• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

EVY RISMAYANTI 1004524

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014

(2)

Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Sekolah Dasar

Oleh Evy Rismayanti

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Evy Rismayanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Alternatif solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Karena pendekatan pemecahan masalah dapat mengarahkan kemampuan berpikir siswa secara

divergen. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1)

mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol; 2) mendeskripsikan proses pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah; 3) menguji keunggulan pendekatan pemecahan masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control

Group. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, dan observasi.

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1) sebelum dilaksanakan pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu berada pada kategori tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah di kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi sedangkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional masih ada yang berada pada kategori sangat rendah; 2) proses pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah berlangsung sesuai dengan tahapan pemecahan masalah yang direncanakan; 3) hasil uji beda rata-rata diperoleh nilai signifikansi two tailed sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari 0,05, sehingga hasilnya H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan pembelajaran konvensional. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(5)

THE INFLUENCE OF APPROACHING PROBLEM SOLVING TO STUDENT CREATIVE OF THINKING

IN ELEMENTARY SCHOOL

By

Evy Rismayanti

ABSTRACT

The problem which backrounded of the research is low of student creative thinking. The alternative solution for over coming this problem is by using problem solving approaching. Because by using this way brings to student creative thinking divergently. The purpose will be reach in the research is wants to know as follow: 1) the ability of student creative thinking in fifth grade of experiment class and control class; 2) the process of learning by approaching probem solving; 3) being examined the advantage of this way that compared in learning convensional. The way of research is research of Quasi Experiment by designing of Non-equivalent Control Group. The method of collecting data is by done of the test and observation. The process of analisys data by doing analisys quantitative data by helping Microsoft Excell 2007 and SPSS Programm 16.0. The result of research will be gotten are: 1) before learning, the student is thinking creative ability in experiment class and control class are same. They are high, middle, and low category and very low. After learning by using problem approaching solving in class experiment they are high and very high category, even the class control which using convensional learning still in low category; 2) process of learning by approaching problem solving is still progressive by level of planning problem solving; 3) The result of test is differ of rates that gotten two tailed significant 0,000 where is smaller then 0,05. Until it the result of H0 is

refused. it means there is difference of student’s thinking creative ability is significant between the student who uses approaching problem solving in learning convensional. The abilitys student creative thinking which get from learning by using problem solving is better than by using learning convensional.

(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MOTTO

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 9

1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 9

2. Pendekatan Pemecahan Masalah ... 10

3. Berpikir Kreatif ... 13

4. Materi Luas daerah Bangun Datar Trapesium ... 21

5. Penelitian yang Relevan ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 25

C. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

(7)

vi

C. Metode Penelitian ... 28

D. Definisi Operasional ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 35

H. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Analisis Data Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 39

2. Analisis Data Posttest Kemampuan berpikir Kreatif Siswa ... 50

B. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

vii

DAFTAR TABEL

2.1. Komponen Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah ... 18

2.2. Aspek Kemampuan berpikir Kreatif ... 19

3.1. Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif ... 30

3.2. Validitas Butir Soal ... 31

3.3. Varians Item ... 32

3.4. Klasifikasi Daya Pembeda ... 34

3.5. Daya Pembeda Butir Soal ... 34

3.6. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 35

3.7. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 35

3.8. Interval Kategori ... 37

4.1. Interval Kategori ... 40

4.2. Interval Kategori Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 41

4.3. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 42 4.4. Distribusi Frekuensi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Eksperimen pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 43

4.5. Distribusi Frekuensi Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Kontrol pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 44

4.6. Interval Kategori Pretes kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 46

4.7. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

4.8. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes ... 49

4.9. Uji Beda Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50 4.10. Statistik Deskriptif Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 51 4.11. Distribusi Frekuensi Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di

(9)

viii

Kelas Kontrol pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 53

4.13. Interval Kategori Postes kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 55

4.14. Hasil Uji Normalitas Postes ... 57

4.15. Hasil Uji Homogenitas Varians Postes ... 58

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

2.1. Gambar Macam-macam Bangun Datar Trapesium ... 22 2.2. Gambar Trapesium ... 22 2.3. Gambar Posisi Trapesium Setelah Diputar 1800 ... 23 2.4. Gambar Bangun Trapesium yang Dimanipulasi Menjadi Bangun

Datar Lain ... 24 2.5. Gambar Pintu Air Berbentuk Trapesium ... 24 4.1. Grafik Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Eksperimen

pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 44 4.2. Grafik Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Kontrol

pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 45 4.3. Interval Kategori Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada

Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 46 4.4. Grafik Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Eksperimen

pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 53 4.5. Grafik Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas Kontrol

pada Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 54 4.6. Interval Kategori Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada

Materi Luas Daerah Bangun Datar Trapesium ... 55 4.7. Perbandingan Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 71

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

A.2 Lembar Kerja Siswa ... 83

A.3 Kisi-kisi Instrumen... 87

A.4 Pedoman Penskoran ... 87

A.5 Instrumen Pretes dan Postes... 89

A.6 Format Observasi ... 90

LAMPIRAN B DATA UJI INSTRUMEN ... 93

B.1 Uji Validitas Butir Soal ... 94

B.2 Uji Reliabilitas ... 96

B.3 Daya Pembeda ... 99

B.4 Tingkat Kesukaran ... 101

LAMPIRAN C HASIL PENGUMPULAN DATA ... 104

C.1 Skor Hasil Pretes Kelas Eksperimen-Kontrol ... 105

C.2 Skor Hasil Postes Kelas Eksperimen-Kontrol ... 107

C.3 Hasil Observasi ... 111

C.4 Contoh Hasil Jawaban Siswa ... 117

LAMPIRAN D HASIL UJI STATISTIK ... 122

D.1 Hasil Output Uji Normalitas ... 123

D.2 Hasil Output Uji Homogenitas... 123

D.3 Hasil Output Uji Beda Rata-rata ... 124

LAMPIRAN E PROFIL SEKOLAH ... 125

E.1 Profil SD Negeri 4 Cileungsir ... 126

E.2 Profil SD Negeri 3 Cisontrol ... 127

LAMPIRAN F SURAT IZIN PENELITIAN ... 128

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak dari setiap manusia. Pengertian mengenai pendidikan dikemukakan dalam GBHN Tahun 1973 (dalam Sadulloh, 2010, hlm. 3) bahwa, “Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.

Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 (dalam Sadulloh, 2010, hlm. 5) yang menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pendidikan merupakan suatu usaha yang diberikan secara sadar dan terencana untuk mencapai suatu tujuan yaitu mengembangkan berbagai ragam potensi siswa. Siswa memiliki berbagai potensi dalam dirinya yang harus dikembangkan melalui pendidikan. Dengan pendidikan, siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan kreatif menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

(13)

2

kehidupan sehari-hari maka pembelajaran matematika di sekolah harus dirancang untuk membangkitkan semangat dan kesenangan siswa dalam belajar matematika. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran matematika di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (dalam BSNP, 2006, hlm. 148):

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa jika tujuan mata pelajaran matematika dalam kurikulum KTSP dapat tercapai. Siswa akan mampu menghadapi tantangan-tantangan kehidupan karena siswa dibiasakan untuk berpikir. Kelima tujuan tersebut secara tidak langsung dapat menunjang kemampuan berpikir kreatif siswa yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini tidak terlepas dari hasil kemampuan berpikir kreatif manusia. Manusia yang memiliki akal, budi dan karsa membuat perubahan-perubahan dalam ilmu pengetahuan yang ada dan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Kemampuan berpikir manusia tersebut didorong keinginan untuk hidup yang lebih baik dan sejahtera di antara kondisi lingkungan yang semakin terbatas.

(14)

3

Department of Labor (dalam Mahmudi, 2008, hlm. 2) mengemukakan beberapa

karakteristik individu yang dikehendaki dunia kerja, yaitu: 1. mempunyai kepercayaan diri,

2. mempunyai motivasi untuk berprestasi,

3. menguasai keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan melek komputer (computer

literacy),

4.

menguasai keterampilan berpikir, seperti memecahkan masalah

(problem solving), membuat soal (problem posing), mengambil

keputusan (decision making), berpikir analitis (analythical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking),

5. menguasai keterampilan interpersonal, seperti kemampuan berkerja dalam tim dan melakukan negosiasi.

Berdasarkan karakteristik tersebut, berpikir kreatif menjadi salah satu karakter yang dikehendaki oleh dunia kerja. Hal tersebut menegaskan bahwa berpikir kreatif sangatlah penting dalam kehidupan, bukan hanya bidang akademik namun dalam bidang kehidupan sosial pun berpikir kreatif sangatlah penting.

Pendidikan matematika harus mengantarkan dan menjadikan siswa sebagai siswa yang pandai, cakap dan kreatif dalam menghadapi persoalan. Proses pembelajaran di dalam kelas seharusnya mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa. Salah satu potensi yang dimiliki setiap orang adalah berpikir kreatif. Namun, potensi berpikir kreatif setiap orang berbeda antara satu sama lain. Hal tersebut dikemukakan pula oleh Devito (dalam Supriadi, 1994, hlm. 15) bahwa, “kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda”.

(15)

4

dengan hal-hal seperti seni dan sastra, namun kreativitas juga dibutuhkan dalam pembelajaran matematika.

Kenyataan yang ditemukan di lapangan, pembelajaran matematika hanya berupa perpindahan pengetahuan dari guru kepada siswa saja. Siswa hanya mengikuti apa yang guru contohkan tanpa ada proses siswa berpikir. Siswa terkadang tidak memahami apa yang mereka kerjakan, siswa hanya mengikuti apa yang diberikan dan dicontohkan guru tanpa diberi kesempatan untuk mencari cara lain dalam penyelesaian suatu masalah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Munandar (dalam Nashori dan Mucharam, 2002, hlm. 25) yang menyatakan bahwa pendidikan formal di Indonesia lebih menekankan pada pemikiran memusat atau konvergen. Siswa hanya diarahkan untuk mengikuti apa yang guru contohkan tanpa dirangsang untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dengan berbagai alternatif solusi yang mungkin bisa digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Kemampuan berpikir sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan berpikir yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam kehidupan untuk bisa bertahan hidup dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompetitif.

Kemampuan berpikir kreatif dapat ditingkatkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu caranya adalah dengan mengubah pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan jangan hanya berupa penyampaian informasi dari guru kepada siswa saja seperti pada pendekatan konvensional, akan tetapi lebih pada memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-ide baru yang siswa miliki.

(16)

5

Pemecah masalah akan mampu mengembangkan kreativitasnya dalam menyelesaikan suatu soal dengan berbagai alternatif jawaban yang ia pahami. Proses pengerjaan pertanyaan-pertanyaan divergen terkadang tidak dapat diperkirakan sebelumnya karena penyelesaiannya sesuai dengan apa yang pemecah masalah pahami . Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada cara mengajar di dalam kelas.

Pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach) dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menjawab tuntutan pembelajaran matematika dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pehkonen (dalam Siswono, T.Y.E. & Novitasari, W., 2009, hlm. 2) yang berpendapat bahwa ‘cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah dengan pendekatan pemecahan masalah’. Siswa yang belajar menggunakan pendekatan pemecahan masalah akan mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal tersebut dikarenakan pendekatan pemecahan masalah memusatkan pada keterampilan siswa berpikir secara divergen. Pendekatan pemecahan masalah lebih mengarahkan siswa untuk memahami masalah, menemukan berbagai gagasan atau strategi dalam menyelesaikan masalah, menerapkan berbagai gagasan atau strategi penyelesaian masalah, dan memeriksanya kembali. Hal tersebut sejalan dengan komponen berpikir kreatif yaitu adanya kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat melalui penggunaan pendekatan pemecahan masalah.

Pendekatan pemecahan masalah memiliki heuristic atau langkah-langkah yang digunakan dalam penyelesaian masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pemecahan masalah dari Polya. Langkah-langkah tersebut adalah pemahaman terhadap permasalahan, perencanaan penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali penyelesaian.

(17)

6

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Masalah yang teridentifikasi

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah-masalah yang muncul sebagai berikut.

a. Masih banyak siswa sekolah dasar yang belum mampu menyelesaikan soal-soal berbeda dari apa yang dicontohkan guru.

b. Kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar masih rendah. c. Siswa tidak dibiasakan untuk berpikir dalam proses pembelajaran. d. Siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru.

e. Siswa dalam mengerjakan sesuatu (soal) sesuai dengan cara yang diberikan guru tanpa memikirkan dan mencari cara penyelesaian yang lain.

f. Diperlukan siasat atau strategi dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

2. Rumusan masalah

Berdasarkana latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V di kelas eksperimen dan kelas kontrol?

b. Bagaimana proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah di kelas eksperimen?

c. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah lebih baik dibandingkan dengan yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

(18)

7

2. mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah di kelas eksperimen, 3. menguji keunggulan pendekatan pemecahan masalah dibandingkan

dengan pengajaran konvensional dalam kemampuan berpikir kreatif siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Secara Teoritis

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah mengembangkan hasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu pendidikan matematika di Sekolah Dasar. 2. Secara Praktis

a. Bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, serta mendapat pengalaman baru melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai pendekatan pemecahan masalah sebagai alternatif untuk memperbaiki dan meningkatkan penguatan konsep siswa pada pembelajaran matematika.

c. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah khususnya dalam kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika.

d. Bagi peneliti, agar memiliki pengetahuan yang luas tentang pendekatan pemecahan masalah dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya, khususnya dalam pembelajaran matematika.

E. Struktur Organisasi Skripsi

(19)

8

Mengemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Berisi landasan teori yang mendasari permasalahan dalam skripsi yang meliputi pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, pengertian pendekatan pemecahan masalah, berpikir kreatif, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

3. Bab III Metode Penelitian

Berisi mengenai lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data dan pembahasan analisis temuan.

5. Bab V Simpulan dan Saran

(20)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan membutuhkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu, penelitian dilaksanakan di dua sekolah yaitu di SDN 4 Cileungsir dan SDN 3 Cisontrol yang berada di Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.

2. Populasi

Sugiyono (2010, hlm. 80) menyatakan bahwa ‘populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya’. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di kecamatan Rancah tahun ajaran 2013-2014.

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Hal tersebut dikarenakan peneliti sering melakukan observasi di SD yang dijadikan sampel sehingga memudahkan peneliti dalam pengkondisian sampel.

Berdasarkan pendapat Sugiyono tersebut, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V di SDN 4 Cileungsir dan SDN 3 Cisontrol. Kelas eksperimen adalah siswa kelas V SDN 4 Cileungsir dan yang dijadikan kelas kontrol adalah siswa kelas V SDN 3 Cisontrol.

B. Desain Penelitian

(21)

28

Ilustrasi desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 79):

Keterangan:

E = Kelas Eksperimen K = Kelas Kontrol

X1 = Perlakuan (treatment) dengan pendekatan pemecahan masalah

O1 & O3 = Tes awal sebelum perlakuan (Pretest) O2 & O4 = Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan kelompok kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, kedua kelompok diberikan pretest dan posttest. Supaya acuan penilaiannya tetap, kisi-kisi soal dan soal untuk pretest dan posttest dibuat sama. Diadakannya pretest ini karena siswa dianggap sudah mengetahui konsep dasar dari luas bangun datar.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

E O1 X1 O2

(22)

