• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Sumberdaya Pertanian Untuk Pengolahan Tanah Pada Lahan Sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Sumberdaya Pertanian Untuk Pengolahan Tanah Pada Lahan Sawah"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowchart Penelitian

Mulai

Penyiapan lahan sawah

( 12 petak; 10m x 10m)

Pengolahan tanah

dengan tenaga manusia pada pagi hari

Pengolahan tanah

dengan tenaga mesin pada pagi hari

Pengamatan parameter

-

Kapasitas lapang efektif

-

Efisiensi traktor

-

Konsumsi bahan bakar

-

Analisis ekonomi/biaya pengolahan

Analisis data

Selesai

Pengolahan tanah

dengan tenaga manusia pada sore hari

Pengolahan tanah

(2)

39

Lampiran 2. Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam)

Perlakuan I II III Total Rataan

T1P1 0,052 0,057 0,060 0,170 0,056

T1P2 0,073 0,080 0,090 0,245 0,081

T2P1 0,706 0,815 0,840 2,362 0,787

T2P2 1,142 1,181 1,121 3,445 1,148

Total 1,975 2,134 2,113 6,223

Rataan 0,493 0,533 0,528 0,518

Analisis Sidik Ragam Kapasitas Lapang Efektif

SK DB JK KT Fhit F 5% F 1% Ket.

Ulangan 2 0,004 0,001 1,34 5,14 10,92 tn

Perlakuan 3 2,619 0,872 627,08 4,26 9,78 **

T 1 2,422 2,422 1740,10 5,99 13,74 **

P 1 0,112 0,111 80,32 5,99 13,74 **

TxP 1 0,085 0,084 60,83 5,99 13,74 **

Galat 6 0,008 0,001 Total 11 2,631

FK = 3,228

(3)

Lampiran 3. Efisiensi Tenaga Mesin (%)

Luas Lahan(m2) Lebar Alat(m) Kecepatan(m/s) KLT(Ha/jam)

100 0,33 1,4 1,283

Efisiensi Tenaga Mesin (%)

Perlakuan I II III Total Rataan

T2P1 55,068 63,523 65,480 184,072 61,357

T2P2 89,053 92,033 87,389 268,476 89,492

Total 144,122 155,557 152,869 452,549

Rataan 72,061 77,778 76,434 75,424

Analisis Sidik Ragam Efisiensi Tenaga Mesin

SK DB JK KT Fhit F 5% F 1% Ket.

Ulangan 2 35,750 17,875 0,977 5,14 10,92 tn Perlakuan 1 1187,345 1187,345 64,939 5,99 13,74 **

Galat 2 36,567 18,283 Total 5 1259,663

(4)

41

Lampiran 4. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam)

Perlakuan I II III Total Rataan

T2P1 1,060 1,222 0,840 3,123 1,041

T2P2 1,714 1,181 1,121 4,016 1,338

Total 2,774 2,403 1,961 7,140

Rataan 1,387 1,201 0,980 1,190

Analisis Sidik Ragam Konsumsi Bahan Bakar

SK DB JK KT Fhit F 5% F 1% Ket.

Ulangan 2 0,165 0,082 1,364 5,14 10,92 tn Perlakuan 1 0,133 0,133 2,194 5,99 13,74 tn

Galat 2 0,121 0,060 Total 5 0,419

FK = 8,496

(5)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Cangkul

(6)

43

Lahan ulangan I

(7)

Lahan ulangan III

(8)

45

Lahan ulangan V

(9)

Hand Tractor

(10)

47

Mengisi penuh tangki BBM Traktor

(11)

Mengukur kebutuhan BBM

(12)

49

Lahan ulangan IX

(13)

Lahan ulangan XI

(14)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.

Burton, L.D., 1997. Agriscience & Techonology. Delmal Publisher, New York. Dakung, S., S. Galba, S.S.S. Utomo, F.N.M. Wahyuningsih, R. Darnys, 1989.

Teknologi Pertanian Tradisional Sebagai Tanggapan Aktif Masyarakat Terhadap Lingkungan Di Daerah Pekalongan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Press, Jakarta.

Darun., 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daywin, F.j., R.G. Sitompul, I. Hidayat, 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hardjosentono, M., Wijanto, E. Rachlan, I.W. Badra, R.D. Tarmana, 2000. Mesin-Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hardjowigeno, S dan L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia Publishing, Malang.

Herbs, J.H. 1980. Farm Management Principles, Budget and Plans, Fifth Revised Edition. Stipes Publishing Company, Illnois.

Jones, F.R., 1996. Farm Gas Engines and Tractors. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.

Noor, M., 1996. Padi Lahan Marginal. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pudjosumartono, M., 1998. Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi Brawijaya, Malang.

Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. Rineka Cipta, Jakarta.

Rajamuddin, U.A., 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Vol.45, ISSN : 0854 – 641X.

Rasyid, D., 1991. Peralatan Produksi Tradisional & Pengembangannya di Daerah Sulawesi Selatan. Depdikbud, Jakarta.

Reijntjes, C., B. Havekort dan A. Waters-Bayer., 1999. Pertanian Masa Depan. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

(15)

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor. Smith, H.P., dan L.H. Wilkes, 1990. Mesin Dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Sugeng, H.R., 1998. Bercocok Tanaman Padi. Aneka Ilmu, Semarang.

Wartawan, A.L., 1997. Bahan Bakar Bensin Otomotif. Universitas Tri Sakti, Jakarta.

(16)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014 di Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan sebagai media pengolahan, solar sebagai bahan bakar traktor, oli sebagai pelumas mesin traktor, air sebagai pendingin radiator. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tape untuk mengukur lahan yang akan diolah, pacak untuk menandai batasan lahan yang akan diolah, cangkul untuk melakukan pengolahan dengan tenaga manusia, hand traktor quick vaganza G 1000 untuk melakukan pengolahan dengan tenaga mesin, bajak singkal sebagai implemen pada hand traktor, stopwatch untuk menghitung waktu pengolahan, kalkulator untuk membantu melakukan penghitungan, alat tulis untuk mencatat data.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan menggunakan metode rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor, yaitu:

Faktor 1: Jenis tenaga

T1: Tenaga Manusia T2: Tenaga Mesin Faktor 2: Waktu Pengolahan

(17)

Sehingga didapat 4 kombinasi perlakuan yang terdiri dari 3 ulangan, yaitu:

T1P1 T1P2

T2P1 T2P2

Selanjutnya data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) untuk setiap parameter yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% dan 1%.

