• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MENGGUNAKAN KOMBINASI PALM KERNEL OIL (PKO) DAN RED PALM OIL (RPO) SEBAGAI PELEMBAP BIBIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MENGGUNAKAN KOMBINASI PALM KERNEL OIL (PKO) DAN RED PALM OIL (RPO) SEBAGAI PELEMBAP BIBIR SKRIPSI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MENGGUNAKAN KOMBINASI PALM KERNEL OIL (PKO) DAN RED PALM

OIL (RPO) SEBAGAI PELEMBAP BIBIR

SKRIPSI

OLEH:

HILNA INDIRA NIKITA NASUTION NIM 141501102

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MENGGUNAKAN KOMBINASI PALM KERNEL OIL (PKO) DAN RED PALM

OIL (RPO) SEBAGAI PELEMBAP BIBIR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HILNA INDIRA NIKITA NASUTION NIM 141501102

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Formulasi Sediaan Lip Balm Menggunakan Kombinasi Palm Kernel Oil (PKO) dan Red Palm Oil (RPO) Sebagai Pelembap Bibir”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Palm kernel oil dan Red palm oil adalah minyak dengan kandungan vit E cukup tinggi yang dapat berperan sebagai antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas serta memiliki kandungan asam laurat dan asam oleat yang tinggi sehingga dapat melembapkan kulit. Lip balm merupakan sediaan perawatan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kelembapan bibir. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk memformulasi palm kernel oil dan red palm oil dalam bentuk sediaan lip balm sebagai pelembap bibir. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lip balm kombinasi palm kernel oil dan red palm oil mampu menjaga dan meningkatkan kelembapan bibir. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi pembuatan lip balm.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ahmad Gazali Sofwan Sinaga, S. Farm., M.

Si., Apt., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan petunjuk, saran-saran dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

(5)

memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian juga rasa terima kasih penulis kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh dosen beserta staf pengajar Fakultas Farmasi atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pegawai yang telah menyediakan fasilitas untuk belajar dan menempuh pendidikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Hilaluddin Nasution dan Ibunda Iwana Shinta Murni, adik Muhammad Hasiando Nasution, serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun motivasi serta yang selalu mendoakan dengan tulus untuk kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat CMI (Afifah, Liana, Latifah, Nadya, Elysa, Kiki, Nindy, Sinta, Diah, Andi, Rosihan), Farmasi Kelas B 2014, teman-teman penelitian dan teman-teman lain yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama penulis kuliah dan melakukan penelitian.

Semoga Allah SWT memberikan karunia, rezeki, dan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

(6)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hilna Indira Nikita Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 141501102 Program Studi : S-1 Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Lip Balm Menggunakan Kombinasi Palm Kernel Oil (PKO) dan Red Palm Oil (RPO) Sebagai Pelembap Bibir

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah hasil karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

(7)

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM MENGGUNAKAN KOMBINASI PALM KERNEL OIL (PKO) DAN RED PALM OIL (RPO) SEBAGAI

PELEMBAP BIBIR

ABSTRAK

Latar belakang: Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan bibir. Salah satu yang digunakan untuk meningkatkan kelembapan bibir adalah minyak sawit. Palm kernel oil merupakan minyak inti sawit yang mengandung asam laurat tinggi yang dapat berfungsi melembapkan kulit bibir dan Red Palm Oil mengandung asam oleat tinggi yang dapat berfungsi melembutkan dan melembapkan kulit bibir. Secara alami, minyak sawit merupakan sumber vitamin E yang potensial sehingga dapat berperan sebagai antioksidan alami, menangkap radikal bebas dan karena itu dapat melindungi sel – sel dari proses kerusakan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan lip balm menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil dalam bentuk sediaan lip balm sebagai pelembap bibir.

Metode: Membuat basis lip balm dengan menggunakan carnauba wax dan lanolin kemudian menambahkan propilen glikol, lalu menambahkan palm kernel oil dan red palm oil dengan berbagai perbandingan konsentrasi (10%:20%;20%:10%;15%:15%) ke dalam dasar lip balm. Pengujian terhadap sediaan lip balm meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu pemeriksaan organoleptis, homogenitas, suhu lebur, pH, stabilitas, iritasi kulit, kekuatan, efektivitas kelembapan, serta uji kesukaan (hedonic test). Perlakuan uji efektivitas kelembapan dilakukan setiap hari selama empat minggu dengan mengaplikasikan sediaan lip balm secara rutin pagi dan malam hari.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa palm kernel oil dan red palm oil dapat diformulasikan menjadi sediaan lip balm yang telah memenuhi persyaratan yaitu pemeriksaan organoleptis, susunan yang homogen, suhu lebur 60-70 oC, pH 5,6 – 6,3, stabil dalam penyimpanan, kekuatan 97 gram, tidak mengiritasi kulit bibir sukarelawan. Lip balm dengan perbandingan konsentrasi palm kernel oil dan red palm oil 10%:20% memiliki efek kelembapan yang lebih baik dari sediaan yang lain. Berdasarkan nilai kesukaan, formulasi dengan perbandingan konsentrasi palm kernel oil dan red palm oil 10%:20% juga yang paling disukai oleh panelis.

Kesimpulan: Palm kernel oil dan red palm oil dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dengan perbandingan konsentrasi Palm kernel oil dan red palm oil 10%:20% menunjukkan efektivitas sebagai pelembap bibir yang paling baik.

Perubahan kulit menjadi lebih baik dengan meningkatnya kelembapan pada kulit bibir (persen pemulihan 24,49%)

Kata kunci: bibir, lip balm, palm kernel oil, red palm oil

(8)

FORMULATION OF LIP BALM USING COMBINATION OF PALM KERNEL OIL (PKO) AND RED PALM OIL (RPO) AS LIP

MOISTURIZER

ABSTRACT

Background: Lip balm is a cosmetic preparation with the aim of preventing lip dryness. One that is used to increase lip moisture is palm oil. Palm kernel oil is palm kernel oil which contains high lauric acid which can moisturize the skin of the lips and Red Palm Oil contains high oleic acid which can function to soften and moisturize the skin of the lips. Naturally, palm oil is a potential source of vitamin E that can act as a natural antioxidant, capture free radicals and therefore can protect cells from the process of damage.

