• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian I Laporan Keuangan Pokok (Versi SAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bagian I Laporan Keuangan Pokok (Versi SAP)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Bagian I Laporan Keuangan Pokok (Versi SAP)

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

(2)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

(3)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

2. NERACA

(4)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

(5)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan Laporan keuangan

Laporan keuangan disusun untuk tujuan umum, yaitu memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, operasional keuangan, arus kas BLUD yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan BLUD menyajikan informasi tentang:

(a) aset; (b) kewajiban; (c) ekuitas;

(d) pendapatan dan biaya; dan (e) arus kas.

Pada dasarnya, Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

(6)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

1. Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional

a. LRA menyajikan informasi tentang anggaran dan realisasi anggaran BLUD secara tersanding yang menunjukkan tingkat capaian target-target yang telah disepakati dalam dokumen pelaksanaan anggaran.

b. Laporan operasional menyajikan informasi tentang operasi BLUD mengenai sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh BLUD. Laporan operasional antara lain dapat berupa laporan aktivitas atau laporan surplus defisit. c. Informasi dalam LRA/laporan operasional, digunakan bersama-sama dengan informasi

yang diungkapkan dalam komponen laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk:

1) mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi;

2) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; dan

3) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja BLUD dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran

2. Neraca

a. Tujuan utama neraca adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLUD meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

b. Informasi dalam neraca digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai:

i. kemampuan BLUD dalam memberikan jasa layanan secara berkelanjutan; ii. likuiditas & solvabilitas;

iii. kebutuhan pendanaan eksternal. . 3. Laporan Arus Kas

a. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas dikelompokkan dalam aktivitas

(7)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

b. Informasi dalam laporan arus kas digunakan bersama-sama dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk menilai:

i. kemampuan BLUD dalam menghasilkan kas dan setara kas; ii. sumber dana BLUD;

iii. penggunaan dana BLUD;

iv. prediksi kemampuan BLUD untuk memperoleh sumber dana serta penggunaannya untuk masa yang akan datang.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

a. Tujuan utama Catatan atas Laporan Keuangan adalah memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada di LRA/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan informasi tambahan lainnya sehingga para pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLUDD

b. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan mencakup antara lain: i. Pendahuluan;

ii. Kebijakan akuntansi;

iii. Penjelasan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran/laporan operasional; iv. Penjelasan atas pos-pos neraca;

v. Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas; vi. Kewajiban kontinjensi;

vii.Informasi tambahan dan pengungkapan lainnya.

BLUD menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BLUD merupakan satker kementerian negara/lembaga, oleh karena itu laporan keuangan BLUD dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga. Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika digunakan prinsip-prinsip akuntansi yang sama. BLUD menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan kementerian negara/lembaga menggunakan SAP, karena itu BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

(8)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Laporan keuangan pokok di atas disertai dengan Laporan Kinerja yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang berisikan ringkasan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program yang disusun dalam Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas dan menyajikan informasi antara lain mencakup:

1. nama BLUD atau identitas lain;

2. cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu unit usaha atau beberapa unit usaha;

3. tanggal atau periode pelaporan;

4. mata uang pelaporan dalam Rupiah; dan

5. satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.

Sistem akuntansi BLUD memproses semua pendapatan dan belanja BLUD, baik yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan APBN, dan pendapatan usaha lainnya. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada BLUD.

Transaksi keuangan BLUD yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan APBN, dan pendapatan usaha lainnya wajib dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran kementerian negara/lembaga dan Pemerintah. Oleh karena itu transaksi tersebut harus disahkan oleh KPPN dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan setiap triwulan. Dengan demikian pelaksanaan SAI di BLUD dapat dilakukan secara kumulatif setiap triwulan.

Pos-pos neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas juga dikonsolidasikan ke neraca kementerian negara/lembaga. Untuk tujuan ini perlu dilakukan reklasifikasi pos-pos neraca agar sesuai dengan SAP dengan menggunakan BAS yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Dalam rangka menyiapkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi, sistem akuntansi BLUD juga harus menghasilkan data elektronis (berupa file Buku Besar/Arsip Data Komputer – ADK) yang dapat digabungkan oleh UAPPA-E1/UAPA dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) tingkat Eselon I atau kementerian/lembaga. Dengan demikian laporan keuangan yang dihasilkan pada tingkat Eselon I atau kementerian/lembaga telah mencakup laporan keuangan BLUD.

(9)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Komponen Laporan Keuangan BLUD yang dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan kementerian negara/lembaga meliputi:

(a) Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan Operasional; (b) Neraca;

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLUD belum dapat menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan laporan keuangan kementerian/lembaga, BLUD perlu melakukan konversi laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversinya mencakup pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun neraca dan laporan aktivitas/operasi.

1. Pengertian

Pada umumnya, pengertian akun-akun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu berdasarkan PP No. 24 tahun 2005.

2. Klasifikasi

Klasifikasi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya perlu disesuaikan dengan klasifikasi aset sesuai dengan Bagan Akun Standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan.

a. Mapping klasifikasi pendapatan dan belanja ke dalam perkiraan pendapatan dan belanja berbasis SAI berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Bagan Akun Standar.

b. Mapping klasifikasi neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas BLUD menjadi aset, kewajiban, dan ekuitas dana sesuai dengan Bagan Akun Standar. Akun penyisihan piutang tak tertagih, akumulasi penyusutan dan akumulasi amortisasi tidak perlu disajikan di neraca berdasarkan SAP, sepanjang aplikasi SAI belum menerapkan penyisihan piutang tak tertagih, penyusutan dan amortisasi.

3. Pengakuan dan pengukuran

SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. Pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih timbul

(10)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

diakui jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap.

SAP menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas serta basis kas dalam pengakuan pendapatan dan belanja. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Negara.

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara dan dipertanggungjawabkan.

Pendapatan (tidak termasuk pendapatan yang ditransfer dari APBN) dan belanja BLUD diakui jika pendapatan dan belanja tersebut dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan atas pendapatan dan belanja tersebut. Belanja yang didanai dari pendapatan BLUD diakui sebagai belanja oleh Bendahara Umum Negara jika belanja tersebut telah dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan.

Untuk kepentingan konsolidasi dengan laporan keuangan kementerian /lembaga, perlu dilakukan penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi akun pendapatan dan belanja berbasis kas.

Formula penyesuaian pendapatan dan belanja berbasis akrual menjadi berbasis kas adalah sebagai berikut:

• Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLUD + pendapatan diterima di muka – pendapatan yang masih harus diterima

• Belanja Berbasis Kas = Biaya BLUD – Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk Penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka

4. Pengungkapan

Pengungkapan laporan keuangan sesuai dengan SAP harus mengikuti persyaratan sesuai dengan PP No. 24 tahun 2005.

(11)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

laporan realisasi anggaranPimpinan BLUD bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLUD yang disertai dengan surat pernyataan tanggung jawab yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan tanggung jawab pimpinan BLUD.

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan negara;

b. Undang-Undang di bidang keuangan negara;

c. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah;

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah;

f. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; dan

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah. Yang antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1921);

2) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan Kepada Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI tahun 1987 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) ;

(12)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara RI tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389) ;

4) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara R.I Nomor 4431) ;

5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4436) ;

6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063) ;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

9) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737) ;

10) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 11) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

12) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

13) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum

(13)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

14) Peraturan Daerah Kota palembang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Kota Palembang (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun 2008 Nomor 6).

15) Peraturan Daerah Kota palembang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja dinas Daerah Kota Palembang (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun 2008 Nomor 9).

16) Peraturan Daerah Kota palembang Nomor 82 Tahun 2011 tentang Biaya Jasa Pelayanan Kesehatan pada Pusat Kesehatan Masyarakat,

17) Keputusan Walikota Palembang Nomor 443 Tahun 2011 Tentang Penetapan Puskesmas Se-Kota Palembang Sebagai Unit Kerja yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).

18) Peraturan Walikota Palembang Nomor 86.b Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Puskesmas Dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Dinas Kesehatan Palembang.

1.3. Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan Bagian I Laporan Keuangan Pokok (Versi SAP)

1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Neraca

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

BAB I. Pendahuluan

1.1. Maksud dan Tujuan penyusunan Laporan keuangan 1.2. Landasan Hukum penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Bab II. Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja BLUD Puskesmas Basuki Rahmat

(14)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

2.3. Gambaran Umum BLUD Puskesmas Basuki Rahmat 2.4. Kebijakan Keuangan BLUD Puskesmas Basuki Rahmat 2.5. Indikator pencapaian Target Kinerja BLUD

BAB III. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan

3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

BAB IV. Kebijakan Akuntansi

4.1. Entitas Pelaporan

4.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.3. Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan keuangan

BAB V. Penjelasan Pos Pos Laporan Keuangan

5.1. Rincian dan penjelasan masing masing Laporan Realisasi Anggaran 5.1.1. Pendapatan

5.1.2. Belanja

5.2. Rincian dan penjelasan masing masing pos neraca 5.2.1. Aset

5.2.2. Kewajiban 5.2.3. Ekuitas Dana

BAB VI. Penutup

Bagian II Laporan Keuangan Versi Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

1. Neraca Keuangan (SAK) Laporan Operasional 2. Laporan Arus Kas

3. Catatan Atas Laporan Keuangan (SAK)

Bagian III Kertas Kerja

1. Kka Tahun 2014

2. Laporan Pendapatan Triwulan I s/d IV tahun 2014 3. Laporan Pengeluaran I s/d IV tahun 2014

(15)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

5. BKU Bendahara Pengeluaran

6. Surat Penyataan Pertanggungjawaban (SPTJB) 7. Fotokopi Rekening Koran

8. Daftar Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap pertahun 9. Mutasi Penambahan Daftar Aktiva Tetap Tahun 2014

(16)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

BAB II

KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET

KINERJA BLUD PUSKESMAS BASUKI RAHMAT

2.1. Sejarah terbentuknya BLUD

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan pada :

1. Bab VII Pelaksanaan APBD Bagian Pertama Azas Umum Pelaksanaan APBD ayat (3) tentang penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

2. Bab XV Pengelolaan Keuangan Daerah Badan Layanan Umum Daerah, salah satunya pada pasal 328 tentang seluruh Pendapatan BLUD dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLUD yang bersangkutan.

Selama ini pendapatan retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Palembang, baik dari Program Jamsoskes, Jamkesmas, Askes dan pelayanan kesehatan pemeriksaan Calon Jemaah Haji dikelola langsung oleh Puskesmas masih menggunakan Peraturan Walikota Nomor 22 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Keuangan Puskesmas Sebagai Unit Swakelola dan sehubungan dengan hasil temuan tahun 2009 serta konsultasi secara lisan dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Propinsi Sumatera Selatan supaya Puskesmas dapat menggunakan dana retribusi secara langsung untuk operasional, maka disarankan agar Puskesmas dijadikan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pada tanggal 12 Juli 2010 Dinas Kesehatan Kota Palembang mengajukan permohonan kepada Bapak Walikota Palembang

(17)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Persiapan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang dengan tetap memperhatikan peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Uji coba Puskesmas Swakelola 5 Puskesmas : Plaju, Pembina, Merdeka, Dempo, Sekip Keputusan Walikota Palembang Nomor : 599 Tahun 2003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Penetapan Uji coba Puskesmas Swakelola.

2. Keputusan Walikota Palembang Nomor : 22 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Keuanngan Puskesmas sebagai unit Swakelola. 3. Keputusan Walikota Palembang Nomor : 21 Tahun 2004 tanggal 10 Agustus 2004

tentang Pelaksanaan Perda Kota Palembang Nomor : 06 Tahun 2004 tentang Retribusi pelayanan kesehatan pada Puskesmas dan pelayanan laboratorium kesehatan lingkungan tanggal 27 Juli 2004.

4. Peraturan Walikota Palembang Nomor : 42 Tahun 2005 tanggal 17 Oktober 2005 tentang penetapan uji coba puskesmas swakelola Ariodillah, Sei Selincah, Kenten, 4 Ulu, 7 Ulu.

5. Surat Walikota Palembang Nomor : 400/000.616/Dinkes tanggal 21 Maret 2007 Perihal Biaya Operasional PKM, dinyatakan bahwa hasil stressing BPK RI kepada Pemkot Palembang yang berkaitan dengan penerimaan daerah terlebih dahulu harus disetor ke kas daerah dan tidak dipotong langsung untuk pembiayaan kegiatan operasional SKPD. Tahun 2007 semua pendapatan PKM non swakelola harus disetor, sehingga semua puskesmas non swakelola harus disetor, sehingga semua puskesmas non swakelola pada saat itu kesulitan untuk menjalankan operasional kegiatannya karena semua pendapatan retribusi puskesmas harus disetor ke kas daerah.

6. SK Kadinkes Kota Palembang Nomor : 800/232/Kes/I/2008 tentang pembentukan tim penyusunan pola tarif Dinkes Kota Palembangtahun 2008 tanggal 21 Januari 2008. 7. Keputusan bersama MenKes RI dan Mendagri RI Nomor 93.A/Menkes/1996 Nomor 17

tahun 1996 tentang pedoman pelaksanaan pungutan retribusi pelayanan kesehatan pada puskesmas pada pasal 6 ayat 1. Hasil retribusi pelayanan kesehatan dari puskesmas 50% dapat disetor ke kas daerah dan 50% dapat digunakan langsung oleh

(18)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

puskesmas. Dengan adanya peraturan tersebut, maka Dinas Kesehatan Kota Palembang mengajukan surat secara tertulis ke BPK perwakilan Propinsil Sum Sel tanggal 19 Februari 2008 agar puskesmas non swakelola dapat menggunakan 50% pendapatan retribusinya secara langsung.

8. Tanggal 08 Februari 2008 usulan ke Walikota Palembang tentang revisi Perda Nomor 06 tahun 2004 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada puskesmas dan pelayanan laboratorium kesehatan lingkungan.

9. Peraturan Walikota Palembang Nomor 411 tahun 2008 tanggal 7 April 2008 tentang peningkatan Pustu menjadi Puskesmas biasa, puskesmas biasa menjadi puskesmas swakelola dan puskesmas menjadi rawat inap. 18 puskesmas : Plaju, Pembina, Merdeka, Dempo, Sekip, Ariodillah, Sei Selincah, Kenten, 4 Ulu, 7 Ulu, Talang Ratu, Sako, 11 Ilir, Boom Baru, Pakjo, Makrayu, Sukarami, Gandus.

10. Perwali Nomor 03 tahun 2009 tentang pembentukan UPTD puskesmas sebanyak 38 Puskesmas tanggal 15 Januari 2009, dikarenakan adanya program jamsoskes semesta sejak Januari 2009 dan Peraturan Gubernur Sum Sel nomor 251 tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jamsoskes Sumsel Semesta Bab VIII pasal 40 bahwa dana Jamsoskes bukan merupakan PAD Kabupaten/Kota, sehingga semua Puskesmas tidak lagi menyetor ke Kas Daerah tetapi hanya merupakan pelaporan keuangan. Semua pendapatan puskesmas sebagian besar berupa klaim jamsoskes dan jamkesmas. Hanya sebagian kecil yang membayar langsung yaitu untuk pengunjung yang tidak mempunyai tanda pengenal berupa KTP atau KK atau Kartu Jamkesmas.

11. Keputusan Kadinkes Kota Palembang nomor 1054A tahun 2010 tentang pembentukan panitia BLUD dan perubahan Pola Tarif retribusi pelayanan kesehatan pada puskesmas serta pelayanan laboratorium kesehatan lingkungan tanggal 15 Maret 2010.

12. Permohonan persetujuan UPTD puskesmas sebagai BLUDD kepada Walikota Palembang tanggal 12 Juli 2010 atas saran BPK RI agar Puskesmas dijadikan sebagai PPK-BLUD sesuai dengan peraturan Pemerintah RI nomor 23 tahun 2005 tentang

(19)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan BLUD.

13. Surat dari Walikota Palembang tentang penyampaian perubahan / revisi Perda Kota Palembang tanggal 23 Agustus 2010. Merupakan peluang Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk merevisi Perda nomor 06 tahun 2004 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada puskesmas dan pelayanan laboratorium pelayanan kesehatan lingkungan.

14. Rapat pembahasan tindak lanjut untuk menetapkan PKM menjadi BLUDD, surat undangan Sekda Kota Palembang tanggal 05 September 2010 untuk rapat tanggal 07 Oktober 2010 di ruang kerja Asisten Pemerintahan.

15. Studi banding ke Suku Dinkes DKI Jakarta, Puskesmas Tebet, Puskesmas Jagakarsa tentang PPK-BLUD tanggal 26 Oktober 2010 di DKI Jakarta, semua Puskesmas sudah menjadi PPK-BLUD sejak tahun 2007 sesuai dengan Permendagri nomor 61 tahun 2007.

16. Studi banding ke Dinkes Kota Bandung tanggal 8 Desember s/d 10 Desember 2010 bersama 11 orang anggota komisi IV DPRD Kota Palembang dan studi banding ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya tanggal 13 Desember 2010 tentang pola tarif pelayanan kesehatan dalam rangka persiapan PPK-BLUDD puskesmas.

17. Sosialisasi dengan seluruh pimpinan puskesmas tentang PPK-BLUD dengan nara sumber dari Dinas Kesehatan, Bagian Hukum dan Bagian Keuangan Pemkot Kota Palembang tanggal 18 Januari 2011. Sebelumnya sudah dilakukan konsultasi secara lisan ke BPKP perwakilan Sumsel bahwa pembentukan PPK-BLUD untuk Puskesmas adalah kewenangan Walikota Palembang. BPKP perwakilan Sumsel hanya memberikan dukungan berupa asistensi pada seluruh puskesmas.

18. Keputusan Walikota Palembang nomor 252a tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Persiapan Penetapan PKM sekota Palembang menjadi BLUDD tanggal 09 Maret 2011. 19. Keputusan Walikota Palembang nomor 256 tahun 2011 tentang Pembentukan Tim

(20)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

20. Rapat pembahasan hasil tim penilai PKM menjadi BLUDD tanggal 12 April 2011 di ruang kerja Sekda Kota Palembang.

21. Keputusan Walikota Palembang Nomor 443 tahun 2011 tentang penetapan PKM sekota Palembang sebagai unit kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK-BLUDD) secara bertahap tanggal 3 Mei 2011. Sebanyak 39 Puskesmas yaitu : 1. Puskesmas Rawat Inap Pembina

2. Puskesmas Rawat Inap Sei Selincah 3. Puskesmas Rawat Inap Gandus 4. Puskesmas Sabokiking 5. Puskesmas Plaju 6. Puskesmas Merdeka 7. Puskesmas Dempo 8. Puskesmas Sekip 9. Puskesmas Ariodillah 10. Puskesmas Kenten 11. Puskesmas 4 Ulu 12. Puskesmas 7 Ulu 13. Puskesmas Talang Ratu 14. Puskesmas Sako

15. Puskesmas 11 Ilir 16. Puskesmas Boom Baru 17. Puskesmas Pakjo 18. Puskesmas Makrayu 19. Puskesmas Sukrami 20. Puskesmas Bukit Sangkal 21. Puskesmas Multiwahana 22. Puskesmas Basuki Rahmad 23. Puskesmas Sosial

24. Puskesmas Punti Kayu 25. Puskesmas Talang Betutu

(21)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 27. Puskesmas Nagaswidak 28. Puskesmas Kampus 29. Puskesmas Kertapati 30. Puskesmas Keramasan 31. Puskesmas Sei Baung 32. Puskesmas Kalidoni

33. Puskesmas Alang-alang lebar 34. Puskesmas Padang Selasa 35. Puskesmas OPI

36. Puskesmas 1 Ulu

37. Puskesmas Taman Bacaan 38. Puskesmas 5 Ilir

39. Puskesmas Karya Jaya

22. Keputusan Kadinkes nomor 153a tahun 2011 tentang Tim Pengelola PKM sekota Palembang sebagai unit kerja yang menerapkan PPK-BLUD tahun anggaran 2011 tanggal 4 Mei 2011.

23. Peresmian puskesmas sekota Palembang sebagai PPK-BLUD oleh Walikota Palembang tanggal 20 Mei 2011 di puskesmas Karya Jaya Palembang.

24. Penyampaian surat nomor 800/1820.A/kes/2011 tanggal 23 mei 2011 perihal Penetapan Puskesmas sebagai PPK-BLUDD ke ketua Komisi IV DPRD Kota Palembang, 25. Surat usulan rancangan peraturan Walikota Palembang tentang Biaya jasa Pelayanan

Kesehatan pada Puskesmas ke Walikota Palembang tanggal 9 September 2011

26. Perwali Nomor 82 tahun 2011 tentang biaya Jasa Pelayanan Kesehatan pada puskesmas tanggal 03 Oktober 2011.

27. Usulan pencabutan Perda nomor 6 tahun 2004 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada puskesmas dan pelayanan laboratorium kesehatan lingkungan ke walikota Palembang tanggal 01 November 2011.

(22)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

28. Penyampaian surat Nomor 800/5147.A/Kes/2011 tanggal 03 November 2011 perihal tentang Penetapan Jasa Layanan Puskesmas ke Ketua Komisi IV DPRD Kota Palembang.

29. Bimtek tentang PPK-BLUDD dengan seluruh pimpinan puskesmas dan bendahara puskesmas dengan nara sumber dari BPKP Provinsi Sumsel tanggal 7 Desember 2011 s/d tanggal 08 Desember 2011 di Dinkes Kota Palembang.

2.3. Gambaran Umum BLUD Puskesmas Basuki Rahmat

Puskesmas Basuki Rahmat berdiri pada tahun 1980 dan secara resmi difungsikan pada bulan Februari 1981. Pada awalnya wilayah kerjanya terdiri dari kelurahan Ario Kemuning dan kelurahan D2 yang terdiri dari kelurahan Sekip Bendung, Sekip Ujung, Pipareja dan Talang Aman, kemudian mengalami pemekaran dan pembagian wilayah kerja dengan puskesmas lainnya, dimana wilayah D2 yang pada awalnya masuk wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmat terbagi dengan Puskesmas Sekip. Pada tahun 1990 wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmat adalah kelurahan Ario Kemuning, Pipareja dan Talang Aman. Puskesmas Basuki Rahmat sendiri membawahi 2 Pustu yaitu Pustu Talang meranjat dan Pustu Talang Kerikil dan terdapat 3 buat poskeskel yaitu poskeskel Talang Aman, Poskeskel Pipa Reja dan Poskeskel Ario Kemuning.

Puskesmas Basuki Rahmat terletak diwilayah kerja Kecamatan Kemuning Kota Palembang, tepatnya diwilayah Kelurahan Talang Aman. Terletak kurang strategis karena tidak dilalui oleh angkutan umum menjadi tantangan tersendiri untuk Puskesmas Basuki Rahmat. Puskesmas sendiri terletak diwilayah pemukiman penduduk, untuk mencapai puskesmas pasien dapat menggunakan kendaraan roda 2 atau kendaraan roda 4 pribadi.

Karena Puskesmas Basuki Rahmat tidak terletak diwilayah yang strategis perlu usaha keras dari pihak puskesmas untuk merangkul kunjungan pasien. Puskesmas ini juga tidak berdekatan dengan pusat keramaian seperti pasar sehingga membuat kunjungan pasien tidak begitu ramai, karena biasanya pasien lebih menyukai pelayanan kesehatan yang dekat dengan pusat keramaian dan ada jalur angkutan umumnya.

(23)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 Alamat:

1) Puskesmas Basuki Rahmat : Jln. Sersan Sani no. 1305 Kel. Talang Aman Kec. Kemuning Palembang. Telp. 0711-814470 email: pkm_basukirahmat@yahoo.com

2) Pustu Talang Kerikil 3) Pustu Talang Meranjat 4) Poskeskel Pipa Reja 5) Poskeskel Talang Aman 6) Poskeskel Ario Kemuning

Dalam kegiatannya untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, puskesmas melalui 6 pro Program Puskesmas Basuki Rahmat merupakan pelaksanaan dari fungsi puskesmas dengan dua kelompok program yaitu:

1. Program Dasar (Pokok)

Program dasar puskesmas dibuat berdasarkan urutan prioritas pemecahan masalah kesehatan masyarakat setempat dan berdasarkan kebutuhan kesehatan sebagian besar masyarakat, serta mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan internasional dan yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas. Meliputi 6 pokok program dasar yaitu:

1. Promosi Kesehatan 2. Kesehatan Lingkungan

3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB 4. Gizi

5. Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

2. Program Pengembangan

Puskesmas mengenal pokok program kegiatan dengan mengadakan beberapa perubahan program dasar, dapat masuk dalam kelompok program pengembangan

(24)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

yang spesifik sesuai dengan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dan sesuai tuntutan masyarakat, dikenal sebagai program inovatif. Program spesifik yang terdapat di Puskesms Basuki Rahmat adalah:

1. TB Paru 2. Geriatri

3. Gerakan Sayang Ibu

2.4. Kebijakan Keuangan BLUD Puskesmas Basuki Rahmat

Berdasarkan PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLUD) pada pasal 25, 26, dan 27 tentang Akuntabilitas, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan BLUD, perlu menetapkan suatu pedoman akuntansi BLUD sebagai pedoman pengembangan standar akuntansi di bidang industri spesifik dan/atau pedoman pengembangan sistem akuntansi Badan Layanan Umum (BLUD).

Laporan Keuangan BLUDD Puskesmas disajikan berdasarkan PMK NO. 76 TAHUN 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Dasar penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan konsep akrual. Mata uang yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang rupiah. Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis.

Pedoman Akuntansi BLUD bertujuan untuk:

a. Menjadi acuan dalam pengembangan standar akuntansi BLUD di bidang industri spesifik, khususnya dalam hal belum terdapat standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLUD.

b. Menjadi acuan dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLUD sesuai dengan jenis industrinya.

Pedoman ini menjelaskan gambaran umum, jenis dan ilustrasi format laporan keuangan, akuntansi pendapatan, akuntansi biaya, akuntansi aset, akuntansi kewajiban, dan akuntansi ekuitas.

(25)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

2.5. Indikator pencapaian Target Kinerja BLUD Puskesmas Basuki Rahmat

Sasaran umum pembangunan kesehatan Kota Palembang sejalan dengan sasaran pembangunan kesehatan nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional / RPJMN (Perpres No.7 Tahun 2005) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Palembang Tahun 2005 – 2025 (Perda Nomor 5 Tahun 2009) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional / RPJMN (Perpres No.7 Tahun 2005) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun 2013 – 2013 (Perda Nomor 6 Tahun 2009).

Dari sasaran yang telah disusun pada rencana strategis, terdapat program program yang telah terbentuk menurut Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang. Adapun terangkum dalam tabel berikut ini.

NO SASARAN STRATEGIS PROGRAM KERJA Inisiatif strategik

I. PERSPEKTIF KEUANGAN

1 Meningkatkan sarana dan prasarana dan kualitas pelayanan kesehatan

Program peningkatan sarana dan prasarana dan kualitas pelayanan puskesmas

Penyusunan Standarisasi Pelayanan Kesehatan Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Pembangunan Puskesmas

Pengadaan saranan dan prasarana Puskesmas Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan Program Obat dan Perbekalan

Kesehatan

Penyediaan Obat dan perbekalan kesehatan 2 Meningkatkan Pelayanan

Kesehatan Khusus

Program kesehatan khusus Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan Revitalisasi Sistem Kesehatan

Peningkatan Kesehatan Masyarakat Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan

Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masyarakat

Terintegrasinya program Kesehatan Gimul dalam PHBS

Pengawasan Obat dan Bahan Kedokteran Gigi Peningkatan Kualitas petugas Laboratorium Puskesmas

Peningkatan Kualitan Petugas UKK Puskesmas Penilaian Ruang ASI Di Tempat Kerja Formal Peningkatan Kualitas Petugas Kesehatan Jiwa

(26)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Peningkatan pelayanan Batra

NO SASARAN STRATEGIS PROGRAM KERJA Inisiatif strategik

II. PERSPEKTIF PELANGGAN

3 Meningkatnya kemitraan lintas sektor dan

pemberdayaan masyarakat

Program Promkes Pembinaan Kelurahan Siaga Jambore Posyandu 4 Meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

Kegiatan Penyuluhan Masyrakat Pola Hidup Sehat Pertemuan Pembinaan Tatanan PHBS

Pembinaan Sekolah Sehat/UKS

NO SASARAN STRATEGIS PROGRAM KERJA Inisiatif strategik

II. PERSPEKTIF PELANGGAN

5 Meningkatnya kualitas lingkungan

Program Kesehatan Lingkungan Pengkajian dan pengembangan lingkungan sehat Penuluhan Menciptakan lingkungan sehat Pengendalian dampak Kesehatan lingkungan Pengembangan Kota Sehat

Pengawasan dan Pengendalain Keamanan dan Kesehatan Makanan Hasil Produksi RT Pengawasan dan Pengendalain Keamanan dan Kesehatan Makanan Restauran

6 Meningkatnya kesehtan ibu dan anak (reproduksi)

Program Kesehatan Ibu dan Anak

Penyuluhan Ibu hamil dari keluarga kurang mampu Perawatan berkala bagi ibu dari keluarga kurang mampu

Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang Mampu

Pendidikan dan Pelatihan Perawat Kesehatan Penyuluhan Kesehatan Anak dan Balita Pelatihan dan pendidikan Perawatan Anak dan Balita

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 7 Meningkatnya status gizi

masyarakat

Program Gizi Program Perbaikan gizi

Penyusunannpeta masyarakat kurang gizi Pemberian tambahan makan dan Vitamin Penanggulangan KEP, GAKY, Kurang Vit A dan kurang zat gizi mikro lain

Pemberdayaan masyrakat untuk pencapaian Keluarga sadar gizi

Penanggulangan gizi lebih 8 Meningkatnya cakupan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Kegiatan Penyemprotan/ fogging Sarang Nyamuk Kegiatan pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah

Pelayanan P2P Penyakit Menular

Pecegahan Penularan Penyakit Endemik/Epidemik Peningkatan surveilence epidemiologi dan Penanggulangan wabah

NO SASARAN STRATEGIS PROGRAM KERJA Inisiatif strategik

IV. PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN

9 Meningkatkan Kualitas pelayanan kantor

Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor Pemeliharaan rutin.berkala kendaraan dinas Program Administrasi

Perkantoran

Penyediaan jasa surat menyurat

(27)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Penyediaan jasa Pemeliharaan dan perizinan Kendaraan dinas/Operasional

Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Penyediaan Jasaa Perbaikan peralatan kerja Penyediaan alat tulis kantor

Penyediaan barang cetakan dan penggandaan Penyediaan komponen instalasi

Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan kantor Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang undangan

Penyediaan makan dan minumam

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

Penyediaan jasa keamana dan ketertiban kantor Program Peningkatan Kapasitas

dan Disiplin Sumber Daya Aparatur

Pendidikan dan Pelatihan Formal Pendidikan dan Pelatihan non formal

Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapanya Pengadaan pakaian KORPRI

Senam kesegaran Jasmani Program Peningkatan Sistem

Pelaporan dan Pencapaian Kinerja Keuangan

Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja BLID

Penyusunan laporan keuangan sementara Penyusunan laporan keuangan akhir tahun

BLUD Puskesmas Basuki Rahmat dalam rangka penyelenggaraan kegiatannya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam bentuk Jamsoskes , Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk BOK dan kerjasama dengan pihak ketiga (BPJS) yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Pengelolaan belanja daerah tersebut . harus dapat mencerminkan upaya-upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu, dalam pengelolaan belanja BLUD yang berorientasi pada peningkatan pelayanan masyarakat tersebut, harus memperhatikan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan kinerja dari masing masing BLUD.

BLUD Puskesmas Basuki Rahmat Tahun Anggaran 2014 memperoleh alokasi anggaran pendapatan sebesar Rp. 920.385.349,00 atau naik sebesar 1061 % jika dibandingkan dengan alokasi anggaran Tahun Anggaran 2013 yaitu sebesar Rp.79.293.734,00. Dan mengalokasikan

anggaran Belanja sebesar Rp. 929.625.315,00. Kenaikan alokasi belanja daerah tersebut disebabkan adanya penambahan alokasi belanja langsung yang cukup signifikan dari dana BPJS.

(28)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Alokasi anggaran belanja daerah sebesar Rp. 929.625.315,00 tersebut dapat dirinci untuk belanja pegawai Rp. 22.224.000,00, belanja barang dan jasa Rp788.161.349,00 dan belanja modal sebesar Rp. 110.000.000,00, Belanja ini dialokasikan untuk membiayai beberapa urusan, program dan kegiatan yang dikelola oleh BLUD Puskesmas Basuki Rahmat dengan mengedepankan prinsip-prinsip tertib, disiplin, efektif,efisien, transparan dan akuntabel baik dari sisi administrasi dan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan pelayanan prima dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai upaya terciptanya tata kepemerintahan yang baik (good governance).

(29)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

BAB III

IKHTISAR PECAPAIAN KINERJA KEUANGAN

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan

Dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance), BLUD Puskesmas Basuki Rahmat Tahun Anggaran 2014 memperoleh alokasi anggaran pendapatan sebesar Rp. 920.385.349,00. Realisasi anggran pendapatan tersebut secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 1.098.500.479,00 atau naik sebesar 16% dan dapat dirinci pada tabel di bawah ini :

NO URAIAN PENERIMAAN Anggaran REALISASI SELISIH %

PENDAPATAN

1 Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan 27.207.876 9.983.000 (17.224.876) -173%

- Retribusi Bayar / Pasien Umum

- Pelayanan HAJI 2 Hibah 3 Pendapatan APBN - BOK 81.000.000 81.000.000 0% - Jamkesmas 6.646.000 6.646.000 100% 4 Pendapatan APBD Operasional : JAMSOSKES 68.817.196 30.486.000 (38.331.196) -126% 5 Pendapatan Usaha Lainnya

-BPJS 741.470.627 967.055.500 225.584.873 23% - JAMSOSTEK

Jasa Lembaga Keuangan 1.889.650 3.329.979 1.440.329 43%

TOTAL 920.385.349 1.098.500.479 178.115.130 16%

Sedangkan berkaitan dengan Belanja Langsung, Puskesmas Basuki Rahmat telah mengalokasikan anggaran belanja sebsesar Rp. 929.625.315,00. Dan Realisasi anggran belanja

(30)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

tersebut adalah sebesar Rp. 1.009.995.985,00 atau naik sebesar 9% dengan rincian sebagai berikut :

URAIAN PENGELUARAN ANGGRAN REALISASI SELISIH %

PENGELUARAN

Biaya Layanan

Biaya Pegawai 59.112.000 71.920.000 12.808.000 22%

Biaya Bahan 6.346.400 29.992.774 23.646.374 373%

Biaya Jasa Layanan 608.257.261 572.787.917 (35.469.344) -6%

Biaya Pemeliharaan 25.214.400 45.192.500 19.978.100 79%

Biaya Daya dan Jasa 20.456.884 49.264.781 28.807.897 141%

Biaya Belanja Barang Modal 110.000.000 110.131.250 131.250 0%

dan Lain-lain 11.900.000 35.913.053 24.013.053 202%

Jumlah Biaya Layanan 841.286.945 915.202.275 73.915.330 9%

Biaya Umum dan Administrasi

Biaya Pegawai 21 6.720.000 26.692.500 19.972.500 297% Biaya Administrasi Perkantoran 22 40.287.000 20.904.320 (19.382.680) -48%

Biaya Pemeliharaan

Biaya Pelatihan/Seminar/Diklat 2.400.000 (2.400.000) -100%

Biaya Promosi

dan Lain-lain (pembinaan) 6.050.120 37.898.670 31.848.550 526% Biaya penyusutan

Jumlah Biaya Umum dan Administrasi 55.457.120 85.495.490 30.038.370 54%

Biaya Lainnya

Biaya Bunga (31

Biaya Administrasi Bank 32 1.920.248 945.829 (974.419) -51%

Setoran Pajak (33) 24.735.436 (24.735.436) -100%

dan Lain-Lain (34+Pustu) 6.225.566 8.352.391 2.126.825 34%

Jumlah Biaya Lainnya 32.881.250 9.298.220 (23.583.030) -72%

Penyetoran Kas Negara

JUMLAH PENGELUARAN 929.625.315 1.009.995.985 80.370.670 9%

3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan antara lain :

 Pelaksanaan kegiatan belum menyesuaikan Time Scedule dan anggaran kas yang telah direncanakan sehingga mengakibatkan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran kas kurang optimal.

(31)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

 Kurang optimalnya koordinasi bagian keuangan dan bagian pemegang program dilingkungan BLUD Puskesmas Basuki Rahmat.

 Masih kurangnya tingkat kecermatan dan ketertiban dalam perencanaan,penganggaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dikelola di lingkungan BLUD Puskesmas Basuki Rahmat.

 Selain itu ada beberapa kegiatan yang dianggarkan setelah perubahan APBD sehingga rentang waktu pelaksanaannya singkat, hal ini menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan.

(32)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1. Entitas Pelaporan

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakanakuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yangdiselenggarakannya. Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a) Pemerintah pusat; b) Pemerintah daerah;

c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan. .

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkanupaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaankegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

(a) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaa kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

(33)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 (b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsiperencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

(c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

(e) Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Entitas pelaporan keuangan daerah mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Sebagai entitas akuntansi, Sekretariat Daerah Kabupaten Pemalang, wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan kebijakan akuntansi menginduk pada kebijakan akuntansi dari entitas pelaporan keuangan daerah, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Palembang.