29

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010, hlm. 38). Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah pendekatan pemecahan masalah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: a. Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoretis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada. Langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan adalah langkah pemecahan masalah menurut Polya.

b. Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kreatif matematika.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif dan lembara observasi. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan berupa pendekatan pemecahan masalah. Observasi digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran siswa dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

(23)

30

Berikut merupakan kisi-kisi soal pretest dan posttest kemampuan berpikir kreatif siswa.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator Aspek yang Diukur No. Soal

Kemampuan berpikir

terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah suatu objek, gagasan atau situasi

1d, 2d,

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

F. Proses Pengembangan Instrumen

(24)

31

a. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010, hlm.168).

Untuk mengetahui validitas soal maka digunakan rumus sebagai berikut:

= ∑ (∑ ) (∑ )

{ ∑ (∑ )²} { ∑ (∑ )²}

Arikunto (2010, hlm.72) Keterangan:

: koefisien korelasi ∑ : jumlah skor item ∑ : jumlah skor total : jumlah responden

Nilai mengacu pada nilai rtabel product moment. Untuk n = 34

dan taraf signifikansi 5% maka nilai rtabelnya adalah 0,339. Jika rhitung lebih besar dari rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid. Namun jika harga rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal tersebut tidak valid.

Berikut adalah hasil perhitungan dari setiap soal. Tabel 3.2 Validitas Butir Soal

Item N ∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2 rXY r tabel Kriteria

1 34 207 446 3373 1647 7800 . 0,339 Valid 2 34 239 446 4427 2701 7800 . 0,339 Valid

b. Reliabilitas Soal

(25)

32

Untuk mencari reliabilitas soal secara keseluruhan digunakan rumus Alpha. Berikut merupakan rumus Alpha.

= ( − 1) 1 −∑!" #

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item ∑ " = varians total (Arikunto, 2010:109) Dengan rumus varians sebagai berikut:

∑ = ∑$% ( ∑$%)&

' , dan

" =∑(" − ( ∑(")

) )

Reliabilitas instrumen juga sama seperti validitas, yaitu mengacu pada nilai rtabel product moment. Untuk n = 34 dan taraf signifikansi 5 % maka nilai adalah 0,339. Jika harga rhitung lebih besar dari harga rtabel maka soal dinyatakan reliabel. Namun jika harga rhitung lebih kecil dari harga rtabel maka soal dinyatakan tidak reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai varians sebagai berikut.

1) Varians Item

Tabel 3.3 Varians Item No.

Soal N ∑X ∑X

2 *

+,

1 34 207 1647 11.307

2 34 239 2701 30.029

(26)

33

2) Varians Total

" = ∑(" − ( ∑(")

) )

" = 7800 − (446)34 34

" = 7800 − 19891634 34

" = 7800 − 5850,534" = 57,338

Nilai varians tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach.

= ( − 1) 1 −∑!" # = (2 − 1) 71 −2 41.40357.3398

= 2 1 1 − 0.722

= 2 1 0.278 = 0.556

Setelah diperoleh nilai r11 yaitu 0.556 maka kita bandingkan dengan nilai rtabel n = 34 dengan taraf signifikansi 5 % yaitu 0.339. Diperoleh hasil bahwa rhitung lebih besar dari rtabel yang menunjukkan bahwa soal tersebut reliabel.

c. Daya pembeda

Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi, dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010, hlm. 211).

(27)

34

Keterangan:

;

<<< : Rata- rata siswa kelompok atas

=

<<<< : Rata-rata siswa kelompok bawah >?@ : Skor maksimal ideal

Klasifikasi nilai daya pembeda setiap soal mengacu pada Arikunto (2010, hlm. 218) sebagai berikut.

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai D Kategori

0.00 - 0.20 Jelek (poor) 0.21 - 0.40 Cukup (satisfactory) 0.41 - 0.70 Baik (good) 0.71 - 1.00 Baik sekali (excellent)

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai dan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.5

Daya Pembeda Butir Soal

Nomor Soal Daya pembeda Kategori 1 0.239 Cukup (satisfactory)

2 0.555 Baik (good)

d. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran dicari untuk melihat kualitas suatu instrumen soal, apakah sukar, sedang, mudah, bahkan terlalu mudah. Dengan demikian, kita dapat menentukan instrumen apakah layak atau tidak digunakan. Untuk mencari tingkat kesukararan soal uraian, digunakan rumus sebagai berikut.

Tingkat kesukaran = ABC "BA DECF

DGEH ACGD AIA "BA DECF

(28)

35

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Interval Tingkat kesukaran 0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai dan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.7

Tingkat kesukaran Butir Soal

Nomor Soal Tingkat Kesukaran Kriteria

1 0.38 Sedang

2 0.44 Sedang

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.

a. Tes

Tes berdasarkan pendapat Webster’s Colegiate (Arikunto, 2010, hlm. 32) adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes tersebut diberikan sebanyak dua kali yang terdiri dari pretest dan posttest untuk setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(29)

36

b. Observasi

Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur. Observasi dirancang untuk memberikan gambaran tentang proses pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Data yang diperoleh dari hasil observasi dijadikan data pendukung dalam penelitian.

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis data. Analisis data menurut Sugiyono (2010, hlm. 147) merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Menurut Arikunto (2010, hlm. 278), terdapat tiga tahap menganalisis data yaitu:

1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan meliputi pemeriksaan kelengkapan data, nama dan kelengkapan siswa, dan mengecek macam isian data.

2. Tabulasi

Kegiatan dalam langkah tabulasi meliputi pemberian kode terhadap data, pemberian skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, mengubah atau menyesuaikan jenis data sesuai dengan teknik analisis data yang akan digunakan, memberikan kode yang berhubungan dengan pengolahan data jika menggunakan komputer.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen, sehingga pengolahan data yang digunakan adalah dengan rumus-rumus statistik.

Data yang didapatkan dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda rata-rata. Bila data tidak berdistribusi normal, maka akan digunakan uji nonparametrik Mann Whitney

U, tetapi apabila data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji

(30)

37

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum variabel. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010, hlm. 147). Untuk mengetahui gambaran umum variabel dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Interval yang digunakan adalah interval kategori menurut Cece Rahmat dan Solehudin (dalam Hindasah, N.S., 2013, hlm. 37) dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.8 Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥ <ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi 2. <ideal + 0,5 Sideal ≤ X <<ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. <ideal - 0,5 Sideal ≤ X <<ideal + 0,5 Sideal Sedang 4. <ideal - 1,5 Sideal ≤ X <<ideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X <<ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah Keterangan : <ideal = Xideal ; Sideal =

J <ideal

b. Analisis Statistik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan persyaratan untuk analisis statistik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi dengan normal atau tidak.

Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data yang akan dianalisis

menggunakan statistik parametrik. Namun jika data yang diperoleh tidak

(31)

38

0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Selain uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas, yakni seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas sampel dilakukan dengan uji F dengan uji statistik Levene’s Test dengan kriteria pengujian jika signifikansi > 0,05 maka data memiliki varian yang sama (homogen) sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data memiliki varians yang berbeda (tidak homogen).

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Apabila data berdistribusi normal dan sampel homogen, maka selanjutnya dilakukan uji t denganuji statistik Compare Means Independent-Sample T Test. Namun jika data tidak berdistribusi normal, uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik dengan model Two Independent Samples Tests. Two Independent Samples Tests digunakan untuk mengetahuiada tidaknya perbedaan antara dua

kelompok data yang independen dan tidak mensyaratkan data berdistribusi

(32)

67 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dilakukan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kategori sama, yaitu berada pada kategori tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Setelah dilakukan pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi. Kelas kontrol berpada pada kategori tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

2. Proses pembelajaran pada materi luas daerah bangun datar trapesium dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan di kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan tahap pendekatan pemecahan masalah menurut Polya. Tahap pembelajaran yang digunakan adalah tahap memahami, tahap merencanakan, tahap melaksanakan, dan tahap memeriksa kembali.

3. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara signifikan berbeda. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi luas daerah bangun datar trapesium di kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat juga dari hasil postes di kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, sedangkan di kelas kontrol masih ada yang berada di kategori sangat rendah. Sehingga pendekatan pemecahan masalah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

B. Saran

(33)

68

1. Pendekatan pemecahan masalah dapat dijadikan sebagai salah satu cara dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

(34)

69

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP.

Husainiah, R. (2013). Pengaruh pendekatan pemecahan masalah terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. (Skripsi) UPI Tasikmalaya, Tasikmalaya.

Hindasah, N.S. (2013). Pengaruh penggunaan strategi REACT dalam

pembelajaran matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar. (Skripsi) UPI Tasikmalaya, Tasikmalaya.

KBBI v1.3. offline.

Krulik, S. & Rudnick, J. A. (1995). The new sourcebook for teaching reasoning

and problem solving in Elementary School. Needham Heights,

Massachusetts: Allyn & Bacon.

Mahmudi, A. 2010. Mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis. Makalah Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado: Tidak Diterbitkan.

___________. 2008. Pemecahan masalah dan berpikir kreatif. Makalah Konferensi Nasional Matematika XV Universitas Sriwijaya Palembang: Tidak Diterbitkan.

Munandar, U. (2004). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nashori, F & Mucharam, R.D. (2002). Mengembangkan kreativitas dalam

perspektif psikologi Islam. Jogjakarta: Menara Kudus Jogjakarta

Pamilu, A. (2007). Mengembangkan kreativitas & kecerdasan anak. Jakarta: Citra Media.

Pujiati & Sigit, T.G. (2009). Pembelajaran pengukuran luas bangun datar dan

volume bangun ruang di SD. Sleman: Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam belajar olah data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI

(35)

70

Siswono, T.Y.E. & Novitasari, W. (2009). Meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa melalui pemecahan masalah tipe ”What’s Another Way”.

Jurnal PGRI Joggjakarta: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherlan, S. (2013). Pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan

masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP. Jurnal Matematika STKIP Siliwangi Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suherman, dkk. (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: UPI.

Sumanto, dkk. (2008). Gemar matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan makalah. Berpikir dan disposisi matematika

serta pembelajarannya. Bandung: UPI.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, kebudayaan & perkembangan IPTEK. Bandung: Alfa Beta.

Suryadi, D. & Herman, T. (2008). Eksplorasi matematika pembelajaran

pemecahan masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.

Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Wahyuni, A.D.S. (2013). Penggunaan metode penemuan terbimbing untuk

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Rangkuti dalam Setiawan dan Farid Hamid (2014:190), promosi adalah salah satu dari variabel marketing mix yang sangat penting peranannya, sehingga merupakan suatu

Mengingat muatan norma dan nilai yuridis yang dikandung di dalam pembukaan UUD 1945 tersebut maka (a) pembukaan UUD 1945 mengandung nilai- nilai fundamental sebagai asas

Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk berakhlak mulia dengan Rasulullah SAW sebagai teladan utama (uswatun hasanah). Konsep Pendidikan karakter dalam Islam

Jika setelah penilaian kembali, kepemilikan Perseroan dan Entitas Anak pada nilai wajar aset bersih yang teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi melebihi dari

Dan apabila lmam salam sebelum menyempurnakan shalatnya dan ada sebagaian makmum yang tertinggal sebagian shalat dan berdiri untuk menyelesaikan bagian shalat

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mendapatkan paket teknologi dalam penanganan pascapanen jambu kristal yaitu penyimpanan jambu kristal pada suhu 5 o C mampu

An active and enjoy full in learning such as implementing role playing and creating scenario design product touted as one of effective learning method that

[r]