• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bangka secara administratif termasuk dalam bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Kabupaten Bangka berdasarkan penelitian ini terletak pada posisi 1˚29’43” – 2˚20’21” Lintang Selatan dan 105˚41’53 - 106˚11’34” Bujur Timur. Secara fisik administrasi Kabupaten Bangka mempunyai luas wilayah ± 2 950.68 km² atau 295 068 ha, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Natuna Sebelah Timur : Laut Cina Selatan

Sebelah Selatan : Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Tengah Sebelah Barat : Kab. Bangka Barat, Selat Bangka dan Teluk Kelabat.

(BAPEDA Kab. Bangka, 2005)

Kabupaten Bangka terdiri dari 8 kecamatan, yaitu Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Sungailiat, Pemali, Mendo Barat, Puding Besar dan Kecamatan Bakam (Gambar 4). Desa-desa yang tercakup dalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Wilayah administrasi Kabupaten Bangka

No Kecamatan Desa

1 Belinyu Air Jukung, Bintet, Bukit Ketok, Gunung Muda, Gunung Pelawan, Kuto Panji, Lumut, Riding Panjang.

2 Riau Silip Banyuasin, Berbura, Cit, Deniang, Mapur, Pangkalnyiur, Riau, Silip, Pugul.

3 Sungailiat Kenanga, Kudai, Parit Padang, Rebo, Sri Menanti, Sungailiat.

4 Pemali Air Duren , Air Ruai, Karya Makmur, Pemali, Penyamun, Sempan.

5 Bakam Bakam, Bukit Layang, Dalil, Kapuk, Mabat, Mangka, Maras Senang, Neknang, Tiang Tarah.

6 Merawang Air Anyir, Balunijuk, Baturusa, Dwi Makmur, Jada Bahrin, Jurung, Kimak, Merawang, Riding Panjang, Pagarawan.

7 Puding Besar Kayu Besi, Kota Waringin, Labu, Nibung, Puding Besar, Saing, Tanah Bawah.

8 Mendo Barat Air Buluh, Cengkong Abang, Kace, Kemuja, Kota Kapur, Labu Air Pandan, Mendo, Paya Benua, Penagan, Petaling, Rukam, Zed.

Sumber: Peta administrasi Kab. Bangka (Bag. Pemerintahan Prop. Bangka Belitung, 2005)

(2)

26

Kec. Belinyu

Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat

Kec. Merawang

Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat TELUK

KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA KOTA

PANGKAL PINANG

2°15'16" 2°15'16"

4'05" 4'05"

52'54" 52'54"

41'43" 41'43"

1°30'32" 30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa Sungai Legenda :

S N

E W LOKASI PENELITIAN

SELAT BANGKA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber :

Peta Administrasi Kab. Bangka (Bag. Pemerintahan Prop. Babel, 2005)

10 0 10

Kilometers

Gambar 4 Peta wilayah administrasi Kabupaten Bangka

(3)

27 4.2. Keadaan Iklim

Kabupaten Bangka terletak pada zona tropis, berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth-Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim A. Menurut data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, pada tahun 2005 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yang tercatat 410.2 mm dan jumlah hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan Desember tercatat 27 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Februari tercatat 72.2 mm dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan September yang tercatat 11 hari.

Jumlah rata-rata curah hujan selama 5 tahun berturut-turut (2001-2005) yaitu 2 322.9 mm/th dengan jumlah hari hujan rata-rata 199 hari/tahun. Pada Gambar 5 ditampilkan grafik rata-rata jumlah curah hujan selama periode 5 tahun terakhir dari tahun 2001-2005 dan data curah hujan pada periode yang sama ditunjukkan pada Lampiran 2. Sementara peta curah hujan di Kabupaten Bangka ditampilkan pada Gambar 6.

Rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir

0 50 100 150 200 250 300 350

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des Bulan

Curah hujan (mm/bln)

Gambar 5 Grafik rata-rata curah hujan bulanan di Kabupaten Bangka tahun 2001- 2005 (Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, 2005)

(4)

28

Kec. Belinyu

Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat

Kec. Merawang Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat TELUK

KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA

KOTA

PANGKAL PINANG

2°15'16" 2°15'16"

4'05" 4'05"

52'54" 52'54"

41'43" 41'43"

1°30'32" 30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA CURAH HUJAN KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Batas Kecamatan Legenda :

2000 - 3000 mm/th 3000 - 4000 mm/th Curah Hujan

S N

E W LOKASI PENELITIAN

SELAT BANG KA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber : Peta iklim (Puslittanak, 2003)

10 0 10

Kilometers

Gambar 6 Peta curah hujan di Kabupaten Bangka

(5)

29 Suhu udara rata-rata di Kabupaten Bangka menurut data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, pada tahun 2005 suhu berkisar antara 23˚C – 32.1˚C dengan suhu rata-rata 27˚C. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 58%

- 97%, dengan rata-rata 82% pada tahun 2005. Sementara intensitas penyinaran matahari pada tahun 2005 rata-rata bervariasi antara 19% - 57.3%. Grafik rata-rata suhu udara bulanan di Kabupaten Bangka dalam kurun waktu 5 tahun terakhir disajikan dalam Gambar 7.

Rata-rata suhu udara 5 tahun terakhir

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Jan Feb M ar April M ei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des Bulan

Suhu ( C)

Gambar 7 Grafik rata-rata suhu udara bulanan di Kabupaten Bangka tahun 2001 – 2005 (Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, 2005)

4.3. Topografi

Wilayah Kabupaten Bangka mempunyai morfologi berbentuk peneplain yaitu merupakan dataran yang hampir rata atau sedikit bergelombang, karena lapisan-lapisan batuan yang ada telah terkikis. Sedangkan bukit-bukit yang ada terdiri dari batuan yang tahan terhadap kelapukan (P.T. Tambang Timah, 1991).

Pembagian wilayah Kabupaten Bangka berdasarkan topografi diklasifikasikan ke dalam kelas lereng I (datar) sampai dengan kelas lereng IV (curam), disajikan dalam Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa 49.82% dari luas Kabupaten Bangka adalah datar, sedangkan selebihnya dari

(6)

30 landai sampai dengan curam. Kelas kemiringan lereng di Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 7 Luas wilayah Kabupaten Bangka berdasarkan kelas lereng

Kelas Lereng Tingkat Luas (ha)* Persentase (%) I (0 – 8 %)

II ( 8 – 15%) III (16 – 25%) IV (> 25) Tanpa keterangan

Datar Landai Agak Curam Curam

147 010 95 966 13 549 4 612 33 931

49.82 32.52 4.59 1.56 11.50 Luas Total 295 068 100.00

* Luas didasarkan pada perhitungan di peta Sumber : Bakosurtanal, 1982

4.4. Geologi dan Tanah

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bangka ditempati oleh formasi batuan sedimenter dan batuan intrusif granit. Lapisan batuan sedimenter terdiri dari batuan sedimen pra-tersier, dan batuan sedimen kuarter. Lapisan batuan sedimen pra-tersier diduga berumur Karbon sampai Trias-Bawah. Lapisan ini diterobos oleh lapisan batuan intrusi yang berkomposisi dari gabrodiorit, gramodiorit, adamelit dan granit. Lapisan kedua ini diduga berumur Trias-Atas.

Batuan granit terbagi dua kategori, yaitu granit tua dan granit muda.

Lapisan granit tua diperkirakan berumus Pra-Trias, sedangkan lapisan granit muda diperkirakan berumur Yura-Atas. Granit muda ini dianggap sebagai pembawa kasiterit (bijih timah) yang ekonomis (P.T. Timah, 1991).

