• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DESA SEKARAN KECAMATAN JATIROGO KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DESA SEKARAN KECAMATAN JATIROGO KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

DESA SEKARAN KECAMATAN JATIROGO

KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR

Tesis Sarjana S-2

Program Studi Magister Agribisnis

Diajukan oleh Kristiyoningsih NIM 201110390211001

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

ANALISIS KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

DESA SEKARAN KECAMATAN JATIROGO

KABUPATEN TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Agribisnis

Diajukan oleh Kristiyoningsih NIM 201110390211001

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohhim, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Magister Agribisnis (M Agr) pada Universitas Muhammadiyah Malang. Judul dalam tesis ini adalah “Analisis Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur”. Penulis mengambil masalah tersebut mengingat betapa pentingnya masalah kemiskinan yang banyak terjadi di Indonesia sehingga perlu diketahui faktor penyebab terjadinya kemiskinan sehingga dapat diambil keputusan atau kebijakan guna memecahkan masalah kemiskinan tersebut agar meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis membuka diri terhadap saran dan kritik yang bersifat membangun. Selain itu penulis menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang setulusnya kepada:

1. Dr. Latipun, M.Kes selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

(7)

tiada henti memberikan motivasi, membimbing dan membantu dalam menyelesaikan tesis ini

3. Dr. Ir. Damat, MP selaku pembimbing pendamping yang telah banyak membimbing dan membantu menyelesaikan tesis ini

4. Seluruh perangkat desa dan masyarakat Desa Sekaran yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian

5. Seluruh pimpinan dan staf Perum Perhutani BKPH Bancar Kabupaten Tuban 6. Rekan se-Almamater yang telah bersama-sama menuntut ilmu di Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

7. Ucapan terimakasih kepada Suami, Anak, Bapak, Ibu dan saudaraku yang atas dorongan spirit maupun materi hingga tesis ini dapat diselesaikan

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis khususnya maupun bagi semua pihak yang memerlukannya.

Malang, Oktober 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan) ... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis (Guna Laksana) ... 7

1.5.Definisi Istilah ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Kemiskinan ... 10

2.1.1. Pengertian kemiskinan ... 10

2.1.2. Kriteria Miskin ... 12

2.1.3. faktor Penyebab Kemiskinan ... 14

2.1.4. Klasifikasi Kemiskinan ... 16

2.2. Peran Hutan Bagi Masyarakat Desa Sekitar Hutan ... 18

2.3. Penelitian Terdahulu ... 22

2.4. Kerangka Berpikir ... 25

2.5. Hipotesis ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian ... 31

3.2. Metode Penelitian ... 31

3.2.1. Desain Penelitian ... 31

3.2.2. Sumber Data dan Cara Menentukannya ... 32

3.2.3. Metode Penarikan Sampel ... 34

3.2.4. Rancangan Uji Hipotesis ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Deskripsi Wilayah ... 38

4.1.1. kondisi Geografis ... 38

4.1.2. Kondisi Demografis ... 39

4.1.3. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 41

4.2. Deskripsi Responden ... 42

4.2.1. Umur Responden ... 43

4.2.2. Pendidikan Responden ... 44

(9)

4.2.4. Penghasilan ... 46

4.2.5. Pengeluaran ... 49

4.2.6. Status Kepemilikan Rumah ... 51

4.3. Faktor Penyebab Kemiskinan masyarakat Desa Hutan ... 53

4.3.1. Rendahnya Partisipasi dalam Kelembagaan ... 56

4.3.2. Rendahnya Etos Kerja ... 59

4.3.3. Penerapan Kebijakan yang Belum Sepenuhnya Memihak pada Masyarakat Sekitar Hutan ... 63

4.3.4. Keterbatasaan dalam penggunaan Tekhnologi ... 67

4.3.5. Kurangnya Kesadaran Menjaga Kelestarian Hutan ... 70

4.3.6. Faktor Anggapan Bahwa Miskin Adalah Kondisi yang Harus Dijalani ... 73

4.3.7 Tingginya Ketergantungan pada Sumberdaya Hutan ... 74

4.4. Upaya Mengatasi Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan ... 78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tebel 1. Pembagian Skala Likert ... 35

