BAB III METODE PENELITIAN
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 25. Langkah pertama data dianalisis dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaannya antar perlakuan. Sedangkan jika data tidak
normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaannya antar perlakuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Formulasi Sediaan
Variasi konsentrasi minyak biji sawi pada pembuatan lip balm menghasilkan perbedaan tekstur pada sediaan lip balm. Lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5% dan 5% memiliki tekstur sedikit keras, konsentrasi 7,5% memiliki tekstur lembut dan konsentrasi 10% memiliki tekstur yang sangat lembut. Aroma lip balm yang dihasilkan adalah aroma khas oleum cacao dan berwarna kuning.
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Hasil Homogenitas Sediaan
Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir- butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan (Ditjen POM, 1979).
4.2.2 Uji pH Sediaan
Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji sawi berkisar antara 5,6-6,3. Hasil pengukuran pH sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Data hasil uji pH sediaan lip balm minyak biji sawi
Sediaan pH
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi, maka pH sediaan lip balm semakin rendah. Nilai pH lip balm yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan pH sediaan kosmetika yakni berada pada rentang pH fisiologis kulit 4,5 - 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.2.3 Uji Stabilitas Sediaan
Hasil uji stabilitas fisik sediaan lip balm yang telah dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar yang dilakukan selama 28 hari. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh sediaan lip balm yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi yang baik yaitu tidak meleleh
pada penyimpanan suhu kamar. Warna dan bau lip balm juga stabil dalam penyimpanan selama 28 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil pengamatan stabilitas sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Data hasil pengamatan uji stabilitas fisik sediaan lip balm minyak biji sawi
- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan b : Bau
B : Bentuk W : Warna
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.2.4 Hasil Pengujian Titik Lebur Sediaan
Hasil pengujian titik lebur lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak biji sawi berkisar antara 58-60oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi telah memenuhi persyaratan titik
lebur. Perbedaan titik lebur sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan pada sediaan lip balm, maka titik lebur sediaan semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya basis yang digunakan pada sediaan dan minyak yang terdapat pada sediaan akan memberikan pengaruh terhadap sediaan yang dibuat.
Titik lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38°C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, titik lebur lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 55-75°C agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan, dan pemakaian (Fernandes dkk., 2013).
Hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Data hasil pemeriksaan titik lebur sediaan lip balm minyak biji sawi
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.2.5 Uji Kekuatan Sediaan
Uji kekuatan sediaan dengan menggunakan anak timbangan seberat 10 gram.
Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lip balm patah. Dari hasil pemeriksaan kekuatan lip balm menunjukkan adanya perbedaan kemampuan sediaan lip balm menahan beban. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak biji sawi yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm, maka kekuatan yang dihasilkan lip balm semakin rendah karena lilin yang
digunakan akan semakin sedikit. Hal ini menyebabkan lip balm dengan minyak biji sawi 10% lebih mudah patah dibandingkan sediaan lip balm yang menggunakan minyak biji sawi dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Hasil pemeriksaan kekuatan lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm patah pada penekanan dengan penambahan berat 160-230 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Data hasil uji kekuatan sediaan lip balm minyak biji sawi Sediaan Kekuatan (gram) Berat Alat
(gram)
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan 4.3.1 Uji Iritasi Sediaan
Berdasarkan hasil uji iritasi yang telah dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada bagian lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, ataupun adanya vesikula (Tranggono dan Latifah, 2007).
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak biji sawi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4. 5 Data hasil uji iritasi sediaan lip balm minyak biji sawi
+++ : Eritema, papula, dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula
4.3.2 Uji Efektivitas Sediaan
Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian lip balm dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker. Data yang diperoleh pada hasil kelembaban bibir akan dianalisis dengan menggunakan program statistik dengan metode Kruskal-Wallis test. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit
selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
Data pada uji efektivitas sediaan menunjukkan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari sebelum tidur secara rutin, kelembaban pada bibir panelis mengalami peningkatan terutama pada F4 dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 59,75%. F0 mengalami peningkatan sebesar 12,20%.
Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) sediaan lip balm minyak biji sawi pada bibir panelis dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4. 6 Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) sediaan lip balm minyak biji sawi pada bibir panelis
Formula Kondisi
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kelembaban kulit bibir panelis dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan minggu ke-1, ke-2, ke- 3 dan ke-4 yang menunjukkan bahwa perubahan kelembaban pada kulit bibir signifikan.
Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan kelembaban pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann- Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kelembaban kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3 dan F4, F1 dengan F2, F3 dan F4, F2 dengan F3 dan F4, F3 dengan F4 (nilai p < 0,05).
Grafik pengaruh pemakaian lip balm dari minyak biji sawi terhadap kelembaban bibir panelis selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4. 1 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kelembaban (Moisture)
Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan tampak lembut dan halus. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada pada bagian permukaan bawah lapisan
50
keratin lebih cepat menguap, sehingga menyebabkan kekeringan pada kulit (Sulastomo, 2013).
Pengaruh udara terhadap dehidrasi stratum korneum juga telah diketahui. Jika kelembaban udara relatif rendah (kandungan uap air dalam udara sedikit), maka risiko kekeringan kulit lebih besar. Dalam udara yang panas, stratum korneum tidak cepat mengering seperti pada udara yang dingin karena kelenjar sebasea relatif mensuplai permukaan kulit dengan minyak dan air. Jika angin berhembus kencang, penguapan air pada kulit lebih cepat karena uap airnya tersapu oleh angin (Tranggono dan Latifah, 2007).
Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini memungkinkan bibir untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada antarmuka lip balm-stratum korneum (Madans dkk., 2012).
4.3.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu:
- Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 3,52 – 4,08. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,52 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
- Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 3,61 – 4,25. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,61 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
- Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 3,84 – 4,36. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,84 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
- Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 4,03 – 4,49. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,03 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, semua sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% disukai oleh panelis dengan parameter penilaian yang digunakan yaitu kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir.
Sediaan lip balm dikatakan memiliki daya oles yang baik jika mampu menempel pada kulit secara merata dengan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu (Keithler, 1956). Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Data nilai uji kesukaan (hedonic test) sediaan lip balm minyak biji sawi
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
1 : Sangat tidak suka 2 : Tidak suka 3 : Netral 4 : Suka 5: Sangat suka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
a. Minyak biji sawi dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm yanghomogen, titik lebur (58-60°C), pH (5,6 – 6,3), kekuatan (167-237g), tidak mengiritasi, dan stabil dalam penyimpanan.
b. Perbedaan konsentrasi minyak biji sawi dalam sediaan lip balm dapat mempengaruhi efektivitasnya sebagai pelembab bibir. Hal ini ditandai dengan persen peningkatan kelembaban bibir pada sediaan lip balm minyak biji sawi dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% berturut – turut yaitu 12,20%, 24,13%, 30,46%, 42,03%, dan 59,75%. Sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak biji sawi 10% memberikan efektivitas yang terbaik.
Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, semua konsentrasi disukai oleh panelis.
5.2 Saran
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat membuat formula lip balm dari minyak biji sawi yang mengandung SPF sebagai sediaan tabir surya pada bibir.
DAFTAR PUSTAKA
Fadl, M.M.A, El-Badry, N., Ammar, M.S., 2011. Nutritional and chemical evaluation for two different varieties of mustard seeds. World Appl. Sci. J. 15, Hal: 1226, 1228-1230.
Antova, G.A., Angelova -Romova, M.I., Petkova, Z.Y., Teneva, O.T., Marcheva, M.P., 2017. Lipid composition of mustard seed oils (Sinapis alba L.). Bulg.
Chem. Commun. 49, Hal: 55.
Aramo, I., 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam Aram HuvisKorea Ltd.
Halaman 9
Association of Official Analytical Chemist, 1984. Official Methods of Analytical Chemist, 14 ed. AOAC Inc Arlington, Virginia. Halaman 215
Bauman, L., 2009. Cosmetic Dermatology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, United States. Halaman 273-276.
Bentley, A.O., Rawlins, E.A., 2002. Bentley’s textbook of pharmaceutics, 8th ed.
All India Traveller Book Seller, New Delhi.
Charles, D.J., 2013. Antioxidant properties of spices, herbs and other sources, Springer 4. Springer New York Heidelberg Dordrecht London, Norway. Hal:
403-404.
Codex Alimentarius. 2019. Codex Standard for Named Vegetable Oils: Codex STAN 210- 1999. FAO/WHO Food Standards. Hal: 2, 5, 10.
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia, IV. ed. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 413,551.
Ditjen POM, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 22,235.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Halaman 378,453,767.
El-Esawi, M.A, 2018. Introductory Chapter : Characterization and Breeding of Brassica Germplasm 1, 1–6.
Fernandes, A.R., Dario, M.F., Aparecida, C., Oliveira, S. De, 2013. Stability evaluation of organic Lip Balm. Hal. 294-296.
Gupta, R.K., Shukla, B.D., Srivastava, P.K., 1992. Oilseeds Processing Technology, Oilseeds processing technology. Central Institute of Agricultural Engineering, Bhopal. Hal: 19, 143-144,161.
Hidayah, A., 2018. Paduan Lengkap & Praktis Budidaya Sayuran Yang Paling Menguntungkan. Garuda Pustaka, Jakarta Timut. Hal: 39.
Hutami, R.A.P., Joshita, D., Abdul, M., 2014. Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna dan Antioksidan Alami dalam Formulasi Lipsik dan Sediaan Oles Bibir. Universitas Indonesia.
Halaman 12.
Jacobsen, P.L., 2011. The Little Lip Book. Carma Laboratories Incorporated, USA.
Halaman 14-16.
Kadu, M., Suruchi, V., Sonia, S., 2014. Review on Natural Lip Balm. International Journal of Research in Cosmetic Science. Int. J. Res. Cosmet. Sci. Halaman 1- 2.
Keithler, W.R., 1956. The formulation of cosmetics and cosmetic specialties. Drug and Cosmetic Industry, New York. Halaman 153.
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia V JIlid II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Halaman 760.
Ketaren, S., 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan, Edisi Pertama.
ed. UI-Press, Jakarta. Halaman 238, 239, 241, 242.
Krist, S., 2020. Vegetable Fats and Oils, Soil Science. Springer Nature, Switzerland. Hal: 458-462.
Kwunsiriwong, S., 2016. ACSEE2016_proceedings. Study Dev. Process. Transf.
Lip Balm Prod. from Virgin Coconut Oil A Case Study. Hal:2186–2311.
Madans, A., Pilarz, K., Pitner, C., Prasad, S., 2012. Ithaca Got Your Lips Chapped ? A Performance Analysis of Lip Balm. BEE 4530. Halaman 4-5.
Muliyawan, D., Suriana, N., 2013. A - Z tentang Kosmetik. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Halaman 134, 157-158.
Nanjundan, J., Radhamani, J., Thakur, A.K., Berliner, J., Manjunatha, C., Sindhu, A., Aravind, J., Singh, K.H., 2020. Utilization of Rapeseed-Mustard Genetic Resources for Brassica Improvement: A Retrospective Approach, Brassica Improvement.
Peter, K. V., 2012. Handbook of Herbs and Spices Vol. 1: Series in Food Science, Technology and Nutrition. Second Edition. New Delhi: Woodhead Publishing Limited. Hal: 388-391,394.
Poonam, P., Punetha, H., Usha, P., Pant, A.K., Om, P., 2015. Phytochemical Screening and Nutritional potentials of some High oil Yielding Exotic collections of Brassica juncea . 5, Hal :66–71.
Rahman, M., Khatun, A., Liu, L., Barkla, B.J., 2018. Brassicaceae mustards:
Traditional and agronomic uses in Australia and New Zealand.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI). Hal: 7.
Ram, M.P., Pushpan, R., Rohini, S., 2009. Mustard and its uses in Ayurveda. Indian J. Tradit. Knowl. 8, Hal :400–404.
Ratih, H., Hartyana, T., Puri, R.C., 2014. Formulasi Sediaan Lipbalm Minyak Bunga Kenanga (Cananga oil) sebagai Emolien. Pros. Simpoisum Penelit.
Bahan Obat Alami 2, Hal: 2-4.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E. (Eds.), 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, Six editio. ed. London: Bailierre Tindall. Hal: 355.
Sagarin, E., Balsam, M., 2008. Cosmetics science and technology, Second Edi. ed.
Wiley Interscience Publication, USA.
Samadi, B., 2017. Teknik Budidaya Sawi dan Pak Choy. Pustaka Mina, Jakarta.
Hal: 28-29.
Shah, B.N., Seth, A.K., 2010. TEXTBOOK OF PHARMACOGNOSY AND
PHYTOCHEMISTRY, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–
952. Elsevier, New Delhi.
Shitole, S., Kotwal, S., Hole, R., Hake, K., 2020. Formulation and Evaluation of Herbal Lipstick with Use Mustard Oil.
Satheesh, M dan Abhay, P.Y. 2011. Lip: An impressive and Idealistic Platform for Drug Delivery. Journal of Pharmacy research. 4(4). Halaman 1.
Sulastomo, E., 2013. Kulit Cantik & Sehat - Mengenal dan Merawat Kulit. Kompas, Jakarta. Halaman 134
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. PT Gramedia Pustaka Utama. Hal: 7-8, 93-96.
Vaughn, A.R., Ashley, K.C., Raja, K.S., Vivian, Y.S., 2017. Natural Oils for Skin-
Barrier Repair: Ancient Compounds Now Backed by Modern Science. Spinger International, Switzerland. Hal: 113.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., Joshi, H., 2011. Formulation and Evaluation of Herbal Lipstick. Hal: 19.
Wasitaatmadja, S.M., 1997. Penuntun ilmu kosmetik medik. UI-Press, Jakarta. Hal.
16–27, 111-112, 199.
Yusuf, N.A., Hardianti. B., Lestari, I.A. dan Sapra, A. 2019. Formulasi dan Evaluasi Lip Balm Liofilisat Buah Tomat (Solanum lycoppersicum L.) sebagai Pelembab Bibir. Jurnal Ilmiah Manuntung. 5(1): 116-121.
Lampiran 1. Sertifikat Hasil Uji Analisis Kandungan Minyak Biji Sawi
Lampiran 2. Gambar Tanaman, Buah, Biji, Daun, Bunga. dan Minyak Biji Sawi Brassica juncea (L.) Czern and Coss (Sawi Cokelat)
Tanaman Sawi Cokelat Daun Sawi Cokelat
Bunga Sawi Cokelat
Buah Sawi Cokelat
Biji Sawi Cokelat Minyak Biji Sawi
Lampiran 3. Gambar Alat
pH meter Neraca Analitik
Moisture checker Penangas Air
Cawan Penguap Penjepit Tabung
Lampiran 4. Gambar Bahan
Minyak Biji Sawi Beeswax
Oleum Cacao Gliserin
BHT Nipagin
Lampiran 5. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi
• F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak biji sawi (blanko)
Beeswax 9% = 9 x 100 g = 9 g
❖ F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
Beeswax 9% = 9 x 100 g = 9 g
❖ F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
Beeswax 9% = 9 x 100 g = 9 g
Lampiran 5. (Lanjutan)
100
100
❖ F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
Beeswax 9% = 9 x 100 g = 9 g
❖ F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
100
Lelehan oleum cacao
Dilelehkan pada suhu sekitar 31-34°C Dimasukkan ke dalam
cawan penguap Ditimbang Oleum Cacao
Dimasukkan minyak biji sawi dan BHT sambil diaduk Dimasukkan nipagin dan gliserin lalu diaduk
Dimasukkan lelehan beeswax ke dalam lelehan oleum cacao Lampiran 6. Bagan Pembuatan Sediaan Lip Balm dari Minyak Biji Sawi
Lelehan beeswax
Dilelehkan pada suhu sekitar 62-64°C Dimasukkan ke dalam
cawan penguap Ditimbang Beeswax
Lip balm Minyak Biji Sawi
Dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku Dimasukkan ke dalam wadah lip balm Hasil
F4 F3
F2 F1
F0
Lampiran 7. Gambar Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Biji Sawi
Keterangan gambar:
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Lampiran 8. Gambar Hasil Uji Homogenitas
Keterangan gambar:
F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko)
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Lampiran 9. Gambar Pengujian Kekuatan Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi
Lampiran 10 Gambar Hasil Uji Titik Lebur Sediaan Lip Balm Minyak Biji Sawi F0 :
Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko), memiliki titik lebur 60oC
Lampiran 10. (Lanjutan) F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%, memiliki titik lebur 60oC
F2 :
Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%, memiliki titik lebur 59oC
Lampiran 10. (Lanjutan)
F3 :
Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%, memiliki titik lebur 58oC
F4 :
Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%, memiliki titik lebur 58oC
Lampiran 11 Uji Efektivitas Sediaan Pada Bibir Panelis
❖ F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi (blanko) Sebelum:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F0 yaitu normal cenderung kering
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian sediaan F0 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir sedikit lebih halus
❖ F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
Sebelum:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F1 yaitu normal cenderung kering dan sedikit mengelupas disudut bibir
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F1 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus
Lampiran 11. (Lanjutan)
❖ F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
Sebelum:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F2 yaitu normal cenderung kering
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F2 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan sedikit lebih cerah
❖ F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
Sebelum:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F3 yaitu normal cenderung kering dan gelap
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F3 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan lebih cerah
Lampiran 11. (Lanjutan)
❖ F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
Sebelum:
Kondisi kulit bibir panelis sebelum pemberian Sediaan F4 yaitu kering, gelap dan kulit mengelupas
Sesudah:
Kondisi kulit bibir panelis sesudah pemberian Sediaan F4 yaitu mengalami peningkatan kelembaban ditandai dengan tekstur kulit bibir lebih halus dan lebih cerah
Lampiran 12. Perhitungan Persen Pemulihan F0: Sediaan tanpa minyak biji sawi
1. 33−30 x 100 % = 10,00 %
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
1. 35−28 x 100 % = 25,00%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
1. 38−30 x 100 % = 26,66%
Lampiran 12. (Lanjutan)
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
1. 39−28 x 100 % = 39,28 %
28
2. 41−29 x 100 % = 41,37 %
29
3. 45−31 x 100 % = 45,16 %
31
Rata-rata = 41,66−29,33 x 100 %
29,33
= 42,03 %
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
1. 45−29 x 100 % = 55,17%
29
2. 46−29 x 100 % = 58,62%
29
3. 48−29 x 100 % = 65,51%
29
Rata-rata = 46,33−29 x 100 %
29
= 59,75%
x =
Lampiran 13. Data Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Untuk menghitung nilai uji kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:
S2: keragaman nilai kesukaan
1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95%
: nilai kesukaan rata-rata
𝑋 : nilai kesukaan dari panelis ke i, dimana i=1,2,3,...,n s : simpangan baku nilai kesukaan
❖ F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 2,5%
∑𝒏 𝐗𝒊
Lampiran 13. (Lanjutan)
❖ F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 5%
∑𝒏 𝐗𝒊
Lampiran 13. (Lanjutan)
= 0,92
• P (x - ( 1,96 . s / √𝒏 )) ( x + ( 1,96 . s / √𝒏 ))
P (3,93 - ( 1,96 . 0,92 / √30 )) ( 3,93 + ( 1,96 . 0,92 / √30 )) P (3,61 4,25)
❖ F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 7,5%
∑𝒏 𝐗𝒊
• x = 𝒊=𝟏𝒏
= 5+4+5+5+3+ ...+5 30
= 4,1
∑𝒏 𝐗𝒊−𝒙𝟐
• S2 = 𝒊=𝟏 𝒏
= (5−4,1)2+(4−4,1)2+(5−4,1)2+(5−4,1)2+(3−4,1)2+ …+(5−4,1)2 30
= 0,81+0,01+0,81+0,81+1,21+ …+0,81 30
= 0,55
• s = √𝑺𝟐
= √0,55
= 0,74
• P (x - ( 1,96 . s / √𝒏 )) ( x + ( 1,96 . s / √𝒏 ))
P (4,1 - ( 1,96 . 0,74 / √30 )) ( 4,1 + ( 1,96 . 0,74 / √30 )) P (3,84 4,36)
Lampiran 13. (Lanjutan)
❖ F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak biji sawi 10%
∑𝒏 𝐗𝒊
• x = 𝒊=𝟏𝒏
= 5+4+5+5+3+ ...+5 30
= 4,26
∑𝒏 𝐗𝒊−𝒙𝟐
• S2 = 𝒊=𝟏 𝒏
= (5−4,26)2+(4−4,26)2+(5−4,26)2+(5−4,26)2+(3−4,26)2+ …+(5−4,26)2 30
= 0,54+0,06+0,54+0,54+1,58+ …+0,54 30
= 0,45
• s = √𝑺𝟐
= √0,45
= 0,67
• P (x - ( 1,96 . s / √𝒏 )) ( x + ( 1,96 . s / √𝒏 ))
P (4,26 - ( 1,96 . 0,67 / √30 )) ( 4,26 + ( 1,96 . 0,67 / √30 )) P (4,03 4,49)
Lampiran 14. Data Nilai Kelembaban pada Skin Analyzer
❖ Kondisi Awal
❖ Minggu ke 1
❖ Minggu ke 2
Lampiran 14. (Lanjutan)
❖ Minggu ke 3
❖ Minggu ke 4
Lampiran 15. Data Uji Statistik
Lampiran 15. Data Uji Statistik