Purpose: This study aimed to formulate lip balm preparations using a combination of palm kernel oil and red palm oil in the form of lip balm as lip moisturizer.

Method: Make a lip balm base using carnauba wax and lanolin then add propylene glycol, then add palm kernel oil and red palm oil with various concentration comparisons (10%: 20%; 20%: 10%; 15%: 15%) to on the basis of lip balm. Tests on lip balm preparations included physical examination of the preparation, namely organoleptic examination, homogeneity, melting temperature, pH, stability, skin irritation, strength, effectiveness moisture, and hedonic test. The humidity effectiveness test was carried out every day for four weeks by applying the lip balm preparation regularly morning and night.

Results: The results showed that palm kernel oil and red palm oil could be formulated into lip balm preparations that meet the requirements of organoleptic examination, homogeneous arrangement, 60-70 oC melting temperature, pH 5,6 - 6,3, stable in storage, strength 97 grams, does not irritate volunteer lip skin. Lip balm with a ratio of the concentration of palm kernel oil and red palm oil 10%: 20%

had a better moisture effect than other preparations. Based on the preference value, the formulation with the ratio of the concentration of palm kernel oil and red palm oil 10%: 20% was also the most preferred by panelists.

Conclusion: Palm kernel oil and red palm oil can be formulated in lip balm preparations with a concentration ratio of 10%: 20% Palm kernel oil and red palm oil indicating effectiveness as the best lip balm. Skin changes get better with increased moisture on the lips (percent recovery 24.49%)

Keywords: lips, lip balm, palm kernel oil, red palm oil

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kosmetik ... 6

2.1.1 Pengertian Kosmetik ... 6

2.1.2 Manfaat Kosmetik ... 6

2.1.3 Penggolongan Kosmetik ... 7

2.1.3.1 Kosmetika Perawatan Kulit... 7

2.1.3.2 Kosmetika Dekoratif ... 7

2.1.4 Kosmetika Pelembap ... 8

2.1.4.1 Bahan Dasar Kosmetika Pelembap ... 8

2.1.4.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit ... 8

2.1.4.3 Alasan Pentingnya Pelembap Kulit ... 10

2.2 Bibir ... 10

2.2.1 Bibir Kering ... 11

2.2.2 Kelembapan Bibir ... 11

2.3 Lip Balm ... 12

2.3.1 Pengertian Lip Balm ... 12

2.3.2 Manfaat Penggunaan Lip Balm ... 13

2.4 Komponen Lip Balm Dalam Formulasi ... 14

2.4.1 Lilin (Wax) ... 14

2.4.2 Propilen glikol ... 15

2.4.3 Lanolin ... 16

2.5 Minyak Dari Tanaman Kelapa Sawit ... 16

2.5.1 Palm Kernel Oil... 17

2.5.2 Red Palm Oil ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Alat ... 20

3.3 Bahan ... 20

3.4 Tempat Penelitian... 20

(10)

3.5 Sukarelawan ... 21

3.6 Prosedur Kerja ... 21

3.6.1 Formula Standar ... 21

3.6.2 Modifikasi Formula ... 21

3.6.3 Prosedur Pembuatan Basis Sediaan ... 23

3.6.4 Prosedur Pembuatan Sediaan ... 23

3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 23

3.7.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan ... 24

3.7.2 Suhu Lebur ... 24

3.7.3 Uji pH Sediaan ... 24

3.7.4 Uji Stabilitas Sediaan ... 25

3.8 Uji Iritasi, Uji Kekuatan, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan ... 25

3.8.1 Uji iritasi Sediaan ... 25

3.8.2 Uji Kekuatan ... 26

3.8.3 Uji Efektivitas ... 26

3.8.4 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 27

3.9 Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Formulasi Sediaan ... 28

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik ... 28

4.2.1 Homogenita ... 29

4.2.2 Suhu Lebur ... 29

4.2.3 pH ... 29

4.2.4 Stabilitas Fisik ... 30

4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Kekuatan, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan ... 31

4.3.1 Uji Iritasi ... 31

4.3.2 Uji Kekuatan ... 32

4.3.3 Uji Efektivitas ... 33

4.3.4 Uji Kesukaan(Hedonic Test) ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm Kombinasi Palm Kernel Oil dan Red

Palm Oil ... 23

4.1 Data Pengamatan Homogenitas ... 28

4.2 Data Hasil Uji pH ... 29

4.3 Data Hasil Uji Titik Lebur ... 30

4.4 Data Hasil Uji Stabilitas ... 31

4.5 Data Hasil Uji Iritasi ... 32

4.6 Data Nilai Hasil Uji Kekuatan ... 32

4.7 Data Nilai Hasil Uji Efektivitas ... 33

4.8 Data Nilai Hasil Uji Kesukaan (hedonic test) ... 36

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Buah Sawit ... 17 4.1 Gambar Grafik Pengaruh Perbedaan Formula Terhadap Kelembapan

(moisture) Pada Bibir Panelis ... 35

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Alat dan Bahan ... 42

2. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lip Balm Menggunakan Kombinasi Palm Kernel Oil dan Red Palm Oil ... 44

