FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIP BALM BERBENTUK STICK
Teks penuh
(2) FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIP BALM BERBENTUK STICK YANG MENGANDUNG KOMBINASI BEESWAX DAN MICROCRYSTALLINE WAX SEBAGAI BASIS DAN MINYAK BUNGA MATAHARI (SUNFLOWER OIL) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. OLEH: HANNA OCTAVIANI NIM 161501003. PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020.
(3)
(4) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lip Balm Berbentuk Stick yang Mengandung Kombinasi Beeswax dan Microcrystalline Wax Sebagai Basis dan Minyak Bunga Matahari (Sunflower Oil) Sebagai Pelembab Bibir”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Minyak bunga matahari mengandung asam linoleat dan asam oleat serta merupakan sumber vitamin E yang baik yang dapat membantu melindungi kulit dari oksidasi sel yang merusak kulit sehingga mampu menjaga kelembaban kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi dan mengevaluasi sediaan lip balm kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis dengan penambahan konsentrasi minyak bunga matahari 3%, 6%, 9%, 12%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis dengan penambahan konsentrasi minyak bunga matahari 3%, 6%, 9%, 12% dapat diformulasikan serta memberikan hasil yang baik dalam sediaan lip balm. Perbedaan konsentrasi minyak bunga matahari pada sediaan lip balm dapat mempengaruhi peningkatan kelembaban bibir. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dalam bidang farmasi khususnya pada kosmetika. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan dengan penuh kesabaran. iv.
(5) dan ketulusan selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku ketua penguji dan Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku anggota penguji. yang telah. bersedia. menguji. dan. memberikan. arahan. untuk. menyempurnakan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas pendidikan serta penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmu yang berharga selama perkuliahan. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua dan adik-adik tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan motivasi dan kasih sayang selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga kepada teman-teman selama perkuliahan yang telah membantu dan memberikan dukungan selama pengerjaan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga diharapkan dapat diberi kritik dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis di masa depan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan di bidang farmasi serta adik-adik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan, 10 Agustus 2020 Penulis,. Hanna Octaviani NIM 161501003. v.
(6) SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama. : Hanna Octaviani. Nomor Induk Mahasiswa. : 161501003. Program Studi. : Sarjana Farmasi. Judul Skripsi. : Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lip Balm Berbentuk Stick yang Mengandung Kombinasi Beeswax dan Microcrystalline Wax Sebagai Basis dan Minyak Bunga Matahari (Sunflower Oil) Sebagai Pelembab Bibir. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila dikemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut. Demikan surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.. Medan, 10 Agustus 2020 Penulis,. Hanna Octaviani NIM 161501003. vi.
(7) FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIP BALM BERBENTUK STICK YANG MENGANDUNG KOMBINASI BEESWAX DAN MICROCRYSTALLINE WAX SEBAGAI BASIS DAN MINYAK BUNGA MATAHARI (SUNFLOWER OIL) SEBAGAI PELEMBAB BIBIR ABSTRAK Latar Belakang: Minyak bunga matahari tinggi akan asam oleat dan asam linoleat serta merupakan sumber vitamin E yang sangat baik sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari kerusakan akibat pengaruh lingkungan. Kombinasi beeswax dan microcrystalline wax dapat menjadi basis yang baik karena masing-masing memiliki titik lebur yaitu 62-64oC dan 70-74oC yang dapat mempengaruhi tingkat kekerasaan sediaan dan daya oles sediaan lip balm berbentuk stick. Lip balm merupakan sediaan perawatan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kelembaban bibir. Tujuan: Untuk memformulasi dan mengevaluasi keefektifan sediaan lip balm yang mengandung minyak bunga matahari sebagai pelembab bibir Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan lip balm dibuat dengan menambahkan minyak bunga matahari dengan konsentrasi 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), 12% (F4) dan tanpa penambahan minyak bunga matahari (F0/blanko) ke dalam formula dasar sediaan lip balm dengan kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis. Pengujian terhadap sediaan lip balm meliputi uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan titik lebur, pemeriksaan kekuatan, uji iritasi, pengujian kesukaan meliputi kemampuan daya oles dan uji kemampuan sediaan lip balm untuk melembabkan bibir dengan menggunakan alat moisture checker. Pemakaian lip balm terhadap sukarelawan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan sediaan lip balm pada bibir setiap hari secara rutin pagi dan malam hari. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 18. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak bunga matahari dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dengan stabil selama 3 bulan, memiliki susunan yang homogen, titik lebur 56,4-60,7oC, kekuatan sediaan lip balm yang baik, dan tidak mengiritasi bibir. Sediaan lip dengan konsentrasi minyak bunga matahari 0% (F0), 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), dan 12% (F4) mampu meningkatkan kelembaban bibir dengan masing-masing persen peningkatan setiap sediaan lip balm yaitu 4,45%, 14,64%, 22,99%, 33,33%, dan 33,87%. Berdasarkan kemampuan sediaan lip balm untuk melembabkan bibir dan nilai kesukaan, maka sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% (F4) memberikan efektivitas yang terbaik dan lebih disukai. Kesimpulan: Minyak bunga matahari dengan konsentrasi 0% (F0), 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), dan 12% (F4) dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm. Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% (F4) memberikan persen peningkatan kelembaban bibir yang tertinggi dan lebih disukai daripada formula lainnya. Kata kunci : bibir, lip balm, minyak bunga matahari, pelembab. vii.
(8) FORMULATION AND EVALUATION OF LIP BALM STICK CONTAINING COMBINATION OF BEESWAX AND MICROCRYSTALLINE WAX AS BASE AND SUNFLOWER OIL AS LIPS MOISTURIZER ABSTRACT Background: Sunflower oil is high in oleic acid and linoleic acid and is an excellent source of vitamin E as an antioxidant that functions to maintain skin's moisture and protect skin from environmental damage. Combination of beeswax and microcrystalline wax can be a good base because each one has a melting points are 62-64oC and 70-74oC, which can affect strength and spreadability of lip balm in the form of a stick. Lip balm is a treatment that is need to maintain and increase lips moisture. Objective: To formulate and evaluate effectiveness lip balm containing sunflower oil as lips moisturizers Method: The study was conducted experimentally. Lip balm was made by adding sunflower oil with the concentration of 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), 12% (F4) and without the addition of sunflower oil (F0/blank). concentration of sunflower oil to the basic formula of lip balm with combination of beeswax and microcrystalline wax as base. Evaluation lip balm includes observation of stability which includes an assessment of changes in shape, color, and odor for 3 months storage at room temperature, homogeneity test, melting point test, lip balm strength test, irritation test, hedonic test, and the ability of the lip balm to moisturize lips by using a moisture checker. Treatment was done for four weeks by applying lip balm to lips every day in the morning and night. The data obtained were then analyzed using the SPSS 18 (Statistical Product and Service Solution) program. Results: The results showed that sunflower oil can be formulated in lip balm which stable for 3 months of storage at room temperature, homogeneous, melting point 56.4-60.70C, had a good lip balm strength, and did not irritate lips. Lip balm with sunflower oil concentration 0% (F0), 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), and 12% (F4) can moisturize lips with percent in increase lips moisture by each lip balm was 4,45%, 14,64%, 22,99%, 33,33%, and 33,87%. Based on the ability of lip balm to moisturize lips and preference values, lip balm with 12% (F4) concentration of sunflower oil provided the best effectiveness and most preferred. Conclusion: Sunflower oil with concentration of 0% (F0), 3% (F1), 6% (F2), 9% (F3), and 12% (F4) can be formulated in lip balm. Lip balm with sunflower oil concentration 12% (F4) gave the highest percent in increase lips moisture and most preferred compared with the other formula. Keywords: lips, lip balm, sunflower oil, moisturizer. viii.
