32
Universitas Kristen Petra
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui faktor – faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penerapan strategic purchasing dan pengaruhnya pada kinerja perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdapat di Provinsi Jawa Timur. Responden dalam penelitian ini adalah para staf yang bekerja di Departemen Purchasing atau staf yang bertugas melakukan pembelian barang atau pengadaan barang pada perusahaan manufaktur tersebut. Pertimbangan pemilihan responden ini adalah karena para responden mengetahui dengan jelas keadaan purchasing pada perusahaan manufaktur tempat mereka bekerja. Terdapat dua jenis pembahasan dalam penelitian ini yaitu pembahasan deskriptif yang membahas tentang pandangan responden terhadap indikator – indikator masing – masing variabel yang ada dalam penelitian dan pembahasan kausalistik yang akan membahas tentang pengaruh faktor – faktor seperti strategic alliance, Information Technology, dan Managing of Purchasing terhadap strategic purchasing dan strategic purchasing terhadap firm performance pada perusahaan manufaktur di Jawa Timur.
4.1.1. Analisa Deskriptif Perusahaan
Analisa deskriptif bertujuan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Keadaan perusahaan ini antara lain departemen purchasing, ruang lingkup kegiatan purchasing, jenis perusahaan (Go Public atau Keluarga), sertifikasi ISO 9001, sumber bahan baku, kecenderungan perusahaan dalam melakukan pemilihan supplier kontrak dengan supplier, dan bagian yang melakukan kegiatan purchasing.
4.1.2. Profil Perusahaan Berdasarkan Departemen Purchasing
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar perusahaan (96%) memiliki
departemen khusus yang melakukan kegiatan purchasing perusahaan atau
33
Universitas Kristen Petra
departemen purchasing sedangkan hanya 4% perusahaan yang tidak memiliki departemen khusus untuk melakukan kegiatan purchasing pada perusahaannya.
Tabel 4.1. Departemen Purchasing
No Departemen Purchasing Jumlah Persentase
1 Ya 41 96%
2 Tidak 2 4%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.3. Profil Perusahaan Berdasarkan Ruang Lingkup Kegiatan Purchasing Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ruang lingkup tertinggi dari perusahaan – perusahaan tersebut adalah pengadaan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi (68%). Namun kegiatan purchasing pada beberapa perusahaan juga meliputi pengadaan modal kerja perusahaan seperti mesin produksi (25%) dan hanya sedikit perusahaan yang kegiatan purchasingnya meliputi pengadaan tenaga kerja (6%).
Tabel 4.2. Ruang Lingkup Kegiatan Purchasing Perusahaan
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Pengadaan bahan baku 43 68%
2 Pengadaan modal kerja (mesin produksi, dll) 16 25%
3 Pengadaan tenaga kerja 4 6%
Total 63 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.4. Profil Perusahan Berdasarkan Jenis Perusahaan
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa lebih banyak perusahaan yang telah menjadi
perusahaan Go Public yang berarti terdapat kegiatan penawaran saham yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menjual saham kepada masyarakat umum (56%)
dan sisa perusahaan yang menjadi responden tergolong perusahaan keluarga (44%)
dimana perusahaan keluarga tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat luar
untuk memiliki saham pada perusahaan tersebut.
34
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3. Jenis Perusahaan
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Go Public 24 56%
2 Keluarga 19 44%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.5. Profil Perusahaan Berdasarkan Sertifikasi ISO 9001
Table 4.4 menunjukan bahwa sebesar 60% perusahaan yang menjadi responden belum memiliki sertifikasi ISO 9001. Dengan kata lain sebagian besar perusahaan tidak mendapat pengakuan jaminan mutu terhadap produk atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan 40% dari perusahaan responden telah memiliki serfikasi ISO 9001 atau telah memenuhi persyaratan internasional terhadap produk atau jasa yang dihasilkan.
Tabel 4.4. Sertifikasi ISO 9001
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Sudah 17 40%
2 Belum 26 60%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.6. Profil Perusahaan Berdasarkan Asal Bahan Baku
Melalui Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa lebih banyak perusahaan yang memperoleh bahan baku melalui dua sumber yaitu import dan lokal sebesar 51%.
Setelah itu sebesar 42 % perusahaan – perusahaan yang menjadi responden
memperoleh bahan baku secara lokal saja dan hanya 7% perusahaan memperoleh
bahan baku dengan cara import bahan baku tersebut dari luar negeri.
35
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5. Asal Bahan Baku
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Import 3 7%
2 Lokal 18 42%
3 Import dan Lokal 22 51%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.7. Profil Perusahaan Berdasarkan Kecenderungan Perusahaan dalam Memilih Supplier
Sebanyak 63% perusahaan – perusahaan responden memilih untuk tetap mendapatkan bahan baku dari supplier lama dan sisanya yaitu 37% perusahaan lebih cenderung untuk terus mencari supplier baru untuk memenuhi kebutuhan proses pengadaan pada perusahaan. Hal ini dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain agar mendapatkan supplier dengan bahan baku yang lebih murah, lebih berkualitas ataupun supplier yang memiliki ketepatan pengiriman yang lebih dibandingkan supplier yang lama. Selain itu perusahaan terus menerus mencari suppier baru agar perusahaan tidak bergantung pada satu supplier saja dan perusahaan bisa tetap mendapatkan bahan baku jika supplier yang lain sedang mengalami masalah dalam memberikan bahan baku.
Tabel 4.6. Kecenderungan Perusahaan dalam Memilih Supplier
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Supplier Lama 27 63%
2 Mencari Supplier Baru 16 37%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.8. Profil Perusahaan Berdasarkan Kontrak Perusahaan Dengan Supplier
Melalui Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa lebih banyak perusahaan yang tidak
memiliki kontrak dengan supplier (53%) dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki ikatan kontrak dengan suppliernya (47%). Kontrak dengan supplier ini
dimaksudkan menjadi pengikat antara perusahaan dengan supplier agar kedua belah
pihak mematuhi segala ketentuan yang telah disepakati bersama.
36
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7. Kontrak Perusahaan dengan Supplier
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Memiliki Kontrak 20 47%
2 Tidak Memiliki Kontrak 23 53%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.1.9. Profil Perusahaan Berdasarkan Jabatan yang Melakukan Purchasing Tabel 4.8 menunjukan bahwa jabatan yang paling banyak diberikan wewenang oleh perusahaan adalah middle management yaitu sebesar 40%. Staff – Staff pada middle management umumnya memiliki keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama maupun memotivasi orang lain dan yang termasuk golongan middle management antara lain manager dan kepala divisi. Setelah middle management, yang paling banyak melakukan kegiatan purchasing pada perusahaan adalah bagian top management (23%) dan staff (23%). Top management adalah yang bertanggung jawab atas keputusan – keputusan manajemen keseluruhan organisasi. Sebagai contoh yang termasuk Top management adalah direktur, wakil direktur, dan direktur utama. Melalui Tabel 4.8 juga dapat dilihat bahwa hanya sedikit perusahaan yang menggunakan seorang profesional dalam melakukan kegiatan purchasing.
Tabel 4.8. Jabatan yang Melakukan Purchasing
No Deskripsi Jumlah Persentase
1 Top Management 10 23%
2 Middle Management 17 40%
3 Profesional 6 14%
4 Staff 10 23%
Total 43 100%
Sumber: Data primer diolah (2014)
4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Penelitian
Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu mengukur apa
yang diinginkan serta dpat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen penelitian menunjukan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dibahas. Suatu
37
Universitas Kristen Petra
indikator dapat dikatakan valid jika memiliki nilai loading factor > dari 0.50.
Pengujian validitas dan realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantukan PLS.
4.2.1. Uji Validitas Instrumen Variabel Penelitian
Hasil pengujian validitas instrumen penelitian dari strategic alliance sebagai pengaruh terhadap keberhasilan strategic purchasing dapat dilihat pada tabel 4.9. Table tersebut menunjukan bahwa koefisien item dengan total (Corr Item- Total) menunjukan r pada masing – masing item pertanyaan lebih besar dari 0.30 sehingga seluruh instrumen untuk pengukuran strategic alliance dapat dikatakan valid.
Tabel 4.9. Validitas Strategic Alliance Instrumen Pengukuran Strategic Alliance Corr
Item-Total
Valid
Perusahaan Melakukan Information Sharing (produk baru, program baru, dan sebagainya) kepada
pemasok selama informasi tersebut tidak bersifat rahasia.
.497 Valid
Mitra aliansi melaksanakan semua perjanjian kerja sama aliansi sebagaimana yang telah disepakati.
.634 Valid
Perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok.
.625 Valid
Mitra aliansi dapat diandalkan untuk menyelesaikan permasalahan.
.559 Valid
Sumber: Data primer diolah (2014)
Hasil pengujian validitas berikutnya dilakukan terhadap instrumen dari information technology capability dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Melalui tabel 4.10 dapat dilihat bahwa seluruh corr item-total memiliki nilai lebih
besar dibandingkan 0.30 sehingga semua indikator dinyatakan valid atau dapat
dijadikan sebagai alat ukur variabel.
38
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.10. Validitas Information Technology Capalibity Instrumen Pengukuran Information
Technology Capability
Corr Item-Total Valid
Software dan hardware yang digunakan perusahaan mendukung kegiatan purchasing
.587 Valid
Pemahaman user terhadap software purchasing yang digunakan
.455 Valid
Koneksi internet pada perusahaan sangat memadai
.472 Valid
Mudahnya pengaksesan data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing
.493 Valid
Maintenance terhadap IT yang dimiliki perusahaan
.426 Valid
Sumber: Data primer diolah (2014)
Hasil pengujian validitas instrumen penelitian dari Managing of Purchasing menunjukan bahwa seluruh indikator variabel memiliki nilai corr item-total > 0.30 sehingga indikator tersebut dinilai valid dan dapat dijadikan alat ukur variabel.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Validitas Managing of Purchasing Instrumen Pengukuran Kemampuan Managing
of Purchasing
Loading Factor
Valid
Memiliki departemen khusus yang melakukan kegiatan purchasing
.332 Valid
Terdapat manager purchasing yang bertanggung jawab terhadap kegiatan purchasing
.713 Valid
Memiliki asisten manager yang membantu tugas dari manager purchasing
.586 Valid
Sumber: Data primer diolah (2014)
39
Universitas Kristen Petra
Hasil pengujian validitas instrumen penelitian dari strategic purchasing menunjukan bahwa koefisien korelasi item dengan corr item-total pada masing – masing indikator lebih besar dari 0.30 sehingga seluruh indikator yang digunakan untuk mengukur variabel strategic purchasing adalah valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur variabel. Hasil dari pengujian dapat dilihat pada table 4.12
Tabel 4.12. Validitas Strategic Purchasing Instrumen Pengukuran strategic
purchasing
Corr Item- Total
Valid
Hubungan dengan supplier berjalan dengan baik
.556 Valid
Rencana strategis bagian purchasing selaras dengan rencana strategis perusahaan.
.462 Valid
Kerja sama dengan supplier berjalan dengan maksimal
.419 Valid
Tingkat kewenangan yang diberikan perusahaan pada bagian purchasing berjalan dengan efektif
.302 Valid
Sumber: Data primer diolah (2014)
Hasil pengujian validitas instrumen dari firm performance dilihat pada tabel
4.13 yang menunjukan bahwa semua nilai dari corr item-total memiliki nilai yang
lebih besar dari pada 0.30 sehingga semua indikator dinyatakan valid dan dapat
dijadikan sebagai alat ukur variabel.
40
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.13. Validitas firm performance Instrumen Pengukuran firm
performance
Corr Item- Total
Valid
Biaya produksi perusahaan .409 Valid
Kecepatan pemenuhan waktu produksi barang perusahaan
.470 Valid
Ketepatan pemenuhan permintaan pelanggan
.438 Valid
Kecepatan pengiriman barang kepada pelanggan
.613 Valid
Sumber: data primer diolah (2014) 4.2.2. Convergent Validity
Menurut Ghozali (2006), suatu indikator dari sebuah variabel dikatakan valid jika memiliki nilai original sample estimate diatas 0.50. Pada penelitian ini seluruh indikator dari masing – masing variabel valid secara convergent validity.
Berikut pada tabel 4.14 akan ditunjukan outer loading indikator – indikator pada
setiap variabel dalam penelitian yang dikatakan valid pada pengujian.validitas
pengujian instrument penelitian.
41
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14. Result For Outer Loading (Convergent Validity)
VARIABEL INDIKATOR
ORIGINAL SAMPLE ESTIMATE
T- STATISTIC
X11 0.50 1.97
Strategic Alliance
X12 0.78 4.90
X13 0.84 4.11
X14 0.83 5.08
Information Technology Capability
X21 0.72 5.15
X22 0.75 8.37
X23 0.53 2.90
X24 0.83 10.38
X25 0.50 2.71
Managing of Purchasing
X31 0.53 2.10
X32 0.93 14.76
X33 0.86 8.63
Strategic Purchasing
X41 0.78 5.69
X42 0.77 7.45
X43 0.64 4.29
X44 0.58 3.69
Firm Performance
X51 0.70 1.98
X52 0.64 2.01
X53 0.67 2.26
X54 0.84 2.80
Sumber: Data primer diolah (2014)
Tabel 4.15 menunjukan nilai convergent validity dari setiap variabel penelitian yang reliabel. Variabel strategic alliance memiliki tiga indikator yang reliabel dan nilai maximum original sample estimate dalam variabel ini adalah 0.84 dan memiliki nilai minimum 0.505. Nilai korelasi tertinggi dalam variabel ini adalah pernyataan bahwa perusahaan melakukan evaluasi atau selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok yang dimilikinya.
Variabel berikutnya adalah information technology capability yang
memiliki empat indikator yang reliabel dengan nilai maksimum original sample
estimate indikator sebesar 0.83 dan nilai minimum sebesar 0.502. Nilai korelasi
tertinggi terdapat pada pernyataan mudahnya dalam melakukan pengaksesan data
perusahaan yang berhubungan dengan purchasing.
42
Universitas Kristen Petra
Variabel managing of purchasing terdiri atas tiga indikator dan nilai original sample estimate setiap indikator berkisar antara 0.53 – 0.93. Seluruh indikator pada variabel ini dapat diterima karena bernilai lebih besar dari 0.50. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada pernyataan perlunya manajer purchasing yang bertanggung jawab atas kegiatan purchasing yang berlangsung di perusahaan.
Variabel strategic purchasing terdiri atas empat indikator yang dapat diterima karena memiliki nilai > 0.50. Nilai ketiga indikator yang diterima berkisar antara 0.58 – 0.78 dan indikator dengan nilai tertinggi terdapat pada pernyataan hubungan dengan supplier terpelihara dengan baik.
Variabel terakhir adalah firm performance yang terdiri atas tiga indikator yang reliabel karena bernilai diatas 0.50. Nilai original sample estimate indikator – indikator tersebut berada pada kisaran 0.64 hingga 0.84. Nilai tertinggi indikator terdapat pada pernyataan kecepatan perusahaan dalam melakukan pengiriman barang kepada pelanggan.
Jika dilihat dari segi T-Statistic, seluruh T-Statistic indikator – indikator tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari 1,96. Hal ini berarti bahwa korelasi masing – masing indikator terhadap variabel penelitian ini menunjukan tingkat korelasi yang kuat, sehingga dapat dipandang sebagai instrumen pengukur variabel yang baik dan handal.
4.2.3. Discriminant Validity
Output discriminant validity dari setiap variabel penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.15.
43
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.15. Cross Loading
Strategic Alliance
IT Capability
Managing of Purchasing
Strategic Purchasing
Firm Performance
X11 0.505 0.443 0.236 0.194 0.351
X12 0.780 0.358 0.310 0.224 0.405
X13 0.841 0.363 0.041 0.273 0.306
X14 0.833 0.738 0.298 0.305 0.431
X21 0.462 0.725 0.170 0.355 0.084
X22 0.216 0.757 0.315 0.324 0.28
X23 0.293 0.538 0.016 0.161 0.173
X24 0.437 0.836 0.329 0.622 0.413
X25 0.387 0.502 0.210 0.109 0.269
X31 0.184 0.442 0.534 0.13 0.413
X32 0.179 0.39 0.935 0.394 0.296
X33 0.355 0.336 0.861 0.362 0.152
X41 0.198 0.338 0.213 0.781 0.256
X42 0.281 0.416 0.248 0.777 0.175
X43 0.125 0.507 0.205 0.643 0.087
X44 0.141 0.28 0.094 0.588 0.583
X51 0.103 0.082 0.086 0.229 0.701
X52 0.026 0.099 0.148 0.127 0.647
X53 0.261 0.388 0.15 0.163 0.678
X54 0.506 0.429 0.211 0.269 0.843
Sumber: Data primer diolah (2014)
Discriminant validity menjelaskan bahwa kemampuan setiap indikator
dalam menjelaskan variabelnya. Ketentuan dalam pengujian bahwa nilai cross
loading indikator yang bernilai diatas 0.50 pada variabelnya dinyatakan memenuhi
kualifikasi dari pengujian ini. Melalui tabel 4.16 dapat dilihat bahwa strategic
alliance hanya memiliki empat indikator yang memenuhi persyaratan kualifikasi
penelitian karena bernilai > 0.50. Indikator tertinggi dalam Strategic Alliance
terdapat pada pernyataan perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok
Variabel information technology capability terdapat lima indikator yang
memenuhi persyaratan kualifikasi penelitian dan tidak terdapat satu pun indikator
yang tidak memenuhi persyaratan karena seluruh indikator bernilai > 0.50.
44
Universitas Kristen Petra
Indikator – indikator yang memenuhi persyaratan memiliki nilai antara 0.502 hingga 0.836. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada pernyataan mudahnya melakukan pengaksesan data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing.
Variabel managing of purchasing memiliki tiga indikator yang memenuhi syarat kualifikasi penelitian karena bernilai diatas 0.50. Indikator – indikator tersebut bernilai antara 0.534 hingga 0.935 dengan nilai korelasi tertinggi yang terdapat pada pernyataan terdapat manajer purchasing yang bertanggung jawab terhadap kegiatan purchasing perusahaan.
Variabel strategic purchasing memiliki empat indikator yang dapat diterima karena memiliki nilai > 0.50. Nilai korelasi tertinggi antara ketiga indikator tersebut adalah 0.781 yang terdapat dalam pernyataan hubungan dengan supplier terpelihara dengan baik.
Variabel firm performance terdiri dari empat indikator yang semua indikator memenuhi persyaratan kualifikasi penelitian karena bernilai di bawah 0.50.
Indikator yang diterima memiliki discriminant validity antara 0.647 – 0.843 dimana indikator tertinggi adalah indikator yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kecepatan dalam melakukan proses pengiriman barang kepada para pelanggan.
Melalui hasil pengujian convergent dan discriminant maka dapat disimpulkan bahwa indkator dari setiap variabel yang tersisa adalah valid secara convergent dan discriminant.
4.2.4. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Penelitian
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dari variabel – variabel penelitian
yaitu strategic alliance, information technology capability, managing of
purchasing, strategic purchasing, dan firm performance terlihat pada table 4.16
bahwa variabel – variabel tersebut memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,60 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen variabel penelitian ini reliable dan dapat
digunakan sebagai alat ukur variabel.
45
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.16. Reliability Statistics
Variabel Cronbach’s
Alpha
N of Items
Nilai Kritis
Keterangan
Strategic Alliance .768 4 0.60 Reliable
Information Technology .719 5 0.60 Reliable Managing of Purchasing .705 3 0.60 Reliable Strategic Purchasing .650 4 0.60 Reliable
Firm Performance .695 4 0.60 Reliable
Sumber: Data primer diolah (2014) 4.2.5. Composite Reliability
Pengujian lainnya terhadap variabel – variabel yang ada pada penelitian ini adalah composite reliability. Hasil pengujian ini menunjukan nilai yang memuaskan yaitu strategic alliance sebesar 0.859, information technology capability sebesar 0.810, managing of purchasing sebesar 0.832, strategic purchasing sebesar 0.793, dan firm performance sebesar 0.811. Hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17. Composite Reliability
No Variabel Composite Reliability AVE
1 Strategic Alliance 0.859 0.670
2
Information Technology
capability 0.810 0.522
3 Managing of Purchasing 0.832 0.634
4 Strategic Purchasing 0.793 0.593
5 Firm Performance 0.811 0.520
Sumber: Data primer diolah (2014)
Seluruh hasil dari composite reliability memenuhi klasifikasi pengujian
karena nilainya lebih besar dari 0.60. Demikian halnya dengan AVE setiap variabel,
nilai AVE setiap variabel berada diantara 0.520 – 0.670 sehingga bisa dinyatakan
keseluruhan variabel memenuhi kualifikasi pengujian AVE karena seluruh AVE
variabel bernilai lebih besar dari 0.50.
46
Universitas Kristen Petra
Melalui hasil pengolahan data diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah reliable secara nilai dari cronbach’s alpha maupun secara composite realibility.
4.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini menjelaskan tentang pengaruh variabel satu terhadap variabel yang lainnya. Nilai koefisien determinasi dari setiap variabel penelitian ditunjukan dalam tabel 4.18.
