PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI SAWI (MUSTARD OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI
OLEH:
IHSANI TAJRI
141501218
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI SAWI (MUSTARD OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
IHSANI TAJRI
141501218
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Biji Sawi (Mustard Oil) Sebagai Pelembab Bibir.” Shalawat dan salam teruntuk Baginda Rasullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Minyak biji sawi memiliki konstituen kimia nutrisi yang penting seperti tokoferol dan vitamin. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat. Minyak biji sawi diduga dapat dimanfaatkan untuk perawatan kulit karena mengandung tokoferol. Kandungan tersebut dapat meremajakan kulit, menjaga kelembaban, dan juga kelenturan kulit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak biji sawi dan mengetahui keefektivannya sebagai pelembab bibir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm dapat mempengaruhi efektivitasnya sebagai pelembab bibir.
Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 10% memberikan efektivitas yang terbaik. Penelitian ini diharapkan agar dapat mengembangkan dan memberikan informasi dalam bidang farmasi terutama bidang kosmetika.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dra. Nazliniwaty. M.Si., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus, dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., beserta Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt, sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi. Kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, Ayahanda Ir. Subakir dan Ibunda Mutia Farida, serta adik tercinta Muhamad Farhan dan Annisa Ilmi yang selalu setia mendoakan, memberikan cinta, kasih sayang, dorongan semangat, dan pengorbanan baik moril maupun materil juga perhatian yang tak pernah henti dari masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Sovie, Yunda, Sangkot, Vita, Sila, Resi. Kepada Jang Man Wol, juga kepada Jonghyun, Jinyoung, dan Wara yang sudah memberi semangat selama penelitian dan penyusunan bahan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, 6 Agustus 2021 Penulis,
Ihsani Tajri NIM 141501218
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ihsani Tajri
Nomor Induk Mahasiswa 141501218
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Biji Sawi (Mustard Oil) Sebagai Pelembab Bibir
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah hasil karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut diketahui plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, 6 Agustus 2021
Ihsani Tajri NIM 141501218
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI SAWI (MUSTARD OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR ABSTRAK
Latar belakang: Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang
penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar. Lip balm adalah sediaan pelembab bibir yang dioleskan pada bibir agar bibir tidak mudah kering dan pecah-pecah. Minyak biji sawi memiliki konstituen kimia nutrisi yang penting seperti vitamin dan tokoferol dengan sifat antioksidan kuat diduga berfungsi untuk perawatan kulit, meremajakan kulit, menjaga kelembaban, dan juga kelenturan kulit.
Tujuan: Untuk memformulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak biji sawi sebagai pelembab bibir dan keefektivannya sebagai pelembab bibir.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan lip balm dibuat dengan menambahkan minyak biji sawi ke dalam formula dasar sediaan lip balm yang terdiri dari beeswax, gliserin, nipagin, BHT, dan oleum cacao dengan variasi konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Pengujian terhadap sediaan lip balm meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu pemeriksaan organoleptis (perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan), pemeriksaan homogenitas, uji stabilitas, pengamatan titik lebur, uji pH, uji kekuatan sediaan, uji iritasi sediaan, uji efektivitas sediaan menggunakan alat moisture checker, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. Pemakaian lip balm terhadap sukarelawan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan sediaan lip balm pada bibir setiap hari secara rutin pagi dan malam hari.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji sawi dapat diformulasikan ke dalam sediaan lip balm yang homogen, pH (5,6-6,3), titik lebur (58-600C), kekuatan (167-237 g), stabil dalam penyimpanan, dan tidak mengiritasi kulit bibir sukarelawan. Perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm dapat mempengaruhi efektivitasnya sebagai pelembab bibir. Hal ini ditandai dengan persen peningkatan kelembaban bibir pada sediaan lip balm minyak biji sawi dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% berturut-turut yaitu 12,20%, 24,13%, 30,46%, 42,03%, dan 59,75%. Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 10% memberikan efektivitas yang terbaik. Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, semua konsentrasi disukai oleh panelis.
Kesimpulan: Minyak biji sawi dapat diformulasikan sebagai sediaan lip balm yang stabil. Perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitasnya sebagai pelembab bibir. Sediaan dengan konsetrasi 10% menunjukkan efektivitas pelembab bibir terbaik dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 59,75%.
Kata kunci: bibir, lip balm,minyak biji sawi, pelembab.
FORMULATION OF LIP BALM OF MUSTARD OIL AS LIP MOISTURIZER
ABSTRACT
Background: Lips are one part of the face whose appearance affects the aesthetic perception of the face. Lip skin has no hair follicles and no sweat glands that function to protect the lips from the outside environment. Lip balm is a lip balm that is applied to the lips to prevent dry and chapped lips. Mustard seed oil has important nutritional chemical constituents such as vitamins and tocopherols with strong antioxidant properties thought to function for skin care, skin rejuvenation, maintaining moisture, and also skin elasticity.
Purpose: To formulate lip balm preparations containing mustard seed oil as a lip moisturizer and its effectiveness as a lip moisturizer.
Methods: The research was conducted experimentally. Lip balm preparations are made by adding mustard seed oil to the basic formula of lip balm preparations consisting of beeswax, glycerin, nipagin, BHT, and cacao oleum with varying concentrations of 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%. Tests on lip balm preparations include examination of the physical quality of the preparation, namely organoleptic examination (change in shape, color, and odor of the preparation), homogeneity examination, stability test, melting point observation, pH test, strength test of the preparation, irritation test of the preparation, test the effectiveness of the preparation using moisture checker tool, as well as a hedonic test on the variation of the preparations made. The use of lip balm on volunteers was carried out for four weeks by applying lip balm preparations on the lips every day, morning and night.