(9) DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3 1.3 Hipotesis Penelitian......................................................................................... 4 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4 1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4 1.6 Kerangka Pikir ................................................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6 2.1 Uraian Tanaman .............................................................................................. 6 2.1.1 Habitat Tanaman .......................................................................................... 6 2.2 Minyak Bunga Matahari ................................................................................. 7 2.2.1 Deskripsi Minyak Bunga Matahari .............................................................. 7 2.2.2 Ekstraksi Minyak Bunga Matahari............................................................... 7 2.2.3 Kandungan Minyak Bunga Matahari ........................................................... 8 2.2.4 Pemanfaatan Minyak Bunga Matahari ......................................................... 8 2.3 Kulit................................................................................................................. 9 2.3.1 Gambaran Umum Kulit ................................................................................ 9 2.3.2 Histopatologis Kulit ..................................................................................... 9 2.4 Bibir................................................................................................................. 11 2.4.1 Anatomi Bibir............................................................................................... 11 2.4.2 Histologi Bibir .............................................................................................. 11 2.4.3 Kelembaban Bibir ........................................................................................ 12 2.4.4 Gangguan Umum pada Bibir ....................................................................... 13 2.5 Kosmetika ....................................................................................................... 14 2.5.1 Definisi Kosmetika....................................................................................... 14 2.5.2 Penggolongan Kosmetika............................................................................. 14 2.5.3 Pentingnya Bahan Pelembab ........................................................................ 15 2.5.4 Cara Kerja Bahan Pelembab ........................................................................ 15 2.6 Sediaan Lip Balm ............................................................................................ 16 2.6.1 Pengertian Sediaan Lip Balm ....................................................................... 16 2.6.2 Kegunaan Sediaan Lip Balm ........................................................................ 17 2.6.3 Komponen Sediaan Lip Balm....................................................................... 17 BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 21 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 21 3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 21. ix.
(10) 3.2.1 Alat ............................................................................................................... 21 3.2.2 Bahan............................................................................................................ 21 3.3 Penyiapan Sampel ........................................................................................... 22 3.4 Sukarelawan .................................................................................................... 22 3.5 Uji Analisis Kandungan Minyak Bunga Matahari .......................................... 22 3.6 Prosedur Kerja ................................................................................................. 22 3.6.1 Formula Dasar Sediaan Lip Balm ................................................................ 22 3.6.2 Formula Modifikasi Basis Sediaan Lip Balm............................................... 23 3.6.3 Prosedur Pembuatan Sediaan Lip Balm ....................................................... 25 3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Lip Balm .................................................... 26 3.7.1 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Lip Balm ................................................... 26 3.7.2 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lip Balm.............................................. 26 3.7.3 Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm................................................. 26 3.7.4 Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm ........................................................ 27 3.8 Uji Iritasi Sediaan Lip Balm ............................................................................ 27 3.9 Pengujian Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm.................................. 27 3.9.1 Uji Daya Oles Sediaan Lip Balm ................................................................. 28 3.10 Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm untuk Melembabkan Bibir.................... 29 3.11 Analisis Data ................................................................................................. 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30 4.1 Hasil Pengujian Kandungan Minyak Bunga Matahari.................................... 30 4.2 Hasil Sediaan Lip Balm ................................................................................... 30 4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Lip Balm ........................................... 30 4.3.1 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Lip Balm .......................................... 30 4.3.2 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lip Balm .................................... 31 4.3.3 Hasil Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm ....................................... 32 4.3.4 Hasil Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm............................................... 33 4.3.5 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Balm ............................................................... 34 4.3.6 Hasil Pengujian Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm ..................... 35 4.3.7 Hasil Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm untuk Melembabkan Bibir ......... 38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 42 5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 42 5.2 Saran................................................................................................................ 42 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43. x.
(11) DAFTAR TABEL 3.1 Formula Modifikasi I Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari................. 23 3.2 Formula Modifikasi II Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari ............... 24 3.3 Formula Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari ..................................... 25 4.1 Hasil Pengamatan Uji Stabilitas Sediaan Lip Balm ........................................ 31 4.2 Hasil Pengamatan Pengujian Homogenitas Sediaan Lip Balm ....................... 32 4.3 Hasil Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm .......................................... 33 4.4 Hasil Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm.................................................. 34 4.5 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Balm .................................................................. 35 4.6 Hasil Nilai Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm .......................... 37 4.7 Hasil Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm untuk Melembabkan Bibir ............ 39. xi.
(12) DAFTAR GAMBAR 1.1 Kerangka Pikir ................................................................................................ 5 2.1 Anatomi Permukaan Bibir............................................................................... 11 2.2 Histologi Bibir ................................................................................................. 12 2.3 Bibir Kering dan Pecah-Pecah ........................................................................ 14 2.4 Struktur Gliserin .............................................................................................. 19 2.5 Struktur BHT ................................................................................................... 20 2.6 Struktur Nipagin .............................................................................................. 20 4.1 Kelembaban Bibir Panelis selama Empat Minggu Perawatan ........................ 40 4.2 Persen Peningkatan Kelembaban Bibir selama Empat Minggu Perawatan .... 40. xii.
(13) DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Analisis Kandungan Minyak Bunga Matahari ................................ 45 2. Gambar Tanaman, Biji, dan Minyak Bunga Matahari .............................. 46 3. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm ................................. 47 4. Gambar Alat .............................................................................................. 50 5. Gambar Bahan ........................................................................................... 51 6. Bagan Alir Kerja (Flowsheet) Pembuatan Sediaan Lip Balm ................... 52 7. Gambar Hasil Formulasi Sediaan Lip Balm .............................................. 53 8. Gambar Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik (Evaluasi) Sediaan Lip Balm ..... 54 9. Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm .................. 57 10. Hasil Uji Kelembaban Bibir Menggunakan Moisture Checker ................ 62 11. Perhitungan Persen Peningkatan Kelembaban Sediaan Lip Balm ............ 72 12. Hasil Analisis Data Kelembaban Bibir dengan Program SPSS 18 ........... 74 13. Perbedaan Bibir dengan Berbagai Konsentrasi Sediaan Lip Balm ........... 78 14. Hasil Pesertujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian................ 79 15. Lembar Persetujuan Menjadi Sukarelawan Penelitian .............................. 80 16. Lembar Kuisinoer Uji Kesukaan Formulasi Sediaan Lip Balm ................ 81. xiii.
(14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007). Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Yusuf dkk., 2019). Selain cuaca panas dan dingin, paparan sinar UV matahari dapat merusak sel keratin bibir yang berfungsi melindungi bibir. Sel keratin yang rusak akan terkelupas dan jatuh. Pada kondisi ini, bibir akan terlihat pecah-pecah. Proses ini akan terus berlanjut hingga semua sel yang rusak tersebut digantikan oleh sel yang baru (Jacobsen, 2011). Minyak memegang peranan penting pada pembuatan kosmetik pelembab karena dapat membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan air dari permukaan kulit yang disebabkan oleh panas matahari (Tranggono dan Latifah, 2007). Masyarakat Indonesia menjadikan bahan-bahan alami sebagai obat tradisional, salah satunya yaitu penggunaan. 1.