Menurut P.T. Timah (1991), potensi kesuburan tanah tercermin dari faktor pembentuk tanahnya terutama sifat-sifat litologi, dan mineralogi, iklim dan umur pembentukannya. Tanah-tanah di Kabupaten Bangka umumnya terbentuk dari hasil pelapukan granit yang menghasilkan tanah-tanah yang bertekstur kasar dengan kadar pasir silikat sangat tinggi. Tanah-tanah ini terdiri dari mineral resisten terutama kuarsa, zirkon, serta turmalin dan relatif tidak mengandung mineral-mineral mudah lapuk. Dengan demikian cadangan unsur hara yang dapat cepat dipakai tanaman dalam tanah di Kabupaten Bangka sangat kecil.

Pada umumnya tanah-tanah di Kabupaten Bangka mempunyai reaksi tanah yang sangat masam (pH < 4.5) dengan KTK dan kandungan basa-basa (Ca, Mg,

(7)

31

TELUK KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA KOTA

PANGKAL PINANG

2°15'16" 2°15'16"

4'05" 4'05"

52'54" 52'54"

41'43" 41'43"

1°30'32" 30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA KELAS LERENG KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten

Legenda :

S N

E W LOKASI PENELITIAN

SELAT BANG KA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Kelas Lereng :

Sumber : Peta Kontur (Bakosurtanal,1982) 16 - 25

> 25 8 - 15

< 8

Tanpa keterangan

10 0 10

Kilometers

Gambar 8 Peta kelas lereng di Kabupaten Bangka

(8)

32 K, dan Na) sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi. Sehingga secara alamiah potensi kesuburan tanah di Kabupaten Bangka tergolong sangat rendah.

Sifat fisik tanah di Kabupaten Bangka pada umumnya mempunyai solum tanah yang dangkal, tekstur tanah umumnya lempung berpasir (agak kasar) dengan kisaran dari pasir sampai liat (kasar sampai halus). Sifat drainase tanah bervariasi menurut sistem lahan. Tanah pada sistem Marin dan Aluvial mempunyai drainase terhambat sampai sangat terhambat kecuali Regosol yang berdrainase agak cepat sampai cepat. Tanah-tanah di sistem ini biasanya tergenang air terutama pada musim hujan. Sebaliknya pada tanah-tanah di sistem lahan Dataran, drainase pada umumnya agak cepat dengan variasi dari agak terhambat sampai agak cepat.

4.5. Proses Pembentukan Endapan Timah

Terdapat dua jenis mineralisasi kasiterit (bijih timah) di Kabupaten Bangka yaitu endapan kasiterit primer dan endapan kasiterit aluvial.

1. Endapan Kasiterit Primer

Mineralisasi timah di Bangka terjadi akibat adanya intrusi granit baik pada batuan granit maupun pada batuan sekitarnya. Mineralisasi bijih timah primer dalam batuan granit berupa:

- Lensa-lensa yang berasosiasi dengan kaolin, dengan diameter dari beberapa sentimeter sampai puluhan sentimeter.

- Urat-urat dengan berbagi arah yang berasosiasi dengan kaolin dengan ketebalan dari beberapa sentimeter sampai puluhan sentimeter.

- Greisenisasi granit - Terhambur

2. Endapan Kasiterit Aluvial

Endapan kasiterit aluvial merupakan endapan yang ekonomis untuk ditambang dibandingkan dengan endapan kasiterit primer. Endapan kasiterit aluvial terjadi sebagai akibat adanya proses pelapukan mekanik dan kimiawi terhadap batuan dasar yang mengandung kasiterit primer. Proses tersebut ditambah dengan adanya pencucian alam dan adanya perangkap bagi tempat

(9)

33 konsentrasi. Perangkap dimaksud adalah lubuk atau lembah-lembah purba baik dangkal maupun dalam. Pada lembah-lembah dalam terbentuk endapan aluvial yang sangat tebal dan berasosiasi dengan endapan bijih timah sekunder (P.T. Timah,1991).

