11 BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Anak Toddler dan Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Usia Toddler dan Prasekolah
Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun). Pada periode ini akan berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tidakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal (Perry, 1998 dalam Dewi., et al, 2015).
Anak usia prasekolah adalah anak usia antara 3-6 tahun, tumbuh lebih lambat daripada tahun sebelumnya, dan anak prasekolah yang sehat bertubuh ramping dan tangkap dengan poster tubuh yang tegak (Kyle &
Carman, 2014).
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler dan Prasekolah 2.2.2.1 Pengertian Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang anak menurut Dr. Soetijiningsih mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Ngastiah (2002) dalam Putra., et al (2014) mengatakan yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan didefinisikan seperti berikut :
a. Pertumbuhan (growth), merupakan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang dapat diukur besar (gram, pound, kilo). Ukuran panjang dengan cm atau meter, umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
12
b. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
2.2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Menurut Rohman (2009) dalam Putra., et al (2014) menyatakan bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi diantaranya herediter dan faktor lingkungan.
a. Faktor herediter
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku atau bangsa.
b. Faktor Lingkungan 1) Lingkungan internal
a) Intelegensi
Kecerdasan anak dimiliki sejak ia dilahirkan.
Anak yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
b) Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain: growth hormone, tiroid, hormone seks, insulin, IGLs (Insulin
13
Growth Factors), dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
c) Emosi
Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga, apa yang anak rasakan dan apa yang anak lihat akan menjadi model yang dapat ia tiru dalam berperilaku sehari-hari. Cara anak berinteraksi dalam anak akan mempengaruhi anak berinteraksi di luar rumah. Hubungan hangat dengan ayah, ibu, saudara akan berpengaruh terhadap hubungan dengan teman sebaya. Apabila kebutuhan emosi anak tidak terpenuhi dalam tahap perkembangannya akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.
2) Lingkungan Eksternal
a) Budaya lingkungan (mempengaruhi tingkah laku dan pola pemeliharaan anak)
b) Nutrisi baik kuantitas dan kualitas
c) Penyimpangan dari keadaan sehat (sakit atau kecelakaan)
d) Olahraga (mempengaruhi sirkulasi dan menstimulasi perkembangan otak)
e) Urutan posisi anak dalam keluarga f) Status sosial dan ekonomi keluarga g) Iklim atau cuaca
2.2.2.3 Pertumbuhan Anak Usia Toddler dan Prasekolah
Menurut Suririnah (2009) dalam Kusbiantoro (2015), Putra., et al (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik
14
a. Pertumbuhan anak usia toddler 1) Tinggi badan
Rata-rata bertambah tinggi 7,5 per tahun. Rata-rata toddler usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2) Berat badan
Rata-rata pertumbuhan berat badan toddler adalah 1,8-2,7 kg pertahun. Rata-rata berat badan toddler usia 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat badan toddler mencapai empat kali berat lahir.
3) Lingkar kepala
Pada usia 1-2 tahun, ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5cm, kemudian berkurang menjadi 1,25 cm per tahun sampai usia 5 tahun.
4) Lingkar Lengan Atas (LAA)
Lingkar Lengan Atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1-3 tahun.
5) Karakteristik toddler dengan penonjolan abdomen adalah akibat otot-otot abdomen yang kurang berkembang.
6) Kaki yang melengkung biasanya menetap selama masa toddler karena otot kaki harus menahan berat badan tubuh yang relatif lebih besar (Cahyaningsih, 2011).
15
b. Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah 1) Berat Badan
Pada masa prasekolah kenaikan berat badan anak rata- rata 2 kg pertahun.
2) Tinggi Badan
Pada masa prasekolah akan mengalami pertambahan setiap tahunnya. Pada usia 4 tahun tinggi badan bertambah 4 cm/tahun.
3) Lingkar Kepala
Lingkar kepala berkaitan dengan isi otak, saat tulang kepala belum menutup masih mungkin bertambah besar. Perkembangan otak bergantung dari makanan yang bergizi dan stimulus lingkungan. Pada usia 3 tahun besar otak dan lingkar kepala bertumbuhnya sebesar 90% dari otak dewasa (Suririnah (2009) dalam Kusbiantoro (2015), Putra., et al (2014).
2.2.2.4 Perkembangan Anak Usia Toddler dan Prasekolah a. Perkembangan Anak Usia Toddler
Menurut Maryunani (2014) dan Cahyaningsih (2011) menyatakan bahwa perkembangan anak usia toddler meliputi :
1) Perkembangan Psikososial
a) Tinjauan Erikson (Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu)
(1) Toddler telah mengembangkan rasa percaya dan siap menyerahkan ketergantungannya untuk membangun perkembangan
kemampuan pertamanya dalam
mengendalikan dan otonomi. Orang tua yang
16
mendorong hal tersebut akan mengembangkan kemandirian toddler.
(2) Toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orang tua membiarkan toddler bergantung pada orang tua.
(3) Toddler cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang gerak serta kemandirian anak.
(4) Toddler mulai menguasai keterampilan sosial seperti individualisasi (membedakan diri dari orang lain), berpisah dari orang tua, pengendalian seluruh fungsi tubuh, berkomunikasi dengan kata-kata, kemahiran perilaku yang dapat diterima secara sosial, interaksi egosentris dengan orang lain.
(5) Toddler sering menggunakan kata “tidak”
bahkan ketika bermaksud “ya” untuk mengungkapkan kemandirian atau kebebasannya (perilaku negativistik).
(6) Toddler belajar menunggu lebih lama untuk memenuhi kebutuhannya.
(7) Toddler sering terus mencari benda familier yang melambangkan rasa aman seperti selimut, selama waktu stres dan perasaan tidak menentu.
b) Rasa Takut dan mekanisme koping
Rasa takut umumnya pada toddler antara lain:
(1) Kehilangan orang tua (dikenal dengan ansietas perpisahan), ansietas terhadap orang lain, suara-suara yang keras (seperti vacum cleaner), pergi tidur, dan binatang besar.
