• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Kewirausahaan Sosial Pertanian Perkotaan Berbasis Kelompok di Kota Makassar Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Maranca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Praktek Kewirausahaan Sosial Pertanian Perkotaan Berbasis Kelompok di Kota Makassar Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Maranca"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

7 | A . T e n r i U l f a S a l a m

Praktek Kewirausahaan Sosial Pertanian Perkotaan Berbasis Kelompok di Kota Makassar Studi Kasus

Kelompok Wanita Tani Maranca

A. Tenri Ulfa

1

, Bakhrani A.Rauf

2

, Moh. Ahsan S.Mandra

3

1,2,3Prodi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Makassar

Email: tenriulfas@gmail.com

Abstract: The practice of Social Entrepreneurship (Social Entrepreneurship) in urban agriculture is needed for the welfare of urban communities, especially the poor, where it is hoped that the poor can empower themselves to be able to work out of poverty by increasing access to the community's economy (food fulfillment). The concept of urban agriculture has spread in Makassar City as evidenced by the many groups formed by the community, the private sector and the government, but there are still few groups that practice Social Entrepreneurship because it requires groups that have special abilities or characteristics, among others (1). As agents of social change (2). Creative and innovative (3). Discipline and Hard Work (4). Altruists, and one of the groups that practice Social Entrepreneurship is the Maranca Women Farmers Group (WFG). This research is a descriptive study using qualitative methods through a biographical study approach that reveals actions, circumstances and events to the process of implementing Social Entrepreneurship in urban agriculture and summarized into descriptive conclusions based on the data found by the researchers. The implementation of social entrepreneurship practices by WFG Maranca has been started since 2021, even though the existence of this group is relatively new but benefits and influences on the surrounding community have been felt and based on the special characteristics or nature of the implementation of Social Entrepreneurship this group has implemented urban agricultural social entrepreneurship practices through cultivation activities. kale (main commodity) and other vegetable crops, food processing activities and recycle.

Keywords: Social Entrepreneurship, Urban Farming

PENDAHULUAN

Pesatnya laju pertumbuhan populasi di perkotaan menyebabkan pembangunan perkotaan mengalami berbagai permasalahan, antara lain: (1). Permasalahan terhadap perubahan lingkungan fisik perkotaan: konversi lahan, polusi. wilayah kumuh, berkurangnya ruang terbuka hijau (2). Permasalahan ekonomi: Tingginya biaya hidup, pemukiman, kesehatan, pendidikan dan kesenjangan ekonomi (3). Permasalahan Sosial: Tingkat Pengangguran, kesehatan, sanitasi, malnutrisi, akses akan bahan pangan. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan sebuah kegiatan/konsep yang komprehensif yang mana

melibatkan semua sumberdaya yang ada di perkotaan, dan salah satunya adalah konsep yang dapat diterima oleh masyarakat dan pemerintah Kota Makassar adalah penerapan Pertanian Perkotaan.

Pertanian perkotaan merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan dan pendistribusian pangan serta produk lainnya

melalui kegiatan pertanian

(tanaman/peternakan) yang intensif di perkotaan dan daerah sekitarnya dan menggunakan kembali sumberdaya alam dan limbah kota. Hal ini menjadikan Pertanian perkotaan menjadi kegiatan yang mempunyai peran dan fungsi ganda dalam kehidupan perkotaan, dimana pertanian perkotaan tidak hanya terkait untuk mengurangi ketidakamanan makanan yang berdampak pada kesehatan

(2)

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 8 masyarakat, kemiskinan kota serta

meningkatkan manajemen lingkungan kota.

Pertanian kota memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan ketahanan pangan penduduk kota sejak biaya-biaya untuk penyediaan dan pendistribusian makanan ke kawasan kota yang bersandar kepada impor dan produksi pedesaan meningkat. Setelah berfungsi sebagai ketahanan pangan penduduk kota, pertanian kota berperan di dalam pembangunan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan inklusi sosial dari penduduk kota dan penduduk perempuan pada khususnya, menghijaukan kota dan daur ulang (recycle) sampah dan limbah kota.

Pelaksanaan pertanian perkotaan dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan kemiskinan di kota dimana diharapkan masyarakat miskin perkotaan dapat memberdayakan dirinya untuk dapat keluar dari kemiskinan dengan tidak lagi mempermasalahkan mengenai ketersediaan dan akses pangan karena tingkat pendapatan yang rendah. Hal inilah yang mendorong berbagai elemen masyarakat untuk berperan aktif membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan dan tambahan pendapatan secara mandiri oleh masyarakat, dan menciptakan perubahan sosial di masyarakat di sekitarnya. Peran ini disebut Kewirausahaan Sosial yang hadir dalam bentuk kegiatan budidaya tanaman/hewan, pengolahan dan pemasaran dengan memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan secara optimal agar mendapatkan nilai tambah (kewirausahaan) dan dampaknya juga dapat dirasakan oleh masyarakat di sekelilingnya.

Kewirausahaan Sosial merupakan salah satu bentuk pemberdayaan di bidang sosial yang berkembang untuk membantu masyarakat, melalui langka-langkah inovatif.

Dimana ukuran keberhasilan Kewirausahaan sosial tidak hanya keuntungan pribadi saja melainkan hasil keuntungan digunakan untuk membiayai kegiatan sosial yang berkelanjutan.

Ide sadar kewirausahaan sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan sosial dengan mengembangkan kemampuan kewirausahaan dengan potensi yang ada disekitar, serta melakukan perubahan sosial dan peningkatan kesejahteraan. Menurut penelitian Rahmawati (2011) menemukan bahwa

pelaku/kelompok/organisasi kewirausahaan sosial mempunyai sifat dan karakteristik tertentu yang mana sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan ini. Sifat dan karakteristik tersebut adalah 1). Berfungsi sebagai agen perubahan sosial, 2) Kreatif dan inovatif, 3) Disiplin dan bekerja keras dan (4) Altruis.

Pelaksanaan kegiatan pertanian di Kota Makassar bukanlah hal yang baru, karena masyarakat di Kota Makassar memiliki akar budaya agraris, sehingga secara sosial budaya pelaksanaan pertanian perkotaan dapat diterima dengan baik. Begitu juga dengan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya mendukung pemanfaatan lahan-lahan sempit atau pekarangan yang dimiliki masyarakat sebagai objek penerapan pertanian perkotaan, agar lahan kosong tersebut menjadi produktif dan bermanfaat untuk membantu meningkatkan aspek perekonomian masyarakat kota atau hanya sekedar pemenuhan kebutuhan pangan, juga perbaikan ekologi lingkungan dan udara di Kota Makassar. Pembentukan kelompok- kelompok yang bergerak di pertanian perkotaan baik yang dibentuk oleh pemerintah, swasta dan individu telah banyak dibentuk tetapi dalam penerapan kewirausahaan sosial masih sangat sedikit. Salah satu kelompok yang melaksanakan kewirausahaan sosial pada pertanian perkotaan di Kota Makassar adalah kelompok wanita tani (KWT) Maranca.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka fokus penelitian ini adalah pengurus KWT Maranca yang menjadi aktor penggerak kewirausaan sosial yang bergerak di pertanian perkotaan dimana pembentukan KWT ini diawali dengan sebuah ide untuk memanfaatkan lahan-lahan kosong dan potensi ibu-ibu yang ada di lingkungan mereka tetapi belum terorganisasi dengan baik, sehingga selama ini belum dirasakan manfaatnya karena dilakukan hanya sebagai pengisi waktu luang saja, dan mereka belum memahami peran dan

(3)

9 | A . T e n r i U l f a S a l a m

pentingnya kegiatan yang mereka lakukan (pertanian perkotaan) untuk mengatasi sebagian masalah perkotaan. Keanggotaan KWT Maranca termasuk golongan kelompok wanita atau ibu rumah tangga yang tidak memiliki latar belakang pertanian, tetapi mampu mengembangkan pertanian perkotaan bahkan berkontribusi terhadap perkembangan kewirausahaan sosial. Hal inilah yang akan diteliti tentang bagaimana terciptanya proses pengembangan kewirausahaan sosial yang dibangun oleh KWT Maranca melalui karakteristik atau sifat umum Kewirausahaan Sosial sehingga bisa menjadi contoh kelompok kewirausahaan sosial di bidang pertanian perkotaan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mengungkap dan menjelaskan bagaimana proses pengembangan kewirausahaan sosial oleh KWT Maranca dalam pelaksanaan pertanian perkotaan, dimana kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.

Informan penelitian ini terdiri dari pengurus KWT Maranca (ketua, sekretaris, bendahara), Tokoh Masyarakat, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Warga Kelurahan Parang Tambung. Penelitian ini mengumpulkan data dan dokumentasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi. Adapun alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara, alat perekam, dokumentasi dan catatan lapangan.

Tabel 1 Nama – Nama Informan dan Pekerjaan yang Menjadi Objek Penelitian

No. Nama Pakar Pekerjaan/Bidang keahlian 1.