Menurut Sutedjo (1974) dalam P.T. Timah (1991), ada tiga fase genetika kasiterit primer di Bangka, yaitu:

- fase pneumatolitik;

- fase kontak pneumatolitik – hidrothermal;

- fase hipothermal – mesothermal.

Fase pneumatolitik di dalam granit terbentuk geiser, urat-urat turmalin dan kaolin yang mengandung kasiterit. Pengisian kasiterit pada celah-celah kecil di dalam batuan samping. Fase kontak pneumatolitik – hidrothermal panas tinggi, larutan yang mengandung timah mendesak naik ke atas melalui bidang-bidang pelapisan dan mengisi rongga-rongga yang ada. Fase hipothermal – mesothermal, larutan yang mengandung timah dengan komposisi silika mengisi perangkap dalam bentuk urat-urat kuarsa yang mengandung timah.

4.6. Kependudukan

Suatu wilayah pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga sub sistem yaitu ekosistem, teknosistem, dan sosiosistem. Masing-masing sub sistem memberikan andil dalam perkembangan wilayah dan merupakan potensi atau modal yang disebut sebagai sumberdaya. Ekosistem dinyatakan sebagai potensi yang bersifat alamiah (natural resources), teknosistem atau hasil karya manusia dinyatakan sebagai sumberdaya buatan (artificial resources), sedangkan sosiosistem adalah manusia dan interaksi sosialnya yang dinyatakan sebagai sumberdaya manusia (human resources) dan sumberdaya sosial (social resources). Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan sumberdaya manusia adalah dengan melihat kondisi kependudukan (demografi) dalam suatu wilayah.

Jumlah penduduk Kabupaten Bangka pada tahun 2004 tercatat sebanyak 229 707 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 118 687 jiwa dan perempuan sebanyak 111 020 jiwayang tersebar di delapan kecamatan. Kepadatan penduduk rata-rata

(10)

34 sebanyak 78 jiwa per km². Besarnya jumlah penduduk akan membawa implikasi tertentu terutama terhadap persebaran dan kepadatannya.

Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bakam (31 jiwa per km²) dan Kecamatan Puding Besar (39 jiwa per km²) sedangkan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sungailiat (439 jiwa per km²).

Kepadatan penduduk per kecamatan disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 9, komposisi penduduk penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 9, dan grafik pertumbuhan penduduk tahun 2000-2004 disajikan pada Gambar 10.

Tabel 8 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bangka No Kecamatan Luas wilayah

(km²)

Jumlah penduduk (jiwa)

Kepadatan jiwa/km² 1

2 3 4 5 6 7 8

Sungailiat Bakam Pemali Merawang Puding Besar Mendo Barat Belinyu Riau Silip

14 638 48 810 12 787 16 440 38 329 57 046 54 650 53 268

64 324 15 032 19 711 21 826 14 951 36 661 37 468 19 734

439 31 154 133 39 64 69 38

Jumlah 298 068 229 707 78

Sumber : BAPEDA-BPS, 2005

Dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bangka memiliki struktur penduduk umur muda. Hal ini membawa akibat semakin besarnya jumlah usia angkatan kerja. Pada tahun 2004, tercatat 149 507 jiwa atau 64% dari total penduduk Kabupaten Bangka merupakan kelompok usia produktif.

Tabel 9 Jumlah dan komposisi penduduk Kabupaten Bangka berdasarkan jenis kelamin

No Kecamatan Jumlah penduduk (jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah 1

2 3 4 5 6 7 8

Sungailiat Bakam Pemali Merawang Puding Besar Mendo Barat Belinyu Riau Silip

33 069 7 915 10 249 11 070 7 750 18 990 19 324 10 320

31 255 7 117 9 462 10 756 7 201 17 671 18 144 9 414

64 324 15 032 19 711 21 826 14 951 36 661 37 468 19 734

Jumlah 118 687 111 020 229 707

Sumber : BAPEDA-BPS, 2005

(11)