Prosedur Penelitian

1. Pengolahan dengan tenaga manusia (dilakukan pada pagi hari menghadap arah timur/menghadap matahari terbit 08.00 WIB)

- Membagi lahan sebanyak 3 petak (I, II, III) dengan ukuran 10m x 10m. - Menggenangi lahan I dengan air setinggi 2cm di atas permukan tanah. - Mengolah lahan(mencangkul) dengan kedalaman olah 30cm.

- Mencatat waktu pengolahan.

- Mengulangi perlakuan pada lahan I pada lahan II dan III.

2. Pengolahan dengan tenaga manusia (dilakukan pada sore hari menghadap arah timur/membelakangi matahari terbenam 16.00 WIB)

- Membagi lahan sebanyak 3 petak (IV, V, VI) dengan ukuran 10m x 10m. - Menggenangi lahan IV dengan air setinggi 2cm di atas permukan tanah. - Mengolah lahan(mencangkul) dengan kedalaman olah 30cm.

- Mencatat waktu pengolahan.

(18)

25

3. Pengolahan dengan tenaga mesin (hand traktor) (dilakukan pada pagi hari menghadap arah timur/menghadap matahari terbit 08.00 WIB)

- Membagi lahan sebanyak 3 petak(VII, VIII, IX) dengan ukuran masing-masing 10m x 10m.

- Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum menjalankan traktor.

- Menggenangi lahan VII dengan air setinggi 5cm di atas permukan tanah. - Mengolah lahan(meluku) dengan kedalaman olah 30cm.

- Mencatat waktu pengolahan.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki.

- Mengulangi perlakuan pada lahan VII pada lahan VIII dan IX.

4. Pengolahan dengan tenaga mesin (hand traktor) (dilakukan pada sore hari menghadap arah timur/membelakangi matahari terbenam 16.00 WIB)

- Membagi lahan sebanyak 3 petak(X, XI, XII) dengan ukuran 10m x 10m. - Mengisi tangki bahan bakar traktor sampai penuh sebelum traktor dijalankan. - Menggenangi lahan X dengan air setinggi 5cm di atas permukan tanah. - Mengolah lahan(meluku) dengan kedalaman olah 30 cm.

- Mencatat waktu pengolahan.

- Mengisi bahan bakar kedalam tangki sampai penuh dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki.

(19)

Parameter Penelitian

Kapasitas lapang efektif

Kapasitas lapang efektif diperoleh dari luas olahan yang dikerjakan dengan tenaga manusia dan tenaga mesin per satuan waktu. Kapasitas lapang efektif dapat dihitung dengan persamaan (2).

Efisiensi traktor

Efisiensi traktor merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif terhadap kapasitas lapang teoritis. Efisiensi dinyatakan dalam satuan persen, dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3).

Konsumsi bahan bakar

Konsumsi bahan bakar yaitu volume bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengolah suatu lahan per satuan waktu. Konsumsi bahan bakar dapat dihitung dengan rumus:

Konsumsi bahan bakar = ������ ������� ℎ�� ������ (�����)

����� ������� ℎ��(���)

Analisis ekonomi/Biaya Pengolahan

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa pengaruh penggunaan sumber tenaga dan waktu pengolahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter-parameter yang diamati. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data hasil pengamatan

Parameter Perlakuan Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam) Efisiensi Traktor (%) Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam) Biaya (Rp/Ha)

T1P1 0,056 - - 400.000

T1P2 0,081 - - 400.000

T2P1 0,787 61,357 1,041 183.600

T2P2 1,148 89,492 1,338 182.600

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengolahan dengan tenaga mesin yang dilakukan pada sore hari merupakan perlakuan yang paling tepat untuk mengolah tanah. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada sore hari memiliki kapasitas lapang efektif yang paling tinggi dan memiliki biaya pengolahan paling rendah. Pada penelitian ini pengolahan tanah dilakukan hanya pada pengolahan tanah I (dibajak/dicangkul).

Kapasitas Lapang Efektif

(21)

Tabel 7. Uji DMRT efek utama pengaruh penggunaan sumber tenaga dan waktu pengolahan terhadap kapasitas lapang (Ha/jam).

Perlakuan

Rataan Kapasitas Lapang(Ha/jam)

DMRT

F.0.5 F.0.1

T1P1 0,056 a A

T1P2 0,081 a A

T2P1 0,787 b B

T2P2 1,148 c C

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan sumber tenaga dan waktu pengolahan lahan satu dengan yang lainnya memberikan pengaruh berbeda sangat nyata satu sama lainnya. Kapasitas tertinggi diperoleh pada sumber tenaga mesin yang diolah pada waktu sore hari yaitu sebesar 1,148 Ha/jam. Pengaruh pola pengolahan terhadap kapasitas lapang dapat dilihat pada pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh sumber tenaga dan waktu pengolahan lahan pengolahan terhadap kapasitas lapang

Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa sumber tenaga dan waktu pengolahan memberikan hasil yang berbeda terhadap kapasitas lapang. Hal tersebut dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk mengolah tanah. Penggunaan sumber tenaga mesin sangat efektif melihat besarnya kapasitas kerja dibandingkan

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

T1P1 T1P2 T2P1 T2P2

(22)

29

penggunaan sumber tenaga manusia. Tenaga mesin jauh lebih baik dibandingkan dengan tenaga manusia sesuai dengan literatur Herbs (1980) yang menyatakan bahwa mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Waktu Pengolahan juga berpengaruh terhadap waktu yang digunakan untuk mengolah tanah. Waktu Pengolahan pada sore hari lebih cepat dibandingkan pada pagi hari baik menggunakan sumber tenaga mesin ataupun tenaga manusia.