Tabel 2. Luas Desa Berdasarkan Penggunaan Lahan ... 39

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 40

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 40

Tabel 6. Fasilitas Perekonomian Masyarakat ... 41

Tabel 7. Latar Belakang Responden Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 8. Latar Belakang Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

Tabel 9. Latar Belakang Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 46

Tabel 10. Latar Belakang Responden Berdasarkan Perkiraan Jumlah Penghasilan Perbulan ... 47

Tabel 11. Pengelompokkan Penduduk Menurut Tingkat Kemiskinan Menggunakan Garis Kemiskinan Sayogyo ... 48

Tabel 12. Rincian Perkiraan Jumlah Rata-rata Pengeluaran Responden Selama Satu Bulan ... 50

Tabel 13. Status Kepemilikan Rumah Responden ... 51

Tabel 14. Pengelompokkan Rumah Responden Berdasarkan Jenis Dinding ... 52

Tabel 15. Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan Berdasarkan Hasil Eigenvalues ... 55

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

Gambar 1. Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurske ... 15

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 3. Kondisi Rumah Responden ... 53

Gambar 4. Kartu Tanda Keanggotaan LMDH ... 57

Gambar 5. Kegiatan menghabiskan waktu luang ... 63

Gambar 6. Perusakan Hutan dengan Membuang Sampah di Area Hutan ... 71

Gambar 7. Kebakaran Hutan Bentuk Ketidak Pedulian Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan ... 72

Gambar 8. Kegiatan Masyarakat Mengumpulkan Kayu Bakar ... 75

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ... 83

Lampiran 2. Identitas Responden ... 87

Lampiran 3. Data Hasil Kuisioner ... 94

Lampiran 4. Hasil Transformasi Data Ordinal ke Interval Menggunakan MSI ... 96

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan Indonesia periode Orde baru menunjukkan hasil yang

signifikan dalam beberapa bidang, mulai dari pengentasan kemiskinan,

pembangunan sumberdaya manusia, kesenjangan pendapatan hingga

meningkatnya angka harapan hidup serta pemberantasan buta aksara.

Pembangunan dibidang pertanian juga menunjukkan keberhasilannya, sehingga

negara Indonesia mendapat julukan sebagai ”Macan Asia” dan keberhasilan

swasembada padi pada saat itu Indonesia mampu mengekspor hasil pertaniannya.

Kondisi berubah saat era reformasi dimana krisis melanda dan keberhasilan

itu tidak lagi dirasakan. Akibat krisis ekonomi tahun 1998, jumlah penduduk

miskin cenderung bertambah sebagai dampak dari kondisi tersebut (Kuncoro,

2006). Kondisi pertanian terpuruk, hampir semua produk pertanian didatangkan

dengan import, hal ini dikarenakan produksi pertanian tidak dapat mencukupi

kebutuhan dalam negeri. Bila hal ini diteruskan maka akan menurunkan

produktivitas petani dalam negeri dan akibatnya akan berdampak pada kondisi

ekonomi para petani.

Dalam sosiologi Barat, terdapat dua konsep mengenai petani, yaitu peasants

dan farmers. Peasants (subsistance farmers) adalah petani yang memiliki lahan

sempit dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian yang diperoleh

untuk kepentingan mereka sendiri. Farmers adalah orang yang hidup dari

(14)

dijual. Berbeda dengan peasants, farmer telah akrab dengan teknologi pertanian

modern, misalnya perbankan. Sementara sosiolog pertanian mendapat kesulitan

dalam mengaplikasikan teori tersebut sehingga dalam kosakata Bahasa Indonesia

setiap yang hidup dari pertanian disebut petani (Soetrisno, 2002).

