• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENSIS) DAN PRODUK OLAHANNYA BERUPA PERMEN JELLY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENSIS) DAN PRODUK OLAHANNYA BERUPA PERMEN JELLY."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER

MERAH (Hylocereus costaricensis) DAN PRODUK OLAHANNYA

BERUPA PERMEN JELLY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sains Program Studi Kimia

Qory Hajrul Fajriani

0900755

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER

MERAH (Hylocereus costaricensis) DAN PRODUK OLAHANNYA

BERUPA PERMEN JELLY

Oleh

Qory Hajrul Fajriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Qory Hajrul Fajriani di 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

QORY HAJRUL FAJRIANI

PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER

MERAH (Hylocereus costaricensis) DAN PRODUK OLAHANNYA

BERUPA PERMEN JELLY

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr.H. Hayat Sholihin, M.Sc. Ph.D NIP. 195711231984031001

Pembimbing II

Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si. NIP. 195612061983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH

(Hylocereus costaricensis) DAN PRODUK OLAHANNYA BERUPA

PERMEN JELLY“ ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri,

dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan tersebut, saya siap menerima resiko yang dijatuhkan kepada saya

apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain dalam karya saya.

Bandung, Oktober 2013

Yang membuat pernyataan,

Qory Hajrul Fajriani

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian berjudul penentuan aktivitas antioksidan kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) dan produk olahannya berupa permen jelly. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan yang terdapat pada kulit buah naga super merah dan produk olahannya berupa permen jelly. Pengolahan kulit buah naga super merah menjadi permen jelly dilakukan berdasarkan variasi hidrokoloid sebanyak 2%, 3% dan 4% dan variasi suhu pemanasan, yaitu 60oC, 80⁰C dan 100⁰C selama 15 menit. Metode pengujian kualitatif dilakukan secara fitokimia berdasarkan perubahan warna dan pengendapan. Metode pengujian kuantitatif dilakukan melalui uji total fenolat dengan pereaksi folin ciocalteu. Metode penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Prosedur yang menghasilkan permen jelly terbaik yaitu pada suhu pemanasan 80⁰C dengan konsentrasi karagenan 3%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kandungan metabolit sekunder antara kulit buah naga super merah dan produk olahannya. Jenis kandungannya yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenolik. Aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah naga sebesar 79,243%, Aktivitas antioksidan permen jelly yang dibuat pada suhu 80⁰C sebesar 72,333%,, dan aktivitas antioksidan permen jelly yang dibuat pada suhu 100⁰C masing-masing sebesar dan 69,442%. Aktivitas antioksidan menurun akibat menurunnya kadar total fenolat yang bersifat sebagai antioksidan.

(6)

ABSTRACT

A study has been conducted on the antioxidant activity of fruit skin super red dragon ( Hylocereus costaricensis ) and the product is jelly. The purpose of the study was to examine antioxidant activity of fruit skin super red dragon and the jelly which made by a variety of hydrocolloids as much as 2%, 3% and 4% and heating temperature variation is 60°C, 80⁰C and 100⁰C for 15 minutes. The qualitative testing was determine by using phytochemicals. The quantitative testing was determine by using total phenolics by folin ciocalteu reagen. The antioxidant activity was determine by using the DPPH method. Procedure that produces the best jelly at the heating temperature of 80⁰C with a concentration of 3% carrageenan. Based on the results showed that there was no difference between the content of secondary metabolites skin super red dragon fruit and the products are alkaloids, flavonoids, terpenoids, and phenolic. The antioxidant activity of fruit skin extract was 79,243%, and antioxidant activity of jelly which made on 80⁰C and 100⁰C were 72.333% and 69.442%. The antioxidant activity decreased due to decreased levels of total phenolics which acts as an antioxidant.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp) ... 5

2.1.1 Deskripsi Tanaman ... 5

2.1.2 Kandungan Buah Naga ... 6

2.2 Olahan Kulit Buah Naga ... 8

2.2.1 Permen Jelly ... 8

2.3 Pengujian Fitokimia... 14

2.4 Pengujian Kadar Total fenolat ... 15

2.5 Antioksidan... 15

2.6 Pengujian Aktivitas Antioksidan ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.2.1 Alat ... 20

3.2.2 Bahan ... 20

3.3 Tahapan Penelitian ... 20

3.4 Bagan Alir Penelitian ... 21

3.5 Cara Kerja ... 23

3.5.1 Determinasi Tumbuhan ... 23

3.5.2 Penyiapan Sampel Kulit Buah Naga Super Merah ... 23

3.5.3 Ekstraksi Kulit Buah Naga Super Merah ... 23

(8)

3.5.5 Uji Fitokimia ... 24

3.5.6 Uji Kadar Total Fenolat ... 26

3.5.7 Uji Aktivitas Antioksidan ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Determinasi Tumbuhan ... 28

4.2 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Naga Super Merah ... 28

4.3 Produk Jelly Kulit Buah Naga Super Merah ... 29

4.4 Hasil Uji Fitokimia ... 32

4.5 Hasil Uji Total Fenolat Ekstrak ... 34

4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Metabolit Primer per 100g Buah Naga Merah ... 7

Tabel 2.2 Syarat Mutu Kembang Gula Lunak Jelly ... 10

Tabel 2.3 Metode Pengujian Fitokimia ... 14

Tabel 4.1 Hasil Pembentukan Permen Jelly Menggunakan Pektin ... 29

Tabel 4.2 Hasil Pembentukan Permen Jelly dengan Berbagai Konsentrasi Karagenan dan Variasi Suhu Pemanasan ... 31

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Buah Naga Super Merah ... 5

Gambar 2.2. Senyawa Metabolit Sekunder Kulit Buah Naga ... 8

Gambar 2.3 Struktur Pektin ... 12

Gambar 2.4. Struktur Karagenan ... 13

Gambar 2.5. Proses Pembentukan Gel Karagenan ... 14

Gambar 2.6. Struktur Asam Galat ... 15

Gambar 2.7. Reaksi Senyawa Fenolat dengan Suatu Radikal Bebas ... 17

Gambar 2.8. Struktur DPPH ... 18

Gambar 2.9. Reaksi Antara DPPH dengan Antioksidan ... 19

Gambar 3.1. Bagan Alir Proses Penelitian ... 22

Gambar 4.1. Ekstrak Metanol Kulit Buah Naga Super Merah ... 29

Gambar 4.2. Produk Olahan Permen Jelly dengan Pektin ... 30

Gambar 4.3. Produk Olahan Permen Jelly dengan Karagenan ... 32

Gambar 4.4 Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat ... 36

Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Asam Galat ... 36

Gambar 4.6 Kadar Total Fenolat Ekstrak Segar dan Produk Olahan ... 37

Gambar 4.7 Panjang Gelombang Maksimum DPPH ... 39

Gambar 4.8 Kurva Kalibrasi DPPH ... 39

Gambar 4.9 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Segar dan Produk Olahan ... 40

Gambar 4.10 Mekanisme Reaksi Degradasi Senyawa Flavonoid ... 42

Gambar 4.11 Mekanisme Reaksi Degradasi Betasianin ... 42

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Determinasi Tumbuhan Buah Naga ... 46

Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Larutan Induk Asam Galat ... 47

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Absorbansi Total Fenolat Sampel ... 48

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Kadar Total Fenolat Sampel ... 49

Lampiran 5. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar DPPH ... 51

Lampiran 6. Hasil Pengukuran Absorbansi Sisa DPPH Sampel ... 52

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Aktivitas Antioksidan ... 53

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit degeneratif sering dijumpai pada masyarakat seperti kanker,

tumor, jantung, stroke, diabetes, liver, dan lain-lain. Salah satunya adalah kanker

yang biaya pengobatannya mahal dan tidak dapat disembuhkan secara total.

Penyebab timbulnya penyakit degeneratif, salah satunya karena kurangnya

antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas yang terdapat dalam tubuh.

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang mampu melindungi tubuh dari

radikal bebas. Antioksidan akan mengurangi kecepatan reaksi inisiasi pada reaksi

berantai pembentukan radikal bebas pada konsentrasi 0,01% atau bahkan kurang

(Madhavi dkk, 1995). Antioksidan terdiri atas antioksidan sintetik dan antioksidan

alami. Penggunaan antioksidan sintetik mulai berkurang karena dapat

menimbulkan zat karsinogen sehingga penggunaannya tergantikan oleh

antioksidan alami yang berasal dari buah-buahan dan sayuran. Salah satu contoh

sumber antioksidan alami adalah kulit buah naga super merah.

Buah naga merupakan tanaman buah yang baru dibudidayakan di

Indonesia mulai dari tahun 2000. Tanaman ini memiliki potensi yang baik dilihat

dari permintaan yang terus meningkat diikuti teknik budidaya yang mudah

dilakukan (Jaya, 2010). Produktivitas buah naga di Kabupaten Nagreg, Jawa Barat

mencapai 58 ton/ha. Dengan ketersediaannya yang begitu melimpah, maka limbah

(kulit) yang dihasilkan dari buah naga juga banyak. Kulit buah naga super merah

memiliki berat 30% -35% dari berat buah belum dimanfaatkan secara optimal,

sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi makanan fungsional (Wahyuni,

2011).

Kulit buah naga super merah mengandung senyawa senyawa aktif

diantaranya alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin,

(13)

2

Wu dkk (2006) keunggulan dari kulit buah naga yaitu kaya polifenol dan

merupakan sumber antioksidan. Selain itu aktivitas antioksidan yang terdapat

pada kulit buah naga merah lebih tinggi dibandingkan aktivitas antioksidan pada

daging buahnya, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber

antioksidan alami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurliyana dkk

(2010) yang mengatakan bahwa dalam 1 mg/ml kulit buah naga mampu

menghambat sebanyak 83,48 ± 1.02% radikal bebas, sedangkan untuk 1 mg/ml

daging buah naga hanya mampu menghambat radikal bebas sebesar 27.45 ±

5.03%.

Menurut Rebecca, dkk (2010), kulit buah naga super merah memiliki

senyawa aktif betasianin yang dapat mengikat radikal bebas dan dikatakan sebagai

sumber antioksidan. Betasianin pada kulit buah naga termasuk senyawa fenolik

(Vermerris dkk,, 2006). Wanitchang,dkk (2010) mengatakan buah naga super

merah kaya akan betasianin. Semakin tinggi kandungan betasianin maka

antioksidan dalam buah tersebut semakin tinggi. Selain itu betasianin juga

digunakan sebagai pewarna alami pada makanan.

Kulit buah naga super merah mudah didapat dan mudah diolah. Hal ini

dikarenakan kulit buah naga super merah memiliki tekstur yang lunak sehingga

tidak memerlukan proses pengolahan dalam waktu yang lama. Dalam

pemanfaatan limbah kulit buah naga super merah yang belum optimal dilakukan

pengolahan lebih lanjut guna meningkatkan nilai ekonomis. Salah satu contohnya

adalah dibuat permen jelly.

Menurut SNI 3547-2-2008 permen jelly merupakan kembang gula

bertekstur lunak (lunak ketika dimakan), yang diproses dengan penambahan

komponen hidrokoloid seperti agar, gum, pectin, pati, karagenan, gelatin, dan

lain-lain yang digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga menghasilkan produk

yang lunak dan bisa di cetak. Gel yang kuat dan tekstur yang kenyal pada permen

jelly dapat dihasilkan dengan adanya penambahan bahan yang mengandung

(14)

3

atau produk lainnya juga dapat meningkatkan keanekaragaman (diversifikasi)

bahan pangan.

Proses pengolahan kulit buah naga super merah menjadi jelly tidak lepas

dari perlakuan pemanasan yang mempengaruhi aktivitas antioksidan yang

terkandung di dalamnya. Wahyuni (2011) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa suhu dan waktu yang digunakan dalam pemasakan permen jelly yaitu 80oC

selama 15 menit.

Untuk menelusuri kemampuan kulit buah naga super merah sebagai

sumber antioksidan alami dilakukan uji pendahuluan meliputi uji fitokimia, uji

kadar total fenolat, serta uji aktivitas antioksidan. Uji fitokimia bertujuan untuk

mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang bertindak sebagai antioksidan.

Sebagian besar antioksidan berasal dari senyawa metabolit sekunder golongan

fenolat. Oleh karena itu dilakukan uji kadar total fenolat untuk menentukan

jumlah kandungan senyawa fenolat dalam kulit buah naga super merah. Aktivitas

antioksidan kulit buah naga setelah mengalami proses pengolahan menjadi

permen jelly dapat diketahui melalui pengujian aktivitas antioksidan.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah utama yang akan diteliti adalah:

1. Jenis golongan senyawa metabolit sekunder apa saja yang berperan

sebagai antioksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit buah naga super

merah segar dan produk olahannya berupa permen jelly?

2. Bagaimana perbedaan aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit buah naga

super merah dan produk olahannya berupa permen jelly ?

3. Bagaimana kondisi optimum pengolahan permen jelly kulit buah naga

(15)

4

1.3 Pembatasan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.

1 Kulit buah naga yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis

Hylocereus costaricensis yang diperoleh dari Perkebunan Desa Citaman,

Kec. Nagreg.

2 Produk olahan berupa permen jelly dari kulit buah naga super merah.

3 Bahan pengental yang digunakan berupa pektin dan karagenan

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunderyang berperan

sebagai antioksidan dalam ekstrak kulit buah naga super merah dan produk

olahannya berupa permen jelly.

2. Mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit buah naga

super merah dan produk olahannya berupa permen jelly.

3. Mengetahui kondisi optimum pengolahan permen jelly kulit buah naga

super merah yang baik dengan aktivitas antioksidan tertinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui

prosedurpengolahan optimum dalam pembuatan permen jelly kulit buah naga

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di

Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat jelas,

neraca analitik, blender, panci aluminium, botol vial, pemanas listrik, rotary

vacuum evaporator, dan UV-Vis Mini Shimadzu 1240.

3.2.2 Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah naga

super merah yang di ambil dari dari perkebunan Desa Citaman, Kecamatan

Nagreg dengan usia siap panen. Bahan lainnya yang digunakan pada proses

pembuatan permen jelly kulit buah naga super merah adalah air, gula pasir, dan

karagenan. Bahan yang digunakan untuk pengujian adalah H2SO4 pekat,

CH3COOH, kloroform, serbuk Mg, HCl pekat, FeCl3 1%, etanol 96%, n-heksana,

metanol, reagen Follin ciocalteu dan DPPH (2,2-Diphenyl-l-picrylhydrazyl).

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap determinasi tumbuhan buah naga super merah

2. Tahap penyiapan sampel kulit buah naga super merah

(17)

21

4. Tahap pembuatan permen jelly kulit buah naga super merah

5. Tahap uji pendahuluan berupa uji fitokimia

6. Tahap uji Total fenolat permen jelly kulit buah naga super merah

7. Tahap uji aktivitas antioksidan permen jelly kulit buah naga super merah

3.4 Bagan Alir Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi tujuh tahapan, yaitu determinasi

tumbuhan, penyiapan sampel, ekstraksi sampel, pembuatan permen jelly kulit

buah naga super merah, uji fitokimia, uji Total fenolat, uji aktivitas antioksidan

jelly kulit buah naga super merah. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada gambar

(18)

22

 Dicincang hingga halus

 Ditimbang sebanyak 50 gram

 Diblansir pada suhu 80oC selama lima menit

 disaring

 dimasukkan kedalam panci

 ditambah gula pasir 75g

 ditambahpengental 2%, 3%, 4%

 dipanaskan selama 15 menit pada suhu 60oC, 80oC, dan 100oC

 dimaserasi dengan metanol 1x24 jam

 Uji Fitokimia

 Uji Total Fenolat dengan Follin Ciocalteu

 Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penelitian

Daging buah Kulit buah naga super merah

Kulit buah naga yang telah di blansir

Ekstrak kulit buah naga 250 ml Ampas

Ekstrak kulit buah naga + Ampas

campuran

Permen Jelly

Data Hasil Pengujian

 Dicincang hingga halus

 Ditimbang sebanyak 50 gram

 Dimaserasi menggunakan 100 ml metanol selama 1x24 jam

 Disaring

Ampas Ekstrak

 Dipekatkan

menggunakan rotary

vacuum evaporator Ekstrak Pekat

Kesimpulan

 Dibersihkan, dikupas kulitnya

(19)

23

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Determinasi Tumbuhan

Sampel kulit buah naga super merah didapatkan dari perkebunan Desa

Citaman, Kecamatan Nagreg. Buah naga super merah dipetik pada saat siap panen

hingga diperoleh kulit buah berwarna merah. Menurut Kristanto (2009), buah

naga yang siap petik adalah buah yang sudah tua dengan karakteristik sebagai

berikut: kulit buah sudah berubah warna menjadi merah tua, mahkota buah sudah

mengecil, jumbai buah sudah berubah menjadi warna kemerahan, kedua pangkal

buah berkeriput.

Uji determinasi dilakukan di Laboratorium “Hebarium Bogoriense”,

Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Determinasi dilakukan

berdasarkan pengamatan ciri fisiologis tumbuhan untuk mengetahui spesies dan

famili tanaman yang diteliti.

3.5.2 Penyiapan Sampel Kulit Buah Naga Super Merah

Kulit buah naga super merah disortasi untuk memilih kulit dengan kualitas

yang baik kemudian dibuang bagian yang tidak akan diolah. Kulit buah naga

super merah dicuci kemudian dimaserasi. Untuk pengolahan produk, kulit buah

naga diblansir terlebih dahulu pada suhu 80⁰C selama lima menit.

3.5.3 Ekstraksi Kulit Buah Naga Super Merah

Lima puluh gram kulit buah naga super merah yang telah dihaluskan

dimaserasi dengan 100 mL pelarut metanol selama 1 24 jam dan dimaserasi juga

dengan 100 mL pelarut air selama 1 24 jam. Ekstrak yang diperoleh disaring

dengan corongbuchner menggunakan vakum, dan filtrat dipekatkan dengan rotary

(20)

24

3.5.4 Pembuatan Permen Jelly Kulit Buah Naga Super Merah

Prosedur pembuatan permen jelly kulit buah naga super merah ini adalah

modifikasi dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2011). Modifikasi

dilakukan pada penetapan berbagai variasi suhu pemanasan.

Lima puluh gram kulit buah naga super merah yang telah dihaluskan

ditambah dua ratus lima puluh mL air, diblansir pada suhu 80oC selama 5 menit,

kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah gula sebanyak 75 gram dan

karagenan sebanyak 2%, 3%, dan 4%. Menurut Wahyuni (2011), suhu

pemasakan jelly yang baik adalah 80⁰C, sehingga pada penelitian ini dilakukan

pemanasan dengan variasi suhu 60oC, 80⁰C, dan 100⁰C selama 15 menit untuk

diketahui kriteria fisik permen jelly baik dengan antioksidan yang paling tinggi.

Waktu pemanasan 15 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni (2011) karena dengan waktu 15 menit merupakan waktu dihasilkan

pembentukan permen jelly dengan tekstur terbaik. Permen jelly kulit buah naga

super merah yang telah diperoleh didinginkan dan dipotong-potong.

3.5.5 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan menggunakan metode menurut Sangi (2008). Tiap

sampel diidentifikasi komponen fitokimianya dengan metode pereaksi warna yang

bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

dalam masing-masing sampel. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan alkaloid

Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari

masing-masing sampel ditambah dengan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes

(21)

25

2. Pemeriksaan terpenoid dan steroid

Pemeriksaan terpenoid dan steroid dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL

ekstrak dari masing-masing sampel ditambah dengan 1 mL CH3COOH

glasial dan 1 mL H2SO4 pekat. Terbentuknya warna merah menunjukkan

adanya terpenoid sedangkan warna biru atau ungu menunjukkan adanya

steroid.

3. Pemeriksaan Flavonoid

Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari

masing-masing sampel ditambah 1 gram serbuk Mg dan 10 mL HCl pekat,

timbulnya warna merah menunjukkan adanya flavonoid.

4. Pemeriksaan Saponin

Pemeriksaan flavonoid dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari

masing-masing sampel ditambah air suling sehingga seluruh cuplikan terendam,

dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian

dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih

yang stabil.

5. Pemeriksaan Fenolik

Pemeriksaan fenolik dilakukan dengan cara 1 mL ekstrak dari

masing-masing sampel ditambah beberapa tetes FeCl3 1%. Timbulnya warna hitam

kebiruan/hijau menunjukkan adanya senyawa fenolik.

Setelah diketahui secara kualitatif keberadaan senyawa-senyawa

metabolit sekunder yang diperoleh, maka dilakukan uji kuantitatif berupa

pengujian kadar total fenolat ekstrak segar dan produk olahannya agar

diketahui seberapa besar kandungan metanolit sekunder yang terdapat

(22)

26

3.5.6 Uji Kadar Total Fenolat

Kadar total fenolat ditentukan dengan metode Follin ciocalteu

(Waterhouse A, 1999) dengan asam galat sebagai pembanding.

1. Pembuatan Larutan Na2CO3 20%

Ditimbang 10 gram Na2CO3, dan ditambah 40 ml aquabides, didihkan,

kemudian didiamkan selama 24 jam, disaring, dan diencerkan dengan

aquabides hingga volume larutan 50 ml.

2. Pembuatan Larutan Induk Asam Galat

Ditimbang 0,25 gram asam galat, ditambah 5 ml etanol 96%, dan ditambah

aquabides sampai volume 50 ml sehingga diperoleh konsentrasi larutan

asam galat 5 mg/ml.

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Galat

Larutan induk asam galat dipipet 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,4 ml,

masing-masing diencerkan dengan aquabides sampai volume 10 ml sehingga

didapat konsentrasi larutan 300, 400, 500, 600, dan 700 mg/L asam galat.

Dari masing-masing larutan asam galat dipipet sebanyak 0,2 ml, ditambah

15,8 ml aquabides, 1 ml reagen Follin ciocalteu, dan dikocok sampai

homogen. Didiamkan selama 8 menit, ditambah 3 ml larutan Na2CO3 20%,

dikocok sampai homogen. Didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar.

Diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum = 765 nm, lalu

dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat (mg/L)

dengan absorbansi.

4. Pengukuran Kadar Total Fenolat Sampel

Ditimbang 0,1 gram ekstrak, dilarutkan dengan metanol sampai volume

larutan 10 ml, dipipet 0,2 ml larutan ekstrak, ditambah 15,8 ml aquabides, 1

ml reagen Follin ciocalteu, dan dikocok hingga homogen. Larutan

didiamkan selama 8 menit kemudian ditambah 3 ml Na2CO3 20%. Larutan

didiamkan kembali selama 2 jam pada suhu kamar hingga didapatkan

larutan berwarna biru. Diukur serapan larutan dengan spektrofotometri

(23)

27

3.5.7 Uji Aktivitas Antioksidan

Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan melalui beberapa tahapan.

Larutan DPPH 100 ppm dibuat dengan melarutkan 5 mg DPPH dalam metanol

pada labu ukur 50 mL. Larutan DPPH 100 ppm kemudian diencerkan kembali dan

dibuat dalam lima seri konsentrasi, yaitu 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25

ppm. Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi deret, terlebih dahulu dilakukan

pengukuran panjang gelombang maksimum agar diketahui bahwa panjang

gelombang maksimum untuk larutan standar DPPH adalah 516 nm. Kemudian

dibuat larutan DPPH dalam metanol dengan konsentrasi 20 ppm. Larutan DPPH

20 ppm tersebut digunakan sebagai kontrol dalam penentuan aktivitas antioksidan

sampel. Sebanyak 1 mL ekstrak sampel diencerkan dengan metanol pada labu

ukur 25 mL. Larutan sampel diambil sebanyak 4 mL dan ditambah 2 mL larutan

DPPH 20 ppm dalam metanol. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu ruang

selama 30 menit. Absorbansinya diukur dengan menggunakan alat

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 516 nm.

Aktivitas antioksidan dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Aktivitas Antioksidan = Abs DPPH kontrol – Abs sisa DPPH x 100%

Abs DPPH control

Keterangan :

Abs DPPH kontrol : absorbansi DPPH sebelum direaksikan dengan sampel

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak ada perbedaan kandungan golongan metabolit sekunder antara kulit

buah naga super merah segar dan produk olahannya. Golongan senyawa

metabolit sekundernya berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenolik

yang dapat bertindak sebagai antioksidan.

2. Pengolahan kulit buah naga super merah dapat menurunkan aktivitas

antioksidan akibat menurunnya kadar total fenolatyang bersifat sebagai

antioksidan.

3. Prosedur yang menghasilkan permen jelly terbaik yaitu pemasakan pada

suhu 80⁰C dan konsentrasi optimum karagenan 3%.

5.2 Saran

1. Menguji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pengujian lain

selain DPPH agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

2. Diteliti bentuk pengolahan lain yang tidak menurunkan aktivitas

antioksidan.

3. Dilakukan uji kuantitatif terhadap kandungan metabolit sekunder lainnya

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar S, Kurnia B, dan Istiqomah. (2001). Kandungan dan Kegunaan Rumput

Laut di Dalam Teknologi Budidaya Rumput Laut (Kappaphicus alvarezii).

Bandar Lampung: Balai Bududaya Laut.

Bellec, F.L.F., dkk. (2006). Pithaya (Hylocereus spp.) : a new crop, a market with

future. Fruits 61 : 237-250.

Cahyono, B. (2009).Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta.

Charley, H. (1982). Food Science. Jhon Willey and Sons Inc. New York

Eder, R. (1996). Handbook of Food Analysis, Vol I.Marcel Dekker Inc.New.York.

Fardiaz, D. (1989). Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB

Glicksman, M. (1979). Carrageenan Food Industry. Academic Press, New York.

Havlikova, L.K., dkk. (1983). Heat Stability of Betacyanins. Lebensm Unters Forsch 177: 247–50.

Harborne J.B. (1987). Metode Fitokimia. Kosasih Padmawinata, penerjemah. Bandung: ITB-Press.

Imeson, A.P. (2000). Carrageenan dalam Handbook of Hydrocolloids. GO Phillips dan PA Williams (ed). New York : CRC Press.

Jaafar, Ali, R., dkk. (2009). “Proximate Analysis of Dragon Fruit (Hylecereus polyhizus)”.American Journal of Applied Sciences. 6:1341-1346.

Jaya, I.K.D. (2010). “Morfologi dan Fisiologi Buah Naga dan Prospek Masa

Depan di Indonesia”.Crop Agro3 : 44-50.

Koleva, I. (2002). “Screening of Plant Extracts for Antioxidant Activity: A

Comparative Study on Three Testing Methods”. Phytochem Anal.13,

494-500.

(26)

46

Madhavi, D.L., dkk.(1995). Food Antioxidant, Technological, Toxicological, and

Health Perspectives. New York-Bassel-Hongkong: Marcel Dekker, Inc.

Molyneux, P. (2004). “The Use of Stable Free Radical Dyphenilpicryl-hydrazil

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity”.J. Sci. Technology.211-219.

Nurliyana, R., dkk. (2010). “Antioxidant Study of Pulps and Peels of Dragon

Fruits: A Comparative Study”. International Food Research Journal 17:

367-375.

Padreno, M.A. and Escribano, J. (2001). “Correlation Between Antiradical Activity and Stability of Betanine from Beta Vulgaris L. Roots Under

Different pH, Temperature and Light Conditions”. Journal of the Science

of Food and Agriculture, 81(7): 627-631.

Prakash.,dkk. (2001) .“Antioxidant Activity”. Medallion Laboratory-Analytical

Progress.19,2.

Rebecca, O.P.S.,dkk, (2010), “Pigment Identification and Antioxidant Properties of Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus)”.African Journal of

Biotechnology 9 (10): 1450-1454.

Romero, J.B., dkk. (2008). Stabillity of Agar in The Seaweed Gracilaria

Eucheumatoides (Gracilariales, Rhodophyta) During Postharvest Storage.

Bioresorce Technology (99). 8151-8155.

Rukmana. (2003). Kaktus. Cet 5. Kanisius. Yogyakarta

Sangi, M., dkk. (2008). “Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten

Minahasa Utara”. Chemistry Progress. 1, 47-53.

Saputra, D.R. (2008). Aplikasi Bioteknologi Pemanfaatan Limbah Rumput Laut. Jakarta: Kanisius.

Singleton, V.L. and Rossi, J.A., (1965). “Colorimetry of Total Phenolic with

Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent”, Am.J Enol.Vitic, 16,147.

SNI 3547-2-2008. (2008). Kembang Gula Lunak. Jakarta : Dewan Standar Nasional.

Suprapti, M.L. (2004). Jelly Jambu Mete. Kanisius, Yogyakarta

Vaya, dkk. (2001). “Nutritional Antioxidant: Mechanism of Action, Analyses of

Activities and Medical Applications”. Curr. Med. Chem-Imm, Endoc &

(27)

47

Vermerris., Wilfred, and Ralph N. ( 2006). "Phenolic Compounds and Their Effects on Human Health." Phenolic Compound Biochemistry. Springer Netherlands. 235-255.

Wahyuni, R. (2011). “Pemanfaatan Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus

costaricensis) Sebagai Sumber Antioksidan Dan Pewarna Alami Pada

Pembuatan Jelly”. Jurnal Teknologi Pangan. Vol.2 No.1. Malang.

Wanitchang, dkk. (2010). “Maturity Sorting Index of Dragon Fruit”. Journal of

Food Engineering. 100(3):409-416.

Ward, A.G. and Courts., (1977). The Science and Technology of Gelatin. Academic Press, London

Waterhouse, A. (1999). Folin - Ciocalteau Micro Method For Total Phenol In

Wine. Department Of Viticulture & Enology University Of California,

Davis, 152-178.

Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius

Woo, K., dkk. (2011). “Stability of the Spray-Dried Pigmentof Red Dragon Fruit

[ Hylocereus polyrhizus(Weber) Britton and Rose] asa Function of

Organic Acid Additives and Storage Conditions”. Philipp Agric Scientist

Vol. 94 No. 3, 264-269.

Wu, L.C., dkk, (2006). “Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red

Pitaya”. Food Chemistry. Volume 95, 319-327

Gambar

Tabel 2.1 Tabel 2.2
Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak kulit buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus ) merupakan hasil ekstrak kulit buah naga merah yang diperoleh dari metode maserasi menggunakan larutan

dilanjut dengan uji Tukey menunjukkan bahwa tape singkong terfortifikasi kulit buah naga super merah ada pengaruh nyata antara kombinasi perlakuan terhadap pH.. Tabel

super merah disebabkan karena buah naga sangat tinggi kandungan airnya sehingga semakin banyak daging buah naga super merah yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar air jenang

Lipstik likuid ekstrak kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang berbanding lurus dengan konsentrasi dan pada formula dengan konsentrasi 35%

Zat warna pekat dari kulit buah naga super merah kemudian diaplikasikan pada makanan (es puter) selanjutnya dilakukan uji organoleptik. Aplikasi zat warna dari

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak tunggal kulit buah pisang kepok (KPK) dan kulit naga merah (KNM) serta aktivitas

sebesar 0,583 mg/mL, dimana hasil ini membuktikan bahwa terdapat senyawa yang aktif sebagai antioksidan dalam ekstrak etanol kulit buah naga merah. Semakin tinggi

Kampus Meurandeh, Langsa 24416 E-mail : ratihps@unsam.ac.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder di dalam ekstrak etanol kulit buah