1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Pemeringkat Efek Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama PT.
PEFINDO berdiri di Jakarta pada 21 Desember 1993 bedasarkan usulan dari Otoritas Jasa Keuangan (dahulunya dikenal dengan Badan Pengawas Pasar Modal) dan pada tanggal 13 Agustus 1994 PT.PEFINDO memperoleh lisensi untuk beroperasi No.39/PM-PI/1994 dari BAPEPAM. PT. PEFINDO berkontribusi secara langsung untuk memberikan pemeringkatan (rating) terhadap seluruh intrumen keuangan yang akan diterbitkan, obligasi termasuk salah satunya. Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Sumber:
www.idx.co.id). Pemeringkatan (rating) yang dilakukan terhadap obligasi dapat mencerminkan tingkat resiko kegagalan obligasi, yaitu dalam melakukan pemenuhan kewajiban oleh emiten baik dalam membayar bunga maupun pokok hutangnya pada saat jatuh tempo. Semakin tinggi peringkat suatu obligasi maka semakin rendah tingkat resiko kegagalan obligasi.
PT. PEFINDO dalam melakukan pemeringkatan harus secara objektif dan independen, kemudian menyajikan informasi mengenai risiko kredit suatu perusahaan secara akurat. Dalam melakukan proses pemeringkatan PT. PEFINDO menggunakan metodologi yang berbeda untuk setiap emitennya misalnya untuk melakukan pemeringkatan terhadap suatu korporasi yang merupakan non keuangan PT. PEFINDO mempertimbang beberapa resiko dalam melakukan pemeringkatannya seperti risiko industri, risiko bisnis dan risiko keuangan.
Termasuk juga dalam melakukan pemeringkatan (rating) terhadap obligasi, PT.
PEFINDO mempertimbangkan risiko-risiko yang dapat mempengaruhi peringkat dari suatu obligasi dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. PEFINDO.
2
Untuk meningkatkan standar dan kualitas dari pemeringkatan yang dilakukannya, PT. PEFINDO melakukan afiliasi dengan dengan lembaga pemeringkat internasional, yakni Standard & Poor Rating Service (S&P) dan Asian Credit Rating Agencies Association (ACRAA).
Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, adapun peringkat obligasi tersebut yaitu:
Tabel 1.1 Peringkat Obligasi
Peringkat Keterangan
idAAA
Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan efek utang dengan peringkat tertinggi dari PT PEFINDO yang didukung oleh kemampuan Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan.
idAA
Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finasial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya.
(Bersambung)
3 (Sambungan)
Peringkat Keterangan
idA
Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan.
idBBB
Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampanan Obligor yang memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.
idBB
Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu.
(Bersambung)
4
(Sambungan)
Peringkat Keterangan
idB
Efek utang dengan peringkat B menunjukan parameter perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya.
idCCC
Efek utang dengan peringkat idCCC pada saat ini rentan untuk gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya atas efek utang.
idD
Efek utang diberi peringkat idD pada saat gagal bayar, atau gagal bayar atas efek hutang terjadi dengan sendirinya pada saat pertama kali timbulnya peristiwa gagal bayar atas efek hutang tersebut. Pengecualian diberikan pada saat penundaan pembayaran terjadi dalam masa tenggang, atau penundaan pembayaran tersebut terjadi dalam rangka penyelesaian atas persengkataan komersial yang dianggap layak.
Sumber : www.pefindo.com
Peringkat dari idAA sampai dengan idD dapat dimodifikasi dengan menambahkan tanda tambah (+) atau kurang (-) untuk menunjukkan relatif obligor dalam kategori peringkat tertentu. (www.pefindo.com)
5 Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang akan melakukan pemeringkatan obligasi dengan menggunakan jasa PT. PEFINDO, adalah:
1. Secara umum perusahaan beroperasi lebih dari 5 tahun, meskipun PT.
PEFINDO juga memberikan peringkat kinerja terhadap perusahaan yang beroperasi kurang dari 5 tahun.
2. Laporan keuangan telah di audit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM dengan pendapat wajar tanpa syarat atau unqualified opinion.
3. Laporan keuangan yang telah diaudit terakhir tidak melampaui 180 hari dari tanggal penutupan laporan keuangan. Jika melebihi batas, maka harus disertai dengan penyertaan direktur, komisaris dan akuntan publik bahwa laporan tersebut benar-benar merefleksikan kondisi keuangan perusahaan.
4. Memberikan informasi dasar dan data pendukung lainnya yang dibutuhkan oleh PT. PEFINDO untuk melengkapi penetapan rating.
5. Membayar atas biaya rating.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memberikan dampak terhadap peningkatan persaingan bisnis antar perusahaan yang ada, tidak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh perusahaan yang ada di negara-negara asean. Oleh karena itu agar perusahaan tetap dapat saling bersaing, perusahaan harus meningkatkan kualitas akan perusahaan mereka. Untuk melakukan peningkatan tersebut maka perusahaan membutuhkan modal, yang dapat diperoleh dari dalam (intern) perusahaan maupun memperolehnya dari luar (ekstern) perusahaan. Dari dalam perusahaan, modal dapat bersumber dari depresiasi dan penundaan pembagian laba ditahan (retained earning), sedangkan dari luar perusahaan dapat memperolehnya melalui pinjaman ke bank, supplier dan pasar modal.
Pasar modal merupakan sumber pendanaan yang menjadi alternatif perusahaan dalam memperoleh modal, yaitu dengan menerbitkan instrumen
6
keuangan perusahaan seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Perusahaan menilai penerbitan instrumen keuangan merupakan alternatif pendanaan yang lebih murah dibandingkan dengan melakukan pinjaman ke Bank. Pasar modal tidak hanya digunakan sebagai sumber pendanaan bagi emiten, tetapi juga dijadikan oleh para investor untuk memperoleh sumber investasi. Berdasarkan aktivitas investasi umumnya dikenal memiliki dua bentuk, yaitu real investment dan financial investment, investasi obligasi merupakan salah satu bentuk financial investment yang dapat diperoleh investor melalui pasar modal. Menurut Siegel dan Shim dalam Fahmi (2012 : 55) pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Sehingga dapat dikatakan pasar modal sebagai sarana komunikasi para emiten dengan para investor dalam memperoleh sumber dana dan investasi.
Keberadaan pasar modal di suatu negara dapat menggambarkan seberapa besar perhatian pemerintah untuk ikut serta mendongkrak naiknya tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Selain bagi emiten dan investor, pasar modal juga memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang memerlukan dana (perusahaan) dan pihak yang memilki kelebihan dana (investor). Perusahaan yang membutuhkan dana dapat memperoleh pendanaan dari para investor untuk pembiayaan operasional, pengembangan usaha dan lainnya, tanpa harus menunggu tersedian dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko investasi yang dipilih.
Salah satu instrumen keuangan yang terdapat di pasar modal yaitu obligasi.
Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual kepada publik, dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti
7 nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga yang terkait (Fahmi, 2012: 170). Terdapat tiga jenis obligasi jika dilihat dari sisi penerbitnya yaitu corporate bonds, government bonds, dan municipal bonds. Corporate bonds merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta.
Government bonds merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, sedangkan municipal bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Ditinjau dari sisi emiten, obligasi yang diterbitkan bertujuan untuk memperoleh dana dalam menunjang aktivitas perusahaan tanpa menunggu laba dari operasi perusahaan. Sedangkan jika ditinjau dari sisi investor, investasi dalam bentuk obligasi merupakan alternatif yang aman dibandingkan dengan investasi saham. Karena obligasi memberikan pendapatan return berupa kupon bunga yang dibayar secara tetap serta pokok utang yang dibayar secara tepat waktu pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan, sedangkan pendapatan yang diterima dari saham berasal dari dividen dan capital gain. Pembayaran dividen dilakukan setelah pembayaran kupon obligasi, apabila tidak terdapat sisa untuk dividen maka pemegang saham tidak memperoleh keuntungan dari saham yang dimilikinya. Keuntungan lain bagi pemegang obligasi adalah memiliki hak pertama atas asset yang dimiliki perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Dengan kata lain investasi obligasi dinilai lebih aman dibanding investasi pada instrumen keuangan lainnya.
Namun meskipun investor menilai obligasi merupakan suatu investasi yang aman, investor juga harus memperhatikan tingkat resiko dari obligasi yang akan dijadikan investasi, yaitu dengan mempertimbangkan peringkat dari obligasi tersebut. Peringkat atau rating adalah sutu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu perusahaan (surat utang) dalam membayar utang-utangnya baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Pemeringkatan harus dilakukan oleh
8
lembaga yang diberikan izin oleh pemerintah, misalnya PT. PEFINDO. Menurut Mahfudhoh (2014) terdapat dua ketegori pemeringkatan yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO yaitu investment grade dan non investment grade. Investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya (layak investasi), sedangkan non investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk melunasi hutangnya (tidak layak investasi).
Informasi peringkat obligasi menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu membayar kewajibannya serta menunjukkan tingkat risiko atau keamanan obligasi. Namun, meskipun peringkat dari suatu obligasi tersebut merupakan investment grade, risiko gagal bayar atas utang suatu perusahaan tidak dapat terhindarkan. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi suatu emiten gagal memenuhi kewajibannya dalam membayar utang. Oleh karena itu setelah PT.PEFINDO menerbitkan peringkat dari suatu obligasi, PT. PEFINDO juga harus melakukan pengawasan terhadap perusahaan penerbit obligasi tersebut, untuk mengetahui apakah peringkat obligasi yang sudah diterbitkan harus diturunkan atau dinaikan peringkatnya. Karena perubahan yang dapat terjadi kapan saja terhadap faktor-faktor yang menjadi dasar penilaian pemeringkatan yang dilakukan oleh PT. PEFINDO.
Fenomena yang terjadi pada salah satu perusahaan go public yaitu PT.
Mobile-8 Telecom Tbk, perusahaan telekomunikasi pencipta FREN. Obligasi Rupiahnya senilai Rp 675 milyar yang jatuh tempo Maret 2012, telah dua kali gagal membayar kupon periode 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009. Hal ini mengakibatkan peringkat obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk diturunkan oleh PT.
PEFINDO yang sebelumnya idBBB+ per Juni 2010 menjadi idD (default).
(Sumber: www.kompasiana.com). Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan penyedia jasa transportasi laut, yaitu PT. Berlian Laju Tanker Tbk. Perusahaan ini mengalami gagal bayar bunga terhadap enam surat utangnya yang berdenominasi rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) salah satunya adalah Obligasi konversi bergaransi dengan kupon 12% (ISIN Code: XS0300718599) senilai US$ 36.63
9 juta yang harus dibayarkan pada 9 Februari 2012 (Sumber: www.ibpa.co.id) dan obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 2015. Sebelum masa jatuh tempo obligasi PT. Berlian Laju Tanker Tbk sudah mengalami default, sehingga pada tahun 2010 peringkatnya mulai menurun dari sebelumnya idA menjadi idA-, kemudian turun lagi menjadi idCCC pada tanggal 14 Februari 2012 dan terakhir PT.
PEFINDO resmi menurunkan peringkat obligasi PT. Berlian Laju Tanker pada tanggal 27 Februari 2012 menjadi idD (default). (Sumber: www.pefindo.com).
Penurunan peringkat obligasi juga dilakukan oleh PT. PEFINDO terhadap PT. Aneka Tambang Tbk, namun dengan faktor yang berbeda dari dua perusahaan sebelumnya. Dua obligasi yang akan jatuh tempo pada 14 Desember 2018 dan 14 Desember 2021 senilai Rp. 3 milyar diturunkan peringkatnya oleh PT. PEFINDO karena penurunan profitabilitas dari perusahaan . Hal tersebut disebabkan oleh penjualan PT. Aneka Tambang yang menurun dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2015. Jika pada tahun 2015 penjualan mencapai Rp. 10,531 milyar namun pada akhir Juni 2016 pejualan baru mencapai Rp. 4,162 milyar. Kebijakan pelarangan ekspor oleh pemerintah yang menjadi penyebab penurunan profitabilitas dari perusahaan ini, karena kebijakan tersebut PT. Aneka Tambang tidak dapat lagi melakukan ekspor bijih nikel yang sebelumnya memberikan margin yang relatif tinggi terhadap perusahaan jika dibandingkan dengan menjualnya di dalam negri. Akibat penurunan profitabilitas tersebut PT.
PEFINDO menurunkan peringkat obligasi PT. Aneka Tambang yang pada September 2015 berperingkat idA menjadi idBBB+ pada 14 September 2016.
(Sumber: www.pefindo.com)
Informasi mengenai suatu obligasi harus diketahui dengan baik oleh investor sebelum melakukan investasi obligasi, baik itu informasi yang diperoleh dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan misalnya saja melalui peringkat obligasi. Setyaningrum (2005) menyatakan bahwa investor menghadapi masalah informasi yang disebabkan beragamnya karakteristik dari penerbit obligasi. Peringkat (rating) obligasi yang diterbitkan oleh lembaga independen membantu mengurangi masalah informasi tersebut. PT. PEFINDO adalah satu
10
dari beberapa perusahaan pemeringkat efek yang ada di Indonesia, yang diberi kepercayaan untuk melakukan pemeringkatan terhadap efek (obligasi) yang akan diterbitkan di BEI. Namun sebagian besar obligasi yang diterbitkan di BEI menggunakan jasa PT. PEFINDO dalam hal pemeringkatannya. Dalam melakukan pemeringkatan terhadap obligasi, bias informasi bisa saja terjadi yang menyebabkan peringkat dari obligasi tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Oleh karena itu penulis mencoba untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi, dan pemilihan faktor-faktor tersebut sebagai variabel dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputri dan Purbawangsa (2016), Sari dan Badjra (2016), Arisanti et al (2014), Mahfudhoh dan Cahyonowati (2014), Widiyastuti dan Khusniyah (2014), Prabowo dan Sutjipto ( 2012), Al-khawaldeh (2012), Pandutama (2012), Sejati (2010), Adams dan Burton (2000), Faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi peringkat obligasi pada penelitian sebelumnya adalah profitabilitas, likuiditas, leverage, size, maturity, pertumbuhan perusahaan (growth), jaminan, reputasi auditor, risiko bisnis, produktifitas, laba ditahan, rasio coverage, fee ,capital intensity, loss propensity, industry type, organisational form, reinsurance dan business activity. Faktor-faktor yang inkonsistensi mempengaruhi peringkat obligasi dan digunakan sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi (variabel dependen) yaitu Likuiditas , Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan (Growth).
Variabel penelitian yang pertama adalah Likuiditas. Likuiditas adalah gambaran kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu (Fahmi, 2011: 87). Fenomena yang terjadi pada PT.
Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, tingkat likuiditas PT. SMART yang diukur dengan menggunakan current ratio mengalami peningkatan pada tahun 2016. Jika pada tahun 2015 current rationya adalah 107,91%, pada tahun 2015 current ratio PT. SMART meningkat hingga 23,59% yaitu menjadi 131,50%. Namun PT. PEFINDO melakukan penurunan peringkat atas obligasi yang diterbitkan oleh PT. SMART, peringkat obligasi PT. SMART pada tanggal 6 September 2016 turun dari awalnya adalah idAA- menjadi idA (Sumber:
11 www.pefindo.com). Menurut penelitian Almilia dan Devi (2007) bahwa semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan yang diukur dengan rasio lancar (current ratio) akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan penelitian Mahfudhoh dan Cahyonowati (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Laverage yang merupakan variabel kedua dalam penelitian ini, rasio leverage biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimilikinya. Menurut Fahmi (2011: 62) rasio leverage dapat mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Perusahaan dengan tingkat laverage yang tinggi cendrung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya, seperti kewajiban untuk membayar bunga obligasi dan pokoknya. Fenomena yang terjadi pada Trikomsel Oke Tbk yaitu PT. PEFINDO menurunkan peringkat obligasinya.
Obligasi Trikomsel Oke Tbk senilai Rp. 807 juta yang pada 14 Maret 2013 peringkatnya adalah idA menjadi idD pada tanggal 20 November 2015, sedangkan tingkat leverage yang diukur dengan menggunakan debt to equity ratio menurun. Per juni 2015 DER Trikomsel Oke Tbk menurun menjadi 2,79 dari sebelumnya 2,82 pada tahun 2014 dan 3,06 pada tahun 2013. Menurut penelitian Sari dan Badjra (2004), tidak semua perusahaan dengan tingkat laverage yang tinggi akan mengalami gagal bayar karena apabila perusahaan tersebut mampu mengelola dana yang dipinjamnya dengan baik dan benar maka perusahaan tersebut dapat menghasilkan profit, sehingga menurut mereka rasio laverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Prabowo dan Sutjipto ( 2012) yang menyatakan rasio laverage tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Faktor ketiga yang merupakan variabel terakhir dalam penelitian ini adalah pertumbuhan perusahaan (growth). Pertumbuhan perusahaan dapat memberikan sinyal positif kepada para investor, karena suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dinilai investor memiliki obligasi yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya secara tepat waktu, sehingga tepat untuk dijadikan
12
pilihan dalam investasi. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio, salah satunya yaitu dengan melihat tingkat pertumbuhan penjualan atau sales growth. Fenomena pada PT. BW Plantation Tbk meskipun pertumbuhan penjualan perusahaan meningkat, namun PT. PEFINDO melakukan penurunan peringkat atas obligasi yang diterbitkan PT. BW Plantation Tbk. Penjualan PT.
BW Plantation Tbk per Juni 2015 mencapai Rp. 1,49 milyar sedangkan pada tahun sebelumnya penjualan hanya mencapai Rp. 2,26 milyar pada tahun 2014, Rp. 1,14 milyar pada tahun 2013, Rp. 944 juta pada tahun 2012 dan Rp. 888 juta pada tahun 2011. Jika pada tahun 2011 peringkat obligasi perusahaan tersebut adalah idA+ namun pada 17 September 2015 PT. PEFINDO menurunkan peringkatnya menjadi idBBB+. Menurut Sejati (2010) pertumbuhan perusahaan sebagai faktor akuntansi dalam penelitiannya berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Namun berbeda dengan hasil penelitian Pandutama (2012), menurutnya pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh dalam memprediksi peringkat obligasi.
Berdasarkan fenomena dan inkonsistensi terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeringkatan obligasi, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:
“Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan dan Non Perbankan yang Diperingkat oleh PT. PEFINDO Tahun 2011 – 2015)”
1.3 Perumusan Masalah
Setiap instrumen keuangan yang akan diterbitkan di Bursa Efek Indonesia harus dilakukan pemeringkatan terlebih dahulu. Salah satu pemeringkat efek di Indonesia adalah PT. PEFINDO. Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang dilakukan pemeringkatannya oleh PT. PEFINDO. Bagi perusahaan peringkat obligasi dapat menjadi sarana promosi jika peringkat obligasinya merupakan investment grade. Karena investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan dengan peringkat obligasi investment grade
13 dibandingkan dengan non investment grade. Bagi investor, peringkat obligasi merupakan sumber informasi mengenai suatu obligasi. Peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT. PEFINDO digunakan sebagai sumber informasi untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan pemenuhan kewajibannya baik itu kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjangnya pada saat jatuh tempo. Dalam melakukan pemeringkatan PT. PEFINDO mempertimbangkan berbagai jenis risiko yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi, salah satunya adalah risiko keuangan. Namun dari penelitian terdahulu yang dilakukan faktor-faktor yang digunakan dalam memprediksi peringkat obligasi masih sangat beragam, dan inkonsistensi terjadi pada beberapa faktor
yaitu likuiditas, leverage dan pertumbuhan perusahaan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diidentifikasi dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana likuiditas, leverage, pertumbuhan perusahaan dan peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015?
2. Apakah likuiditas, leverage dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015?
3. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015?
4. Apakah leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015?
5. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
1.5 Tujuan Penelitian
14
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui likuiditas, leverage, pertumbuhan perusahaan dan peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan likuiditas, leverage dan pertumbuhan perusahaan secara simultan terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan likuiditas secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan leverage secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
5. Untuk mengetahui pengaruh signifikan pertumbuhan perusahaan secara parsial terhadap peringkat obligasi pada obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO tahun 2011 – 2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah :
1.6.1 Aspek Teoritis 1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Sehingga dapat bermanfaat di masa mendatang.
2. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refensi bagi penelitian selanjutnya mengenai topik yang sejenis.
1.6.2 Aspek Praktis
15 1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi kepada perusahaan yang akan menerbitkan obligasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peringkat obligasi.
2. Bagi Investor
Bagi para calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai peringkat obligasi sebelum investor melakukan investasi obligasi.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan peringkat obligasi sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan. Faktor determinan dalam hal ini adalah variabel independen yang kemungkinan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu peringkat obligasi. Adapun variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah likuiditas, leverage dan pertumbuhan perusahaan.
Penelitian ini akan mengkaji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara simultan maupun secara parsial.
1.7.2 Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah PT. Pemeringkat Efek Indonesia dan obyek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah obligasi yang di peringkat oleh PT. Pemeringkat Efek Indonesia.
1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah September 2016 sampai dengan Januari 2017.
Periode penelitian ini menggunakan obligasi yang diperingkat oleh PT.
PEFINDO dan diterbitkan di BEI tahun 2011 hingga 2015.
16
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang terkait dengan Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan Peringkat Obligasi yang digunakan sebagai dasar acuan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara atas perumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan batasan dan cakupan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian yang dilakukan, variable operasional yang digunakan, tahapan penelitian, populasi dan sampel, cara pengumpulan data dan teknik yang digunakan untuk menganalisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran atau rekomendasi yang diberikan penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan serta kelengkapan akhir yang terdiri dari daftar pustaka sumber referensi penelitian dan lampiran.