• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V 5. KONSEP PENDEKATAN PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V 5. KONSEP PENDEKATAN PERANCANGAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

108

BAB V

5.

KONSEP PENDEKATAN PERANCANGAN

5.1. Konsep Perancangan

Gambar 5.1 Konsep Ide Perancangan (Analisis, 2015)

Berangkat dari permasalahan utama Pasar Ikan Muara Angke yaitu penumpukan limbah sampah dan tuntutan harga sewa yang terjangkau, maka tujuan dari perancangan pasar ikan adalah menciptakan pasar ikan yang higienis dan efisien. Tujuan tersebut dijabarkan dalam beberapa poin, yaitu: bersih, sehat, aman, waktu, transportasi, dan perawatan. Kemudian diterapkan dalam tiga unsur penyelesaian arsitektur yaitu ruang transaksi, proses transaksi, material dan sistem ruang.

5.1.1. Ruang Transaksi Poin yang terkait : bersih, sehat, aman.

Open Layout Los

Implementasi pada ruang: transparan, serta mewadahi visual yang baik bagi pengunjung.

(2)

109 Gambar 5.2 Open Layout pada pasar induk Garak di Korea

(sumber: http://www.e-architect.co.uk/images/jpgs/korea/

garak_market_seoul_s120310_6.jpg)

Gambar 5.3 Open Layout pada pasar Covington di Amerika

(Sumber: http://cdn2.world-architects.com/files/projects/32252/images/

CovingtonFarmersMarket1.jpg)

Convertible Building Envelope

Implementasi pada ruang: meminimalisir ruang mati, tidak lembab, pencahayaan baik.

(3)

110 Gambar 5.4 Convertible Building Envelope pada bangunan rumah tinggal

(sumber: http://static.stayz.com.au/property/image/15/34/49

/img_153449_0de07679e619ca83143e56c4df4c696d_max800x600.jpg) 5.1.2. Proses Transaksi

Poin yang terkait: bersih, aman, waktu.

Klusterisasi

Implementasi pada ruang: mudah dicapai, efektif, mengurangi resiko kerusakan produk, minim limbah, penataan ruang penyimpanan vertikal.

Gambar 5.5 Denah Sistem Cluster

(4)

111 Gambar 5.6 Denah Sistem Cluster pada retail fashion

(sumber: http://retailanalysis.igd.com/Images/Carrefour/carrefour3.jpg) 5.1.3. Sistem Ruang

Poin yang terkait: waktu, transportasi, low-maintenance

Zone Parking berdasarkan cluster produk

Implementasi pada ruang: sirkulasi vertikal dan diagonal, akses langsung pada ruang dengan risiko limbah tinggi.

Zonasi Parkir bertujuan untuk mempercepat proses pengangkutan dari dan menuju ruang pasar. Dengan begitu risiko rusak produk atau limbah cair yang tumpah dapat diminimalisir. Zonasi parkir diletakkan pada tiap kluster produk. Setiap zona diberi informasi kluster produk sehingga pengunjung dapat mencapai sesuai apa yang dibutuhkan.

Gambar 5.7 Signage Parkir pada IKEA

(sumber: http://www.data-display.com/file/images/installations/ikea-zone-specific-parking-guidance.jpg)

(5)

112 Gambar 5.8 Signage parkir pada IKEA

(sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/

a/a8/IKEA_Kobe_in_Japan.JPG)

Waste Station

Implementasi pada ruang: sirkulasi vertikal dan diagonal, akses langsung pada ruang dengan risiko limbah tinggi.

Waste Station memperlambat resiko pencemaran limbah, karena waste station ditempatkan pada jenis kluster produk yang serupa.

Gambar 5.9 Zone Parking dan Waste Station

(sumber: Analisis, 2015)

Peletakan Zone Parking dan Waste Station berdekatan pada kluster produk yang serupa, hal ini bertujuan untuk:

- Mempercepat proses pengangkutan - Memudahkan pemilahan limbah sampah

- Memudahkan pengawasan keamanan dan kebersihan - Efisiensi dalam ruang, biaya, dan waktu

(6)

113 5.1.4. Material

Poin yang terkait: bersih, aman, low-maintenance

Implementasi pada ruang: teduh, sejuk, mengurangi bau limbah, tahan air Ide konsep: Dinding dan penutup atap berpori, tidak terbuat dari kayu.

Gambar 5.10 Penutup Atap

(sumber: http://images.adsttc.com/media/images/546a/702f/e58e/ce7d/

(7)

114 5.2. Konsep Small-scale Wastewater Treatment System pada

Pasar Ikan Muara Angke

Gambar 5.11 Penerapan SWTS terhadap sistem utilitas dan laut (sumber: Analisis, 2015)

Konsep perancangan Pelabuhan Perikanan Muara Angke dengan metode

Small-scale Wastewater Treatment System (SWTS). Sistem ini mengarahkan semua limbah dari kawasan pada satu titik terpusat. Limbah ini kemudian dapat diolah sehingga mencapai standar kualitas air yang layak dibuang ke laut.

Air hasil SWTS ini bisa menjadi alternatif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan yang tidak bersentuhan langsung dengan ikan dan tubuh manusia, misalnya membersihkan saluran pembuangan atau untuk keperluan siram toilet. Penerapan Small-scale wastewater treatment system bukan sebagai penyedia sumber air bersih secara langsung. Tetapi lebih sebagai teknologi pemurnian limbah cair agar aman dibuang kembali ke laut. Penerapan sistem ini dalam utilitas bangunan pasar ikan dapat membantu meningkatkan efisiensi bangunan pasar ikan.

(8)

115 5.2.1. Orientasi Ruang

Linier Memusat

Proses SWTS memiliki proses linier yang memusat pada satu titik kumpul sebelum dibuang ke laut. Dalam perancangan pasar ikan, SWTS menjadi titik kumpul dari seluruh limbah. SWTS dapat menjadi bagian dari pasar ikan. Sehingga pasar ikan menjadi titik pusat dari orientasi massa bangunan yang linier.Elemen utama bangunan akan dihadapkan pada area SWTS yang memiliki akses langsung ke laut.

5.2.2. Bentukan Massa

Dinamis

Pergerakan limbah cair dalam SWTS. Bukan hanya bergerak horizontal tetapi juga perpindahan vertikal dan menyebar ke berbagai arah. Pergerakan dinamis ini juga menjadi esensi kegiatan pasar ikan. Pergerakan dinamis ini dimunculkan sebagai kesan terhadap bangunan.

Gambar 5.12 Bentuk Massa Dinamis

(sumber: http://img.interempresas.net/fotos/271003.JPEG)

Hi-tech

SWTS sebagai salah satu terobosan teknologi dalam penanganan limbah cair diterapkan dalam ruang spasial menjadi suatu bangunan dengan kesan Hi-tech.

(9)

116 5.3. Penerapan pada Kawasan Pelabuhan Perikanan

5.3.1. Jalur pengumpulan limbah Kawasan

Gambar 5.13 Jalur pipa pelimbahan kawasan (Sumber: analisis, 2015)

Jalur pipa pelimbahan kawasan terpusat dan dikumpulkan di sistem SWTS. Titik penghasil limbah ikan terbanyak ditempatkan paling dekat dengan SWTS, termasuk Pasar Ikan Muara Angke. Sedangkan titik dengan limbah ikan sedikit, maka ditempatkan di sekitarnya. Sedangkan pipa keluaran SWTS langsung terhubung dengan laut.

Gambar 5.14 Akses yang dilewati pipa pelimbahan (Sumber: analisis, 2015)

(10)

117 Titik Pembuangan Limbah diantaranya:

A. Ruang Uji Mutu TPI

Pada ruang uji mutu di Tempat Pelelangan Ikan, titik pelimbahan terbanyak adalah setelah proses penyortiran mutu. Pada proses kegiatan ini, limbah terbanyak adalah ikan dengan kualitas buruk, serta plastik bekas balok es yang dimanfaatkan untuk pendinginan. Sehingga masih banyak bentuk padat yang terbuang.

B. Ruang Sortir dan Pengepakan

Titik pelimbahan terbanyak adalah setelah proses sortir. Dimana proses sortir membutuhkan beberapa lubang pembuangan yang terhubung ke bar screen.

C. Bangunan PHPT

Pada bangunan PHPT, limbah sudah berbentuk yang paling cair. Pada bangunan ini tidak memerlukan bar screen karena limbah cair langsung didistribusikan ke tangki pengumpulan.

D. Bangunan Pasar Ikan

Pada bangunan pasar ikan, pengumpulan limbah terjadi setelah proses pembersihan pasar. Limbah disaring pada bar screen yang dapat dibuka pada waktu pembersihan.

(11)

118 5.3.2. Jalur Pengangkutan dari Kawasan menuju Bangunan Pasar Ikan

A. Pola Sirkulasi Kendaraan

Gambar 5.15 Sirkulasi Kendaraan dari kawasan menuju Pasar Ikan (sumber: analisis, 2015)

B. Tata Massa Kawasan

Gambar 5.16 Tata Massa Bangunan (analisis, 2015)

C. Pola Peletakan Small-scale Wastewater Treatment System

Plant

Peletakan SWTS Plant berada di antara bangunan pasar ikan dengan bangunan pusat jajan ikan. SWTS terdiri dari komponen yang tertutup dan terbuka. Komponen yang tertutup dapat dimasukkan menjadi bagian dari wajah

(12)

119 angunan. Sedangkan komponen yang terbuka dapat menjadi salah satu atraksi visual di ruang antara pasar ikan dengan pusat jajan ikan.

Gambar 5.17 Peletakan SWTS Plant (sumber: Analisis, 2015) 5.4. Penerapan pada Site

A. Tata Massa Bangunan

Gambar 5.18 Tata Massa Bangunan dalam site (Sumber: Analisis, 2015)

B. Pola Pencapaian Bangunan

Pola pencapaian bangunan yang sesuai dengan Pasar Ikan Muara Angke terbagi menjadi dua, yaitu:

(13)

120 Gambar 5.19 Pola pencapaian langsung

(Sumber: Analisis, 2015)

Pencapaian ini berlaku untuk pengunjung. Sasaran pencapaian ini adalah konsumen pusat jajan ikan, konsumen dengan kendaraan pribadi, dan pegawai kantor UPT Muara Angke sebagai pengawas.

b. Pencapaian Memutar

Gambar 5.20 pencapaian memutar (Sumber: Analisis, 2015)

Pencapaian ini berlaku untuk semua kegiatan loading, maintenance dan kebersihan. Dengan begitu area pengunjung tidak terganggu.

(14)

121

C. Pola Area Parkir

Gambar 5.21 Pola Area Parkir (Sumber: analisis, 2015) 5.2.3. Penerapan pada Bangunan

A. Struktur Ruang Bangunan

Kebutuhan ruang pasar ikan sebesar 7865 m2. Sedangkan KDB pada i.4 adalah 3.069 m2. Maka KLB yang diperlukan adalah 2,5. Perencanaan konsep kluster membagi bangunan ke dalam 3 kluster sesuai karakteristik produk. Dengan konsep open layout, ruang-ruang pasar dibiarkan tanpa sekat permanen, kecuali pada ruang yang benar-benar privat seperti kamar mandi.

(15)

122 Gambar 5.22 Pembagian struktur ruang bangunan

(sumber: Analisis, 2015)

B. Sirkulasi Bangunan dan Zonasi

Berdasarkan metode SWTS, maka sirkulasi vertikal maupun horizontal dipengaruhi oleh jalur pemipaan limbah ikan. Jalur yang dipilih merupakan jalur yang minim dilewati oleh beban berat. Sehingga penempatan lubang sampah tidak menghalangi sirkulasi cepat. Sirkulasi cepat dengan beban yang tinggi diarahkan untuk bertemu dengan lift barang (sirkulasi vertikal). Sehingga peletakan lift sejajar dengan katup Bar Screen yang menjadi akhir sirkulasi limbah.

a. Zonasi

Gambar 5.23 Zonasi Bangunan per kluster (Sumber: analisis, 2015)

(16)

123 b. Sirkulasi Horizontal

Gambar 5.24 Sirkulasi dalam pasar ikan (Sumber: Analisis, 2015)

Sirkulasi Horizontal dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Sirkulasi primer

Sirkulasi yang dapat menampung dua lajur forklift. Mewadahi forklift untuk berputar atau melintang. Sirkulasi ini memiliki lebar 3 meter.

2. Sirkulasi Sekunder

Sirkulasi yang dapat menampung 1 lajur forklift dan 1 manusia. Jika forklift tidak sedang digunakan, dapat menampung 4 orang manusia, atau 1 gerobak tangan dan 2 manusia.

3. Sirkulasi Limbah

Sirkulasi yang khusus dilalui truk pengangkut limbah padat dan cair. Jalur sirkulasi ini melewati titik-titik pengumpulan limbah dan berpusat di stasiun limbah.

(17)

124 Gambar 5.25 Potongan skema sirkulasi primer

(sumber: analisis, 2015)

Gambar 5.26 Potongan skema sirkulasi sekunder (sumber: analisis, 2015)

c. Sirkulasi Vertikal

Gambar 5.27 Sirkulasi vertikal dan pelimbahan (sumber: analisis, 2015)

(18)

125

C. Penataan Ruang Pasar

a. Ruang dagang

Gambar 5.28 Penataan Ruang Dagang (Sumber: analisis, 2015) Keterangan gambar:

- Biru : Lapak Ikan Laut - Ungu : Lapak ikan budidaya - Hijau tua : Lapak ikan bertentakel - Hijau muda : Lapak udang

- Kuning : Lapak kerang dan kepiting

b. Kantor

Mewadahi 4 program ruang yaitu: - Penerimaan

- Administrasi - CCTV - Maintenance

(19)

126 c. Ruang Pendukung - MCK, wastafel - Loading Quay - Gudang - Parkir forklift

D. Penataan Ruang dan Barang Dagangan

Penataan los pasar didasarkan pada sistem kluster dimana ruang los ditata sesuai jenis ikan yang dijual. Produk dengan karakteristik yang mirip dikelompokkan menjadi satu kluster.

a. Lapak Ikan Laut Besar

Tipe ikan besar menggunakan lapak dengan display berupa lantai yang ditinggikan 10 cm. Dengan penyimpanan berupa cold chain yang ditumpuk. Los ikan laut besar sebagai produk unggulan PIMA diletakkan di bagian tengah menghadap ke sirkulasi primer. Selain mempercepat pengangkutan, hal ini menambah daya tarik pengunjung.

b. Lapak Ikan Sedang dan Kecil

Tipe ikan sedang dan kecil menggunakan lapak dengan display berupa meja setinggi 80 cm. Di atas meja tersebut dapat diletakkan nampan atau bejana yang diisi es.

c. Tipe ikan bertentakel

Gambar 5.29 Ruang lapak los cumi, gurita, ubur-ubur (sumber: analisis, 2015)

Cumi, Gurita dan Ubur-ubur menggunakan lapak dengan display dengan baskom atau bejana berisi air setinggi badan hewan.

(20)

127 d. Tipe Hewan Bercangkang Keras

Tipe ini sejenis kerang dan kepiting menggunakan lapak dengan ukuran meja 60 cm. Ditambah dengan keranjang atau bejana kering.

E. Tekstur dan Material Bangunan

a. Lantai

Material lantai harus memenuhi syarat kedap air, kemiringan maksimum 3%, tidak licin dan mudah dibersihkan. Bisa menggunakan lapisan keramik dengan tekstur yang mengarah kepada lubang pembuangan limbah.

b. Dinding

Dinding hanya terdapat pada ruang di luar area los. Dinding harus memiliki ketahanan terhadap cipratan darah dan air laut. Untuk rangka kolom baja dilapisi dengan aluminum atau stainless steel, atau ditutup dengan beton berkeramik setinggi 1 meter.

c. Atap dan Penutup Atap

Material atap sebaiknya ringan dan memiliki permukaan yang berpori atau berlubang. Sebab bangunan berlokasi di daerah pantai dengan angin yang cukup kencang.

F. Fasad Bangunan

Fasad bangunan menguatkan sistem bangunan sebagai mesin, sehingga digunakan fasad yang mengarah kepada arsitektur Hi-tech atau strukturalism. Kejujuran material menjadi hal yang ditonjolkan dari arsitektur Hi-tech/Strukturalisme.

(21)

128

Gambar 5.30 Alternatif konsep fasad

(Sumber: http://www.architravel.com/architravel_wp/wp-content/uploads/ 2013/01/Centre-George-Pompidou_1.jpg)

G. Pola Interaksi Bangunan Pasar Ikan dengan Pujaseri

Keterkaitan Pujaseri dengan Pasar ikan yang kuat diwadahi dengan pintu utara yang bersambung dengan Pujaseri. Sambungan antar kedua tempat dihubungkan dengan jembatan yang berada di atas instalasi Small-scale Wastewater Treatment System. Instalasi yang dipasang akan dirancang agar dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan, semisal diberi tipografi “Muara Angke”.

5.5. Konsep Sistem Bangunan 5.3.3. Sistem Pelimbahan

a. Limbah ikan padat

Menggunakan sistem SWTS yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada tahap awal Small-scale Wastewater Treatment System diperlukan adanya

(22)

129 ukuran besar ke dalam sistem SWTS. Pada pasar ikan ini, bar screen dimodifikasi dan ditaruh pada jalur sirkulasi limbah

Gambar 5.31. Modifikasi Bar Screen tertutup (Sumber: analisis, 2015)

b. Limbah domestik

Menggunakan sistem limbah biasa. Pipa limbah domestik dibedakan dengan pipa limbah ikan. Pada limbah domestik, limbah langsung masuk ke septic tank yang berbeda dengan bak kontrol lemak untuk limbah ikan.

5.3.4. Sistem Pencahayaan

A. Cahaya Alami

Pada siang hari, sinar matahari paling banyak berada pada sisi utara.

B. Cahaya Buatan

Pada malam hari menggunakan cahaya lampu berukuran 100 lux dengan energi listrik dari uap limbah. Dengan tinggi pemasangan lampu 4 meter di atas

(23)

130 permukaan lantai. Hal ini untuk mencegah penggantian lampu ilegal yang sering ditemukan di pasar ikan.

5.3.5. Sistem Penghawaan a. Penghawaan Alami

Dikarenakan iklim site berada pada daerah pantai yang terdapat banyak angin, maka sistem penghawaan alami. Pada siang hari angin bertiup dari arah laut. Sedangka pada malam hari bertiup dari arah darat. Penanganan sistem penghawaan dapat menggunakan bentuk massa bangunan (building envelope)serta diperlukan penutup atap yang berpori.

b. Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan diutamakan pada area kantor dan ruang mesin. Penggunaan penghawaan buatan dapat digabung dengan penghawaan alami.

Gambar

Gambar 5.1 Konsep Ide Perancangan   (Analisis, 2015)
Gambar 5.3 Open Layout pada pasar Covington di Amerika
Gambar 5.5 Denah Sistem Cluster
Gambar 5.7 Signage Parkir pada IKEA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem( pengelolaan( limbah( yang( akan( diterapkan( pada( daerah( yang( padat( penduduknya( adalah( dengan( sistem( komunal.( Setiap( rumah( cukup( menyediakan( jamban/WC(

Bahan baku yang digunakan pada industri metil metakrilat masih sangat terbatas di Indonesia sehingga pasokan kebutuhan bahan baku masih kurang memadai,

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan

Hubungan yang paling kuat antara aspek topografi terhadap curah hujan adalah beda tinggi terhadap curah hujan (R = 0,918), dimana semakin tinggi elevasi stasiun

Hal ini sesuai dengan penelitian Mardiah (2012) yang menyatakan bahwa kejadian phlebitis pada pasien yang dipasang infus sebanyak 61,7% terjadi phlebitis dengan

Dalam buku Alo Liliweri (2011 ; 35) dikatakan bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang sangat esensial bagi individu, relasi kelompok, organisasi dan masyarakat, dia

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Broestein (2014), dalam penelitian ini peneliti ingin lebih jauh mengetahui hubungan self efficacy dengan perilaku penemuan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap salah seorang karyawan yang bersangkutan mengatakan bahwa karyawan bank mandiri memiliki semangat kerja yang kurang di