(15) minyak biji bunga matahari. Biji bunga matahari dipilih karena mengandung vitamin E yang dapat membantu melindungi kulit dari oksidasi sel yang merusak kulit (Arantika, 2018). Selain itu, vitamin E juga berperan menjaga kelembaban kulit dengan cara mempertahankan ikatan air dalam kulit dan menjaga stabilitas jaringan ikat dalam sel (Sulastomo, 2013). Minyak bunga matahari tidak menguap dan banyak mengandung vitamin E daripada minyak nabati lainnya (Madhavi dkk., 2010). Minyak bunga matahari tinggi akan asam oleat dan asam linoleat serta merupakan sumber vitamin E yang sangat baik (Nandha dkk., 2014). Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah menembus di antara sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono dan Latifah, 2014). Lip balm merupakan sediaan kosmetik yang dibuat dengan basis yang sama dengan basis lipstik, namun tanpa warna, sehingga terlihat transparan. Lip balm mengandung beeswax atau lilin karnauba, setil alkohol, lanolin, parafin, petrolatum, dan bahan-bahan lainnya. Tujuannya untuk melembabkan bibir agar tidak mudah kering dan pecah-pecah (Yusuf dkk., 2019). Basis penting dalam pembuatan kosmetik dekoratif, khususnya lipstik dan lip balm. Tingkat kekerasan lip balm harus diperhatikan, tidak terlalu keras atau terlalu lunak agar dapat diterima oleh konsumen. Beeswax merupakan lilin murni yang terbentuk dari sarang lebah dari lebah Apis mellifera yang berperan dalam sifat fisis kekerasan dalam sediaan. Satu jenis basis terkadang tidak dapat memenuhi tingkat kekerasan yang sesuai untuk sebuah lip balm (Williams, 2009).. 2.
(16) Microcrystalline wax dapat memastikan konsistensi tinggi pada sediaan lip balm. Kombinasi beeswax dan microcrystalline wax digunakan untuk memperoleh basis yang baik dengan titik lebur diantara keduanya yaitu beeswax 62-64oC dan microcrystalline wax 70-74oC yang dapat mempengaruhi tingkat kekerasaan sediaan dan daya oles sediaan lip balm (Meyer, 2009). Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini penulis tertarik untuk memformulasikan sediaan lip balm berbentuk stick yang mengandung kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis dengan dasar tinggi titik lebur yang berbeda dan minyak bunga matahari (sunflower oil) sebagai pelembab dalam konsentrasi minyak bunga matahari yang berbeda-beda yaitu 0% dengan tanpa konsentrasi minyak bunga matahari dan dengan penambahan konsentrasi minyak bunga matahari 3%, 6%, 9%, dan 12%. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis menghasilkan tingkat kekerasan sediaan lip balm bentuk stick yang baik? b. Apakah minyak bunga matahari dengan konsentrasi 3%, 6%, 9%, dan 12% dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm? c. Apakah perbedaan konsentrasi minyak bunga matahari dalam sediaan lip balm dapat mempengaruhi peningkatkan kelembaban bibir?. 3.
(17) 1.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini : a. Kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis menghasilkan tingkat kekerasan sediaan lip balm bentuk stick yang baik. b.. Minyak bunga matahari dengan konsentrasi 3%, 6%, 9%, dan 12% dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm.. c. Sediaan lip balm dengan perbedaan konsentrasi minyak bunga matahari dapat mempengaruhi peningkatan kelembaban bibir. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui apakah kombinasi beeswax dan microcrystalline wax sebagai basis menghasilkan tingkat kekerasan sediaan lip balm bentuk stick yang baik. b. Untuk memformulasikan sediaan lip balm minyak bunga matahari dengan konsentrasi 3%, 6%, 9%, dan 12%. c. Untuk mengetahui apakah sediaan lip balm dengan perbedaan konsentrasi minyak bunga matahari dapat mempengaruhi peningkatkan kelembaban bibir. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah menambah informasi mengenai formulasi bentuk sediaan lip balm minyak bunga matahari dengan kombinasi basis beeswax dan microcrystalline wax yang memiliki manfaat dalam peningkatkan kelembaban bibir.. 4.
(18) 1.6 Kerangka Pikir Latar Belakang Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar. Akibatnya, bibir akan mudah kering dan pecahpecah. Maka diformulasikan sediaan lipbalm dengan minyak bunga matahari yang kaya vitamin E sebagai antioksidan dalam melindungi sel dari kerusakan oksidasi dan radikal bebas, sehingga kelenturan sel tetap terjaga.. Tujuan. Formulasi sediaan lip balm minyak bunga matahari dengan basis kombinasi beeswax dan microcrystal line wax. Variabel. Variabel. Bebas. Terikat. Stabilitas Sediaan Konsentrasi minyak bunga matahari 3%, 6%, 9%, dan 12%. -Bentuk, warna, bau -Homogenitas -Titik Lebur -Kekuatan. Iritasi. -Erythema -Edema -Papula -Vesikula. Kesukaan. Daya oles. Daya melembabkan. 5. Parameter. Nilai pada alat Moisture Checker.
(19) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman 2.1.1 Habitat Tanaman Bunga matahari memiliki nama latin Helianthus annuus L. Heli berarti matahari dan annus yaitu semusim. Tanaman ini berasal dari Meksiko, Peru, dan Amerika Tengah. Tanaman ini telah dibudidayakan pada abad ke-18 di berbagai negara di benua Amerika. Sementara, pada tahun 1907 diperkenalkan di Indonesia oleh seorang ahli pertanian dari Belanda (Ramadhani dkk., 2019). Bunga matahari (Helianthus annuus. L) dapat ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari sebagai tanaman hias. Tanaman ini cocok di segala cuaca, tetapi tanaman ini paling subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup, dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 50-80 mm/bulan. Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air, karena akar-akarnya akan membusuk. Tanah berpasir hingga tanah liat dan tidak asam atau asin, serta pH berkisar antara 5,7-8,1 merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini (Jaenudin dkk., 2016). Biji bunga matahari menghasilkan minyak yang menyumbang 9% dari total kebutuhan minyak dunia. Produktivitas biji bunga matahari dapat mencapai 1000 biji dengan bobot sebesar 40-60 gram untuk bunga penghasil minyak dan sebesar 100 gram untuk bunga bukan penghasil minyak (Saragih dan Sinta, 2018).. 6.
(20) 2.2 Minyak Bunga Matahari 2.2.1 Deskripsi Minyak Bunga Matahari Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagai bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam industri minyak (Katja, 2012). Disamping itu biji bunga matahari juga mengandung protein sekitar 30-50% sehingga dapat digunakan sebagai makanan alternatif bagi manusia (Hazmy dkk., 2017). Minyak bunga matahari berbentuk cairan bening berwarna kuning muda, memiliki rasa lembut, dan menyenangkan. Titik didih 40-60oC, titik lebur -18oC, dan massa jenis 0,915-0,919 g/cm3 (Rowe dkk., 2009). Minyak bunga matahari larut dalam benzena, kloroform, karbon tetraklorida, dietil eter, dan minyak bumi. Tetapi, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan air. Minyak bunga matahari harus disimpan dalam kedap udara dalam wadah yang baik dan terlindung dari cahaya. Stabilitas dapat ditingkatkan dengan penambahan antioksidan seperti hydroxytoluene butylated (Rowe dkk., 2009). Di Indonesia, pengolahan biji bunga matahari belum dikembangkan, sehingga banyak perusahaan pengolahan makanan, kosmetika, obat-obatan, dan pengalengan ikan harus mengimpor minyak tersebut (Surbakti, 2011). 2.2.2 Ekstraksi Minyak Bunga Matahari Ekstraksi minyak biji matahari dilakukan dengan metode eksraksi pelarut yang menggunakan alat soxlet. Biji bunga matahari yang telah halus kemudian dibungkus dengan kertas saring yang berbentuk silinder, pada bagian bawah dan bagian atas ditutup dengan kapas, selanjutnya dimasukkan ke dalam seperangkat alat soklet dan diekstrak dengan pelarut petroleum eter. Minyak kasar hasil. 7.