3. Bagan Pembuatan Sediaan Lip Balm Menggunakan Kombinasi Palm Kernel Oil dan Red Palm Oil ... 46

4. Gambar Sediaan Lip Balm ... 47

5. Gambar Hasil Uji Homogenitas ... 48

6. Perhitungan Uji Kesukaan (hedonic test) ... 49

7. Data Hasil Uji Statistik ... 52

8. Perhitungan Persen Pemulihan ... 56

9. Data Nilai Kelembapan Pada Skin Analyzer ... 58

10. Perbedaan Bibir Menggunakan Lip Balm dan Tanpa Menggunakan Lip Balm ... 66

11. Hasil Analisis Red Palm Oil ... 67

12. Hasil Analisis Palm Kernel Oil ... 68

13. Surat Pernyataan Untuk Uji Kesukaan (hedonic test) ... 69

14. Surat Pernyataan Untuk Uji Iritasi ... 70

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap wanita pada umumnya ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga diperlukan produk kosmetik untuk kebutuhan pribadinya (Tranggoro dan Latifah, 2007). Kosmetika berasal dari kata kosmein (yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Bibir adalah bagian wajah yang sensitif. Tidak seperti kulit yang memiliki melanin sebagai pelindung dari sinar matahari, bibir tidak memiliki pelindung. Oleh karena itu, saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi kering dan pecah-pecah. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembapan bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong, 2016).

Dengan adanya lip balm, kelembapan akan terakumulasi pada lapisan korneum yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bibir (Madans dkk., 2012).

Perlindungan rutin dengan produk perawatan pelembap bibir membantu menjaga penampilan dan kondisi kesehatan bibir (Chan, 2011). Salah satu pelindung yang digunakan untuk melembapkan bibir adalah minyak sawit.

(15)

Palm kernel oil adalah minyak yang berasal dari inti kelapa sawit ( Poku, 2002). Palm Kernel Oil menurut (Lida dkk., 2012), mengandung asam lemak jenuh berupa asam laurat (C12: 0) sebanyak 44,5%. Asam laurat dapat berfungsi melembapkan kulit (Widyasanti, 2017).

Selain Palm Kernel Oil, Red Palm Oil atau minyak sawit merah merupakan sumber β-karoten yang mudah diadsorpsi oleh tubuh dan selanjutnya dikonversi menjadi retinol yang merupakan bentuk aktif dari vitamin A (Rice dan Burns, 2010). β-karoten berguna untuk menangkal radikal bebas yang dapat memberi perlindungan terhadap kulit (Sumarna dkk., 2014). Selain itu, dapat digunakan untuk mengganti sel-sel yang telah rusak (Iwasaki dan Murakoshi, 1992). Red palm oil mengandung asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat (C18:1) sebanyak 44,616% dan linoleat (C18:2) sebanyak 10,372% (Dauqan dkk., 2011). Asam oleat dapat melembutkan dan melembapkan kulit (Lotta dkk.,, 2004).

Secara alami, minyak sawit merupakan sumber vitamin E yang potensial, terutama dalam bentuk tokoferol dan tokotrienol. Tokoferol dan tokotrienol dari minyak sawit dapat berperan sebagai antioksidan alami, menangkap radikal bebas dan karena itu berperan melindungi sel – sel dari proses kerusakan. Telah banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa tokoferol dan tokotrienol bisa melindungi sel – sel dari proses penuaan (Hariyadi, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memformulasi sediaan lip balm menggunakan kombinasi palm kernel oil (pko) dan red palm oil (rpo) sebagai pelembap bibir.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

(16)

dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah kombinasi palm kernel oil dan red palm oil dapat diformulasikan sebagai lip balm?

b. Apakah penggunaan sediaan lip balm yang menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil menunjukkan peningkatan efektivitas kelembapan bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?

1.3 Hipotesis

a. Kombinasi palm kernel oil dan red palm oil dapat diformulasikan sebagai lip balm.

b. Penggunaan sediaan lip balm menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil menunjukkan peningkatan efektivitas kelembapan bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk membuat sediaan menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil dapat diformulasikan sebagai lip balm.

b. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan sediaan lip balm menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil menunjukkan peningkatan efek kelembapan bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya guna dari kombinasi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan minyak sawit merah (Red Palm

(17)

Oil) sebagai pelembap bibir yang mana dapat digunakan oleh masyarakat

(18)

1.6 Kerangka pikir

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian Stabilitas

fisik

- Organoleptis - Homogenitas - pH

- Suhu lebur - Kekuatan

- Kemudahan pengolesan - Aroma - Homogenitas - Kelembapan yang

dirasakan

Iritasi kulit Ruam kulit

Efek kelembapan

pada bibir Nilai kadar air (%) Kesukaan

(Hedonic test) Kombinasi

PKO:RPO (%) - 10:20 - 20:10 - 15:15

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dalam peraturan menteri kesehatan RI no. 445/Menkes/Permenkes/1998/

didefinisikan sebagai berikut: Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.1.2 Manfaat Kosmetik

Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian pemakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

(20)

2.1.3 Penggolongan Kosmetik

Berdasarkan penggolongannya, kosmetika dibagi menjadi 2 golongan utama yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care) dan kosmetika dekoratif (tata rias/make up) (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.1.3.1 Kosmetika Perawatan Kulit (Skin Care)

Tujuan penggunaan kosmetik ini adalah untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Kosmetika perawatan kulit terdiri dari kosmetika pembersih kulit (cleanser). Kosmetika pelembap kulit (moisturizer), kosmetika pelindung kulit, dan kosmetika untuk menipiskan kulit (peeling). Contoh dari kosmetika perawatan kulit adalah sabun, night cream, sunscreen cream, scrub cream (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.1.3.2 Kosmetika Dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik ini adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997).