Tabel 4.18. Koefisien Determinasi
Variabel R – Square
Strategic alliance
Information technology Capability Managing of Purchasing
Strategic purchasing 0.436
Firm performance 0.074
Sumber: Data primer diolah (2014)
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa R – Square untuk variabel strategic purchasing bernilai 0.436 yang berarti bahwa persentase besarnya variabel strategic purchasing yang bisa menjelaskan strategic alliance, information technology, dan managing of purchasing. Nilai R – Square untuk firm performance bernilai 0.040 yang berarti persentase besarnya firm performance dijelaskan oleh strategic purchasing adalah sebesar 4%.
Pada model PLS, penelitian Goodness of fit diketahui dari nilai Q². Melalui tabel 4.25 dapat dihitung nilai
Q²seperti berikut:
Q² = 1 – (1 – R1) (1 – R2) ... (1 – Rp) = 1 – (1 – 0.436) (1 – 0.074) = 0.458
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Q² adalah 0.458. Nilai Q² itu
memiliki nilai lebih besar dari nol, yang berarti bahwa model penelitian dalam
47
Universitas Kristen Petra
penelitian ini mempunyai predictive relevance dan layak untuk dilakukan analisa lebih lanjut.
4.4. Deskripsi Variable – Variable Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 5 Variabel yaitu strategic alliance, information technology capability, managing of Purchasing, strategic purchasing, dan firm performance. Pengukurang dalam penelitian diberikan dengan range jawaban tertutup pada skala antara 1-5. Pada setiap pertanyaan responden diminta untuk dapat memberikan penilaian terhadap pernyataan – pernyataan yang telah disediakan serta sesuai dengan persepsi atau keadaan sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan tempat responden bekerja. Deskripsi setiap variabel dilakukan terhadap semua item pertanyaan dengan menggunakan nilai mean, strandar deviasi, top two boxes dan bottom two boxes.
4.4.1. Analisa Deskriptif Strategic Alliance
Strategic Alliance adalah variabel yang diukur dengan empat indikator yang
setiap indikatornya memiliki nilai mean yang berbeda-beda. Nilai mean tertinggi
dimiliki oleh indikator kedua yaitu sebesar 3.767 yang menyatakan bahwa
perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok. Pada tabel 4.19 terdapat
BTB, TTB, Mean, dan standar deviasi terhadap setiap indikator yang dijadikan alat
ukur terhadap strategic alliance.
48
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.19. Deskriptif Strategic Alliance
No Indikator BTB TTB Mean SD
1 Perusahaan melakukan information sharing selama informasi tersebut tidak bersifat rahasia.
11 48 3.465 0.826
2 Mitra aliansi melaksanakan semua perjanjian kerjasama aliansi sebagaimana yang telah disepakati.
9 46 3.418 0.731
3 Perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok
7 67 3.767 0.811
4 Mitra aliansi dapat diandalkan untuk menyelesaikan permasalahan.
14 58 3.697 1.012
Average 3.586 0.845
Sumber: Data primer diolah (2014)
Indikator pertama yang menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan mitra aliansi memiliki TTB sebesar 48 dengan BTB sebesar 11 yang berarti bahwa 48% responden setuju atau sangat setuju untuk melakukan information sharing kepada supplier selama informasi tersebut tidak bersifat rahasia. Mean pada indikator pertama menunjukan angka 3.465 dan standar deviasi sebesar 0.826. Hal ini menunjukan bahwa pemeliharan hubungan antara perusahaan dan mitra aliansi perusahaan dinilai cukup tinggi.
Indikator kedua dari variabel ini menunjukan bahwa BTB sebesar 9 atau 9%
responden menyatakan bahwa mitra aliansi tidak melaksanakan seluruh perjanjian kerjasama aliansi sebagaimana yang telah disepakati perusahaan dan mitra aliansi.
Namun disisi TTB menunjukan bahwa 46 atau 46% responden menyatakan bahwa mitra aliansi selalu menjalankan seluruh perjanjian antara perusahaan dengan mitra aliansi yang telah disepakati sebelumnya. Mean pada indikator ini tergolong cukup kuat karena bernilai 3.418 dan keragaman indikator ini juga tergolong tinggi.
Indikator ketiga menjelaskan tentang evaluasi yang dilakukan perusahaan
terhadap supplier. Sebanyak 67 % (TTB = 67) responden mengatakan bahwa
perusahaan melakukan evaluasi atau selalu melakukan evaluasi terhadap kinerja
49
Universitas Kristen Petra
supplier yang dimilikinya dan dari BTB sebesar 7 dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil perusahaan responden yang tidak atau jarang melakukan evaluasi terhadap supplier yang dimiliki. Nilai mean sebesar 3.767 menunjukan bahwa penilaian responden terhadap pengevaluasian kinerja supplier adalah tinggi.
Indikator keempat dalam variabel ini menjelaskan bahwa nilai BTB dan TTB adalah 14 dan 58, dengan kata lain sebagian besar responden (58%) menyatakan bahwa mitra aliansi dapat diandalkan untuk menyelesaikan permasalahan antara mitra aliansi dan hanya 14% responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa mitra aliansi dapat diandalkan untuk menyelesaikan permasalahan antara mitra aliansi. Mean yang bernilai 3.697 dan standar deviasi sebesar 1,012 dapat disimpulkan bahwa responden berpendapat bahwa mitra aliansi cukup dapat diandalkan dalam menyelesaikan permasalahah dan jawaban responden terhadap indikator ini adalah beragam.
Secara keseluruhan nilai mean variabel strategic alliance adalah 3.586 dengan strandar deviasi sebesar 0.845. Hal ini berarti bahwa hubungan perusahaan dengan mitra aliansi tergolong cukup penting karena memiliki nilai keseluruhan rata – rata sebesar 3.586 dan terdapat keragaman atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap variabel strategic alliance ini.
4.4.2. Analisa Deskriptif Information Technology Capability
Information Technology capability merupakan variabel penelitian yang menggunakan lima indikator sebagai alat ukur. Nilai rata – rata tertinggi indikator – indikator yang ada pada variabel information technology capability adalah 3.860 yang terdapat pada indikator ke empat. Pernyataan pada indikator ke empat adalah kemudahan pengaksesan data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing.
Informasi tenntang BTB, TTB, Mean, dan Standar Deviasi masing – masing
indikator dapat dilihat pada tabel 4.20.
50
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.20. Deskriptif Information Technology Capability
No Indikator BTB TTB Mean SD
1 Sofware dan hardware yang digunakan perusahaan untuk mendukung kegiatan purchasing
4 60 3.674 0.747
2 Pemahaman user terhadap software purchasing yang digunakan
2 74 3.837 0.652
3 Koneksi internet pada perusahaan 0 58 3.790 0.773 4 Pengaksesan data perusahaan yang
berhubungan dengan purchasing
9 66 3.860 0.947
5 Maintenance terhadap IT yang dimiliki perusahaan
9 60 3.767 0.940
Average 3.785 0.811
Sumber: Data primer diolah (2014)
Indikator pertama menjelaskan software dan hardware yang digunakan perusahaan responden untuk mendukung kegiatan purchasing pada perusahaan responden. Nilai TTB pada indikator ini adalah 60 yang berarti 60% perusahaan yang menjadi objek penelitian memiliki sofware dan hardware yang mendukung atau sangat mendukung kegiatan purchasing pada perusahaan. Namun terdapat nilai BTB dalam indikator ini yang menyatakan bahwa terdapat 4% dari perusahaan yang memiliki sofware dan hardware yang kurang atau tidak mendukung kegiatan purchasing perusahaan. Nilai mean sebesar 3.674 berarti software dan hardware pada perusahaan responden cukup mendukung kegiatan purchasing pada perusahaan dan standar deviasi menunjukan ketinggian keragaman jawaban yang diberikan oleh responden.
Indikator kedua menjelaskan mengenai pemahaman user terhadap
penggunaan software purchasing yang digunakan oleh perusahaan dan sebagian
besar responden menjawab setuju. Hal ini dapat dilihat dari nilai TTB sebesar 74
yang berarti bahwa 74% responden mengatakan user paham atau sangat paham
terhadap penggunaan software purchasing yang ada pada perusahaan. Nilai mean
sebesar 3.837 berarti bahwa pemahaman user terhadap sortware purchasing yang
51
Universitas Kristen Petra
ada di perusahaan cukup tinggi. Keragaman dalam indikator ini memiliki nilai sebesar 0.652
Indikator ke tiga dalam variabel ini memberi penjelasan bahwa koneksi internet yang terdapat pada perusahaan responden. Dapat dilihat dari TTB sebesar 58 yang berarti bahwa 58% responden memiliki koneksi internet perusahaan yang memadai atau bahkan sangat memadai dan tidak ada satupun responden yang berpendapat bahwa koneksi internet di perusahaan tidak memadai atau kurang memadai (BTB = 0). Mean pada indikator ini bernilai 3.790 yang berarti secara rata – rata koneksi internet yang dimiliki oleh responden termasuk memadai dengan keragaman (standar deviasi) sebesar 0.773
Indikator ke empat menyatakan tentang pengaksesan data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing dan hasilnya adalah sebesar 66% responden mengatakan terdapat kemudahan dalam pengaksesan data – data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing dan hanya 9% responden yang menjawab kurang atau tidak adanya kemudahan dalam melakukan akses terhadap data – data perusahaan terutama yang berhubungan dengan data – data purchasing. Mean pada indikator ini adalah 3.860 dengan standar deviasi sebesar 0.947 yang berarti pengaksesan data perusahaan yang berhubungan dengan purchasing tergolong mudah dan terdapat keragaman dalam jawaban responden.
Indikator ke lima yang digunakan sebagai alat ukur variabel Information
technology ini menjelaskan tentang maintenance yang dilakukan perusahaan
terhadap information technology yang terdapat pada perusahaan. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa 60% (TTB = 60) responden menyatakan bahwa
perusahaan melakukan atau selalu melakukan maintenance terhadap information
technology yang ada pada perusahaan sedangkan hanya 9% responden yang
menyatakan bahwa perusahaan jarang atau bahkan tidak pernah melakukan
maintenance terhadap information technology yang ada pada perusahaan. Mean
pada indikator ini bernilai 3.767 yang berarti secara rata – rata evaluasi terhadap
information technology pada perusahaan cukup sering untuk dilakukan dan terdapat
keragaman jawaban reponden terhadap indikator (SD = 0.940).
52
Universitas Kristen Petra
Secara keseluruhan indikator – indikator dalam variabel information technology ini memiliki rata – rata sebesar 3.785 dan standar deviasi sebesar 0.811.
Melalui hasil ini dapat disimpulkan bahwa penilaian responden terhadap information technology pada perusahaan tergolong cukup tinggi dan memiliki keragaman dalam jawaban terhadap seluruh indikator.
4.4.3. Analisa Deskriptif Managing of Purchasing
Managing of purchasing adalah variabel yang menjadikan tiga indikator sebagai alat ukurnya. Nilai rata – rata tertinggi diantara ketiga indikator tersebut adalah indkator pertama yaitu sebesar 4.418 yang menyatakan bahwa adanya manager yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan purchasing dalam perusahaan adalah hal yang penting. Selengkapnya evaluasi atas BTB, TTB, Mean, dan SD dapat dilihat pada tabel 4.21.
Tabel 4.21. Deskriptif Managing of Purchasing
No Indikator BTB TTB Mean SD
1 Memiliki departemen khusus yang melakukan kegiatan purchasing
2 83 4.209 0.773
2 Terdapat manajer yang bertanggung jawab terhadap kegiatan purchasing
0 90 4.418 0.663
3 Terdapat asisten manajer yang membantu tugas dari manajer purchasing
7 69 4.023 0.963
Average 4.216 0.799
Sumber: Data primer diolah (2014)
Indikator pertama menjelaskan bahwa sebanyak 83% responden (TTB = 83) berpersepsi bahwa memiliki departemen khusus yang bertugas melakukan kegiatan purchasing adalah hal yang sangat penting dan hanya terdapat 2% responden yang menganggap departemen khusus purchasing ini tidak penting (BTB = 2). Mean yang bernilai 4.209 menunjukan bahwa penilaian responden terhadap departemen khusus purchasing ini tergolong tinggi dan dengan keragaman sebesar 0.773.
Indikator kedua menjelaskan bahwa terdapat TTB sebesar 90 yang berarti
sebagian besar responden menganggap sangat perlu jika terdapat manajer
53
Universitas Kristen Petra
purchasing yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan purchasing perusahaan.
Namun terdapat BTB sebesar 0 yang berarti tidak ada responden yang menganggap adanya manajer purchasing untuk mengawasi kegiatan purchasing bukan merupakan hal yang penting. Nilai Mean sebesar 4.418 menunjukan bahwa penilaian responden terhadap manajer purchasing ini adalah cukup tinggi dan memiliki keragaman dalam jawaban yang diberikan oleh responden.
Indikator ketiga menunjukan tentang adanya asisten manajer purchasing yang memiliki tugas untuk membantu tugas – tugas dari manajer purchasing. Hasil TTB menunjukan bahwa terdapat 69% responden setuju dan menganggap adanya asisten manajer purchasing ini adalah hal yang perlu dilakukan. Namun hanya 7 % (BTB = 7) responden yang menganggap kurang perlu atau tidak perlu adanya asisten manajer purchasing. Nilai rata –rata indikator adalah 4.023 yang menunjukan bahwa adanya asisten manajer purchasing tergolong perlu dengan keragaman jawaban sebesar 0.963
Secara keseluruhan, indikator – indikator yang terdapat pada variabel purchasing department ini memiliki nilai mean sebesar 4.216 yang menunjukan bahwa penilaian responden terhadap purchasing department tergolong tinggi dan juga terdapat keragaman jawaban responden terhadap variabel purchasing departement. Hal ini dilihat dari standar deviasi rata – rata yang bernilai 0.799.
4.4.4. Analisa Deskriptif Strategic Purchasing
Strategic Purchasing merupakan variabel yang diukur dengan empat
indikator dan masing – masing indikator memiliki nilai mean yang berbeda. Nilai
mean tertinggi yang dimiliki indikator – indikator tersebut adalah indikator pertama
dengan nilai mean 4.232 yang menyatakan bahwa hubungan dengan supplier
terpelihara dengan baik. Selengkapnya evaluasi atas BTB, TTB, Mean, dan SD
ditunjukan oleh tabel 4.22.
54
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.22. Deskriptif Strategic Purchasing
No Indikator BTB TTB Mean SD
1 Hubungan dengan supplier terpelihara dengan baik
0 83 4.232 0.718
2 Rencana strategis bagian purchasing selaras dengan rencana strategis perusahaan
4 72 3.907 0.811
3 Melakukan kerjasama dengan supplier 4 74 3.907 0.781 4 Tingkat kewenangan yang diberikan
perusahaan pada bagian purchasing berjalan efektif
0 58 3.839 0.839
Average 3.971 0.784
Sumber:Data primer diolah (2014)
Indikator pertama menjelaskan tentang hubungan baik antara perusahaan dengan supplier, sebagian besar atau sebanyak 83% responden setuju dengan pernyataan ini sedangkan tidak ada responden yang tidak setuju jika hubungan perusahaan dengan supplier tidak terpelihara dengan baik. Nilai mean sebesar 4.232 berarti bahwa penentuan rencana strategi purchasing diturunkan dari rencana strategis perusahaan adalah kuat dan memiliki nilai keragaman jawaban sebesar 0.718.
Indikator kedua menjelaskan mengenai perlunya untuk menjaga hubungan dengan supplier. Nilai TTB dalam indikator ini adalah 72 atau dengan kata lain 72% dari responden berpendapat bahwa rencana strategis bagian purchasing selaras dengan rencana strategis perusahaan. Mean pada indikator ini bernilai 3.907 yang berarti bahwa selarasnya antara rencana strategis purchasing dan rencana strategis perusahaan tergolong tinggi. Keragaman jawaban responden dalam indikator ini adalah 0.811.
Indikator ketiga menjelaskan tentang kerja sama yang dilakukan antara
perusahaan dengan supplier. Penilaian dari keseluruhan responden diketahui bahwa
74 % responden melakukan kerja sama dengan supplier secara intensif atau sangat
intensif (TTB). Terdapat 4% dari responden yang tidak melakukan kerja sama
55
Universitas Kristen Petra
dengan supplier secara intensif (BTB). Nilai mean dari indikator ini adalah 3.907 dan hal ini menunjukan bahwa penilaian responden terhadap kerjasama antara perusahaan dan supplier tergolong cukup tinggi dan memiliki standar deviasi sekitar 0.781.
Indikator keempat menjelaskan mengenai tingkat kewenangan yang diberikan perusahaan kepada bagian yang melakukan kegiatan purchasing.
Penilaian dari keseluruhan responden diketahui bahwa 58% responden (TTB) memberikan kewenangan penuh kepada bagian yang melakukan purchasing untuk menjalani kegiatan pengadaan barang perusahaan. Nilai mean sebesar 3.839 menunjukan bahwa pemberian wewenang penuh kepada bagian yang melakukan kegiatan purchasing dapat dikatakan cukup kuat dan memiliki keragaman sebesar 0.893.
Secara keseluruhan nilai rata – rata variabel strategic purchasing ini adalah 3.971 dan hal ini membuktikan bahwa penilaian responden terhadap variabel strategic purchasing ini cukup kuat dan keragaman rata – rata jawaban dalam variabel ini adalah 0.784. Penilaian tertinggi dalam penelitian ini adalah perlunya menjaga hubungan dengan supplier.
4.4.5. Analisa Deskriptif Firm Performance
Firm performance merupakan variabel penelitian yang diukur dengan empat
indikator. Nilai rata – rata tertinggi indikator dalam variabel ini terletak pada
indikator keempat yang menyatakan bahwa kecepatan dalam pengiriman barang
kepada pelanggan yaitu sebesar 4.00. Berikut adalah BTB, TTB, Mean, dan SD
dapat dilihat pada tabel 4.23.
56
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.23. Deskriptif Firm Performance
No Indikator BTB TTB Mean SD
1 Biaya produksi perusahaan 7 62 3.674 0.778
2 Kecepatan waktu produksi perusahaan 2 79 3.976 0.706 3 Ketepatan pemebuhan permintaan
pelanggan
7 86 3.907 0.683
4 Kecepatan pengiriman barang kepada pelanggan
4 74 4.000 0.845
Average 3.889 0.753
Sumber: Data primer diolah (2014)
Indikator pertama menjelaskan mengenai biaya produksi perusahaan dan menunjukan bahwa 62% responden (TTB) menyatakan bahwa biaya produksi perusahaan responden rendah atau sangat rendah. Sedangkan hanya 7% responden menyatakan bahwa biaya perusahaan responden tergolong tinggi atau bahkan sangat tinggi. Nilai mean pada indikator ini adalah 3.674 dan berarti penilaian responden terhadap indikator ini adalah cukup tinggi dan memiliki standar deviasi sebesar 0.778
Indikator kedua menjelaskan tentang kecepatan waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam memproduksi suatu produk. Melalui TTB dapat dilihat bahwa 79% responden menyatakan bahwa perusahaan responden memiliki kecepatan produksi yang cepat atau sangat cepat dan hanya 2% perusahaan responden yang menyatakan bahwa kecepatan produksi perusahaan tergolong lambat atau bahkan sangat lambat. Melalui mean pada indikator dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap indikator ini adalah cukup tinggi dan memiliki keragaman sebesar 0.706.
Indikator ketiga dalam variabel ini menjelaskan tentang ketepatan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan dari TTB dapat dilihat
bahwa sejumlah 86% responden menyatakan bahwa perusahaan responden dapat
memenuhi kebutuhan – kebutuhan para pelanggan mereka. Sedangkan dari BTB
dapat dilihat bahwa hanya 7% responden yang tidak dapat atau kurang dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan tepat. Nilai mean menunjukan 3.907 yang
57
Universitas Kristen Petra
berarti penilaian responden terhadap indikator ketepatan pemenuhan kebutuhan pelanggan ini cukup tinggi. Keanekaragaman dalam indikator ini sebesar 0.683.
Indikator keempat dalam penelitian ini adalah ketepatan pengiriman barang kepada pelanggan. TTB dalam indikator ini menunjukan angka 74 yang berarti bahwa 74% dari perusahaan responden memiliki kecepatan yang handal dalam melakukan pengiriman barang kepada pelanggan, sedangkan dari BTB hanya 4%
perusahaan responden yang menyatakan pengiriman barang kepada pelanggan pada perusahaan mereka tergolong kurang cepat. Nilai mean sebesar 4.00 menunjukan bahwa penilaian responden terhadap indikator ini tergolong tinggi dengan keragaman jawaban sebesar 0.845.
Secara keseluruhan, nilai rata – rata variabel firm performance adalah sebesar 3.889 dengan standar deviasi rata – rata sebesar 0.753. Berdasarkan data ini bisa dijelaskan bahwa penilaian responden terhadap variabel firm performance tergolong cukup tinggi dan variabel ini memiliki keragaman jawaban dari responden.
4.5. Model Penelitian 4.5.1. Outer dan Inner Model
Outer model menjelaskan tentang hubungan antara indikator dan variabel,
sedangkan inner model menjelaskan tentang hubungan antara variabel – variabel
yang digunakan dalam penelitian. Gambar dari outer dan inner model dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
58
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1. Outer Model dan Inner Model
Pada gambar 4.1. dapat dilihat bahwa setiap indikator mampu menjadi penjelas dari setiap variabel penelitian. X11, X12, X13 dan X14 dapat menjelaskan variabel strategic Alliance, X21, X22, X23, X24, dan X25 mampu menjelaskan variabel Information Technology Capability; X31, X32, dan X33 mampu menjelaskan variabel Managing of Purchasing; X41, X42, X43, dan X44 mampu menjelaskan variabel strategic purchasing; X51, X52, X53 dan X54 mampu menjelaskan variabel firm performance. Hal ini disebabkan karena indikator – indikator tersebut memiliki nilai loading factor diatas 0.50.
4.6. Analisa Faktor Confirmatory
Analisa faktor confirmatory bertujuan untuk menjelaskan tingkat
kepentingan indikator (kuatnya relasi) terhadap variabel yang diukur. Hasil dari
analisa dapat dilihat pada tabel 4.26.
59
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.26. Analisa Confirmatory Factor
VARIABEL INDIKATOR
ORIGINAL SAMPLE ESTIMATE Perusahaan selalu melakukan information
sharing kepada pemasok selama informasi
tersebut tidak bersifat rahasia 0.505
Strategic Alliance
Mitra aliansi melaksanakan semua perjanjian kerja sama aliansi sebagaimana yang telah
disepakati 0.780
Perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja
pemasok 0.841
Mitra aliansi dapat diandalkan untuk
menyelesaikan permasalahan. 0.833
Information Technology Capability
Software dan hardware yang digunakan
perusahaan mendukung kegiatan purchasing 0.725 Koneksi internet pada perusahaan 0.757 Pemahaman user terhadap software purchasing 0.538 Pengaksesan data perusahaan yang berhubungan
dengan purchasing 0.836
Maintenance terhadap IT yang dimiliki
perusahaan 0.502
Managing of Purchasing
Memiliki departemen khusus yang melakukan
kegiatan purchasing 0.534
Terdapat purchasing manager yang bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan purchasing 0.935 Memiliki asisten manajer yang bertugas
membantu tugas dari purchasing manager 0.861
Strategic Purchasing
Hubungan dengan supplier terpelihara dengan
baik 0.781
Rencana strategis bagian purchasing selaras
dengan rencana strategis perusahaan 0.777 Kerja sama debgab supplier berjalan dengan
maksimal 0.643
Tingkat kewenangan yang diberikan perusahaan
pada bagian purchasing berjalan efektif 0.588
Firm Performance
Biaya produksi perusahaan 0.701
Memiliki kecepatan pemenuhan permintaan
pelanggan 0.647
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan 0.678
Kecepatan pengiriman barang kepada pelanggan 0.843
Sumber: Data primer diolah (2014)
60
Universitas Kristen Petra
Melalui tabel 4.26 dapat dilihat bahwa indikator atau factor yang paling mempengaruhi strategic alliance adalah pada pernyataan perusahaan melakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok dengan nilai sebesar 0.841 jika dibandingkan dengan indikator lain yang hanya bernilai 0.780 dan 0.833
Faktor yang paling mempengaruhi information technology capability adalah factor dengan nilai 0.836 yang terdapat pada pernyataan pengaksesan data perusahaan yang berkaitan dengan purchasing. Sedangkan nilai – nilai factor lainnya hanya berkisar antara 0.538 sampai 0.757. factor paling kecil yang berpengaruh terhadap information technology terdapat pada pernyataan pemahaman user terhadap software purchasing yang digunakan perusahaan
Faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap managing of purchasing adalah factor kedua yang mengatakan bahwa terdapat seorang manajer purchasing yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan purchasing perusahaan. Factor ini memiliki nilai sebesar 0.935 dan terbesar jika dibandingkan dengan dua factor lainnya yang hanya bernilai 0.534 dan 0.861 saja.
Berikutnya factor yang paling mempengaruhi strategic purchasing adalah hubungan dengan supplier terpelihara dengan baik. Factor ini memiliki nilai sebesar 0.781 dan menjadi factor terbesar jika dibandingkan dengan factor – factor yang lainnya.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap firm performance terdapat pada pernyataan kecepatan pengiriman kepada pelanggan, dengan nilai sebesar 0.843 dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan dua factor lain yang hanya memiliki kisaran nilai sebesar 0.647 hingga 0.701 saja.
4.7. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk membuktikan pengaruh
setiap variabel terhadap variabel yang lainnya. Pengujian ini dilakukan berdasarkan
nilai dari T-Value dengan ketentuan bahwa jika nilai T-Value > dari 1,96 maka
pengaruh variabel tersebut terhadap variabel yang lain dinyatakan signifikan. Tabel
4.24 menunjukan hasil pengujian hipotesis penelitian.
61
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.24. Pengujian Inner Model
Sumber: Data primer diolah (2014)
Pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa strategic alliance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategic purchasing karena memiliki nilai t- statistic > 1,96. Artinya bahwa berhasil atau tidaknya strategic purchasing pada sebuah perusahaan tergantung juga dari strategic alliance yang diterapkan dalam perusahaan tersebut.
Pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa information technology capability memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategic purchasing karena nilai t – statistic dari information technology capability ini bernilai lebih besar dari pada 1.96. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya strategic purchasing pada sebuah perusahaan dipengaruhi oleh pengimplementasian dan kemampuan information technology untuk melakukan purchasing pada perusahaan.
Pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa dengan melakukan Managing of Purchasing mempengaruhi strategic purchasing pada perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic untuk Managing of Purchasing pada pengujian ini mencapai angka 2.108 atau lebih besar dari 1.96. Artinya dengan dilakukannya managing of purchasing dalam sebuah perusahaan akan membantu keberhasilan strategic purchasing dalam perusahaan tersebut.
Pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara strategic purchasing dengan firm performance. Hal ini dapat Hipotesis
original sample estimate
mean of subsamples
Standard deviation
T- Statistic
Keterangan
Strategic Alliance ->
Strategic Purchasing 0.415 0.430 0.141 2.943
Terbukti Information Technology
capability -> Strategic
Purchasing 0.325 0.379 0.129 2.529
Terbukti
Managing of Purchasing
-> Strategic Purchasing 0.374 0.128 0.160 2.108
Terbukti Strategic Purchasing ->
Firm Performance 0.338 0.319 0.154 2.019
Terbukti
62
Universitas Kristen Petra
dilihat dari nilai t-statistic yang bernilai > dari 1,96. Dengan kata lain strategic purchasing yang sudah berhasil dapat membuat kinerja perusahaan juga meningkat.
4.8. Pembahasan
4.8.1. Pengaruh Strategic Alliance Terhadap Strategic Purchasing
Hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif terhadap strategic alliance dan strategic purchasing. Temuan ini berarti berhasil atau tidaknya strategic purchasing dipengaruhi oleh strategic alliance yang diterapkan oleh suatu perusahaan. Strategic alliance dapat dijelaskan sebagai strategi alternatif bagi sebuah perusahaan untuk melakukan atau mencapai tujuan – tujuan yang telah tidak dapat dilakukan secara tunggal dengan membina hubungan dengan perusahaan lain maupun dengan supplier.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Lambert et al (2006) yang mengatakan bahwa beraliansi atau melakukan strategic alliance dapat membantu tercapainya tujuan – tujuan dari strategic purchasing. Selain itu hasil penelitian ini juga memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Janet Y Murray, Masaaki Kotabe, dan Nan Zhou pada sebuah perusahaan manufaktur di China. Penerapan strategic alliance pada perusahaan tersebut membuat perusahaan bisa mendapatkan komponen – komponen atau bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk akhir dengan harga yang lebih murah.
4.8.2. Pengaruh Information Technology Capability Terhadap Strategic Purchasing
Hasil pengujian hipotesis penelitian ini menunjukan terdapat hubungan positif antara information technology dan strategic purchasing. Dengan kata lain information technology yang diterapkan pada sebuah perusahaan mempengaruhi berhasil atau tidaknya strategic purchasing yang diterapkan dalam perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeff
Nelligan (2003) yang mengatakan bahwa dengan mengimplementasikan IT pada
perusahaan dapat menghasilkan biaya pengadaan barang yang rendah pula dengan
kata lain information technology juga membantu tercapainya atau berhasilnya
63
Universitas Kristen Petra
strategic purchasing perusahaan. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa M. Ellram dan George A.Zsidisin (2002). Pada penelitian Lisa, Ellram, dan George tidak ditemukan adanya hubungan atau pengaruh antara information technology dan strategic purchasing.
4.8.3. Pengaruh Managing of Purchasing Terhadap Strategic Purchasing Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan positif yang terjadi antara managing of purchasing dan strategic purchasing. Maksud dari hal ini adalah dengan dilakukannya managing of purchasing dapat mendukung keberhasilan strategic purchasing pada suatu perusahaan. Purchasing departement yang dimaksud adalah sebuah departemen khusus yang melakukan kegiatan purchasing dan bertanggung jawab terhadap kegiatan purchasing perusahaan tersebut.
Hasil positif tentang hubungan managing of purchasing dan strategic purchasing juga ditemukan dalam penelitian Bals (2009). Penelitian lain yang memiliki hasil yang sama terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Christoph H. Glock dan Simon Hochrein (2011) yang mengatakan bahwa managing of purchasing berperan penting untuk terwujudnya kesuksesan kegiatan purchasing pada perusahaan. Bahkan dengan dilakukannya managing of purchasing ini dapat memberikan efek yang signifikan pada profitability perusahaan.
4.8.4. Pengaruh Strategic Purchasing Terhadap Firm Performance
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara strategic purchasing dan firm performance. Dengan kata lain strategic purchasing menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan firm performance karena dengan memiliki sistem purchasing yang strategis sebuah perusahaan dapat meningkatkan kegiatan operasional perusahaan karena strategic purchasing dapat menyebabkan penurunan biaya bahan baku, peningkatan kecepatan produksi, dan peningkatan kapasitas produksi bagi perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Buvik & John (2000); Das dan Teng (2000); Charles O. Ondoro, Patrick B. Ojera,
& Moses N. Oginda (2013) yang menemukan bahwa adanya hubungan positif
64
Universitas Kristen Petra
antara strategic purchasing dengan peningkatan kinerja perusahaan (firm performance). Namun terdapat penelitian yang memiliki hasil yang tidak sama dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tony C.T. Chan dan Kwai Sang Chin (2009). Pada Penelitian Tony dan Kwai yang dilakukan pada perusahaan manufaktur mainan yang berada di china, tidak ditemukan dampak positif antara strategic puchasing dengan peningkatan kinerja perusahaan (firm performance).
4.8.6. Analisis Full Model
Melalui seluruh penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat variabel yang paling berpengaruh terhadap strategic purchasing adalah strategic alliance. Hal ini terjadi karena ruang lingkup strategic alliance yang lebih besar dibandingkan dengan variabel – variabel yang lainnya dan dengan dilakukannya strategic alliance maka dapat memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapainya secara sendiri (Eisha Latarufa, 2002). Selain itu dengan melakukan aliansi terdapat banyak keuntungan bagi perusahaan yang beraliansi.
Menurut Chandra dkk (2004) adapun keuntungan – keuntungan yang dapat dicapai jika suatu perusahaan melakukan strategic alliance ini antara lain: dengan melakukan aliansi maka perusahaan dapat meningkatkan efektifitas melalui peningkatan nilai tambah dan proses belajar dari mitra aliansi serta dapat terjadi penurunan biaya pengadaan barang dari dilakukannya aliansi tersebut. Salah satu hal yang memiliki pengaruh dalam strategic alliance ini adalah dengan melakukan strategic alliance maka permasalah dalam perusahaan dapat dibantu oleh mitra aliansi yang dimiliki dan juga sebaliknya, masalah mitra aliansi dapat diselesaikan dengan bantuan perusahaan sendiri. Jika dilihat dari segi aliansi dengan supplier, hubungan baik dengan supplier harus dijaga dengan baik sehingga supplier dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan. Namun perlu juga dilakukan evaluasi terhadap kinerja supplier – supplier yang dimiliki perusahaan dengan tujuan agar supplier – supplier tersebut juga dapat menunjang keefektifan purchasing perusahaan
Variabel kedua yang paling berpengaruh terhadap strategic purchasing
adalah dilakukannya managing of purchasing dalam sebuah perusahaan. Salah satu
65
Universitas Kristen Petra
cara untuk mengatur jalannya purchasing pada sebuah perusahaan adalah dengan membentuk purchasing department karena departemen ini merupakan salah satu komponen utama dan terpenting dalam supply chain management dan dengan adanya departemen ini maka kegiatan purchasing dapat berjalan secara lebih maksimal serta dapat meningkatkan daya saing perusahaan (Render dan Heizer, 2001). Sebagai upaya untuk menunjang sebuah departemen purchasing yang baik maka hal yang paling diperlukan adalah adanya seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan purchasing yang ada pada perusahaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan purchasing perusahaan itu juga.
Faktor terakhir yang memiliki pengaruh paling kecil terhadap strategic purchasing adalah penerapan information technology capability pada perusahaan.
Information technology capability yang dimaksud bukan hanya hardware dan software yang mendukung kegiatan purchasing saja namun juga kemampuan user dalam memahami dan menggunakan software dan hardware tersebut hingga melakukan maintenance terhadap software dan hardware purchasing (Martin, 2002). Information technology capability memiliki nilai terkecil dalam memberikan pengaruh karena information technology sebenarnya hanya merupakan vasilitas penunjang untuk membantu meringankan dan mempermudah kegiatan purchasing sebuah perusahaan. Hal yang paling berpengaruh terhadap pengimplementasian information technology adalah pengaksesan data yang lebih fleksibel (data dapat diakses kapanpun dan dimanapun).
Melalui hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa strategic purchasing
memiliki pengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan (firm performance)
karena menurut Robert J. Engel (2004) terdapat beberapa keuntungan dari
penerapan strategic purchasing yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja
perusahaan, antara lain: Mencapai penurunan biaya saat melakukan peningkatan
kualitas barang atau jasa perusahaan, memaksimalkan seluruh pengeluaran yang
telah dikeluarkan perusahaan, dan mengetahui kategori pembelian dan proses
manajemen untuk mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan peningkatan
pada perusahaan. Namun strategic purchasing bukan satu – satunya factor yang
dapat meningkatkan kinerja suatu perusahaan karena masih banyak faktor – faktor
lain yang harus diperhatikan untuk meningkatkan firm performance sebuah
66
Universitas Kristen Petra