35

Kec. Belinyu

Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat Kec. Merawang

Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat TELUK

KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA KOTA

PANGKAL PINANG

15'16" 15'16"

2°4'05" 4'05"

52'54" 52'54"

41'43" 1°41'43"

30'32" 30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Batas Kecamatan Legenda :

S N

E W

Kepadatan Penduduk :

LOKASI PENELITIAN

SELAT BANGKA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber : BAPEDA-BPS Kab. Bangka (2004)

10 0 10

Kilometers 0 - 49 jiwa/km2

100 - 149 jiwa/km2 150 - 199 jwa/km2 50 - 99 jiwa/km2

> 200 jiwa/km2

Gambar 9 Peta kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2004

(12)

36

Pertumbuhan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 220000 240000 260000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Jumlah

Belinyu Riau Silip Sungailiat Bakam Pemali Merawang Puding Besar Mendo Barat Jumlah

Gambar 10 Grafik pertumbuhan penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2000-2004

4.7. Luas Penggunaan Lahan

Gambaran kondisi penggunaan lahan suatu wilayah sering dinyatakan sebagai pola pemanfaatan ruang. Penggunaan lahan tersebut merupakan aspek spasial pokok yang harus diidentifikasi, dianalisis, dan direncanakan pengembangannya. Hal tersebut perlu dilaksanakan berkaitan dengan upaya membandingkan penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah dengan perencanaan atau alokasi pemanfaatan lahan pada rencana tata ruang di wilayah tersebut.

Hasil perhitungan menunjukkan penggunaan lahan untuk aktifitas penambangan seluas 49 399 hektar atau sekitar 16.74% dari luas wilayah Kabupaten Bangka, sementara penutupan vegetasi seluas 210 898 hektar atau 71.47% yang terdiri dari bakau 1.41%, belukar rawa 2.53%, hutan 1.44%, hutan rawa 0.38%, perkebunan besar dan kecil 33.04% dan semak belukar 32.32% dari luas wilayah. Luas penutupan lahan disajikan pada Tabel 10 dan Gambar 11.

(13)

37

Tabel 10 Luas penutupan lahan di Kabupaten Bangka

Keterangan Luas (ha)* Persentase (%)

Bakau 4 165 1.41

Belukar Rawa 7 476 2.53

Galian / Pertambangan 49 399 16.74

Hutan 4 258 1.44

Hutan Rawa 1 126 0.38

Kebun Karet 3 346 1.14

Kebun Campuran 82 272 27.89

Kebun Kelapa Sawit 9 683 3.28

Kota / Permukiman 1 099 0.37

Perkebunan Rakyat 2 113 0.72

Sawah 432 0.14

Semak Belukar 95 360 32.32

Tambak 8 822 2.99

Tidak dianalisis 25 517 8.65

* Luas merupakan hasil perhitungan peta

Sumber : Peta Satuan Lahan Berdasarkan ZAE BPTP-Babel (2005)

4.8. Kondisi Pertambangan Timah Rakyat

Ketentuan umum mengenai pertambangan menetapkan pertambangan rakyat adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam wilayah yang ditetapkan dengan menggunakan alat-alat sederhana dan menggunakan sebanyak- banyaknya 2 unit mesin yang masing-masing berkekuatan 20 PK (Perda Kab.

Bangka No. 06/2001). Pertambangan rakyat yang ada di Kabupaten Bangka adalah pertambangan bijih timah yang mulai dilaksanakan sejak sekitar tahun 1998.

Usaha tambang timah rakyat pada mulanya diberikan kepada rakyat yang melakukan hubungan kemitraan dengan P.T. Timah, Tbk sebagai penampung hasil tambang rakyat yang berada dalam wilayah kuasa pertambangan milik P.T.

