• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitan terdahulu mempunyai tujuan untuk mmemperoleh suatu bahan perbandingan dan arahan atau cerminan, selain itu agar dapat terhindarnya dari anggapan kesamaan dalam penelitian yang akan dilakukan. Maka dari itu, didalam kajian pustaka ini peneliti menampilkan sebuah hasil penelitian yang terdahulu, sebagai berikut :

1. Hasil penetian Johan Makmun (2019)

Penelitian Johan Makmun (2019), berjudul “Metode Bimbingan Anak Asuh dalam Meningkatkan Kemandirian di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rahman Azizah Kecamatan Opu“. Penelitian ini merupakan pengamatan yang menggunakan metode pene;itian kualitatif. pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk bimbingan dan untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh pengasuh selama di LKSA Rahman Azizah dikecamatan Somba Opu.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dalam bentuk-bentuk bimbingan yang diterapkan disebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Rahman Azizah yang berupa bimbingan- bimbingan atau pengarahan baik secara bentuk fisik dan bimbingan keagamaan serta kegiatan tambahan lainnya. Berikut merupakan suatu hambatan atau

(2)

8

kendala yang dialami oleh pengasuh yaitu kuarangnya fasilitas-fasilitas dalam hal kegiatan keterampilan khususnya dalam kerampilan menjahit dan pengasuh kurang memberikan arahan pemahaman dalam mengajari anak asuh sehingga pengasuh dalam LKSA harus mempengaruhi suatu kinerjanya saat memberikan pengarahan terhadap anak asuh.

2. Hasil penelitian Muhammad Abdul Mufit (2019)

Penelitian Muhammad Abdul Mufit (2019), berjudul “Manajemen Pengasuhan Terhadap Pembentukan Karakter Tanggung Jawab dan Kemandirian Anak di Panti Asuhan Muhammadiyah Putri Nyai Ahmad Dahlan di Ponorogo”. Pengamatan ini mengunakan pengamatan dengan menggunakan metode kaualitatif. Dan penelitian ini berjuan untuk dapat mengetahui suatu perencanaan, pelaksanaan program, dan evaluasi dalam pengamatan yang yang dilakukan difokuskan lebih kepada pembentukan karakter tanggung jawab dan kemandirian anak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pola perencanaan, pola pelaksanaan, dan pola evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu lebih fokus kepada pola perencanaan manajemen dalam pengasuhan yaitu dengan cara bagi seluruh pengurus pasti terlibat dalam membuat visi dan misi dalam bentuk program pola pengasuhan yang dilaksanakan dalam li tahun sekali. Pelaksanaan manajemen pengasuhan ini dilaksanakan dengan tahap pengorganisasian yang sudah ada sebelumnya, tahap tindakan, tahap pengawasan dan dengan diadakannya kegiatan belajar mengajar. Adapun dalam

(3)

9

bentuk evaluasi manajemen pengasuhan dapat memberikan hasil yang posistif bgi anak asuh sehingga dapat membentuk karakter tanggung jawab dan kemandirian yang lebih sehingga bisa bermanfaat bagi masa depan para anak asuh.

3. Hasil penelitian Imya Sinsi Munthe dan Santoso Tri Raharjo (2018)

Penelitian Imya Sinsi Munthe dan Santoso Tri Raharjo (2018), berjudul

“Pemenuhan kebutuhan Afeksi Pada Anak (peningkatan kemandirian dan Kepercayaan Diri Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk melihat apa saja kegiatan yang diselenggarakan oleh LKSA dalam membentuk sikap kemandirian dan kepercayaan diri pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemenuhan afeksi pada anak sudah terpenuhi yang baik sehingga anak dapat merasakan kenyamanan dalam LKSA tersebut dan dengan terpenuhinya kebutuhan afeksinya dan mampu mengikuti segala kegiatan yang kiranta mampu meningkatkan kemandirian serta kepercayaan diri pada mereka, yaitu dengan teknik membuat program yang baru berupa kerajinan tangan, dimana anak – anak tersebut diajarkan untuk menjahit, menenun dan membuat sesuatu yang sekiranya dapat menghasilkan sesuatu yang dapatt dijual, membuat kalung dan gelang bercocok tanam dalam lingkungan yang ada pada sekitar LKSA tersebut.

(4)

10 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Vareabel Metode

Analisis

Hasil Analisis Johan

Makmun (2019)

Metode Bimbingan Terhadap Anak Asuh Yang

Dilakukan Untek

Meningkatkan Kemandirian yang

dilaksanakan DiLemabaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Rahman Azizah DiKecamatan Somba Opo

Metode Bimbingan Anak Asuh Dalam Meningkatk an

Kemandiria n

Metode Kualitatif

Dalam bentuk - bentuk pengarahan yang diterapkan diLKSA Rahman Azizah yaitu berupa penagrah dalam bentuk fisik, keagamaan, termasuk kegiatan yang lainnya, adapun kendala yang sering dialami oleh pengurus diLKSA Rahman Azizah ini dapat erupa kurangnya alat peraga dalam bentuk keterampilan menjahit dan kurannya suatu bentuk pemahman yang seharusnya diberikan oleh pengasuh terhadap anak asuhnya, sehingga pengasuh harus memeperbaiki kinerjanya saat akan mengajari anak asuhnya.

Muham mad Abdul Mufit, 2019

Manajemen Pengasuhan Terhadap Pemebentukan Karakter Tanggung Jawab Kemandirian Anak Dipanti Asuhan

Muhammadiya h Putri Nyai Ahmad Dahlan

Manajemen Pengasuhan Terhadap Pembentuka n Karakter Tanggung Jawab dan Kemandiria n Anak

Metode Kualitatif

pola perencanaan, pola pelaksanaan, dan pola evaluasi

dalam Memanajemen

pengasuhan dalam

pembentukan karakter atau sifat seseorang serta tanggung jawab kemandirian anak dipanti asuhan yang

dilaksanakan di

Muhammadiyah Putri Nyai Ahmad Dahlan di ponorogo.

Lebih fokus pada perencanaan manajemen pengasuhan dengan cara bagi seluruh pengurus panti terlibat dalam membuat visi dan misi begitu juga dengan membuat program pola pengasuhan dalam bentuk jangka panjang dan dalam

(5)

11

bentuk jangka pendek yang dilaksanakan dalam setiap lima tahun sekali Pelaksanaan Manajemen pengasuhan ini dilaksanakan dengan tahap pengorganisasian, tidakan dan tahap pengawasan atau kontroling dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini dapat memberikan dampak dan manfaat yang positif bagi anak asuh unutk masa depan mereka.

Imya Sinsi Munthe dan Santoso Tri Raharjo (2018)

Pemenuhan kebutuhan Afeksi Pada Anak

(peningkatan kemandirian dan

Kepercayaan

Diri Di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

Pemenuhan kebutuhan Afeksi Pada Anak

Metode Kualitatif

Dalam pemenuhan kebutuhan afeksi pada anak asuh dapat terpenuhi dengan baik sehingga anak meras nyaman ketika berada dalam LKSA tersebut dan dengan terpenuhinya kebutuhan afeksi pada anak di LKSA mampu mengikuti setiap kegiatan yang

mampu meningkatkan

kemandirian serta kepecayaan diri mereka, yaitu dengan teknik dengan membuat suatu program yang baru yaitu berupa kerajinan tangan, diman anak –nak disitu diajarkan dala hal menjahit, menenun yang sekiranya dapat menghasilkan kary-karya yang bisa dijual dimana, seperti membuat kalung, gelang dan bercocok tanam dalam lingkungan yang ada pada sekitar LKSA tersebut.

Sumber : Diolah Peneliti (2020)

(6)

12

Sedangkan dalam penelitian atau pengamatan yang sekarang dilaksanakan oleh peneliti seperti dibawah ini:

1. Hasil penelitian Hasibah (2020)

Penelitian Hasibah (2020), berjudul “Program Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al – Mukhlisin Dalam Membentuk Perilaku Kemandirian Anak Asuh”. Penelitian ini bertujuan untuk menegtahui bentuk perilaku kemandirian anak asuh di LKSA Al – mukhlisin, karena LKSA merupakan suatu wadah pembinaan bagi anak dalam membentuk suatu perilaku kemadirian khususnya pada anak asuh, agar tidak terjadi suatu ketergantungan yang seterusnya pada orang lain.

Penngamatan dilakukan dnegan metode kualitatif, dimana untuk memperoleh data-data dapat dikumpulkan melalui foto atau gambar dan kata-kata, bukan angka. Adapun untuk mendapatkan datanya maka akan melakukan observasi, interview atau wawancara dan dokumentasi.

Tabel 2.2.