(34)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

4.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan

Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan. BLUD setidak-tidaknya mengembangkan tiga sistem akuntansi yang merupakan sub sistem dari sistem akuntansi BLUD, yaitu sistem akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset tetap, dan sistem akuntansi biaya.

1. Sistem Akuntansi Keuangan

Sistem Akuntansi Keuangan adalah sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan pokok untuk tujuan umum (general purpose). Tujuan laporan keuangan adalah:

a. Akuntabilitas; mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLUD dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b. Manajemen; membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu BLUD dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh penerimaan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas BLUD untuk kepentingan stakeholders.

c. Transparansi; memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban BLUD dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Sistem Akuntansi Keuangan menghasilkan laporan keuangan pokok berupa Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia /standar akuntansi industri spesifik dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Laporan keuangan sesuai dengan SAK digunakan untuk kepentingan pelaporan kepada pengguna umum laporan keuangan BLUD dalam hal ini adalah stakeholders, yaitu pihak-pihak yang berhubungan dan memiliki kepentingan dengan BLUD. Sedangkan laporan keuangan yang

(35)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

sesuai dengan SAP digunakan untuk kepentingan konsolidasi laporan keuangan BLUD dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga.

2. Sistem Akuntansi Aset Tetap

Sistem Akuntansi Aset Tetap menghasilkan laporan tentang aset tetap untuk keperluan manajemen aset. Sistem ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLUD ataupun bukan milik BLUD tetapi berada dalam pengelolaan BLUD. Pengembangan Sistem Akuntansi Aset Tetap diserahkan sepenuhnya kepada BLUD yang bersangkutan. Namun demikian, BLUD dapat menggunakan sistem yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan seperti Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

3. Sistem Akuntansi Biaya

BLUD mengembangkan Sistem Akuntansi Biaya yang menghasilkan informasi tentang harga pokok produksi, biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan evaluasi varian. Sistem Akuntansi Biaya berguna dalam perencanaan dan pengendalian, pengambilan keputusan, dan perhitungan tarif layanan.

Sistem akuntansi BLUD terdiri atas sub sistem yang terintegrasi untuk menghasilkan laporan keuangan dan laporan lainnya yang berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Komponen Sistem Akuntansi tersebut antara lain mencakup:

1. Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan BLUD dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Pertimbangan dan atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan kondisi BLUD. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan kondisi keuangan BLUD secara tepat.

Pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen antara lain:

a. Penyajian wajar

(36)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau biaya tidak dinyatakan terlalu rendah. Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan, dan sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau biaya yang lebih tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

b. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam CaLK.

c. Materialitas Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan BLUD hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.

2. Sub sistem akuntansi;

Sub sistem akuntansi merupakan bagian dari sistem akuntansi. Contohnya sub sistem akuntansi penerimaan kas dan sub sistem pengeluaran kas merupakan bagian dari sistem akuntansi keuangan.

(37)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 3. Prosedur akuntansi;

Prosedur yang digunakan untuk menganalisis, mencatat, mengklasifikasi, dan mengikhtisarkan informasi untuk disajikan di laporan keuangan; juga mengacu pada siklus akuntansi (accounting cycle).

4. Bagan Akun Standar (BAS);

BAS merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis oleh Pimpinan BLUD untuk memudahkan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, serta akuntansi dan pelaporan keuangan. Untuk tujuan konsolidasi laporan keuangan BLUD dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga digunakan BAS yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

4.3. Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan

AKUNTANSI PENDAPATAN

1. Pengertian

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih.

2. Klasifikasi pendapatan BLU

Pendapatan diklasifikasikan ke dalam: a. Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan

Merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan selanjutnya dirinci per jenis layanan yang diperoleh BLU.

b. Hibah

(38)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

Hibah Terikat dan Hibah Tidak Terikat. Hibah Terikat adalah hibah yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi hibah. Hibah tidak terikat adalah hibah yang peruntukannya tidak ditentukan oleh pemberi hibah.

c. Pendapatan APBN

Merupakan pendapatan yang berasal dari APBN, baik untuk belanja operasional maupun belanja investasi. Belanja operasional merupakan belanja pegawai dan belanja barang dan jasa. Belanja investasi merupakan belanja modal.

d. Pendapatan Usaha Lainnya

Merupakan pendapatan yang berasal dari hasil kerja sama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain pendapatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan tugas dan fungsi BLU.

e. Keuntungan Penjualan Aset Non Lancar

Merupakan selisih lebih antara harga jual dengan nilai buku aset non lancar. f. Pendapatan dari Kejadian Luar Biasa

Merupakan pendapatan yang timbul di luar kegiatan normal BLU, yang tidak berulang dan di luar kendali BLU.

3. Pengakuan

a. Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat.

b. Pendapatan dari APBN diakui pada saat pengeluaran belanja dipertanggungjawabkan dengan diterbitkannya SP2D.

c. Pendapatan Hibah berupa barang diakui pada saat hak kepemilikan berpindah. d. Pendapatan Hibah berupa uang diakui pada saat kas diterima oleh BLU.

(39)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 4. Pengukuran

a. Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya dicatat sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.

b. Pendapatan dari APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto belanja pada SPM. c. Pendapatan hibah berupa barang dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. d. Pendapatan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang diterima oleh BLU. e. Pengukuran pendapatan diatas menggunakan azas bruto.

5. Pengungkapan

a. Pendapatan disajikan secara terpisah pada laporan keuangan untuk setiap jenis pendapatan.

b. Rincian jenis pendapatan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

AKUNTANSI BIAYA

1. Pengertian

Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas bersih.

2. Klasifikasi Biaya

Biaya BLU diklasifikasikan sebagai berikut: a. Biaya Layanan

Merupakan seluruh biaya yang terkait langsung dengan pelayanan kepada masyarakat, antara lain meliputi biaya pegawai, biaya bahan, biaya jasa layanan, biaya pemeliharaan, biaya daya dan jasa, dan biaya langsung lainnya yang berkaitan langsung dengan pelayanan yang diberikan oleh BLU.

b. Biaya Umum dan Administrasi

Merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk administrasi dan biaya yang bersifat umum dan tidak terkait secara langsung dengan kegiatan pelayanan BLU. Biaya ini antara

(40)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

lain meliputi biaya pegawai, biaya administrasi perkantoran, biaya pemeliharaan, biaya langganan daya dan jasa, dan biaya promosi.

c. Biaya Lainnya

Merupakan biaya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam biaya layanan dan biaya umum dan administrasi. Biaya ini antara lain meliputi biaya bunga dan biaya administrasi bank.

d. Rugi Penjualan Aset Non Lancar

Merupakan selisih kurang antara harga jual dengan nilai buku aset non lancar yang dijual. e. Biaya dari Kejadian Luar Biasa

Merupakan biaya yang timbul di luar kegiatan normal BLU, yang tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang, dan di luar kendali BLU.