(21) ekstraksi dipisahkan dari pelarut dengan cara diuapkan dari minyak yang diperoleh dilakukan sebanyak tiga kali (Katja, 2012). Metode lain yaitu dengan cara sentrifugasi. Biji bunga matahari yang sudah kering, digiling halus dengan menggunakan mesin penggiling, setelah halus dilakukan perendaman dengan menggunakan akuades dengan waktu perendaman selama 60 menit. Penyaringan dari hasil perendaman biji bunga matahari dengan menggunakan kertas saring whattman. Setelah itu, dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan antara air dan minyak dengan memutar larutan tersebut sehingga dapat menghasilkan dua lapisan pada larutan dengan kecepatan tinggi (Pramushinta, 2016). 2.2.3 Kandungan Minyak Bunga Matahari Minyak bunga matahari diklasifikasikan sebagai minyak asam oleatlinoleatnya. Termasuk komposisi didalamnya yaitu asam linoleat (66%), asam oleat (21,3%), asam palmitat (6,4%), asam arakidat (4,0%), asam stearat (1,3%), dan asam behenat (0,8%) (Rowe dkk., 2009). Minyak bunga matahari kaya akan vitamin E dan rendah lemak jenuh (Madhavi dkk., 2010). Minyak bunga matahari mempunyai kandungan asam lemak tak jenuh mencapai 91% lebih banyak dibandingkan pada minyak kedelai, kacang tanah, jagung, kelapa sawit sehingga baik untuk kesehatan (Pramushinta, 2016). 2.2.4 Pemanfaatan Minyak Bunga Matahari Minyak bunga matahari digunakan untuk berbagai keperluan seperti minyak goreng, pembuatan margarin, bahan baku kosmetik, dan obat-obatan, selain itu bungkil atau ampas hasil pemerasan minyak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Katja, 2012).. 8.
(22) 2.3 Kulit 2.3.1 Gambaran Umum Kulit Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dengan luas kulit pada manusia rata-rata ±2 m2 dan berat 10 kg jika dengan lemaknya dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan besar dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.3.2 Histopatologis Kulit Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : 1) Lapis epidermis atau kutikel; 2) Lapis dermis (korium, kutis vera, true skin); dan 3) Lapis subkutis (hipodermis) (Wasitaatmadja, 1997). Lapis Epidermis Lapisan epidermis ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah stratum korneum, terdiri dari lapis sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini terdapat jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng. 9.
(23) dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel di antaranya. Butir-butir kasar ini tediri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum spinosum (sin. Stratum Malpighi, lapisan sel prickle, lapis akanta) terdiri atas beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan ukuran bermacam-macam akibat proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti sel terletak di tengah. Sel-sel ini semakin dekat ke permukaan kulit semakin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat sel Langerhans yang mempunyai peran penting dalam sistem imun tubuh. Stratum basalis terdiri atas sel-sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal, dan pada taut dermoepidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis (Wasitaatmadja, 1997). Lapis Dermis Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, serta rambut sebagai adneksa kulit (Wasitaatmadja, 1997). Lapis Subkutis Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh trabekula yang. 10.
(24) fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997). 2.4 Bibir 2.4.1 Anatomi Bibir. Gambar 2.1 Anatomi Permukaan Bibir (Septadiana, 2015) Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut, terdiri dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit, sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut. Bibir memiliki variasi dalam bentuk dan warna. Bibir terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, vermilion, dan mukosa. Bibir bagian atas disusun oleh tiga unit, yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cuspid bow adalah proyeksi ke bawah dari unit philtrum yang memberi bentuk bibir dengan khas. Proyeksi linier tipis yang memberi batas bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll. Bibir bagian bawah memiliki 1 unit yaitu bagian mental crease yang memisahkan bibir dengan dagu (Septadiana, 2015). 2.4.2 Histologi Bibir Permukaan luar bibir ditutupi kulit dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, dan keringat. Pada tepi vermilion yang merupakan peralihan antara kulit. 11.
(25) dan membran mukosa, bibir berubah menjadi kulit yang sangat tipis tanpa rambut, dengan epidermis yang transparan. Bagian dalam bibir meliputi mukosa yang tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, terletak di atas jaringan ikat lamina propria dengan papilla yang tinggi. Lapisan submukosa mengandung serat elastin yang melanjutkan diri di sekitar otot rangka di tengah bibir dan di dalam lamina propria. Serat elastin ini mengikat erat membran mukosa sehingga mencegah terbentuknya lipatan mukosa yang dapat tergigit saat gigi geligi atas dan bawah berkontak. Bagian epidermis dari tepian vermilion bibir yang transparan serta dermis yang memiliki banyak pleksus pembuluh darah membuat bibir berwarna merah (Septadiana, 2015).. Gambar 2.2 Histologi Bibir (Septadiana, 2015) 2.4.3 Kelembaban Bibir Kelembaban bibir berasal dari kapiler darah melalui mekanisme transport massa, kelembaban terdifusi (berpindah) dari kapiler menuju jaringan yang disebut dengan perpindahan difusi (Madans dkk., 2012). Perpindahan difusi kelembaban dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan berkontraksi untuk memelihara. 12.
(26) panas. Akibatnya, perpindahan kelembaban dari kapiler darah menuju jaringan berkurang, sehingga bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Madans dkk., 2012). Pada cuaca panas, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga diameter pembuluh darah bertambah dan meningkatkan difusi kelembaban dari kapiler darah menuju jaringan. Akibatnya, terjadi penguapan air berlebihan dan mengakibatkan bibir menjadi kering (Madans dkk., 2012). Oleh pengaruh faktor-faktor tersebut kulit dapat menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan (insensible water loss perspiration). Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kemungkinan ini, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit (skin surface lipids) dan sedikit kelenjar keringat serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun, dalam kondisi tertentu faktor pelindung alamiah (natural moisturizing factor) tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997). Saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi kering dan pecah-pecah. Bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.4.4 Gangguan Umum pada Bibir Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel. 13.
(27) yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, 2011).. Gambar 2.3 Bibir Kering dan Pecah-pecah (Jacobsen, 2011) Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011). 2.5 Kosmetika 2.5.1 Definisi Kosmetika Kosmetika (berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”) adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997). 2.5.2 Penggolongan Kosmetika Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam : 1. Preparat untuk bayi; 2. Preparat untuk mandi; 3. Preparat untuk mata; 4. Preparat wangi-wangian; 5. Preparat untuk rambut; 6. Preparat untuk rias (make up); 7.. 14.
(28) Preparat untuk pewarna rambut; 8. Preparat untuk kebersihan mulut; 9. Preparat untuk kebersihan badan; 10. Preparat untuk kuku; 11. Preparat untuk cukur; 12. Preparat untuk perawatan kulit; dan 13. Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaadmadja, 1997). 2.5.3 Pentingnya Bahan Pelembab Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Hubungan antara pelembab larut air dan lemak adalah pelarutan lemak (degreasing) dari stratum korneum akan menyebabkan hilangnya pelembab. Lemak memperlambat penguapan air. Lapisan sebum mencegah kerusakan kulit akibat atmosfir, penguapan air, dan pengeringan kulit. (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.5.4 Cara Kerja Bahan Pelembab Pelembab adalah campuran kompleks senyawa kimia yang dihasilkan dengan tujuan membuat kulit lebih lembut dan elastis dengan cara meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi tiga yaitu oklusif, humektan, dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari ketiga mekanisme tersebut (Baumann dkk., 2009). a. Oklusif Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab melalui pembentukan lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum korneum. Pada umumnya bahan yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak, tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak. Contoh bahan. 15.
(29) yang bersifat oklusif adalah petrolatum, minyak mineral, parafin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah (beeswax), propilen glikol, dan lanolin (Baumann dkk., 2009). b. Humektan Humektan adalah mekanisme kerja pelembab dengan cara menarik atau menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara untuk kemudian berpenetrasi ke dalam kulit bila kelembaban relatif rendah. Tetapi, humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang menarik air dan berpenetrasi ke dalam kulit, akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang memberikan persepsi kulit halus dan sedikit kerut. Contoh bahan yang bersifat humektan adalah gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam α-hidroksi, dan gula (Baumann dkk., 2009). c. Emolien Mekanisme kerja emolien sebagai pelembab adalah dengan mengisi ruang antara desquamating keratinosit untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak menggulung (Baumann dkk., 2009). 2.6 Sediaan Lip Balm 2.6.1 Pengertian Sediaan Lip Balm Lip balm merupakan sediaan yang diaplikasikan pada bibir dengan cara membentuk lapisan minyak yang tidak dapat bercampur pada permukaan bibir (Madans dkk., 2012).. 16.
(30) 2.6.2 Kegunaan Sediaan Lip Balm Aplikasi sediaan lip balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Sediaan lip balm hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Sediaan lip balm memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Kandungan dalam sediaan lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (Sulastomo, 2013). Sebagai pelapis, sediaan lip balm mencegah kehilangan kelembaban, memberikan peluang untuk mengembalikan kelembaban awal bibir melalui aliran difusi antara kapiler dan jaringan. Dengan sediaan lip balm, kelembaban akan dikumpulkan pada permukaan antara sediaan lip balm dengan stratum korneum. Karena fungsinya sebagai pelapis, jika sediaan lip balm dibersihkan maka tidak ada lagi perlindungan antara bibir dan lingkungan luar (Madans dkk., 2012). Sediaan lip balm sebagai penggunaan kosmetik alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan kondisi kulit bibir. Produk sediaan lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-pecah, cuaca dingin dan panas, serta memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan sehat. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau kekeringan dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogen di atas bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan, dan polusi (Fernandes dkk., 2013). 2.6.3 Komponen Sediaan Lip Balm 1. Minyak Minyak merupakan bahan cair dalam suhu kamar yang disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak tak jenuh,. 17.
(31) memiliki ikatan rangkap satu atau lebih di antara atom-atom karbonnya, sehingga titik leburnya rendah (Ketaren, 1986). 2. Lilin Lilin berfungsi memberikan bentuk sediaan stik yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis dan jumlahnya agar dihasilkan formula yang tepat. Beeswax (sinonim: cera alba atau malam putih) adalah lilin yang paling banyak digunakan karena tekstur, keseragaman, dan sifat menyusut yang baik selama pencetakan. Kecenderungan menyusut ini membuat beeswax menjadi lebih mudah untuk dikeluarkan dari cetakan setelah dingin (Ketaren, 1986). Beeswax merupakan lilin yang diperoleh dari sarang lebah pada saat pertama kali meleleh. Pada saat disaring, terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kekuningan bercahaya. Sebagai bahan yang paling banyak diperlukan, lilin mentah ini selanjutnya dimurnikan dan diputihkan secara kimia atau menggunakan cahaya matahari. Beeswax tidak mudah tengik dan memiliki titik leleh 62-64oC (Ketaren, 1986). Microcrystalline wax memiliki titik leleh 70-74oC dan kemampuan untuk mengikat minyak serta memastikan konsistensi tinggi (Asyifaa dkk., 2016). Lilin ini dipisahkan dari komponen minyak mineral berat dengan bantuan de-asphalting propana diikuti oleh de-aromatisasi dan pelarut de-waxing (Meyer, 2009). 3. Lemak Merupakan lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, dan agak rapuh. Memiliki titik lebur 31-34°C (Ditjen POM, 1979). Lemak coklat dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik antara lain sebagai krim pembersih, krim pelembab, dan minyak rambut.. 18.
(32) Mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (2%) dan vitamin E (tokoferol) sebesar 3-13 mg/100 gram bahan (Ketaren, 1986). Lemak coklat memiliki kelebihan yakni lunak, lebih mudah diserap, dapat memberikan aroma bau yang menyenangkan, sehingga tidak perlu penambahan pengharum (Ketaren, 1986). 4. Gliserin Gliserin (C3H8O3) merupakan cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, kental, bersifat higroskopis, memiliki rasa manis kira-kira 0,6 kali dari sukrosa, dan memiliki titik leleh 17,8oC (Rowe dkk., 2009). Gliserin banyak digunakan pada sediaan farmasi, termasuk oral, topikal, dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin memiliki kegunaan utama sebagai humektan dan emolien, juga sebagai sebagai pelarut dan ko-solven pada krim dan emulsi (Rowe dkk., 2009).. Gambar 2.4 Struktur Gliserin (Rowe dkk., 2009) 5. Antioksidan BHT berbentuk serbuk kristal putih dengan bau fenol yang khas, praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidroksida, asam mineral encer, namun larut dalam aseton, benzena, etanol 95%, eter, metanol, toluena, minyak mineral (Rowe dkk., 2009). Butil hidroksitoluen (BHT) merupakan salah satu antioksidan yang paling banyak digunakan pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi lain.. 19.
(33) Tujuan penggunaannya adalah untuk mencegah kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak agar tidak tengik, serta mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang terlarut dalam minyak (Rowe dkk., 2009).. Gambar 2.5 Struktur BHT (Rowe dkk., 2009) 6. Pengawet Nipagin merupakan pengawet yang paling sering digunakan pada sediaan kosmetik, karena efektif digunakan pada range pH yang luas yakni 4-8 dan memiliki daya hambat antibakteri yang luas. Aktivitas antibakteri semakin menurun seiring dengan peningkatan pH. Nipagin lebih efektif menghambat ragi dan jamur dibandingkan bakteri, serta lebih efektif menghambat bakteri gram positif dibandingkan gram negatif. Nipagin berbentuk serbuk kristal putih tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan sedikit berasa terbakar. Pengawet turunan paraben ini tidak bersifat mutagen, teratogenik, dan karsinogenik (Rowe dkk., 2009).. Gambar 2.6 Struktur Nipagin (Rowe dkk., 2009) 20.
(34) BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi orientasi basis, formulasi sediaan lip balm, dan pemeriksaan mutu fisik sediaan lip balm yang terdiri dari uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan titik lebur, pemeriksaan kekuatan, uji iritasi, pengujian kesukaan (hedonic test) terhadap kemampuan daya oles sediaan lip balm, dan uji kemampuan sediaan lip balm untuk melembabkan bibir dengan menggunakan alat moisture checker. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmeseutika dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2019 – Januari 2020. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk, cawan penguap, gelas objek, moisture checker (Aramo), melting point apparatus (Stuart), neraca analitik (Mottler Toledo), penangas air, penjepit tabung, pipa kapiler, pipet tetes, spatula, wadah sediaan lip balm. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, beeswax, BHT, gliserin, microcrystalline wax, minyak bunga matahari (Mazola), nipagin, oleum cacao.. 21.
(35) 3.3 Penyiapan Sampel Minyak bunga matahari merk “Mazola” dibeli di Brastagi SupermarketManhattan, Jl. Medan-Binjai No.4, Sei Sikambing B, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20123. 3.4 Sukarelawan Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan lip balm dalam meningkatkan kelembaban pada bibir adalah 15 orang mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan kriteria sebagai berikut: 1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun 3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985). 3.5 Uji Analisis Kandungan Minyak Bunga Matahari Analisis kandungan minyak bunga matahari dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute), Jl. Brigjen Katamso 51, Medan 20158 Indonesia. 3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Formula Dasar Sediaan Lip Balm (Ratih dkk., 2014) Formula dasar yang dipilih pada pembuatan sediaan lip balm terdiri dari :. 22.
(36) R/ Minyak Bunga Kenanga. 0%, 5%, 15%. Gliserin. 5%. Cera Alba. 10%. Cera Flava. 12%. Nipagin. 0,18%. Nipasol. 0,02%. BHT. 0,05%. Oleum cacao. ad. 100. Berdasarkan formula di atas, dilakukan modifikasi formula basis sediaan lip balm beeswax dan microcystalline wax dengan minyak bunga matahari dalam berbagai perbandingan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan basis sediaan lip balm yang baik dalam tekstur, konsistensi, dan kemampuan melembabkan bibir. 3.6.2 Formula Modifikasi Basis Sediaan Lip Balm Formula modifikasi basis sediaan lip balm dalam penelitian ini dapat dilihat sesuai pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Formula Modifikasi I Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari Konsentrasi (gram) Bahan. F0 (Blanko). F1 (3%). F2 (6%). F3 (9%). F4 (12%). Minyak biji bunga matahari. 0. 3. 6. 9. 12. Gliserin. 5. 5. 5. 5. 5. Beeswax. 8. 8. 8. 8. 8. Microcrystalline wax. 12. 12. 12. 12. 12. Nipagin. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. BHT. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Oleum cacao. 23.
(37) Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Pada formula modifikasi di atas, diperoleh hasil sediaan lip balm terlalu keras dan sulit dioleskan. Hal ini disebabkan oleh titik lebur beeswax berkisar antara 62-640C, sementara microcrystalline wax memiliki titik lebur pada rentang 70-740C. Maka, dilakukan modifikasi kembali terhadap konsentrasi basis sediaan lip balm yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Formula Modifikasi II Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari Konsentrasi (gram) Bahan. F0 (Blanko). F1 (3%). F2 (6%). F3 (9%). F4 (12%). Minyak biji bunga matahari. 0. 3. 6. 9. 12. Gliserin. 5. 5. 5. 5. 5. Beeswax. 8. 8. 8. 8. 8. Microcrystalline wax. 10. 10. 10. 10. 10. Nipagin. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. BHT. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Ad 100. Oleum cacao. Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Pada formula modifikasi di atas, diturunkan konsentrasi microcrystalline wax dari 12% menjadi 10%. Hasil yang diperoleh adalah sediaan lip balm lebih. 24.
(38) lunak dan lebih mudah dioleskan. Maka, dipilih formula kedua sebagai formula modifikasi sediaan lip balm dalam penelitian ini. Tabel 3.3 Formula Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari Bahan. Konsentrasi (gram) F1 F2 F3 (3%) (6%) (9%). F0 (Blanko). R/. F4 (12%). Minyak biji bunga matahari. 0. 3. 6. 9. 12. Gliserin. 5. 5. 5. 5. 5. Beeswax (Cera alba). 8. 8. 8. 8. 8. Microcrystalline wax. 10. 10. 10. 10. 10. Nipagin. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. 0,2. BHT. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. 0,05. Oleum cacao. 76,75. 73,75. 70,75. 67,75. 64,75. Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% 3.6.3 Prosedur Pembuatan Sediaan Lip Balm Ditimbang seluruh bahan. Dilelehkan beeswax pada suhu 62oC, microcrystalline wax pada suhu 70oC dan oleum cacao pada suhu 31oC ke dalam masing-masing cawan penguap yang berbeda di atas penangas air hingga meleleh sempurna (dalam hal ini suhu masing-masing bahan terus dijaga dan diturunkan suhunya secara perlahan ketika akan dicampurkan). Dicampurkan beeswax ke dalam microcrystalline ketika mendekati suhu 62 oC. Campuran beeswax dan microcrystalline wax kemudian dicampurkan ke dalam oleum cacao ketika mendekati suhu 31oC. Selanjutnya, dimasukkan minyak bunga matahari, gliserin, nipagin, dan BHT ke dalam campuran wax dan oleum cacao lalu diaduk. 25.
(39) homogen. Kemudian, lelehan sediaan lip balm dimasukkan ke dalam wadah sediaan lip balm dan didiamkan pada suhu ruangan hingga membeku. 3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Lip Balm Pemeriksaan mutu fisik sediaan lip balm yang terdiri dari uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar, pemeriksaan homogenitas, pemeriksaan titik lebur, pemeriksaan kekuatan, uji iritasi, pengujian kesukaan (hedonic test) terhadap kemampuan daya oles sediaan lip balm, dan uji kemampuan sediaan lip balm untuk melembabkan bibir dengan menggunakan alat moisture checker. 3.7.1 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Lip Balm Masing-masing formula sediaan lip balm disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan yang terdiri dari bentuk, warna, dan bau selama 3 bulan (Ratih dkk., 2014). 3.7.2 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lip Balm Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang sesuai, sediaan lip balm harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979). 3.7.3 Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat melting point apparatus. Sediaan lip balm dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang memiliki ukuran diameter 1.55 mm ± 0.05 dengan kedalaman 10 mm. Pipa kapiler tersebut diletakkan dalam alat melting point apparatus dengan posisi yang sesuai. Suhu pada saat sediaan lip balm mulai meleleh, adalah titik lebur sediaan lip balm.. 26.
(40) 3.7.4 Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan sediaan lip balm dengan cara sediaan lip balm diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari ujung sediaan lip balm, digantungkan beban sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah 10 gram. Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lipbalm patah. Pada saat sediaan lip balm patah, maka jumlah total berat beban yang ditambahkan adalah nilai kekuatan sediaan lip balm (Vishwakarma dkk., 2011). 3.8 Uji Iritasi Sediaan Lip Balm Uji iritasi sediaan lip balm dilakukan dengan menggunakan metode uji tempel terbuka (open patch) pada bagian belakang telinga terhadap 15 sukarelawan yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka, dan diamati apa yang akan terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema. Tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah 1. Tidak ada reaksi – ; 2. Eritema +; 3. Eritema dan Papula ++; 4. Eritema, papula, dan vesikula +++; 5. Edema dan vesikula ++++ (Ditjen POM, 1985). 3.9 Pengujian Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang sukarelawan dengan 15 orang yang sama dengan uji iritasi. Setiap sukarelawan diminta untuk mengoleskan formula sediaan lip balm yang dibuat pada bibir. Kemudian,. 27.
(41) sukarelawan memilih variasi formula mana yang paling disukai. Sukarelawan menuliskan 1 jika sangat tidak suka, 2 jika tidak suka, 3 jika netral, 4 jika suka, dan 5 jika sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan lip balm dengan rumus : . P. Keterangan : n 1,96. : banyak sukarelawan : keberagaman nilai kesukaan : koefisien standar deviasi pada taraf 95% : nilai kesukaan rata-rata : nilai kesukaan dari sukarelawan ke-i; i = 1,2,3,....,n : simpangan baku nilai kesukaan (Hutami dkk, 2014).. 3.9.1 Uji Daya Oles Sediaan Lip Balm Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada punggung tangan kemudian mengamati banyaknya sediaan yang menempel seperti biasanya kita menggunakan pelembab bibir. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan lip balm yang dibuat dan dioleskan pada punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).. 28.
(42) 3.10 Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm untuk Melembabkan Bibir Pengujian kemampuan sediaan lip balm untuk melembabkan bibir dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan. Pengelompokan dibagi menjadi : a. kelompok I : 3 orang sukarelawan menggunakan formula 0% (blanko) b. kelompok II : 3 orang sukarelawan menggunakan formula 3% c. kelompok III : 3 orang sukarelawan menggunakan formula 6% d. kelompok IV : 3 orang sukarelawan menggunakan formula 9% e. kelompok V : 3 orang sukarelawan menggunakan formula 12% Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan lip balm dengan nilai parameter kelembaban, dengan cara mengukur kelembaban seluruh sukarelawan sebelum menggunakan alat moisture checker. Sediaan lip balm dioleskan secara rutin pagi dan malam hari dan dilakukan pengukuran kelembaban bibir setiap satu kali dalam seminggu selama empat minggu perawatan. 3.11 Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 18. Data dianalis dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok maka, jika data normal dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Jika data tidak normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal-Wallis. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.. 29.
(43) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Kandungan Minyak Bunga Matahari Hasil pengujian kandungan minyak bunga matahari dapat dilihat pada Lampiran 1. Halaman 45. Pengujian kandungan minyak bunga matahari dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute) dengan alamat Jl. Brigjen Katamso 51, Medan 20158 Indonesia. 4.2 Hasil Sediaan Lip Balm Hasil sediaan lip balm dapat dilihat pada Lampiran 7. Halaman 53. Sediaan lip balm yang dihasilkan memiliki aroma coklat, berwarna lemon chiffon, dan memiliki tekstur yang lembut. Semakin tinggi konsentrasi minyak bunga matahari pada sediaan lip balm, semakin lembut tekstur pengolesannya pada bibir. 4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Lip Balm 4.3.1 Hasil Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Lip Balm Masing-masing formula sediaan lip balm disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan yang terdiri dari bentuk, warna, dan bau selama 3 bulan. Hasil uji stabilitas sediaan lip balm dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 8. Halaman 54-56. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, didapat bahwa seluruh sediaan lip balm memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yakni tidak meleleh pada suhu kamar, tidak mengeluarkan minyak (sweating), serta tidak terjadi perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 3 bulan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemberian BHT 0,05% dan nipagin 0,2% dapat menstabilkan sediaan lip balm.. 30.
(44) Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya perubahan bentuk, warna, dan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat ditambahkan antioksidan dan untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh jamur atau mikroba dapat ditambahkan pengawet (Allen, 2002). Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Stabilitas Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Matahari Lama pengamatan setelah minggu kePengamatan Sediaan 0 2 4 6 8 10 12 F0 SB SB SB SB SB SB SB F1 SB SB SB SB SB SB SB Bentuk F2 SB SB SB SB SB SB SB F3 SB SB SB SB SB SB SB F4 SB SB SB SB SB SB SB F0 LC LC LC LC LC LC LC F1 LC LC LC LC LC LC LC Warna F2 LC LC LC LC LC LC LC F3 LC LC LC LC LC LC LC F4 LC LC LC LC LC LC LC F0 AC AC AC AC AC AC AC F1 AC AC AC AC AC AC AC Bau F2 AC AC AC AC AC AC AC F3 AC AC AC AC AC AC AC F4 AC AC AC AC AC AC AC Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% SB : Solid yang baik LC : Lemon chiffon AC : Aroma cokelat 4.3.2 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Lip Balm Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dihasilkan mempunyai susunan yang homogen yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Lampiran 8. Halaman 54. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan lip balm dioleskan pada kaca transparan (Ditjen POM, 1979). 31.
(45) Homogenitas berpengaruh terhadap efektifitas kelembaban karena berhubungan dengan konsentrasi formula yang sama pada setiap pemakaian, jika sediaan lip balm homogen maka konsentrasi formula pada saat pemakaian diasumsikan akan sama (Swastika, 2013). Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pengujian Homogenitas Sediaan Lip Balm Lama pengamatan setelah minggu kePengamatan Sediaan 0 2 4 6 8 10 12 F0 H H H H H H H F1 H H H H H H H Homogenitas F2 H H H H H H H F3 H H H H H H H F4 H H H H H H H Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% H : Homogen 4.3.3 Hasil Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm Sediaan lip balm dimasukkan dalam pipa kapiler yang memiliki diameter 1.55 mm ± 0.05 dengan kedalaman 10 mm, kemudian pipa kapiler tersebut diletakkan dalam alat melting point apparatus dengan posisi yang sesuai. Hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm menunjukkan bahwa titik lebur sediaan lip balm berkisar antara 56,4-60,7oC. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dihasilkan memiliki titik lebur yang baik. Perbedaan titik lebur antar sediaan lip balm, disebabkan karena perbedaan jumlah oleum cacao yang terkandung pada masing-masing sediaan lip balm, semakin tinggi konsentrasi minyak bunga matahari, maka semakin sedikit jumlah oleum cacao yang terkandung pada sediaan lip balm. Sehingga, titik lebur sediaan lip balm semakin menurun.. 32.
(46) Hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Lampiran 8. Halaman 54. Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Titik Lebur Sediaan Lip Balm Sediaan Titik Lebur (oC) F0 60,7 F1 59,5 F2 58,4 F3 57,1 F4 56,4 Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Titik lebur sediaan lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, antara 36-38oC, tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, titik lebur sediaan lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 55-75oC agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan, dan pemakaian (Fernandes dkk., 2013). 4.3.4 Hasil Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm Pengujian dilakukan dengan cara sediaan lip balm diletakkan horizontal pada jarak kira-kira ½ inci dari ujung sediaan lip balm, digantungkan beban yang berfungsi sebagai penekan. Setiap penambahan waktu 30 detik berat penekan ditambah 10 gram hingga sediaan lip balm patah yang merupakan nilai kekuatan sediaan lip balmnya. Hasil pengujian kekuatan sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Lampiran 8. Halaman 55.. 33.
(47) Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm Sediaan Kekuatan Sediaan (g) F0 320 F1 290 F2 250 F3 220 F4 180 Vaseline 120 Keterangan : F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Hasil formulasi sediaan lip balm dengan berbagai konsentrasi minyak bunga matahari diatas kemudian dibandingkan dengan sediaan lip balm di pasaran merek “Vaseline”. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tujuan dibandingkan hasil sediaan lip balm minyak bunga matahari dengan sediaan lip balm pasaran merek “Vaseline” adalah untuk mengetahui hasil kekuatan sediaan lip balm minyak bunga matahari yang diformulasikan ke dalam bentuk stick apakah cukup baik atau tidak. Sebab sediaan lip balm dengan bentuk stick tidak boleh terlalu keras ataupun terlalu lunak. Berdasarkan hasil pengujian kekuatan sediaan lip balm, diperoleh kekuataan sediaan lip balm yang baik. Adapun semakin tinggi konsentrasi minyak bunga matahari pada sediaan lip balm maka kekuatan sediaan lip balm akan menurun. 4.3.5 Hasil Uji Iritasi Sediaan Lip Balm Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Lampiran 8. Halaman 55. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 15 sukarelawan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada bagian belakang telinga sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut, diperoleh bahwa semua sukarelawan tidak. 34.
(48) menunjukkan reaksi iritasi yaitu eritema, papula atau vesikula (Tranggono dan Latifah, 2007). Tabel 4.5 Data Pengujian Iritasi Sediaan Lip Balm Panelis (Sukarelawan) Reaksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Eritema - - - - - - - - - Eritema dan - - - - - - - - - papula Eritema, papula, - - - - - - - - - dan vesikula Edema dan - - - - - - - - - vesikula Keterangan : : Tidak ada iritasi + : Eritema ++ : Eritema dan papula +++ : Eritema, papula, dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula. 14 -. 15 -. -. -. -. -. -. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman digunakan. 4.3.6 Hasil Pengujian Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan lip balm dengan mencari hasil rerata pada setiap sukarelawan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil setiap data sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Lampiran 9. Halaman 57-61. Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu: -. Sediaan lip balm F1 (3%) memiliki interval nilai kesukaan 2,211512,78849. Untuk penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,21151 dan dibulatkan menjadi 2 (tidak suka). 35.
(49) -. Sediaan lip balm F2 (6%) memiliki interval nilai kesukaan 3,45664 4,00936. Untuk penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,45664 dan dibulatkan menjadi 3 (netral). -. Sediaan lip balm F3 (9%) memiliki interval nilai kesukaan 3,59105 4,34095. Untuk penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,59105 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). -. Sediaan lip balm F4 (12%) memiliki interval nilai kesukaan 3,60278 4,19722. Untuk penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,60278 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). 36.
(50) Tabel 4.6 Hasil Nilai Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan Lip Balm Formula Panelis (Sukarelawan) F1 F2 F3 F4 1 2 3 5 4 2 3 3 4 4 3 2 3 5 4 4 1 3 4 4 5 3 3 5 3 6 3 4 4 3 7 3 4 5 5 8 3 4 4 5 9 2 4 3 5 10 2 3 3 5 11 2 5 5 4 12 1 5 3 4 13 1 5 5 4 14 2 4 3 4 15 2 4 5 3 16 4 3 5 3 17 3 3 2 2 18 2 4 5 4 19 2 3 4 3 20 3 4 2 5 21 3 5 2 3 22 3 5 4 4 23 3 5 5 5 24 2 4 2 5 25 4 4 4 3 26 2 3 3 3 27 2 3 4 5 28 4 3 4 3 29 3 3 5 4 30 3 3 5 4 75 112 119 117 Total Keterangan : F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Nilai Kesukaan 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Netral 4. Suka 5. Sangat suka. 37.
(51) Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan lip balm, yang paling disukai adalah sediaan lip balm formula 4 dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% dengan parameter penilaian yang digunakan yaitu kemudahan pengolesan, mudah dibawa, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. 4.3.7 Hasil Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm Untuk Melembabkan Bibir Pengujian efektivitas sediaan lip balm dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan. Pengujian dilakukan dengan membandingkan kelembaban bibir sukarelawan sebelum dan sesudah pemakaian sediaan lip balm. Seluruh sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban bibir awal sebelum pemakaian sediaan lip balm dengan menggunakan alat moisture checker. Kemudian, dilakukan pengukuran kelembaban bibir kembali sesudah pemakaian sediaan lip balm setiap satu kali seminggu selama 4 minggu. Hasil pengukuran kelembaban bibir sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Lampiran 10, 11, 12. Halaman 62-77. Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan tampak lembut dan halus. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada pada bagian permukaan bawah lapisan keratin lebih cepat menguap, sehingga menyebabkan kekeringan pada kulit (Sulastomo, 2013). Data yang diperoleh pada hasil kelembaban bibir akan dianalisis dengan menggunakan program statistik SPPS versi 18 dengan metode Kruskal-Wallis Test. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama empat minggu perawatan digunakan metode Mann-Whitney U Test.. 38.
(52) Tabel 4.7 Hasil Uji Kemampuan Sediaan Lip Balm untuk Melembabkan Bibir Waktu perawatan setelah Panelis Persen Kondisi minggu keFormula (SukaPeningkatan Awal relawan) Kelembaban 1 2 3 4 1 28 28 28 29 29 3,57% F0 2 30 31 31 31 31 3,33% 3 31 32 32 32 33 6,45% Rata-rata 29,67 30,33 30,33 30,67 31,00 4,45% 1 28 29 30 33 33 17,86% F1 2 30 31 33 34 35 16,67% 3 32 33 33 34 35 9,38% Rata-rata 30,00 31,00 32,00 33,67 34,33 14,64% 1 27 28 30 33 35 29,63% F2 2 29 34 35 36 37 27,59% 3 34 35 36 37 38 11,76% Rata-rata 30,00 32,33 33,67 35,33 36,67 22,99% 1 27 30 33 36 37 37,04% F3 2 28 29 34 35 36 28,57% 3 32 34 34 39 43 34,38% Rata-rata 29,00 31,00 33,67 36,67 38,67 33,33% 1 25 27 28 33 35 40,00% F4 2 27 27 30 33 36 33,33% 3 36 37 40 42 46 27,78% Rata-rata 29,33 30,33 32,67 36,00 39,00 33,70% Keterangan : Dehidrasi 0-29 ; Normal 30-50 ; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F0 : Formula lip balm tanpa konsentrasi minyak bunga matahari (blanko) F1 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 3% F2 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 6% F3 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 9% F4 : Formula lip balm dengan konsentrasi minyak bunga matahari 12% Data diatas menunjukkan setiap peningkatan konsentrasi minyak bunga matahari dalam sediaan lip balm memberikan peningkatan kelembaban pada bibir sukarelawan selama empat minggu perawatan setiap pagi dan malam terutama pada sediaan lip balm F4 dengan rata-rata persen peningkatan kelembaban sebesar 33,70%. Namun antara sediaan lip balm F3 (33,33%) dan F4 (33,70%) tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan antara konsentrasi minyak bunga matahari pada formula 9% hingga 12% sudah cukup baik diabsorpsi oleh bibir sehingga mampu meningkatkan kelembaban pada bibir.. 39.
Dokumen terkait
Berdasarkan hasil optimasi basis diperoleh F7 (kombinasi carnauba wax dan microcrystaline wax dengan perbandingan 6% : 9 %) sebagai formula optimal basis lip cream
Formulasi blush on stick dalam riset ini memakai dasar lilin carnauba dengan variasi konsentrasi 10%, 20%, serta 30%, konsentrasi itu didasarkan dalam literatur
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung palm kernel oil dan red palm oil dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm yang dibuat dapat
Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai sediaan lip balm ekstrak teh hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) yang diformulasikan dengan BHT
Ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% dapat digunakan sebagai bahan pewarna dalam sedian balsam bibir (Lip
Riset ini sesuai dengan riset Mizolla, 2020 perihal sediaan lip balm minyak atsiri rimpang rumput teki serta percobaan efektivitas melembapkan dengan cara in vitro sediaan baik dari
Formulasi Dasar Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut : R/ Gliserin 5 Cera Alba 10 Cera Flava 12 Nipagin