Timah, Tbk. Tetapi dengan semakin banyak pelaku penambangan timah, maka sistem pemasaran timah dirubah dengan diberikan kesempatan bagi perusahaan peleburan (smelter) berskala kecil untuk menampung hasil timah rakyat. Dengan sistem pemasaran yang lebih terbuka, tidak terdapat persyaratan khusus berkaitan dengan mutu bijih timah yang diproduksi, serta harga yang relatif tinggi menyebabkan semakin banyak rakyat yang melakukan usaha tambang timah tanpa

(14)

38

TELUK KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

KOTA

PANGKAL PINANG LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA

15'16" 15'16"

2°4'05" 2°4'05"

1°52'54" 52'54"

41'43" 41'43"

1°30'32" 30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Legenda :

S N E W

Penggunaan Lahan

LOKASI PENELITIAN

SELAT BANG KA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber : Peta Satuan Lahan berdasarkan ZAE-BPTP Prop. Babel (2005) Bakau

Belukar Rawa Hutan Hutan Rawa Karet Kebun Campuran Kebun Kelapa Sawit

Kota / Permukiman Sawah

Semak Belukar Galian / Pertambangan Tanpa Keterangan Tambak

10 0 10

Kilometers

Gambar 11 Peta penggunaan lahan di Kabupaten Bangka

(15)

39

mempertimbangkan aspek perizinan kepada pemerintah setempat maupun kerusakan lingkungan akibat aktifitas tersebut

Tabel 11 Rekapitulasi jumlah tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka tahun 2005

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah Pemilik Jumlah Unit

1 Sungailiat Kel. Sungailiat 24 24

Kel. Kuday 20 20

. Kel. Sinar Baru 3 3

Kel. Kenanga 24 24

Kel. Parit Padang 30 30

Ds. Rebo 37 37

Sub. Jumlah 138 138

2 Merawang Ds. Merawang 28 55

Ds. Jurung 50 69

Ds. Air Anyir 52 114

Ds. Kimak 80 100

Sub Jumlah 210 338

3 Riau Silip 516

4 Belinyu Kel. Kuto Panji 5 5

Kel. Air Jukung 2 2

Kel. Bukit Ketok 125 126

Ds. Gunung Muda 60 64

Ds. Gunung Pelawan 65 65

Ds. Riding Panjang 28 28

Ds. Lumut 19 19

Ds. Bintet 37 37

Sub Jumlah 341 346

5 Pemali 188

6 Mendo Barat Ds. Penagan 78 80

Ds.Cengkong Abang 8 9

Ds.Kota Kapur 14 14

Ds. Kace 25 41

Sub. Jumlah 125 144

7 Bakam 143

8 Puding Besar 0

Jumlah 1 813

Sumber : Distamben Kab. Bangka (2005)

Luas keseluruhan wilayah pertambangan di Kabupaten Bangka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka No. 06/2001 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum ditetapkan maksimal 35% dari luas daerah termasuk untuk wilayah pertambangan rakyat secara keseluruhan ditetapkan sebesar 15 000 ha.

Pengelolaan perusahaan pertambangan hanya diberikan kepada perusahaan dan

(16)

40 masyarakat yang telah mendapatkan izin usaha pertambangan (IUP), izin usaha pertambangan rakyat (IUPR) dan/atau perjanjian usaha pertambangan.

Data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka tahun 2005 (Tabel 11) menunjukkan terdapat 1 813 lokasi tambang timah rakyat yang tersebar di tujuh (7) kecamatan di Kabupaten Bangka. Dari jumlah tersebut sebagian besar tambang tidak memiliki izin operasi. Kondisi ini menjadi permasalahan besar berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan berkaitan dengan kerusakan lingkungan, pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi serta aktifitas masyarakat secara umum. Sementara data tambang timah rakyat yang diperoleh dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-Institut Pertanian Bogor untuk tahun 2002 dan 2005 disajikan secara spasial pada Gambar 12.

(17)

41

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [%[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [% [

% [

%

% [ [

% [

%

% [ [%[%[

% [%[%[

%

[ %[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [%[%[%[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [%[

% [

% [%%[[%[%[%[%[

%

[%[%[ %[

% [

% [

% [

% [

% [%[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

%[%[%[

%

%[ [

% [

% [% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

%

% [ [

% [

%

[ %[

% [

% [

% [%[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [% [

% [

% [

% [

% [

% [

%

%[ [

% [

% [ %[

%

[ %[ %[

% [

%

%[ [

% [

% [

% [

% [

% [

% [

% [%[

% [

% [

% [

% [

% [% [

% [

% [

% [% [%[

% [

% [

% [

% [

% [

% [

%

%[

%[ [%[%[

% [%[%[%[%[%[%[%[%[%[

%

%[

%[ [

% [%[

% [%[%[%[%[

%

%[ [

% [%[%[%[%%[%[[

%

%[ [% [

% [% [% [%[

%

%[ [%

%[

%[

%[ [%

%[ [% [

% [%[%[

% [%

%[ [% [

%

%[ [

% [%[

% [%[%[%[%[%[%[%[

% [

% [%

%[ [

% [

% [

% [%[%[%%[[%[

%[%[%[%[%[%[%[

% [

% [%[

% [%[%[

% [%[%[%[%%[[%[%[%[%[%[%[%[%[ %[%[%%[%[%[%[[

% [%[

% [%[

%[%[%[

% [%[

% [%[%[

% [%

%[ [% [% [%[%[%[%[%[%[

% [%[%[

%[%[%[%[%[%%[%[%%[%[%[[%[[%[%[

%[%[

% [

% [

% [

%

%[

%[ [%[%%[%%[%[[%[%[[%[%%[%[%[%[%[[

% [% [%[%[

% [%[%%[%[%[%[%[[%[%[%[%[%[%[%[

% [%[%[%[

% [%[%[%[%[

%

%[

%[ [%

%[ [%[%[%[%[

% [%[

% [%[%[

% [% [%[%[%[ %[%[%[%%[[%[%%[[%[%%[%[%[[%[

% [%[%[%[

% [

%

%[

%[ [

%

%[ [%[%%[%[[

% [%[

% [%[

%

%[ [

%

%[ [%

%[ [%[%[%[

% [

% [

% [%

%[ [%[

% [

% [% [

%

%[

%[ [%[

% [

% [%[%[%[

% [%[%[%[

% [%[%[%[%[

% [%

%[ [

%[%%[%[%[[

%

%[ [%[

% [

% [%[%[%[%[%%[[%[

% [% [%[%[

%

%[

%[ [%[%[

% [

% [%[%[

% [%[%[%[

%

%[ [% [

% [%%[[

% [

% [%

%[ [%[

% [

%

%[ [% [

% [% [

%

%[

%[ [

%

%[

%[ [

% [% [%[%[%[%[%[%[

%

%[ [

% [

% [% [% [%[%[%[%%[%[%%[%[[%[[%[%[

%

%[ [

% [

% [% [%[

% [%[%[%[%[%[%[%[%[%[%%[%[[%%[[

% [%[

%

%[ [ %[%[%[%[%[%[%[

%

%[ [%[

%

%[

%[

%[

%[

%[ [

% [

% [

% [%[

% [

% [% [

%

%[ [ %[%[%[%[%%[%[[%[%[%[

% [%[%[%%[%[[%[%[%[%[%[%%[[%[%%[%[[%[%[%[%[%[%[%[%[%[%[%%[[

%

% [

%[

%[ [

%

%[ [

% [%

%[ [% [% [%

%[ [

%[%[%[

% [%

%[

%[ [

%

%[ [% [%%[[

% [

% [

% [%

%[ [

% [%[%[

% [

% [%[%[%[

%

%[ [

% [%[%%[[%[

%

%[ [

% [%

%[ [

% [%

%[ [ %[%[%[%[%[%[%%[[%[%[

%

%[

%[ [%[

%

%[

%[ [% [

% [

%

%[

%[ [

%

%[

%[

%[

%[ [%

%[

%[ [

%

%[ [% [%

%[ [

%

%[ [

% [% [

% [% [%

%[ [%[%[%[

%

%[ [% [%[%[ %[

%

%[ [%

%[ [% [% [%[

%

%[ [% [%[%[%[%[%[%[%[%[%[

% [%[%[%[%[%[%[

%

%[

%[

%[

%[ [%[