Efisiensi Tenaga Mesin

Dari hasil analisa sidik ragam pada lampiran 3, dapat dilihat bahwa pengaruh waktu pengolahan berpengaruh sangat nyata terhadap efisiensi. Hasil pengujian Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) menunjukkan pengaruh waktu pengolahan terhadap efisiensi untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji DMRT efek utama pengaruh waktu pengolahan terhadap efisiensi(%).

Perlakuan

Rataan Efisiensi (%)

DMRT

F.0.5 F.0.1

T2P1 61,357 a A

T2P2 89,492 b B

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % dan sangat nyata pada taraf 1 %

(23)

waktu sore hari yaitu sebesar 89,492. Pengaruh pola pengolahan terhadap kapasitas lapang dapat dilihat pada pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh waktu pengolahan lahan pengolahan terhadap efisiensi

Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa waktu pengolahan memberikan hasil yang berbeda terhadap efisiensi. Menurut Yunus (2004), efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk persen (%). Kapasitas lapang efektif itu sendiri dipengaruhi waktu yang digunakan untuk mengolah tanah. Pada sore hari operator secara psikis merasa ingin lebih cepat mengerjakan pengolahan tanah karena waktu pengolahan yang tersedia pada sore hari lebih sedikit daripada pagi hari yang membuat operator yang mengerjakan pengolahan tanah pada pagi hari lebih bersantai. Pada penelitian ini didapatkan rataan efisiensi traktor pada pagi hari yaitu sebesar 61,357 % sedangkan pada sore hari sebesar 89,492 %. Konsentrasi dan ketepatan kerja operator, amat mempengaruhi kerapihan kerja operator tersebut. Konsentrasi kerja yang rendah, dapat

(24)

31

menyebabkan hasil olahan yang kurang baik, sehingga daerah yang sudah diolah harus diolah kembali karena hasil yang belum sempurna.

Konsumsi Bahan Bakar

Dari hasil analisa sidik ragam pada lampiran 4, dapat dilihat bahwa pengaruh waktu pengolahan berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi bahan bakar sehingga tidak dilakukan pengujian Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Konsumsi bahan bakar untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam) Ulangan

Perlakuan I II III Rataan

T2P1 1,060 1,222 0,840 1,041

T2P2 1,714 1,181 1,121 1,338

(25)

membuat beban traktor menjadi berat yang dapat memperbesar konsumsi bahan bakar.

Analisis Ekonomi / Biaya Pengolahan (Rp)

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada saat mengolah tanah. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui berapa besarnya biaya produksi, sehingga keuntungan penggunaan sumber tenaga dapat diperkirakan. Biaya Pengolahan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Biaya pengolahan terhadap sumber tenaga yang digunakan.

Perlakuan Kapasitas lapang Efektif (Ha/jam) Biaya Pengolahan (Rp/Ha)

T1P1 0,056 400.000

T1P2 0,081 400.000

T2P1 0,787 183.600

T2P2 1,148 182.600

Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa Biaya Pengolahan untuk tenaga manusia lebih besar daripada tenaga manusia. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Reijntjes dkk.(1999) yang menyebutkan bahwa “masih banyak pula petani yg masih mengandalkan tenaga hewan ataupun tenaga manusia dalam pengolahan tanah mengingat harga dan perawatan traktor yang cukup tinggi serta lahan yang tidak terlalu luas.” Hal ini disebabkan karena traktor yang digunakan pada penelitian ini merupakan traktor sewaan dari kelompok tani setempat sehingga tidak ada biaya pembelian traktor dan implemennya ataupun biaya perawatannya.

(26)

33

Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya tidak tetap (variable cost/operating cost).

Upah buruh tani sebesar Rp 80.000,- per rante lebih tinggi daripada upah operator traktor sebesar Rp 35.000,- per rante. Hal ini disebabkan karena buruh tani semakin jarang dipekerjakan yang disebabkan tenaga manusia sudah digantikan dengan adanya tenaga mesin yang memiliki kapasitas lapang lebih tinggi. Upah buruh tani terus mengalami kenaikan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada saat penelitian ini dilaksanakan upah buruh tani sebesar 44.833Rp/HOK.

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sumber daya pengolahan dan waktu pengolahan tanah pada lahan sawah berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas lapang efektif dan efisiensi tenaga mesin.

2. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia yang dilakukan pada pagi hari memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,056 Ha/jam.

3. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia yang dilakukan pada sore hari memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,081 Ha/jam.

4. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada pagi hari memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 0,787 Ha/jam, Efisiensi sebesar 61,357 %, dan konsumsi bahan bakar sebesar 1,041 Liter/jam.

5. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin yang dilakukan pada sore hari memiliki rataan kapasitas lapang efektif sebesar 1,148 Ha/jam, Efisiensi sebesar 89,492 %, dan konsumsi bahan bakar sebesar 1,338 Liter/jam.

(28)

35

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian yang berbeda.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Lahan Sawah

Menurut Siregar (1981), areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:

1. Sawah irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum.

2. Sawah irigasi desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran/bandar-bandar/parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa/petani di suatu daerah tertentu.

3. Sawah tadah hujan, atau di luar Pulau Jawa dan Madura disebut “sawah berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan.

Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan tanah menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kondisi inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Rajamuddin, 2009).

(30)

6

Sebelum menanam padi di lahan sawah, maka perlu dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah dipersiapkan dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisonal yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh hewan misalnya, kerbau atau sapi. Cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin, yaitu dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat bekerja sendiri (Sugeng, 1998).

Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman padi dapat ditempuh dengan beberapa cara. Secara manual penyiapan lahan dilakukan menggunakan tangan dan alat sederhana. Sedangkan secara mekanis menggunakan bajak (ploughing) dan garu (harrowing). Cara yang banyak digunakan pula adalah secara kimiawi yaitu dengan herbisida. Namun dapat pula digunakan gabungan dari cara-cara tersebut (Noor, 1996).

Sumberdaya Di Bidang Pertanian

(31)

administratif. angin sejauh ini, air, dan listrik terbatas sepenuhnya bekerja stasioner (Jones, 1996).