Penelitian Sekarang

Nama Judul Variabel Metode

Penelitian

Hasil yang diinginkan Hasibah,

2020

Program Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al – Mukhlisin Dalam Membentuk Perilaku Kemandirian Anak Asuh

Membentuk Perilaku Kemandirian Anak Asuh di LKSA Al – mukhlisin

Metode kualitatif

untuk mengetahui bentuk perilaku kemandirian anak asuh di LKSA Al – mukhlisin, karena LKSA merupakan suatu wadah pembinaan bagi anak dalam membentuk suatu perilaku kemadirian khususnya pada anak asuh, agar tidak terjadi suatu ketergantungan hidup yang seterusnya pada orang lain. Dan menjadi anak yang mandiri itu

(7)

13

sangat penting untuk dimiliki seseorang atau individu.

Sumber : Diolah Peneliti (2020)

Adapun perbedaan-perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang sekarang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 2.3

Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang Penelitian terdahulu Penelitian sekarang

Johan Makmun, 2019

Menganalisis metode bimbingan anak asuh serta meningkatkan kemandirian Muhammad

Abdul Mufit, 2019

Bagaimana sistem

pengasuhan terhadap pementukan karakter tanggung jawab pada anak Imya Sinsi

Munthe dan Santoso Tri Raharjo (2018)

Bagaimana kebutuhan afeksi pada anak asuh yang tinggal di LKSA

Hasibah (2020)

-Menganalisis bentuk program apa saja yang ada di LKSA dalam membentuk perilaku kemandirian anak

- indikator bentuk program LKSA Al – Mukhlisin dalam membentuk perilaku kemandirian anak asuh - yang diteliti adalah perilaku anak asuh

Sumber : Diolah Peneliti (2020)

(8)

14

B. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

a. Pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Menurut Nur Anisa Aliah yang dikutip dalam buku (Adi Fachrudin, 2012) Lembaga Kesejateraan Sosial adalah suatu bentuk organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang diselenggarakan oleh lembaga kesejateraan sosial dimana lembaga tersebut yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk yang tidak berbadan hukum maupun yang berbadan hukum.

Setiap Lembaga kesejahteraan sosial yang mewadahi atau menerima anak-anak baik anak terlantar, yatim, yatim piatu dan lain sebagainya yang istilahnya dikenal dengan panti asuhan. Akan tetapi ketika Lembaga Tersebut dapat menampung anak yang mayoritas anak dhuafa (yang masih memiliki orang tua), maka dari itu nama lembaga yang disebut panti asuhan tersebut tidak cocok baginya dan pemerintah mempunyai kebijakan yang baru yaitu bernama lembaga panti asuhan anak. Dan sampai saat ini berdasarkan peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia, maka semua lembaga kesejahteraan sosial yang mereima dan dilakukannya pengasuhan terhadap anak diganti menjadi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan kata lain yaitu menjadi (LKSA). Aturan baru ini lengkap yang mengatur tentang prinsip-prinsip pengasuhan alternatif untuk anak, standartnya pelayanan-pelayanan pengasuhan dan standart dalam pengasuhan, demi mensejahterakaan anak.

Lembaga Kesejateraan Sosial Anak (LKSA) menurut (Departemen Sosial RI, 2004: 4), merupakan suatu lembaga usaha Kesejahteraan Sosial Anak yang

(9)

15

mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberikan suatu pelayanan berupa Kesejahteraan Sosial pada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi segala kebutuhan baik secara fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga dapat memperoleh kesempatan yang luas tepat dan dapat memadai bagi pengembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagai generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) merupakan lembaga- lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat dalam menyelenggarakan pengasuhan terhadap anak. Dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah Lembaga sosial yang mewadahi masyarakat khususnya anak yang kurang manpu, terlantar, atau yatim, dan yatim piatu dengan tujuan supaya mendapatkan pelayanan hidup yang lebih mapan, Lemaga inipun bertujuan memberikan yanan sosial terutama bagi pendidikan anak, dan lembaga ini juga berada di bawah pengawasan Dinas Sosial.

b. Fungsi Dan Tujuan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Menurut Aliah (Hakim,1995) Lembaga Kesejateraan Sosial (LKSA) menjadi salah satu peran yang penting, terutama dalam hal mempersiapkan kemampuan orang yang berilmu baik agama, ilmu alamiah dengan tujuan yaitu dapat membentuk manusia yang berpribadi kokoh dan tangguh dan dengan penuh jiwa pengabdian dan mempunyai sikap prilaku yang mandiri. Selain itu

(10)