Jumasri, Massiara, Kartini

Pengurus KWT Maranca

2. A.Hasli Tokoh Masyarakat 3. Syahreni Penyuluh Pertanian

Kota Makassar 4. Asri Warga di sekitar

kelompok

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Praktik Kewirausahaan Sosial Pertanian Perkotaan

Kelompok Wanitatani Maranca yang berdiri tahun 2021. Meskipun kelompok ini masih baru, tapi telah dirasakan manfaat dan berpengaruh terhadap masyarakat di sekitarnya. KWT Maranca di inisiasi oleh dua orang bersaudara yaitu Jumasiah dan Massiara yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama yaitu di Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kotamadya Makassar.

Adapun potensi yang ada dalam kelompok ini berupa lahan-lahan kosong dan pekarangan yang berada di sekitar rumah penduduk, dan untuk kebun yang dikelola bersama-sama merupakan lahan yang dimiliki oleh anggota kelompok dengan luas ± 1.000 m2. Jumlah anggota kelompok saat ini beranggota 25 orang, yang dibentuk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam perawatan tanaman di kebun kelompok.

KWT Maranca juga telah menjadi kelompok binaan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar, dan menjadi kelompok pelaksanaan Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Lestari (P2L) dan direkomendasikan sebagai Lorong wisata (Longwis) pada Tahun ini.

Penerapan praktik kewirausahaan sosial di KWT Maranca berfokus pada usaha budidaya tanaman kangkung dan tanaman sayur lainnya. Dimana hasil dari kegiatan bertanam kangkung dan sayuran lainnya yang berasal dari kebun bersama dan pekarangan dari anggota kelompok di pasarkan lalu kemudian dikumpulkan oleh pengurus dan untuk pembagian hasil kepada semua anggota dilakukan pada setiap satu musim pertanaman.

Tanaman kangkung merupakan komoditi utama yang dilakukan oleh KWT Maranca karena tanaman kangkung memiliki masa panen yang cepat (± 15 hari) dan permintaan sangat tinggi, dibandingkan dengan kebutuhan sayur lainnya seperti selada, sawi, terong, kacang panjang dan untuk tanaman cabai biasanya hanya untuk dikonsumsi sendiri oleh anggota kelompok. Saat ini pemasaran tanaman kangkung telah dilakukan oleh pengurus kelompok dengan melakukan kerjasama dengan 5 rumah makan yang berada

(4)

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 10 di Kota Makassar. Dimana setiap harinya

kelompok hanya bisa menyuplai 5 – 7 kg tanaman kangkung, padahal permintaan sangatlah besar.

Kegiatan lain di kelompok ini adalah usaha kuliner dan makanan olahan lainnya seperti: Kacang disco, keripik singkong, kerupuk keju, kue kering, serta produk barang bekas (limbah plastik) yang bisa dimanfaatkan ulang (recycle), dimana kesemuanya ini adalah keterampilan yang berasal dari anggota kelompok. Melihat potensi ini KWT Maranca memanfaatkan peluang ini dengan memasarkan produk olahan kelompok ke toko-toko bahkan di rumah makan yang mengambil tanaman kangkung mereka.

Untuk kegiatan pengembangan kemampuan anggota kelompok ini juga dilakukan dengan mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan baik dari pemerintah, universitas, BUMN serta pihak lainnya. Hasil dari pelatihan yang diperoleh dilakukan praktik atau diajarkan kepada seluruh anggota kelompok sehingga manfaat yang didapat dapat dirasakan oleh seluruh anggota kelompok.

Selain itu, kegiatan pendampingan usaha anggota kelompok berupa pemberian modal yang diperlukan oleh anggota yang telah disepakati dan berasal dari kas kelompok.

B. Proses Pengembangan Kewirausahaan Pertanian Perkotaan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi partisipasi, KWT Maranca telah menerapkan kewirausahaan sosial yaitu dengan melihat pada karakteristik atau sifat utama kewirausahaan sosial (Rahmawati, 2011) yaitu:

1) Berfungsi sebagai agen perubahan

Keberadaan agen pembaharu sangat dibutuhkan dalam sebuah proses pemberdayaan masyarakat, karena agen pembaharu yang melakukan kegiatan pemberdayaan untuk bisa menyampaikan maksud, tujuan dan menggerakkan pemberdayaan masyarakat. Seorang agen pembaharu dalam pelaksaan kewirausahaan harus memiliki kemampuan (a) Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (bukan nilai hanya pribadi); (b)

Mengenali dan mengejar peluang baru untuk mewujudkan misi tersebut; (c) Melakukan proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar; (d) Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki; dan (e) Meningkatkan akuntabilitas pada konstituen yang dilayani dan hasil kerja.