Tranggono dan Latifah (2007) membagi kosmetik dekoratif dalam dua golongan besar, yaitu:

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

(21)

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

2.1.4 Kosmetika Pelembap

Kosmetika pelembap perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering terutama jika si pemakai akan lama di dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.1.4.1 Bahan Dasar Kosmetika Pelembap

Umumnya kosmetik pelembap terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetik pelembap kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.4.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit

1. Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa menyerap air: asam amino, purin, pentosa, dan derifat asam fosfat. Bahan- bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh respirasi/pencucian jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atau sepenuhnya

(22)

kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya, demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit yang menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Powers dan fox (1958) telah meneliti efek berbagai detergen sebagai penyebab hilangnya air dari stratum corneum. Mereka menemukan bahwa hilangnya air kulit dipercepat oleh triethanolamine alkyl aryl sulfonate, sodium lauryl sulfate, dan produk kondensasi coconut fatty acid diethanolamine. Efek mengeringkan itu bahkan lebih kuat oleh detergen kationik, sementara efek pengeringan dari sabun tidak sekuat itu (Tranggono dan Latifah, 2007).

Oleh pengaruh faktor-faktor tersebut kulit dapat menjadi lebih kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan (insensible water loss perspiration). Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kemungkinan ini, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit (skin surface lipids) yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor pelindung alamiah (natural moisturizing factor/NMF) tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan memberikan kosmetik pelembap kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Dasar pelembap kulit memberikan efek emolien yakni mencegah kekering an dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus membuat kulit terlihat bersinar (Wasitaatmadja, 1997). Emolien didefinisikan sebagai zat yang dioleskan pada kulit untuk menghilangkan gejala kekeringan. Kekeringan dapat terjadi pada semua kelompok usia dari anak kecil ke orang tua, ketika musim dingin kulit dapat menjadi kasar (Balsam, 1972).

(23)

2.1.4.3 Alasan Pentingnya Pelembap Kulit

Secara fisiologis, kulit memerlukan lemak dan air agar kelembapannya terjaga. Hal ini dibuktikan dengan penemuan Blank bahwa lapisan stratum korneum kulit yang diletakkan di udara kering akan menjadi keras, kering dan bersisik dimana tidak dapat dilunakkan kembali hanya dengan pemberian lemak lemak seperti lanolin, olive oil maupun petrolatum, namun akan menjadi lunak setelah diberi air. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kemampuan stratum korneum dalam mengikat air sangat penting untuk fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggono dan Latifah, 2014).

Oleh karena itu, pemberian kosmetika pelembap diperlukan oleh kulit untuk mencegah dehidrasi yang akan menyebabkan kulit menjadi kering dan pecah-pecah dengan akibat buruk lebih lanjut (Tranggono dan Latifah, 2014).

2.2 Bibir

Bibir mempunyai sedikit keratin dan kulit bibir relatif lebih tipis dibandingkan lapisan kulit pada umumnya. Bibir juga tidak mempunyai pigmen melanin sehingga pembuluh darah kapiler dapat terlihat dan menyebabkan bibir berwarna merah (Mitsui, 1997).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan cat bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM, 1985).

(24)

Kulit bibir dapat mengalami kerusakan. Salah satunya adalah actinic chelitis yang merupakan kelainan degeneratif kronis pada bibir. Etiologi akibat terpapar cahaya matahari yang cukup lama. Gambaran klinis pada tahap awal terlihat mild edema dan erythema serta bersisik dan kering pada vermillion border bibir bawah.

Pada lesi yang telah berkembang, epitel menjadi tipis dan halus dengan area putih keabu-abuan diikuti erythema. Cara perawatan dengan proteksi bibir terhadap cahaya matahari (Agata, 2012).

2.2.1 Bibir Kering

Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, 2011).

Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air merupakan material yang sangat penting terhadap kelembapan kulit. Dehidrasi terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011).

2.2.2 Kelembapan bibir

Kelembapan bibir berasal dari kapiler darah melalui mekanisme transport massa dimana kelembapan terdifusi (berpindah) dari kapiler menuju jaringan yang disebut dengan perpindahan difusi (Madans, 2012).

Perpindahan difusi kelembapan dipengaruhi oleh perubahan temperatur.

(25)

Pada saat cuaca dingin, pembuluh darah akan berkontraksi untuk memelihara panas.

Akibatnya, perpindahan kelembapan dari kapiler darah menuju jaringan berkurang, sehingga bibir menjadi kering dan pecah-pecah (Madans, 2012).

Pada cuaca panas, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga diameter pembuluh darah bertambah dan meningkatkan difusi kelembapan dari kapiler darah menuju jaringan. Akibatnya, terjadi penguapan air berlebihan dan mengakibatkan bibir menjadi kering (Madans, 2012).

2.3 Lip Balm

2.3.1 Pengertian Lip Balm

Lip balm adalah formulasi yang diterapkan ke bibir untuk mencegah pengeringan dan melindungi terhadap faktor lingkungan yang merugikan. Lipstik dan lip balm memiliki kemiripan, bahan utama lipstik adalah asam lemak seperti lilin, minyak, dan mentega yang memberikan konsistensi dan bekerja sebagai emolien dalam formulasi. Namun ada perbedaan yang signifikan beberapa diantara lipstik dan lip balm, terutama mengenai fungsi dimana lipstik digunakan untuk memberikan warna pada bibir sedangkan lip balm memberikan perlindungan (Fernandes dkk., 2013).

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembapan bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong, 2016).

Lip balm merupakan sediaan yang diaplikasikan pada bibir dengan cara membentuk lapisan minyak yang tidak dapat bercampur pada permukaan bibir. Lip

(26)

balm umumnya berfungsi dalam melapisi bibir. Lapisan yang terbentuk oleh lip balm merupakan lapisan pelindung bibir dari pengaruh luar (Madans, 2012).

Sebagai pelapis, lip balm mencegah kehilangan kelembapan, memberikan peluang untuk mengembalikan kelembapan awal bibir melalui aliran difusi antara kapiler dan jaringan. Dengan lip balm, kelembapan akan dikumpulkan pada permukaan antara lip balm dengan stratum korneum. Karena fungsinya sebagai pelapis, jika lip balm dibersihkan maka tidak ada lagi perlindungan antara bibir dan lingkungan luar (Madans, 2012).

2.3.2 Manfaat Lip Balm

Selain lipstik dan lip gloss kosmetik bibir yang sering digunakan wanita adalah lip balm. Fungsi penggunaan lip balm berbeda dengan lipstik dan lip gloss.

Tujuan penggunaan lip balm lebih pada perawatan bibir daripada untuk tujuan riasan. Biasanya lip balm digunakan untuk bibir yang membuntuhkan proteksi, umpamanya pada keadaan kelembapan udara yang rendah karena suhu yang terlalu dingin, untuk mencegah penguapan air. Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembap dan vitamin untuk bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna atau sinar seperti lipstik dan lip gloss. Ia hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir (Fernandes dkk., 2013).

Dengan adanya lip balm, kelembapan akan terakumulasi pada lapisan korneum yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bibir (Madans dkk., 2012).

Perlindungan rutin dengan produk perawatan pelembap bibir membantu menjaga penampilan dan kondisi kesehatan bibir (Chan, 2011).

(27)

2.4 Komponen Lip Balm Dalam Formulasi 2.4.1 Lilin (Wax)

Wax adalah bahan yang dibuat dari sarang lebah, terdiri atas, lilin sejati (true waxes) yang terdiri atas ester asam lemak bebas dan alkohol dengan berat molekul tinggi, misalnya lebah malam(beeswax) (Wasitaatmadja, 1997).

Lilin dapat diperoleh dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mineral alami, dan hanya beberapa jenis yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetika.

Wax binatang meliputi beberapa macam malam yang sering digunakan dalam kosmetika, yaitu wax lebah (beeswax), lanolin. Wax tumbuh-tumbuhan meliputi carnauba wax yang berasal dari pohon carnauba di brazil, dan candillila wax dari tumbuhan semak di meksiko (Wasitaatmadja, 1997). Fungsi dan guna wax dalam kosmetika:

1. Membentuk film penolak air ( water repellent film)

2. Larut dalam minyak sehingga membentuk lapisan emolien yang tertinggal pada kulit

3. Bekerja sebagai emulsifying agent atau auxillary emulsifier

4. Merupakan zat penebal dan dan memperbaiki tekstur dan kelembutan dari emulsi

5. Membentuk lapisan berkilat dan pembuat bentuk pada lipstik (Wasitaatmadja, 1997).

Lilin lebah biasa berasal dari lebah madu. Ada beberapa varietas tertua yang berasal dari indian. Lilin dari sarang lebah dikenal sebagai lilin murni. Lilin pertama kali dikeringkan, dipisahkan dari madu dan dilelehkan di atas air dan dituangkan ke dalam cetakan. Lilin lebah diproduksi berwarna kuning, lalu dilakukan pemutihan

(28)

dengan dua cara yaitu pemutihan oleh paparan sinar matahari atau dengan menggunakan zat pemutih kimia seperti potasium dikromat dan asam sulfat. Lilin putih merupakan penyusun penting banyak krim, lipstik dan make up mata (Young, 1974).

2.4.2 Propilen glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus C3H8O12 dan berat molekul 76,09 (Ditjen POM, 1995). Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik, Propilen glikol dapat dicampur dengan air, dengan etanol (95% dan dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak lemak. Penggunaan propilen glikol adalah sebagai zat tambahan dan pelarut (Ditjen POM, 1979).

Propilen glikol juga dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dpat bercampur dengan air (Rowe dkk., 2003). Penggunaan kosolven disamping untuk meningkatkan kelarutan obat, juga untuk meningkatkan kelarutan konstituen volatil yang digunakan dalam meningkatkan flavor dan odor untuk pelarut cair (Agoes, 2008).

Sebagai pelarut atau kosolven propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parentral dan 5-80%

larutan topikal. Sifat propilen glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen

(29)

glikol dapat berfungsi sebagai humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe dkk., 2003).

2.4.3 Lanolin

Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai (Anif, 1993). Pemakaian pada kulit dapat merupakan lapisan penutup, melunakkan kulit sehingga mudah dipakai. Keberatannya bau dan banyak yang alergi terhadap adeps lanae (Anif, 1993).

Lanolin adalah pengemulsi yang sangat baik dan digunakan dalam kosmetik. Lanolin merupakan lemak yang ditemukan dalam wol domba. wol tersebut diolah dengan larutan sabun encer dan dicuci, kemudian diolah dengan asam sulfat encer yang membantu menguraikannya lalu diperoleh lanolin murni yang digunakan dalam produksi kosmetik sebagai emolien (Windholz dkk., 1983).

2.5 Minyak dari Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaoin atau minyak sedangkan nama spesies guineensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman golongan palm yang terdapat pertama kali di pantai Guinea (Fauzi dkk., 2004).

Tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak, yakni minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang diekstraksi dari mesokarp buah kelapa sawit, dan minyak ini kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO) diekstraksi dari inti sawit (Ketaren, 1986). Perbedaan kedua jenis minyak ini

(30)

terutama terletak pada kandungan karotenoidnya (Fauzi dkk., 2004).

Gambar 2.1 Buah kelapa sawit

Buah kelapa sawit terdiri atas pericarp yang terbungkus dari exocarp (kulit), mesokarp (daging), dan endokarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 inti/kernel dan inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio. Sebagian besar buah kelapa sawit merupakan 80% mesokarp dan 20% kernel. Kadar minyak dalam mesokarp buah kelapa sawit sekitar 34 sampai 40% (Ketaren, 1986).

2.5.1 Palm Kernel Oil (PKO)

Palm kernel Oil (PKO) merupakan minyak yang diekstrak dari kernel atau inti dari buah kelapa sawit dan dikenal sebagai sumber medium chain trigliserida (MCT). PKO banyak mengandung asam lemak rantai sedang yang disebut asam laurat (C12:0) dan asam miristat (C14:0) (C18:2) (Rossell dkk., 1985; Ulfrah, 2016).

Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) adalah minyak yang diperoleh secara ekstraksi pelarut dari inti kelapa sawit (Trisakti, 1996). Asam laurat merupakan komposisi asam lemak paling besar di dalam minyak inti sawit, oleh karena itu minyak inti sawit dapat digolongkan ke dalam minyak asam laurat. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan (Ketaren, 1986).

Inti Sawit (Palm Kernel), Pengepresan akan

menghasilkan minyak inti kasar (Crude Palm

Oil;CPKO)

Daging buah sawit (Palm Mesocarp), pengepresan akan menghasilkan

minyak sawit (Crude Palm Oil; CPO)

(31)

Komposisi asam lemak PKO Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2. Asam lemak tertinggi pada PKO adalah asam laurat (C12:0) 50,96% (range 47,6% - 54,3%) diikuti oleh miristat (C14:0) 15,67% (range 14,3% - 17,1%), palmitat (C16:0) 7,31%(range 6,1% - 8,5%) dan oleat (C18:1) 13,29% (11,2% - 15,4%) (Siahaan dkk., 2012)

2.5.2 Red Palm Oil (RPO)

Red palm oil atau minyak sawit merah adalah minyak sawit yang diperoleh tanpa melalui proses pemucatan (bleaching) dengan tujuan mempertahankan kandungan karotenoidnya (Sumarna, 2014). Bleaching bertujuan menghilangkan sebagian besar bahan pewarna tak terlarut atau bersifat koloid yang memberi warna pada minyak (Nagendran dkk., 2000).

Karotenoid merupakan pigmen alami dalam minyak sawit yang berwarna kuning sampai merah. Karotenoid pada minyak sawit ini merupakan nilai tambah atau keunggulan minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya. Karotenoid mempunyai aktivitas yang penting bagi kesehatan, namun mempunyai sifat yang sensitif terhadap terhadap beberapa kondisi pengolahan minyak makan secara konvensional yaitu pengolahan suhu tinggi maupun oksidasi (Winarno, 1997).

Karotenoid yang terdapat dalam minyak sawit terdiri dari α-karoten ± 36,2

%, β-karoten ± 54,4 %, τ-karoten ± 3,3 %, likopen ± 3,8 %, dan santofil ± 2,2 %.

Karotenoid yang terkandung dalam minyak sawit merah 91,18% diantaranya merupakan β-karoten dan α-karoten yang mempunyai aktivitas provitamin A yang tinggi (Naibaho, 1990). Menurut Kritchevsky (2002), kadar karotenoid pada minyak sawit merah yaitu sebesar 550 ppm (sebanyak 375 ppm adalah β-karoten).

β-karoten berguna untuk pemelihara (quencher) spesies tereksitasi seperti

(32)

oksigen singlet dan radikal bebas yang telah dilaporkan dapat memberi perlindungan terhadap photodamage kulit, termasuk terbakar sinar matahari secara akut. Selain itu, dapat mengganti sel-sel yang telah rusak (Iwasaki dan Murakoshi, 1992).

Sebanyak kurang lebih 800 ppm tokoferol terdapat dalam minyak sawit yang merupakan campuran dari α-tokoferol 20 %, α-tokotrienol 25 %, τ-tokotrienol 45 %, dan δ-tokotrienol 10 %. Kelompok senyawa tokoferol ini tidak hanya penting karena peranannya sebagai antioksidan alami tetapi secara fisiologis juga aktif sebagai vitamin, yaitu vitamin E (Sukarjo dkk., 1991).

Kandungan vitamin E dalam minyak sawit merah ini juga berperan penting sebagai antioksidan alami yang banyak digunakan dalam formulasi topikal yang berperan penting dalam perlindungan biomembran melawan peroksidasi, menjaga kulit dari sengatan sinar matahari dan juga menjaga kelembapan kulit (Sumarna, 2014; Freitas dkk., 2015).

Stratum korneum terbuat dari sisik keratin dan semen mirip lilin yang mengisi celah-celah piringan keratin tersebut. Keratin terdiri dari molekul-molekul rantai panjang yang dihubungkan satu sama lain dengan jembatan garam atau hidrogen. Semakin sedikit jumlah air di antara rantai-rantai, semakin kuat ikatan itu dan semakin rendah elastisitas jaringan keratin stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah membentuk retakan mendalam mirip huruf V (Tranggono dan Latifah, 2014).

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimental.

Penelitian meliputi formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan dan uji iritasi sediaan, uji kekuatan sediaan, uji efektivitas sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap sediaan yang dibuat.

3.2 Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain : Alat – alat gelas (pyrex), batang pengaduk, cawan penguap, cetakan lip balm, kaca objek, Moisture Checker (Aram), neraca analitik (Mottler Toledo), oven (Dynamica), penangas air, pH meter (Eco Testr), pipet tetes, spatula, tisu (Nice), dan wadah lip balm.

3.3 Bahan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Palm Kernel Oil dan Red Palm Oil yang diperoleh dari Pusat Peneltian Kelapa Sawit (PPKS). Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah carauba wax (Brataco), lanolin (Brataco), propilen glikol (Brataco) dan nipagin (Brataco).

(34)

3.4 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium oleopangan Pengolahan Hasil dan Mutu (PAHAM) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dan Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.5 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah 12 orang mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa bibirnya memiliki kelembapan yang rendah dengan kriteria sebagai berikut:

3.5.1 Wanita berbadan sehat 3.5.2 Usia antara 20-30 tahun

3.5.3 Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 3.5.4 Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).

3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Formula Standar

Formula standar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut:

R/ Lanolin, beeswax, jojoba oil 95,0

Benzofenon 0,10

Parfum, antioksidan secukupnya (Wasitaatmaja, 1997) 3.6.2 Modifikasi Formula

Setelah dilakukan orientasi di laboratorium, hasil yang baik untuk sediaan adalah dengan meningkatkan jumlah carnauba wax agar sediaan lip balm yang

(35)

dihasilkan tidak mudah meleleh pada kondisi tertentu. Alasan digunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil karena menurut literatur Odeghe dan Asagba (2012) pada palm kernel oil terdapat asam laurat yang tinggi (48%) dan menurut literatur (Dauqan dkk., 2011) pada red palm oil terdapat asam oleat yag tinggi (44,616%) dimana asam laurat dan asam oleat dapat bekerja melembapkan sehingga sangat baik untuk dikombinasi. Pada penelitian ini tidak digunakan antioksidan karena minyak yang digunakan telah dianalisis mengandung vit E yang cukup tinggi dan dapat bereperan sebagai antioksidan.

Setelah dilakukan modifikasi formula, maka formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan lip balm pada penelitian ini adalah:

R/ Lanolin 10

Propilen glikol 10

Nipagin 0,1

Palm kernel oil X

Red palm oil Y

Carnauba wax ad 100

Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan lip balm yang mengandung kombinasi palm kernel oil (pko) dan red palm oil (rpo). Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan berbagai variasi pada sediaan lip balm diperoleh hasil bahwa kombinasi palm kernel oil dengan red palm oil 10% : 20%

sediaan mampu memberikan kelembapan pada saat dioleskan. Orientasi selanjutnya dengan menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil 20% : 10% dan 15% : 15% karena memberikan kelembapan dan konsistensi warna yang cukup baik. Sebagai blanko juga dibuat sediaan lip balm tanpa menggunakan palm kernel oil dan red palm oil.

(36)

Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan lip balm

Komposisi Konsentrasi (%)

F0 F1 F2 F3

Palm kernel oil - 10 20 15

Red palm oil - 20 10 15

Lanolin 10 10 10 10

Propilen glikol 10 10 10 10

Nipagin 0,10 0,10 0,10 0,10

Carnauba wax 79,9 49,9 49,9 49,9

Keterangan:

F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

3.6.3 Prosedur Pembuatan Basis Sediaan

Basis sediaan dalam penelitian ini yaitu carnauba wax dilelehkan pada cawan penguap di atas penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 80-86 oC.

Lanolin dilelehkan di atas cawan penguap lainnya pada suhu lelehnya yaitu sekitar 38-44 oC, kemudian lelehan lanolin dimasukkan ke dalam lelehan basis carnauba wax tersebut (Ratih dkk., 2014).

3.6.4 Prosedur pembuatan Sediaan

Nipagin dan propilen glikol dimasukkan ke dalam lelehan basis sambil terus diaduk, Palm kernel oil dan red palm oil dimasukkan terakhir sambil diaduk.

Setelah itu dimasukkan ke dalam cetakan lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku. Dikeluarkan sediaan dari cetakan kemudian dimasukkan kedalam wadah lip balm (Ratih dkk., 2014).

3.7 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lip balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan organoleptis yang

(37)

mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH, dan uji kekuatan (Ratih dkk., 2014).

3.7.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan

- Homogenitas Sediaan

Masing – masing sediaan lip balm diperiksa homogenitasnya dengan cara mengambil sejumlah tertentu sediaan lip balm dan diletakkan pada kaca yang transparan (objek glass). Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir - butir kasar (Barel, 2001).

- Homogenitas Polesan

Pengujian dilakukan dengan mengoleskan lip balm pada permukaan licin seperti punggung tangan atau bibir, kemudiaan dilihat dispersi warnanya homogen atau tidak (Barel, 2001).

- Dispersi Warna

Dalam lip balm Pengujian dilakukan dengan membelah lip balm menjadi dua bagian baik secara horizontal ataupun vertikal, kemudiaan dilihat dispersi warnanya homogen atau tidak (Barel, 2001).

3.7.2 Suhu Lebur Sediaan

Metode pengamatan titik lebur lip balm yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 50°C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1°C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lip balm mulai melebur (Linda, 2012).

3.7.3 Uji pH Sediaan

Penentuan pH lip balm dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

(38)

3.7.4 Uji Stabilitas Sediaan

Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang meliputi pengamatan organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih dkk., 2014).

3.8 Uji Iritasi, Uji Kekuatan, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan 3.8.1 Uji Iritasi Sediaan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung palm kernel oil dan red palm oil dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat dilihat pada Lampiran 14. Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Trenggono dan Latifah, 2007).

Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++

(39)

5. Eritema dan vesikula ++++

3.8.2 Uji Kekuatan

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lip balm dengan cara lip balm diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban yang mula-mula digantungkan sebesar 10 gram. Kemudian berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan berat beban 10 gram pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lip balm patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma dkk., 2011)

3.8.3 Uji Efektivitas Sediaan

Pengujian efektivitas kelembapan dilakukan terhadap 12 orang panelis.

Pengujian dilakukan pada daerah bibir. Pengelompokkan dibagi menjadi:

a. Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan blanko b. Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 1 c. Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 2 d. Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 3

Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembapan (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembapan bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker.

Sediaan lip balm dioleskan pada bibir panelis lalu dibiarkan hingga 20 menit. Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembapan bibir setelah pemakaian lip balm. Pengukuran kondisi bibir dilakukan setiap minggu sekali selama empat minggu dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari secara rutin pagi dan malam hari.

(40)

3.8.4 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan

Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis dengan 10 orang panelis yang sama dengan uji iritasi. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. Kemudian, panelis memilih variasi formula mana yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila amat sangat tidak suka, 2 bila sangat tidak suka, 3 bila tidak suka, 4 bila agak tidak suka, 5 bila netral, 6 bila agak suka, 7 bila suka, 8 bila sangat suka dan 9 bila amat sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembapan yang dirasakan pada bibir. Kemudiaan dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan (Hutami dkk., 2014).

