IDENTIFIKASI SENYAWA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)
Wikan Mahargyani
Program Studi Analis Kesehatan (D3), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
ABSTRAK
Penyakit degeneratif dapat timbul karena adanya kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Hal ini dapat dicegah dengan antioksidan alami seperti buah dan sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai antioksidan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambaran aktivitas antioksidan dan kondisi optimum reaksinya terhadap radikal bebas. Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi kulit buah menggunakan etanol. Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa melalui uji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol. Uji antioksidan, dilakukan menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) sebagai radikal bebas. Hasil uji fitokimia meunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga mengandung komponen fenolik yang potensial sebagai antioksidan. Dari pengujian menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 0,583 mg/mL.
Kata kunci: buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), antioksidan, DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
ABSTRACT
Oxidative stress can cause oxidative damage from the level of cells, tissue, and organs. Oxidative stress can be overcome with natural antioxidants such as fruits and vegetables. The aim of this study was to identify active compounds by phytochemical screening and to further investigate the antioxidant properties on the peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). Antioxidant activity was determined using DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) as radical. The result of phytochemical screening showed that the peel of dragon fruit extract has phenolic compounds. The DPPH radical scavenging antivity determination showed that the IC50 for the peel of dragon fruit extract was 0,583 mg/mL. The result suggested that the peel of dragon fruit extract has good activities as antioxidant.
Keywords: red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus), antioxidant, DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
PENDAHULUAN
Suatu penyakit dapat timbul akibat kerusakan pada membran dinding sel, pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid. Hal ini dapat terjadi karena reaksi oksidasi yang disebabkan oleh senyawa radikal bebas (Widyastuti, 2010). Secara alami sebagian besar tanaman mengandung
senyawa antioksidan, namun kadarnya
beragam. Salah satu tanaman yang dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan adalah buah naga.
Tanaman buah naga berasal dari Amerika Tengah dan saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah naga berasal dari daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh kelembaban udara, suhu, keadaan tanah dan curah hujan (Kristanto, 2008). Perbedaan
tempat tumbuh dapat mempengaruhi
kandungan nutrisi dalam suatu tanaman karena unsur hara yang terdapat dalam tanah juga berbeda (Helda dan Niah, 2016). Komponen utama pada buah naga adalah daging dan kulit buah. Bagian daging buah dapat dikonsumsi, sedangkan kulitnya dapat bermanfaat dalam produksi pangan maupun industri seperti pewarna alami pada makanan dan minuman. Menurut Wahyuni, (2011) kulit buah naga juga dapat dijadikan sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas.
Pada beberapa penelitian melaporkan bahwa buah ini memiliki aktivitas yang sangat beragam antara lain aktif sebagai agen hepatoprotektif (Islam et al., 2013), antibakteri (Khalili et al., 2013; Amalia et al.,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 614
Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533 Tlp: 0226631622 - 6631624
2014), antidiabetes (Hadi et al., 2012; Paw et al., 2017), antioksidan (Rebecca et al., 2010; Choo et al., 2011; Niah et al., 2016), dan antikolesterol (Raihanah et al., 2012). Pada penelitian ini akan dikaji lebih mendalam tentang aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Hasil analisis senyawa yang dilakukan Tanore et al. (2012) menemukan bahwa buah naga mengandung senyawa fenolik yang potensial digunakan sebagai antioksidan. Selain itu, kulit buah naga juga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten, dan fitoalbumin yang diduga juga memiliki manfaat sebagai antioksidan (Jaafar et al., 2009).
menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosklerosis, kanker, dan gejala penuaan. Resiko penyakit kronis akibat
radikal bebas dapat dikurangi dengan
memanfaatkan peran senyawa antioksidan seperti vitamin (C, E, A), karoten, asam-asam fenol, polifenol, dan flavonoid. Senyawa-
senyawa tersebut berperan sebagai
antioksidan karena dapat menangkap dan menstabilkan radikal bebas (Prakash, 2001).
Mekanisme kerja dari senyawa antioksidan adalah dengan mendonorkan salah satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan, sehingga aktivitas senyawa oksidan dapat dihambat (Winarsi, 2007). Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya dan dapat berdiri sendiri. Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk
menguji aktivitas antioksidan adalah
menggunakan radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Penggunaan antioksidan juga tidak hanya terbatas pada bidang farmasi, tetapi meluas dalam industri makanan, petroleum, kosmetik,
dan sebagainya. Dalam bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, dan penuaan dini. Penelitian tetang aktivitas antioksidan dalam bahan pangan mulai banyak dikaji. Hal ini dikarenakan beberapa antioksidan sintesis yang biasa digunakan oleh industri pangan, seperti BHA dan BTH bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), sementara itu ketersediaan antioksidan alami masih terbatas (Sayuti dan Yenrina, 2015).
Pada penelitian ini digunakan bagian kulit karena aktivitas antioksidan pada kulit buah lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan pada daging buahnya, sehingga berpotensi
untuk dikembangkan menjadi sumber
antioksidan alami. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurliyana et al. (2010) yang menyatakan bahwa buah naga merah mampu menghambat 83,48±1,02% radikal bebas, sedangkan pada daging buah naga hanya mampu menghambat radikal bebas sebesar 27,45±5,03 %.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dikaji lebih mendalam terkait kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan dikaitkan dengan aktivitas antioksidannya. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode
perendaman DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), sehingga diketahui nilai IC50
ekstrak etanol dari kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Pengujian akan dilakukan pada variasi konsentrasi untuk mengetahui kondisi optimum dari aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah naga tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kulit buah naga merah dan
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan melakukan ekstraksi senyawa yang terkandung dalam
kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) menggunakan pelarut atanol. Selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rotary evaporator, spektrofotometer UV-Vis, neraca analitik, blender, alat gelas laboratorium, oven memmert, tabung reaksi, mikropipet, tip, kuvet, hot plate, dan magnetic stirer.
Jalannya Penelitian
1. Preparasi kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
Sebanyak 3 kg buah naga dicuci, kemudian dipisahkan antara kulit dan daging buahnya. Kulit buah dipotong
tipis-tipis, kemudian dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 50ºC untuk mengurangi kadar airnya. Kulit buah dihaluskan menggunakan blender.
2. Ekstraksi kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
Ditimbang sebanyak 100 gram kulit buah naga yang sudah dihaluskan.
Kemudian direndam dengan etanol
dengan perbandingan antara simplisia dan pelarut (1:3) dan dilakukan maserasi sebanyak
3 x 24 jam dengan melakukan
penyaringan setiap 24 jam dan padatan direndam kembali dengan pelarut yang baru. Filtrat dari hasil maserasi digabungkan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental.
Identifikasi golongan senyawa aktif dalam ekstrak etanol
menggunakan beberapa prosedur pengujian. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit buah naga dilakukan pengujian
dengan metode DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi akuades, etanol 96%, reagen mayer, buah naga merah, kertas saring, DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) serta bahan kuliatas pa dari Merck : HCl pekat, kloroform, amoniak 25%, asam sulfat, metanol, NaCl, dan FeCl3
Prosedur identifikasi flavonoid :
Sebanyak 0,1 gram ekstrak kental dilarutkan dengan 10 mL metanol, kemudian dibagi dalam 3 tabung reaksi . Tabung pertama sebagai kontrol, tabung kedua ditambahkan NaOH dan tabung ketiga ditambahkan H2SO4 pekat.Warna
pada masing-masing tabung
dibandingkan, jika terjadi perubahan
warna maka positif mengandung
flavonoid.
Prosedur identifikasi tanin :
Sebanyak 0,5 gram ekstrak
ditambahkan dengan 5 mL metanol,
kemudian disaring. Selanjutnya
ditambahkan 2 tetes NaCl 10% dan larutan FeCl3 1% pada filtrat yang
diperoleh. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna biru
kehitaman atau hijau.
Prosedur identifikasi saponin :
Sebanyak 0,1 gram ekstrak
dimasukkan dalam tabung reaksi,
kemudian dilarutkan dengan air panas 15 mL. Campuran dipanaskan selama 5 menit. Selanjutnya disaring dan filtrat
diambil sebanyak 10 mL dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan kemudian dikocok-kocok. Uji positif adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa/buih.
Prosedur identifikasi alkaloid :
Sebanyak 0,1gram ekstrak dilarutkan dengan 10 mL kloroform dan didiamkan selama 30 menit, kemudian ditambahkan 2,5 mL amoniak 0,05 M dan H2SO4 2 M
sebanyak 2,5 mL ke dalam filtrat. Selanjutnya dikocok dan akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam dianalisis dengan pereaksi Mayer. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan warna putih.
Prosedur identifikasi terpenoid :
Sebanyak 0,5 gram ekstrak
ditambahkan 10 mL etanol, 2 mL kloroform dan 2 mL H2SO4 pekat. Hasil
positif terpenoid ditunjukkan dengan warna merah.
Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian eksperimen laboratorium. Data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif
dengan menganalisis hubungan antara
kandungan senyawa aktif dalam ekstrak etanol dengan aktivitas antioksidannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap awal dari penelitian ini adalah ekstraksi kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) menggunakan pelarut etanol. Dari hasil maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak 2,9 gram, dengan rendemen 2,9%. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji
fitokimia untuk mengetahui kandungan
senyawa dalam ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Hasil uji fitokimia disajikan pada Tabel 1 berikut :
Prosedur identifikasi steroid :
Sebanyak 0,1 gram ekstrak
ditambahkan 2 mL kloroform kemudian ditambahkan lagi 5 tetes H2SO4 6 M.
Hasil positif steroid ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi coklat. 4. Uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan
menggunakan metode DPPH. Ekstrak etanol kulit buah naga diencerkan dengan serial konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mg/mL. Sebanyak 1 mL dari masing-masing konsentrasi diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Selanjutnya 2 mL DPPH 0,1 mM ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi. Campuran diinkubasi selama 1 jam di ruang gelap,
dihomogenkan dan diukur
absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 517 nm.
Untuk mengetahui nilai % inhibisi dari sampel ditentukan dengan persamaan berikut:
% inhibisi =
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah
Senyawa Hasil Pengujian Ket Flavonoid Warna awal : Jingga (+) Uji basa : Kuning
Uji asam : coklat tua
Tanin Coklat tua (-)
Alkaloid Terbentuk sedikit (+)
endapan
Saponin Terdapat buih stabil (+) Terpenoid Coklat tua (+)
Steroid Merah (+)
Untuk mengetahui akktivitas antioksidan dari ekstrak kental kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), selanjutnya dilakukan
pengujian menggunakan metode DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). Ekstrak kental
dilarutkan menggunakan metanol 70% dengan variasi konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1
mg/mL. Selanjutnya ekstrak tersebut
direaksikan dengan DPPH 0,1 mM selama 1 jam perendaman. Hasil pengukuran absorbansi sampel pada panjang gelombang 517 nm disajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Hasil Pengukuran Sampel Konsentrasi Absorbansi sampel % inhibisi (nm) (mg/mL) 1 0,043 78,78 0,056 0,8 0,070 70,00 0,070 0,6 0,101 54,78 0,110 0,4 0,124 44,93 0,133 0,2 0,215 8,50 0,212 0 0,220 - 0,229 PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan melakukan
ekstraksi kulit buah naga merah
menggunakan etanol 96%. Kulit buah naga
kering seberat 100 gram dihaluskan
menggunakan blender untuk memperbesar luas permukaan simplisia, sehingga senyawa aktifnya lebih mudah untuk larut selama
proses perendaman. Setelah dilakukan
ekstraksi dengan metode maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak 2,9 gram berwarna orange pekat, dengan rendemen 2,9%. Banyaknya ekstrak yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis pelarut yang digunakan, lamanya proses perendaman, perbandingan antara simplisia
dengan pelarut, dan luas permukaan
simplisia.
Pemilihan pelarut yang digunakan sangat menentukan jenis senyawa yang terekstrak. Pada penelitian ini digunakan etanol karena
Nilai IC50 dari pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak kulit buah naga merah DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dapat ditentukan dari persamaan linear yang diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi sampel sesuai Gambar 1. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai IC50 dari ekstak kulit buah naga
merah (Hylocereus polyrhizus) sebesar 0,583 mg/mL.
Gambar 1 Grafik Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi
senyawa fenolik umumnya dapat larut dengan baik pada pelarut polar. Proses perendaman dilakukan selama 3 hari, dengan mengganti pelarut sebanyak 2 kali karena warna ekstrak sudah jernih. Pada penelitian ini digunakan perbandingan simplisia dengan pelarut yaitu 1 : 3, 100 gram simplisia dan 300 mL pelarut. Untuk mengoptimalkan proses ekstraksi dapat dilakukan dengan memperlama proses perendaman, mengganti
pelarut secara berkala atau dengan
memperbesar volume pelarut yang digunakan
untuk merendam. Sebelum dilakukan
ekstraksi, kulit buah naga yang kering dihaluskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
untuk memperbesar luas permukaan
simplisia, sehingga mengoptimalkan proses ekstraksi. Semakin kecil ukuran simplisia, luas permukaan akan semakin besar dan
senyawa aktifnya akan lebih mudah larut kedalam pelarut selama proses perendaman.
Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dalam ekstrak etanol kulit buah naga merah, selanjutnya dilakukan uji fitokimia. Pengujian ini dilakukan secara kualitatif dengan melihat perubahan warna sampel setelah ditambahkan dengan reagen tertentu. Dari hasil pengujian diketahui bahwa ekstrak kulit buah naga merah mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, steroid, dan
terpenoid. Ekstrak tidak mengandung
senyawa tanin jika dilihat dari hasil perubahan warna yang tidak spesifik setelah dilakukan pengujian. Namun hal ini dapat terjadi juga karena kandungan tanin dalam ekstrak sangat sedikit, sehingga tidak terdeteksi melalui pengujian secara kualitatif.
Berdasarkan uji fitokimia dapat diketahui bahwa ekstrak kulit buah naga mengandung senyawa fenolik yang potensial memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Turunan
polifenol sebagai antioksidan dapat
menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Mekanisme senyawa polifenol
sebagai antioksidan adalah dengan
mendonorkan hidrogen dari gugus
hidroksilnya. Polifenol merupakan
komponen yang berperan terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran.
Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit buah naga, dilakukan pengujian dengan metode perendaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Pada penelitian ini digunakan variasi konsentrasi ekstrak sebesar 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mg/mL
dengan konsentrasi DPPH 0,1 mM
menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak
yang terindikasi mengandung senyawa
antioksidan direaksikan dengan DPPH
sebagai radikal bebas. Setelah direaksikan, larutan DPPH yang semula berwarna ungu berubah menjadi berwarna kuning. Hal ini
mengindikasikan bahwa DPPH telah
tereduksi sehingga berubah menjadi DPPH-H (Difenilpikril hidrazin). Semakin besar konsentrasi sampel yang direaksikan dengan DPPH, warna larutan akan semakin kuning. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak DPPH yang mengalami reduksi. Hasil reaksi
dianalisis lebih lanjut menggunakan
spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 517 nm untuk mengetahu
serapannya.
Setelah diketahui nilai absorbansinya, selanjutnya dapat ditentukan %inhibisi dari masing-masing variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga. Nilai konsentrasi dan %inhibisi selanjutnya diplot dalam grafik untuk memperoleh persamaan liner yang digunakan untuk menentukan IC50 dari
ekstrak kulit buah naga merah. Nilai IC50
merupakan konsentrasi yang diperlukan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 yang diperoleh,
maka semakin tinggi kekuatan senyawa yang bersifat antioksidan untuk melawan DPPH sebagai radikal bebas. Nilai IC50 dihitung
menggunakan persamaan regresi linier, dengan konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan %inhibisi sebagai sumbu y melalui persamaan y = ax + c yang disajikan pada Gambar 1.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai IC50
sebesar 0,583 mg/mL, dimana hasil ini membuktikan bahwa terdapat senyawa yang aktif sebagai antioksidan dalam ekstrak etanol kulit buah naga merah. Semakin tinggi konsentrasi yang direaksikan dengan DPPH, maka %inhibisinya juga semakin besar terhadap radikal bebas. Radikal bebas merupakan senyaw berbahaya yang sangat reaktif dan dapat merusak jaringan organ, sehingga menimbulkan penyakit. Menurut
Winarsi (2007), antioksidan sangat
diperlukan oleh tubuh karena perannya yang
dapat menggambat radikal bebas dan
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus) mengandung
senyawa aktif golongan flavanoid, alkaloid,
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah mendukung penelitian ini melalui dana hibah yang diberikan serta staff
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, S., Wahdaningsih, S., dan Untari, E.K., 2014, Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATTC 25923, Trad.Med.J., 19(2), 89-94. Amrun, M. dan Ummayah, E., 2007, Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose, Jurnal Ilmu Dasar, 8(1), 83-90.
Choo, W.S., dan Yong, W.K., 2011,
Antioxidant Properties of Two Species of Hylocereus Fruits, Adv.Appl.Sci.Res, 2(3), 418-425.
Hadi, N.A., Mohamad, M., Rohin, M.A.K., dan Yusof, R.M., 2012, Effect of Red Pitaya Fruit (Hylocereus polyrhizu) Consumption on Blood Glucose Level and Lipid Profile in Type 2 Diabetic Subjects, Borneo Science, 113-129.
Helda dan Niah, R., 2016, Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah Daerah Pelaihari, Kalimantan
Selatan Dengan Metode DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), Jurnal
Pharmascience, 3(2), 36 – 42.
Islam, A.M.T., Chowdhury, M.A.U., Uddin, E.M., Rahman, M.M., Habib, M.B., Uddin, M.G.U., dan Rahman, M.A., 2013, Protective Effect of Methanolic Extract of Hylocereus polyrhizus Fruits on Carbon Tetra Chloride-Induced Hepatotoxicity in
saponin, terpenoid, dan steroid. Ektrak etanol
kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) memiliki sifat antioksidan dengan
nilai IC50 sebesar 0,583 mg/mL.
laboratorium Universitas Jenderal Achmad Yani dan Stikes Jenderal Achmad Yani atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penelitian.
Rat, European J.Med.Plants, 3(4), 500-507.
Jaafar, Ali, R., Nazri, M., dan Khairuddin, W., 2009, Proximate Analysis of Dragon Fruit (Hylecereus polyhizus), American Journal of Applied Sciences.
Khalili, M.A., Abdullah, C., dan Manaf, A., 2012, Antibacterial Activity of Flesh and Peel Methanol Fractions of Red Pitaya, White Pitaya and Papaya on Selected Food Microorganisms, Int.J.Pharm.Sci., 4(3), 185-190.
Kristanto, D., 2008, Buah
Naga:Pembudidayaan di Pot dan di Kebun, Penebar Swadaya, Jakarta.
Noor, M.I., Yufita, E., dan Zulfalina, 2016, Identifikasi Kandungan Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah Menggunakan Fountier
Transform Infrared (FTIR) dan Fitokimia, JAcPS, 5(1), 14-16.
Nurliyana, R., Zahir, I. S., Suleiman, K.M., Aisyah, M.R., dan Rahim, K.K., 2010, Antioxidant Study of Pulps and Peels of Dragon Fruits: A Comparative Study, International Food Research Journal, 17 : 367- 365.
Paw, N.J, Poolsup, N., dan Suksomboon, N., 2017, Effect of Dragon Fruit on Glycemic in Type 2 Diabetes : A Systemic Review, NIGRC, Universitas Khon Kein, Thailand.
Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity,
Medallion Laboratories Analytical Progress, 19(2).
Raihanah, S., Rokiah, Saufreen, M., dan Asmah, 2012, Hypocholesterolemic Effect of Spray Dried Pitaya Powder (SDPP) Among Normocholesterolemic Subjects in Mempaga Bentong, IPCBEE (International
Conference on Nutrition and Food
Sciences), 39, 215-221.
Rebecca, O.P.S., Boyce, A.N., dan Chandran, S., 2010, Pigment Identification and Antioxidant Properties of Red Dragon Fruits (Hylocereus polyrhizus),
African.J.Biotechnol., 9(10), 1450-1454.
Sayuti, K., dan Yenrina, R., 2015,
Antioksidan Alami dan Sintetik, Andalas University Press, Padang
Tenore G.C., 2012, Nutraceutical potential and antioxidant benefits of red pitaya (Hylocereus polyrhizus) extracts. Journal of Functional Foods, 4(1), 129-136.
Wahyuni, R., 2011, Pemanfaatan Kulit Buah
Naga Supermerah (Hylicereus
costaricensis) sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami pada Pembuatan Jelly, Jurnal Teknologi Pangan, 2(1).
Widyastuti, 2010, Pengukuran
AktivitasAntioksidan dengan Metode
Cuprac, Dpph, dan Frap serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam Tanaman, Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi dalam Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta.