KONSEP PECAHAN DESIMAL SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Liena Sartika
1008633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN
DESIMAL SISWA
(Penelitian Tindakan kelas di Kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor Tahun Ajaraan 2013/2014)
OLEH
LIENA SARTIKA
1008633
Disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing I
Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed
NIP. 196008301986031003
Dosen Pembimbing II
Drs. Nana Djumhana, M.Pd
NIP. 195905081984031002
Di ketahui Oleh,
Ketua program Studi
Drs. Nana Djumhana, M.Pd
Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan
Desimal Siswa” merupakan hasil karya saya sendiri.
Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan. Atas pernyaan ini, saya siap menanggung resiko apabila dikemudian
hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2014
Yang membuat pernyataan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Abstrak ………... i
Kata pengantar ……… ii
Ucapan Terima Kasih ……….. iii
Daftar Isi ………. v
Daftar Tabel ……….... vii
Daftar Grafik ……….. viii
Daftar Gambar ……… ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ………... 8
C. Tujuan penelitian ……… 8
D. Manfaat Penelitian ………... 8
E. Definisi Operasional ……… 9
F. Hipotesis Tindakan ……….. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kooperatif Learning ……… 11
B. Pemahaman Konsep ……… 23
C. Hakikat Pembelajaran Matematika ………. 30
D. Pecahan Desimal ………. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 39
B. Model Penelitian ……….. 41
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Prosedur Penelitian ……….. 43
E. Instrument Penelitian ……….. 47
F. Teknik Pengumpulan Data ………. 48
G. Pengolahan dan Analisis Data ………... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Penelitian ...………... 52
B. Deskripsi Penelitian ………... 52
C. Hasil Penelitian ……….. 59
D. Pembahasan Penelitian ……….. 71
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ………. 77
B. Rekomendasi ………... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Surat-surat
D. Foto Aktivitas Guru dan Siswa
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PECAHAN DESIMAL SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Karanggan
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh :
LIENA SARTIKA
1008633
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87,5%. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make match perlu dijadikan suatu alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman belajar siswa.
ABSTRACT
APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TO ENHANCE STUDENT UNDERSTANDING OF THE
CONCEPT OF DECIMAL FRACTIONS
(Classroom Action Research in Public Elementary School Fourth Grade 1 Karanggan Gunung Putri Bogor subdistrict school year 2013/2014)
by:
LIENA SARTIKA
1008633
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah salah satu pranata sosial yang memiliki tugas khusus untuk
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar
sebagai pencetak generasi penerus bangsa. Tanggung jawab tugas seorang
Guru SD terhadap anak didiknya lebih berat dibanding dengan guru jenjang
selanjutnya, dimana guru SD adalah orang yang sangat berperan dalam
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu bersaing dan ber
akhlak mulia.
M.J. Langeveld (Syaripudin dan Kurniasih, 2008 : 5) mengemukakan
“pendidikan dalam artinya yang hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa”. Maka pendidikan tidak dapat berjalan jika pemberi bimbingan dan penerima bimbingan sama-sama
orang yang belum dewasa.
Pada usia anak SD cara berpikir mereka belum formal bahkan pada kelas
rendah cara berpikir mereka masih berada dalam tahapan (pra konkret).
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Peaget dan teman-temannya ( dalam
Karso dkk, 2007 : 1.5) menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir
sama seperti orang dewasa. Lebih-lebih pada pembelajaran matematika di SD,
sesuatu yang abstrak dapat saja di pandang sederhana menurut kita yang sudah
formal, namun dapat saja menjadi sesuatu yang sulit dimegerti oleh anak yang
belum formal.
Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan,
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
struktur, mengembangkannnya dan menggunakannya dalam menyelesaikan
masalah, baik masalah dalam matematika itu sendiri maupun masalah dalam
ilmu lain, termasuk masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahan konsep matematika merupakan kemampuan yang dimiliki anak
untuk dapat menggungkapkan kembali apa yang telah dia pahami dan dapat
menyelesaikan semua masalah dengan benar. (Depdiknas, 2003: 2) [online]
mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan
atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang
dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
Menurut Duffin & Simpson (dalam Kesumawati, 2008) [online]
pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep,
dapat di artikan siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dikomunikasikan kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi
yang berbeda, (3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya konsep, dapat
diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.
Keberhasilan atau kegagalan pemahaman konsep yang dimiliki peserta
didik tergantung dari peran Guru. Saat ini masih banyak siswa yang belum
memahami konsep pembelajaran yang disampaikan guru terutama pada mata
pelajaran matematika, ini terlihat dari cara siswa mengerjakan tugas dengan
cara asal-asalan atau mencontek pada temannya sehingga nilai yang diperoleh
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Dalam proses pembelajaran guru selalu mengunakan model pembelajaran
yang bersifat tradisional (teacher-centered). Padahal banyak model yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa
menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.
2. Guru tidak mengunakan media dalam proses pembelajaran, guru hanya
menjelaskan konsep dan cara penyelesaian suatu soal dipapan tulis setelah
itu siswa diberikan soal untuk dikerjakan. Padahal media bisa didapat dari
lingkungan sekitar kita.
3. Penjelasan yang terlalu cepat dan bahasa guru yang kurang dipahami oleh
siswa, terkadang tanpa sadar guru menjelaskan materi sangat cepat dan
pengunaan bahasa yang terlalu tinggi untuk anak-anak (bukan bahasa
anak) yang tidak dapat dimengerti anak, sehingga tidak adanya keaktifan
dan kreatifitas siswa dalam belajar (kurang antusia), siswa merasa jenuh
dan merasa ruwet dengan pelajaran matematika yang disampaikan guru.
4. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru
karena siswa tidak ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, informasi
hanya bersumber dari guru dan siswa hanya menjadi pendengar.
5. Anak tidak hafal perkalian sehingga menyulitkan anak dalam melakukan
pembagian.
6. Siswa diarahkan pada kemampuan cara menggunakan rumus, menghafal
rumus, matematika hanya untuk mengerjakan soal, jarang diajarkan untuk
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lemahnya guru dalam memanfaatkan dan meciptakan media akan
mempersulit siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Pemilihan model pembelajaran dan media yang tepat sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Penggunaan model pembelajaran dan media yang tepat sangat
mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang akan disampaikan oleh
pendidik, dimana peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang
disampaikan. Untuk itu guru hendaknya dapat terus meningkatkan
kemampuaan profesionalnya termasuk juga meningkatkan kemampuan
memanfaatkan media pembelajaran yang ada baik yang telah tersedia maupun
yang berasal dari alam serta mampu mengembang (memilih) model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Mengemaskan pembelajaran menjadi menarik tidak cukup sulit, guru hanya
dituntut lebih kreatif. Pembelajaran yang tadinya bersifat tradisional (berpusat
pada guru) diganti dengan belajar sambil bermain dengan media belajar yang
sederhana yang dapat dibuat oleh guru.
Berdasarkan observasi awal pada pembelajaraan Matematika di SD
Negeri 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor menunjukkan
pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran Matematika pada materi
Pecahan desimal masih rendah, ini terlihat dari data hasil belajar siswa yang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Rekap hasil Tes Formatif Pada Mata Pelajaran Matematika
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85-100 5
75-84 4
65-74 5
55-64 9
<55 9
Jumlah Siswa 32
KKM yang telah ditetapkan adalah 65. Data diatas menunjukkan hanya
43,8% atau 14 orang siswa yang berhasil mencapai KKM dan 56,2% atau 18
orang siswa masih berada dibawah KKM. Hal ini merupakan suatu masalah
yang dianggap peneliti merupakan masalah dan perlu diatasi. Kemudian
peneliti melakukan analisis untuk mengatasi penyebab rendahnya hasil
belajar siswa pada pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran
sehari-hari pembelajaran yang disajikan bersifat tradisional (teacher-centered
) guru juga tidak menggunakan media pembelajaran serta siswa tidak ikut
terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan
dalam proses belajar. Saat guru menjelaskan materi yang disampaikan siswa
cenderung kurang tertarik untuk menyimak pembelajaran, sehingga saat
diadakan evaluasi seputar materi pembelajaran masih banyak siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa, guru harus selalu
mampu mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya ke arah yang
positif, termasuk mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perkembangan aspek kognitif, menurut Ebbutt dan Straker (dalam
Kesumawati, 2008) [online] asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi
terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut: .
1. Siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi.
Implikasi pandangan ini bagi guru adalah: (1) menyediakan kegiatan yang
menyenangkan, (2) memperhatikan keinginan siswa. (3) membangun
pengertian melalui apa yang diketahui oleh siswa, (4) menciptakan
suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, (5) memberikan kegiatan
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6) memberikan kegiatan
yang menantang, (7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan
keberhasilan, dan (8) menghargai setiap pencapaian siswa.
2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Implikasi
pandangan ini adalah (1). Siswa belajar yang berbeda dengan kecepatan
yang berbeda, (2). Tiap siswa memiliki memerlukan pengalamaan sendiri
yang berhubungan dengan pengalaman diwaktu lampau, (3). Tiap siswa
memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu
guru perlu: (1) mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2)
merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3)
membangun pengetahuan dan keterampilan siswa, baik yang dia peroleh
disekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan kemajuan siswa
(assessment).
3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja
sama dengan temannya. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah:
(1) memberikan kesempatan belajar dalam kelompok untuk melatih
kerjasama, (2) memberikan kesempatan belajar secara klasikal untuk
memberi kesempatan saling bertukar gagasan, (3) memberi kesempatan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang
akan dilakukannya, dan (5) mengajarkan bagaimana cara mempelajari
matematika.
4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam
mempelajari matematika. Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah:
(1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga, (2) memberikan
kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, (3)
memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai
keperluan, (4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai
alat untuk memecahkan problematika baik disekolah maupun dirumah,
menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan
matematika, dan (6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan
matematikanya.
Berdasarkan aspek kognitif yang di kemukakan oleh Ebbutt dan Straker
asumsi tentang karakteristik siswa dan implikasi terhadap pembelajaran
matematika maka pembelajaran Matematika disekolah sebaiknya dipelajari
dengan cara meningkatkan motivasi siswa, mempelajari Matematika secara
sendiri atau kerjasama dan menyediakan alat peraga.
Perubahan model pembelajaran secara tradisional ke model pembelajaran
kooperatif learning akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
memicu guru manjadi fasilitator, mediator, director-motivation, dan
evaluator. Pola pembelajaran tradisional (berpusat pada guru) yaitu guru
adalah satu-satunya sumber belajar bagi siswa dapat diganti dengan
menggunakan model belajar sambil bermain akan mendorong motivasi dan
keaktifan siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar, dimana siswa
akan lebih aktif dalam belajar dan merasa senang belajar, siswa dapat
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kooperatif tipe make a match dianggap cocok untuk menjadi pembelajaran
yang menyenangkan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan melatih
siswa untuk bekerjasama dengan temannya. Dimana siswa akan dilibat secara
langsung dalam sebuah permainan mencari pasangan kartu, dengan begitu
siswa tidak akan merasa bosan dengan proses pembelajaran, siswa akan
merasa tertantang dalam sebuah permainan yang telah dirancang guru dan
siswa akan lebih aktif untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan (soal)
yang dihadapinya, dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match (mencari pasangan) (dalam Juryanti, 2013) [online] adalah sebagai
berikut.
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun
fisik.
2. Karena ada unsur permainan, maka model pembelajaran ini
menyenangkan.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Oleh karena itu PTK yang kami laksanakan menggambil judul “Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan
pemahaman konsep pecahan desimal siswa”.
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka permasalahan yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dikelas IV SDN 1 Karanggan
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor?
2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa
kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung putri Kabupaten Bogor
setelah mempraktekan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini (PTK) adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match.
2. Peningkatan pemahaman konsep pecahan desimal siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
siswa, guru, dan sekolah.
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi, dan meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar matematika sehingga pemahaman
konsep matematikapun akan meningkat.
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diharapkan hasil penelitian ini guru dapat meningkatkan dan memperbaiki
mutu pendidikan dikelasnya dan mampu mengembangkan kemampuannya
dalam mengelola proses belajar dikelas.
3. Bagi sekolah
Diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan dan menciptakan lembaga
pendidikan yang berkualitas, meningkatkan profesionalisme guru yang akan
menjadi guru-guru profesional kepercayaan masyarakat serta pemerintah.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian ulang
para peneliti selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan
secara operasional, yaitu:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan materi pecahan desimal
b. Guru dan siswa mencoba menyelesaikan soal bersama-sama
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
d. Guru membagikan kartu yang berisikan pertanyaan atau jawaban kepada
setiap siswa
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Siswa secara berpasangan mempresentasikan hasil pekerjaan dari kartu
yang dipegangnya dipapan tulis
g. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang dapat menemukan
pasangan kartu yang dipegangnya sebelum batas waktu yang ditentukan.
2. Pemahaman Konsep
Dalam penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah kemampuan
siswa menyelesaikan soal-soal tentang konten bilangan pecahan biasa dan
pecahan desimal.
3. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
dengan a,b bilangan bulat, b 0, b 1, dan FPB (a,b) = 1. Didalam
penelitian ini, yang dimaksud bilangan pecahan adalah bilangan pecahan
biasa dan bilangan pecahan desimal. Bilangan pecahan biasa adalah bilangan
yang dinyatakan dalam bentuk , sedangkan bilangan desimal adalah pecahan
yang menggunakan koma. Sebagai contoh: 0,5.
4. Siswa
Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN
1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
F. Hipotesis Tindakan
Jika siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match maka pemahaman konsep
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang
sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian Tindakan Kelas ini
bertujuan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dikelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Mc Niff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 102) dalam bukunya yang berjudul
Action Research Principle and Practice memandang PTK sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum
pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, mengembangkan
keahlian mengajar, dan sebagainya. McNiff (dalam Arikunto dkk, 2006 : 106)
juga menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian
tindakan kelas adalah untuk perbaikan.
Sedangkan menurut Borg (dalam Arikunto dkk, 2006 : 107) bahwa tujuan
utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan proses
pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk
mencapai pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Kunandar [online] menjelaskan ada beberapa alasan PTK menjadi salah
satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran
adalah: (1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar
trial and error; (2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru
dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni
mengajar; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebutuhan; (7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya;
(9) disain lentur atau fleksibel; (10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan
(11) manfaat jelas dan langsung.
Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman konsep belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan
pengembangan profesionalisme guru.
Mutu dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman konsep
belajar siswa, baik yang bersifat akademis yaitu ulangan harian yang tertuang
dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif)
dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat non akademis,
seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minat, dan lain sebagainya.
Bentuk penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalisme
guru dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
Matematika, serta bersama teman sejawat dapat memecahkan masalah dalam
pembealajaran Matematika dilapangan.
Masalah utama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan
pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Penelitian tindakan kelas ini memiliki ciri yaitu
dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan sesuai masalah serta
dilaksanakan dengan cara kolaborasi (kerja sama) antar pendidik. Tujuan
utama penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan tujuan utama dalam
penelitian yakni perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses
pembelajaran di kelas.
Penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu rangkaian
langkah-langkah (a spiral of steps). Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dapat digolongkan menjadi empat tahapan yaitu: 1). Tahap perencanaan
tindakan (planning) , 2) tahap tindakan (action), 3) tahap pengamatan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Model Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian mengguanakan model penelitian tindakan
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto dkk, 2006
: 16) yang menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) dan
tersaji dalam bagan berikut ini.
Gambar 3.1
Langkah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali
ke langkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS II
Refleksi
Perencanaan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Diuraikan sebagai
berikut:
1. Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam
tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu
peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan dikelas dengan menggunakan dan menghormati
azas yang telah dirumuskan dalam rancangan.
3. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamataan dilakukan pada waktu yang sama dengan waktu
pelaksanaan tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini, peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan format observasi/ penilaian yang telah disusun,
termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario serta
dampaknya terhadap pemahaman konsep belajar siswa. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif ( hasil tes, kuis, presentasi,
nilai tugas dan lain-lain) atau data kualitatif yang menggambarkan
keaktifan siswa, antusias siswa dan lain-lain. Data yang diperoleh di
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika ditemukan masalah maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya hingga permasalahan dapat
teratasi.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam
bentuk kegiatan yang berbeda yang bersifat spesifik, agar terjadi
perbaikan. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan.
Pelaksanaannya dicatat atau direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap
perilaku siswa.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 1 Karanggan Kecamatan
Gunung Putri Kabupaten Bogor.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas
IV SDN 1 Karanggan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun
Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang siswa yang
terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menit) dengan 1 x pertemuan untuk tes siklus yaitu pada pertemuan ke-3.
Siklus II dirancang untuk aksanakan dalam 3 kali pertemuan (@3x35 menit)
dengan 1 x pertemuan dialokasikan untuk tes siklus.
Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan (Planning),
pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan
menerapkan sembilan langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match
sebagai berikut: 1) Guru menyapaikan materi atau tugas kepada siswa
untuk mempelajari materi dirumah. 2) Siswa dibagi menjadi 2 kelompok
misalnya kelompok A dan B. kedua kelompok diminta berhadapan. 3)
Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban
kepada kelompok B. 4) Guru menyampaikan kepada siswa harus mencari/
mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga
menyampaikan batasan maksimal waktu yang ia berikan kepada mereka. 5)
Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya
dikelompok B. jika mereka sudah menemukan pasangannya mereka
masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru
mencatat mereka pada kertas yang sudah di persiapkan. 6) Jika waktu
sudah habis mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang
belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri. 7) Guru
memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang
belum mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan
apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8) Terakhir guru memberikan
informasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan
presentasi.
b. Menetapkan dan merancang media pembelajaran untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran
Matematika kelas IV tentang pecahan desimal dengan sub materi
mengubah pecahan biasa ke pecahan desimal dan mengubah pecahan
desimal ke pecahan biasa.
c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk tes tertulis berbentuk
isian.
d. Menyiapkan instrumen tes tertulis berupa lembar soal tes isian siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan
media yang telah disiapkan.
b. Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan
pemahaman konsep pecahan desimal siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match.
c. Mencatat aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar
observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi.
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti
menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pengamat
mengamati seluruh kegiatan dan mencatatnya dalam lembar pengamatan yang
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi diadakan pengakajian terhadap berbagai kejadian yang
terekam selama proses pelaksanaan tindakan. Penelitian mendeskripsikan hasil
pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan, kekuatan dan
kelemahannya sebagai dasar dalam merancang kegiatan pada siklus II.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a. Menganalisis kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan bahan
perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
b. Menetapkan sub materi mengubah pecahan desimal ke nilai tempat dan
mengubah bilangan dalam nilai tempat ke pecahan desimal
c. Membuat rencana pembelajaran dengan memperhatikan refleksi pada
siklus I.
d. Menyiapkan media dan sumber pembelajaran
e. Merancang LKS yang lebih variatif
f. Menyiapkan instrumen tes siklus II.
g. Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru dalam pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang
telah disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaiakan pada
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini siswa sudah lebih menguasai materi pecahan desimal pada mata
pelajaran Matematika dikelas IV melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match sehingga mereka dapat dengan mudah
memahami konsep melalui kegiatan yang dirancang oleh guru.
b. Melakukan tes siklus untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa
pada siklus II.
c. Mencatat aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai sumber
data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
d. Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan
pada lembar observasi.
3. Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada sikus II relatif sama dengan siklus I yaitu:
a. Mencatat aktivitas belajar siswa oleh pengamat melalui lembar observasi.
b. Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini
sudah sesuai dengan yang diharapkan.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis
dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan. Diharapkan
setelah akhir siklus II ini, hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Karanggan Kec.
Gunung Putri, Kab. Bogor pada mata pelajaran Matematika tentang pecahan
desimal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
ini dapat meningkat.
5. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian
Setelah semua proses selesai dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan tes tertulis.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas
belajar guru dan siswa yang dilakukan oleh pengamat tentang aktivitas
pembelajaran matematika dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe make a match. Lembar obeservasi yang digunakan berbentuk lembar
observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas belajar guru dan siswa.
Teknik observasi yang dilakukan adalah observasi langsung, yakni pengamat
mengamati dan mencatat objek yang diteliti (aktivitas guru dan siswa) selama
proses pembelajaran.
2. Tes tertulis
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada ranah kognitif tentang
pecahan desimal pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Pelaksanaannya yaitu pada akhir siklus untuk
selanjutnya dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar siswa.
Adapun bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis berbentuk isian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui instrumen-instrumen
penelitian yaitu instrumen lembar observasi dan instrumen tes bentuk isian.
Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat melalui lembar observasi untuk
mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam pembelajaran matematika
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat dimaksudkan untuk
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
observasi. Sedangkan data hasil belajar siswa adalah hasil tes kemampuan
pemahaman konsep pecahan desimal, tes ini berbentuk isian yang diberikan
pada setiap siklus.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data-data dari penelitian ini setelah dikumpulkan kemudian diolah dan
dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya
penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Jenis data yang
didapat dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berasal dari tes siklus untuk hasil belajar Matematika
siswa. Setelah data kuantitatif di peroleh, selanjutnya dilakukan
langkah-langkah analisis sebagai berikut.
a. Pengolahan data hasil belajar
Tes tertulis dilakukan setiap siklus, untuk mengetahui rata-rata hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match. Tes tertulis tiap siklus dilaksanakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung
rata-rata hasil belajar siswa adalah:
Keterangan : : Skor rata-rata kelas
: Total skor yang di peroleh siswa
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Peningkatan hasil belajar siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di gunakan rumus
menurut Hake (1999) indeks gain dengan lambang <g> dan rumusnya:
<g> = Skor siklus II – Skor siklus I
Skor Maksimum Ideal – Skor siklus I
Tabel 3.1
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya Gain < g > Klasifikasi
< g > ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ <g> < 0,70 Sedang
< g > < 0,30 Rendah
c. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
: Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama
dengan 65
n : Banyak siswa
100% : Bilangan tetap
TB : Ketuntasan belajar
2. Data Kualitatif
Data kualitatif didapatkan dari lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru
dalam pembelajaran dikelas, berupa lembar pengamatan. Sehingga pengamat
harus mengisi kolom yang sesuai dengan item pertanyaan/ pernyataan pada
lembar observasi. Dalam penelitian ini dilibatkan dua orang pengamat, dengan
tujuan untuk mengurangi bias data hasil pengamatan. Pengolahan data
kualitatif ini dilakukan dengan cara menerjemahkan dan mendiskusikan
dengan pengamat jika terdapat jawaban pengamat yang perlu diklarifikasi dari
setiap item pertanyaan. Kemudian peneliti mengelompokkan jawaban
pengamat yang positif dan negatif dari setiap item pertanyaan/ pernyataan.
Jika jawaban observer lebih banyak yang positif dari yang negatif, maka
aktivitas guru atau siswa dalam pembelajaran sudah sesuai dengan harapan
penelitian. Jika terjadi sebaliknya, maka aktivitas guru atau siswa dalam
pembelajaran tidak sesuai dengan harapan penelitian.
Dari hasil analisis data kualitatif secara keseluruhan, dapat disimpulkan
apakah semua langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe
make a match telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran
Matematika tentang pecahan desimal terhadap siswa Kelas IV SDN 1
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya tentang
bagaimana meningkatkan pemahaman konsep pecahan desimal pada siswa
Kelas IV SD N 1 Karanggan kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dapat
ditarik kesimpulan:
a. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match yang pertama dilakukan oleh guru
adalah membuat dan menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam pembelajaran, guru menjelaskan materi dan memberikan beberapa
contoh soal yang dikerjakan bersama-sama (tahap 1). Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang terdiri kelompok A dan kelompok B (tahap 2).
kemudian setiap siswa diberikan kartu pertanyaan atau jawaban yang harus
diselesaikan (tahap 3), guru menyampaikan kepada siswa harus
mencocokkan kartu yang dipegangnya dengan kelompok lain serta
menampaikan batasan maksimal waktu yang diberikan (tahap 4). Guru
meminta semua anggota kelompok A mencari pasangan ke kelompok B. Bagi
siswa yang telah menemukan pasangannya siswa melaporkan diri kepada
guru dan guru mencatat siapa saja yang telah menemukan pasangannya
sebelum batas waktu yang telah ditentukan (tahap 5). Setelah waktu yang
ditentukan habis guru meminta kepada siswa yang tidak menemukan
pasangan untuk berkumpul sendiri (tahap 6). Guru menugaskan pada satu
pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan siswa yang belum mendapat
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cocok atau tidak (tahap 7). Guru memberikan informasi tentang kebenaran
dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan presentasi (tahap 8)
selanjutnya guru memanggil pasangan lain untuk presentasi (tahap 9).
Pada siklus I peraturan tidak disampaikan kepada siswa akibatnya kelas
menjadi ramai seperti pasar. Banyak siswa yang berteriak, berlari-lari dan
menaiki kursi sehingga pada siklus II disampaikan aturan yang harus dipatuhi
oleh semua siswa yaitu tidak boleh berteriak-teriak, tidak boleh berlarian, dan
tidak boleh menaiki kursi (berdiri di atas kursi). Selain itu guru juga
mewajibkan semua siswa untuk mengerjakan soal yang ada dikartu sebelum
mereka mencari pasangannya dan diserahkan kepada guru sebagai bukti
bahwa pasangannya benar-benar cocok. Meskipun pelaksanaan pembelajaran
disiklus I terjadi ke gaduhan dikelas namun setelah diterapkan peraturan
disiklus II pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih kondusif.
Proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe make a match
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, dimana siswa antusias dalam
mengerjakan soal pertanyaan pada kartu dan mencari pasangannya, siswa
tidak takut dan canggung dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya
dipapan tulis dan siswa terlihat senang belajar di dalam kelas.
b. Hasil Pemahaman Konsep
Peningkatan pemahaman konsep setelah dilakukan penelitian dapat
ditunjukkan dengan peningkatan N-Gain yaitu sebesar 0,71 yang termasuk
katagori tinggi.
B. REKOMENDASI
1. Bagi Guru
Direkomendasikan kepada guru menggunakan model pembelajaran koopertif
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa,dapat mempererat hubungan baik guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa, tetapi guru juga harus mampu menguasai langkah-langkah
model pembelajaraan kooperatif tipe make a match, mampu memotivasi
siswa dan memanfaatkan media.
2. Bagi Siswa
Dalam pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri, tidak perlu
takut dan malu untuk mengemukakan pendapat.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah diharapkan dapat memberikan pelatihan kepada guru untuk dapat
mengeksplor madia-media pembelajaran lainnya, sehingga pembelajaran
dapat menjadi lebih menarik.
b. Sekolah di harapkan dapat menunjang alat peraga atau media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
Dengan penelitian peneliti dapat mengetahui dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan keaktifan dan
pemahaman belajar siswa, serta penggunaan media pembelajaran dapat
menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga model pembelajaran
koopertif tipe make a match juga dapat digunakan untuk mata pelajaran lain
selain matematika. Penelitian ini juga untuk dijadikan sebagai bahan
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adjie, N. dan Rostika, R. D. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung. UPI PRESS.
Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Hartono, R. (2013). Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta. DIVA Press.
Herman, T. H. dkk (2007). Pendidikan Matematika I. Bandung. UPI PRESS.
Hernawan. A. H. dkk (2007). Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung. UPI PRESS.
Indriyastuti. (2012). Dunia Matematika untuk kelas IV. Solo : Platinum.
Karso, dkk. (cetakan pertama 2007). Pendidikan matematika I. Jakarta. Universitas Terbuka.
Syarifudin, T. & Kurniasih. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung. Percikan Ilmu.
Arini,Y. ( 2009). Model pembelajaran ( kooperatif learning) dan aplikasinya
sebagai upaya peningkatan kualitas proses belajar.
http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html [3 April 2014].
Biyobe, W. (2013). Hasil Belajar Menurut Para Ahli.http://wahid-biyobe. blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-arti-penting-spesifik.html [12 Februari 2014]
Deswira, N. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe make A Match.novideswi. blogspot.com/2013/pembelajaran-kooperatif-tife-make-and_30html [20 Juni 2013]
Dunia Pendidikan.(2013). Beberapa Pengertian Hasil Belajar Menurut Beberapa
Ahli.
http://misterchand89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]
Eko. R (2011). Metode Make a Metch.http://www.ras-eko.com/2011/05/metode-make-match.html [11 Februari 2014]
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Juryanti. (2013). Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Make a Match (mencari pasangan).
http://www.slideshare.net/ayutriast/model-pembelajaran-make-a-match [11 Januari 2014]
Kesumawati, N. (Tanpa Tahun). Pemahaman Konsep Matematik dalam
Pembelajaran Matematika.
http://eprints.uny.ac.id/6928/1/P-18%20Pendidikan(Nila%20K).pdf [26 Mei2014]
Siswoyo, D. (2013). Apa itu Matematika? Pengertian Matematika Menurut Para
Ahli.
http://dedi26.blogspot.com/2013/02apa-itu-matematika-pengertian.html [6 Januari 2014]
Raras. (2013) Pecahan, Perbandingan Serta Persen. http://rumus-matematika. com/pecahan-perbandingan-serta-persen/ [12 Februari2014]
Raja jempol. (2013). Sistem Pembelajaran Kooperatif.
http://raja-jempol.blogspot.com/2013/07/sistem-pembelajaran-kooperatif.html [11 Februari 2014]
Ramdani, T. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make AMatch”.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-Taufiq, M. D. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. http://www.mdtaufiq.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-kooperatiftipe-make.html [10 Januari 2014]
Pengertian Hasil Belajar.
http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-belajar.html [12 Februari 2014]
Zuwaily, (2013). Ciri-ciri Pembelajaran dalam Pendidikan.
http://zuwaily.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-pembelajaran-dalam-pendidikan.html#.Uvd5cPl_ubM [9 Februari 2014].
(2013). Pengertian Matematika. http://mathc-edu.blogspot.com/2013/01/ pengertian-matematika.html [9 Februari 2014]
Liena Sartika, 2014
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Desimal Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html [9 Januari 2014]
http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1852 [5 Juni 2014]