% [

%

%[

%[

%[ [%

%[ [%

%[ [%

%[

%[ [

%

%[ [%[

% [% [%

%[ [% [

%

%[

%[ [%[%%[%[%[%%[%%[%%[[[[[%[

% [%[%[

% [%

%[ [

% [

% [%[%[ %[

% [

% [%[

%

%[ [%[

%

%[ [

%

%[ [%[

% [%[%[

% [

%[%[

% [% [

% [

% [

%

%[

%[

%[ [% [%[%%[%[[

% [

%

%[ [% [%[%[%[%[

% [%[

% [% [%[%[%[

%

%[ [

% [

%

%[ [% [

%

%[

%[

%[ [% [%[%[%[

% [

% [

% [%

%[

%[

%[ [

% [

%

%[ [% [% [% [%[%[

% [%[

% [% [%[%[

% [%

%[ [% [

% [

% [% [%[

%

%[ [% [

% [

Kec. Belinyu Kec. Riau Silip

Kec. Bakam

Kec. Pemali

Kec. Sungailiat

Kec. Merawang Kec. Puding Besar

Kec. Mendo Barat TELUK

KLABAT

KABUPATEN BANGKA BARAT

KABUPATEN BANGKA

KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAUT NATUNA

LAUT CINA SELATAN

SELAT BANGKA

KOTA

PANGKAL PINANG

15'16" 15'16"

4'05" 2°4'05"

52'54" 52'54"

1°41'43" 41'43"

30'32" 1°30'32"

105°33'33"

105°33'33"

105°44'44"

105°44'44"

105°55'55"

105°55'55"

106°7'06"

106°7'06"

106°18'17"

106°18'17"

PETA SEBARAN TAMBANG TIMAH KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG

PS. PERENCANAAN WILAYAH IPB BOGOR

2007

Batas Kabupaten Batas Kecamatan

%

[ Tambang Timah Rakyat Legenda :

S N E W LOKASI PENELITIAN

SELAT BANG KA

L A U T J A W A

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sumber :

Peta sebaran timah rakyat (PPLH-IPB, 2002 dan 2005)

10 0 10

Kilometers

Gambar 12 Peta sebaran tambang timah rakyat di Kabupaten Bangka

Referensi

Dokumen terkait

dengan sumber Cs-137 pada proses kalibrasipendosimeter menunjukkan bahwa semakin besar dosis yang diberikan pada saat penyinaran maka makin besar pula waktu

Selanjutnya akan diminta konfigurasi sistem untuk Compiere, bila tidak ada perubahan silahkan klik klik tombol tanda centang berwarna hijau yang terletak di sebelah pojok kanan

Identifikasi senyawa metabolit sekunder adalah proses mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam daun tebu, meliputi uji golongan senyawa metabolit secara

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) tidak ada pengaruh signifikan secara tidak langsung

Salah satu batik daerah yang memiliki keunikan ialah batik Lorog, yang terdapat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sentra Batik Lorog terdapat di Kecamatan Ngadirojo. Perkembangan

Termohon atau pihak istri mengucapkan sumpah balik sebanyak empat kali, sebagai berikut: “ Wallahi, Demi Allah saya bersumpah bahwa saya tidak berbuat zina.” Dan

Nilai indek penetrasi dapat mengidentifikasikan kepekaan aspal terhadap temperatur. Semakin tinggi nilai indek penetrasi

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari