i
P R O S I D I N G
KOTA SADAR BENCANA
Judul Asli:
KOTA SADAR BENCANA
Hak Cipta 2017 dalam bahasa Indonesia
Editor:
Husnus Sawab Azrul Sidiq
Desain Sampul:
Fakhry Perdana
Buku ini diset oleh
Lab. Perencanaan dan Perancangan Kota dan Lab. Desain dan Model Struktur
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah Dengan Microsoft Office 2010 – Arial 11 pt 228 halaman
Cetakan Pertama, April 2017
Diterbitkan Oleh
Lab. Perencanaan dan Perancangan Kota Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah
Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini serta menjual belikannya tanpa izin tertulis dari Lab.
Perencanaan dan Perancangan Kota Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah
@ Hak cipta dilindungi Undang-Undang
ISBN: 978–602–74128–1-1
iii
Prosiding
Seminar Nasional Kota Sadar Bencana
11 April 2017 Banda Aceh, Indonesia
Steering Committe:
Ir. Azhar A Arif, MT Ir. Mirza Irwansyah, MBA. MLA. PhD Ir. Izziah, MSc. PhD Dr. Ashfa, ST. MT
Direview oleh:
Dr. Abdul Munir, ST. MT Dr. Mirza Fuady, ST. MT Dr. Cut Dewi, ST. M.Sc
Disunting oleh:
Husnus Sawab, ST. MT Asrul Sidiq, ST. MSc
Desain Sampul oleh:
Fakhry Perdana
Diterbitkan Oleh:
LABORATORIUM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh 23111 HP: +62811684801 Email: azhar_aarif@yahoo.com
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Kata Sambutan ii
Daftar Isi iii
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2 009-2029 PADA KAWASAN BENCANA TSUNAMI KOTA BANDA ACEH
1 - 9 Fenny1), Mirza Irwansyah2), Nizamuddin3)
1) Magister Ilmu Kebencanaan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 3) Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala
ANALISIS KONSISTENSI PROSES LELANG JASA KONSTRUKSI PADA PROYEK PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI SULAWESI TENGAH
10 – 23 Tutang Muhtar
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu - Sulawesi Tengah
PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KOTA SADAR BENCANA DI INDONESIA
24 – 30 Elysa Wulandari, Muhammad Haiqal
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah ALTERNATIF HUTAN BAKAU UNTUK
PERLINDUNGAN DAERAH PESISIR
31 – 36 Cut Azmah Fithri
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh – Lhokseumawe
PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT GEMPA DI PIDIE JAYA
37 – 44 Burhan Nasution, Sofyan
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Uns yiah TSUNAMIFRONT CITY
(Sebuah Gagasan Kota Sadar Tsunami)
45 – 51 Halis Agussaini
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah SUSTAINABILITY IN POST-DISASTER RECONSTRUCTION
52 – 58 Laina Hilma Sari, Siti Zulfa Yuzni
Architecture and Planning Department, Syiah Kuala university KAJIAN PERBAIKAN KERUSAKAN STRUKTUR GEDUNG PALANG MERAH INDONESIA CABANG ACEH BARAT AKIBAT GEMPA BUMI
59 – 68 Sofyan, Burhan Nasution
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah
KONSEP PENGEMBANGAN KOTA SADAR BENCANA DI INDONESIA
69 – 75 Bustari dan Elysa Wulandari
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah
iv
EVALUASI KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDA ACEH PASCA BENCANA
Mirza Fuady
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah
76 - 86
TIPOLOGI RUMAH DI KELURAHAN TOGAFO KOTA TERNATE YANG BERADA PADA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
GAMALAMA
Firdawaty Marasabessy1, Edward Rizky Ahadian2, M. Adil Husen1
1Program Studi Arsitektur, Universitas Khairun
2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Khairun
87 – 95
IDENTIFIKASI KARAKTER ELEMEN FAÇADE BANGUNAN KUNO DIKAWASAN HERITAGE PEUNAYONG DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP UPAYA SOSIALISASI OLEH PEMERINTAH
Ardian Ariatsyah
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
96 – 102
UPAYA KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN KAWASAN WAT ARUN SEBAGAI LANDMARK KOTA BANGKOK
Nasrullah Ridwan
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah - Banda Aceh 103 – 111 KONSEP RUANG TERBUKA BERBASIS MITIGASI BENCANA DI
KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Azhar Abdullah Arif1), Donny Arief Sumarto2)
1)Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, FT Universitas Syiah Kuala
2)Program Studi Arsitektur, Universitas Ubudiyah Indonesia
112 – 120
PERMODELAN JALUR RUPTURE DAN TSUNAMI DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI (STUDI KASUS GEMPA JEPANG 11 MARET 2011 PUKUL 05.46 UTC)
Deassy Siska, Nova Purnama Lisa
Universitas malikussaleh 121 – 130
TSUNAMI ESCAPE BUILDING SEBAGAI PERWUJUDAN PENERAPAN FUNGSI MENURUT GEOFFREY BROADBENT Armelia Dafrina
Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh 131 – 138 PENGARUH INTRUSI AIR LAUT AKIBAT TSUNAMI TERHADAP
PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI DAERAH IRIGASI (D.I) KRUENG GEUPU, KECAMATAN LEUPUNG, KABUPATEN ACEH BESAR Susi Chairani
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Unsyiah 139 – 148 KINERJA RELAWAN BENCANA ACEH YANG BERAFILIASI
PADA ORGANISASI NON PROFIT Elida Syahriati
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala 149 – 155 PEMBANGUNAN KOTA DAN BANGUNAN BERSEJARAH PASCA-
BENCANA: SEBUAH TELAAH KRITIS Cut Dewi
Staff Pengajar di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan
Peneliti di Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya (PPISB) Unsyiah
156 – 165
ANALYZING HAZARD RISK AREA USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) TOOLS:
A Planning Scheme Project in Noosa Council Queensland Australia Related to Bushfire Hazard
Evalina Z., ST, MURP.
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Universitas Syiah Kuala
166 - 170
PENDEKATAN NORMA DI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT PADA PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA TSUNAMI
Era Nopera Rauzi
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Unsyiah
171 – 181
PENILAIAN KENYAMANAN RUANG KULIAH UMUM UNSYIAH Muslimsyah
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah 182 – 189 EVALUASI KINERJA TERMAL HUNIAN PADA RUMAH BANTUAN
TSUNAMI PADA BULAN-BULAN PANAS Husnus Sawab, Teuku Ivan
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah
190 – 195
THE HERITAGE AREA REVITALIZATION EFFORTS PEUNAYONG BANDA ACEH
Muftiadi
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah
196 – 206
FAKTOR LAYAK HUNI DAN KESIAPAN PENGHUNI TERHADAP BENCANA DI RUMAH SUSUN KEUDAH, BANDA ACEH
Zahriah, Siti Zulfa Yuzni, Husnus Sawab Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT Unsyiah
207 – 215
KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK CITRA KAWASAN WISATA TSUNAMI ULEE LHEUE Zainuddin, Mirza Mahmud, Irzaidi
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah
216 – 228
Burhan Nasution, Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Seminar Nasional : Kota Sadar Bencana - April 2017 37
PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT
GEMPA DI PIDIE JAYA
Burhan Nasution, Sofyan
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Unsyiah Email: buan_nst@yahoo.co.id; sonyan@unsyiah.ac.id
ABSTRAK
Gempa Pidie Jaya tanggal 7 Desember 2016, banyak menjadi pembicaraan di masyarakat, hal ini karena terjadi kontadiksi dengan gempa 26 Desember 2004. Pada gempa 26 Desember 2004 muncul fenomena dimana masjid masjid begitu perkasanya, banyak bangunan masjid yang masih berdiri kokoh sementara bangunan yang ada di sekitarnya rata dengan tanah. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi gempa di Pidie Jaya, dimana pada gempa di Pidie Jaya banyak sekali bangunan masjid yang hancur dan rusak berat, sementara bangunan yang ada di sekitarnya banyak yang masih kokoh berdiri. Bangunan masjid yang tidak bertingkat yang ada di Pidie Jaya umumnya adalah bangunan yang dibangun tanpa melalui perencanaan dari konsultan perencana atau tanpa perhitungan struktural (Non Engineering Building), dibangun secara bertahap dalam jangka waktu yang lama, dibiayai dari swadaya masyarakat, dikerjakan oleh tukang kampung dan tanpa pengawasan dari ahli bangunan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tim ahli dari Unsyiah, bahwa mutu bahan dan ukuran besi yang digunakan untuk masjid sangat kurang. Namun demikian timbul pertanyaan, mengapa tidak semua masjid hancur? Mengapa ada masjid yang masih kokoh berdiri, dan ada yang cuma rusak ringan? Untuk menjawab pertanyaan di atas maka perlu ada penelitian yang bisa memperlihatkan faktor lain apakah yang menyebabkan bangunan masjid di Pidie Jaya mengalami tingkat kerusakan yang berbeda dari tingkatan tidak rusak hingga hancur. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Studi Sebab-Akibat dan Perbandingan-Deskriptif. Sampel data yang digunakan adalah masjid satu lantai yang berada di Kabupaten Pidie Jaya yang telah di survey oleh IAI Aceh pasca gempa 7 Desember 2016. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kerusakan bangunan di Pidie Jaya selain akibat dari pemakaian kwalitas bahan yang rendah, pemakaian bentuk atap masjid yang datar dari beton bertulang dan bentuk masjid terbuka (hanya terdapat dinding di bagian depan saja) mengakibatkan tingkat kerusakan bangunan akibat gempa bumi semakin besar
Kata kunci: Bentuk Masjid, Tingkat Kerusakan
PENDAHULUAN
Gempa Pidie Jaya tanggal 7 Desember 2016, banyak menjadi pembicaraan di masyarakat, bukan karena jumlah korban jiwa atau tingkat kekuatan gempanya. Hal ini karena jika dibandingkan dengan gempa besar yang pernah di alami oleh masyarakat Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, gempa Pidie Jaya ini tidak ada apa apanya. Namun demikian gempa Pidie Jaya ini menjadi pembicaraan karena terjadi kontadiksi dengan gempa 26 Desember 2004. Pada gempa 26 Desember 2004 muncul fenomena dimana masjid masjid begitu perkasanya, banyak bangunan masjid yang masih berdiri kokoh sementara bangunan yang ada di sekitarnya rata dengan tanah. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi gempa di Pidie Jaya, dimana pada gempa di Pidie Jaya banyak sekali bangunan masjid yang hancur dan rusak berat, sementara bangunan yang ada di sekitarnya banyak yang masih kokoh berdiri.
Burhan Nasution , Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan menggapa bangunan masjid banyak sekali yang hancur sementara rumah penduduk disekitarnya banyak yang masih kokoh berdiri. Ada asumsi di masyarakat bahwa bangunan masjid cukup kuat karena umumnya bangunan masjid memakai tiang yang besar besar, dan proses pembangunannya cendrung jauh dari kecurangan dalam penggunaan dana.
Bangunan masjid yang tidak bertingkat yang ada di Pidie Jaya umumnya adalah bangunan yang dibangun tanpa melalui perencanaan dari konsultan perencana atau tanpa perhitungan struktural (Non Engineering Building), dibangun secara bertahap dalam jangka waktu yang lama, dibiayai dari swadaya masyarakat, dikerjakan oleh tukang kampung dan tanpa pengawasan dari ahli bangunan.
Dengan kondisi seperti ini maka kerusakan bangunan masjid di Pidie Jaya bisa diyakini akibat dari perencanaan yang salah dan tidak adanya pengawasan teknis saat pembangunan. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang dilakukan tim ahli dari Unsyiah, bahwa mutu bahan dan ukuran besi yang digunakan sangat kurang. Namun demikian timbul pertanyaan, mengapa tidak semua masjid hancur?. Mengapa ada masjid yang masih kokoh berdiri, dan ada yang cuma rusak ringan?. Untuk menjawab pertanyaan di atas maka perlu ada penelitian yang bisa memperlihatkan faktor lain apakah yang menyebabkan bangunan masjid di Pidie Jaya mengalami tingkat kerusakan yang berbeda dari tingkatan tidak rusak hingga hancur.
Jika kita perhatikan bentuk bangunan masjid yang ada di Pidie Jaya, maka kita akan jumpai ada beberapa perbedaan umum yang terlihat seperti:
penggunaan atap yang datar dengan bahan beton bertulang (daag), penggunaan atap plana dan perisai dengan bahan geteng metal atau seng. Bentuk masjid yang tertutup dengan dikelilingi dinding bata dan bentuk masjid yang terbuka tanpa dinding samping dan belakang (hanya terdapat dinding di bagian depan saja). Berdasarkan perbedaan bentuk yang ada apakah perbedaan bentuk tersebut berpengaruh terhadap tingkat kerusakan bangunan yang ada?
Tingkat Kerusakan Bangunan
Menurut Teddy Boen (2010), tingkat kerusakan bangunan dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
Kategori 0 : Tidak Rusak
Kerusakan: Tidak ada kerusakan Kategori 1 : Ringan - Non Struktur
Kerusakan: Retak halus pada plesteran serpihan plesteran berjatuhan mencakup luas yang terbatas. retak halus adalah retak dengan lebar celah lebih kecil dari 0.075 cm.
Kategori 2 : Ringan - Struktur
Kerusakan: Retak kecil pada dinding, plesteran berjatuhan mencakup luas bagian-bagian non struktur, seperti: lisplank, dsb. Kemampuan memikul beban tidak banyak berkurang. retak kecil adalah retak dengan lebar celah tidak lebih dari 0.5 cm.
Kategori 3 : Sedang
Kerusakan: Retak besar pada dinding; retak menyebar luas di banyak tempat, seperti: pada dinding pemikul beban dan kolom. Kemampuan
Burhan Nasution, Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Seminar Nasional : Kota Sadar Bencana - April 2017 39
struktur untuk memikul beban sudah sebagian berkurang. Retak besar adalah retak dengan lebar celah lebih besar dari 0.5 cm.
Kategori 4 : Berat
Kerusakan: Dinding pemikul beban terbelah dan roboh, kegagalan komponen komponen pengikat menyebabkan bangunan terpisah. Kira- kira lebih dari 40% komponen struktur utama mengalami kerusakan.
Bangunan menjadi sangat berbahaya.
Kategori 5 : Roboh
Kerusakan: Sebagian besar atau seluruh bangunan roboh.
Berdasarkan data dari BMKG potensi kerusakan bangunan di Pidie Jaya terhadap pusat gempa tergambar pada peta di bawah ini.
Gambar 1. Peta tingkat guncangan (shakemap).
Sumber : Press RELEASE Bmkg No : Um.505/Ist07-05/Kpg/Xii/2016u http://www.bmkg.go.id/
Pengaruh Berat Bangunan
Menurut Gideon Kusuma (Kusuma dan Andriono, 1993) besarnya gaya inersia F, yang timbul akibat gempa dan yang bekerja pada pusat titik massa adalah:
F = m x a,
Burhan Nasution , Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Dengan:
m = massa bangunan
a = percepatan getaran gempa.
Dari rumus atau persamaan di atas maka komponen gaya gempa adalah massa bangunan itu sendiri. Semakin berat bangunan, maka semakin besar gaya gempa yang timbul, terkait dengan bentuk atap yang digunakan pada masjid di Pidie Jaya, maka penggunaan atap datar dari beton bertulang akan menimbulkan beban gempa yang lebih besar dibandingkan dengan betuk atap masjid yang plana dan perisai yang terbuat dari geteng metal dan seng.
Kekakuan Pasangan Dinding Bata
Menurut Julia Maidar (2016), dalam perencanaannya dinding pengisi biasanya dianggap sebagai komponen non-struktural yang tidak memberikan pengaruh kekakuan pada struktur yang ditempatinya. Pada kenyataan menunjukkan, dinding pengisi mempunyai kecenderungan berinteraksi dengan portal dan memberi sumbangan yang besar terhadap kekakuan dan kekuatan struktur ketika terdapat beban lateral yang besar (gempa bumi) sehingga perilaku keruntuhannya berbeda antara portal tertutup (infill frame) dengan portal terbuka (open frame). Dimana portal tertutup mempunyai kemampuan yang besar menahan gaya gempa dibandingkan dengan yang terbuka.
Mengacu pada pendapar Julia Maidar tersebut, maka pemakaian dinding bata pada sisi samping dan belakang bangunan masjid akan meningkatkan kekakuan bangunan, yang berarti meningkatkan kemampuan bangunan tersebut memikul beban gempa.
Puntir Akibat Gempa
Menurut Jati Sunaryati (2009), Timbulnya momen torsi pada bangunan akibat gempa disebabkan adanya eksentrisistas antara pusat massa bangunan dengan pusat rotasi bangunan. Pusat massa adalah letak titik tangkap resultante beban mati dan beban hidup yang sesuai yang bekerja pada lantai tingkat tersebut. Sedangkan pusat rotasi (pusat kekakuan) adalah titik dimana pada suatu lantai bangunan, apabila bekerja gaya horizontal pada titik tersebut, lantai tingkat tersebut tidak mengalami rotasi tapi hanya bertranslasi. Eksentrisitas terjadi karena pusat rotasi dan pusat massa pada gedung tidak berimpit, dengan adanya hal ini mengakibatkan gedung akan mengalami momen torsi yang mengakibatkan gedung mengalami puntir. Momen puntir telah menyebabkan keruntuhan dari banyak bangunan gedung akibat gempa di waktu yang lalu, terutama pada sudut dan tonjolan-tonjolan struktur.
Gambar 2. Pengaruh momen puntir akibat gempa pada struktur bangunan Sumber: Jati Sunaryati, Jurnal Rekaya Teknik Sipil, Vol. 5 No 1 Februari 2009,
ISBN: 1858-2133
Burhan Nasution, Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Seminar Nasional : Kota Sadar Bencana - April 2017 41
Berdasarkan hasil pengamatan pasca gempa Pidie Jaya, kerusakan struktur masjid yang terparah sebagian besar adalah kerusakan pada tiang bangunan terutama pada bagian terluar dan di sudut sudut bangunan. Hal ini menunjukan pada kita bahwa kerusakan yang terjadi merupakan ciri ciri dari kerusakan akibat dari puntir.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah Metode Studi Sebab-Akibat dan Perbandingan-Deskriptif (Nawawi; 1994). Metode ini pada prinsipnya merupakan penggabungan dua metode, yaitu: metode studi sebab- akibat dan studi perbandingan. Metode studi sebab-akibat adalah suatu metode yang bertujuan mengungkap tentang apa pengaruh adanya sesuatu, terhadap sesuatu yang lain, pengunaan metode ini untuk memperlihatkan pengaruh penggunaan atap daag dan pemakaian dinding batu bata terhadap tingkat kerusakan bangunan. Sedangkan metode studi perbandingan pada dasarnya bermaksud membandingkan dua atau lebih (variabel/gejala), untuk mengungkap persamaan dan perbedaannya. Hasilnya mungkin akan menyentuh perbedaan atau kesamaan secara keseluruhan atau hanya berkenaan dengan unsur-unsur tertentu saja (Nawawi; 1994), dengan metode ini akan diperlihatkan persamaan tingkat kerusakan dikaitkan dengan jarak bangunan ke pusat gempa, penggunaan bahan penutup atap dan letak pemasangan dinding bata pada masjid.
Pemilihan Sampel
Sampel masjid yang digunakan dalam penelitian ini adalah masjid satu lantai yang berada di Kabupaten Pidie Jaya yang telah di survey oleh IAI Aceh.
Pemilihan masjid satu lantai dengan asumsi bangunan masjid satu lantai memiliki perlakuan yang sama pada saat proses pembangunannya dimana pada umumnya masjid dibangun tanpa melalui prencanaan oleh konsultan perencana, dibiaya secara swadaya masyarakat dengan jangka waktu pelaksanaan yang lama, dan ketika pelaksanaan pembangunan tidak diawasi oleh tenaga ahli bangunan.
Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah masjid yang berada di Kabupaten Pidie Jaya yang berasal dari 8 kecamatan dengan jumlah masjid sebanyak 34 buah, dengan rincian sebagai berikut:
Kecamatan Bandar Baru sebanyak 8 masjid.
Kecamatan Trieng Gadeng sebanyak 5 masjid.
Kecamatan Ulim sebanyak 2 masjid
Kecamatan Jangka Buya sebanyak 1 masjid
Kecamatan Pante Raja sebanyak 2 masjid
Kecamatan Meurah Dua sebanyak 2 masjid
Kecamatan Meureudu sebanyak 7 masjid
Kecamatan Bandar Dua sebanyak 7 masjid Pengumpulan Data
Data penelitan yang digunakan berasal dari laporan hasil survey yang di lakukan oleh IAI Aceh pasca gempa 7 Desember 2016 di Kabupaten Pidie Jaya.
Burhan Nasution , Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Variabel yang Dibahas
Berdasarkan pada landasan teori yang telah diungkapkan di depan, maka dapat ditentukan variabel-variabel yang akan dibahas. Adapun variabel yang akan dibahas terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel bebas meliputi :
Jarak Bangunan masjid ke pusat gempa
Bahan penutup atap.
Perletakan dinding bata pada bangunan Variabel terikat :
Tingkat kerusakan bangunan
PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar 1 peta gempa yang dikeluarkan oleh BMKG, potensi kerusakan bangunan akibat gempa 7 Desember 2016 di Pidie Jaya adalah pada tingkat rusak sedang. Tapi pada kenyataannya kerusakan yang terjadi banyak bangunan yang mengalami kerusakan berat hingga roboh. Hal ini memperlihatkan bahwa kwalitas bangunan yang ada di Pidie Jaya sangat rendah, terutama pada bangunan toko dan masjid.
Tabel 1. Tingkat kerusakan bangunan masjid di Kabupaten Pidie Jaya akibat gempa 7 Desember 2016
NO MASJID DESA KECAMATAN PENUTUP ATAP LETAK DINDING JARAK
(Km) KATEGORI KERUSAKAN
1 Jami Quba Pangwa Trieng Gadeng Daag Beton Depan 2,35 Roboh
2 AT-TAQWA MASJID TRIENG GADING Trieng Gadeng Daag Beton Depan 5,17Roboh 3 At-Taqarub Gp. Keude Trienggadeng Trieng Gadeng Daag Beton Depan 6,31Roboh 4 Baitul Mutaqin Kaye Jato, Cubo Bandar Baru Daag Beton Depan 13,90 Roboh
5 NURUL YAKIN PAYA PISANG KLAT BANDAR DUA Daag Beton Depan 10,56 Berat
6 BAITUL ABIDIN DESA MESJID Pante Raja Seng + daag Depan 10,58Berat
7 Nurul Huda Keude Pante Raja Pante Raja Daag Beton Depan 11,50Berat
8 Baitul Fuqara Paru Paru Bandar Baru Daag Beton Depan 13,86Berat
9 NUR ABDULLAH Paru Keude Bandar Baru Daag Beton Semua sisi 14,00 Berat
10 Jami Baiturahim Bandar Baru Bandar Baru Daag Beton Depan, kiri dan kanan 10,16Sedang
11 BAITUL MUKMIN BLANG RHEUE Ulim Seng + daag Depan 7,98 Sedang
12 Al-Istiqamah Rhieng Rhieng Blang Meureudu Daag Beton Depan 0,38Ringan-struktur
13 AL- HIDAYAH PLANDOK Trieng Gadeng Daag Beton Depan 5,80Ringan-struktur
14 NURUL IMAN ALUE SANE BANDAR DUA Daag Beton Depan 9,54 Ringan-struktur
15 Baitul Hidayah BLANG BARO Bandar Baru Daag Beton Depan 13,15 Ringan-struktur 16 BAITUL IZZAH SARAH PANYANG Bandar Baru Daag Beton Depan 17,68 Ringan-struktur 17 BAITURRAHMAN BLANG KUTA BANDAR DUA Seng + daag Semua sisi 8,60 Ringan-struktur
18 BABUSSALAM UTEUN BAYU BANDAR DUA Seng + daag Depan 10,57Ringan-struktur
19 AT TAQWA DAYAH KLENG Meureudu Genteng metal Depan 1,30 Ringan-struktur
20 Baitul Quddus Masjid Mulien Meureudu seng Semua sisi 4,20 Ringan-struktur
21 BAITUL MAQFIRAH BLANG AWE Meureudu seng Depan 4,33 Ringan-struktur
22 NURUL YAQIN MASJID ULIM BAROH Ulim seng Depan 5,26Ringan-struktur
23 RAUDHATUZ ZAHRA KEUDE LUNGPUTU Bandar Baru Genteng Semua sisi 20,12 Ringan-struktur 24 BAITUL MUKARAM GAMPONG GEUNTENG MEURAH DUA Daag Beton Semua sisi 3,41 Tidak rusak 25 Baital Makmur al' Amin Ulee glee BANDAR DUA Daag Beton Semua sisi 14,22 Tidak rusak 26 AT-TAQWA REULET MANGAT Jangka Buya Seng + daag Semua sisi 9,19Tidak rusak 27 BABUL MUBARAKAT KUMBA BANDAR DUA Seng + daag Semua sisi 12,25 Tidak rusak 28 Baitussattar Mesjid Tuha Meureudu Genteng Depan, kiri dan kanan 1,13 Tidak rusak
29 AL IKHLAS DEAH PANGWA Trieng Gadeng seng Semua sisi 1,11 Tidak rusak
30 AL-ISLAH BERIWEH PULO U Meureudu seng Semua sisi 1,62 Tidak rusak
31 BABUL IMAN MEURANDU ALUE BANDAR DUA seng Semua sisi 12,81Tidak rusak
32 LIWAUL HAMDI SAGOE LANGGIEN Bandar Baru Genteng metal Semua sisi 20,04 Tidak rusak
33 JAMI’ TGK. JAPAKEH TEUPIN PUKAT MEURAH DUA seng Depan 2,41Tidak rusak
34 BAITUL IZZATI TGK.
DIRUNGKOM RUNGKOM Meureudu - Depan 3,79 Tidak rusak
Burhan Nasution, Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
Seminar Nasional : Kota Sadar Bencana - April 2017 43
Kerusakan bangunan masjid selain faktor kwalitas bangunan yang rendah, ternyata pengaruh bentuk bangunan masjid juga ikut mempengaruhi tingkat kerusakan bangunan masjid di Pidie Jaya, seperti terlihat pada tabel 1.
Pengaruh bentuk bangunan masjid yang dimaksud disini adalah pengaruh penggunaan bentuk atap yang datar dengan bahan beton bertulang (daag), penggunaan atap plana dan perisai dengan bahan geteng metal atau seng, bentuk masjid yang tertutup dengan dikelilingi dinding bata dan bentuk masjid yang terbuka tanpa dinding samping dan belakang (hanya terdapat dinding di bagian depan saja).
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa pada bangunan yang tingkat kerusakan dari berat hingga roboh, 89% (8 dari 9 masjid) bangunan masjid berbentuk terbuka (hanya terdapat dinding di bagian depan saja) dan sisanya 11 % (1 dari 9 masjid) berbentuk tertutup. Kondisi ini disebabkan karena timbulnya momen puntir yang besar pada bagunan akibat dari pemakaian dinding bata hanya pada sisi depan bangunan saja, seperti diperlihatkan pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Pengaruh momen puntir pada bangunan masjid untuk ; (a) Denah masjid tanpa dinding, (b) Denah masjid dengan dinding di bagian depan saja, (c) Denah masjid
dengan dinding di kesemua sisi
Dari gambar 3 terlihat akibat dari pemakaian dinding bata dibagian depan saja, maka titik kekakuan bangunan bergeser ke arah depan bangunan, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Julia Maidar (2016), bahwa pasangan dinding meningkatkan nilai kekakuan bangunan. Dengan bergesernya titik kekakuan menjauhi titik berat bangunan maka akan timbul momen torsi yang besar yang akan menyebabkan bangunan terpuntir (gambar b).
Pemakaian bentuk atap datar dari beton bertulang mengakibatkan beban gempa yang bekerja pada bangunan semakin besar hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Gideon Kusuma (Kusuma dan Andriono, 1993), Semakin berat bangunan, maka semakin besar gaya gempa yang timbul.
Kombinasi pemakian bentuk atap datar dari beton bertulang dan bentuk masjid terbuka (hanya terdapat dinding di bagian depan saja) serta jarak yang dekat dari pusat gempa mengakibatkan bangunan roboh dan rusak berat.
Kondisi ini sangat berbeda jika kita bandingkan dengan bangunan yang memakai atap plana dan perisai dari seng atau genteng metal dengan bentuk masjid tertutup (dinding bata di semua sisi bangunan), 33% rusak ringan dan 67% tidak rusak.
a b c
Burhan Nasution , Sofyan : PENGARUH BENTUK MASJID SATU LANTAI…
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kerusakan bangunan di Pidie Jaya selain akibat dari pemakaian kwalitas bahan yang rendah, pemakaian bentuk atap masjid yang datar dari beton bertulang dan bentuk masjid yang terbuka (hanya terdapat dinding di bagian depan saja) mengakibatkan tingkat kerusakan bangunan akibat gempa bumi semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Boen, T., dan kawan kawan. (2010). Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak Akibat Gempa Bumi. World Seismic Safety Initiative
Kusuma, Gideon dan Andriono, Takim. (1993) Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa, Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, Erlangga, Jakarta.
Maidar, Julia . (2016). Pengaruh Bukaan Jendela Pada Dinding Bata Terhadap Kapasitas Dan Kekakuan Portal Baja Dalam Menahan Beban Lateral.
Laporan Tugas Akhir Fakultas Teknik Unsyiah
Nawawi, H. Hadari dan Martini, H. Mimi. (1994). Penelitian Terapan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sunaryati, Jati dan kawan kawan. (2009). Pengaruh Eksentrisitas Pusat Massa Bangunan Beton Bertulang Terhadap Stabilitas Struktur Yang Mengalami Beban Gempa. Jurnal Rekaya Teknik Sipil, Vol. 5 No 1 Februari 2009, ISBN: 1858-2133.
Bibliografi
Departemen Pekerjaan Umum. (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI – 1726 – 2002, Jakarta
SNI 03-1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Bandung.
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Dasar Metode Teknik Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.