9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Ihemeje et al. (2015) melakukan penelitian pengaruh analisis laba- biaya-volume dalam pengambilan keputusan industri manufaktur di Nigeria. Penelitian mengungkapkan bahwa nilai penjualan suatu produk dan jumlah produk yang diproduksi memiliki efek positif terhadap laba yang dihasilkan, dan terdapat hubungan yang signifikan antara biaya produksi dan laba. Jumlah pesanan dan kuantitas pesanan ekonomi juga ditentukan sebagai dasar untuk menilai pengambilan keputusan. Maka dari itu, peneliti merekomendasikan industri manufaktur harus selalu mengadopsi analisis laba-volume-biaya dalam pengambilan keputusan mereka.
Di dalam penelitian Worotitjan dan Manossoh (2016) menggunakan analisis Cost Volume Profit pada UD. Gunung Emas Manado untuk mengetahui penjualan minimum dalam pencapaian laba yang ditargetkan pada tahun 2016. Manajemen perusahaan dapat menerapkan analisis Cost Volume Profit dalam perencanaan laba dengan menghitung margin kontribusi, titik impas, batas keamanan, dan tingkat operasi leverage. Untuk tahun 2016, perusahaan menargetkan laba sebesar 15% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp. 410.964.000 dan estimasi kenaikan biaya tetap sebesar 4%, dengan demikian penjualan minimum yang harus dicapai perusahaan sebesar Rp. 1.336.057.393.
Iswara dan Susanti (2017) meneliti mengenai perencanaan laba pada perusahaan kopi di Kabupaten Jember. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa analisis cost volume profit dapat digunakan untuk merencanakan laba yang diharapkan dengan menghitung margin kontribusi, titik impas (BEP) dalam rupiah, dan margin of safety.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menargetkan laba sebesar 22% dari tahun sebelumnya untuk tahun 2017 atau sebesar Rp. 109.885.500.
Untuk mencapai laba yang diharapkan tersebut, perusahaan harus mampu mencapai target penjualan sebesar Rp. 256.071.100, dengan menggunakan alat analisis tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa kegiatan produksi pada Macro Coffee Roastery telah produktif dan dapat berkontribusi pada laba perusahaan.
Di dalam penelitian Lulaj dan Iseni (2018), yang melakukan penelitian di perusahaan manufaktur dan jasa dengan menggunakan kombinasi model ekonometrik agar penelitian dapat seakurat dan memiliki efek positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produk yang dihasilkan memiliki efek positif pada nilai penjualan ke perusahaan jasa dan meningkatkan laba ke lingkungan bisnis manufaktur, juga terdapat hubungan penting antara produksi dan penjualan, dan analisis Cost Volume Profit berkontribusi terhadap pertumbuhan profitabilitas dan impas di lingkungan bisnis. Jadi, analisis biaya-volume-laba harus digunakan untuk membuat keputusan, karena ambang risiko jelas menurun dengan melakukan analisis tersebut. Permintaan besar dari perusahaan jasa untuk
produk secara signifikan meningkatkan laba dan memproduksi untuk perusahaan manufaktur.
Kartika dan Sunarka (2019) menggunakan Analisis cost-volume- profit pada UD. Budi Luhur sebagai berikut: Marjin kontribusi tahun 2015 lebih besar daripada marjin kontribusi tahun 2016 yang mengakibatkan titik impas untuk tahun 2016 lebih besar daripada titik impas tahun 2015.
Meskipun demikian penjualan UD. Budi Luhur telah jauh melebihi titik impas, sehingga mendapatkan laba yang maksimal. Batas keamanan pada UD. Budi Luhur tergolong cukup baik sehingga kemungkinan untuk menderita kerugian kecil. Perusahaan menargetkan laba untuk tahun 2017 sebesar 17% dari tahun sebelumnya, yaitu Rp. 530.768.166, dengan demikian penjualan minimum yang harus dicapai perusahaan, yaitu sebesar Rp. 10.426.335.678.
B. Tinjauan Pustaka
1. Rencana Pencapaian Laba
Menurut Kholmi dan Yuningsih (2009) perencanaan merupakan suatu proses pemilihan dan penetapan tujuan-tujuan suatu organisasi yang realistis dalam penentuan strategi, kebijakan, program, prosedur, metode, sistem anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal yang sangat penting dan terkadang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dan umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen untuk melihat
kemungkinan dan kesempatan di masa datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Iswara dan Susanti (2017) perencanaan laba merupakan langkah awal yang akan diambil perusahaan untuk mencapai target yang diharapkan. Salah satunya dengan cara membuat analisis target laba yang ingin dicapai. Analisis target laba menggambarkan tingkat penjualan yang seharusnya dianggarkan oleh perusahaan untuk mencapai laba tertentu.
Suatu perencanaan jangka pendek seringkali disebut dengan anggaran, merupakan rencana yang cukup terinci dan menyeluruh untuk membuat serangkaian laporan keuangan yang akan dianggarkan untuk usaha di masa yang akan datang. Perencanaan tersebut akan disusun secara sistematis yang bersifat kuantitatif dan dalam kesatuan keuangan.
2. Analisis Cost Volume Profit
Menurut Satriani et al. (2015) Analisis Cost Volume Profit merupakan suatu alat yang sangat berguna bagi manajemen untuk menjalankan fungsinya. Alat ini dapat membantu memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba dengan memfokuskan hubungan pada 5 elemen, yaitu harga produk, volume penjualan, biaya variabel, total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.
Garrison et al. (2014) dalam pengambilan keputusan, manajemen melihat lima elemen-elemen biaya tetap dan biaya variabel, yaitu:
a. Harga Produk
Merupakan harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan atau tidak berubah ketika volume berubah dan total biaya-biaya yang baik diselesaikan dan ditransfer ke persediaan barang jadi selama periode.
b. Volume Penjualan atau tingkat aktifitas
Merupakan besarnya produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan direncanakan akan dijual di dalam periode tertentu.
c. Biaya Variabel per Unit
Merupakan besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi. Biaya yang berubah dalam total proporsinya yang langsung untuk berubah dalam aktivitas; yang konstan pada dasar setiap unit (Raiborn dan Kinney, 2011).
d. Total Biaya Tetap
Merupakan keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu dan sifatnya tetap, tidak terpengaruh oleh fluktuasi kuantitas produksi. Biaya tetap merupakan biaya yang digunakan untuk mempertahankan kemampuan operasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu.
e. Bauran Volume Produk yang Dijual
Merupakan proporsi volume relatif produk-produk perusahaan yang akan dijual.
3. Berdasarkan Perilaku dalam Hubungan dengan Perubahan Volume Aktivitas, Biaya dapat Dibagi Menjadi Tiga Kelompok, yaitu:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang secara keseluruhan bersifat tetap tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Contoh biaya tetap, yaitu biaya penyusutan, asuransi, pajak properti, sewa, gaji, dan lain- lain (Garrison et al, 2014).
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah secara totalnya berubah secara proporsional (sebanding) dengan adanya perubahan volume aktivitas. Oleh karena itu, biaya variabel naik ketika output naik, dan akan turun ketika output turun (Hansen dan Mowen, 2004).
Contoh biaya variabel, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya iklan, dan lain-lain.
c. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang didalamnya mempunyai unsur tetap dan variabel. Biaya semi variabel ini yang mana sejumlah biaya mengenai perubahan biayanya ditentukan maupun tidak ditentukan oleh besarnya aktivitas operasional perusahaan. Maksudnya di dalam suatu item biaya dalam jumlah tertentu sudah menjadi biaya tetap, sedangkan selebihnya merupakan unsur biaya variabel. Contoh biaya semi variabel, yaitu
biaya listrik dan air, biaya pemeliharaan, biaya perjalanan dinas, biaya telepon, biaya kesejahteraan karyawan, dan lain-lain.
4. Untuk Memisahkan Biaya Semi Variabel ke Unsur Biaya Tetap dan Biaya Variabel Terdapat Beberapa Metode, diantaranya:
a. The High and Low Method (Metode Titik Terendah dan Tertinggi)
Untuk memisahkan biaya semi variabel dengan menggunakan metode ini, yaitu menggunakan dua titik, yaitu titik yang tertinggi pada tingkat aktivitas yang paling tinggi dan titik terendah. Dengan menghubungkan perubahan antara titik tertinggi dan titik terendah dalam aktivitas dan biayanya yang terjadi, maka dapat ditentukan biaya variabel per satuannya, setelah diketahui biaya variabel per satuan, selanjutnya dapat ditentukan biaya tetap dengan persamaan fungsi:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Didasarkan pada salah satu titik baik titik tertinggi maupun titik terendahnya. Adapun langkah-langkah dalam menentukan biaya tetap dan biaya variabelnya, yaitu:
- Langkah pertama, menentukan biaya variabel per unit.
- Langkah kedua, menentukan biaya tetap dalam fungsi persamaan:
Total Biaya = Biaya Tetap + (Biaya Variabel per Satuan x Jumlah Satuan)
Atau
Total Cost = Fixed Cost + Variable Cost
- Setelah diketahui biaya tetap dan biaya variabel, perhitungan ini dapat dibuktikan pada titik terendah atau tertinggi.
b. The Scattergraph Method
Metode Scattergraph ini dengan pendekatan grafik dari beberapa titik ditarik garis regresi, dimana garis dibentuk didasarkan pada rata-rata banyaknya titik yang mewakili.
c. The Least Squares Method (Metode Kuadrat Terkecil)
Metode kuadrat terkecil (least squares method) menggunakan persamaan regresi, yaitu:
Y = a + bX
𝑎 =(∑ 𝑌) − 𝑏(∑ 𝑋) 𝑛
𝑏 =𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) 𝑛(∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)2 Keterangan:
X = Activity Level/ Tingkat Aktivitas Y = Total Biaya Semi Variabel a = Total Biaya Tetap
b = Biaya Variabel per Unit n = Jumlah Observasi
Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
1) Mempersiapkan tabel untuk perhitungan jumlah x dan y, jumlah xy, dan jumlah 𝑥2.
2) Menentukan nilai a (Total Fixed Cost) dan nilai b (Variable Cost per Unit).
3) Nilai a dan b dimasukkan ke dalam rumus kuadrat terkecil dan menghasilkan sebuah persamaan.
5. Analisis Contribution Margin (Marjin Kontribusi)
Selisih antara penjualan dan biaya variabel dari suatu produk atau jasa, yaitu sisa hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba disebut dengan margin kontribusi. Menurut Samryn (2012) Marjin kontribusi adalah selisih penjualan dengan biaya variabel, sedangkan Rasio Margin Kontribusi diperoleh dari (Marjin Kontribusi / Penjualan) x 100%.
Menurut Mokoginta et al. (2018) Contribution Margin untuk mengetahui sejauh mana biaya variabel pada pembuatan dan penjualan produk yang dicakup dan apakah kontribusi lebih lanjut dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan meghasilkan laba. Contribution Margin Ratio digunakan untuk mengidentifikasi jumlah kenaikan maupun penurunan laba yang disebabkan oleh kenaikan atau penurunan penjualan tertentu dalam rupiah.
Penjualan XXX
Biaya Variabel (XXX)
Marjin Kontribusi XXX
Biaya Tetap (XXX)
Laba/Rugi Operasi XXX
6. Analisis Titik Impas (Break Even Point Analysis)
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, perusahaan terkadang perlu untuk merencanakan berapa besarnya laba yang ingin diperoleh. Agar perolehan laba mudah untuk ditentukan, salah satu caranya, yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu titik impasnya. Salman dan Farid (2016) break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Titik impas tercapai apabila penjualan yang dihasilkan sesuai atau sama dengan biaya total yang telah dikeluarkan perusahaan. Analisis ini digunakan untuk menetukan berapa banyak unit yang harus dijual agar memperoleh laba baik dalam volume penjualan unit maupun dalam rupiah.
Menurut Simamora (2002) untuk menetukan tingkat break even point dapat dicari dengan menggunakan 2 metode, yaitu:
a. Metode Persamaan
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba Operasi
Setelah titik impas dalam unit penjualan diketahui, titik impas penjualan dalam rupiah dapat dicari dengan mengalikan tingkat unit penjualan impas dengan harga jual per unit.
b. Metode Kontribusi Unit
Titik impas (Unit) = Biaya Tetap / Marjin Kontribusi per unit Titik impas (Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Marjin Kontribusi
Adapun untuk mempermudah dapat dilakukan dengan membuat grafik Break Even Point sebagai berikut:
Gambar 2.1 Grafik Break Even Point
7. Analisis Marjin Keamanan (Margin of Safety Analysis)
Menurut Garrison et al. (2014) Margin Of Safety (MOS) adalah kelebihan dari nilai penjualan yang dianggarkan atau aktual di atas titik impas nilai penjualan. Margin of Safety dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen perusahaan mengenai berapa banyak penjualan yang direncanakan boleh turun, sebelum perusahaan
Biaya
Langkah 1 (Beban Tetap) Langkah 3
(Total Penerimaan Penjualan)
Langkah 2 (Total Beban) Area Laba
Titik Impas
Area Rugi
Volume
mengalami kerugian. Dengan kata lain, margin of safety merupakan batas keamanan bagi suatu perusahaan dalam hal terjadi penurunan penjualan, dan berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan tidak akan menderita rugi.
Margin of Safety (Unit) = Total Penjualan – Penjualan Titik Impas Margin of Safety (Persentase) = (Marjin Keamanan dalam Rupiah / Penjualan) x 100%
8. Analisis Leverage Operasi
Leverage operasi merupakan suatu ukuran kemampuan manajemen dalam memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai laba tertentu. Analisis model ini juga digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang berapa besarnya kenaikan laba jika terjadi kenaikan penjualan dalam jumlah presentase tertentu. Menurut Simamora (2012) tingkat leverage operasi dapat dihitung dengan menggunakan formula: Tingkat Leverage Operasi = Marjin kontribusi / Laba bersih.
9. Analisis Target Laba
Rumus Cost Volume Profit dapat digunakan untuk menentukan berapa volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba perusahaan. Analisis Cost Volume Profit (CVP) merupakan alat yang menyediakan informasi bagi manajemen mengenai hubungan antara
biaya, laba, bauran produk, dan penjualan (Carter, 2009). Analisis CVP merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk dalam melakukan pencapaian laba dan pengambilan keputusan, karena menekankan pada keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga (Hansen dan Mowen, 2011).
a. Metode Persamaan
- Target Penjualan dalam Unit: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
b. Metode Marjin Kontribusi
- Penjualan (Rupiah) = (Biaya Tetap + Laba yang diinginkan atau Target Laba) / Rasio Marjin Kontribusi
- Penjualan (Unit) = (Biaya Tetap + Laba yang diinginkan atau Target Laba) / Marjin Kontribusi per Unit Penjualan