Kelompok Wanita tani Maranca, sebagai agen pembaharu telah dilakukan oleh kelompok ini, meskipun mereka tidak menyadari peran mereka sebagai agen pembaharu, kegiatan yang dilakukan hanya semata-mata karena ingin berbuat sesuatu/kegiatan yang bisa dikerjakan bersama-sama dan menghasilkan sesuatu yang juga dirasakan bersama oleh anggota kelompok dan masyarakat di sekitarnya.

Sebagai agen pembaharu kelompok ini juga giat mencari peluang pasar atas produk-produk yang dibuat oleh anggota kelompok, seperti memasarkan produk- produk olahan yang berasal dari anggota kelompok, serta menyuplai tanaman kangkung (komoditi utama) ke rumah- rumah makan (5 rumah makan) dan ke penjual sayur keliling.

Kelompok ini juga telah mendapatkan pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dalam hal ini sebagai perpanjangan Pemerintah Kota Makassar, dimana dengan pendampingan ini kelompok bisa mendapatkan akses baik dari pemerintah kota itu sendiri, dan stake holder lainnya dalam pengembangan potensi yang dimiliki oleh kelompok.

Dalam pengambilan keputusan terhadap suatu hal dilakukan secara musyawarah dan sistem akuntabiltas juga dilakukan oleh kelompok ini dimana semua hasil kegiatan atau penjualan dipertanggungjawabkan oleh pengurus begitu pula dengan pembagian sisa hasil usaha kelompok.

2) Kreatif dan Inovatif

Kreativitas merujuk kepada pembentukan ide-ide baru, sedangkan inovasi merujuk pada upaya untuk

(5)

11 | A . T e n r i U l f a S a l a m

menghasilkan ide-ide baru untuk mengatasi masalah. Kreativitas merupakan awal dari inovasi. Inovasi merupakan kerja keras dalam pembentukan ide, melibatkan banyak orang dengan keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi.

Kelompok ini juga memberikan peluang besar kepada anggotanya dan masyarakat di sekitarnya untuk berkreasi dengan melakukan praktik budidaya berbagai sayuran yang ada begitu pula dengan praktik pengolahan makanan dan berbagai keterampilan lainnya agar semakin terampil dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi. Salah satu inovasi yang saat ini akan dikembangkan adalah membangun rumah kumpul, yang mana tempat ini akan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat di sekitarnya dan bagi kelompok juga untuk melakukan proses pengolahan baik dari budidaya tanaman maupun pengolahan makanan, dan sekaligus sebagai menjadi tempat pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok.

3) Disiplin dan Bekerja Keras

Seorang wirausaha sosial harus melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian, tanggung jawab yang tinggi, tidak menyerah ketika menghadapi rintangan berat. Menjalankan organisasi sosial bukan hal yang mudah, banyak hambatan seperti: (a) Kemampuan mengidentifikasi akar masalah social; (b) Mendapatkan modal; (c) Mengelola program; (d) Membangkitkan partisipasi masyarakat; (e) Mengomunikasikan gagasan pada pihak lain.

Penerapan disiplin dan bekerja keras adalah salah satu bagian yang sangat diperhatikan, ini dapat dilihat dari pembentukan kelompok kerja sesuai dengan petak masing-masing yang menjadi tanggung jawab kelompok dalam kegiatan pemeliharaan. Pengaturan rotasi tanaman dilakukan agar supaya terjadi kesinambungan (kontinuitas) pasokan

terutama tanaman kangkung untuk bisa memenuhi pemenuhan permintaan pelanggan, meskipun saat ini potensi pemanfaatan lahan di lingkungan kelompok masih sangat besar, ini menjadi peluang sekaligus tantangan oleh KWT Maranca dalam pengembangan kegiatannya, dikarenakan lokasi kelompok ini berada di delta sungai Jeneberang sehingga terdapat lahan-lahan tidur yang mempunyai nilai ekonomis tinggi apabila dikelola dengan baik.

Adapun faktor-faktor yang menghambat Keterbatasan kelompok dalam mengolah lahan adalah: 1) Aktivitas Anggota kelompok adalah ibu rumah tangga sehingga sebagian besar waktunya untuk beraktivitas dalam rumah tangganya, sehingga untuk penambahan areal pertanaman memerlukan waktu yang cukup menyita, 2) Keterbatasan modal oleh kelompok sehingga membatasi gerak kelompok dalam berkegiatan, 3) Tidak adanya jaminan keamanan terhadap hasil kebun.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, dimana proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok tergantung pada tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu hal.