17
(2) Dukungan emosional, kenyamanan dan penjelasan sederhana yang dapat menghalang rasa takut.
(3) Mekanisme koping yang dilakukan oleh anak usia toddler untuk mengatasi ketakutannya adalah menanyakan pertanyaan, menginginkan perintah, memegang mainan kesayangan, mempelajari dengan uji coba, menunjukkan ledakan amarah, menggunakan, agresi/ penyerangan, mengisap jempol, menarik diri dan agresi c) Sosialisasi
(1) Masa ini disebut sebagai masa prakelompok, dimana dasar sosial diletakkan dengan semakin meningkatnya hubungan anak dengan teman-teman sebayanya.
(2) Ritualisme, negativisme dan kemandirian mendominasi interaksi pada toddler.
(3) Kadang kalaupun terjadi kontak, lebih cenderung pada perkelahian daripada kerjasama.
(4) Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada dengan benda akan mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih baik di masa depan, dan biasanya menjadi lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
(5) Pada masa ini umumnya anak lebih menyukai berteman dengan sesama jenis kelamin daripada dengan lawan jenis.
18
(6) Anak juga akan mulai bermain asosiatif, yaitu anak terlibat dalam kegiatan menyerupai permainan anak lain.
(7) Semakin meningkat kontak sosial, anak dapat bermain kooperatif dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi.
d) Bermain dan mainan
(1) Toddler terlibat dengan permainan parallel, yaitu bermain berdampingan, tapi tidak dengan yang lain. Meniru adalah salah satu bentuk permainan yang paling umum.
(2) Rentang permainan yang pendek menyebabkan toddler sering mengganti mainan.
(3) Tujuan mainan adalah untuk meningkatkan keterampilan lokomotor (mainan yang ditarik dan didorong) untuk meningkatkan imitasi (meniru), perkembangan bahasa dan keterampilan motorik kasar dan halus.
(4) Mainan harus aman, contoh-contoh mainan yang aman dan sesuai adalah sebagai berikut:
boneka dan peralatan rumah tangga, telepon mainan, buku, pakaian, bermainan kuda- kudaan dan mobil mainan yang dapat dikendarai, cat tangan, bermain tanah liat, puzzle, balok-balok besar.
e) Disiplin
(1) Kebebasan yang tidak dibatasi merupakan ancaman untuk keamanan toddler meskipun membatasi toddler adalah dalam mencoba perilakunya.
19
(2) Tindakan disiplin seharusnya:
(a) Konsisten
(b) Segera setelah kesalahan dilakukan (c) Direncanakan terlebih dahulu
(d) Berorientasi pada perilaku, bukan anak (e) Pribadi (tidak didepan umum) dan tidak
menyebabkan toddler malu
(3) “Timeouts”, merupakan tindakan disiplin yang efektif
(a) Orang tua harus mengajak toddler pergi keluar ke lingkungan yang aman dan tanpa stimulasi.
(b) Durasi sebaiknya satu menit per tahu usia anak. Orang tua dapat menggunakan alat penghitung waktu yang bersuara untuk memantau durasi.
2) Perkembangan Motorik
Menurut Cahyaningsih (2011) menyatakan perkembangan motorik pada usia toddler terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
a) Motorik Kasar
(1) Berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan (2) Berjalan menaiki tangga, berpegangan satu
tangan pada usia 18 bulan.
(3) Berjalan dan menuruni tangga dengan satu langkah pada usia 24 bulan.
(4) Toddler melompat dengan 2 kaki pada usia 30 bulan.
b) Motorik Halus
(1) Membangun menara 2 blok dan mencoret- coret secara spontan pada usia 15 bulan.
20
(2) Membangun menara 3-4 blok pada usia 18 bulan.
(3) Meniru coretan ventical pada usia 24 bulan.
(4) Membangun menara 8 blok dan meniru tanda silang pada usia 30 bulan.
3) Perkembangan Bicara dan Bahasa
Menurut Maryunani (2011) menyatakan perkembangan bahasa sesuai usia:
No Usia Uraian
1 Usia 15 bulan Anak menggunakan istilah yang eksresif.
2 Usia 2 tahun Anak bisa menggunakan 300 kata, menggunakan 2 atau 3 suku kata (frase) dan menggunakan kata ganti.
3 Usia 2,5 tahun Anak menyebutkan nama panggilan dan nama lengkapnya;
anak juga menggunakan kata jamak.
Kemajuan bicara setelah usia 2 tahun berlalu anak akan meninggalkan komunikasi prabicara yang sangat berperan selama masa bayi, setelah berusia dua tahun.
Periode mengoceh juga telah berlalu, anak lebih banyak belajar bicara meskipun isyarat banyak digunakan sebagai pelengkap pembicaraan, misalnya saja anak menyebut pipis dengan memegang celana.
No Tugas belajar bicara balita
Uraian 1 Pengucapan kata-
kataa
a. Anak-anak sulit mengucapkan huruf seperti z, w, d, s, g, dan kombinasi huruf seperti st, str, dr, dan fl.
b. Mendengarkan radio dan telivisi dapat membantu anak mengucapkan kata-kata yang benar
Tabel 2.1 Perkembangan bahasa sesuai usia
21
2 Menambah kosa kata
a. Kosa kata meningkat pada masa ini
b. Hal ini terutama berkaitan dengan baik dan buruk, memberi dan menerima, bilangan dan warna-warna.
3 Membentuk kalimat
a. Kalimat dengan tiga atau empat kata sudah mulai disusun anak usia dua tahun dan biasa disusun anak usia tiga tahunan.
b. Kalimat banyak yang tidak lengkap, misalnya kurang kata kerja.
c. Setelah usia tiga tahun anak dapat membentuk kalimat dengan 6-8 kata.
Tabel 2.2 perkembangan bicara sesuai usia b. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Menurut Putra., et al (2014) menyatakan bahwa perkembangan anak usia prasekolah meliputi :
1) Perkembangan Psikososial (Fase Intiative vs Guilt/
rasa bersalah)
Ciri pada fase ini adalah banyak beriniastif, rasa ingin tahu besar, sering bertanya, banyak bicara, aktif bermain, bekerja, aktif di luar rumah. Konflik akan timbul bila anak merasa tidak mampu kemudian ia dicela. Bila fase ini terdapat hambatan akan timbul kesulitan belajar, pasif, takut, kurang inisiatif.
2) Perkembangan Motorik
Pada anak usia 4 tahun perkembangan motorik kasar kemampuan anak berjalan menjinjit, melompat, melompat dengan satu kaki, menangkap dan melempar bola dari atas kepala.
Perkembangan motorik halus kemampuan anak menggunakan gunting dengan lancar, menggambar kotak, menggambar garis lurus, membuka dan memasang kancing.
22
Sedangkan pada usia anak 5 tahun kemampuan motorik kasar kemampuan anak berjalan mundur sambil jinjit, menangkap bola dan melempar bola dengan baik, melompat dengan kaki bergantian, sedangkan kemampuan motorik kasar anak dapat menulis angka dengan huruf, menulis dengan kata- kata, menulis nama sendiri, mengikat tali sepatu.
3) Pada masa ini anak sudah mengurangi aktifitas bermain sendiri, lebih sering berkumpul dengan teman, interaksi sosial selama bermain meningkat.
4) Perkembangan bicara dan bahasa
Menurut Elmeida (2015) menyatakan bahwa perkembangan bicara dan bahasa pada anak prasekolah diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas;
menirukan berbagai bunyi kata; memahami arti larangan; serta merespon panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
2.1.3 Masalah Kesehatan Pada Anak Usia Toddler dan Prasekolah 2.2.3.1 Masalah Kesehatan pada Anak Usia Toddler
Menurut Maryunani (2014) menyatakan berbagai masalah kesehatan timbul pada masa balita 1-3 tahun salah satu diantaranya adalah masalah yang berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan pada balita diantaranya:
23
a. Diare
Diare merupakan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari satu kali dengan bentuk tinja encer atau cair.
Angka kejadian diperkirakan 500 anak terkena diare per tahun 20% menyebabkan kematian karena dehidrasi (Suriadi, 2001 dalam Maryunani, 2014).
Penyebab diare secara umum dapat disebabkan karena infeksi virus yang dapat disertai dengan muntah, sakit perut, demam, menggigil dan menggigil. Sementara diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri disertai dengan kram, darah pada demam, tinja dan muntah. Tetapi diare juga dapat disebabkan karena faktor infeksi seperti otitis media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih.
Tanda gejala diare diantara lain seperti anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering, kram abdominal, mual dan muntah, anoreksia, pucat, perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernapasan cepat, pengeluaran urin menurun dan tidak ada, biasanya disertai demam.
b. Sembelit
Sembelit merupakan sulitnya buang air besar pada bayi dan anak-anak dan kondisi ini sangat umum terjadi.
Sembelit bisa disebabkan karena adanya perlambatan pergerakan feses pada usus besar, faktor umum, pola makan, dan kebiasaan anak sendiri. Feses merupakan produk akhir metabolisme yang harus dibuang, apabila tetap berada di usus besar maka zat tertentu dalam feses akan meracuni tubuh dan makin lama di dalam usus akan menyerap air sehingga feses makin keras dan makin sulit dikeluarkan.
24
Beberapa tanda dan gejala sembelit pada anak, antara lain anak rewel karena perut menjadi tidak nyaman, biasanya perut agak membesar dan keras bila ditekan, anak tidak buang air besar selama beberapa hari, jika buar air besar, fesesnya keras dan kering. Gejala lainnya meliputi rasa nyeri di anus saat buang air besar, kram abdomen, mual, muntah dan berat badan menjadi turun.
c. Cacingan
Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing- cacing khusus (seperti cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk) yang ditularkan melalui tanah.
Penyebab cacingan antara lain antara lain seperti lingkungan tempat tinggal sekitar memberi pengaruh yang cukup besar terhadap ancaman serangan penyakit apapun seperti: tinggal di lingkungan yang padat, sistem sanitasi yang kurang bersih atau kurang terjaga, kebiasaan tidak memakai alas kaki yang berakibat terjadinya infeksi telur cacing melalui pori kulit atau makanan. Cacing dapat masuk dengan mudah ke tubuh manusia lewat penyebaran benda-benda kotor yang disekeliling atau tubuh yang kurang sehat.
Tanda dan gejala cacingan diantaranya perut kembung, mual muntah, sakit perut, nafsu makan menurun, diare, dan gatal di daerah anus terutama pada malam hari, badan menjadi kurus dan mudah terkena infeksi, larva yang berkeliaran di paru-paru dapat menyebabkan reaksi alergi antara batuk, demam, dan serangan asma (Maryunani, 2014).
25
2.2.3.2 Masalah Kesehatan pada Anak Usia Prasekolah
Menurut Maryunani (2014) macam-macam penyakit pada anak, terutama anak usia pra sekolah bergantung pada beberapa hal dan keadaan, diantaranya kondisi daerah tropis, yang membuat anak mudah mengalami infeksi diantaranya:
a. Demam berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (abovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Tanda gejala klinis diantaranya: Demam tinggi selama 5-7 hari, perdarahan terutama di bawah kulit (petekhi, ekhimosis, hematoma), epistaksis (mimisan), hematemesis, melena, hematuri, mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi.
b. ISPA
ISPA merupakan infeksi yang dimulai dari saluran napas atas hingga paru yang berlangsung sampai 14 hari.
Etiologi ISPA diantaranya: Infeksi ini terjadi secara akut, dapat sembuh spontan, penularan rinitis dapat terjadi melalui inhalasi yang mengandung partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva.
Tanda dan gejala ISPA diantaranya: Gejala klinis biasanya adanya sekret hidung atau demam merupakan gejala yang sering ditemukan selama tiga hari (sekret hidung yang semula encer dan jernih merubah menjadi lebih kental dan purulen), nyeri tenggorokan, batuk, rewel, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai pembengkakan, kemerahan mukosa hidung serta pembesaran kelenjar getah bening leher anterior.
26
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan paru-paru dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan yang penting pada anak (terutama usia <5 tahun) di seluruh dunia.
Penyebab Pneumonia bisa karena virus dan bakteri.
Pneumonia bakteri disebabkan oleh streptococcus pneumoniae (pneumococcus) atau haemophilus influenzae sebagian besar tipe b (Hb) dan terkadang streptococcus yang lain, sedangkan patogen yang lain seperti mycoplasma pneumoniae menyebabkan pneumonia atipik.
Manifestasi klinis umum pada pneumonia pada anak adalah demam, kebiruan dan tanda gangguan nafas.
Pneumonia harus dicurigai bila napas cepat terjadi pada penderita usia kurang dari 2 tahun dengan temperatur
>380C.
Dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia toddler dan prasekolah selalu manifestasinya diawali dengan peningkatan suhu tubuh kemudian demam, maka dari itu akan diuraikan secara rinci di bawah ini.
2.2 Konsep Suhu Tubuh 2.2.1 Definisi Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu beda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer (Sodikin, 2012).
2.2.2 Suhu Tubuh Normal
Menurut Lusia (2015) menyatakan secara umum suhu badan itu normal kalau panas tubuh dengan pengukuran aksila berkisar antara
27
360C/360C-“37,20C/37,50C (± 36-370C). Suhu normal pada bayi baru lahir sekitar 36,50C-37,50C.
Umur Temperatur (0F) Temperatur 0C
0-3 bulan 99,4 37,4
3-6 bulan 99,5 37,5
6 bulan-1 tahun 99,7 37,6
1-3 tahun 99,0 37,2
3-5 tahun 98,6 37
5-9 tahun 98,3 36,8
9-13 tahun 98,3 36,7
>13 tahun 97,8-99,1 36,6-37,3
Hasil standar: 36-370C
Tabel 2.3. Suhu tubuh normal
Menurut Sodikin (2012) menyatakan suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,2 0C, suhu subnormal dibawah 360C. Anak diartikan demam jika suhu badannya diatas 37,20C disertai tanda dan gejala penyerta. Batasan suhu tubuh normal anak tergantung dari cara pengukuran suhu :
2.2.2.1 Suhu pada pengukuran di ketiak diatas 37,20C.
2.2.2.2 Suhu pada pengukuran di anus diatas 380C.
2.2.2.3 Suhu pada pengukuran di mulut diatas 37,50C.
2.2.2.4 Suhu pada pengukuran di telinga diatas 380C.
2.2.3 Proses kehilangan panas pada tubuh
Menurut Sodikin (2012) dan Guyton (1999) dalam Muttaqin (2014) menyatakan proses kehilangan panas pada tubuh dapat terjadi melalui 4 cara yaitu:
2.2.3.1 Radiasi, meruapakan mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang intramerah, atau dengan kata lain radiasi adalah transfer dari permukaan kulit melalui permukaan luar dengan gelombang elektromagnetik. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang 5- 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala bagian tubuh.
2.2.3.2 Konveksi, yaitu proses perpindahan panas melalui pergerakan udara atau udara yang menyelimuti permukaan kulit.
28
2.2.3.3 Evaporasi, yaitu perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Tubuh kontinu kehilangan panas melalui evaporasi.
2.2.3.4 Konduksi, yaitu proses perpindahan panas antara 2 secara langsung kulit dengan benda-benda yang ada disekitar tubuh.
Seorang anak akan kehilangan panas lebih banyak pada posisi berdiri dibandingkan posisi tidur, karena permukaan objek tubuh akan kontak leibh luas dengan permukaan suatu objek.
2.2.4 Alat Mengukur Suhu
Menurut Sodikin (2012) menyatakan bahwa termometer sering digunakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang, termasuk anak. Jenis termometer yang sering digunakan diantaranya termometer kaca/raksa dan termometer digital dan timpanik yang diletakkan di telinga.
2.2.4.1 Termometer air raksa-kaca
Termometer ini terdiri dari atas tabung gelas tertutup yang berisi cairan air raksa/merkuri. Di tepi ujung terlihat garis-garis yang menunjukkan skala temperatur. Bila suhu meningkat, air raksa dalam tabung sempit akan naik. Titik dimana air raksa tersebut berhenti naik menunjukkan berapa suhu pengguna saat itu.
Sesuai desain tabung kaca termometer ini, posisi ujung air raksa sebagai penunjuk derajatnya akan berada diposisi yang tetap kecuali kita menggoyang-goyangnya secara kuat (Lusia, 2015).
2.2.4.2 Termometer Digital
Umumnya bergagang plastik dengan sensor dan layar hasil pengukuran di salah satu sisinya. Keungulan dari termometer jenis ini adalah praktis, mudah dibaca dan hasil pengukuran sangat cepat.
29
Seperti termometer air raksa pengukuran suhu digital bisa dilakukan dibeberapa tempat yaitu mulut, ketiak dan anus.
Cara pengukurannya sama dengan cara pengukuran dengan memakai termometer air raksa (Lusia, 2015).
2.2.4.3 Termometer inframerah (Infraced Sensing ear Thermometer) Menurut Lusia (2015) dan Sodikin (2012) menyatakan termometer jenis ini digunakan untuk mengukur radiasi termal dari aksila, saluran telinga (membran timpani). Suhu tubuh hasil pengukuran akan terlihat ±1 detik. Hal mendasar dari termometer inframerah adalah semua objek akan memancarkan energi inframerah. Semakin panas suatu benda, maka molekul- molekul yang ada didalamnya semakin aktif serta semakin banyak inframerah yang dipancarkan.
Termometer ini bisa dikatakan sangat akurat dan cepat, tetapi kekurangan dari termometer jenis ini karena harga yang relatif mahal, jika gendang telinga dalam keadaan kotor akan menghalangi penyaluran gelombang panas pada sensor, dan lekukan telinga juga memberikan kesulitan untuk mencapai membran timpani, terutama pada bayi baru lahir.
2.2.4.4 Termometer temporal
Termometer ini termometer jenis menggunakan pemindai infra merah untuk mengukur suhu dari arteri temporal yang ada di dahi. Termometer ini merekam temperatur waktu ±6 detik (Sodikin, 2012).
2.2.4.5 Termometer strip plastik (termograf)
Perubahan warna yang terjadi merupakan respon untuk menunjukkan perubahan suhu. Cara penggunaan termometer strip plastik adalah dengan menempatkan strip pada dahi sampai terjadi perubahan warna, biasanya memerlukan waktu
±15 detik beberapa strip dapat digunakan seperti termometer air raksa oral. Meskipun penggunaanya mudah, tapi tingkat
30
keakuratannya agak rendah khususnya pada bayi dan anak kecil (Lusia, 2015) dan (Sodikin, 2012).
2.2.5 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh
Menurut Sodikin (2012) sebelum melakukan pengukuran suhu, pilihlah tempat pengukuran suhu berdasarkan usia dan kondisi anak.
2.2.5.1 Pengukuran di aksila
Suhu di ketiak diukur dengan meletakkan sebuah termometer kaca atau termometer digital pada ketiak anak selama 4 sampai 5 menit. Suhu tubuh setidaknya sedikit lebih akurat karena ketiak lebih dingin dibandingkan anus, telinga atau mulut (Utaminingsih, 2015).
2.2.5.2 Pengukuran di mulut
Suhu mulut diukur dengan meletakkan sebuah termometer kaca atau termometer digital di bawah lidah anak selama 2 sampai 3 menit. Suhu mulut menghasilkan hasil yang dapat dipercaya tetapi sulit dilakukan pada anak yang lebih kecil, yang umumnya tidak dapat menjaga mulutnya tertutup rapat di sekitar termometer untuk menghasilkan hasil yang tepat (Utaminingsih, 2015).
Menurut Sodikin (2012), cara pengukurannya dengan menyuruh anak duduk atau berbaring dengan tenang.
Termometer ditempatkan dibawah lidah selama 45 detik. Suhu normal pengukuran mulut (oral) antara 35,50C-370C.
2.2.5.3 Pengukuran suhu di anus (rektal)
Menurut Lusia (2015) dan Utaminingsih (2015), pemeriksaan suhu rektal secara tradisional dianggap sebagai standar emas untuk pengukuran suhu karena merupakan standar dan lebih dipercaya karena lebih dekat ke suhu tubuh dalam sebenarnya (core temperature) pada anak daripada suhu yang diukur di tempat lain. Untuk mengukur suhu anus sebuah termometer dilapisi jeli petroleum sekitar tonjolan harus dimasukkan
31
pelan-pelan sekitar ½ sampai 1 inci (sekitar 1 ¼ sampai 2 ½ cm) ke dalam anus anak pada saat anak tengkurap. Anak harus diletakkan di tempat untuk 2 sampai 3 menit sebelum diangkat dan diambil untuk dibaca.
2.2.5.4 Pengukuran di telinga
Menurut Sodikin (2012) mengemukakan secara teori membran timpani merupakan tempat yang idea untuk pengukuran suhu inti, hal ini karena adanya arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi. Termometer membran timpani yang dikembangkan saat ini menggunakan metode infared radiation emitted detectors (IRED).
Walaupun dari segi kenyamanan cukup baik, pengukuran suhu membran timpani sehingga saat ini jarang dipergunakan karena variasi nilai suhu yang berkorelasi dengan suhu oral atau rektal cukup besar. Pengukuran suhu tubuh dengan lokasi membran timpani memiliki kelebihan dan kekurangan.
a. Kekurangan
1) Tempat mudah dicapai.
2) Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
3) Waktu pengukuran cepat hanya 2-5 detik.
4) Dapat dilakukan tanpa membangunkan klien.
b. Kekurangan
1) Alat bantu dengar harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran.
2) Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga (membran timpani).
3) Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu.
4) Keakuratan pada bayi baru lahir dan anak-anak masih diragukan.
32
2.2.5.5 Pengukuran di arteri pulmonalis
Diantara berbagai tempat pengukuran suhu tubuh, tempat yang paling dianggap mendekati suhu yang terukur oleh thermostat di hipotalamus adalah suhu darah arteri pulmonalis. Tetapi cara ini memilik berbagai keterbatasan, seperti pengukuran tersebut merupakan cara invasif, menggunakan arteri pulmonalis sehingga cara ini hanya sesuai untuk perawatan invasif (Sodikin, 2012).
2.2.5.6 Pengukuran di esofagus
Suhu pada esofagus juga dianggap sebagai suhu yang mendekati suhu inti, karena dekat dengan arteri yang membawa dari jantung ke otak. Tetapi kelemahannya adalah suhu di esofagus tidak sama di sepanjang esofagus. Dimana esofagus dibagian atas akan dipengaruhi udara trakea (Sodikin, 2012).
2.2.6 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Pada manusia suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tubuh tersebut, agar suhu tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan (regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang sempit agar berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu badan yang relatif tetap.
Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik (feel back) yang berada dipusat pengaturan suhu (hipotalamus). Pengaturan suhu suatu mekanisme pada saat pusat temperatur di hipotalamus mendeteksi adanya suhu tubuh yang terlalu panas, maka tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini akan
33
terjadi bila suhu tubuh inti sudah melewati ambang batas toleransi tubuh yang mempertahankan suhu atau yang disebut titik tetap (set point).
Set point (titik tetap) tubuh akan dipertahankan supaya suhu inti tubuh tetap konstan pada kisaran 370C. Pada saat suhu meningkat melebihi titik tetap (set point), maka keadaan ini akan merangsang hipotalamus untuk melakukan berbagai mekanisme agar suhu mampu dipertahankan dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Sodikin, 2012).
2.3 Konsep Demam 2.3.1 Definisi Demam
Demam merupakan temperatur tubuh meninggi sampai 38oC atau lebih, biasanya menunjukkan bahwa tubuh sedang melawan infeksi dan bisa juga karena terpapar panas (Smith & Davidson, 2010).
Demam juga dapat didefinisikan sebagai keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus, yang dipengaruhi oleh IL-1. Pusat pengatur suhu mempertahankan suhu dalam keadaan seimbang baik pada saat sehat maupun demam dengan mengatur keseimbangan diantara produksi dan pelepasan panas tubuh.
Bila terjadi suatu keadaan peningkatan suhu tubuh yang tidak teratur, karena disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas, disebut hipertermia. Pada keadaan hipertermia, interlukin-1 tidak terlibat, akibatnya pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal (Sodikin, 2012).
2.3.2 Etiologi Demam
Demam dapat terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas. Demam dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu tubuh yang
34
bersifat episodik (berkala) atau persisten (terus-menerus) di atas nilai normal dan ada referensi yang mengatakan peningkatan suhu minimal 24 jam. Demam yang biasanya dikenal oleh masyarakat umum adalah demam yang dihubungkan dengan peningkatan suhu tubuh akibat penyakit infeksi kumam, karena tumbuh gigi pada bayi atau demam pasca imunisasi. Namun masih banyak penyebab demam yang lain.
Adapun penyebab demam yang disebabkan oleh pirogen (disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit dan jamur) diantara lain : demam tipoid, demam berdarah, pes, chikungunya, penyakit tangan dan mulut, penyakit kawasaki, malaria, influenza, pilek, sinusitis, pneumonia, bronkitis, pertusis, TBC, tetanus, meningitis (radang selaput otak), mumps (gondongan), morbili (campak), campak Jerman, tonsilitis (amandel), difteri, otitis media (infeksi telinga tengah), cacar air, infeksi saluran kencing, radang hati (hepatitis), abses, penyakit kecacingan, gastroenteritis, radang usus buntu, poliomielitis, sepsis (Lusia, 2015).
2.3.3 Mekanisme Demam
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan utama temperatur tubuh (termoregulasi), yang mendapat stimulus fisik maupun kimia. Adanya cedera mekanis yang terjadi secara langsung atau akibat pajanan zat kimiawi pada pusat-pusat tersebut akan menjadi penyebab demam.
Tetapi bentuk stimulus tersebut tidak selalu ditemukan pada berbagai jenis demam yang berhubungan dengan infeksi, neoplasma, hipersensitivitas, dan juga penyebab radang lainnya. Pirogen, atau zat- zat yang dapat menyebabkan demam antara lain berupa endotoksin bakteri gram negatif, dan sitokin yang dilepaskan oleh sel-sel limfoid (interleukin-1). Berbagai aktivator dapat bekerja pada fagositosis monuklear dan sel-sel lain serta menginduksinya untuk melepaskan interleukin-1. Aktivator-aktivator berupa mikroba dengan berbagai produknya, seperti toksin, termasuk dalam hal ini adalah endotoksin, kompleks antigen-antibodi, proses radang, dan lain-lain. Interkeukin-1,
35
berfungsi membantu proliferasi limfosit selain juga menginduksi demam, sedangkan interleukin-2 yang dihasilkan oleh sel-sel T, menyebabkan proliferasi sel T dan memiliki banyak fungsi pada mekanisme imunomodulasi lain (Sodikin, 2012).
Menurut Tamsuri (2012) menyatakan bahwa demam dapat disebabkan oleh gangguan otak atau akibat bahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri. Pirogen yang disebabkan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam tubuh yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ini ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit.
2.3.4 Tanda dan gejala demam
Menurut Lusia (2015) menyatakan secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenisasi makin lancar. Namun, kalau suhu tubuh makin tinggi (diatas 38,5oC) pasien diantaranya akan mengalami:
2.3.4.1 Ketidaknyaman
2.3.4.2 Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot 2.3.4.3 Aliran darah cepat
36
2.3.4.4 Ujung kaki/tangan teraba dingin 2.3.4.5 Jantung dipompa terlalu cepat 2.3.4.6 Frekuensi nafas lebih cepat
2.3.4.7 Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru 2.3.4.8 Ketidakseimbangan elektrolit
2.3.4.9 Terjadi kerusakan jaringan otak dan otot jika suhu tubuh lebih tinggi dari 41oC.
2.3.5 Mekanisme Tubuh terhadap Demam
Mekanisme tubuh terhadap demam menurut Hartono (2009) dalam Effendi (2014) yaitu :
2.3.5.1 Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer, hampir dilakukan di seluruh area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatif hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi, sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit, hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2.3.5.2 Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis (37oC).
Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1o akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme tubuh pada saat suhu meningkat melebihi ambang kritis (37 oC) pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area peroptik anterior hipotalamus melalui saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsang pada saraf koligenik kelenjar keringat, yang akan merangsang produksi keringat.
37
2.3.5.3 Penurunan Pembentukan Panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.3.6 Penatalaksanaan Demam dengan Farmakologis
Demam merupakan keluhan yang paling sering menyebabkan orangtua memberikan obat antipiretik untuk mengurangi demam dan meningkatkan kenyamanan (Sodikin, 2012) dan (Carman & Kyle, 2014).
Penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar dari orang tua tidak mengetahui kandungan atau zat aktif, efek samping, dan tidak menghitung dosis antipiretik yang mereka berikan pada anak (Sodikin, 2012). Secara umum obat antipiretik yang digunakan bila suhu tubuh anak melebihi 38,50C.
2.3.6.1 Parasetamol (Asetaminofen)
Merupakan obat dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893. Di Indonesia paracetamol merupakan obat yang dijual secara bebas (obat bebas) berbentuk tablet 500mg atau sirup yang mengandung 120mg/5ml. Dosis pemberian parasetamol pada anak 10-15 mg/kgBB direkomendasikan setiap 4 jam. Melalui pemberian dosis terapeutik parasetamol akan menurunkan demam setiap 30 menit, pencapaian maksimum dicapai setelah 3 jam, dan demam akan timbul kembali 3-4 jam setelah pemberian.
2.3.6.2 Ibuprofen
Ibuprofen memiliki sifat analgesik dengan anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesik yang dimiliki ibuprofen sama seperti aspirin. Penyerapan ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam ±2 jam. ±90
% dari dosis yang diserap akan dieksresikan lewat urin sebagai metabolit. Walling (2009) dalam Carman & Kyle (2014)
38
menyatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibuprofen lebih unggul dalam mengurangi demam lebih cepat dan lebih lama daripada asetaminofen.
2.3.6.3 Salisilat
Salisilat (aspirin) sampai pada tahun 1980 obat ini merupakan antipiretik dan analgesik. Setelah ditemukan bahwa aspirin telah dihubungkan dengan sindrom Reye pada anak serta remaja, obat ini tidak dianjurkan lagi untuk pengobatan demam
2.3.7 Penatalaksanaan Non Farmakologis
Menurut Aden (2010) dalam Fatkularini., et al (2014) menyatakan selain penggunaan obat antipiretik upaya non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu mengenakan pakaian tipis, lebih sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, memberi kompres kulit yaitu kompres hangat dan tepid water sponge. Kompres tepid water sponge ini akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini
2.4 Konsep Kompres Tepid Water Sponge 2.4.1 Definisi
Water Tepid sponge adalah metode menyeka badan pasien untuk menurunkan suhu tubuh (Marni, 2016). Menurut Hidayati (2014) dalam Wardiyah., et al (2016) menyatakan tepid sponge merupakan suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol kehilangan panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami demam tinggi.
2.4.2 Tujuan
2.4.2.1 Menurunkan suhu tubuh dan memberikan rasa nyaman 2.4.2.2 Memperlancar sirkulasi darah
2.4.2.3 Mengurangi rasa sakit
39
2.4.3 Indikasi
Anak yang suhu tubuhnya di atas 37,80C.
2.4.4 Prosedur Pelaksanaan
Berikut adalah prosedur persiapan alat dan teknik pemberian kompres tepid water sponge menurut Marni (2016):
2.4.4.1 Perlengkapan alat
a. Kom berisi air biasa atau hangat b. Waslap
c. Handuk d. Termometer
e. Perlak dan pengalas f. Selimut mandi
g. Minyak kayu putih atau minyak telon 2.4.4.2 Persiapan Pasien
Semua baju anak dilepas, anak boleh dipangku atau istirahat di tempat tidur.
2.4.4.3 Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapkan alat sesuai kebutuhan.
b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
c. Tanyakan kesiapan pasien.
d. Cuci tangan
e. Lepaskan baju anak, pasang perlak dan pengalas di bawah badan anak, pasang selimut mandi di atas badan anak.
f. Seka dengan menggunakan waslap yang dibasahi dengan air hangat atau air biasa dengan urutan wajah, leher, badan, tangan, dan kaki, dilanjutkan bagian belakang (punggung, bokong, tangan, paha dan kaki)
g. Ulangi tindakan tersebut sampai ±20 menit.
h. Periksa dengan termometer, apakah suhu sudah normal.
i. Jika suhu tubuh normal (360C-370C). Hentikan prosedur.
40
j. Keringkan badan anak menggunakan handuk, kemudian usapkan minyak kayu putih atau minyak telon ke badan anak.
k. Pakaikan baju anak.
l. Rapikan alat. Cuci tangan
m. Evaluasi ata tanyakan kenyamanan anak.
n. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.
o. Sampaikan rencana tindak lanjut yaitu observasi suhu tubuh anak setiap 3 jam. Jika suhu tubuh anak meningkat lagi, ulangi tindakan no 1-14.
p. Berpamitan pada pasien atau keluarga.
2.4.5 Derajat suhu untuk Kompes
Pemberian kompres hangat yang disepakati saat ini adalah pemberian kompres dengan air suam-suam kuku (air hangat) setelah pemberian antipiretik pada kasus demam yang cukup tinggi. Kompres dengan air dingin (air es) sangat tidak disarankan mengingat anak dapat menggigil atau dapat juga menyebabkan keracunan alkohol.
2.4.6 Efek Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Demam
Menurut Isneini (2014) mengemukakan bahwa tepid sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres hangat disebabkan karena adanya seka tubuh pada tepid sponge yang akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya mengandalkan dari stimulasi hipotalamus.
Efek lain dari pemberian tepid sponging yaitu dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah, vasodilatasi pori – pori kulit, reduksi viskositas darah, peningkatan metabolisme dan menstimulasi impuls
41
melalui reseptor kulit yang dikirim pada hipotalamus posterior untuk menurunkan panas tubuh (Kozier&Suprapti, 2008 dalam Bardu, 2014).
Menurut Wardiyah., et al (2016) menyatakan tepid water sponge yang dilakukan dengan cara mengelap seluruh tubuh dengan menggunakan washlap lembab hangat selama 15 menit yang mana efek dari washlap yang hangat tersebut dapat memvasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar. Kulit memiliki banyak pembuluh darah, ketika demam panas kemudian diberikan tindakan tepid water sponge panas dari darah berpindah melalui dinding pembuluh darah ke permukaan kulit dan hilang ke luar tubuh, sehingga terjadilah penurunan suhu tubuh.
2.5 Konsep Plester Kompres 2.5.1 Definisi
Plester kompres siap pakai yang banyak terdapat di apotek. Plester kompres ini dibuat dari bahan hydrogel on polycrylate-basis dengan kandungan paraben dan mentol yang diformulasikan sehingga mampu mempercepat proses pemindahan panas dari tubuh ke plester kompres.
Paraben adalah serbuk kristal putih, yang mudah larut dalam menthanol, ethanol dan sulit dalam air mempunyai sifat antibakteri (Sodikin, 2012). Produk kompres plester dari Fever Patch Plester Rohto (2018) menjelaskan kompres plester merupakan kompres penurun suhu tubuh anak yang sangat praktis dan ideal dengan model bentuk perekat yang sangat kuat dan tidak mudah lepas, nyaman, sejuk serta lembut karena terdapat jelly untuk digunakan sebagai pertolongan pertama saat anak demam atau panas.
2.5.2 Komposisi Plester Kompres
Plester ini dibuat dari bahan hydrogel yang mengandung hydrogel on polyacylate-basis dengan kandungan paraben dan menthol yang dapat menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi (Sodikin, 2012).
42
2.5.3 Teknik Pemakaian Kompres Plester
Lepaskan lapisan transparan dan tempelkan permukaan yang merekat pada daerah yang diinginkan seperti pada bagian dahi, ketiak, lipatan paha. Sebelumnya potong sesuai ukuran yang dikehendaki. Bila masih terdapat sisa, simpan sisa yang belum digunakan di lemari es di bagian cooler. Kompres selama 20-30 menit evaluasi suhu tubuh. Cabut bekas plester kompres pelan-pelan dengan baby oil di daerah yang ditempel plester kompres. Tidak dianjurkan digunakan pada kulit yang terluka (Sodikin, 2012).
2.5.4 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Menggunakan Plester Kompres Menurut Sodikin (2012), beberapa-beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
2.5.4.1 Hanya untuk pemakaian diluar jangan digunakan pada mata, sekitar mata, membran mukosa atau kulit yang terkena eksim, ruam atau luka.
2.5.4.2 Hentikan pemakaian dan konsultasikan ke dokter jika terjadi ruam, kemerahan, gatal atau iritasi. Untuk kulit sensitif, konsultasikan ke dokter atau apoteker anda sebelum pemakaian.
2.5.4.3 Jika digunakan pada anak-anak harus dibawah pengawasan orang tua, hati-hati jangan sampai produk ini diletakkan pada mulut atau ditutupkan paa mulut dan hidung.
2.5.4.4 Jika kulit berkeringat atau sedang menggunakan bedak atau sejenisnya maka produk tidak dapat menempel dengan baik di kulit.
2.5.5 Efektifitas Plester Kompres terhadap Demam
Menurut Sodikin (2012) mengemukakan bahwa efektifitas plester kompres dipengaruhi oleh bagaimana cara penyimpanan, oleh karena itu perlu dicermati hal-hal berikut :
43
2.5.5.1 Simpan lembaran yang tidak dipakai dalam wadahnya dan lipat sisi terbuka dua kali menurut garis yang ada.
2.5.5.2 Simpan di tempat yang kering dan dingin, terhindar dari sinar matahari langsung.
2.5.5.3 Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Adapun manfaat dari hidrogel yang terdapat pada plester kompres mengandung presentasi air yang tinggi, bekerja dengan sistem pendinginan alami tubuh membantu untuk mendinginkan tubuh. Suhu yang menimbulkan panas pada kulit menyebabkan penguapan air yang terkandung dalam hidrogel yang menciptakan sensasi dingin pada permukaan kulit yang panas. Adanya kandungan air pada hidrogel merupakan faktor utama yang berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh melalui mekanisme penguapan. Hidrogel akan menyerap panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut pada molekul air, kemudian menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi (Darwis., et al, 2010).
Menurut Intiyani (2016) manfaat lain dari plester kompres ini yaitu dapat membuat pembuluh darah bagian tepi pada kulit melebar, kemudian hal tersebut akan membuat pori-pori kulit akan terbuka sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
Gambar 2.1 Plester Kompres
44
2.6 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 2.2 Kerangka Teori
Keterangan :
: Tidak diteliti : Diteliti
Sumber: (Sodikin, 2012), (Carman& Kyle, 2014), (Darwis., et al, 2010), (Intiyani, 2016), (Isneini, 2014), (Bardu, 2014), (Wardiyah.,et al, 2016).
- Paracetamol - Ibuprofen - Salisilat
Penatalaksanaan Demam
Farmakologi Non Farmakologi
Kompres Tepid Water Sponge
Plester Kompres
Efek seka seluruh tubuh
Hidrogel mengandung presentasi air yang cukup
Penurunan Suhu Tubuh Vasodilatasi pembuluh darah
perifer Evaporasi
Sensasi dingin
Penyerapan panas tubuh
ditransfer ke molekul air
Evaporasi Vasodilatasi bagian
tepi pada kulit Kandungan paraben dan
mentol Masuknya antigen
melalui port the entry
Reaksi tubuh terhadap pirogen (Inflamasi)
Zat-zat pirogen difagositis
Pelepasan zat Interleukin 1 ke dalam tubuh Interleukin 1 sampai
hipotalamus
Demam
Hipotalamus menstimulasi impuls melalui reseptor kulit Set point hipotalamus
meningkat
45
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagan terhadap rancangan penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti atau subjek penelitian. Variabel yang akan diteliti atau subjek penelitian. Variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2014). Berdasarkan tinjauan pustaka, maka disusun pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut:
Variabel Variabel Variabel Independen Dependen Independen
Skema 2.3 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis
Hipotesis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan efektifitas kompres tepid water sponge dengan plester kompres terhadap penurunan suhu tubuh anak demam di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Intervensi Pemberian Kompres Tepid
Water Sponge Intervensi Pemberian
Plester Kompres
Suhu Tubuh Anak Setelah
dikompres Suhu Tubuh
Anak Sebelum Dikompres