Kemiskinan menyeruak di daerah pedesaan karena kepemilikan lahan

produksi yang semakin sempit. Besarnya jumlah petani di pedesaan menjadi

potret kemiskinan yang terselubung. Termasuk dalam desa pinggiran hutan yang

menggantungkan hidupnya dari sumberdaya hutan sebagai mata pencaharian

setiap harinya.

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang

Kehutanan No.41 Tahun 1999). Lebih lanjut dipaparkan pembagian hutan

berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi, hutan lindung dan hutan

produksi.

Keberadaan sumber daya hutan menjadi suatu harapan bagi masyarakat

yang ada disekitar hutan. Hal ini dikarenakan hutan cenderung menyediakan

segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada

ketersediaan yang ada di hutan, mulai dari bahan makanan hingga menjadi mata

pencaharian utama bagi sebagian warga.

Hutan di Provinsi Jawa Timur mayoritas adalah hutan produksi yang

dikelola oleh Perum Perhutani, dimana hasil produksi utamanya adalah kayu.

(15)

kerjasama yang baik dengan masyarakat sekitar hutan. Hal ini diunjukkan dengan

adanya kegiatan berladang masyarakat sekitar hutan dengan memanfaatkan lahan

hutan yang masih kosong karena kegiatan penebangan, dengan imbal balik petani

penggarap harus merawat bibit tanaman baru yang ditanam di atas tanah

garapannya tersebut, maka tercipta suasana simbiosis mutualisme antara kedua

pihak tersebut.

Ditinjau dari cara pemanfaatannya, sumberdaya hutan selama ini, cenderung

dimanfaatkan secara berlebihan yang berakibat pada kerusakan atau degradasi

sumberdaya hutan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya hutan mengarah pada

kerusakan hutan terutama disebabkan oleh sistem ekonomi yang berlaku sekarang

mendorong perilaku orang-orang kearah pemungutan rente hutan yang

sebesar-besarnya untuk kepentingan individual. Pada banyak kasus, sumberdaya hutan

lebih dianggap sebagai common resources sehingga sumberdaya hutan kurang

mendapat perhatian yang secara wajar dalam arti pemanfaatan untuk kepentingan

individu lebih diutamakan daripada kelestarian hutan itu sendiri, sehingga peran

hutan sebagai penyangga kehidupan (life supporting system) terabaikan (Justianto,

2008).

Ketergantungan masyarakat sekitar hutan akan sumberdaya hutan sangat

memengaruhi keadaan ekonomi masyarakat tersebut. Sebagian besar masyarakat

sekitar hutan merupakan petani pesanggem, tentu penghasilan yang didapat juga

tidak menentu. Hal ini mengakibatkan lemahnya perkembangan ekonomi untuk

masyarakat sekitar hutan termasuk daya beli masyarakat untuk memenuhi

(16)

Kehidupan masyarakat menjadi lebih susah sehubungan dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak pengelola hutan yang harus dipatuhi

oleh masyarakat sekitar hutan untuk membantu menjaga kelestarian hutan, serta

adanya sanksi akibat pelanggaran yang dilakukan membuat semakin terbatasnya

gerak masyarakat sekitar hutan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Kondisi ini menjadikan kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan tetap berada

dibawah garis kemiskinan.

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang hingga saat ini belum dapat

diatasi dengan baik. Terbukti dengan masih tingginya angka kemiskinan di

Indonesia, banyaknya anak putus sekolah serta maraknya berita kriminal yang

didasarkan pada faktor ekonomi. Kondisi demikian menunjukkan bahwa keadaan

ekonomi yang masih sangat rendah.

Berada dalam lingkungan yang dikelilingi hutan membentuk keterbatasan

akses masyarakat untuk memperoleh informasi baru, sehingga mereka cenderung

terbelakang. Dalam usaha pengembangan ekonomi keluarga sebagian besar

penduduk sekitar hutan masih sangat bergantung pada sumberdaya hutan. Dengan

demikian diharapkan adanya kebijakan-kebijakan yang memihak kepada

masyarakat sekitar hutan. Mengingat peran masyarakat dalam pengembangan

serta pelestarian hutan dengan harapan agar tidak terjadi kembali perusakan hutan

akibat desakan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka

dengan demikian dapat membantu masyarat dalam pengentasan kemiskinan.

Kondisi serupa terjadi pada masyarakat sekitar hutan di Kecamatan

Jatirogo Kabupaten Tuban, khususnya di Desa Sekaran. Semua batas desa

(17)

Kabupaten sekitar 61 km, akses komunikasi terbatas sehingga membatasi

informasi yang masuk (Profil Desa, 2011). Meskipun sebagian warga bercocok

tanam dan menggarap tanah milik Perhutani, namun hasil sensus menunjukkan

sebagian besar penduduknya adalah warga miskin, didasarkan pada tingkat

penghasilan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga serta faktor-faktor yang

mengindikasikan bentuk kemiskinan.

Adanya perasaan akan segala sesuatu yang dibutuhkan telah tersedia di

hutan membentuk pribadi masyarakat menjadi pribadi yang malas untuk lebih

berusaha dalam setiap kegiatan yang mendukung perekonomiannya. Rendahnya

etos kerja yang sangat mempengaruhi terhadap besarnya pendapatan menjadikan

taraf ekonomi menjadi sangat rendah. Perilaku konsumtif yang mendorong

tingginya pengeluaran sehingga banyak warga yang terjerat hutang.

Secara khusus ada beberapa hal penting yang mendasari penelitian ini

dilakukan di Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo yaitu: (1) Lokasi wilayah yang

seluruhnya berbatasan dengan hutan menjadi sangat cocok apabila dijadikan

contoh kondisi desa yang bergantung dengan sumberdaya hutan. Segala sesuatu

yang dibutuhkan warga sebagian besar diambil dari dalam hutan, sehingga kondisi

hutan sangat menentukan kondisi ekonomi warga sekitar. (2) Mata pencaharian

penduduk yang mayoritas petani (memiliki lahan garapan sendiri maupun

menggarap persil) yang masih tradisional menjadi potret kehidupan masayarakat

desa yang masih mengandalkan kondisi alam serta kemampuan yang lemah dalam

menghadapi persaingan secara ekonomi. (3) Tingginya angka kemiskinan yang

(18)

keluarga, 196 kepala keluarga termasuk dalam kelompok keluarga prasejahtera

dan 236 kepala keluarga dalam kelompok sejahtera I (Profil Desa, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diberi judul “Analisis

Kemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo

Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian permasalahan tersebut diatas, maka dapat ditarik suatu

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterkaitan pemanfaatan sumber daya hutan dengan tingkat

kemampuan sosial ekonomi masyarakat miskin Desa Sekaran Kecamatan

Jatirogo Kabupaten Tuban.

2. Apakah yang menjadi faktor utama penyebab kemiskinan masyarakat sekitar

hutan Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.

3. Apa bentuk kemiskinan yang terjadi pada masyarakat sekitar hutan Desa

Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut, dapat dijelaskan bahwa

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana keterkaitan pemanfaatan sumberdaya hutan dengan

tingkat kemampuan sosial ekonomi masyarakat Desa Sekaran Kecamatan

(19)

2. Menganalisis faktor utama yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat

sekitar hutan Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.

3. Mengetahui bentuk kemiskinan yang terjadi pada masyarakat sekitar hutan

Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan)

1. Untuk melihat apakah kemiskinan yang terjadi pada masyarakat sekitar hutan

Desa Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban merupakan bentuk

kemiskinan struktural, kultural ataukah kedua-duanya.

2. Dapat dijadikan masukan dan acuan dalam melakukan penelitian lanjutan

yang berkaitan dengan masyarakat sekitar hutan.

1.4.2. Kegunaan Praktis (Guna Laksana)

1. Sebagai masukan bagi pihak pengelola hutan mengenai pemanfaatan hutan

oleh warga sekitar baik secara sosial maupun pemanfaatannya guna

peningkatan ekonomi rakyat

2. Agar dapat menyimpulkan faktor penyebab kemiskinan masyarakat sekitar

hutan untuk dapat digunakan dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

sekitar hutan.

(20)

1.5 Definisi Istilah

a. Warga miskin : warga yang tergolong pra sejahtera sesuai pengelompokan

BKKBN

b. Masyarakat sekitar hutan : masyarakat yang tinggal atau menetap di desa

hutan dan melakukan aktifitas atau kegiatan yang berinteraksi dengan

sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. Masyarakan sekitar

hutan sebagai objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Desa

Sekaran Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Jawa Timur.

c. Persil : wilayah hutan bekas penebangan yang digunakan warga untuk

bercocok tanam dengan imbal balik petani penggarap menjaga tanaman

utama yang masih kecil.

d. Pesanggem : Petani penggarap persil

e. Hasil hutan : benda hayati dan non hayati dan turunannya, serta jasa yang

berasal dari hutan

f. Aspek sosial : kondisi masyarakat meliputi umur, pendidikan, pekerjaan

utama, jumlah tanggungan keluarga, jumlah balita meninggal, tingkat

pendidikan anak, status perumahan, fasilitas mck, aset yang dimiliki,

keterikatan hutang, jumlah jam kerja.

g. Aspek ekonomi: kondisi masyarakat berdasarkan penghasilan baik dari

pemanfaatan hasil hutan maupun non hasil hutan serta pemanfaatan untuk

biaya produksi kegiatan bertani serta pengeluaran baik untuk pangan maupun

(21)

h. Kemiskinan kultural : kemiskinan yang diakibatkan kultur atau budaya

masyarakat setempat yang mengakibatkan adanya kondisi tertinggal sehingga

mengakibatkan kemiskinan.

i. Kemiskinan struktural : kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan yang

ada dalam hal ini kebijakan dibuat oleh Perum Perhutani sehingga adanya

keterbatasan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya hutan.

j. Desa hutan : wilayah desa yang secara geografis dan administratif berbatasan

dengan kawasan hutan atau disekitar kawasan hutan

k. Lembaga masyarakat sekitar hutan (LMDH) : lembaga masyarakat yang

berkepentingan dalam kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan bersama

masyarakat, yang anggotanya berasal dari unsur lembaga desa dan atau unsur

masyarakat yang ada di desa tersebut, yang mempunyai kepedulian terhadap

sumberdaya hutan

l. Tanaman pokok kehutanan : tanaman kehutanan yang ditentukan berdasarkan

ketetapan dalam rencana perusahaan daerah pada lokasi yang bersangkutan.

Dalam penelitian, tanaman pokok kehutanan adalah tanaman jati

m. Sharing produksi : adanya bagi hasil dari penerimaan bersih dari pemanenan

sumberdaya hutan berupa kayu antara pihak pengelola hutan dengan

Referensi

Dokumen terkait

PINDAHAN TLUWE WADUNG JATI MENILO CKALANG P.AGUNG P.TRGYNG KLUMPIT SIMO MNTORO K.REJO NGRHAN JEGULO SOKO S. SUSILO BAMBANG YUDJOYONO

Etnobotani Dan Tumbuhan Berguna Pada Masyarakat Sekitar Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.. Jambi:

Dari pengertian inilah maka penting kiranya kita memahami, memanfaatkan waktu hidup kita untuk menyiasati detik-detik menuju kematian sebelum sekarat agar dapat menjadikan

Kunci dari kegiatan CSR tersebut adalah komitmen akan tanggung jawab perusahaan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan, baik bersifat sosial maupun lingkungan

Rekening Dana di Bank yang dibukakan oleh Anggota untuk menyimpan Dana per masing – masing Nasabah. Investor

(4) Surat pengantar dan surat Wali Kota kepada DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberikan paraf secara berjenjang oleh Kepala Subbagian PPHD, Kepala

Salam “Tuhan bersamamu” yang diucapkan imam dan jawaban umat “Dan bersama rohmu” bukan sekedar dialog, tetapi merupakan pernyataan iman akan Tuhan yang selalu hadir