16

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) memiliki peran yang sangat penting suatu masalahyang dihadapi oleh ana dalam menyelesaikan permasalahan suatu masalah yang sedang diamali oleh anak asuh serta dalam pemberian hak-haknya terhadap anak asuh tersebut. Adapun pemberisan layanan yang harus dilakukan secara profesional atau secara alhi dilakukan dengan mempertimbangkan segala kebutuhan sesuai anak asuh atau sebagai anak penerima manfaat diLembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sebagai salah satu lembaga yang sangat berperan penting dan juga merupakan lembaga penerimaan pelayanan yang dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melaksanakan pengabdian khususnya dalam memberikan pelayanan yang baik terhadap kesejahteraan anak (Hakim,1995). Akan tetapi masyarakat perlu didorongan untuk memberikan dukungan dan terlibat dalam proses pelayan- pelayanan, agar fungsi ini dapat diwujudkan dan dapat diaplikasikan dengan beberapa hal yang harus dilaksanakan, antara lain :

(1) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) harus saling terbuka terhadap masyarakat terutama yang berkaitan dengan dukungan sosial yang akan diterapkan nantinya.

(2) Dapat melibatkan masyarakat secara terintegritas dan secara langsung kedalam suatu perogam pelayanan yang sudah dikembangkan oleh LKSA bagi Anak

(11)

17

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dalam suatu proses pemecahan masalah tentu dapat melibatkan diri yang ada dilingkungan masayrakat, khususnya yang menyangkut anak asuh. LKSA merupakan suatu lembaga yang sangat berperan penting baik dalam penanggulangan suatu masalah keterlantaraan anak amupun dalam suatu pembinaan dan pendidikan yang harus diperoleh oleh anak. Didalam pembinaan layanan yang diterapkan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) harus dilakukan dengan cara yang ahli dan bertanggung jawab akan semua hal-hal yang melibatkan atau terkait dengan hak–hak anak dan juga dapat mempertimbangkan segala kebutuhan anak asuh yang sudah tinggal di Lembaga tersebut.

Dengan adanya Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), maka yang diharapkan adalah :

(a) Terwujudnya hak-hak anak atau kebutuhan anak yaitu kelangsungan hidup, tumbuh kembang bagi anak, berhak mendapatkan perlindungan dan partisispasi.

(b) Terwujudnya kualitas pelayanan bagi anak atas dasar standar nasional yang dapat dilakukan dengan cara yang profesional.

Fungsi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sebagai suatu lembaga sosial yang memelihara anak yatim maupun anak terlantar dan anak yang kurang mampu baik dalam berprilaku dalam dirinya khususnya dalam membntuk idividu berprilaku yang mandiri. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sebagai berikut;

(12)

18

(a) Seabagai suatu lembaga pelayanan kesejahteraan anak

(b) LKSA dapat melaksanakan pelayanan sebagai pengganti orang tua baik dilihat dari pelayanan dengan pemeberian suatu naskah bagi kehidupan anak maupun dari segi pembinaan dan pendidikan bagi anak.

(c) Sebagai salah satu sumber informasi dan konsultasi terhadap kesejahteraan anak.

(d) Sebagai sarana rujukan

(e) Sebagai suatu lahan pengabdian bagi masyarakat dibidang pelayanan terhadap kesejhateraan bagi anak.

Penyelenggaraan pengasuhan anak dimaksudkan agar setiap anak memperoleh pengasuhan yang tepat sesuai dengan haknyabagikepentingan terbaik anak. Penyelenggaraan pengasuhan anak bertujuan :

(a) Terpenuhinya pelayanan dasar dan kebutuhan setiap anak akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang berkelanjutan ; dan (b) Diperolehnya status hukum yang jelas bagi setiap anak yang berada dalam

pengasuhan.

Dari uraian diatas daat disimpulkan bahwa fungsi dan tujuan dari LKSA tersebut sangatlah menunjang dan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak, dan Panti Asuhan adalah memeberikan suatu pelayanan yang layak, sebuah informasi, konsultasi, pengembangan dan keterampilan demi mewujudkan Kesejahteraan Sosial Anak. Tentu tidak lain yaitu dengan bentuk perilaku yang mandiri terhadap anak agar tidak terjadinya

(13)

19

ketergantungan yang berkelanjutan. Dengan mempunyai sikap yang mandiri tentu dapat mempermudah bagi perkembangan dan pertumbuhan pada anak, mulai dari cara beradaptasi dengan lingkungan yang ada disekitar dan keberlanjutan kehidupannya.

C. Perilaku Kemandirian

a. Pengertian Perilaku Kemandirian

Perilaku mandiri tidak hanya berperan pada orang yang sudah dewasa ataupun orang yang sudah remaja akan tetapi terjadi pada tingkatan usia yang dimilki. Oleh karena itu, setiap manusia perlu mengembangkan dan menanamkan sikap perilaku mandiri sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangan yang dialami (Lie & Prasasti, 1993:13). Menurut Mu’tadin (2002:2) perilaku kemandirian merupakan suatu bentuk perilaku yang dimiliki oleh individu yang diperoleh secara kumulatif (bertahap) selama dalam fase perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk berperilaku mandiri dalam menghadapi situasi atau suasana dan kondisi yang ada dilingkungannya, sehingga hidupnya untuk dapat berkembang dengan cara yang baik. Individu yang mempunyai perilaku kemandirian yang kuat, maka akan berpengalaman dalam bertanggung jawab, berani dalam menghadapi berbagai masalah dan resiko dan tidak mudah terpengaruh, serta konsikuensi terhadap kaat-kata dan tindakan yang bergantung pada orang lain.

Masih tentang kemandirian seseorang, ldrus (1999) mengungkapkan bahwa kemandirian seseorang tidak hanya ditandai dengan usia, tetapi salah

(14)

20

satunya ditandai dengan perilakunya. Artinya, mungkin saja terjadi anak yang berusia lebih muda dapat lebih mandiri (untuk ukuran anak seusianya), sementara yang lebih tua belum tentu memiliki tingkat kematangan yang sama dengan yang dimiliki oleh yang tingkat usianya lebih muda. Sementara itu, Watson dan Lindgren (Nuryoto, 1993) menyatakan bahwa tingkah laku mandiri meliputi pengambilan insiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usahanya dan melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku kemandirian merupakan suatu perilaku yang dapat menunjukkan kedewasaan yang mampu mengembangkan diri, dapat bertanggung jawab, tampil sebagai totalitas pribadi yang baik, sadar dengan apa yang dilakukan serta mampu mengontrol dirinya.

b. Ciri – Ciri Perilaku Kemandirian

Ciri-ciri sikap mandiri menurut beberapa ahli (Djunanah, 1999) sebagai berikut; (a) memenuhi diri atau identitas diri, (b) memiliki kemampuan inisiatif, (c) membuat pertimbangan sendiri dalam bertindak, (d) mencukupi kebutuhan sendiri, (e) bertanggungjawab atas tindakannya, (f) mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak pertu, (g) dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih.

Menurut Idrus (1999) menambahkan ciri-ciri perilaku kemandirian sebagai berikut; (a) tekun, (b) percaya diri, (c) berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, (d) puas terhadap hasil usahanya sendiri, dan

(15)

21

(Masrun dkk, 1986) juga berpendapat bahwa, Pengendalian diri juga masuk dalam ciri - ciri kemandirian.

c. Proses Terbentuknya Prilaku Kemandiran

Perilaku kemandirian merupakan suatu bentuk perilaku yang di bentuk, perilaku yang dipelajari atau memahami yaitu dengan melalui tahap belajar mengajar dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan perilaku anak tersebut di lakukan dengan proses sosialisasi terhadap anak asuh.

Menurut Kimballn young (Gunawan,2000;33). Sosialisasi atau pemasyarakatan mempunyai hubungan yang intraktif dengan seseorang yang dapat mempelajari semua kebutuhan terhadap sosial yang dibutuhkan dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai masyarakat. Perilaku kemandirian seseorang dapat diperkuat dengan melalui sebuah proses pemasyarakatan yang terjadi antara anak belajar berpikir dan bertindak atau berperilaku secara mandiri, mengambil keputusan sendiri (Santrock, 2003: 140).

Proses sosialisasi ini merupakan proses penyesuaian diri, dengan diadakannya proses sosialisasi yang baik tentu seseorang akan dapat menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang ada disekitarnya sengan cara yang baik pula, yang terjadi dalam proses sosialisasi ini yaitu proses belajar dengan seseorang untuk mempelajari berbagai macam peran peting social dan apa yang sesungguhnya yang kita dapatkan ketika belajar tentang sosial.

Peran sosial adalah suatu bentuk acuan atau cerminan yang berupa tingkah laku, namun yang umumnya dilakukan oleh orang yang mempunyai

(16)

22

peran sosial yang sederajat. Dengan itu melalui proses pemasyarakatan yang disampaikan oleh seseorang akan mengenal dan memahami berbagai nilai dan norma yang ada dan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peran orang tua dan respon dari lingkungan sangatlah dibutuhkan oleh anak asuh sebagai “penguat”

untuk setiap langkah dalam membentuk perilaku kemandirian yang telah dilakukannya. Mengingat dalam perilaku kemandirian akan banyak memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan individu, alangkah baiknya perilaku kemandirian diajarkan pada anak sejak dini yang sekiranya sesuai dengan kemampuannya. Segala sesuatu yang dapat diusahakan sendiri maka akan semakin berkembang menuju kesempurnaan hidup.