Salah satu unsur yang dapat membedakan antara teknologi maju (modern) dengan teknologi sederhana (tradisional) adalah terletak pada tenaga yang menjadi penggerak dari teknologi itu sendiri. Teknologi modern lebih menekankan tenaga mesin, sedang teknologi tradisional lebih memerlukan tenaga manusia dan atau tenaga hewan. Sebagai suatu teknologi tradisional maka hubungan antara manusia dengan sistem peralatan yang dipunyai terasa sangat akrab. Ini tentunya disebabkan disamping peralatan tersebut diperoleh dengan amat mudah, bahkan beberapa diantara dibuat sendiri oleh pemiliknya, juga alat tersebut dalam waktu yang relatif lama berdampingan dengan manusianya (Dakung, dkk., 1989).

Tingkatan paling rendah dari mekanisasi yakni penggunaan binatang penarik (terutama kerbau atau sapi) untuk pembajakan dan pelumpuran serta pengangkutan hasil panen dari lahan. Kendala yang ada mungkin seperti pengerjaan secara manual, yaitu trafficability yang buruk pada lahan berlumpur dan tingginya energi yang dibutuhkan pada tanah-tanah berliat halus (terutama Vertisol) sehingga waktu yang tersedia bagi lahan untuk dapat dikerjakan amat terbatas (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Sumberdaya Manusia

(32)

8

Pada saat mesin pengolah tanah belum tersedia, beberapa kuda digunakan untuk mengolah lahan. Namun selama pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga kuda, luas olahan yang diperoleh masih terlalu kecil, mesin pengolahan tanah dapat mengolah lahan dalam ukuran yang lebih luas (Burton, 1997).

[image:32.595.113.515.331.544.2]

Menurut Daywin dkk (2008), daya yang digunakan dalam pengolahan tanah dapat digolongkan ke dalam daya biologis (manusia , kerbau, sapi) dan daya motor bakar (motor bensin, diesel). Daya manusia dan ternak dalam mengolah tanah dan kapasitas kerjanya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Daya tersedia dan kapasitas kerja dalam pengolahan tanah dengan daya biologis

Sumber tenaga Daya tersedia kW/Unit

Kapasitas Kerja Keterangan 1. Manusia 0,040 per orang

pria

0,5 Ha/musim

60-80 (HOK/Ha)

-

Tanah sawah 2x cangkul, siap tanam

1 orang pria, 2x cangkul, tanah berat, siap tanam 2. Sepasang hewan

(Kerbau, Sapi)

1,072 (2 ekor hewan)

1,5-2,5 (Ha/musim)

2-3 (Ha/musim)

14-21(har/Ha)

Tanah sawah 2x bajak singkal Tanah kering 2x bajak singkal

Sumberdaya Mesin (Traktor)

(33)

pnelitian-penelitian baik di laboratorium maupun di lapangan sebelum suatu mesin diaplikasikan. Sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut maka juga telah membuat suatu program pengembangan yang mantap dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, sosial dan ekonomis (Daywin dkk, 2008).

Mesin dapat membantu pekerja agar pekerjaan lebih aman dan dengan tingkat produktifitas tinggi. Semakin besar ukuran dan jumlah mesin, maka semakin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan per orangnya. Inilah dasar untuk meningkatkan produktifitas per orang dalam industri pertanian. Proses mekanisasi ini telah berlangsung dan mengalami peningkatan signifikan sejak 1950 (Herbs, 1980).

Pemanfaatan traktor dan mesin-mesin lainnya untuk pengolahan lahan, penanaman, dan pemanenan serta pemrosesan bergantung pada, dengan sedikit perkecualian, bahan bakar yang tidak dapat diperbarui lagi. Mekanisasi bisa memperbaiki hasil panen melalui pengolahan lahan yang baik, penanaman, pemupukan, dan pemanenan yang lebih efisien hingga akhirnya memperkuat dampak unsur lain dari paket revolusi hijau (Reijnteis dkk, 1999).

Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan bahan makanan dan serat yang semakin banyak dan kenaikan produksi pertanian yang terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non enjinering seperti bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik. Akan tetapi yang paling utama adalah meningkatnya penggunaan mekanis dan semakin efektifnya penggunaan mesin pertanian (Daywin dkk, 2008).

(34)

10

dengan hasil lebih banyak dan karenanya pendapatan lebih baik. Tetapi mekanisasi menggantikan tenaga kerja dengan sumber daya yang langka dan mahal, yaitu modal dan manajemen. Pembenarannya adalah bahwa traktor menyiapkan lahan secara baik dan lebih cepat dan bahwa tanaman yang ditabur awal pada persemaian yang baik diharapkan menghasilkan pemanenan yang lebih baik. Namun, setelah itu kemungkinan besar traktor tersebut tidak digunakan lagi selama musimnya berjalan (Reijnteis dkk, 1999).

Klasifikasi Traktor

[image:34.595.118.516.382.535.2]

Traktor berperanan penting sebagai sumber penggerak peralatan pertanian. Berdasarkan model/tipenya, pembagian traktor dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Klasifikasi traktor (Hardjosentono dkk, 2000)

Menurut Hardjosentono (2000), menurut cara penggandengan peralatannya, maka traktor tangan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a) Integrated mounted tractor (tipe unit); peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu/as) dengan transmisi gigi. Dalam hal ini, penerusan tenaganya positif. Atau dengan kata lain efisiensinya tinggi. Kelemahannya adalah jika peralatan mendapat beban yang berlebihan (over-loaded), motor atau gigi transmisi akan rusak berat. Berbeda dengan Traktor

Traktor Kecil

Traktor Besar

Traktor rantai (crawler)

Traktor roda empat (Wheel tractor) Traktor rantai (crawler)

Traktor roda dua tipe standar (standard type)

Tipe kombinasi (combination type) Tipe gusur (trailing type)

(35)

tipe lain yang penerusan tenaganya menggunakan rantai (chain) atau V-belt. Jika terjadi kelebihan beban, maka bagian yang rusak adalah rantai atau V-beltnya (transmisi tali kipas), yang harganya relatif lebih murah daripada gigi-gigi transmisi atau onderdil lain. Oleh karena itu, sekarang ini traktor kecil tipe unit sudah jarang dijumpai di Indonesia.

b) Trailing type (tipe gusur); peralatannya digandengkan dengan traktor hanya dengan bantuan pen (pasak) saja. Jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.

c) Combination type (tipe kombinasi); dapat digunakan sebagai tipe unit

maupun tipe gusur. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotary tiller). Pada rantai itu terdapat sebuah mata rantai yang lemah, sehingga

jika traktor kelebihan beban, maka rantai ini yang akan patah/rusak, bukan susunan gigi transmisi atau motornya. Andai kata kita hendak membajak tanah, maka cangkul/garu berputar yang terpasang pada unit tadi dapat dilepas

dan traktor bisa dipakai sebagai tipe gusur dengan memasangkan pasak

(draw-bar/hitch).

Traktor Tangan

(36)

12

penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain-lain (Hardjosentono dkk, 2000).

[image:36.595.112.514.306.427.2]

Dari banyak hasil penelitian dan pengujian traktor roda 2 dalam pengolahan tanah berhasil dikumpulkan lebih kurang 15 jenis traktor roda 2 dan data kapasitas pengolahan tanah yang meliputi tanah sawah dan tanah kering, baik dengan bajak singkal maupun bajak pisau berputar. Dari data dapat dihasilkan angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja seperti dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja (Ha/kW, jam) dengan faktor koreksi ± 10 %.

Pengolahan tanah Ha/kW.jam

1. Tanah sawah

a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0073

b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0,0093 2. Tanah kering siap tanam

a. Dengan bajak singkal 2 x 0,0053

b. Dengan bajak pisau beputar 2 x 0,0080 (Daywin dkk, 2008).

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun peralatan yang dihunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu (Daywin dkk, 2008).

(37)

Jika jarak antara kedua butir tanah itu sekecil mungkin, maka pori dalam tanah dengan sendirinya menjadi kecil pula dan lebih kecil pori dalam tanah lebih baik, oleh karena pori yang lebih kecil itu akan menghambat air menyusup ke bagian bawah tanah (Siregar, 1981).

Mengolah tanah pertanian dapat diartikan merubah tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sedemikian rupa, sehingga karenanya diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya ditinjau dari sudut persediaan zat makanan, air, udara, dan suhu panas yang akan memberikan kesempatan sebaik-baiknya guna perkembangan dan peri kehidupan tumbuh-tumbuhan serta mikroorganisme tanah (Dakung, dkk., 1989).

Evaluasi terhadap mudah tidaknya lahan dikerjakan sangat bergantung kepada sistem pengelolaan tanah dan air yang digunakan atau direncanakan. Penyiapan lahan dan pekerjaan lain termasuk penyiangan dan pemanenan dapat dilakukan secara manual tanpa kendala spesifik pada kebanyakan tipe lahan dan tanah. Kesulitan dijumpai pada lahan berbatu dan miring, meskipun hanya sebagian kecil dari daerah lahan sawah aktual dan potensial. Masalah juga dijumpai pada penyiapan lahan berlumpur yang berdrainase buruk, karena kemudahan untuk dilewati amat rendah (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Alat Pengolahan Tanah Pertama

(38)

14

Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan tanah sampai suatu kedalaman dari 6 sampai 36 inci (15,2 sampai 91,4 cm) dikenal dengan alat pengolah tanah primer, yang mencakup bajak singkal, bajak piringan, putar, pahat, dan bajak bawah tanah (Smith dan Wilkes, 1990).

Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman. Telapak bajak secara keseluruhan merupakan hal yang sangat esensial untuk pembajakan yang baik, pemotongan oleh mata bajak dan sedikit pengangkatan irisan alur, pengendalian sisi samping, kemantapan bajak, sementara singkal menyelesaikan pengangkatan, penggemburan, dan pembalikan pemotongan tanah paliran. Terutama pada singkal-lah tergantung pembajakan yang berhasil. Lengkung dan panjang singkal menentukan derajat kegemburan yang diberikan kepada tanah potongan paliran (Smith dan Wilkes, 1990).

Pada saat bergerak maju, maka pisau akan memotong tanah dan mengarahkan potongan/keratin tersebut ke bagian singkal. Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka potongan tanah akan dibalik dan dipecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan tanah yang baik (Daywin dkk, 2008).

Alat Pengolahan Tanah Kedua

Pengolahan tanah kedua diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk

yang komperatif tidak terlalu dalam. Peralatan pengolahan lahan pertama mungkin

digunakan untuk pengolahan lahan kedua. Bajak satu arah dan beberapa jenis bajak

brujul dapat disesuaikan dengan alat-alat tambahan, sehingga dapat digunakan untuk

(39)

Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan

tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan

tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas,

kadang-kadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat

guludan atau alur untuk pertanaman (Daywin dkk, 2008).

Garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan tanah dan memecahkan bongkahan-bongkahan tanah, mengaduk tanah, mencegah dan membinasakan gulma. Di bawah kondisi tertentu, garu dapat digunakan untuk menutup biji. Ada tiga jenis utama garu, yaitu garu piringan, garu gigi paku dan garu gigi pegas (Smith dan Wilkes, 1990).

Kedalaman Olah Tanah

[image:39.595.107.516.570.687.2]

Sebagai diketahui lapisan bunga tanah (top soil) tidaklah sama untuk semua jenis tanah. Ada tanah yang lapisan bunganya tebal dan ada juga tanah yang lapisan bunganya tipis. Lepas dari tebal tipisnya bunga tanah itu, dalamnya pengolahan tanah yaitu: dangkal, sedang, atau dalam, akan mempengaruhi hasil pertanaman. Ini dapat dibuktikan dengan angka-angka sebagai tersebut pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Pengaruh dalam nya pengolahan tanah terhadap hasil

Dalamnya pengolahan tanah (cm) Hasil (gram/rumpun)

8 12.4

12 18.2

16 20.8

20 23.2

24 26.4

28 27.9

32 27.5

(40)

16

cm. Yang ini berarti dalam praktek dengan pencangkulan tanah hampir sama dengan satu kali saja mengayunkan cangkul yang panjangnya kurang lebih 30 cm (Siregar, 1981).

Untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang 15 cm saja. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup untuk tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau top soil. Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata, karena sifat-sifat

permukaan air, sehingga petakan sawah yang dibuat kecil akan mempermudah pembuatan lapisan olah datar dan rata (Daywin dkk, 2008).

Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul. Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah. Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang 18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm (AAK, 1990).

Genangan Air Pengolahan

(41)

Sebelum dilakukan pencangkulan, terlebih dahulu sawah harus digenangi air, sambil dilakukan perbaikan pada pematang. Begitu pula bila dilakukan pembajakan, air harus tergenang di sawah. Ketika penggaruan/penyisiran dilakukan, genangan air dikurangi dipetakan sawah , yaitu tinggi air sekitar 2 cm dari permukaan (Rasyid, 1991).

[image:41.595.109.516.390.483.2]

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pertanaman padi dimana tanahnya diolah dengan mempergunakan air dalam jumlah yang cukup banyak senantiasa lebih tinggi daripada hasil pertanaman dimana tanahnya diolah secara kering ataupun dengan persediaan air yang serba kurang. Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan angka sebagai dicantumkan di bawah ini.

Tabel 4. Pengaruh pengolahan tanah dengan mempergunakan air yag cukup banyak dan air yang serba kurang terhadap hasil

Cara Pengolahan Tanah Penghasilan (kw/ha)

Varietas Mas Varietas Gajah Raci Tanah Diolah Dengan 26,9 100% 25 100% Genangan Air Yang Cukup

Tanah Diolah Dengan 20,7 77% 13,6 54% Persediaan Air Yang Serba Kurang

(Siregar, 1981).

(42)

18

dipecahkan menjadi bagian yang sekecil-kecilnya sehingga merupakan lumpur yang lunak serta halus sekali, jadi merupakan koloid (Siregar, 1981).

Pola Pengolahan Tanah

Menurut Hardjosentono dkk (2000), dalam melakukan pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah agar lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan waktu yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. Hasil pengolahan tanah (khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efektif.

Membajak dengan sistem berkeliling dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah dengan jarum jam.

2. Pada putaran pertama, pembajakan tanah dilakukan pada tepi petakan dan diusahakan betul-betul rapat dengan pematang. Slice dilemparkan kearah kiri atau kearah tengah petakan.

3. Pada putaran kedua sampai keempat cara berbelok berpusing kearah lebih dalam. Slice dilemparkan kearah kanan atau kearah pematang.

(43)

Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah

Menurut Yunus (2004), Persamaan untuk menentukan kapasitas lapang adalah sebagai berikut :

KLT = W . V ... (1) dimana :

KLT = Kapasitas lapang teoritis (Ha/jam) W = Lebar kerja alat (m)

V = Kecepatan (m/jam)

KLE =

L

T ... (2)

dimana :

KLE = Kapasitas lapang efektif (Ha/jam) L = Luas lahan (Ha)

T = Total waktu tempuh (jam)

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinifikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: ha, Kg, Lt) per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat / mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi, satuan kapasitas kerja menjadi: Ha/kW.Jam (Daywin, dkk., 2008).

Kapasitas lapangan teoritik suatu alat adalah laju mesin dalam

(44)

20

jam. Ini mencakup perhitungan kelonggaran untuk kehilangan waktu dalam berbelok dan perbaikan (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah dengan waktu kerja total (Darun, 1990).

Efisiensi Traktor

Menurut Yunus (2004), Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

Efisiensi =���

���

100%

... (3)

dimana :

KLE = Kapasitas lapang efektif KLT = Kapasitas lapang teoritis

Menurut Daywin dkk. (2008), Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi hendaknya dilakukan:

1. Pemeliharaan traktor dan alat-alatnya dengan seksama 2. Pemilihan operator/driver yang berpengalaman

(45)

Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut atau yang dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi (Yunus, 2004).

Bahan Bakar

[image:45.595.116.524.539.646.2]

Biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam. Satuannya adalah lt per jam, sedangkan harga per liter yang dugunakan adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/peralatan yang tepat (lt/jam), adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam pada kondisi kerja yang diberikan. Dari laporan-laporan praktek lapang masalah mekanisasi pertanian dan dari beberapa hasil pengujian, dapat diperkirakan rata-rata pemakaian bahan bakar (solar) lt per-HP perjam seperti pada tabel 3.

Tabel 5. Rata-rata pemakaian bahan bakar solar menurut jenis traktor dan mesin diesel (lt/Hp-jam)

Jenis traktor dan mesin Pemakaian b.b solar (lt solar/Hp-jam)

1. Traktor roda 2 0,17

2. Traktor roda 4 0,18

3. Mesin diesel stationer 0,16

4. Traktor rantai 0,10 (light duty)

0,13 (medium duty) 0,18 (heavy duty) (Daywin dkk, 2008).

(46)

22

optimal yang diperoleh seorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah bergantung kepada dua sifat utama BBM, yaitu:

1. Dapat memberikan campuran bahan bakar-udara dalam perbandingan yang benar (yang biasanya diatur oleh karburator atau injektor).

2. Dapat memberikan pembakaran secara “normal” pada saat yang tepat di dalam siklusnya.

Analisis Ekonomi

Investasi di bidang mesin/alat dimaksud untuk memperoleh keuntungan yang wajar, karena itu perlu dilakukan perhitungan biaya produksi. Prestasi mesin/alat harus mengimbangi total biaya tetap (fixed cost/owning cost) dan biaya tidak tetap (variable cost/operating cost) (Daywin dkk, 2008).

Menurut Darun (2002), Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pengoperasian traktor. Dengan begitu, maka dapat dihitung besarnya keuntungan ataupun kerugian finansial jika menggunakan traktor.

Biaya pokok =

��

+

���� �

... (4)

dimana:

(47)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya hidup dari sektor pertanian. Kondisi alam, cuaca, dan budaya masyarakat Indonesia sangat mendukung sektor pertanian, dengan lahan Indonesia yang cukup subur dan produktif sehingga pertanian cocok untuk terus dikembangkan, terutama tanaman padi.

Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan makanan pokok bagi sebagian rakyat Indonesia. Tanaman padi diusahakan di tanah sawah sehingga amat beralasan jika orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian perlu memahami sifat dan ciri tanah, sehingga mereka dapat mengelola sawah sebaik-baiknya.

Sebelum menanam padi di lahan sawah, maka perlu dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah dipersiapkan dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisonal yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh hewan misalnya, kerbau atau sapi. Cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin menggunakan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat bekerja sendiri.

(48)

2

dengan tujuan untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu, pengolahan tanah bertujuan untuk: membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air.

Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisik, kimia, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Melalui proses pengolahan ini, kerak tanah teraduk, sehingga tanah yang sering digarap sering menyebabkan

Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke dalam dua tahap, yaitu pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan pengolahan tanah kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembusukan.

(49)

telah memasuki era pertanian modern. Hal ini mengakibatkan kehidupan petani di desa dengan pertanian modern akan lebih baik dan lebih maju dibandingkan desa yang pertaniannya masih sederhana dan belum menerapkan teknologi alsintan (alat dan mesin pertanian).

Kebutuhan akan traktor pertanian di Indonesia pada masa sekarang ini sangatlah penting. Traktor dapat menyediakan sumber tenaga yang cukup besar yang hampir dapat menggantikan sumber tenaga tradisional lainnya seperti tenaga kuda, kerbau maupun manusia yang memakan waktu cukup lama dalam pengerjaan suatu lahan pertanian. Namun masih banyak pula petani yg masih mengandalkan tenaga hewan ataupun tenaga manusia dalam pengolahan tanah mengingat harga dan perawatan traktor yang cukup tinggi serta lahan yang tidak terlalu luas.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian yaitu dengan cara intensifikasi pertanian. Salah satu contoh intensifikasi pertanian yaitu penggunaan sumberdaya pengolahan yang tepat. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh waktu pengolahan dan jenis sumberdaya pengolahan yang digunakan, sehingga diharapkan dapat diketahui waktu pengolahan dan jenis sumberdaya yang memiliki kapasitas lapang maupun biaya produksi yang paling optimal.

Tujuan Penelitian

(50)

4

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh waktu pengolahan dan penggunaan sumberdaya pengolahan tanah terhadap kapasitas lapang, efisiensi pada traktor, konsumsi bahan bakar pada traktor dan analisis ekonomi/biaya pengolahan.

Kegunaan Penelitian

- Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(51)

pertanian untuk pengolahan tanah pada lahan sawah, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan NAZIF ICHWAN.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian yaitu dengan cara intensifikasi pertanian. Salah satu contoh intensifikasi pertanian yaitu penggunaan sumberdaya pengolahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan efisiensi biaya produksi dan kapasitas lapang dari waktu pengolahan dan penggunaan sumberdaya pengolahan tanah pada lahan sawah di Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Parameter yang diamati adalah kapasitas lapang efektif, efisiensi traktor, konsumsi bahan bakar, dan analisis ekonomi/biaya pengolahan. Kapasitas lapang efektif pada pengolahan tanah dengan tenaga manusia pada pagi hari sebesar 0,056Ha/jam dan pada sore hari sebesar 0,081Ha/jam. Kapasitas lapang efektif pada pengolahan tanah dengan tenaga mesin pada pagi hari sebesar 0,787Ha/jam dan pada sore hari sebesar 1,148Ha/jam. Efisiensi traktor pada pagi hari sebesar 61,357% dengan konsumsi bahan bakar sebesar 1,041Liter/jam. Efisiensi traktor pada sore hari sebesar 89,492% dengan konsumsi bahan bakar sebesar 1,338Liter/jam. Biaya pengolahan untuk sumber tenaga manusia pada pagi dan sore hari sebesar 2.000.000Rp/Ha dan untuk sumber tenaga mesin pada pagi hari sebesar 882.300Rp/Ha dan pada sore hari sebesar 881.400Rp/Ha.

Kata kunci: kapasitas lapang efektif, biaya pengolahan, lahan sawah.

ABSTRACT

AHMAD RIZAN FADLY: Study of the efficiency of the production costs of agricultural resources for tillage in wet rice fields, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and NAZIF ICHWAN.

One way to increase agricultural output in by agricultural intensification. One example of agricultural intensification is the use of appropriate processing resources. This study was aimed to assess the comparative efficiency of production costs and field capacity of processing time and processing resources of land use in the village of North Pelawi District of Babalan Langkat. Parameters measured were effective field capacity, the efficiency of tractors, fuel consumption, and economic analysis/processing fee. Effective field capacity in the processing of land by human power in the morning was 0.056Ha/h and in the afternoon was 0.081Ha/h. Effective field capacity on the ground with the processing power of the engine in the morning was 0.787Ha/h and in the afternoon was 1,148Ha/h. The efficiency of the tractor in the morning was 61.357% with a fuel consumption was 1,041liters/hour. The efficiency of tractors in the afternoon was 89.492% with a fuel consumption was 1,338liters/hour. Processing costs for manpower resources in the morning and with afternoon was 2.000.000Rp/Ha and for the source of mechanical power in the morning was 882.300Rp/Ha and in the afternoon was 881.400 Rp/Ha.

(52)

KAJIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP

SUMBERDAYA PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN

TANAH PADA LAHAN SAWAH

SKRIPSI

OLEH:

AHMAD RIZAN FADLY 100308045

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(53)

TANAH PADA LAHAN SAWAH

OLEH:

AHMAD RIZAN FADLY 100308045

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Nazif Ichwan, STP, M.Si

(54)

ABSTRAK

AHMAD RIZAN FADLY: Kajian efisiensi biaya produksi terhadap sumberdaya pertanian untuk pengolahan tanah pada lahan sawah, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan NAZIF ICHWAN.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian yaitu dengan cara intensifikasi pertanian. Salah satu contoh intensifikasi pertanian yaitu penggunaan sumberdaya pengolahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan efisiensi biaya produksi dan kapasitas lapang dari waktu pengolahan dan penggunaan sumberdaya pengolahan tanah pada lahan sawah di Desa Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat. Parameter yang diamati adalah kapasitas lapang efektif, efisiensi traktor, konsumsi bahan bakar, dan analisis ekonomi/biaya pengolahan. Kapasitas lapang efektif pada pengolahan tanah dengan tenaga manusia pada pagi hari sebesar 0,056Ha/jam dan pada sore hari sebesar 0,081Ha/jam. Kapasitas lapang efektif pada pengolahan tanah dengan tenaga mesin pada pagi hari sebesar 0,787Ha/jam dan pada sore hari sebesar 1,148Ha/jam. Efisiensi traktor pada pagi hari sebesar 61,357% dengan konsumsi bahan bakar sebesar 1,041Liter/jam. Efisiensi traktor pada sore hari sebesar 89,492% dengan konsumsi bahan bakar sebesar 1,338Liter/jam. Biaya pengolahan untuk sumber tenaga manusia pada pagi dan sore hari sebesar 2.000.000Rp/Ha dan untuk sumber tenaga mesin pada pagi hari sebesar 882.300Rp/Ha dan pada sore hari sebesar 881.400Rp/Ha.

Kata kunci: kapasitas lapang efektif, biaya pengolahan, lahan sawah.

ABSTRACT

AHMAD RIZAN FADLY: Study of the efficiency of the production costs of agricultural resources for tillage in wet rice fields, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and NAZIF ICHWAN.

One way to increase agricultural output in by agricultural intensification. One example of agricultural intensification is the use of appropriate processing resources. This study was aimed to assess the comparative efficiency of production costs and field capacity of processing time and processing resources of land use in the village of North Pelawi District of Babalan Langkat. Parameters measured were effective field capacity, the efficiency of tractors, fuel consumption, and economic analysis/processing fee. Effective field capacity in the processing of land by human power in the morning was 0.056Ha/h and in the afternoon was 0.081Ha/h. Effective field capacity on the ground with the processing power of the engine in the morning was 0.787Ha/h and in the afternoon was 1,148Ha/h. The efficiency of the tractor in the morning was 61.357% with a fuel consumption was 1,041liters/hour. The efficiency of tractors in the afternoon was 89.492% with a fuel consumption was 1,338liters/hour. Processing costs for manpower resources in the morning and with afternoon was 2.000.000Rp/Ha and for the source of mechanical power in the morning was 882.300Rp/Ha and in the afternoon was 881.400 Rp/Ha.

(55)

Ahmad Rizan Fadly dilahirkan di Porsea pada tanggal 16 Desember 1992 dari Ayah Ngatiaman Baasyir dan Ibu Rubiah Manaf. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Dharma Patra Pangkalan Berandan dan pada tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi relawan UNIT SAHIVA USU dan aktif menjadi anggota IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian).

(56)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Kajian Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Sumberdaya Pertanian Untuk Pengolahan Tanah Pada Lahan Sawah” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua pembimbing dan Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan krtik serta saran yang membangun kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2014

(57)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Lahan Sawah ... 5

Sumberdaya Di Bidang Pertanian ... 6

Sumberdaya Manusia ... 7

Sumberdaya Mesin (Traktor) ... 8

Klasifikasi traktor ... 10

Traktor tangan ... 11

Pengolahan Tanah ... 12

Alat Pengolahan Tanah Primer ... 13

Alat Pengolahan Tanah Sekunder ... 14

Kedalaman Olah Tanah ... 15

Genangan Air Pengolahan... 16

Pola Pengolahan Tanah ... 18

Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah... 19

Efisiensi Traktor ... 20

Bahan Bakar ... 21

Analisis Ekonomi ... 22

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Metodologi Penelitian ... 23

Prosedur Penelitian... 24

Parameter Penelitian... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Kapasitas Lapang Efektif ... 27

Efisiensi Tenaga Mesin ... 29

Konsumsi Bahan Bakar ... 31

Analisis Ekonomi ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 35

(58)

DAFTAR TABEL

Hal.

1. Daya tersedia dan kapasitas kerja dalam pengolahan tanah... 8

2. Angka rata-rata perkiraan kapasitas kerja ... 12

3. Pengaruh dalamnya pengolahan tanah terhadap hasil ... 15

4. Pengaruh pengolahan tanah mempergunakan air terhadap hasil ... 17

5. Rata-rata pemakaian bahan bakar solar... 21

6. Data hasil pengamatan ... 27

7. Uji DMRT pengaruh sumberdaya terhadap kapasitas lapang (Ha/jam) ... 28

8. Uji DMRT pengaruh waktu pengolahan terhadap efisiensi (%) ... 29

9. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam) ... 31

(59)

DAFTAR GAMBAR

(60)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Flowchart Penelitian... 38

2. Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam) ... 39

3. Efisiensi Tenaga Mesin (%) ... 40

4. Konsumsi Bahan Bakar (Liter/jam ... 41

Gambar

Tabel 6. Data hasil pengamatan
Tabel 7. Uji DMRT efek utama pengaruh penggunaan sumber tenaga dan waktu pengolahan terhadap kapasitas lapang (Ha/jam)
Tabel 8. Uji DMRT efek utama pengaruh waktu pengolahan terhadap efisiensi(%).
Gambar 3. Pengaruh waktu pengolahan lahan pengolahan terhadap efisiensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan. mengucaPkan terima kasih, kePada

[r]

Atas partisipasin5,a dalam penyelenggaraan Ujian Tulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Regional trI Lokal Yogyakarta Divisi IpS tahun 2007, sebagai

[r]

menggunakan bumi dan/ atau bangunan milik orang lain bernama B bukan karena sesuatu hak berdasarkan UU bukan karena perjanjian maka dalam hal demikian A yang memanfaatkan

•• Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul atau tempat lain mensekresi leptin ke dalam

Menentukan tarik dalam beton dengan cara langsung lebih sulit dilakukan, oleh karena itu telah dikembangkan cara – cara pengujian kuat tarik tidak langsung.. Dari cara – cara

It's good to touch the green, green grass of home.. Then I awake and look around me, at the four grey walls that