Results: The results showed that mustard seed oil can be formulated into lip balm preparations that are homogeneous, pH (5.6-6.3), melting point (58-600C), strength (167-237 g), stable in storage, and not irritated the skin of the volunteer's lips.
Differences in the concentration of mustard seed oil in lip balm preparations can affect its effectiveness as a lip moisturizer. This is indicated by the percent increase in lip moisture in mustard seed oil lip balm preparations with concentrations of 0%, 2.5%, 5%, 7.5% and 10%, respectively, namely 12.20%, 24.13%, 30 .46%, 42.03%, and 59.75%. Lip balm preparations with 10% mustard seed oil concentration provide the best effectiveness. Based on the preference value for each preparation, all concentrations were favored by the panelists.
Conclusion: Mustard seed oil can be formulated as a stable lip balm preparation.
The difference in the concentration of mustard seed oil in lip balm preparations affects its effectiveness as a lip moisturizer. Preparations with a concentration of 10% showed the best lip balm effectiveness with an average percent recovery of 59.75%.
Keywords: lips, lip balm, mustard oil, moisturizer.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis Penelitian ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tumbuhan ... 5
2.1.1 Habitat Tumbuhan ... 5
2.1.2 Taksonomi... 6
2.1.3 Sawi Cokelat ... 6
2.1.4 Kandungan Kimia Biji Sawi ... 7
2.1.5 Pemanfaatan Biji Sawi ... 8
2.2 Minyak Biji Sawi ... 9
2.2.1 Deskripsi Minyak Biji Sawi ... 9
2.2.2 Ekstraksi Minyak Biji Sawi ... 10
2.2.3 Kandungan Minyak Biji Sawi ... 10
2.2.4 Pemanfaatan Minyak Biji Sawi ... 11
2.3 Bibir ... 11
2.3.1 Definisi Bibir ... 11
2.3.2 Anatomi dan Fisiologi Bibir ... 12
2.3.3 Kelembaban Bibir ... 12
2.3.4. Gangguan Umum pada Bibir ... 13
2.4 Kosmetika ... 14
2.4.1 Definisi Kosmetika ... 14
2.4.2 Penggolongan Kosmetika ... 14
2.5 Bahan Pelembab... 15
2.5.1 Pentingnya Bahan Pelembab ... 15
2.5.2 Cara Kerja Bahan Pelembab ... 15
2.6 Sediaan Lip Balm ... 16
2.6.1 Pengertian Sediaan Lip Balm ... 16
2.6.2 Fungsi Sediaan Lip Balm ... 17
2.6.3 Komponen Sediaan Lip Balm ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Alat dan Bahan ... 22
3.1.1 Alat ... 22
3.1.2 Bahan ... 22
3.2 Penyiapan Sampel ... 22
3.3 Sukarelawan ... 23
3.4 Prosedur Kerja ... 23
3.4.1 Formula Dasar ... 23
3.4.2 Modifikasi Formula ... 24
3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan ... 25
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 25
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan ... 25
3.5.2 Uji pH Sediaan ... 26
3.5.3 Uji Stabilitas Sediaan ... 26
3.5.4 Pengujian Titik Lebur Sediaan ... 26
3.5.5 Pemeriksaan Kekuatan Sediaan ... 27
3.6 Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan ... 27
3.6.1 Uji Iritasi Sediaan ... 27
3.6.2 Uji Efektivitas Sediaan ... 28
3.6.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan ... 28
3.7 Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Hasil Formulasi Sediaan ... 30
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 30
4.2.1 Hasil Homogenitas Sediaan ... 30
4.2.2 Uji pH Sediaan ... 30
4.2.3 Uji Stabilitas Sediaan ... 31
4.2.4 Hasil Pengujian Titik Lebur Sediaan ... 32
4.2.5 Uji Kekuatan Sediaan ... 33
4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan ... 34
4.3.1 Uji Iritasi Sediaan ... 34
4.3.2 Uji Efektivitas Sediaan ... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komposisi nutrisi dan nilai ORAC biji sawi ... 7 Tabel 3. 1 Modifikasi formula sediaan lip balm menggunakan minyak biji sawi 24 Tabel 4. 1 Data hasil uji pH sediaan lip balm minyak biji sawi ... 30 Tabel 4. 2 Data hasil pengamatan uji stabilitas fisik sediaan lip balm minyak biji
sawi... 31 Tabel 4. 3 Data hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm minyak biji sawi33 Tabel 4. 4 Data hasil uji kekuatan sediaan lip balm minyak biji sawi ... 34 Tabel 4. 5 Data hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak biji sawi ... 35 Tabel 4. 6 Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) sediaan lip balm minyak biji sawi pada bibir panelis ... 36 Tabel 4. 7 Data nilai uji kesukaan (hedonic test) sediaan lip balm minyak biji
sawi... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Kerangka Pikir Penelitian ... 4 Gambar 2. 1 Anatomi Kulit Bibir (Satheesh dan Abhay, 2011) ... 12 Gambar 2. 2 Bibir Kering dan pecah-pecah (Jacobsen, 2011) ... 13 Gambar 4. 1 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kelembaban (Moisture) .... 37
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sertifikat Hasil Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Sawi ... 45
2. Gambar Tanaman, Buah, Biji, Daun, Bunga. dan Minyak Biji Sawi ... 46
3. Gambar Alat ... 47
4. Gambar Bahan ... 48
5. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi ... 49
6. Bagan Pembuatan Sediaan Lip Balm dari Minyak Biji Sawi ... 51
7. Gambar Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Biji Sawi ... 52
8. Gambar Hasil Uji Homogenitas ... 52
9. Gambar Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi ... 53
10. Gambar Hasil Uji Titik Lebur Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi ... 53
11. Uji Efektivitas Sediaan Pada Bibir Panelis ... 56
12. Perhitungan Persen Pemulihan ... 59
13. Data Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 61
14. Data Nilai Kelembaban pada Skin Analyzer ... 65
15. Data Uji Statistik ... 67
16. Lembar Kuesioner untuk Uji Kesukaan ... 73
17. Surat Pernyataan Menjadi Sukarelawan Uji Efektivitas Sediaan ... 74
18. Surat Pernyataan Uji Iritasi ... 75
19. Surat Ethical Clearance ... 76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Yusuf dkk., 2019).
Saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi kering dan pecah-pecah. Penyebab lain terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Selain tidak enak dipandang bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman.
Pada kondisi bibir tersebut pelembab diperlukan untuk melindungi dan mencegah bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Jacobsen, 2011; Muliyawan dan Suriana, 2013).
Lip balm adalah sediaan pelembab bibir yang dioleskan pada bibir agar bibir
tidak mudah kering dan pecah-pecah. Biasanya lip balm digunakan untuk bibir yang membutuhkan proteksi seperti pada keadaaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang terlalu dingin untuk mencegah penguapan air dari sel-sel epitel mukosa bibir (Ratih dkk., 2014).
Minyak memegang peranan penting pada pembuatan kosmetik pelembab karena dapat membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan air dari permukaan kulit yang disebabkan oleh panas matahari. Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada
1
minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah menembus di antara sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Khususnya, minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi seperti asam oleat, linoleat, dan arakidonat yang berfungsi memberikan efek kelenturan dan membuat kulit lebih sehat. Selain asam lemak, minyak juga memiliki kandungan vitamin E. Vitamin E mengandung senyawa tokoferol yang memiliki aktivitas biologi yang tinggi sebagai antioksidan yaitu mampu menangkap radikal bebas yang berpotensi merusak serta menyebabkan kelainan pada kulit (Sulastomo, 2013; Tranggono dan Latifah, 2007).
Salah satu tumbuhan yang mengandung vitamin E adalah biji sawi yang diolah menjadi minyak biji sawi . Minyak biji sawi memiliki konstituen kimia nutrisi yang penting seperti tokoferol dan vitamin. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat. Minyak biji sawi dapat juga dimanfaatkan untuk perawatan kulit karena mengandung tokoferol.
Kandungan tersebut dapat meremajakan kulit, menjaga kelembaban dan juga kelenturan kulit (Nanjundan dkk., 2020; Poonam dkk., 2015).
Penelitian sebelumnya mengenai minyak biji sawi telah dilakukan oleh Shitole dkk., (2020) dalam formulasi dan evaluasi lipstik herbal dengan menggunakan minyak biji sawi. Hasil formulasi sediaan yang diperoleh bahwa penggunaan minyak biji sawi pada sediaan lipstik herbal yang digunakan pada bibir membuat bibir menjadi lembut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memformulasikan minyak biji sawi (mustard oil) sebagai pelembab bibir.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah minyak biji sawi dapat diformulasikan sebagai pelembab bibir yang stabil ?
b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm
mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir?
1.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Minyak biji sawi dapat diformulasikan menjadi pelembab bibir yang stabil b. Perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm
mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
a. Untuk mengetahui minyak biji sawi dapat diformulasi menjadi pelembab bibir yang stabil.
b. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang minyak biji sawi yang diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki efek sebagai pelembab bibir dengan waktu perawatan selama empat minggu.
Efektivitas Lip Balm
Nilai pada alat moisture checker Daya oles Uji kesukaan
(hedonic test)
Eritema, edema, papula, vesikula Keamanan pada
kulit (iritasi) Konsentrasi
minyak biji sawi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%.
Stabilitas fisik sediaan lip balm
Homogenitas, pH, stabilitas sediaan, titik lebur, dan kekuatan 1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Variabel Parameter
Bebas Terikat
Gambar 1. 1 Kerangka Pikir Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Habitat Tumbuhan
Sawi merupakan tanaman sayuran subtropis, tetapi dengan kemajuan teknologi tanaman sawi sudah banyak ditanam di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah berhawa dingin dengan suhu antara 15℃ - 20℃ dan penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Tanaman sawi yang kurang mendapatkan sinar matahari pertumbuhannya akan lambat. Oleh karena itu, tanaman ini lebih baik ditanam di lahan terbuka (Samadi, 2017).
Hasil penanaman sawi lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini cocok untuk ditanam di daerah dengan ketinggian 5-1200 m di atas permukaan air laut. Namun, biasanya sawi dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 100-500 m di atas permukaan air laut (Hidayah, 2018).
Kondisi tanah yang paling cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan sistem irigasi yang baik. Sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH) tanah. Keasaman tanah yang terbaik untuk sawi adalah 6,0–6,8. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan alat pH meter. Apabila pH tanahnya kurang dari 6,0 maka perlu dilakukan pengapuran (Samadi, 2017).
2.1.2 Taksonomi
Tanaman sawi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Dicotyledonae
Ordo : Papaverales
Famili : Cruciferaceae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica juncea Subspecies/Var. : Czern L. and Coss L.
(El-Esawi, 2018).
2.1.3 Sawi Cokelat
Sawi cokelat (Brassica juncea (L.) Czern dan Coss) awalnya diperkenalkan dari Cina ke India utara dari mana ia telah meluas ke Afghanistan melalui Punjab.
Sawi ini dikenal sebagai rai atau mustard India, moutarde de Chine (Prancis), Indischer senf (Greman), senape Indiana (Italia), dan mostaza India (Spanyol).
Spesies ini berasal dari hibridisasi Brassica nigra dengan Brassica campestris dan kemungkinan terjadi di Asia barat daya dan India di mana distribusi alami kedua spesies tersebut tumpang tindih. Sawi cokelat adalah tanaman tahunan herba tegak dan banyak bercabang dan merupakan sumber utama rasa pedas di antara sawi yang dibudidayakan. Sawi cokelat terdiri dari dua varietas, yaitu 'Oriental' yang
kebanyakan digunakan oleh orang Cina dan varietas 'Cokelat' yang lebih gelap dan lebih keras yang digunakan oleh orang India. (Peter, 2012).
Sawi cokelat tumbuh setinggi 1,5 m (3 kaki), dengan daun hijau rumput, bunga kuning kecil, dan biji cokelat keras (Charles, 2013). Daun bagian bawah berbentuk lobus dengan tepi sebagian bergerigi. Daun bagian atas sebaliknya, sempit dan runcing. Warna bijinya bervariasi dari hitam kecoklatan dan berbagai corak coklat hingga kuning keemasan. Bijinya kecil dan mengandung 35% minyak (Krist, 2020;
Peter, 2012).
2.1.4 Kandungan Kimia Biji Sawi
Biji sawi rata-rata mengandung kelembaban 8%, protein 29%, lemak 28%, karbohidrat 19%, serat 11%, serbuk 5% (Ca, P, Fe), β-karoten, tiamin, riboflavin, niasin, minyak esensial 1% (terutama alil isotiosianat-90%), dan glukosinolat sinigrin (Charles, 2013). Konstituen nutrisi dan nilai ORAC biji sawi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Komposisi nutrisi dan nilai ORAC biji sawi
Nutrisi Satuan Nilai per 100 g
Air g 5.27
Energi Kcal 508
Protein g 26.08
Total lipid (lemak) g 36.24
Karbohidrat,dengan perbedaan
g 28.09
Fiber,total serat makanan
g 12.2
Gula,total g 6.79
Calcium,Ca mg 266
Vitamin C, total asam askorbat
mg 7.1
Vitamin B6 mg 0.397
Vitamin B12 mcg 0.00
Vitamin A, RAE mcg_RAE 2
Vitamin A, IU IU 31
Vitamin D IU 0
Nutrisi Satuan Nilai per 100 g Vitamin E
(alpha-tocopherol)
mg 5.07
Asam lemak,jenuh total g 1.989
Asam lemak,tak jenuh tunggal total
g 22.518
Asam lemak,tak jenuh ganda total
g 10.088
H-ORAC µmol TE/100 g 28,759
L-ORAC µmol TE/100 g 498
Total-ORAC µmol TE/100 g 29,257
TP mg GAE/100 g 1,844
(Charles, 2013).
Tanaman sawi, terutama biji mengandung senyawa khusus yaitu glukosinolat.
Senyawa glukosinolat utama yang ditemukan dalam sawi adalah sinigrin, tetapi sawi juga mengandung senyawa glukosinolat lain seperti sinalbin dan glukobrassisin (Fadl dkk., 2011).
Biji sawi memiliki sejumlah besar allyl isothiocyanate yang dianggap sebagai salah satu fitokimia paling penting yang memiliki sifat antioksidan, antimikroba, dan khasiat kanker kemopreventif (Fadl dkk., 2011).
Komposisi asam amino pada protein yang berasal dari biji sawi kaya akan asam amino esensial. Biji sawi mengandung asam amino aromatik (Phenylalanine &
tyrosine), sulfur yang mengandung asam amino (Metionin & sistin), dan lisin. Di sisi lain, asam glutamat adalah asam amino utama dalam biji sawi (Fadl dkk., 2011).
2.1.5 Pemanfaatan Biji Sawi
Biji sawi juga digunakan dalam berbagai obat tradisional untuk merangsang nafsu makan dan sebagai obat pencahar, ekspektoran, dan antiseptik untuk pengobatan berbagai penyakit saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit (Fadl dkk., 2011).
2.2 Minyak Biji Sawi
2.2.1 Deskripsi Minyak Biji Sawi
Minyak biji sawi merupakan minyak yang berasal dari biji sawi kuning / putih (Sinapis alba L. atau Brassica hirta Moench), biji sawi coklat (Brassica juncea (L.) Czernajew and Cossen) dan biji sawi hitam (Brassica nigra (L.) Koch) (Codex Stan, 2019). Minyak biji sawi adalah cairan berwarna kuning dari bau tajam sampai halus (Shah dan Seth, 2010). Titik didih minyak biji sawi 215-217°C, titik lebur 14,4°C, viskositas minyak biji sawi adalah 33,8 mm2/s (Krist, 2020).
Karakteristik dari minyak biji sawi:
− Kepadatan relatif : 0,910-0,921
− Indeks bias : 1,461-1,469
− Bilangan penyabunan : 168-184 mg KOH/g
− Bilangan iod : 92-125
−Materi tak tersaponifikasi : 15 g/kg (Codex Stan, 2019)
Studi mengungkapkan bahwa minyak biji sawi dapat disimpan dengan aman selama 9 bulan dalam wadah gelas, plastik, dan timah karena variasi dalam berbagai parameter bio-teknis berada dalam batas aman. Penyimpanan dalam temperatur 10°C dan 40°C lebih cocok dibandingkan dengan penyimpanan minyak dalam kondisi sekitar. Demikian juga wadah plastik ditemukan lebih baik di antara dua wadah lainnya. Namun, wadah plastik dan suhu 10°C adalah wadah dan kondisi penyimpanan yang lebih baik untuk penyimpanan (Gupta dkk., 1992).
2.2.2 Ekstraksi Minyak Biji Sawi
Secara tradisional, minyak biji sawi diekstraksi dalam kolhus (alat dingin dari kayu yang digunakan dengan bantuan sapi (bullock)). Dalam proses ini, biji dihancurkan pada suhu rendah sehingga sifat alami antioksidan dan minyak atsiri dipertahankan dalam minyak. Di daerah kesukuan dari suatu negara, alat press lokal yang dikenal sebagai petula digunakan untuk ekstraksi minyak dari biji sawi Minyak biji sawi diekstraksi melalui sistem cold-pressed. Satu ton biji sawi menghasilkan sekitar 250 liter minyak (Gupta dkk.,1992; Krist, 2020).
2.2.3 Kandungan Minyak Biji Sawi
Minyak biji sawi mengandung beberapa asam lemak diantaranya asam palmitat (0.5-4.5%), asam stearat (0.5-2.0%), asam oleat (8.0-23.0%), asam linoleat (10.0- 24.0%), asam linolenat (6.0-18.0%), asam arakhidat (0-1.5%), asam eikosenoat (5.0-13.0%), asam dokosanoat (0.2-2.5%), asam erukat (22.0-50.0%) (Codex Stan, 2019). Jumlah kandungan tokoferol dalam minyak biji sawi dipengaruhi secara signifikan oleh genotipe dan lingkungan. Pada minyak B. juncea, ada banyak variabilitas untuk α-tocopherol (76–335 μg / g) dan γ-tocopherol (163–777 μg / g) (Wani, dkk., 2020). Minyak biji sawi juga memiliki konstituen kimia nutrisi yang penting seperti vitamin dan tokoferol. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat (Antova dkk., 2017; Poonam dkk., 2015).
Berdasarkan hasil uji analisis kandungan minyak biji sawi yang telah dilakukan di pusat penelitian kelapa sawit ditemukan bahwa minyak biji sawi mengandung asam palmitat 2,9%, asam stearat 2%, asam oleat 34,8%, asam linoleat 34,5 %,
asam linoleat 16,1%, asam arakhidat 1,5%, asam eicosenoat 8,2%, asam dokosanoat 1,5%, asam erukat 81,4%, dan vitamin E 6,87 ppm.
2.2.4 Pemanfaatan Minyak Biji Sawi
Tanaman sawi, terutama bijinya dijadikan sebagai minyak biji sawi. Minyak biji sawi merupakan minyak nabati yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan terutama dalam menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah penyakit jantung. Minyak biji sawi juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan kulit karena mengandung vitamin dan tokoferol. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat. Kandungan tersebut dapat meremajakan kulit, menjaga kelembaban, dan juga kelenturan kulit.
Minyak biji sawi digunakan secara luas dalam masakan dan pelembab kulit di Asia Selatan karena harganya yang terjangkau (Poonam dkk., 2015; Vaughn dkk., 2017).
Minyak biji sawi termasuk bahan dasar alami yang digunakan dalam produksi sabun dan produk kosmetik. Minyak biji sawi merupakan salah satu bahan dari pembuatan Saaf Organic Eraser Body Oil ( Krist, 2020; Shah dan Seth, 2010).
2.3 Bibir
2.3.1 Definisi Bibir
Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Yusuf dkk., 2019).
2.3.2 Anatomi dan Fisiologi Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang indah.
Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu dkk., 2014). Anatomi kulit bibir dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Anatomi Kulit Bibir (Satheesh dan Abhay, 2011).
2.3.3 Kelembaban Bibir
Kelembaban bibir berasal dari kapiler darah melalui mekanisme transport massa, kelembaban terdifusi (berpindah) dari kapiler menuju jaringan yang disebut dengan perpindahan difusi. Perpindahan difusi kelembaban dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan berkontraksi untuk memelihara panas. Akibatnya, perpindahan kelembaban dari kapiler darah menuju jaringan berkurang sehingga bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Madans dkk., 2012).
Pada cuaca panas, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga diameter pembuluh darah bertambah dan meningkatkan difusi kelembaban dari kapiler
darah menuju jaringan. Akibatnya, terjadi penguapan air berlebihan dan mengakibatkan bibir menjadi kering (Madans dkk., 2012).
Oleh pengaruh faktor-faktor tersebut kulit dapat menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan (insensible water loss perspiration). Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kemungkinan ini, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit (skin surface lipids) dan sedikit kelenjar keringat serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun, dalam kondisi tertentu faktor pelindung alamiah (natural moisturizing factor) tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4. Gangguan Umum pada Bibir
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, 2011).
Bibir kering dan pecah-pecah hingga berdarah
Bibir kering dan pecah- pecah
Gambar 2. 2 Bibir Kering dan pecah-pecah (Jacobsen, 2011).
Dehidrasi menjadi penyebab lain dari bibir kering dan pecah-pecah. Air merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi
terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011). Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman. Pada kondisi bibir tersebut pelembab diperlukan untuk melindungi dan mencegah bibir menjadi kering dan pecah-pecah ( Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Kosmetika
2.4.1 Definisi Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias” adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.2 Penggolongan Kosmetika
Direktorat Jenderal Pengembangan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen POM, Depkes RI) yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam: 1.Preparat untuk bayi;
2.Preparat untuk mandi; 3.Preparat untuk mata; 4.Preparat wangi-wangian;
5.Preparat untuk rambut; 6.Preparat untuk rias (make up); 7.Preparat untuk pewarna rambut; 8.Preparat untuk kebersihan mulut; 9.Preparat untuk kebersihan badan;
10.Preparat untuk kuku; 11.Preparat untuk cukur; 12.Preparat untuk perawatan kulit; dan 13.Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997).
2.5 Bahan Pelembab
2.5.1 Pentingnya Bahan Pelembab
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya yang terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Hubungan antara pelembab larut air dan lemak adalah pelarutan lemak (degreasing) dari stratum korneum akan menyebabkan hilangnyapelembab.
Lemak memperlambat penguapan air. Lapisan sebum mencegah kerusakan kulit akibat atmosfer, penguapan air, dan pengeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5.2 Cara Kerja Bahan Pelembab
Pelembab adalah campuran kompleks senyawa kimia yang dihasilkan dengan tujuan membuat kulit lebih lembut dan elastis dengan cara meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi tiga yaitu oklusif, humektan, dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari ketiga mekanisme tersebut (Bauman, 2009).
1. Oklusif
Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab melalui pembentukan lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum korneum.
Pada umumnya bahan yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak, tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak. Contoh bahan yang bersifat oklusif adalah petrolatum, minyak mineral, parafin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah (beeswax), propilen glikol, dan lanolin (Bauman, 2009).
2. Humektan
Humektan adalah mekanisme kerja pelembab dengan cara menarik atau menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara untuk kemudian berpenetrasi ke dalam kulit bila kelembaban relatif rendah. Akan tetapi, humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang menarik air dan berpenetrasi ke dalam kulit akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang memberikan persepsi kulit halus dan sedikit kerut. Contoh bahan yang bersifat humektan adalah gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam α-hidroksi, dan gula (Bauman, 2009).
3. Emolien
Mekanisme kerja emolien sebagai pelembab adalah dengan mengisi ruang antara desquamating keratinosit untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak menggulung (Bauman, 2009).
2.6 Sediaan Lip Balm
2.6.1 Pengertian Sediaan Lip Balm
Lip balm adalah sediaan pelembab bibir yang dioleskan pada bibir agar bibir
tidak mudah kering dan pecah-pecah. Biasanya lip balm digunakan untuk bibir yang membutuhkan proteksi, seperti pada keadaaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang terlalu dingin untuk mencegah penguapan air dari sel-sel epitel mukosa bibir (Ratih dkk., 2014).
2.6.2 Fungsi Sediaan Lip Balm
Berikut ini merupakan fungsi dan manfaat lip balm untuk bibir (Fernandes dkk., 2013):
a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan sehat.
b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan.
c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-pecah dan cuaca dingin dan kering.
d. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau kekeringan dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogendi atas bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi.
e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan kondisi kulit bibir
Selain lipstik dan lip gloss, kosmetik bibir yang sering digunakan wanita adalah lip balm. Fungsi penggunaan lip balm berbeda dengan lipstik dan lip gloss. Tujuan
penggunaan lip balm lebih pada perawatan bibir daripada untuk tujuan riasan. Lip balm memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir.
Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Lip balm dibuat dengan basis yang sama dengan basis lipstik, namun tanpa
warna sehingga terlihat transparan. Lipstik dan lip balm memiliki kemiripan, bahan utama lipstik adalah asam lemak seperti lilin, minyak dan mentega yang memberikan konsistensi dan bekerja sebagai emolien dalam formulasi. Namun ada
beberapa perbedaan yang signifikan di antara lipstik dan lip balm, terutama mengenai fungsi dimana lipstik digunakan untuk memberikan warna pada bibir sedangkan lip balm memberikan perlindungan (Fernandes dkk., 2013).
Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna atau sinar seperti lipstik dan lip gloss. Ia hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.6.3 Komponen Sediaan Lip Balm
Komponen utama lip balm seperti lilin, lemak, dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir dan melindungi bibir dari pengaruh buruk lingkungan (Kwunsiriwong, 2016). Minyak memegang peranan penting pada pembuatan kosmetik pelembab karena dapat membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan air dari permukaan kulit yang disebabkan oleh panas matahari. Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah menembus di antara sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Khususnya, minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi seperti asam oleat, linoleat, arakidonat yang berfungsi memberikan efek kelenturan dan membuat kulit lebih sehat. Selain asam lemak, minyak juga memiliki kandungan vitamin E. Vitamin E sangat bermanfaat untuk mengatasi kerusakan kulit. Vitamin E mengandung senyawa tokoferol yang memiliki aktivitas biologi yang tinggi sebagai antioksidan yaitu mampu menangkap radikal bebas yang berpotensi merusak serta menyebabkan kelainan pada kulit. vitamin E juga berperan menjaga kelembaban
kulit dengan cara mempertahankan ikatan air dalam kulit dan menjaga stabilitas jaringan ikat dalam sel (Sulastomo, 2013; Tranggono dan Latifah, 2007).
1. Minyak
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat tinggi (laurat, miristat, palmitat, dan asam stearat) termasuk minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, dan linoleat) misalnya minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak, dan minyak alpukat. Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi anyir secepat minyak tak jenuh.
Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap oleh kulit (Kadu dkk., 2014).
2. Lilin
Lilin berfungsi memberikan bentuk sediaan stik yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis dan jumlahnya agar dihasilkan formula yang tepat. Beeswax (sinonim: cera alba atau malam putih) adalah lilin yang paling banyak digunakan karena tekstur, keseragaman, dan sifat menyusut yang baik selama pencetakan. Kecenderungan menyusut ini membuat beeswax menjadi lebih mudah untuk dikeluarkan dari cetakan setelah dingin. Beeswax merupakan lilin yang diperoleh dari sarang lebah pada saat pertama kali meleleh. Pada saat disaring, terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kekuningan bercahaya. Sebagai bahan yang paling banyak diperlukan, lilin mentah ini selanjutnya dimurnikan dan diputihkan secara kimia atau menggunakan cahaya matahari. Beeswax tidak mudah tengik dan memiliki titik lebur 62-64°C (Ketaren, 1986).
3. Lemak
Oleum cacao atau lemak coklat merupakan lemak coklat padat yang diperoleh
dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, dan agak rapuh. Titik lebur yaitu 31-34°C (Ditjen POM, 1979).
Lemak coklat dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik antara lain sebagai krim pembersih, krim pelembab, dan minyak rambut. Mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (2%) dan vitamin E (tokoferol) sebesar 3- 13 mg/100 gram bahan (Ketaren, 1986).
Lemak coklat memiliki kelebihan yakni lunak, lebih mudah diserap, dapat memberikan aroma bau yang menyenangkan sehingga tidak perlu penambahan pengharum (Ketaren, 1986).
4. Gliserin
Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak menguap (Ditjen POM, 1995).
Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan oral, telinga, mata, topikal, dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe dkk., 2009).
5. Antioksidan
Butil hidroksitoluen (BHT) merupakan salah satu antioksidan yang paling banyak digunakan pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi lain.
Tujuan penggunaannya adalah untuk mencegah kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak agar tidak tengik serta mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang terlarut dalam minyak (Rowe dkk., 2009).
Butil hidroksitoluen (BHT) memiliki pemerian yaitu hablur padat, putih, dan bau khas lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol, mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
6. Pengawet
Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan gliserol. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).
Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah 0,02-0,3% (Rowe dkk., 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan seperti pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, uji stabilitas selama 28 hari pada suhu kamar, pengujian titik lebur, uji pH, uji kekuatan sediaan, uji iritasi sediaan, uji efektivitas sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, batang pengaduk, cawan penguap, kaca objek, kertas perkamen, moisture checker (Aram), neraca analitik (Mottler Toledo), penangas air, penjepit tabung, pH meter (Hanna Instrument), pipet tetes, spatula, sudip, tisu dan wadah lip balm.
3.1.2 Bahan
Bahan - bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beeswax, gliserin, BHT, nipagin, oleum cacao, dan minyak biji sawi (Thurgas Industries SDN. BHD.).
3.2 Penyiapan Sampel
Minyak biji sawi dibeli di Jalan Teuku Cik Ditiro No.129, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara, 20151.
Analisis kandungan minyak biji sawi dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dengan alamat Jalan Brigjen Katamso No. 51, Kampung Baru, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara, 20158.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah 15 orang mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa bibirnya memiliki kelembaban yang rendah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan
(Ditjen POM, 1985).
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Formula Dasar
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut:
R/ Gliserin 5
Cera Alba 10
Cera Flava 12
Nipagin 0,18
Nipasol 0,02
BHT 0,05
Oleum cacao ad 100 (Ratih dkk., 2014).
Berdasarkan formula di atas, dilakukan modifikasi formula dengan mengurangi jumlah beeswax dan hanya menggunakan pengawet berupa nipagin untuk mendapatkan basis sediaan lip balm yang baik dalam tekstur, konsistensi, dan kemampuan melembabkan bibir.
3.4.2 Modifikasi Formula
Setelah dilakukan modifikasi formula, maka formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan lip balm pada penelitian ini adalah:
R/ Beeswax 9
Gliserin 5
Nipagin 0,2
BHT 0,05
Oleum cacao ad 100
Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak biji sawi dengan berbagai konsentrasi. Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan minyak biji sawi pada sediaan lip balm diperoleh hasil bahwa konsentrasi 2,5% mampu memberikan kelembaban pada saat dioleskan. Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan minyak biji sawi dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% karena memberikan kelembaban dan konsistensi warna yang cukup baik. Sediaan lip balm tanpa menggunakan minyak biji sawi dijadikan sebagai blanko. Modifikasi formula sediaan lip balm dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Modifikasi formula sediaan lip balm menggunakan minyak biji sawi
Komposisi Konsentrasi (%)
F0 F1 F2 F3 F4
Minyak biji sawi - 2,5 5 7,5 10
Beeswax 9 9 9 9 9
Gliserin 5 5 5 5 5
Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
BHT 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Oleum cacao ad 100 100 100 100 100
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak biji sawi (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan
Lemak coklat dilelehkan pada suhu sekitar 31-34°C. Lemak coklat dimasukkan ke dalam cawan penguap sambil diaduk sampai seluruh lemak coklat meleleh sempurna. Ditimbang beeswax lalu dilelehkan pada suhu sekitar 62-64°C, kemudian dimasukkan ke dalam lelehan lemak coklat. Ditimbang nipagin dan gliserin kemudian dimasukkan ke dalam campuran lelehan lemak coklat dan beeswax sambil diaduk. Ditimbang minyak biji sawi dan BHT kemudian dimasukkan terakhir sambil diaduk. Setelah itu dimasukkan ke dalam wadah lip balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku (Ratih dkk., 2014).
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan lip balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan organoleptis yang
mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, pengujian titik lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji iritasi, dan uji efektivitas sediaan terhadap kulit dengan menggunakan alat moisture checker serta uji kesukaan sediaan (Ratih dkk., 2014).
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan
Masing-masing sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Uji pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan angka tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dicukupkan dengan 100 ml aquadest, lalu dipanaskan agar sampel dapat larut dalam aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Pengukuran pH dilakukan sebanyak 3 kali lalu diambil nilai rata- ratanya (Bentley dan Rawlins, 2002).
3.5.3 Uji Stabilitas Sediaan
Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang meliputi pengamatan organoleptis (warna, bau, dan bentuk) apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih dkk., 2014).
3.5.4 Pengujian Titik Lebur Sediaan
Pengujian titik lebur menggunakan metode pipa kapiler. Leburan lilin dihisap ke dalam pipa kapiler kemudian disimpan dalam lemari es pada suhu 4-10⁰C selama 16 jam. Pipa kapiler diikatkan pada termometer dan dimasukkan ke dalam gelas beker 500 ml yang berisi air setengah bagian. Gelas beker dipanaskan. Pada saat lilin dalam pipa kapiler bergerak pertama kali, angka yang terlihat pada termometer dicatat sebagai titik lebur lilin (Association of Official Analytical Chemist, 1984).
3.5.5 Pemeriksaan Kekuatan Sediaan
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lip balm dengan cara lip balm diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi lip balm, digantungkan beban yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lip balm patah, pada saat lip balm patah merupakan nilai kekuatan lip balm
(Vishwakarma dkk., 2011).
3.6 Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan 3.6.1 Uji Iritasi Sediaan
Uji iritasi sediaan dilakukan dengan menggunakan metode uji tempel terbuka (open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang akan terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula, atau edema.
Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah 1. Tidak ada reaksi -
2. Eritema +
3. Eritema dan papula ++
4. Eritema, papula dan vesikula +++
5. Edema dan vesikula ++++
3.6.2 Uji Efektivitas Sediaan
Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dilakukan pada daerah bibir. Pengelompokkan dibagi menjadi:
a. Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko.
b. Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 2,5%.
c. Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 5%.
d. Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 7,5%.
e. Kelompok V : 3 orang panelis menggunakan formula 10%
Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker.
Sediaan lip balm dioleskan pada bibir panelis lalu dibiarkan hingga 20 menit.
Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembaban bibir setelah pemakaian lip balm. Pengukuran kondisi bibir dilakukan setiap minggu selama empat minggu
dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari secara rutin pagi dan malam hari.
3.6.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis.
Kemudian, panelis memilih formula yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila sangat tidak suka, 2 bila tidak suka, 3 bila netral, 4 bila suka dan 5 bila sangat suka.
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas dan kelembaban yang dirasakan pada bibir. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing–masing sediaan (Hutami dkk., 2014).
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 25. Langkah pertama data dianalisis dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaannya antar perlakuan. Sedangkan jika data tidak
normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaannya antar perlakuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Formulasi Sediaan
Variasi konsentrasi minyak biji sawi pada pembuatan lip balm menghasilkan perbedaan tekstur pada sediaan lip balm. Lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5% dan 5% memiliki tekstur sedikit keras, konsentrasi 7,5% memiliki tekstur lembut dan konsentrasi 10% memiliki tekstur yang sangat lembut. Aroma lip balm yang dihasilkan adalah aroma khas oleum cacao dan berwarna kuning.
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Hasil Homogenitas Sediaan
Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir- butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan (Ditjen POM, 1979).
4.2.2 Uji pH Sediaan
Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji sawi berkisar antara 5,6-6,3. Hasil pengukuran pH sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Data hasil uji pH sediaan lip balm minyak biji sawi
Sediaan pH
F0 6,3
F1 6,3
F2 6,16
F3 5,86
F4 5,6
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi, maka pH sediaan lip balm semakin rendah. Nilai pH lip balm yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan pH sediaan kosmetika yakni berada pada rentang pH fisiologis kulit 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.2.3 Uji Stabilitas Sediaan
Hasil uji stabilitas fisik sediaan lip balm yang telah dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar yang dilakukan selama 28 hari. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh sediaan lip balm yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi yang baik yaitu tidak meleleh
pada penyimpanan suhu kamar. Warna dan bau lip balm juga stabil dalam penyimpanan selama 28 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil pengamatan stabilitas sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Data hasil pengamatan uji stabilitas fisik sediaan lip balm minyak biji sawi
Minggu Ke-
Formula
F0 F1 F2 F3 F4
B W b B W b B W b B W b B W b 1 - - - - 2 - - - - 3 - - - - 4 - - - - Keterangan:
- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan b : Bau
B : Bentuk W : Warna
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.2.4 Hasil Pengujian Titik Lebur Sediaan
Hasil pengujian titik lebur lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji sawi berkisar antara 58-60oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi telah memenuhi persyaratan titik
lebur. Perbedaan titik lebur sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan pada sediaan lip balm, maka titik lebur sediaan semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya basis yang digunakan pada sediaan dan minyak yang terdapat pada sediaan akan memberikan pengaruh terhadap sediaan yang dibuat.
Titik lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38°C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, titik lebur lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 55-75°C agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan, dan pemakaian (Fernandes dkk., 2013).
Hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Data hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm minyak biji sawi
No. Sediaan Titik lebur (°C)
1. F0 60
2. F1 60
3. F2 59
4. F3 58
5. F4 58
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.2.5 Uji Kekuatan Sediaan
Uji kekuatan sediaan dengan menggunakan anak timbangan seberat 10 gram.
Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lip balm patah. Dari hasil pemeriksaan kekuatan lip balm menunjukkan adanya perbedaan kemampuan sediaan lip balm menahan beban. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm, maka kekuatan yang dihasilkan lip balm semakin rendah karena lilin yang
digunakan akan semakin sedikit. Hal ini menyebabkan lip balm dengan minyak biji sawi 10% lebih mudah patah dibandingkan sediaan lip balm yang menggunakan minyak biji sawi dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Hasil pemeriksaan kekuatan lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm patah pada penekanan dengan penambahan berat 160-230 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Data hasil uji kekuatan sediaan lip balm minyak biji sawi Sediaan Kekuatan (gram) Berat Alat
(gram)
Kekuatan Total lip Balm
F0 230 7 237
F1 210 7 217
F2 190 7 197
F3 180 7 187
F4 160 7 167
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan 4.3.1 Uji Iritasi Sediaan
Berdasarkan hasil uji iritasi yang telah dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada bagian lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, ataupun adanya vesikula (Tranggono dan Latifah, 2007).
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4. 5 Data hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak biji sawi Reaksi
Panelis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Eritema - - - -
Eritema dan papula - - - -
Eritema, papula, dan vesikula - - - -
Edema dan vesikula - - - -
Keterangan:
- : Tidak ada reaksi + : Eritema
++ : Eritema dan papula
+++ : Eritema, papula, dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula
4.3.2 Uji Efektivitas Sediaan
Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian lip balm dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker. Data yang diperoleh pada hasil kelembaban bibir akan dianalisis dengan menggunakan program statistik dengan metode Kruskal-Wallis test. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit
selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
Data pada uji efektivitas sediaan menunjukkan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari sebelum tidur secara rutin, kelembaban pada bibir panelis mengalami peningkatan terutama pada F4 dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 59,75%. F0 mengalami peningkatan sebesar 12,20%.