• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Keluarga Antara Anak Dengan Orang Tua Tunggal Dengan Sikap Sosial Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. SKRIPSI. RENDI AYU 130904048. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(2) Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Keluarga Antara Anak Dengan Orang Tua Tunggal Dengan Sikap Sosial Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. RENDI AYU 130904048 Public Relations. DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(3) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI. LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama. : Rendi Ayu. Nim. : 130904048. Departemen. : Ilmu Komunikasi. Judul. : Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Keluarga Antara Anak Dengan Orang Tua Tunggal Dengan Sikap Sosial Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. Medan, Maret 2017 Dosen Pembimbing. Ketua Departemen. Dr.Iskandar Zulkarnain, M.Si NIP.196609031990031004. Dewi Kurniawati,M.Si., Ph.D NIP.196505241989032001. Dekan FISIP USU. Dr.Muryanto Amin, M.Si NIP.197409302005011002. Universitas Sumatera Utara.

(4) HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS. Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukkan pelangggaran (plagiat) maka saya bersedia di proses sesuai dengan hokum yang berlaku.. Nama. :Rendi Ayu. Nim. :130904048. Departemen. :Ilmu Komunikasi. Tanda Tangan. :. Tanggal. :Maret 2017. Universitas Sumatera Utara.

(5) LEMBAR PENGESAHAN. Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama. : Rendi Ayu. Nim. : 130904048. Departemen. : Ilmu Komunikasi. Judul. : Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Keluarga Antara Anak Dengan Orang Tua Tunggal Dengan Sikap Sosial Anak Di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewa penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.. Majelis Penguji. Ketua Penguji. :………………………………………..(. ). Penguji. :……………………………………….(. ). Penguji Utama. :……………………………………….(. ). Ditetapkan di. : Medan. Tanggal. : Maret 2017. Universitas Sumatera Utara.

(6) HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama. : Rendi Ayu. Nim. : 130904048. Departemen. : Ilmu Komunikasi. Fakultas. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas. : Sumatera Utara. Jenis Karya. : Skripsi. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royaliti Non Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : POLA KOMUNIKASI KELUARGA ANTARA ANAK DENGAN ORANG TUA TUNGGAL. DENGAN. SIKAP. SOSIAL. ANAK. DI. KELURAHAN. TANJUNG MULIA KECAMATAN MEDAN DELI (Studi Deskriptif) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, Mengalih media/Formatkan, mengelola. dalam. bentuk. pangkalan. data. (database),. merawat. dan. mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di. :. Universitas Sumatera Utara. Pada Tanggal. :. Maret 2017 Rendi Ayu. (. ). Universitas Sumatera Utara.

(7) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH SWT, yang mana senantiasa. memberikan. rahmat. dan. hidayah-Nya. sehingga. saya. dapat. menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Keluarga Antara Anak Dengan Orang Tua tunggal Dengan Sikap Sosial Anak di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar dikarenakan dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Secara khusu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua peneliti yang pertama Bapak Jamal Alamsyah sosok bapak yang hebat dan luar biasa dalam menginspirasi saya mengenai skripsi ini, dan kemudian ibu saya tercinta Ibu Yustiana yang tidak pernah lelah memberikan semangat, dorongan juga masukan tanpa batas kepada peneliti agar segera mungkin menyelesaikan skripsi, serta untuk satu-satunya saudara peneliti, kakak Yolanda. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti juga banyak menerima banyak masukan, bantuan, bimbingan dan juga motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak. Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi 3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos., M.A sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi. Universitas Sumatera Utara.

(8) 4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU periode sebelumnya 5. Ibu Dra. Dayana, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi periode sebelumnya 6. Bapak Dr. Iskandar Zulkaranin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan saran yang telah diberikan kepada peneliti dari awal hingga akhir penulisan skripsi selesai 7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 8. Calon suami peneliti Bayu Anggara, orang yang selalu ada disaat susah maupun senang, yang juga tidak pernah lelah memberikan dukungan dan nasihat kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini 9. Ponakan paling mungil Anindya Al Fathunissa yang uda memberikan semangat untuk peneliti dengan ketawa dan candanya 10. Abang kakak dan adek sepupu yang menjadi tempat berkeluh kesah ketika hampir menyerah dan tidak pernah bosan bertanya kapan akan segera menikah 11. Calon adik ipar peneliti yang gemesin Bella Apriliana dan Bulan Salsabila terima kasih selalu kasih dukungan maupun nasihat kepada peneliti untuk segera cepat menyelesaikan skripsi supaya menuju kepelaminan. Orang yang selalu punya leluconan yang hampir membuat peneliti betah dan lupa akan skripsi 12. Sahabat karib seperjuangan peneliti “Cepawe” Arini Mutia, Ayeisha Ardelisma, Elva Shintyani dan Novi Asriyanti kalian berempat adalah yang terbaik. Arin orang yang selalu cerewet untuk mengingatkan peneliti agar tidak lupa dengan barang sendiri. Eca orang selalu stay cool ketika peneliti meminta bantuan. Novi teman makan terbaik yang sayang sama. Universitas Sumatera Utara.

(9) makanan dan elva teman yang selalu bias menjadi teman bertukar pikiran ketika berbicara soal pacar intinya kalian lah yang terbaik 13. Ibu Marsinah, Ibu Sarinah, Ibu Suriani, dan Ibu Julyanti, beserta anakanaknya sebagai informan atas informasi yang diberikan sehingga peneliti bisa menyelesaikan peneliti ini dengan baik. 14. Juan Ricco Sastrawan sepupu yang sudah banyak bantu peneliti untuk mengantar peneliti melakukan wawancara kesana kemari 15. Fadil,irfandi(oom),dwiky,alfi,wawan dan cowok lainnya di Komunikasi stambuk 2013 kelas A yang sudah banyak kasih nasihat dan selalu peduli kepada skripsi peneliti agar tidak selalu teliti dalam mengerjakan skripsi 16. Karyawan dan staff “Bima Utomo Waterpark” yang peneliti anggap sudah seperti keluarga sendiri, tidak pernah ketinggalan untuk menyuruh peneliti agar segera selesai kuliah dan cepat menikah. Kalian luar biasa guys 17. Mahasiswa Departemen ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2013 yang sudah memeberikan banyak pengalaman hidup selama menjalankan masamasa kuliah semoga kita sukses semua 18. Semua pihak yang telah ikut membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Saya menyadari bahwasannya tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Medan,. Maret 2017. Peneliti,. \. Rendi Ayu. Universitas Sumatera Utara.

(10) ABSTRAK. Penelitian ini berjudul studi deskriptif kualitatif pola komunikasi keluarga antara anak dengan orang tua tunggal dengan sikap sosial anak yang berfokus pada karakteristik pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua tunggal pada lingkungan XXIV Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli, Medan, Sumatera Utara. Adapun tujuannya untuk melihat pola komunikasi yang di lakukan oleh orang tua tunggal terhadap anaknya yang menimbulkan efek sikap sosial pada anak dimana memberikan pengaruh pada sikap anak berperilaku dan bertingkah laku dikarenakan pola komunikasi yang kurang dimengerti.Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data analisis yang ada menjadi sebuah pembahasan dan hasilnya akan menggambarkan fenomena penelitian di lapangan yang sedetail-detailnya tentang proses pola komunikasi orang tua kepada anaknya, khususnya orang tua tunggal. Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah dengan wawancara dengan orang tua tunggal yang tinggal di wilayah lingkungan XXIV Kelurahan Tanjung Mulia Kec Medan Deli. Subjek penelitian ini ada 8 orang informan terdiri dari 4 orang tua tunggal dan masing masing satu orang anaknya, Ibu Sarinah,Marsinah, Suriani dan Juliyanti. Teknik analisis data adalah dengan mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Waktu penelitian ini dilakukan pada mulai November 2016 hingga Maret 2017. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa masing masing dari orang tua tunggal memiliki karakteristik pola komunikasi yang bermacam namun berimbang 2 orang tua tunggal melakukan pola komunikasi secara permissive dan authoritative. Secara pandangan komunikasi yang dilakukan, 2 orang yang melakukan pola konsensual sisanya mereka yang tanpa sadar menggunakan pola laissez fairez dan protektif dalam keseharian di keluarganya. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Orang Tua Tunggal, Sikap Sosial Anak, Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. Universitas Sumatera Utara.

(11) ABSTRACT. This study titled Family Communication Patterns Between Children With Single Parents Who Influence the Sosial Attitudes of Children that focuses on the characteristic patterns of communication made by a single parent in the neighborhood XXIV Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli, Medan, Sumatera Utara. The main purpose is to look at the patterns of communication will be undertaken by a single parent to their children that affect sosial attitudes in children where the impact on children's attitudes to behave and act because the pattern of communication that is less understood. This study uses a qualitative research methodology by describing the data analysis that there be a discussion and the results will illustrate the phenomenon of research in the field as much detail as the process of communication patterns of parents to their children, especially single parents. Data collection techniques the researchers did was to interview single parents who live in the area of environment XXIV Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. The subjects of this study there are eight informants consists of four single parents and each one of her children, Mrs. Sarinah, Marsinah, Suriani and Juliyanti. Data analysis technique is the data reduction, data presentation and the conclusion. When the study was conducted at the start November 2016 to March 2017. The findings of this study indicate that each of the single parents has the characteristics of various communication patterns, but impartial two single parents do communication patterns are permissive and authoritative. In view of the communication is done, two people doing the rest of their consensual pattern that unwittingly using a pattern of laissez fires and protective in everyday life in the family. Keywords : Communication Patterns, Single Parent, Sosial Attitudes of Children, Tanjung Mulia Subdistrict, Medan Deli District.. Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ............................................................................. i. LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ii. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... iii. LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ........................ v. KATA PENGANTAR ........................................................................... vi. ABSTRAK ............................................................................................. ix. ABSTRACT ........................................................................................... x. DAFTAR ISI .......................................................................................... xi. DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii. DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv. DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1. 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 7. 1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 8. 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8. 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka................................................................................... 10. 2.1.1 Komunikasi ............................................................................ 10. 2.1.2 Bentuk Komunikasi ................................................................. 11. 2.1.3 Fungsi Komunikasi .................................................................. 13. 2.1.4 Faktor-Faktor Komunikasi ...................................................... 14. 2.1.5 Komunikasi Antar Pribadi ....................................................... 16. 2.1.6 Komunikasi Kelompok............................................................. 19. 2.1.7 Pola Komunikasi ..................................................................... 24. 2.1.8 Komunikasi Keluarga .............................................................. 28. 2.1.9 Efek Komunikasi ..................................................................... 31. Universitas Sumatera Utara.

(13) 2.1.10 Orang Tua Tunggal (Single Parent) ........................................ 33. 2.1.11 Sikap Sosial Anak ................................................................... 35. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ............................................................................ 41. 3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ........................................... 42. 3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 43. 3.4 Teknik Analisa Data ......................................................................... 44. 3.5 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 45. 3.6 Validitas Data ................................................................................... 46. 3.7 Lokasi Penelitian .............................................................................. 47. 3.8 Waktu Penelitan ............................................................................... 47. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................. 48. 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 48. 4.1.2 Proses Penelitian ....................................................................... 48. 4.1.3 Profil Informan ......................................................................... 50. 4.1.4 Hasil Pengamatan ..................................................................... 56. 4.2 Pembahasan ...................................................................................... 76. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 84. 5.2 Saran ................................................................................................. 85. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 87. LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR TABEL. Tabel 4.1 Profil Informan Orangtua Tunggal ........................................ 55. Tabel 4.2 Profil Informan Anak Dari Orangtua Tunggal ....................... 55. Tabel 4.3 Kriteria Pola Komunikasi ....................................................... 78. Universitas Sumatera Utara.

(15) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Bentuk Pola Komunikasi .................................................. 28. Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ........................................................... 46. Universitas Sumatera Utara.

(16) DAFTAR LAMPIRAN. 1. Pedoman Wawancara 2. Hasil Wawancara 3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 4. Surat Izin Peneltian 5. Surat Balasan Selesai Penelitian 6. Foto-foto Dokumentasi Informan 7. Biodata peneliti. Universitas Sumatera Utara.

(17) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kebahagiaan paling mendalam, semangat paling hebat, dan ketenangan jiwa paling terasa akan diperoleh seorang anak dari keluarganya yang penuh dengan kasih sayang, sebab kasih sayang yang diperoleh dari keluarga laksana tetesan embun di tengah padang pasir bagi seorang musafir yang telah lama dalam perjalanan. Anak yang hidup tanpa kasih sayang yang tulus dari orangtuanya tidak akan merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya. Keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap keluarga memikul tanggung jawab terhadap keselamatan,. ketenangan,. kebahagiaan,. dan. kesejahteraan. hidup. setiap. anggotanya. Pendidikan pertama diperoleh seorang anak dari orangtuanya. Dengan di mulai orangtua seseorang anak memulai interaksi dan komunikasinya. Terjadinya interaksi dan komunikasi dalam keluarga akan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan saling memberikan stimulus dan respons (Tangkudung, 2014 : 3) Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antarmanusia. Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Proses komunikasi terjadi ketika manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi, yaitu ketika menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Lumanauw, 2014 : 6). Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orangtua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri. Komunikasi dalam keluarga adalah bentuk komunikasi yang paling ideal, karena hirarki antara orangtua dan anak ada tapi tidak menyebabkan formalitas komunikasi di antara mereka. Perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, usia, kebiasaan dan kepribadian antara. Universitas Sumatera Utara.

(18) anggota keluarga khususnya suami istri tidak menjadi penghalang untuk berkomunikasi (Tangkudung, 2014 : 4). Komunikasi juga merupakan suatu hal penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Bayi yang baru lahir sekalipun sudah memerlukan komunikasi untuk menyampaikan apa yang ia ingin dan perlukan melalui tangisan. Dengan tangisanlah ia menyampaikan pesan bahwa ia haus, lapar, sakit, ataupun hanya sekedar ingin dibelai oleh ibunya. Percakapan yang hangat antara anak dan orangtua mempunyai arti dan kebahagiaan yang penting bagi seorang anak. Senyum orangtua jika anak berbuat baik dapat membuat anak termotivasi untuk selalu berbuat baik. Cerita-cerita anak jika didengarkan dengan baik akan menjadikan anak lebih bersikap terbuka dan merasa dirinya dihargai. Penghargaan akan sangat penting artinya bagi seorang anak untuk menumbuhkan sikap percaya diri anak. Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi dalam keluarga adalah bentuk komunikasi yang paling ideal, karena hirarki antara orangtua dan anak ada tapi tidak menyebabkan formalitas komunikasi di antara mereka. Perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, usia, kebiasaan dan kepribadian antara anggota keluarga khususnya suami istri tidak menjadi penghalang untuk berkomunikasi. Sejak sepasang insan menikah, komunikasi dua keluarga besar dimulai secara intensif. Modal mereka tidak hanya kasih tapi juga platform yang sama, berdasarkan janji nikah. Namun demikian realitasnya masalah komunikasi banyak terjadi dalam keluarga bahkan sebagian besar masalah keluarga disebabkan terganggunya komunikasi. Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam. Universitas Sumatera Utara.

(19) keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita. Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi perkembangan anak. Disisi lain pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik (Wahidah, 2011 : 164). Dalam kehidupan keseharian kita, tidak akan pernah terlepas dari kegiatan yang namanya berkomunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara sadar atau tanpa kita sadari, kita dapat menghitung dari waktu ke waktu, selalu terlibat dalam komunikasi yang bersifat rutinitas. Beberapa jam waktu yang kita gunakan ialah ketika kita sedang menulis, berbicara, menonton televisi, dan belajar. Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, berbicara, dan membaca serta mendengarkan orang lain berbicara. Hal tersebut. Universitas Sumatera Utara.

(20) membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia. Dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita sehari-hari, dan setiap manusia berinteraksi, membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia tidak dapat menghindari yang namanya komunikasi (Liliweri, 1997 : 78). Komunikasi merupakan sebuah proses barbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua. orang. atau. lebih.. Komunikasi. terjadi. setidaknya. suatu. sumber. membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik dalam bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non verbal (non kata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2004 : 113). Dalam hal itu keluarga juga sangat penting dalam mempunyai komunikasi yang baik dengan anggota keluargannya Keluarga merupakan hal yang utama dan melekat di kehidupan setiap manusia. Keluarga adalah kelompok kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dengan hubungan yang terjalin erat dan terangkum bersama melalui ikatan perkawinan. Sebagaimana halnya institusi lain seperti institusi politik, pendidikan, agama dan ekonomi, keluarga juga mempunyai beberapa fungsi untuk dijalankan seperti fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, defenisi status, perlindungan dan ekonomi. Keluarga merupakan kelembagaan (institusi) primer yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Setiap individu berangkat dari sistem sosial keluarga, sebelum ia memasuki sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Keluarga juga merupakan subsistem (unit) kelembagaan terkecil dalam sistem sosial yang lebih besar, seperti masyarakat, bangsa, dan negara. Pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Menurut beliau keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri.. Universitas Sumatera Utara.

(21) Dalam kehidupan berkeluarga, banyak jenis keluarga yang ada di dalam masyarakat terutama mereka yang terdiri suami, istri dan anak yang biasa disebut keluarga inti (nuclear family). Banyak jenis keluarga yang muncul didasari oleh perkawinan yang tanpa memiliki anak hidup bersama dalam satu rumah (the dyad family), keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri (usila family), keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan. anak. terlambat. waktunya. yang. disebabkan. karena. mengejar. karier/pendidikan yang terjadi pada wanita (the childless family). Layaknya keluarga yang normal, jenis atau bentuk keluarga yang hidup dalam sosial masyarakat juga memiliki ragam lain seperti, extended family yaitu keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak (single parent family), hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan(menyalahi hukum pernikahan). Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat waktu tertentu (commuter family). Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah (multigenerational family). Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya (Blended family). Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)(single adult family). Keluarga lah yang merupakan tempat paling utama untuk melakukan aktivitas, wadah interaksi, komunikasi. Hal-hal dalam bentuk hubungan perhatian dan rutinitas pembentukan karakter selain di luar lingkungan tinggal.. Galvin dan Brommel (dalam Gunawan, 2013 : 225), mengemukakan bahwa komunikasi keluarga merupakan proses transaksi pembentukan dan pertukaran arti dalam keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi, hal ini dikenal sebagai pola komunikasi. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang. Universitas Sumatera Utara.

(22) dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004 : 1). Pola komunikasi keluarga merupakan salah satu faktor yang terpenting, karena keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal anak selama proses tumbuh kembang kepribadian dan sikap sosial anak serta perilakunya sosialisasinya. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.. Tanpa adanya. komunikasi dalam keluarga, akan terjadi kerawanan hubungan antara anggota keluarga. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga (Wahidah, 2011: 166). Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Ada jutaan keluarga yang para anggotanya kelihatan dapat bergaul rukun, tetapi hanya karena menghindari pengungkapan perasaan terbuka dan apa adanya, maka para anggota keluarga tersebut tidak dapat benar benar saling mengenal satu sama lain. Dengan demikian, mereka tidak bisa mengalami keindahan dari keakraban dan persatuan yang berasal dari komunikasi yang terbuka, jujur dan konstruktif. Bahkan dalam banyak keluarga yang cukup rukun pun sering terjadi kesalah pahaman dan hal yang menyakitkan hati, sehingga kegembiraan dan kepuasan dalam hidup terganggu. Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan peneliti, dapat terlihat betapa pentingnya terciptanya suasana komunikatif dalam keluarga, sehingga anak akan merasa keluarga adalah istana, harta dan puisi yang paling indah. Juga sesuatu yang terpenting dalam hidupnya. Adapun yang peneliti jadikan latar belakang masalah adalah hubungan komunikasi keluarga dengan sikap sosial anak.. Universitas Sumatera Utara.

(23) Latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk menggali dan membahas judul skripsi ini, yaitu: “Tentang pola komunikasi keluarga antara anak dengan orangtua tunggal mereka khususnya berada di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli”. Apakah setiap masing-masing orangtua memiliki perbedaan dan cara tersendiri dalam melakukan komunikasi kepada anaknya, dimana situasi seperti itu sangat mempengaruhi kehidupan keluarga dalam berinteraksi antara satu sama lain, untuk itu peneliti tertarik dalam melakukan penelitian tentang pola komunikasi keluarga antara anak dengan orangtua tunggal serta sikap sosial yang muncul di lingkungan sosialnya yang berada di daerah Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. Dalam lingkungan penelitian dari peneliti, peneliti menentukan pilihan Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dikarenakan potensi jumlah orang tua tunggal yang menjadi subjek penelitian saat ini pada Kelurahan Tanjung Mulia sangat besar berdasarkan data dari pihak kelurahan setempat. Jumlah keseluruhan Lingkungan Masyarakat mencapai 28 lingkungan, sehingga memudahkan peneliti untuk pemilihan subjek yang sesuai dengan kriteria pada penelitian ini. 1.2 Perumusan Masalah Bedasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pola komunikasi keluarga antara anak dengan orangtua tunggal dengan sikap sosial anak di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli?” 1.3 Batasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dimana hanya memaparkan dan merincikan pola komunikasi orangtua tunggal, dimana secara khusus ibu. Universitas Sumatera Utara.

(24) sebagai orangtua tunggal (single parent) yang menjadi objek dari penelitian ini. 2. Penelitian ini tidak hanya dilakukan kepada orangtua tunggal saja namun juga dilakukan pada anak-anak dari orangtua tunggal yang dikategorikan remaja. Peneliti berasumsi bahwa anak merupakan hasil cara didik dan cara asuh orangtua yang memberikan dampak sosial psikologis pada anak dari orangtua tunggal yang bersangkutan dan bagaimana sikap sosial anak tersebut di lingkungannya. 3. Penelitian yang di lakukan pada Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 28 lingkungan masyarakat, dikarenakan pertimbangan peneliti mengenai jumlah yang cukup signifikan melalui informasi data dari pihak kelurahan setempat. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. agar bisa mengetahui bagaimana pola komunikasi keluarga antara anak dengan orangtua tunggal dan masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh seorang ibu yang menjadi orangtua tunggal ketika menjalani hidup bersama anaknya tanpa ada sosok seorang suami yang mendampingi. 2. untuk mengetahui masalah-masalah sikap sosial anak baik secara eksternal maupun internal yang dihadapi ibu sebagai orangtua tunggal. 3. Untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan oleh ibu sebagai orangtua tunggal dalam memimpin dan mendidik anak-anaknya.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan bisa membantu pembaca agar mengetahui bagaimana pola komunikasi yang diberikan oleh ibu sebagai orangtua tunggal dan kepala keluarga yang sekaligus mendidik anak-anaknya. Serta memberikan hasil informasi yang akurat mengenai peran orangtua tunggal khususnya ibu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan melengkapi. penelitian komunikasi lainnya serta menjadi referensi. tambahan bagi mahasiswanya, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2.. Secara Teoritis, bagi ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan memperluas wawasan khususnya mengenai pola komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok dalam komunikasi keluarga dengan orangtua tunggal di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. 3.. Secara Praktis, dapat memberikan masukan serta wawasan bagi orangtua tunggal dalam melakukan pola komunikasi kepada anak dalam upaya membentuk kecerdasan anak dan juga memberikan kontribusi secara pemikiran bagi pembaca. yang dibuat oleh peneliti selama menjadi. mahasiswa ilmu komunikasi, sekaligus dapat memberikan masukan kepada pembaca yang ingin mengetahui tentang pola komunikasi orangtua tunggal dalam menjadi kepala keluarga dalam mendidik anak-anaknya.. Universitas Sumatera Utara.

(26) BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Komunikasi Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga komunikasi sangat. dibutuhkan untuk membantu manusia dalam melakukan interaksi dengan yang lainnya, karena tentunya disetiap kesempatan ternyata kita sangat membutuhkan komunikasi untuk membantuk kita dalam memahami orang lain seperti apa kebutuhan dan keinginan orang lain lalu digunakan untuk kepentingan bersama. Sebagian besar orang telah menjadikan komunikasi sebagai alat untuk bisa melihat dan dapat memahami orang lain secara menyeluruh untuk menghindari komunikasi yang tidak efektif dimana terjadi ketika adanya ketidaksesuaian dengan apa yang diinginkan dengan apa yang nantinya berjalan sehingga akan menimbulkan hilang arah atau salah arah. Apalagi jika kita berada dalam sebuah lingkungan atau organisasi yang didalamnya terdapat berbagai macam individu dengan karakter atau sifat yang berbeda-beda pula serta tingkat pendidikan dan pemahaman yang juga beda. Oleh karena itu, kemampuan dalam komunikasi menjadi hal yang penting untuk bisa bekerja dengan orang lain. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latn communis yang berarti ‘sama’, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Menurut Everet M.Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dari sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2010 : 67). Untuk itu dalam proses interaksi yang kita lakukan dengan sesama manusia, sering kali kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita sampaikan. Adapun rumusan komunikasi yang sangat dikenal yaiu format yang dibuat oleh Harold Laswell komunikasi adalah “who says what in which channel to whom with what effect.”. Universitas Sumatera Utara.