Anggota kelompok KWT Maranca terdiri dari ibu-ibu yang tingkat pendidikannya adalah Tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Meskipun pendidikan anggota kelompok masuk dalam kategori sedang namun hal ini tidak menjadi halangan bagi anggota kelompok untuk terus belajar dan meningkatkan potensi dirinya.

Peningkatan kemampuan kelompok dilakukan dengan banyak mengikuti berbagai pelatihan, mencari Informasi dan media massa.

(6)

P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 12 4) Altruis

Altruis adalah sikap moral dengan prinsip bahwa setiap individu memiliki kewajiban untuk membantu, melayani, dan menolong orang lain yang membutuhkan. Tujuan tindakannya adalah untuk kesejahteraan masyarakat.

Wirausaha sosial harus memiliki sifat altruis, karena seluruh tindakannya didorong oleh keinginan mengatasi masalah sosial. Tentu saja karena ia bekerja, maka ia mendapatkan imbalan material namun imbalan ini bukan menjadi pendorong utama.

Sikap Alrturis ditunjukkan oleh KWT Maranca tercermin dalam tujuan awal berdirinya kelompok ini yaitu bagaimana memanfaatkan lahan kosong yang ada dan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat terutama perempuan yang ada di lingkungan mereka, dimana perempuan yang ada di lingkungan mereka hanya melakukan kegiatan yang terbatas pada lingkup rumah tangga saja, tapi dengan berkelompok dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berarti bila dilakukan secara sendiri- sendiri.

KWT ini juga berupaya untuk mencari pemasaran berbagai produk yang dihasilkan oleh kelompok dan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi masyarakat yang ingin bergabung atau menjual hasil sayuran mereka dengan profit bagi hasil. Dan untuk meningkatkan nilai tambah pada produk yang dihasilkan dilakukan pengarahan atau saling menukar informasi mengenai budidaya sayuran atau produk olahan lainnya yang dapat meningkatkan hasil produksi dan kualitasnya.

SIMPULAN

Praktik kewirausahaan sosial oleh kelompok wanita tani Maranca dilakukan dalam bentuk kegiatan pertanian perkotaan yaitu pemanfaatan lahan kosong dengan melakukan budidaya tanaman kangkung

(komoditi Utama) dan tanaman sayuran lainnya, kegiatan pengolahan makanan serta pemanfaatan barang bekas.

Kelompok Wanita Tani Maranca telah melakukan proses pengembangan kewirausahaan sosial yang berdasarkan karakteristik atau sifat umum Kewirausahaan Sosial yaitu sebagai agen pembaharu, kreatif dan inovatif, bekerja keras dan disiplin serta memiliki sifat Altrius.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad RF dan Annisa NI, 2016. Jurnal Pertanian perkotaan: Urgensi, Peranan dan Praktek Terbaik. STEKPI Trilogi Jakarta Vo.10 No 01.

Krisnawati A dan Farid M, 2016. Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui Konsep Pertanian Perkotaan (Urban Farming) Studi Pada Kelompok Tani Elok Mekar Sari Kelurahan Semolowaru Kota Surabaya.

Maulinda Karlin, 2018. Proses Pengembangan Social Entrerprose Agriculture (Studi Biografi pada Agradaya). Jurnal Studi Pemuda, Volume 7 Nomor 2 tahun 2018.

Mulyaningrum dan Rusliati, 2019. Membangun Kewirausahaan Sosial Sektor Agribisnis Sebagai Inovasi Peluang Kerja di Pedesaan. Seminar dan Lokakarya Kaulitatif Indonesia 2019, Pengembangan Budaya Penelitian Menuju Indonesia 4.0.

Matana University.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan ROTI memiliki nilai rasio perputaran persediaan lebih tinggi daripada perusahaan lainnya yang berarti bahwa di tahun 2012 perusahaan ini memiliki

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Menurut Urofsky (2001: 2), untuk men- jalankan pemerintahan demokratis yang adil dan makmur, terdapat sejumlah prinsip untuk memahami dan mempraktekkan demokrasi se- cara

At its root, the Politics of Feeling has ascended because more and more we preface our political opinions with “I feel.” This habit, benign enough on the surface, reveals that

Pengembangan yang Dilakukan Guru dalam Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikultural Guna Memupuk Nasionalisme pada Siswa di SMA St Aloysius Bandung .... Perilaku

Against the extremely challenging market, I am pleased to report that PT Toba Bara Sejahtra Tbk, through our three operating coal mine subsidiaries, generated net consolidated

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

ada nilai error atau nilai MSE dan PSNR dari citra hasil dekompresi. Untuk ratio yang dihasilkan dari metode kompresi Run Length Encoding ini cukup besar,