelayan yang tidak bertanggung jawab seperti menggunakan bom ikan ataupun meracuni ikan. Saat itu mereka masih dapat memperoleh hasil tangkapan yang relatif banyak dibandingkan dengan saat ini dimana ekosistem laut khususnya terubu karang telah mengalami kerusakan dan atas ulah tersebut, masyarakat sangat merasakan dampaknya berupa kuantitas hasil tangkapan yang makin hari kian menurun.

Kondisi ini dapat dapat dirubah oleh masyarakat hanya dengan cara berani mengambil resiko untuk berlayar mengarungi laut dengan peralatan tangkap yang modern. Jika hanya berharap pada hasil tangkapan yang diperoleh di wilayah pesisir saja maka sudah bisa dipastikan bahwa hasil tangkapan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Hal ini disebabkan karena minimnya jumlah ikan yang berlindung dan berkembang biak di wilayah yang relatif

(6)

790

dekat dari bibir pantai. Hal inilah yang semakin menjadikan para nelayan di Desa Timu hidup dalam keadaan miskin dan terbelakang dan hanya para nelayan yang bermodal kapal besar dan peralatan cukup memadai yang dapat mengarungi laut lepas dan memperoleh tangkapan yang lebih banyak.

Selain keadaan laut yang telah mengalami kerusakan, khususnya terumbu karang yang menyebabkan ikan-ikan dan biota laut lainnya berhijrah mencari perlindungan dan tempat berkembang biak di wilayah lain yang akhirnya berimplikasi pada menurunnya hasil tangkapan para nelayan, keadaan cuaca yang tidak menentu juga merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu. Kondisi ini tak pula dapat terlepas dari kerusakan terumbu karang di wilayah laut pesisir Desa Timu, karena akibat dari kerusakan tersebut, ikan-ikan dan biota laut lainnya berpindah mencari tempat berlindung dan berkembang biak ke tempat yang lebih jauh. Sebagian nalayan mengambil resiko yang lebih tinggi mengarungi lautan lepas demi mendapatkan hasil tangkapan yang banyak.

Resiko tersebut mungkin saja dapat dilakukan para nelayan yang memiliki perahu atau kapal karena hal seperti ini sudah merupakan hal yang biasa bagi mereka, namun tak jarang mereka diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan, bahkan keselamatan jiwa kerap kali menjadi taruhannya. Seperti keadaan cuaca yang tidak menentu misalnya, tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan nelayan yang tengah berada di laut lepas harus berbalik arah untuk kembali ke darat atau mereka yang belum sempat melaut harus mengurungkan niat atau menunda keberangkatannya. Begitupun surutnya air laut dan kencang tidaknya angin, kesemuanya itu mempengaruhi alokasi waktu yang digunakan oleh para nelayan untuk melaut, sehingga akan berpengaruh pula pada hasil tangkapan dan tentunya juga kepada pendapatan mereka yang semakin mengarakan kepada kehidupan yang miskin.

Keadaan alam dan cuaca semacam ini kerap kali dijadikan hambatan dalam berusaha dan tidak ada upaya-upaya alternatif dalam menghadapi hambatan alam yang selalu berulang tersebut. Satu-satunya cara yang mereka lakukan untuk keselamatan diri mereka adalah menunda keberangkatan ke laut sampai keadaan alam dan cuaca kembali normal. Keadaan alam dan cuaca yang beruk seperti penuturan informan di atas berpengaruh terhadap alokasi waktu yang digunakan oleh para nelayan, seperti absennya mereka dalam mencari ikan selama beberapa hari hingga keadaan ombak dan cuaca membaik dan menyebabkan hasil tangkapan mereka berkurang dan sangat berpengaruh terhadap pendapatan sehari-hari mereka.

Hal ini disebabkan karena alokasi waktu yang digunakan oleh para nelayan menjadi berkurang. Seperti yang diakui oleh informan di atas, pada saat cuaca dan keadaan alam normal, dengan menggunakan waktu tiga hingga empat jam mereka telah memperoleh sedikitnya tiga tusuk ikan (satu tusuk biasanya berisi lima atau enam ekor ikan) yang setiap tusuknya dapat dijual seharga Rp 30.000. Pendapatan ini mereka peroleh hanya saat pagi dari sekitar pukul 05.00 hingga pukul 08.00 atau

(7)

791

pukul 09.00 pagi. Lain lagi pendapatan mereka saat sore atau malam hari.

Pendapatan tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan rupaanya para nelayan masih mempunyai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya jika pendapatan mereka dengan jumlah demikian. Akan tetapi, faktor lain yang dapat merenggut harapan-harapan itu salah satunya adalah keadaan alam yang tidak mendukung dan cuaca buruk.

2. Bantuan Pemerintah yang Tidak Tepat Sasaran

Salah satu pihak yang diharapkan berperan dan bertanggungjawab untuk mengeluarkan dan membebaskan masyarakat dari kemiskinan adalah pihak pemerintah. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat nelayan di Desa Timu yang membutuhkan kepedulian dari pemerintah, baik melalui bantuan dalam bentuk fisik berupa alat tangkap ikan yang memadai sebagai alat produksi bagi nelayan, juga bantuan merupa dana tunai yang langsung dipinjamkan kepada nelayan sebagai modal, dipakai secara bergilir oleh masyarakat maupun dukungan mentgal berupa pemberian motivasi kepada masyarakat yang selama ini membutuhkan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola dan memanfaatkan biota laut, kesemuanya ini sangat dibutuhkan dari pihak pemerintah.

Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perhatian pemerintah setempat dalam upaya-upaya mengentaskan kemiskinan masih minim atau masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari jenis bantuan yang diberikan, demikian pula dengan interval waktu yang jauh antara pemberian bantuan yang satu dengan yang lainnya. Pemerintah memberikan bantuan berupa alat tangkap yang sederhana yang hampir semua masyarakat nelayan telah memilikinya, seperti pukat. Walaupun para nelayan Desa Timu tergolong sebagai nelayan miskin, mereka tetap memiliki harapan untuk mengarungi laut lepas dan memperoleh ikan tangkapan yang banyak layaknya para nelayan modern yang menggunakan alat tangkap yang canggih, tentu saja harapan para nelayan ini dapat diwujudkan dengan bantuan dan dukungan dari pemerintah.

Peralatan tangkap yang modern dan perahu bernotor yang kuat dan dapat menjamin keselamatan para nelayan merupakan alat produksi utama yang sangat dibutuhkan para nelayan untuk memperoleh hasil tangkapan yang melimpah dan meningkatkan status sosialnya melalui perbaikan kesejahteraan hidup. Dalam hal ini, seharusnya pemerintah sadar dan peka akan bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena bantuan yang tepat guna dan tepat sasaran akan sangat berarti bagi pembagunan ekonomi rakyat khususnya kaum nelayan. Selain bantuan pemerinyah yang tidak langsung menyentuh kebutuhan masyarakat nelayan, ada puka masyarakat yang menilai bahwa pemerintah tidak adil dalam mendistribusikan bantuan.

Perihal tersebut mengisyaratkan bahwa masalah klasik yang selalu menjadi hambatan dalam pendistribusian bantuan pemerintah pusat adalah terletak pada pucuk pemerintahan yang paling rendah yakni kelurahan/desa. Pihak kelurahan/desa dinilai tidak berlaku adil dalam mendistribusikan bantuan kepada

(8)

792

masyarakat, dimana bantuan yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat miskin, malah yang terdaftar sebagai penerima bantuan adalah mereka-mereka yang tegolong mapan ekonominya. Kondisi demikian memang sangat memprihatinkan, padahal secara akal sehat, pemerintah kelurahan/desa memiliki data yang lengkap mengenai karakteristik masyarakat termasuk siapa masyarakat yang miskin dan siapa yang mampu, sehingga ada landasan dalam memberikan bantuan. Akan tetapi rupanya telah menjadi hal umum dalam sejarah pemerinyah di Indonesia khususnya di tingkat kelurahan bahwa siapa yang memiliki kedekatan secara emosional dengan pihak pemerintah selalu mendapat bantuan meski mereka bukan sebagai masyarakat dalam kategori miskin, begitupun sebaliknya masyarakat miskin yang tidak memiliki kedekatan sosial dengan pihak pemerintah kelurahan/desa dan jarang mendukung program pemerintah oleh karena kesibukan mencari nafkah dan sebagainya kerap kali terlupakan dalam daftar penerima bantuan. Hal-hal demikianlah yang menyebabkan pemerintah semakin sulit memperoleh kepercayaan dari masyarakat khususnya masyarakat miskin.

Masyarakat nelayan di Desa Timu juga menilai bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah sangat sulit untuk didapat terutama bagi mereka yang mempunyai tingkat pendidikan rendah karena harus melalui prosedur yang rumit yakni dengan mengajukan permohonan atau proposal. Bagi sebagian besar nelayan miskin di Desa Timu yang secara umum berpendidikan Sekolah Dasar atau bahkan ada yang tidak tamat, proposal merupakan sesuatu yang sulit untuk dibuat bahkan mereka beranggapan bahwa membuat proposal merupakan hal yang menghalang-halangi mereka dalam bekerja karena alokasi waktu yang digunakan sangat lama dan belum tentu proposal yang dibuat akan benar dan permohonannya diterima. Jadi mereka lebih memilih untuk bekerja dengan peralatan seadanya.

Lazimnya, orang yang memiliki pengetahuan juga pandai memanfaatkan kesempatan yang ada, termasuk ketidakberdayaan masyarakat nelayan miskin di Desa Timu dalam membuat proposal permohonan bantuan kepada pemerintah.

Masyarakat nelayan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi terlebih mereka sudah mapan dapat memanfaatkan hal ini untuk memperoleh bantuan dari pemerintah.

Masyarakat nelayan miskin yang identik dengan pendidikan rendah dan terbelakang, secara umum tidak dapat mengajukan proposal sehingga hal ini banyak dimanfaatkan oleh kalangan yang mampu membuat proposal dan menyebabkan distribusi bantuan tidak merata. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat nelayan, seharusnya pemerintah memberikan sosialisasi yang baik kepada mereka tentang bagaimana prosedur untuk memperoleh bantuan tersebut, termasuk langkah-langkah membuat proposal sehingga masyarakat dapat memanfaatkan semua bantuan yang ada secara merata.

Selain pada hal-hal tersebut di atas, masyarakat nelayan miskin Desa Timu beranggapan bahwa pemerintah kurang memberdayakan masyarakat khususnya dalam peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai cara-cara meningkatkan hasil tangkapan yang pastinya harus ramah lingkungan. Hal ini terlihat pada tidak

(9)

793

intensifnya pengadaan penyuluhan oleh pihak-pihak desa.

Kurangnya pemberdayaan dari pemerintah dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat nelayan miskin di Desa Timu diakui para nelayan sedikit berpengaruh terhadap pendapatan mereka, jika dibandingkan dengan kelurahan/desa tetangga yang sering mengadakan penyuluhan dan sosialisasi mengenai langkah-langkah untuk meningkatkan hasil tangkapan disertai dengan bantuan peralatan tangkap. Selain penyuluhan yang demikian, pemerintah juga diharapkan untuk memberikan sosialisasi yang rutin kepada masyarakat nelayan miskin mengenai cara berinteraksi dengan alam termasuk bagaimana menjaga dan memelihara terumbu karang sehingga tetap menjadi tempat berkembang biak ikan.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa kurangnya pemberdayaan dari pemerintah terhadap masyarakat nelayan miskin merupakan salah satu sebab kemiskinan bagi masyarakat Desa Timu. Kurangnya perhatian tersebut dapat dilihat pada ketidakseriusan pemerintah dalam mendistribusikan bantuan dari pemerintah pusat, yang kerap kali diwarnai dengan ketidakadilan, sehingga bantuan tidak tepat sasaran dan tepat guna, juga tidak adanya bimbingan kepada masyarakat tentang metode pembuatan proposal permohonan bantuan, sehingga hal ini dianggap sulit bagi masyarakat serta yang paling berpengaruh adalah penyuluhan dan sosialisasi yang msih luput dari pemerintah. Diharapkan kepada pemerintah ke depan memper- hatikan setiap problema yang dihadapi oleh masyarakat miskin sehingga pemerintah setempat dapat berperan sebagai aktor yang membebaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan, bukan malam menjadi sumber penyebab kemiskinan bagi masyarakat nelayan khususnua di Desa Timu.

3. Adanya Kebiasaan-Kebiasaan yang Sulit Ditinggalkan

Kemiskinan yang dialami masyarakat nelayan di Desa Timu bukan hanya disebabkan oleh keadaan alam dan cuaca yang buruk serta kurangnya perhatian dari pemerintah, akan tetapi juga bersumber dari dalam diri masyarakat nelayan itu sendiri beserta kebiasaan-kebiasaan yang sulit ditinggalkan seperti lazimnya masyarakat yang telah tinggal lama di pedesaan dan jarang memiliki interaksi dari luar wilayahnya. Mereka sulit untuk menerima hal-hal baru dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang telah lama diyakininya. Demikian pula halnya dengan para nelayan miskin di Desa Timu, mereka memiliki kebiasaan-kebiasaan khusus dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai nelayan yang konon terkait dengan nilai-nilai yang ditanamkan dari leluhurnya. Salah satunya adalah mitos malam Jumat yang dianggap keramat, sehingga ada beberapa kalangan masyarakat nelayan yang enggan melaut pada malam Jumat karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun jika ada yang beraktivitas, tidak sampai ke arah laut lepas, hanya di sekitar rumah saja.

Kebiasaan masyarakat untuk tidak melaut hingga ke laut lepas pada malam Jumat yang dinilai sebagai malam keramat dapat mempengaruhi hasil tangkapan yang mereka peroleh yakni menjadi berkurang, akan tetapi hal itu tidaklah mereka permasalahkan karena tak seberapa nilainya jika dibandingkan dengan nilai-nilai yang

(10)

794

telah diwariskan oleh leluhur para nelayan di Desa Timu di masa lalu meyakini bahwa malam Jumat adalah keramat sehingga mereka tidak terlalu banyak beraktivitas hingga ke luar rumah apalagi mencari ikan hingga ke laut lepas akan tetapi mereka tidak beranggapan tidak dirugikan dengan kepercayaan mereka tersebut bahkan bersyukur masih dapat melaksanakan apa yang diamanatkan oleh para luluhurnya. Akan tetapi pastilah mereka mengalami kerugian dan sedikitnya akan menjadi salah satu faktor yang mengarahkan mereka kepada kemiskinan.

Kebiasaan masyarakat yang pasrah pada nasib juga kian menjadi penyebab bagi mereka untuk tetap terkungkung dalam kemiskinan. Masyarakat Desa Timu khususnya para nelayan miskin tidak memiliki motivasi hidup yang tinggi untuk meraih kesejahteraannya. Mereka cenderung menyerah dan pasrah pada nasib yang telah digariskan oleh sang pencipta tanpa memiliki usaha untuk memperbaikinya.

Hal ini nampak pada kebiasaan masyarakat yang cepat merasa puas dengan penghasilan yang mereka peroleh setiap harinya, yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya untuk dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan makan anggota keluarga mereka sehari-hari saja. Mereka tidak berpikiran untuk berinvestasi atau menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk hari tua.

Masyarakat Desa Timu masih berpikiran yang sangat sederhana tanpa orientasi masa depan. Kebanyakan di antara masyarakat sudah merasa sangat bersyukur apabila sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, terutama makanannya, mereka tidak terlalu memikirkan untuk berinvestasi seperti pada umumnya masyarakat lain. Hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Timu tidak memiliki ambisi yang kuat mengenai masa depan mereka senantiasa pasrah pada nasib yang digariskan Tuhan bagi hidup mereka. Tanpa berusaha yang kreaktif dan inovatif dalam pekerjaannya untuk meraih kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Selain dari hal-hal tersebut di atas rupanya masih ada kebiasaan lain yang sangat sulit untuk ditinggalkan oleh masyarakat nelayan di Desa Timu yakni nilai kebersamaan antara sesama nelayan yang terkadang berlebihan. Misalnya membagi- bagikan hasil tangkapan ikan yang tidak laku kepada tetangga yang lainnya dan hal ini hampir tiap hari dilakukan tatkala ikan yang ditangkap tidak habis terjual, padahal masih ada alternatif lain untuk mengkonversi ikan-ikan tersebut menjadi uang.

Hal ini membuktikan bahwa para nelayan kurang inovatif dalam berproduksi karena ikan-ikan yang tidak laku tersebut dapat dikeringkan dan dijual kembali dalam bentuk ikan asin yang dapat awet lebih lama dan mungkin saja banyak diminati oleh konsumen dari luar daerah. Akan tetapi hal ini tidak menjadi langkah yang dipilih bagi kebanyakan nelaya di Desa Timu. Mereka lebih memilih menikmatinya bersama tetangga karena hal ini dinilai banyak mengandung makna kebersamaan. Para nelayan di Desa Timu masih memegang prinsip kebersamaan dan saling berbagi sebagai pedoman dalam berinteraksi dala ranah sosial kerap kali mengabaikan peingkatan kesejahteraannya.

Nilai-nilai kebersamaan masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Timu khususnya terhadap para tetangga. Bagi mereka, tetangga sudah merupakan keluarga

(11)

795

sendiri yang akan menjadi pihak pertama yang akan menolong apabila sedang kesusahan seperti sakit dan terkena musibah. Atas dasar itulah para nelayan berupaya untuk menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga termasuk di dalamnya pinjam-meminjam uang tanpa bunga. Umumnya yang kerap kali terjadi di Desa Timu, apabila para nelayan meminjam uang kepada pengusaha yang ada di desa mereka maka akan dikenakan bunga sesuai lama pinjaman. Akan tetapi apabila para nelayan meminjam kepada sesamanya, mereka tak memperlakukan hal ini.

Sehingga secara ekonomis, kebiasaan ini tidak menguntungkan kepada nelayan.

Nelayan di Desa Timu tidak memberlakukan peminjaman uang antara sesama nelayan dengan sistem bunga yang dapat memberikan keuntungan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para pengusaha dan tengkulak. Bagi mereka, prinsip saling membantu jauh lebih penting dari pada harus memperoleh keuntungan dengan cara demikian.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa adanya kebiasaan para nelayan yang sulit untuk ditinggalkan berupa kebiasaan untuk tidak melaut pada malam- malam tertentu seperti malam Jumat, kebiasaan masyarakat yang pasrah pada nasib, tingginya semangat kebersamaan yang banyak mengabaikan nilai-nilai ekonomi yang seharusnya dapat memberi keuntungan serta kebiasaan saling meminjam uang tanpa bunga merupakan kebiasaan yang sulit ditinggalkan para nelayan di Desa Timu sehingga kurang pemanfaatan peluang ekonomi yang baik menyebabkan mereka lambat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup.

4. Terbatasnya Modal yang Dimiliki

Salah satu faktor penyebab kemiskinan para masyarakat nelayan adalah terbatasnya modal yang dimiliki sehingga menyebabkan tidak ada alternatif pekerjaan lain yang dapat dipilih masyarakat sebagai mata pencaharian. Dengan demikian hal ini juga menjadi hambatan dari masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Mengingat bekerja sebagai nelayan tidak banyak memberikan harapan untuk hidup sejahtera. Desa Timu yang merupakan wilayah yang terletak di daerah pantai manjadikan masyarakat lebih banyak yang bekerja sebagai nelayan sejak dahulu kala hingga saat ini. Karena pekerjaan ini telah terinternalisasi dan menjadi bagian hidup masyarakat sehingga sulit bagi mereka untuk beralih dan menemukan pekerjaan lain yang cocok dan tentunya dapat menambah penghasilan. Tidak ada pekerjaan lain yang dianggap cocok bagi nelayan bukan berarti bekerja sebagai nelayan adalah pekerjaan tunggal bagi masyarakat Desa Timu, akan tetapi disebabkan oleh banyaknya hambatan yang berasal dari individu atau para nelayan itu sendiri, misalnya tidak memiliki modal untuk membuka usaha yang lain. Terbatasnya modal yang dimiliki oleh para nelayan di Desa Timu menyebabkan mereka tidak dapat mengembangkan usahanya baik di bidang perikanan maupun untuk bekerja sampingan di luar profesi sebagai nelayan. Kondisi demikian inilah yang menyebabkan masyarakat nelayan terperangkap dalam kemiskinan.

(12)

796

5. Kurangnya Pengetahuan dan Keterampilan yang Dimiliki

Terjadinya kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi adalah kurangnya pengetahuan dan tidak adanya keterampilan yang mereka miliki untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia.

Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup para nelayan melalui alih profesi ke pekerjaan lain atau mencari pekerjaan sampingan tidak semudah dengan yang ada dalam benak kita karena untuk melakukan hal demikian, masyarakat diperhadapkan dengan berbagai hambatan yang menyebabkan hal tersebut untuk dilakukan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh informan tersebut di atas, bahwa hal mendasar yang menjadi tantangan bagi mereka yang bermata pencaharian lain ternyata bersumber dari mereka sendiri yakni tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia, tentunya hal ini mengurangi kesempatan para nelayan untuk memperoleh pendapatan tambahan yang seharusnya mereka peroleh apabila memiliki pekerjaan sampingan.

Adapun diantara mereka yang berani bekerja sampingan, walaupun tanpa pengetahuan dan keterampilan yang memadai memperoleh pendapatan tak seberapa jika dibandingkan dengan mereka yang memang terampil. Salah satu pekerjaan yang biasanya digeluti masyarakat nelayan di Desa Timu sebagai sampingan adalah bekerja sebagai tukang kayu atau tukang bangunan apabila ada warga yang kebetulan ingin membangun rumahnya. Upah yang diterima dari pekerjaan sampingan ini juga tak menentu dan kebanyakan tak disepakati atau berdasarkan kemampuan dan keikhlasan yang punya rumah saja. Kebanyakan masyarakay nelayan miskin tidak memiliki modal, pengetahuan dan keterampilan sehingga tidak ada alternatif pekerjaan lain yang dianggap cocok bagi nelayan. Mereka tidak memiliki modal untuk membuka usaha dan juga tidak mempunyai keterampilan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Adapun mereka yang bekerja sampingan sebagai tukang atau buruh bangunan memperoleh upah yang tidak banyak dan tidak menjamin pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari. Sehingga hal ini juga merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 5 (lima) faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi yakni sebagai berikut:

1. Keadaan alam yang buruk, keadaan alam berupa rusaknya terumbu karang yang menyebabkan banyaknya ikan yang berpindah ke wilayah laut yang jauh dari Desa Timu sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi berkurang, begitupun halnya cuaca buruk seperti angin kencang dan ombak yang keras manyebabkan para nelayan takut untuk melaut.

(13)

797

2. Adanya bantuan pemerintah yang kurang adil pendistribusiannya, sulitnya persyaratan untuk mendapatkan bantuan dan kurangnya penyuluhan serta sosialisasi dari pemerintah untuk meningkatkan produksi nelayan.

3. Adanya kebiasaan-kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan berdampak pada kemiskinan masyarakat nelayan seperti enggan mencari ikan hingga ke tengah laut pada malam Jumat, sikap pasrah dan menyerah pada nasib, tingkat kebersamaan yang berlebihan sehingga tidak dapat memanfaatkan peluang ekonomis yang ada serta adanya kebiasaan saling meminjamkan uang tanpa bunga.

4. Terbatasnya modal yang dimiliki oleh masyarakat nelayan menyebabkan mereka tidak dapat mengembangkan usaha di bidang perikanan maupun dalam mencari pekerjaan sampingan.

5. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan di kalangan masyarakat nelayan menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia, sehingga akan kehilangan kesempatan dalam meningkatkan penghasilan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kepada seluruh masyarakat nelayan miskin di Desa Timu Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi agar memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih kesejahteraan hidupnya dengan cara berusaha dan bekerja keras, pandai memanfaatkan peluang yang ada serta tidak terbelenggu pada kebiasaan- kebiasaan masa lalu yang tidak memberikan keuntungan ekonomis dan membuka diri untuk berinovasi.

2. Kepada pemerintah setempat agar membantu masyarakat nelayan untuk keluar dari jeratan kemiskinan termasuk dengan cara memberdayakan nelayan miskin yang telah memiliki sedikit potensi untuk dikembangkan misalnya memberikan bantuan dengan adil dan mempermudah syarat untuk menerima bantuan tersebut serta memberikan penyuluhan dan sosialisasi untuk meningkatkan hasil tangkapannya.

3. Kepada pemerintah pusat atau nasional agar kiranya meningkatkan pengawasannya terhadap pemerintgah daerah khususnya pemerintah desa terkait dengan pendistribusian bantuan kepada masyarakat miskin, sehingga tidak ditemukan adanya ketidakadilan, jika perlu diberlakukan sanksi bagi pemerintah desa yang tidak mendistribusikan bantuan tepat sasaran. Hal ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat miskin.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow. 1994. Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia). Jakarta: PT PBP.

Arif dan Sasano Eko. 1981. Pengaruh Stres dalam Pekerjaan terhadap Kinerja.

(14)

798

Arsyad, Muhammad dan Obed Bida. 2005. Faktor penyebab kemiskinanmasyarakat pesisir Desa Tapulaga Soropia Kabupaten Konawe. Laporan Penelitian Universitas Terbuka Kendari.

Budiman, Arif. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1980. Ekonomi Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.

Jakarta: LP3ES.

Effendi Noer, Tajjudin. 1995. Sumberdaya Manusia Peluang dan Kemiskinan.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Hans Ever Dieter. 1999. Kebutuhan Pokok bagi Rakyat Miskin. Jakarta: Rineka Cipta.

Ikhsan, M. 1999. The Disaggregation of Indonesian Poverty: Policy andAnalysis.

Dissertation. University of Illinois, Urbana.

Imron. 2003. Pengembangan Ekonomi Nelayan dan Sistem Sosial Budaya. Jakarta:

Gramedia.

Kusnadi. 2004. Mengatasi Kemiskinan Nelayan Jawa Timur, Pendekatan Terintegrasi, Yokyakarta: Pembaharuan.

Mas’hum. 1993. Pengukuran Tingkat Kemiskinan di Propinsi NTB, Universitas Mataram FP, Mataram.

Moeljarto, T. 1999. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis, Konsep, Arah dan Strategi.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Muthalib, Reni, 2005. Faktor yang menyebabkanterjadinya kemiskinanmasyarakat nelayan.

Unisula Semarang

Nasution S,2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nugroho, Heru. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Kesenjangan. Yogyakarta: Aditya Media.

Papilaya, E.C. 2006. Akar Penyebab Kemiskinan Menurut Rumah Tangga Miskin dan strategi Penanggulangannya (kasus di Kota ambon Provinsi Maluku , dan di Kabupaten Boelemo, Provinsi Gorontalo. Disertasi. Bogor:

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Suyanto, Bagong. 1995 .Metode Penelitian Berbagai Alternatif Dendekatan. Yogyakarta:

Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Judul dalam tesis ini adalah “Analisis Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur”5. Penulis mengambil

Faktor–faktor penyebab kemiskinan petani di kecamatan Kupang Timur cukup beragam, diantaranya kurang tersedia dan sempitnya lahan, teknologi pertanian yang semi

Judul Kajian Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Desa Teluk Pambang.. Kecamatan Bantan

Penelitian yang berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Desa Mojomulyo Kecamatan Puger Kabupaten Jember mempunyai tujuan untuk mengetahui penyebab kemiskinan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Identifikasi Kompleksitas dan Faktor Penyebab Kemiskinan di Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten

Terdapat 15 faktor dominan penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan kecil di wilayah tangkap lebih yaitu faktor : kelembagaan yang merugikan nelayan kecil, program yang

Hasil penelitian menunjukanbahwa faktor penyebab kemiskinan nelayan di Desa Kuala Lama disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia, yang ditandai dengan rendahnya

Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Kelurahan Ketapang Kecamatan Pangkalbalam Kota Pangkalpinang.. Dibimbing oleh Yudi Sapta Pranoto