(27) Pengertian komunikasi menurut (Effendy, 2004 : 107) adalah suatu proses dalam menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain dengan bertujuan untuk memberitahu, mengeluarkan pendapat, mengubah pola sikap atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran yang diberikan pada penerima pesan menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku (Pinilih dan Margowati, 2016 : 428). Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam komunikasi, ada sejumlah norma yang ingin diwariskan oleh orangtua kepada anaknya dengan pengandalan pendidikan. Norma-norma tersebut mencakup norma agama, akhlak, sosial, etika-estetika dan moral (Wahidah, 2011:165). 2.1.2. Bentuk Komunikasi Hubungan. antarmanusia. akan. tercipta. melalui. komunikasi,. baik. komunikasi verbal (bahasa) maupun nonverbal (symbol, gambar, atau media komunikasi lainnya) (Gunawan, 2013 : 218). Terdapat dua bentuk komunikasi yang muncul dalam komunikasi sehari-hari, yaitu : 1. Komunikasi Verbal ; berdasarkan penggunaan bahasa, intonasi, nada saat bicara ataupun logat, dialek, merupakan objek dalam memahami bentuk komunikasi verbal 2. Komunikasi non Verbal : komunikasi nonverbal meliputi komunikasi yang dapat disampaikan dalam berbagai cara, misalnya dengan gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata, penampilan dan gaya gerak. Seperti Intonasi, mimic, kinesik, proximity, haptik, kekasaran dan sentuhan (Afrina et al., 2010: 40).. 2.1.2.1 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written). Universitas Sumatera Utara.

(28) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. contoh: komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan media berupa surat, lukisan, gambar, grafik dan lain lain. 2.1.2.2 Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal (nonverbal communication) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi nonverbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi nonverbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Menurut Afrina (2015 : 132-133) Berikut bentuk bentuk komunikasi nonverbal : 1. Sentuhan: Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. 2. Gerakan tubuh; Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, 3. Vokalik; Vokalik atau paralanguage adalah unsure nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. 4. Kronemik; Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam. komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi. nonverbal meliputi durasi yang dianggap sesuai bagi suatu aktivitas,. Universitas Sumatera Utara.

(29) banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).. 2.1.3. Fungsi Komunikasi Dalam realitanya kualitas komunikasi menurut Laily & Matulessy antara. orangtua dan remaja dapat menghindari remaja dari perilaku agresif, hal ini dikarenakan antar orangtua dan remaja terjalin hubungan atau komunikasi yang intensif sehingga kemungkinan terjadi sharing dan pemecahan masalah (Pinilih dan Margowati, 2016 : 430) Therapist Nancy B. Irwin mengatakan bahwa konflik muncul akibat dari komunikasi yang tidak tersalurkan, harapan yang tidak terpenuhi atau niat yang terhalangi. Irwin mengatakan: "Cara terbaik untuk menghindari konflik, dan atau menghindari kesalahpahaman dalam hubungan adalah bersikap tegas dan sejelas mungkin dalam berkomunikasi" Jennifer Elizabeth Austin Mathewson / keluarga.com). Menurut Judy C Pearson dan Paul E. Nelson (Gunawan, 2013: 219) ada 2 fungsi utama komunikasi : 1. Untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi. 2. Untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Komunikasi adalah kebutuhan vital dari anak, dengan komunikasi yang baik, disiplin dapat dipertahankan, nilai-nilai baik dapat ditanamkan dan nilai-nilai buruk dapat ditekan kemunculannya (Pinilih dan Margowati, 2016 : 426). Menurut uraian di atas fungsi komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam memposisikan diri sebagai masyarakat dalam berhubungan sosial, guna memperoleh nilai-nilai yang baik dan menjauh dari konflik.. Universitas Sumatera Utara.

(30) 2.1.4. Faktor-Faktor Komunikasi Menurut Lunardi (Wahidah, 2011 : 174-176), ada sejumlah faktor-faktor. yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga seperti citra diri dan orang lain, suasana psikologis, lingkungan fisik, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan usia. 1. Citra diri dan citra orang lain Citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Citra diri adalah ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran inilah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menyaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan dengan orang lain, terutama manusia lain yang dianggapnya penting bagi dirinya, seperti ayah-bunda, guru-murid. Melalui kata-kata maupun komunikasi tanpa kata (perlakuan, pandangan mata, dan sebagainya) dari orang lain ia mengetahui apakah dirinya dicintai atau dibenci, dihormati atau diremehkan, dihargai atau direndahkan. 2. Suasana Psikologis Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya. 3. Lingkungan Fisik Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus ditaati, maka komunikasi yang berlangsung pun harus taat norma. Begitupun komunikasi dalam keluarga memiliki tradisi yang harus ditaati. Kehidupan keluarga yang menjunjung tinggi norma agama memiliki tradisi kehidupan yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang. Universitas Sumatera Utara.

(31) meremehkan norma agama. Oleh karena itu, lingkungan fisik, dalam hal ini lingkungan keluarga, mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi. 4. Kepemimpinan Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Pola kepemimpinan orang tua dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu, ada tiga tipe kepemimpinan orang tua yang melahirkan pola komunikasi yang berbeda sehingga suasana kehidupan keluarga yang berbentuk pun berlainan yaitu cara kepemimpinan otoriter, demokratis atau laissez faire. 5. Bahasa Penggunaan bahasa dipengaruhi oleh budaya keluarga di daerah tertentu. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki kata-kata tertentu dengan maksud tertentu dengan maksud tertentu dan bisa bermakna lain di daerah tertentu. 6. Perbedaan Usia. Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Oleh karena itu, setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak berbicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami. Dalam berkomunikasi, orang tua tidak bisa menggiring cara berpikir anak ke dalam cara berpikir orang tua karena anak belum mampu untuk melakukannya. Dalam berbicara, orang tualah yang seharusnya mengikuti cara berpikir anak dan menyelami jiwanya. Bila tidak, maka komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. orangtua jangan terlalu egois untuk memaksa anak menuruti cara berpikir orang tua. Jadi, yang patut untuk diperhatikan adalah pembicaraan yang sesuai dengan tingkat usia seseorang menjadi salah satu faktor penentu kualitas komunikasi. Akhirnya faktor komunikasi merupakan kunci bagi kesuksesan hubungan. Universitas Sumatera Utara.

(32) dalam berkeluarga. Karena itulah komunikasi dalam keluarga harus dilakukan secara berkesinambungan dan dipelihara dengan baik.. 2.1.5. Komunikasi Antarpribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam. keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi. Komunikasi antarpribadi merupakan satu proses sosial dimana orangorang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Ada 3 pendekatan umum yang dikemukakan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu: a. Komunikasi antarpribadi didefenisikan sebagai pengiriman pesan oleh seseorang dan menerima pesan dari orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek langsung. b. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara 2 orang yang ada hubungan di antara keduanya. c. Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk perkembangan/peningkatan komunikasi pribadi.. 2.1.5.1 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya (Effendy, 2006 : 129), yaitu : 1. Komunikasi diadik (Dyadic Communication) Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadiberlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan.. Situasi komunikasi seperti itu akan nampak dalam. komunikasi triadik atau komunikasi kelompok, baik kelompok dalam. Universitas Sumatera Utara.

(33) bentuk keluarga maupun dalam bentuk kelas atau seminar. Dalam suatu kelompok. terdapat. kecenderungan. terjadinya. pemilihan. interaksi. seseorang dengan seseorang yang mengacu kepada apa yang disebut primasi diadik (dyadic primacy). Primasi diadik ini ialah setiap dua orang dari sekian banyak dalam kelompok itu yang terlihat dalam komunikasi berdasarkan kepentingan masing-masing.. 2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) Komunikasi triadik ini adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertamatama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga secara berdialogis. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi massa, komunikasi triadik karena merupakan komunikasi antarpribadi lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikaf, opini, atau prilaku komunikan (Effendy, 2006 : 152).. 2.1.5.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa tujuan. Menurut De Vito (2007 : 129) terdapat empat tujuan komunikasi antarpribadi, yaitu : 1. Mengurangi kesepian Kontak dengan sesama manusia akan mengurangi kesepian. Ada kalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian. Di lain pihak, kita kesepian karena meskipun mungkin bersama orang lain, kita mempunyai kebutuhan akan kontak dekat. Dalam upaya mengurangi. Universitas Sumatera Utara.

(34) kesepian, orang berusaha memiliki banyak kenalan. Satu hubungan yang dekat biasanya berdampak lebih baik. 2. Mendapatkan rangsangan Manusia. membutuhkan. stimuli.. Salah. satu. cara. agar. manusia. mendapatkan stimuli adalah dengan melakukan kontak antar manusia. 3. Mendapatkan pengetahuan diri Sebagian besar melalui kontak antar manusialah kita dapat mengetahui diri sendiri. Persepsi mengenai diri sendiri sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan pikiran orang lain tentang kita. 2.1.5.3 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi Liliweri (1991 : 82) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang lain, yaitu: 1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu. 2. Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas 4. Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja 5. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan 6. Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan 7. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil. 8. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna. Komunikasi antarpribadi yang baik adalah komunikasi yang memiliki ciri keterbukaan, kepekaan dan bersifat umpan balik. Individu merasa puas berkomunikasi antarpribadi bila ia dapat mengerti orang lain dan merasa bahwa orang lain juga memahami dirinya. Komunikasi antarpribadi antara dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antarpribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis.. Universitas Sumatera Utara.

(35) Percakapan yang sifatnya pribadi, hanya dapat dilaksanakan melalui komunikasi antarpribadi. Hal ini dikarenakan komunikasi antarpribadi melibatkan pribadi dan terjalin melalui interaksi secara langsung di antara pribadi-pribadi yang sudah saling mengenal, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah diterima, dimengerti dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketepatan yang tinggi dapat dicapai apabila antara komunikator dan komunikan mempunyai pengalaman dan latar belakang yang sama, dengan demikian keefektifan komunikasi antarpribadi dapat terjadi. Orang tua dan anak yang hidup dalam suatu keluarga tentunya mempunyai pengalaman dan latar belakang yang sama. Anak belajar dari orang tua sehingga pengalaman dan pengetahuan orang tua banyak diberikan kepada anaknya.. 2.1.6. Komunikasi Kelompok. 2.1.6.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Prinsip komunikasi kelompok dengan prinsip komunikasi interpersonal. hampir mirip, yakni pesan yang disampaikan kepada individu yang lainya dibalas juga dengan suatu pesan yang telah di interpretasikan oleh si penerima pesan tersebut sebelum disampaikan sebagai balasan pesan yang dikirimkan. Perbedaan komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal adalah intensitas individuindividu itu bertemu. Komunikasi interpersonal bisa terjadi dimanapun di halte, bus, jalan, sekolah, pasar, dan dimana saja saat individu-individu itu melakukan suatu komunikasi. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005 : 34). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi kelompok tediri dari dua kata komunikasi dan kelompok, komunikasi dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, yakni. Universitas Sumatera Utara.

(36) maksudnya menyamakan suatu makna. Sedangkan kelompok menurut Hariadi (Tutiasri, 2016 : 83-84) kelompok dapat dipandang dari segi presepsi, motivasi, dan tujuan, interdependensi, dan juga dari segi interaksi. Berarti komunikasi kelompok adalah menyamakan suatu makna didalam suatu kelompok. Pengertian kelompok berdasarkan diatas dapat diartikan atas dasar: a) Motivasi dikemukakan Bass, menyatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang keberadaanya sebagai kumpulan memberikan reward kepada individu-individu. b) Atas dasar tujuan yang dikemukakan oleh Mills, kelompok dipandang Mills adalah suatu kesatun yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan kontak hubungan untuk suatu tujuan tertentu c) Segi interdependensi, Fiedler mengatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang saling bergantung satu dengan yang lainya. Bahwa kelompok adalah kumpulan beberapa orang orang yang berhubungan satu dengan yang lainya dan membuat mereka saling ketergantungan. d) Dasar interaksi yang dikemukakan oleh Bouner, menyatakan bahwa kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dari pengertian yang ada diatas menurut Hariadi (Tutiasri, 2016:84) bahwa pengertian kelompok memiliki ciri-ciri seperti dua orang atau lebih, ada interaksi diantara anggotanya, memiliki tujuan atau goals, memiliki struktur dan pola hubungan di antara anggota yang berarti ada peran, norma, dan hubungan antar anggota, serta groupnees, merupakan satu kesatuan. Menurut A. Maslow Pengertian kelompok agar lebih jelas, diawali dengan pores pertumbuhan kelompok itu sendiri. Individu sebagai mahluk hidup mempunyai kebutuhan (Tutiasri, 2016 : 85), yakni adanya:. Universitas Sumatera Utara.

(37) 1. Kebutuhan fisik, 2. Kebutuhan rasa aman, 3. Kebutuhan kasih sayang, 4. Kebutuhan prestasi dan pretise, serta 5. Kebutuhan untuk melaksanakan sendiri. Dengan kebutuhan tersebut, sehingga komunikasi kelompok berarti menyamakan makna dalam satu kelompok. Komunikasi kelompok menyamakan suatu makna secara bersamaan, saling mempengaruhi satu sama yang lain untuk mencapai tujuan kelompok secara bersamaan. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005 : 102) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:. Universitas Sumatera Utara.

(38) 1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka; 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan; 3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin; 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama; 5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain. 2.1.6.2 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya. Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. 1. Kelompok primer dan sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Mulyana, 2005 : 162) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Kelompok ini dibedakan berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan. Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan. adalah. kelompok. yang. anggota-anggotanya. secara. administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif). Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi. 3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright (dalam Mulyana, 2005 : 173) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:. Universitas Sumatera Utara.

(40) a. Kelompok Tugas; Kelompok. tugas. bertujuan. memecahkan. masalah,. misalnya. transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik b. Kelompok Pertemuan; dan Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan c. Kelompok Penyadar. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.. 2.1.7. Pola Komunikasi Pola komunikasi dalam keluarga adalah suatu pengorganisasian yang. menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan, image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Wahidah, 2011 : 176). Pola komunikasi di artikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan interaksi dan pola komunikasi dalam keluarga. Pola komunikasi orangtua terhadap anak sangat bervariasi. Menurut Yusuf (dalam Gunawan, 2013: 220) adapun macam macam pola komunikasi orangtua pada anak, yaitu : Authoritarian (cenderung bersikap. Universitas Sumatera Utara.

(41) bermusuhan),. Permissive. (cenderung. berperilaku. bebas),. authoritative. (demokratis) : 1. Authotarian ( cenderung bersikap bermusuhan) Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orangtua rendah, namun dalam kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando (mengharuskan/memerintah. anak. untuk. melakukan. sesuatu. tanpa. komprom), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap menolak. 2. Permissive (cenderung berperilaku bebas) Dalam hal ini sikap acceptance orangtua tinggi, namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginan. Sedang anak bersikap impulsive serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan prestasinya rendah. 3. Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan) Dalam hal ini acceptance orangtua dan kontrolnya tinggi, bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk Sedangkan Menurut Wahidah (2011 : 169), ada tiga jenis model dalam pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga : 1. Model Stimulus-Respon Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus-respon (S-R). Pola ini menunjukan komunikasi sebagai suatu proses‚ aksi-reaksi yang sangat sederhana. Pola S–R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek, setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutinya.. Universitas Sumatera Utara.

(42) 2. Model ABX Model ABX dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi sosial. Newcomb. menggambarkan. bahwa. seseorang. (A). menyampaikan. informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Bila A dan B mempunyai sikap positif terhadap satu sama lain dan terhadap X (orang, gagasan atau benda) hubungan itu merupakan simetri. Dalam konteks ini, bila A dan B saling membenci dan salah satu menyukai X, sedangkan lainnya tidak, hubungan itu juga merupakan simetri. Akan tetapi, bila A dan B saling menyukai, namun mereka tidak sependapat mengenai X atau bila mereka saling membenci, namun sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetri. Dalam hubungan keluarga, suami-istri sering membicarakan anaknya, apakah itu terkait dengan soal sikap dan perilaku anak, pergaulan anak, masalah sandang atau pangan anak, atau pun masalah pendidikan anak. Ketika pembicaraan kedua orang tua itu berlangsung, anak sama sekali tidak terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan, anak hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas kemampuannya. 3. Model Interaksional Model. interaksional. ini. berlawanan. dengan. S-R.. Model. S-R. mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Di sini, komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Dalam keluarga, interaksi terjadi dalam macam-macam bentuk, dan yang mengawali interaksi tidak mesti dari orangtua kepada anak, tetapi bisa juga sebaliknya dari anak kepada orang tua, atau dari anak kepada anak. Semuanya aktif, reflektif dan kreatif dalam interaksi. Suasana keluarga aktif dan dinamis dalam kegiatan perhubungan, suasana dialogis lebih terbuka, karena yang aktif menyampaikan pesan tertentu tidak hanya dari orang tua kepada anak, tetapi juga dari anak kepada orangtua atau dari anak kepada anak.. Universitas Sumatera Utara.

(43) Selain itu McLeon dan Chafee (dalam Afrina, 2015 : 133-134) menyebutkan bahwa pola komunikasi keluarga terdiri dari pola Laiseez-faire, protektif, pluralistic dan konsensual. : 1. Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, Ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orang tua. Anak maupun orang tua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah. 2. Komunikasi keluarga dengan pola protektif, Ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri. 3. Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik Merupakan komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung. 4. Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, Ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga. Gambar.2.2.7.1 Bentuk Pola Komunikasi. Universitas Sumatera Utara.

(44) Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dilandasi dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing, dan di didik dan bukan sebagai objek semata (Wahidah, 2011 : 164). 2.1.8. Komunikasi Keluarga Keluarga merupakan forum pendidikan yang pertama dan utama dalam. sejarah hidup sang anak yang menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter manusia itu sendiri (Hyoscyamina, 2011 : 144). Pembentukan karakter anak tersebut akan tercapai apabila adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya (Pusungulaa dkk, 2015 : 2). Keluarga memiliki peran dalam mempengaruhi terhadap pola interaksi sosial anak. Keluarga juga sebagai tempat pembentukan kepribadian anak (Rohmat, 2010 : 44). Lingkungan pertama dan utama yang dapat mengarahkan seorang anak untuk menghadapi kehidupannya adalah keluarga. Melalui keluarga, anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya serta menyimak nilai-nilai sosial yang berlaku (Afrina dkk, 2010 : 36) Lingkungan di luar keluarga akan turut andil dalam pembentukan perilaku anak. Anak-anak mudah sekali untuk mengadopsi dan meniru apa saja yang mereka lihat dan mereka dengar. Perhatian mereka terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya. banyak. dipengaruhi. oleh. nilai-nilai. yang. mereka. anut. (Ramadhani, 2013 : 113). Ada beberapa unsur penting dalam diri individu yang perlu dikembangkan dalam keluarga. Di antaranya adalah intelektualitas yang berorientasi pada kebudayaan, moral keagamaan, kemandirian, orientasi pada prestasi dan produkvitivitas, serta kemandirian. Bila unsur-unsur tersebut berkembang dengan baik maka ia akan dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu mencukupi diri, kompetitif, adaptif dan dapat memajukan lingkungan sosial dan budayanya, serta berperilaku etis (Faturochman, 2001 : 5). Komunikasi keluarga menurut Rae Sedwig (dalam Lumanauw, 2014 : 2), adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh. Universitas Sumatera Utara.

(45) (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. Proses komunikasi antara orangtua dan anak dalam menanamkan perilaku positif berlangsung secara tatap muka dan berjalan dua arah artinya ketika orangtua mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi perilaku anak ke arah yang positif pula, komunikasi berjalan dengan adanya interaksi di antara orangtua dan anak (Ramadhani, 2013 : 119). Menurut Wahidah (2011 : 167), komunikasi akan sukses apabila orang tua memiliki kredibilitas di mata anaknya. Bagaimana caranya agar komunikasi dalam keluarga bisa efektif, ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Respect Penghargaan (respect) komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak jika ia melakukannya dengan penuh penghargaan. Jika ini dilakukan, maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orang tua atau orang di sekitanya. 2. Empati. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti oleh orang lain. orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indera saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga. 3. Audible Audible yang berarti dapat didengarkan atau dapat dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang. Universitas Sumatera Utara.

(46) bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk dalam komunikasi yang dapat dimengerti dengan baik. 4. Kejelasan. Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orang tua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia). 5. Ketepatan. Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja. 6. Kerendahan hati Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka lawan diskusi kita menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.. 2.1.9. Efek Komunikasi Kekecewaan atas minimnya komunikasi tersebut, membuat remaja. mencari ruang ruang komunikasi di luar rumah di mana mereka bisa lebih dihargai dan didengarkan pendapatnya (Pinilih dan Margowati, 2016 : 426). Different family communication patterns have difference influences on the constructions of children’s self-concepts. The change in children ‘s self concepts from their childhood to adolescence requires to adjust their understanding of their children’s self-concepts so as to maintain successful parent-child manifest themselves in the family communication pattern that parents create (Abu-Bakar and Aftharmorhan, 2016 : 34). Pengaruh dari pola komunikasi yang berbeda. Universitas Sumatera Utara.

(47) tersebut dapat memberikan pengaruh yang berbeda bagi pengembangan konsep diri anak. Menurut Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Melati Ismi Hapsari MPsi, kenakalan remaja, terutama yang dilakukan kalangan anak usia sekolah, salah satunya bisa terjadi lantaran lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh orangtua. ”Pengawasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak tidak bisa secara otoriter atau mengikuti cara orangtua. Semestinya pengawasan tetap dilakukan, tetapi dilakukan dengan caracara yang kondusif, sehingga anak tidak merasa berada dalam pengawasan,” jelas dia kepada (www.suaramerdeka.com). Menurutnya, model pengawasan yang tepat adalah dengan melakukan komunikasi yang positif kepada mereka. Dalam komunikasi positif, orangtua sebaiknya lebih banyak berperan untuk mendengarkan keluh kesah anak. Biarkan anak mengungkapkan persoalan yang dihadapi terlebih dulu, baru setelah itu orangtua memberikan pendapat dan saran. Apabila kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang tidak terpenuhi, berarti komunikasi antara remaja dan orangtua juga tidak terpenuhi akan dapat menimbulkan kegelisahan dan kegelisahan akan menimbulkan tingkah laku negative (Pinilih dan Margowati, 2016 : 426). Ketua Harian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda, Adji Suwignyo juga memberi respon Ketua Harian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda, Adji Suwignyo juga memberi respon. “orangtua harus membuka komunikasi yang baik terhadap anak-anaknya. Agar anak bisa terbuka untuk menceritakan hal-hal yang ingin dia ketahui,” jelas Adji. Psikolog UPT Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sleman, Nurtika Ulfah mengemukakan, “ketidakpuasan anak kepada orangtua bisa muncul, lantaran komunikasi di dalam keluarga tidak berjalan dengan lancar. Sehingga anak tidak merasakan kenyamanan di dalam. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Tabel 4.1 Profil Informan Orangtua Tunggal
Tabel 4.3. Kriteria Pola Komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Khitan adalah termasuk salah satu keindahan syariat Islam yang Allah perintahkan kepada hamba-hambaNya. Allah menyempurnakan keindahan-keindahan ini pada mereka secara lahir

Program Studi Pendidikan Sosiologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Adat Minangkabau merupakan falsafah kehidupan atau pedoman

[r]

[r]

Penyusunan Rencana Induk SPAM Regional Semarsalat Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Organik Berbahan Baku Kompos Sampah Perkotaan.. Penyusunan Rencana Induk

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

operasional pada penelitian ini yaitu tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and Communication Technology)1. Tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi