BAB I PENDAHULUAN
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang minyak biji sawi yang diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki efek sebagai pelembab bibir dengan waktu perawatan selama empat minggu.
Efektivitas Lip
Variabel Variabel Parameter
Bebas Terikat
Gambar 1. 1 Kerangka Pikir Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Habitat Tumbuhan
Sawi merupakan tanaman sayuran subtropis, tetapi dengan kemajuan teknologi tanaman sawi sudah banyak ditanam di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah berhawa dingin dengan suhu antara 15℃ - 20℃ dan penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Tanaman sawi yang kurang mendapatkan sinar matahari pertumbuhannya akan lambat. Oleh karena itu, tanaman ini lebih baik ditanam di lahan terbuka (Samadi, 2017).
Hasil penanaman sawi lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini cocok untuk ditanam di daerah dengan ketinggian 5-1200 m di atas permukaan air laut. Namun, biasanya sawi dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 100-500 m di atas permukaan air laut (Hidayah, 2018).
Kondisi tanah yang paling cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan sistem irigasi yang baik. Sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH) tanah. Keasaman tanah yang terbaik untuk sawi adalah 6,0–6,8. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan alat pH meter. Apabila pH tanahnya kurang dari 6,0 maka perlu dilakukan pengapuran (Samadi, 2017).
2.1.2 Taksonomi
Tanaman sawi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Dicotyledonae
Ordo : Papaverales
Famili : Cruciferaceae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica juncea Subspecies/Var. : Czern L. and Coss L.
(El-Esawi, 2018).
2.1.3 Sawi Cokelat
Sawi cokelat (Brassica juncea (L.) Czern dan Coss) awalnya diperkenalkan dari Cina ke India utara dari mana ia telah meluas ke Afghanistan melalui Punjab.
Sawi ini dikenal sebagai rai atau mustard India, moutarde de Chine (Prancis), Indischer senf (Greman), senape Indiana (Italia), dan mostaza India (Spanyol).
Spesies ini berasal dari hibridisasi Brassica nigra dengan Brassica campestris dan kemungkinan terjadi di Asia barat daya dan India di mana distribusi alami kedua spesies tersebut tumpang tindih. Sawi cokelat adalah tanaman tahunan herba tegak dan banyak bercabang dan merupakan sumber utama rasa pedas di antara sawi yang dibudidayakan. Sawi cokelat terdiri dari dua varietas, yaitu 'Oriental' yang
kebanyakan digunakan oleh orang Cina dan varietas 'Cokelat' yang lebih gelap dan lebih keras yang digunakan oleh orang India. (Peter, 2012).
Sawi cokelat tumbuh setinggi 1,5 m (3 kaki), dengan daun hijau rumput, bunga kuning kecil, dan biji cokelat keras (Charles, 2013). Daun bagian bawah berbentuk lobus dengan tepi sebagian bergerigi. Daun bagian atas sebaliknya, sempit dan runcing. Warna bijinya bervariasi dari hitam kecoklatan dan berbagai corak coklat hingga kuning keemasan. Bijinya kecil dan mengandung 35% minyak (Krist, 2020;
Peter, 2012).
2.1.4 Kandungan Kimia Biji Sawi
Biji sawi rata-rata mengandung kelembaban 8%, protein 29%, lemak 28%, karbohidrat 19%, serat 11%, serbuk 5% (Ca, P, Fe), β-karoten, tiamin, riboflavin, niasin, minyak esensial 1% (terutama alil isotiosianat-90%), dan glukosinolat sinigrin (Charles, 2013). Konstituen nutrisi dan nilai ORAC biji sawi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Komposisi nutrisi dan nilai ORAC biji sawi
Nutrisi Satuan Nilai per 100 g
Nutrisi Satuan Nilai per 100 g Vitamin E
(alpha-tocopherol)
mg 5.07
Asam lemak,jenuh total g 1.989
Asam lemak,tak jenuh
Tanaman sawi, terutama biji mengandung senyawa khusus yaitu glukosinolat.
Senyawa glukosinolat utama yang ditemukan dalam sawi adalah sinigrin, tetapi sawi juga mengandung senyawa glukosinolat lain seperti sinalbin dan glukobrassisin (Fadl dkk., 2011).
Biji sawi memiliki sejumlah besar allyl isothiocyanate yang dianggap sebagai salah satu fitokimia paling penting yang memiliki sifat antioksidan, antimikroba, dan khasiat kanker kemopreventif (Fadl dkk., 2011).
Komposisi asam amino pada protein yang berasal dari biji sawi kaya akan asam amino esensial. Biji sawi mengandung asam amino aromatik (Phenylalanine &
tyrosine), sulfur yang mengandung asam amino (Metionin & sistin), dan lisin. Di sisi lain, asam glutamat adalah asam amino utama dalam biji sawi (Fadl dkk., 2011).
2.1.5 Pemanfaatan Biji Sawi
Biji sawi juga digunakan dalam berbagai obat tradisional untuk merangsang nafsu makan dan sebagai obat pencahar, ekspektoran, dan antiseptik untuk pengobatan berbagai penyakit saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit (Fadl dkk., 2011).
2.2 Minyak Biji Sawi
2.2.1 Deskripsi Minyak Biji Sawi
Minyak biji sawi merupakan minyak yang berasal dari biji sawi kuning / putih (Sinapis alba L. atau Brassica hirta Moench), biji sawi coklat (Brassica juncea (L.) Czernajew and Cossen) dan biji sawi hitam (Brassica nigra (L.) Koch) (Codex Stan, 2019). Minyak biji sawi adalah cairan berwarna kuning dari bau tajam sampai halus (Shah dan Seth, 2010). Titik didih minyak biji sawi 215-217°C, titik lebur 14,4°C, viskositas minyak biji sawi adalah 33,8 mm2/s (Krist, 2020).
Karakteristik dari minyak biji sawi:
− Kepadatan relatif : 0,910-0,921
− Indeks bias : 1,461-1,469
− Bilangan penyabunan : 168-184 mg KOH/g
− Bilangan iod : 92-125
−Materi tak tersaponifikasi : 15 g/kg (Codex Stan, 2019)
Studi mengungkapkan bahwa minyak biji sawi dapat disimpan dengan aman selama 9 bulan dalam wadah gelas, plastik, dan timah karena variasi dalam berbagai parameter bio-teknis berada dalam batas aman. Penyimpanan dalam temperatur 10°C dan 40°C lebih cocok dibandingkan dengan penyimpanan minyak dalam kondisi sekitar. Demikian juga wadah plastik ditemukan lebih baik di antara dua wadah lainnya. Namun, wadah plastik dan suhu 10°C adalah wadah dan kondisi penyimpanan yang lebih baik untuk penyimpanan (Gupta dkk., 1992).
2.2.2 Ekstraksi Minyak Biji Sawi
Secara tradisional, minyak biji sawi diekstraksi dalam kolhus (alat dingin dari kayu yang digunakan dengan bantuan sapi (bullock)). Dalam proses ini, biji dihancurkan pada suhu rendah sehingga sifat alami antioksidan dan minyak atsiri dipertahankan dalam minyak. Di daerah kesukuan dari suatu negara, alat press lokal yang dikenal sebagai petula digunakan untuk ekstraksi minyak dari biji sawi Minyak biji sawi diekstraksi melalui sistem cold-pressed. Satu ton biji sawi menghasilkan sekitar 250 liter minyak (Gupta dkk.,1992; Krist, 2020).
2.2.3 Kandungan Minyak Biji Sawi
Minyak biji sawi mengandung beberapa asam lemak diantaranya asam palmitat (0.5-4.5%), asam stearat (0.5-2.0%), asam oleat (8.0-23.0%), asam linoleat (10.0- 24.0%), asam linolenat (6.0-18.0%), asam arakhidat (0-1.5%), asam eikosenoat (5.0-13.0%), asam dokosanoat (0.2-2.5%), asam erukat (22.0-50.0%) (Codex Stan, 2019). Jumlah kandungan tokoferol dalam minyak biji sawi dipengaruhi secara signifikan oleh genotipe dan lingkungan. Pada minyak B. juncea, ada banyak variabilitas untuk α-tocopherol (76–335 μg / g) dan γ-tocopherol (163–777 μg / g) (Wani, dkk., 2020). Minyak biji sawi juga memiliki konstituen kimia nutrisi yang penting seperti vitamin dan tokoferol. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat (Antova dkk., 2017; Poonam dkk., 2015).
Berdasarkan hasil uji analisis kandungan minyak biji sawi yang telah dilakukan di pusat penelitian kelapa sawit ditemukan bahwa minyak biji sawi mengandung asam palmitat 2,9%, asam stearat 2%, asam oleat 34,8%, asam linoleat 34,5 %,
asam linoleat 16,1%, asam arakhidat 1,5%, asam eicosenoat 8,2%, asam dokosanoat 1,5%, asam erukat 81,4%, dan vitamin E 6,87 ppm.
2.2.4 Pemanfaatan Minyak Biji Sawi
Tanaman sawi, terutama bijinya dijadikan sebagai minyak biji sawi. Minyak biji sawi merupakan minyak nabati yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan terutama dalam menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah penyakit jantung. Minyak biji sawi juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan kulit karena mengandung vitamin dan tokoferol. Senyawa yang terjadi secara alami ini hadir dalam minyak biji sawi ditandai dengan sifat antioksidan yang kuat. Kandungan tersebut dapat meremajakan kulit, menjaga kelembaban, dan juga kelenturan kulit.
Minyak biji sawi digunakan secara luas dalam masakan dan pelembab kulit di Asia Selatan karena harganya yang terjangkau (Poonam dkk., 2015; Vaughn dkk., 2017).
Minyak biji sawi termasuk bahan dasar alami yang digunakan dalam produksi sabun dan produk kosmetik. Minyak biji sawi merupakan salah satu bahan dari pembuatan Saaf Organic Eraser Body Oil ( Krist, 2020; Shah dan Seth, 2010).
2.3 Bibir
2.3.1 Definisi Bibir
Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Yusuf dkk., 2019).
2.3.2 Anatomi dan Fisiologi Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang indah.
Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu dkk., 2014). Anatomi kulit bibir dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Anatomi Kulit Bibir (Satheesh dan Abhay, 2011).
2.3.3 Kelembaban Bibir
Kelembaban bibir berasal dari kapiler darah melalui mekanisme transport massa, kelembaban terdifusi (berpindah) dari kapiler menuju jaringan yang disebut dengan perpindahan difusi. Perpindahan difusi kelembaban dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan berkontraksi untuk memelihara panas. Akibatnya, perpindahan kelembaban dari kapiler darah menuju jaringan berkurang sehingga bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Madans dkk., 2012).
Pada cuaca panas, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga diameter pembuluh darah bertambah dan meningkatkan difusi kelembaban dari kapiler
darah menuju jaringan. Akibatnya, terjadi penguapan air berlebihan dan mengakibatkan bibir menjadi kering (Madans dkk., 2012).
Oleh pengaruh faktor-faktor tersebut kulit dapat menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan (insensible water loss perspiration). Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kemungkinan ini, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit (skin surface lipids) dan sedikit kelenjar keringat serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun, dalam kondisi tertentu faktor pelindung alamiah (natural moisturizing factor) tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4. Gangguan Umum pada Bibir
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel
Gambar 2. 2 Bibir Kering dan pecah-pecah (Jacobsen, 2011).
Dehidrasi menjadi penyebab lain dari bibir kering dan pecah-pecah. Air merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi
terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011). Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman. Pada kondisi bibir tersebut pelembab diperlukan untuk melindungi dan mencegah bibir menjadi kering dan pecah-pecah ( Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Kosmetika
2.4.1 Definisi Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias” adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.2 Penggolongan Kosmetika
Direktorat Jenderal Pengembangan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Ditjen POM, Depkes RI) yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika, membagi kosmetika dalam: 1.Preparat untuk bayi;
2.Preparat untuk mandi; 3.Preparat untuk mata; 4.Preparat wangi-wangian;
5.Preparat untuk rambut; 6.Preparat untuk rias (make up); 7.Preparat untuk pewarna rambut; 8.Preparat untuk kebersihan mulut; 9.Preparat untuk kebersihan badan;
10.Preparat untuk kuku; 11.Preparat untuk cukur; 12.Preparat untuk perawatan kulit; dan 13.Preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997).
2.5 Bahan Pelembab
2.5.1 Pentingnya Bahan Pelembab
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya yang terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Hubungan antara pelembab larut air dan lemak adalah pelarutan lemak (degreasing) dari stratum korneum akan menyebabkan hilangnyapelembab.
Lemak memperlambat penguapan air. Lapisan sebum mencegah kerusakan kulit akibat atmosfer, penguapan air, dan pengeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5.2 Cara Kerja Bahan Pelembab
Pelembab adalah campuran kompleks senyawa kimia yang dihasilkan dengan tujuan membuat kulit lebih lembut dan elastis dengan cara meningkatkan hidrasi kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi tiga yaitu oklusif, humektan, dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari ketiga mekanisme tersebut (Bauman, 2009).
1. Oklusif
Oklusif adalah mekanisme kerja pelembab melalui pembentukan lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum korneum.
Pada umumnya bahan yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak, tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena sifatnya yang berminyak. Contoh bahan yang bersifat oklusif adalah petrolatum, minyak mineral, parafin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah (beeswax), propilen glikol, dan lanolin (Bauman, 2009).
2. Humektan
Humektan adalah mekanisme kerja pelembab dengan cara menarik atau menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara untuk kemudian berpenetrasi ke dalam kulit bila kelembaban relatif rendah. Akan tetapi, humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang menarik air dan berpenetrasi ke dalam kulit akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang memberikan persepsi kulit halus dan sedikit kerut. Contoh bahan yang bersifat humektan adalah gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam α-hidroksi, dan gula (Bauman, 2009).
3. Emolien
Mekanisme kerja emolien sebagai pelembab adalah dengan mengisi ruang antara desquamating keratinosit untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak menggulung (Bauman, 2009).
2.6 Sediaan Lip Balm
2.6.1 Pengertian Sediaan Lip Balm
Lip balm adalah sediaan pelembab bibir yang dioleskan pada bibir agar bibir
tidak mudah kering dan pecah-pecah. Biasanya lip balm digunakan untuk bibir yang membutuhkan proteksi, seperti pada keadaaan kelembaban udara yang rendah atau karena suhu yang terlalu dingin untuk mencegah penguapan air dari sel-sel epitel mukosa bibir (Ratih dkk., 2014).
2.6.2 Fungsi Sediaan Lip Balm
Berikut ini merupakan fungsi dan manfaat lip balm untuk bibir (Fernandes dkk., 2013):
a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan sehat.
b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan.
c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-pecah dan cuaca dingin dan kering.
d. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau kekeringan dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogendi atas bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi.
e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan kondisi kulit bibir
Selain lipstik dan lip gloss, kosmetik bibir yang sering digunakan wanita adalah lip balm. Fungsi penggunaan lip balm berbeda dengan lipstik dan lip gloss. Tujuan
penggunaan lip balm lebih pada perawatan bibir daripada untuk tujuan riasan. Lip balm memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir.
Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Lip balm dibuat dengan basis yang sama dengan basis lipstik, namun tanpa
warna sehingga terlihat transparan. Lipstik dan lip balm memiliki kemiripan, bahan utama lipstik adalah asam lemak seperti lilin, minyak dan mentega yang memberikan konsistensi dan bekerja sebagai emolien dalam formulasi. Namun ada
beberapa perbedaan yang signifikan di antara lipstik dan lip balm, terutama mengenai fungsi dimana lipstik digunakan untuk memberikan warna pada bibir sedangkan lip balm memberikan perlindungan (Fernandes dkk., 2013).
Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna atau sinar seperti lipstik dan lip gloss. Ia hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.6.3 Komponen Sediaan Lip Balm
Komponen utama lip balm seperti lilin, lemak, dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir dan melindungi bibir dari pengaruh buruk lingkungan (Kwunsiriwong, 2016). Minyak memegang peranan penting pada pembuatan kosmetik pelembab karena dapat membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan air dari permukaan kulit yang disebabkan oleh panas matahari. Penggunaan minyak tumbuhan pada lip balm lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mudah menembus di antara sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Khususnya, minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tinggi seperti asam oleat, linoleat, arakidonat yang berfungsi memberikan efek kelenturan dan membuat kulit lebih sehat. Selain asam lemak, minyak juga memiliki kandungan vitamin E. Vitamin E sangat bermanfaat untuk mengatasi kerusakan kulit. Vitamin E mengandung senyawa tokoferol yang memiliki aktivitas biologi yang tinggi sebagai antioksidan yaitu mampu menangkap radikal bebas yang berpotensi merusak serta menyebabkan kelainan pada kulit. vitamin E juga berperan menjaga kelembaban
kulit dengan cara mempertahankan ikatan air dalam kulit dan menjaga stabilitas jaringan ikat dalam sel (Sulastomo, 2013; Tranggono dan Latifah, 2007).
1. Minyak
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat tinggi (laurat, miristat, palmitat, dan asam stearat) termasuk minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, dan linoleat) misalnya minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak, dan minyak alpukat. Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi anyir secepat minyak tak jenuh.
Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap oleh kulit (Kadu dkk., 2014).
2. Lilin
Lilin berfungsi memberikan bentuk sediaan stik yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis dan jumlahnya agar dihasilkan formula yang tepat. Beeswax (sinonim: cera alba atau malam putih) adalah lilin yang paling banyak digunakan karena tekstur, keseragaman, dan sifat menyusut yang baik selama pencetakan. Kecenderungan menyusut ini membuat beeswax menjadi lebih mudah untuk dikeluarkan dari cetakan setelah dingin. Beeswax merupakan lilin yang diperoleh dari sarang lebah pada saat pertama kali meleleh. Pada saat disaring, terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kekuningan bercahaya. Sebagai bahan yang paling banyak diperlukan, lilin mentah ini selanjutnya dimurnikan dan diputihkan secara kimia atau menggunakan cahaya matahari. Beeswax tidak mudah tengik dan memiliki titik lebur 62-64°C (Ketaren, 1986).
3. Lemak
Oleum cacao atau lemak coklat merupakan lemak coklat padat yang diperoleh
dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, dan agak rapuh. Titik lebur yaitu 31-34°C (Ditjen POM, 1979).
Lemak coklat dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik antara lain sebagai krim pembersih, krim pelembab, dan minyak rambut. Mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (2%) dan vitamin E (tokoferol) sebesar 3- 13 mg/100 gram bahan (Ketaren, 1986).
Lemak coklat memiliki kelebihan yakni lunak, lebih mudah diserap, dapat memberikan aroma bau yang menyenangkan sehingga tidak perlu penambahan pengharum (Ketaren, 1986).
4. Gliserin
Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak menguap (Ditjen POM, 1995).
Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan oral, telinga, mata, topikal, dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe dkk., 2009).
5. Antioksidan
Butil hidroksitoluen (BHT) merupakan salah satu antioksidan yang paling banyak digunakan pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi lain.
Tujuan penggunaannya adalah untuk mencegah kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak agar tidak tengik serta mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang terlarut dalam minyak (Rowe dkk., 2009).
Butil hidroksitoluen (BHT) memiliki pemerian yaitu hablur padat, putih, dan bau khas lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol, mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
6. Pengawet
Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan gliserol. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).
Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah 0,02-0,3% (Rowe dkk., 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan seperti pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, uji stabilitas selama 28 hari pada suhu kamar, pengujian titik lebur, uji pH, uji kekuatan sediaan, uji iritasi sediaan, uji efektivitas sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, batang pengaduk, cawan penguap, kaca objek, kertas perkamen, moisture checker (Aram), neraca analitik (Mottler Toledo), penangas air, penjepit tabung, pH meter (Hanna Instrument), pipet tetes, spatula, sudip, tisu dan wadah lip balm.
3.1.2 Bahan
3.1.2 Bahan