Pembetukan perilaku kemandirian mempunyai tujuan agar sesuai dengan apa yang diharapkan, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(a) Dilakukan dengan bentuk kebiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diinginkan.

(b) Menciptakan perilaku kemandirian dengan memberikan pengertian (insight) bahwa berperilaku mandiri itu sangat penting, cara ini berdasar atas teori kognitif yaitu belajar dan berlatih dengan disertai adanya sebuah pengertian atau pemahaman terlebih dahulu.

(c) Pembentukan perilaku kemandirian dengan menggunakan model-model, atas dasar teori belajar sosial (social learning theory) atau observasition learning theory walgito,2003:18-19).

(17)

23

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Menurut santock (2003-145-220) variabel atau faktor yang dapat mempengaruhi dan menbentuk perilaku kemandirian adalah:

(1) Lingkungan

Keadaan lingkungan kehidupan yang dihadapi oleh semua individu sangat mempengaruhi perkembangan terhadap kepribadian seseorang, baik dari segi positif ataupun negatif

Keadaan lingkungan yang ada disekitar keluarga dan masyarakat terutama dalam melakukan kebiasaan-kebiasaan hidup yang biasa dilakukan maka hal tersebut tanpa kita sadari akan membentuk kepribadian seseorang, yang biada disebut dengan kemandirian seseorang. Adapun lingkungan sosial baik dilihat dari faktoe ekstrenal maupun internal yang dapat mempengaruhi terhadap perkembangan manusia yang berasal dari luar pribadi seseorang secara konseptual, lingkungan sosial mencakup unsur-unsur sebagai berikut: (a) proses sosial, (b) struktur sosial, dan (c) perubahan-perubahan sosial. Proses sosial sebenarnya merupakan sebuah inti dalam kehidupan, inti proses sosial adalah intraksi sosial yang merupakan proses hubungan timbale balik antara pribadi. Antara kelompok dan antra pribadi dengan kelompok.

Konsep sosial menjadi suatu landasan bagi lingkungan sosial kerena mencakup tentang pokok permasahan. Adapun aspek-aspek yang

(18)

24

merupakan hasil abstraksi proses sosial adalah sebagai berikut: (a) kelompok sosial, (b) kultur atau budaya, (c) lembaga-lembaga sosial, (d) stratifikasi sosial, (e) kekuasaan dan wewenang (Soekanto, 2004:80).

Menurut Gea (2005:146), Lingkungan sosial budaya dengan diadakannya suat bentuk pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi peribadi yang baik dalam hal melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keaadaan kemandirian pada anak, dan sikap orang tua yang tidak terlalu memanjakan anaknya, maka akan menyebabkan anak berkembang seacara wajar dan mengembirakan. Akan tetapi sebaliknya, remaja yang dimanjakan maka akan mengalami yang namanya kesukaran dan tidak timbulnya rasa sikap percaya diri yang maksimal.

Akan tetapi Sebaliknya, jika keadaan sosial budaya masih minim dengan kata perhatian dan mengembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan pendidikan bahwasanya pendidikan itu juga sangat penting dan mempunyai dampak yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun jauh dari kesempurnaan bentuk perilaku kemandirian.

Pengalaman dan pemahaman dalam lingkungan kehidupan seorang anak dapat mepengaruhi kemandirian seseorang. Pengalaman seseorang akan membentuk suatu perilaku pada diri seseorang yang mana didahului terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi

(19)

25

yang sama. Jadi pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu itu sangat banyak memperangruhi sebuah proses dalam pembentukan kepribadian seseoarang (Khairuddin,2002:69). Suatu perilaku yang tidak ada menjadi kebiasaan dari sejak dini, tetapi akan dibentuk sepanjang dalam tahap perkembangan individu yang bersangkutan (Walgito, 2003:115).

(2) Bentuk Pola asuh

Lingkungan keluarga yang santat berperan penting dalam menerapkan nilai-nilai pada diri seorang anak. Termasuk nilai perilaku kemandirian yang harus tertanam sejak dini, menerapkan nilai kemandirian tersebut tidak terlepas dari peran orang tua atau keluarga dan pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak maka akn berpengaruhi dalam perkembangan perilaku kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan”

kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana yang baik dan aman dalam interaksi dengan keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak.

(3) Pendidikan/pengetahuan

Pendidikan mempunyai suatu peran yang berarti dalam suatu perkembangan dalam membentuk perilaku kemandirian pada diri seseorang. Pendidikan atau pengetahuan adalah suatu bentuk usaha

(20)

26

manusia yang dilakukan denga rasa tanggung jawab dalam membimbinng anak yang sebelumnya kurang mandiri secara pribadi.

Namun, semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki seseorang kemungkinan besar dalam mencoba sesuatu yang baru maka akan semaikin besar pula, sehingga seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, inovatif dan memiliki kemampuan yang tinggi.

(4) Interaksi Sosial

Kekuatan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkunagan sosial yang ada disekitar itu sangat penting, serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik maka akan mendukung terhadap perilaku yang bertanggung jawab dan mempunyai pandangan yang aman, dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan tidak mudah putus asa dan percaya diri yang kuat, maka akan mendukung perilaku mandiri dan dengan terbentuknya perilaku kemandirian dapat merubah sikap ketergantungan pada orang lain.

(5) Sifat keturunan (Gen)

Sifat keturunan Orang tua yang memilki sifat kemandirian yang tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi pula. Namun faktor genetika ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

(21)

27 D. Anak Asuh

a. Pengertian Anak

Anak merupakan seseorang yang lahir dari seorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa melihat status mereka baik sudah dalam hubungan yang sah maupun belum mempunyai hubungan yang sah, dimana seseorang yang dilahirkan tersebut belum mengalami pubertas atau belum mencapi umur 18 tahun sesuai dengan undang-undang yang berlaku yaitu nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak. Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak tersebut salah satunya berisi tentang pengertian anak, yaitu seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pengertian anak tersebut juga dapat diartikan bahwa seseorang dapat dikatakan anak apabila seseorang tersebut belum mempunyai keluarga sendiri atau seseorang tersebut belum menikah. Sementara itu, mengacu pada Konvensi PBB tentang Hak Anak (convention on the Right of the Child), maka definisi anak: “Anak berarti setiap manusia di bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang-undang yang belaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal”. Untuk itu, UU No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak memberikan definisi anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hadi Supeno mengungkapkan bahwa semestinya setelah lahir UU Perlindungan Anak yang dalam strata hukum dikategorikan sebagai lex specialist (asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus), semua ketentuan

(22)

28

lainnya tentang definisi anak harus disesuaikan, termasuk kebijakan yang dilahirkan serta berkaitan dengan pemenuhan hak anak.

Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Semakin baik keperibadian dalam membentuk perilaku kemandirian pada anak asuh sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila keperibadian dalam membentuk perilaku kemandirian pada anak asuh tersebut buruk maka akan rusak pula kehidupan bangsa yang akan datang.

Agama islam menjelasan tentang anak dimana anak merupakan suatu amanah dari Allah SWT, seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci dalam artian tanpa cela dan dosa, laksana sehelai kain putih yang belum mempunyai motif dan warna. Oleh karena itu, orang tualah yang memberikan warna bagi kehidupan seorang anak ketika nak itu lahir ke bumi. Dan dengan memberikan sedikit perhatian kepada pendidikan anak berarti kita telah berpartisipasi pada pembangunan dan pengetahuan bangsa terutama

(23)

29

membangun manusianya. Maka dari itu pendidikan menjadi faktor yang penting dalam mencapai tujuan negara yang bermartabat.

Asumsi tersebut dapat menunjukkan bahwa peran orang tua sangat signifikan dibutuhkan dalam membentuk perilaku anak. Pada masa-masa pertumbuhan seorang anak menuju kedewasaanya bisa saja dipengaruhi oleh yang bersifat negatif atau positif. Faktor yang memberikan pengaruh positif seperti menumbuhkembangkan sikap yang baik, pemeliharaan kesehatan yang baik, pola pengasuhan yang baik, serta keadaan lingkungan yang bersih dan sehat, dan lain-lain. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua untuk mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal dan optimal, sehingga dikemudia kelak hari akan menjadi individu orang dewasa yang tidak bergantungkan hidupnya pada orang lain dan dapat membentuk perilaku kemandirian yang sesungguhnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh dan dapat menumbuhkan hidup kemadiriannya secara mandiri. Pertumbuhan dan perkembangan yang baik akan menjadi modal bagi kelangsungan anak sebagai generasi penerus yang baik.

Menurut Meggit (2013,1) Istilah perkembangan anak mengacu pada proses dimana seorang anak tumbuh dan mengalami berbagai perubahan sepanjang hidupnya. Namun perkembangan ini dapat ditetukan secara genitik, serta diperngaruhi dan dimodifikasi oleh berbagai faktor lingkungan seperti nutrisi, kondisi hidup dan segala hal yang dialami pada setiap tahap – tahap kehidupan anak khususnya. Terkait dengan psikologi perkembangan anak ialah

(24)

30

bagian psikologi yang secara khusus mempelajari pertumbuhan dan perkembangan muali aspek fisik, kognitif maupun psikososial manusia sejak masa konsepsi sampai kematiannya (Seto Mulyadi, 2007:4).

Berdasarkan Anshor (2017:3), untuk mewujudkan agar anak menjadi suatu pribadi yang baik tidaklah terlepas dari pengasuhan orang tua atau keluarga yang baik pula karena mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak, menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan bakat dan minatnya sebagaimana pasal 26. Pengasuhan anak, ada yang namanya pengasuhan alternative, dimana apabila orang tua kandung anak sudah tidak ada atau tidak dapat memberikan pengasuhan yang baik, maka pengasuhan berikutnya adalah berada pada kerabat dekatnya atau keluarga besarnya. Jika belum memenuhi, maka selanjutnya pengasuhan berada pada orang tua asuh, selanjutnya apabila tidak memenuhi juga maka perwalian yang mengambil alih, kemudian orang tua angkat, dimana pengasuhan tersebut dilakukan melalui proses hukum yang sah.

Pilihan terakhir dalam pengasuhan anak adalah pengasuhan pada lembaga seperti LKSA atau panti asuhan.

b. Pengertian Anak Asuh

Sementara itu, mengacu pada konvensi PBB tentang Hak Anak (Convertaion on the Right of the Child), maka definisi anak adalah “anak berarti setiap manusia di bawah umur 18 tahun, kecuali menurut undang - undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal”. Dari pengertian diatas maka

(25)

31

menurut peneliti anak adalah orang yang masih dalam batas usia dibawah 18 tahun, belum mencapai batas kedewasaan dan belum pernah melakukan sebuah pernikahan.

Dalam hal itu dapat dijelaskan pula tentang pengertian Anak asuh yang merupakan anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan dan kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya kurang mampu untuk menjamin tumbuh kembang anak secara wajar (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).

c. Karakteristik Anak asuh

Menurut Rianto dalam Marni, dalam membina anak asuh sebagai pengganti orang tua bukan hanya mampu dalam mengkonsumsikan sebuah fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan dapat membantu dalam menumbuh kembangkan kepribadian bagi anak. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yang tidak asing kita dengar yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal adalah bagian dari latar belakang keluarga, usia bagi orang tua dan anak, wawasan orang tua, serta konsep yang dimilki dan peranan orang tua dalam keluarga. Sedangkan dalam faktor eksternal adalah tradisi yang berlaku dalam lingkungannya, sosial ekonomi lingkungan dan semua hal yang berasal dari luar keluarga tersebut dalam menerapkan pola asuh yang baik.

(26)

32

Pola asuh adalah cara yang digunakan dalam usaha membantu anak untuk tumbuh dan berkembang dengan merawat, membimbing dan mendidik, agar anak mencapai kemandiriannya. Pada dasarnya pola asuh adalah suatu sikap dan praktek yang dilakukan oleh orang meliputi cara memberi makan pada anak, memberikan stimulasi, memberi kasih saying, memberikan suatu bentuk bimbingan berupa perilaku bagaimana membentuk pribadi yang mandiri muali bagaimana cara membersihkan diri sendiri, sampai pada lingkungan yang ada pada sekitar agar anak tidak larut dari sifat ketergantungan hingga menjadi anak yang dewasa nanti dan dapat tumbuh kembang dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan yang menjadi ciri khas di Pecinan merupakan gabungan bangunan dengan fungsi hunian dan perdagangan atau kemudian dikenal dengan sebutan rumah-toko (Shop house).

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas fisik, populasi Aspergillus flavus, dan kandungan aflatoksin B 1 pada biji kacang tanah mentah yang diperoleh dari pengecer di dua

Demster shafer (DS) kerusakan pewangi tidak turun/ larut yang dipilih dengan menggunakan nilai believe yang telah ditentukan pada setiap gejala Pl(s)= 1 – Bel(¬s)

Menurut kelompok usia, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa sebagian besar jamaah calon haji Kabupaten Banyuwangi tahun

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dalam pembuatan kerupuk dapat ditambahkan bahan lain yang kaya protein yaitu tepung kacang koro, karena adanya komposisi

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan