• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Liena Sartika

1008633

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN

DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan kelas di Kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri

Kabupaten Bogor Tahun Ajaraan 2013/2014)

OLEH

LIENA SARTIKA

1008633

Disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing I

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed

NIP. 196008301986031003

Dosen Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd

NIP. 195905081984031002

Di ketahui Oleh,

Ketua program Studi

Drs. Nana Djumhana, M.Pd

(3)

Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan

Desimal Siswa” merupakan hasil karya saya sendiri.

Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan

etika keilmuan. Atas pernyaan ini, saya siap menanggung resiko apabila dikemudian

hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014

Yang membuat pernyataan

(4)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Abstrak ………... i

Kata pengantar ……… ii

Ucapan Terima Kasih ……….. iii

Daftar Isi ………. v

Daftar Tabel ……….... vii

Daftar Grafik ……….. viii

Daftar Gambar ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 8

C. Tujuan penelitian ……… 8

D. Manfaat Penelitian ………... 8

E. Definisi Operasional ……… 9

F. Hipotesis Tindakan ……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kooperatif Learning ……… 11

B. Pemahaman Konsep ……… 23

C. Hakikat Pembelajaran Matematika ………. 30

D. Pecahan Desimal ………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 39

B. Model Penelitian ……….. 41

(5)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Prosedur Penelitian ……….. 43

E. Instrument Penelitian ……….. 47

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 48

G. Pengolahan dan Analisis Data ………... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Penelitian ...………... 52

B. Deskripsi Penelitian ………... 52

C. Hasil Penelitian ……….. 59

D. Pembahasan Penelitian ……….. 71

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ………. 77

B. Rekomendasi ………... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Instrumen Penelitian

B. Hasil Penelitian

C. Surat-surat

D. Foto Aktivitas Guru dan Siswa

(6)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

PECAHAN DESIMAL SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh :

LIENA SARTIKA

1008633

(7)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87,5%. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make match perlu dijadikan suatu alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman belajar siswa.

ABSTRACT

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TO ENHANCE STUDENT UNDERSTANDING OF THE

CONCEPT OF DECIMAL FRACTIONS

(Classroom Action Research in Public Elementary School Fourth Grade 1 Karanggan Gunung Putri Bogor subdistrict school year 2013/2014)

by:

LIENA SARTIKA

1008633

(8)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah salah satu pranata sosial yang memiliki tugas khusus untuk

menyelenggarakan pendidikan. Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar

sebagai pencetak generasi penerus bangsa. Tanggung jawab tugas seorang

Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding dengan guru jenjang

selanjutnya, dimana guru SD adalah orang yang sangat berperan dalam

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu bersaing dan ber

akhlak mulia.

M.J. Langeveld (Syaripudin dan Kurniasih, 2008 : 5) mengemukakan

“pendidikan dalam artinya yang hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa”. Maka pendidikan tidak dapat berjalan jika pemberi bimbingan dan penerima bimbingan sama-sama

orang yang belum dewasa.

Pada usia anak SD cara berpikir mereka belum formal bahkan pada kelas

rendah cara berpikir mereka masih berada dalam tahapan (pra konkret).

Menurut penelitian yang di lakukan oleh Peaget dan teman-temannya ( dalam

Karso dkk, 2007 : 1.5) menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir

sama seperti orang dewasa. Lebih-lebih pada pembelajaran matematika di SD,

sesuatu yang abstrak dapat saja di pandang sederhana menurut kita yang sudah

formal, namun dapat saja menjadi sesuatu yang sulit dimegerti oleh anak yang

belum formal.

Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan,

(10)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

struktur, mengembangkannnya dan menggunakannya dalam menyelesaikan

masalah, baik masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah dalam

ilmu lain, termasuk masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahan konsep matematika merupakan kemampuan yang dimiliki anak

untuk dapat menggungkapkan kembali apa yang telah dia pahami dan dapat

menyelesaikan semua masalah dengan benar. (Depdiknas, 2003: 2) [online]

mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan

atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar

matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang

dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah.

Menurut Duffin & Simpson (dalam Kesumawati, 2008) [online]

pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep,

dapat di artikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah

dikomunikasikan kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi

yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya konsep, dapat

diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.

Keberhasilan atau kegagalan pemahaman konsep yang dimiliki peserta

didik tergantung dari peran Guru. Saat ini masih banyak siswa yang belum

memahami konsep pembelajaran yang disampaikan guru terutama pada mata

pelajaran matematika, ini terlihat dari cara siswa mengerjakan tugas dengan

cara asal-asalan atau mencontek pada temannya sehingga nilai yang diperoleh

(11)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Dalam proses pembelajaran guru selalu mengunakan model pembelajaran

yang bersifat tradisional (teacher-centered). Padahal banyak model yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa

menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.

2. Guru tidak mengunakan media dalam proses pembelajaran, guru hanya

menjelaskan konsep dan cara penyelesaian suatu soal dipapan tulis setelah

itu siswa diberikan soal untuk dikerjakan. Padahal media bisa didapat dari

lingkungan sekitar kita.

3. Penjelasan yang terlalu cepat dan bahasa guru yang kurang dipahami oleh

siswa, terkadang tanpa sadar guru menjelaskan materi sangat cepat dan

pengunaan bahasa yang terlalu tinggi untuk anak-anak (bukan bahasa

anak) yang tidak dapat dimengerti anak, sehingga tidak adanya keaktifan

dan kreatifitas siswa dalam belajar (kurang antusia), siswa merasa jenuh

dan merasa ruwet dengan pelajaran matematika yang disampaikan guru.

4. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru

karena siswa tidak ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, informasi

hanya bersumber dari guru dan siswa hanya menjadi pendengar.

5. Anak tidak hafal perkalian sehingga menyulitkan anak dalam melakukan

pembagian.

6. Siswa diarahkan pada kemampuan cara menggunakan rumus, menghafal

rumus, matematika hanya untuk mengerjakan soal, jarang diajarkan untuk

(12)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lemahnya guru dalam memanfaatkan dan meciptakan media akan

mempersulit siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.

Pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat sangat mempengaruhi

keberhasilan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat sangat

mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang akan disampaikan oleh

pendidik, dimana peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang

disampaikan. Untuk itu guru hendaknya dapat terus meningkatkan

kemampuaan profesionalnya termasuk juga meningkatkan kemampuan

memanfaatkan media pembelajaran yang ada baik yang telah tersedia maupun

yang berasal dari alam serta mampu mengembang (memilih) model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Mengemaskan pembelajaran menjadi menarik tidak cukup sulit, guru hanya

dituntut lebih kreatif. Pembelajaran yang tadinya bersifat tradisional (berpusat

pada guru) diganti dengan belajar sambil bermain dengan media belajar yang

sederhana yang dapat dibuat oleh guru.

Berdasarkan observasi awal pada pembelajaraan Matematika di SD

Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor menunjukkan

pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran Matematika pada materi

Pecahan desimal masih rendah, ini terlihat dari data hasil belajar siswa yang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Rekap hasil Tes Formatif Pada Mata Pelajaran Matematika

(13)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85-100 5

75-84 4

65-74 5

55-64 9

<55 9

Jumlah Siswa 32

KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Data diatas menunjukkan hanya

43,8% atau 14 orang siswa yang berhasil mencapai KKM dan 56,2% atau 18

orang siswa masih berada dibawah KKM. Hal ini merupakan suatu masalah

yang dianggap peneliti merupakan masalah dan perlu diatasi. Kemudian

peneliti melakukan analisis untuk mengatasi penyebab rendahnya hasil

belajar siswa pada pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran

sehari-hari pembelajaran yang disajikan bersifat tradisional (teacher-centered

) guru juga tidak menggunakan media pembelajaran serta siswa tidak ikut

terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan

dalam proses belajar. Saat guru menjelaskan materi yang disampaikan siswa

cenderung kurang tertarik untuk menyimak pembelajaran, sehingga saat

diadakan evaluasi seputar materi pembelajaran masih banyak siswa yang

belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa, guru harus selalu

mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya ke arah yang

positif, termasuk mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan

(14)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan aspek kognitif, menurut Ebbutt dan Straker (dalam

Kesumawati, 2008) [online] asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi

terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut: .

1. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.

Implikasi pandangan ini bagi guru adalah: (1) menyediakan kegiatan yang

menyenangkan, (2) memperhatikan keinginan siswa. (3) membangun

pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan

suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, (5) memberikan kegiatan

belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan

yang menantang, (7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan

keberhasilan, dan (8) menghargai setiap pencapaian siswa.

2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi

pandangan ini adalah (1). Siswa belajar yang berbeda dengan kecepatan

yang berbeda, (2). Tiap siswa memiliki memerlukan pengalamaan sendiri

yang berhubungan dengan pengalaman diwaktu lampau, (3). Tiap siswa

memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu

guru perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2)

merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3)

membangun pengetahuan dan keterampilan siswa, baik yang dia peroleh

disekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan kemajuan siswa

(assessment).

3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja

sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah:

(1) memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih

kerjasama, (2) memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk

memberi kesempatan saling bertukar gagasan, (3) memberi kesempatan

(15)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang

akan dilakukannya, dan (5) mengajarkan bagaimana cara mempelajari

matematika.

4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam

mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah:

(1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, (2) memberikan

kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, (3)

memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai

keperluan, (4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai

alat untuk memecahkan problematika baik disekolah maupun dirumah,

menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan

matematika, dan (6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan

matematikanya.

Berdasarkan aspek kognitif yang di kemukakan oleh Ebbutt dan Straker

asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran

matematika maka pembelajaran Matematika disekolah sebaiknya dipelajari

dengan cara meningkatkan motivasi siswa, mempelajari Matematika secara

sendiri atau kerjasama dan menyediakan alat peraga.

Perubahan model pembelajaran secara tradisional ke model pembelajaran

kooperatif learning akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan

memicu guru manjadi fasilitator, mediator, director-motivation, dan

evaluator. Pola pembelajaran tradisional (berpusat pada guru) yaitu guru

adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa dapat diganti dengan

menggunakan model belajar sambil bermain akan mendorong motivasi dan

keaktifan siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar, dimana siswa

akan lebih aktif dalam belajar dan merasa senang belajar, siswa dapat

(16)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kooperatif tipe make a match dianggap cocok untuk menjadi pembelajaran

yang menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan melatih

siswa untuk bekerjasama dengan temannya. Dimana siswa akan dilibat secara

langsung dalam sebuah permainan mencari pasangan kartu, dengan begitu

siswa tidak akan merasa bosan dengan proses pembelajaran, siswa akan

merasa tertantang dalam sebuah permainan yang telah dirancang guru dan

siswa akan lebih aktif untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan (soal)

yang dihadapinya, dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Adapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match (mencari pasangan) (dalam Juryanti, 2013) [online] adalah sebagai

berikut.

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun

fisik.

2. Karena ada unsur permainan, maka model pembelajaran ini

menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

Oleh karena itu PTK yang kami laksanakan menggambil judul “Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan

pemahaman konsep pecahan desimal siswa”.

(17)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka permasalahan yang akan

diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe make a match dikelas IV SDN 1 Karanggan

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa

kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor

setelah mempraktekan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini (PTK) adalah untuk mendeskripsikan:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match.

2. Peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

siswa, guru, dan sekolah.

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi, dan meningkatkan

keaktifan siswa dalam proses belajar matematika sehingga pemahaman

konsep matematikapun akan meningkat.

(18)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diharapkan hasil penelitian ini guru dapat meningkatkan dan memperbaiki

mutu pendidikan dikelasnya dan mampu mengembangkan kemampuannya

dalam mengelola proses belajar dikelas.

3. Bagi sekolah

Diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan dan menciptakan lembaga

pendidikan yang berkualitas, meningkatkan profesionalisme guru yang akan

menjadi guru-guru profesional kepercayaan masyarakat serta pemerintah.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian ulang

para peneliti selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan

secara operasional, yaitu:

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mempunyai

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pecahan desimal

b. Guru dan siswa mencoba menyelesaikan soal bersama-sama

c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

d. Guru membagikan kartu yang berisikan pertanyaan atau jawaban kepada

setiap siswa

(19)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Siswa secara berpasangan mempresentasikan hasil pekerjaan dari kartu

yang dipegangnya dipapan tulis

g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menemukan

pasangan kartu yang dipegangnya sebelum batas waktu yang ditentukan.

2. Pemahaman Konsep

Dalam penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah kemampuan

siswa menyelesaikan soal-soal tentang konten bilangan pecahan biasa dan

pecahan desimal.

3. Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk

dengan a,b bilangan bulat, b 0, b 1, dan FPB (a,b) = 1. Didalam

penelitian ini, yang dimaksud bilangan pecahan adalah bilangan pecahan

biasa dan bilangan pecahan desimal. Bilangan pecahan biasa adalah bilangan

yang dinyatakan dalam bentuk , sedangkan bilangan desimal adalah pecahan

yang menggunakan koma. Sebagai contoh: 0,5.

4. Siswa

Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN

1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

F. Hipotesis Tindakan

Jika siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe make a match maka pemahaman konsep

(20)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang

sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian Tindakan Kelas ini

bertujuan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dikelas yang dialami

langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Mc Niff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 102) dalam bukunya yang berjudul

Action Research Principle and Practice memandang PTK sebagai bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum

pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, mengembangkan

keahlian mengajar, dan sebagainya. McNiff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 106)

juga menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian

tindakan kelas adalah untuk perbaikan.

Sedangkan menurut Borg (dalam Arikunto dkk, 2006 : 107) bahwa tujuan

utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan proses

pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk

mencapai pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.

Kunandar [online] menjelaskan ada beberapa alasan PTK menjadi salah

satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran

adalah: (1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar

trial and error; (2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru

dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni

mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan

(21)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya;

(9) disain lentur atau fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan

(11) manfaat jelas dan langsung.

Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

pemahaman konsep belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan

pengembangan profesionalisme guru.

Mutu dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman konsep

belajar siswa, baik yang bersifat akademis yaitu ulangan harian yang tertuang

dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif)

dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat non akademis,

seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat, dan lain sebagainya.

Bentuk penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalisme

guru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran

Matematika, serta bersama teman sejawat dapat memecahkan masalah dalam

pembealajaran Matematika dilapangan.

Masalah utama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan

pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match. Penelitian tindakan kelas ini memiliki ciri yaitu

dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan sesuai masalah serta

dilaksanakan dengan cara kolaborasi (kerja sama) antar pendidik. Tujuan

utama penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan tujuan utama dalam

penelitian yakni perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses

pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian

langkah-langkah (a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan

kelas dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu: 1). Tahap perencanaan

tindakan (planning) , 2) tahap tindakan (action), 3) tahap pengamatan

(22)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian mengguanakan model penelitian tindakan

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto dkk, 2006

: 16) yang menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan

tersaji dalam bagan berikut ini.

Gambar 3.1

Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali

ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS II

Refleksi

Perencanaan

(23)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Diuraikan sebagai

berikut:

1. Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam

tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus

peristiwa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus untuk diamati,

kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu

peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenakan tindakan dikelas dengan menggunakan dan menghormati

azas yang telah dirumuskan dalam rancangan.

3. Pengamatan (Observasi)

Kegiatan pengamataan dilakukan pada waktu yang sama dengan waktu

pelaksanaan tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini, peneliti melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan

dengan menggunakan format observasi/ penilaian yang telah disusun,

termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario serta

dampaknya terhadap pemahaman konsep belajar siswa. Data yang

dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif ( hasil tes, kuis, presentasi,

nilai tugas dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan

keaktifan siswa, antusias siswa dan lain-lain. Data yang diperoleh di

(24)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian

dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas

tindakan yang dilakukan. Jika ditemukan masalah maka dilakukan proses

pengkajian ulang melalui siklus berikutnya hingga permasalahan dapat

teratasi.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam

bentuk kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi

perbaikan. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan.

Pelaksanaannya dicatat atau direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap

perilaku siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan

Gunung Putri Kabupaten Bogor.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas

IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun

Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang siswa yang

terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2

(25)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menit) dengan 1 x pertemuan untuk tes siklus yaitu pada pertemuan ke-3.

Siklus II dirancang untuk aksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35 menit)

dengan 1 x pertemuan dialokasikan untuk tes siklus.

Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning),

pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan

menerapkan sembilan langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match

sebagai berikut: 1) Guru menyapaikan materi atau tugas kepada siswa

untuk mempelajari materi dirumah. 2) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok

misalnya kelompok A dan B. kedua kelompok diminta berhadapan. 3)

Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban

kepada kelompok B. 4) Guru menyampaikan kepada siswa harus mencari/

mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga

menyampaikan batasan maksimal waktu yang ia berikan kepada mereka. 5)

Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya

dikelompok B. jika mereka sudah menemukan pasangannya mereka

masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru

mencatat mereka pada kertas yang sudah di persiapkan. 6) Jika waktu

sudah habis mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang

belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri. 7) Guru

memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang

belum mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan

apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8) Terakhir guru memberikan

informasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari

(26)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan

presentasi.

b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran

Matematika kelas IV tentang pecahan desimal dengan sub materi

mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal dan mengubah pecahan

desimal ke pecahan biasa.

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk tes tertulis berbentuk

isian.

d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes isian siklus I.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan

media yang telah disiapkan.

b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

pemahaman konsep pecahan desimal siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe make a match.

c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar

observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada

lembar observasi.

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti

menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat

mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang

(27)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian yang

terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Penelitian mendeskripsikan hasil

pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan, kekuatan dan

kelemahannya sebagai dasar dalam merancang kegiatan pada siklus II.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Menganalisis kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan bahan

perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

b. Menetapkan sub materi mengubah pecahan desimal ke nilai tempat dan

mengubah bilangan dalam nilai tempat ke pecahan desimal

c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada

siklus I.

d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran

e. Merancang LKS yang lebih variatif

f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.

g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang

telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada

(28)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini siswa sudah lebih menguasai materi pecahan desimal pada mata

pelajaran Matematika dikelas IV melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match sehingga mereka dapat dengan mudah

memahami konsep melalui kegiatan yang dirancang oleh guru.

b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa

pada siklus II.

c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber

data yang akan digunakan pada tahap refleksi.

d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan

pada lembar observasi.

3. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:

a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi.

b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini

sudah sesuai dengan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis

dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan

setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Karanggan Kec.

Gunung Putri, Kab. Bogor pada mata pelajaran Matematika tentang pecahan

desimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

ini dapat meningkat.

5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan

(29)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi dan tes tertulis.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas

belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas

pembelajaran matematika dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe make a match. Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar

observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas belajar guru dan siswa.

Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat

mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama

proses pembelajaran.

2. Tes tertulis

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada ranah kognitif tentang

pecahan desimal pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran

kooperatif tipe make a match. Pelaksanaannya yaitu pada akhir siklus untuk

selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk isian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen

penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk isian.

Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat melalui lembar observasi untuk

mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran matematika

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat dimaksudkan untuk

(30)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa adalah hasil tes kemampuan

pemahaman konsep pecahan desimal, tes ini berbentuk isian yang diberikan

pada setiap siklus.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan

dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya

penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang

didapat dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar Matematika

siswa. Setelah data kuantitatif di peroleh, selanjutnya dilakukan

langkah-langkah analisis sebagai berikut.

a. Pengolahan data hasil belajar

Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe make a match. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung

rata-rata hasil belajar siswa adalah:

Keterangan : : Skor rata-rata kelas

: Total skor yang di peroleh siswa

(31)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Peningkatan hasil belajar siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di gunakan rumus

menurut Hake (1999) indeks gain dengan lambang <g> dan rumusnya:

<g> = Skor siklus II – Skor siklus I

Skor Maksimum Ideal – Skor siklus I

Tabel 3.1

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Besarnya Gain < g > Klasifikasi

< g > ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ <g> < 0,70 Sedang

< g > < 0,30 Rendah

c. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

(32)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

: Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama

dengan 65

n : Banyak siswa

100% : Bilangan tetap

TB : Ketuntasan belajar

2. Data Kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru

dalam pembelajaran dikelas, berupa lembar pengamatan. Sehingga pengamat

harus mengisi kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada

lembar observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan dua orang pengamat, dengan

tujuan untuk mengurangi bias data hasil pengamatan. Pengolahan data

kualitatif ini dilakukan dengan cara menerjemahkan dan mendiskusikan

dengan pengamat jika terdapat jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari

setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban

pengamat yang positif dan negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan.

Jika jawaban observer lebih banyak yang positif dari yang negatif, maka

aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan

penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam

pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.

Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan

apakah semua langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe

make a match telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran

Matematika tentang pecahan desimal terhadap siswa Kelas IV SDN 1

(33)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

(34)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya tentang

bagaimana meningkatkan pemahaman konsep pecahan desimal pada siswa

Kelas IV SD N 1 Karanggan kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dapat

ditarik kesimpulan:

a. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe make a match yang pertama dilakukan oleh guru

adalah membuat dan menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran, guru menjelaskan materi dan memberikan beberapa

contoh soal yang dikerjakan bersama-sama (tahap 1). Siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok yang terdiri kelompok A dan kelompok B (tahap 2).

kemudian setiap siswa diberikan kartu pertanyaan atau jawaban yang harus

diselesaikan (tahap 3), guru menyampaikan kepada siswa harus

mencocokkan kartu yang dipegangnya dengan kelompok lain serta

menampaikan batasan maksimal waktu yang diberikan (tahap 4). Guru

meminta semua anggota kelompok A mencari pasangan ke kelompok B. Bagi

siswa yang telah menemukan pasangannya siswa melaporkan diri kepada

guru dan guru mencatat siapa saja yang telah menemukan pasangannya

sebelum batas waktu yang telah ditentukan (tahap 5). Setelah waktu yang

ditentukan habis guru meminta kepada siswa yang tidak menemukan

pasangan untuk berkumpul sendiri (tahap 6). Guru menugaskan pada satu

pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan siswa yang belum mendapat

(35)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cocok atau tidak (tahap 7). Guru memberikan informasi tentang kebenaran

dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan presentasi (tahap 8)

selanjutnya guru memanggil pasangan lain untuk presentasi (tahap 9).

Pada siklus I peraturan tidak disampaikan kepada siswa akibatnya kelas

menjadi ramai seperti pasar. Banyak siswa yang berteriak, berlari-lari dan

menaiki kursi sehingga pada siklus II disampaikan aturan yang harus dipatuhi

oleh semua siswa yaitu tidak boleh berteriak-teriak, tidak boleh berlarian, dan

tidak boleh menaiki kursi (berdiri di atas kursi). Selain itu guru juga

mewajibkan semua siswa untuk mengerjakan soal yang ada dikartu sebelum

mereka mencari pasangannya dan diserahkan kepada guru sebagai bukti

bahwa pasangannya benar-benar cocok. Meskipun pelaksanaan pembelajaran

disiklus I terjadi ke gaduhan dikelas namun setelah diterapkan peraturan

disiklus II pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih kondusif.

Proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe make a match

dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, dimana siswa antusias dalam

mengerjakan soal pertanyaan pada kartu dan mencari pasangannya, siswa

tidak takut dan canggung dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya

dipapan tulis dan siswa terlihat senang belajar di dalam kelas.

b. Hasil Pemahaman Konsep

Peningkatan pemahaman konsep setelah dilakukan penelitian dapat

ditunjukkan dengan peningkatan N-Gain yaitu sebesar 0,71 yang termasuk

katagori tinggi.

B. REKOMENDASI

1. Bagi Guru

Direkomendasikan kepada guru menggunakan model pembelajaran koopertif

(36)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa,dapat mempererat hubungan baik guru dengan siswa maupun siswa

dengan siswa, tetapi guru juga harus mampu menguasai langkah-langkah

model pembelajaraan kooperatif tipe make a match, mampu memotivasi

siswa dan memanfaatkan media.

2. Bagi Siswa

Dalam pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri, tidak perlu

takut dan malu untuk mengemukakan pendapat.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada guru untuk dapat

mengeksplor madia-media pembelajaran lainnya, sehingga pembelajaran

dapat menjadi lebih menarik.

b. Sekolah di harapkan dapat menunjang alat peraga atau media

pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian peneliti dapat mengetahui dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan dan

pemahaman belajar siswa, serta penggunaan media pembelajaran dapat

menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga model pembelajaran

koopertif tipe make a match juga dapat digunakan untuk mata pelajaran lain

selain matematika. Penelitian ini juga untuk dijadikan sebagai bahan

(37)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

(38)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Rostika, R. D. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung. UPI PRESS.

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Hartono, R. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta. DIVA Press.

Herman, T. H. dkk (2007). Pendidikan Matematika I. Bandung. UPI PRESS.

Hernawan. A. H. dkk (2007). Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung. UPI PRESS.

Indriyastuti. (2012). Dunia Matematika untuk kelas IV. Solo : Platinum.

Karso, dkk. (cetakan pertama 2007). Pendidikan matematika I. Jakarta. Universitas Terbuka.

Syarifudin, T. & Kurniasih. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung. Percikan Ilmu.

Arini,Y. ( 2009). Model pembelajaran ( kooperatif learning) dan aplikasinya

sebagai upaya peningkatan kualitas proses belajar.

http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014].

Biyobe, W. (2013). Hasil Belajar Menurut Para Ahli.http://wahid-biyobe. blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-arti-penting-spesifik.html [12 Februari 2014]

Deswira, N. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe make A Match.novideswi. blogspot.com/2013/pembelajaran-kooperatif-tife-make-and_30html [20 Juni 2013]

Dunia Pendidikan.(2013). Beberapa Pengertian Hasil Belajar Menurut Beberapa

Ahli.

http://misterchand89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Eko. R (2011). Metode Make a Metch.http://www.ras-eko.com/2011/05/metode-make-match.html [11 Februari 2014]

(39)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juryanti. (2013). Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Make a Match (mencari pasangan).

http://www.slideshare.net/ayutriast/model-pembelajaran-make-a-match [11 Januari 2014]

Kesumawati, N. (Tanpa Tahun). Pemahaman Konsep Matematik dalam

Pembelajaran Matematika.

http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf [26 Mei2014]

Siswoyo, D. (2013). Apa itu Matematika? Pengertian Matematika Menurut Para

Ahli.

http://dedi26.blogspot.com/2013/02apa-itu-matematika-pengertian.html [6 Januari 2014]

Raras. (2013) Pecahan, Perbandingan Serta Persen. http://rumus-matematika. com/pecahan-perbandingan-serta-persen/ [12 Februari2014]

Raja jempol. (2013). Sistem Pembelajaran Kooperatif.

http://raja-jempol.blogspot.com/2013/07/sistem-pembelajaran-kooperatif.html [11 Februari 2014]

Ramdani, T. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make AMatch”.

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-Taufiq, M. D. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. http://www.mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe-make.html [10 Januari 2014]

Pengertian Hasil Belajar.

http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]

Zuwaily, (2013). Ciri-ciri Pembelajaran dalam Pendidikan.

http://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-pembelajaran-dalam-pendidikan.html#.Uvd5cPl_ubM [9 Februari 2014].

(2013). Pengertian Matematika. http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/ pengertian-matematika.html [9 Februari 2014]

(40)

Liena Sartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html [9 Januari 2014]

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1852 [5 Juni 2014]

Gambar

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart
Tabel 3.1 Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Referensi

Dokumen terkait

Data faktor risiko suatu penyakit akan dilatih menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropogation untuk mengenali pola pada masing-masing faktor risiko obesitas, DM tipe 2 dan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan; (1) secara parsial valire for money (ekonomis, efisiensi dan efektivitas) berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ IMPLEMENTASI

Hasil perencanaan pajak penghasilan bagi CV Delima Jaya dengan menggunakan peraturan perpajakan terbaru yaitu UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah perusahaan dapat menghemat

Dengan demikian berdasarkan pencermatan peneliti bahwa dampak dari pembagian waris secara kekeluargaan melalui adanya pesan pewaris sebelum meninggal kepada ahli

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Faktor - faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris

Menjadi seorang seniman tidak akan terhalang oleh kondisi dan status // Inilah yang dapat terlihat dari threeda Mayrayanti / yang saat ini sebenarnya seorang ibu rumah tangga //

[r]