3. Pengakuan

Biaya diakui pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban dan dapat diukur dengan andal.

4. Pengukuran

Biaya dan kerugian dicatat sebesar:

a. Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar pada periode berjalan.

b. Jumlah biaya periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan datang. c. Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas biaya yang telah dikeluarkan. d. Jumlah kerugian yang terjadi.

5. Pengungkapan

Biaya disajikan pada laporan keuangan terpisah untuk setiap jenis biaya. Rincian jenis biaya diungkapkan pada CaLK.

(41)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 AKUNTANSI ASET Pengertian Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh BLU sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh serta dapat diukur dalam satuan uang, dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional BLU, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi BLU.

Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika aset tersebut:

a. diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu 12 bulan; atau

b. dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau

c. berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

Aset lancar antara lain meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang lain-lain, persediaan, uang muka, biaya dibayar di muka.

Aset non lancar adalah aset yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan BLU dan tidak memenuhi kriteria aset lancar. Aset non lancar antara lain meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya.

Kas dan Setara Kas

1. Definisi

Kas adalah uang tunai atau saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan BLU. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu 1 s.d. 3 bulan tanpa menghadapi resiko

(42)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4

antara lain: deposito berjangka kurang dari 3 bulan dan cek yang baru dapat diuangkan dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan.

2. Pengakuan (Recognition)

Kas dan setara kas diakui pada saat diterima oleh BLU 3. Pengukuran (Measurement)

Kas dan setara kas diukur sebesar nilai nominal pada saat diterima. 4. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)

Kas dan setara kas merupakan akun yang paling likuid (lancar) dan lazim disajikan pada urutan pertama unsur aset dalam neraca.

Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah: a. Kebijakan yang diterapkan dalam menentukan komponen kas dan setara kas. b. Rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas.

Investasi Jangka Pendek

1. Definisi

Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, royalti, atau manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan BLU dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan dan aset tetap bukan merupakan investasi.

lnvestasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 3 sampai 12 bulan.

Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;

b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya BLU dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;

(43)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 2. Pengakuan

Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:

a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh BLU;

b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable). 3. Pengukuran

a. Investasi jangka pendek harus dicatat dalam neraca berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.

b. Investasi jangka pendek dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.

4. Penyajian dan Pengungkapan

a. Investasi jangka pendek disajikan pada kelompok aset lancar dalam neraca. b. Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah:

i. rincian jenis dan jumlah penempatan dana; ii. jenis mata uang;

iii. jumlah penempatan dana pada pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; iv. kebijakan akuntansi untuk:

(a) penentuan nilai tercatat dari investasi;

(b) perlakuan perubahan dalam nilai pasar investasi lancar yang dicatat pada nilai pasar; dan jumlah signifikan yang dilaporkan sebagai penghasilan investasi untuk bunga, royalti, dividen, dan sewa pada investasi jangka panjang dan lancar; dan laba dan rugi pada pelepasan investasi lancar dan perubahan dalam nilai investasi tersebut;

v. BLU yang layanan utamanya mengelola investasi menyajikan analisis portofolio investasi.

(44)

P U SK E SM A S B A SU K I R A H M A T 2 0 1 4 Piutang Usaha 1. Definisi

Piutang usaha adalah hak yang timbul dari penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU. Transaksi piutang usaha memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Terdapat penyerahan barang, jasa, uang, atau timbulnya hak untuk menagih berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Persetujuan atau kesepakatan pihak-pihak terkait; dan c. Jangka waktu pelunasan.

2. Pengakuan

a. Piutang usaha diakui pada saat barang atau jasa diserahkan, tetapi belum menerima pembayaran dari penyerahan tersebut.

b. Piutang usaha berkurang pada saat dilakukan pembayaran atau dilakukan penghapusan. c. Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyisihan kerugian piutang yang

dibentuk, maka selisihnya diakui sebagai biaya penyisihan kerugian periode bersangkutan.

d. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapuskan maka piutang tersebut dimunculkan kembali dan pengurangannya dilakukan sebagaimana pelunasan piutang. 3. Pengukuran

a. Piutang diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value) setelah memperhitungkan nilai penyisihan piutang tak tertagih.

b. Penyisihan kerugian piutang tak tertagih dibentuk sebesar nilai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan daftar umur piutang atau prosentase dari pendapatan. c. Penghapusan piutang tak tertagih dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku. 4. Penyajian dan Pengungkapan

a. Piutang usaha yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun disajikan pada kelompok aset lancar dalam neraca. Sedangkan piutang usaha yang jatuh tempo lebih dari satu tahun disajikan dalam kelompok aset non lancar.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian perlu dilakukan kajian teknis produktivitas alatgali-muat dan angkut untuk mencapai target produksi, maka dari itu penulis mengambil judul penelitian

Pada Gambar 15 dapat dilihat juga bahwa retak yang dialami oleh balok bataton semi pracetak ini terjadi pada bagian mutu yang lebih rendah yaitu beton pracetak 5

DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP 4 STATUS LULUS

LPG, (b) karakteristik ibu rumah tangga dan keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan, dan pengeluaran per kapita) dengan sikap terhadap LPG; (2) Uji

Secara umum kita dapat membedakan atau melihat empat tradisi konseptual utama dalam pembahasan tentang ke- beradaan kaum tani (peasantry) sebagai hal yang khusus, meliputi seluruh

diketahui bahwa secara keseluruhan N-Gain motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen untuk semua indikator adalah 0,46 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Stres pada Lansia yang Bertempat Tinggal di Rumah dan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso ” telah diuji dan disahkan

Hal tersebut menjelaskan bahwa secara klasikal, kelas tersebut belum dapat dinyatakan tuntas dalam kemampuan pemahaman konsep pada mata pelajaran PPKn, seperti yang