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas kelembapan pada bibir di antara formula. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi bibir selama empat minggu perlakuan digunakan Mann-Whitney Test.

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Formulasi Sediaan

Sediaan lip balm yang dihasilkan memiliki tekstur yang baik. Perbedaan perbandingan konsentrasi kombinasi palm kernel oil dan red palm oil menghasilkan perbedaan warna dan kelembapan. Lip balm pada formula 0 (blanko) tidak memiliki warna, formula 1 memiliki warna kuning yang paling terang, formula 2 memiliki warna kuning pucat dan formula 3 memiliki warna sedikit lebih terang dari formula 2.

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan

Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Data pengamatan homogenitas sediaan

Pengamatan Sediaan Lama Pengamatan (hari)

0 7 14 21 28

Homogenitas Sediaan

F0 H H H H H

F1 H H H H H

F2 H H H H H

F3 H H H H H

Homogenitas Polesan

F0 H H H H H

F1 H H H H H

F2 H H H H H

F3 H H H H H

Dispersi Warna

F0 H H H H H

F1 H H H H H

F2 H H H H H

F3 H H H H H

Keterangan:

F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

(42)

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dihasilkan mempunyai susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan (Ditjen POM, 1979).

4.2.2 Hasil Pengukuran pH Sediaan

Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm tanpa kombinasi palm kernel oil dan red palm oil (blanko) memiliki rentang pH 5,6 – 5,8 selama 4 minggu, sedangkan sediaan lip balm yang menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil memiliki pH 6,1 – 6,3. Nilai pH lip balm yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan pH sediaan kosmetika yakni berada pada rentang pH fisiologis kulit 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dihasilkan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada bibir.

Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, maka semakin sulit kulit menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif dan mudah terkena infeksi. Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH

Sediaan Lama Pengamatan (Hari)

0 7 14 21 28

F0 5,8 5,8 5,7 5,6 5,6

F1 6,3 6,3 6,3 6,2 6,2

F2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1

F3 6,2 6,3 6,2 6,3 6,2

Keterangan:

F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

(43)

4.2.3 Hasil Pengamatan Titik Lebur Sediaan

Hasil pemeriksaan suhu lebur lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil yaitu 60-70°C.

Suhu lebur lip balm berdasarkan SNI 16-5769-1998 yaitu 50-70°C (Ratih dkk., 2014). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm dengan konsentrasi kombinasi palm kernel oil dan red palm oil telah memenuhi persyaratan suhu lebur.

Suhu lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38°C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropis, suhu lebur lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 55-75°C agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan dan pemakaian (Fernandes, dkk., 2013).

Hasil titik lebur sediaan lip balm yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Data pengamatan titik lebur

Sediaan Titik lebur (oC)

F0 70

F1 60

F2 60

F3 60

Keterangan:

F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

4.2.4 Hasil Uji Stabilitas Sediaan

Hasil uji stabilitas sediaan lip balm yang dihasilkan menunjukkan bahwa seluruh sediaan tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 28 hari pengamatan. Parameter yang diamati pada uji stabilitas sediaan adalah perubahan

(44)

bentuk, warna dan bau sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, didapat bahwa memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yakni tidak meleleh pada suhu kamar. Begitu juga dengan warna dan bau sediaan tidak mengalami perubahan selama penyimpanan. Hasil uji stabilitas lip balm dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Data pengamatan uji stabilitas sediaan

Keterangan :

- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

4.3 Hasil Uji Iritasi , Uji Kekuatan, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan 4.3.1 Uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 panelis dengan cara mengoleskan sediaan lip balm F1 pada kulit lengan lapisan bawah dalam selama 2 hari menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi iritasi yaitu eritema, papula atau vesikula. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan

Pengamatan Sediaan Lama Pengamatan (hari)

0 7 14 21 28

Bentuk

F0 - - - - -

F1 - - - - -

F2 - - - - -

F3 - - - - -

Warna

F0 - - - - -

F1 - - - - -

F2 - - - - -

F3 - - - - -

Bau

F0 - - - - -

F1 - - - - -

F2 - - - - -

F3 - - - - -

(45)

bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Data hasil uji iritasi sediaan

Reaksi Panelis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Eritema - - - -

Eritema dan papula - - - -

Eritema, papula dan vesikula - - - -

Edema dan vesikula - - - -

Keterangan:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan vesikula +++

5. Edema dan vesikula ++++

4.3.2 Uji Kekuatan

Hasil pemeriksaan kekuatan lip balm dapat di lihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Data Pemeriksaan Kekuatan Lip balm

Sediaan Penambahan berat

(g) Berat alat (g) Penambahan berat (g) + Alat

Pembanding 80 7 87

F0 90 7 97

F1 90 7 97

F2 90 7 97

F3 90 7 97

Uji kekuatan berhubungan dengan ketahanan lip balm terhadap tekanan atau benturan, sehingga bentuknya tetap sama selama proses distribusi, penyimpanan, dan penggunaan. Kekuatann yang rendah menyebabkan lip balm menjadi mudah patah, tidak dapat mempertahankan bentuknya sehingga sulit diaplikasikan pada Keterangan:

F0 : blanko

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

(46)

bibir, sedangkan apabila lip balm terlalu keras, maka minyak akan sulit keluar dari sediaan lip balm.

Tidak ada persyaratan mutlak harga kekerasan lip balm yang baik, maka pada penelitian ini digunakan lip balm pembanding yang sudah beredar dipasaran (merk M). Kekuatan lip balm merk M saat diuji adalah 80 gram. Kekuatan lip balm yang menggunakan kombinasi palm kernel oil dan red palm oil disajikan pada Tabel 4.5

Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan lip balm diketahui bahwa sediaan lip balm patah pada penambahan beban 90 gram dalam rentang waktu 1-2 menit.

4.3.3 Hasil Uji Efektivitas Sediaan

Data hasil pengukuran kelembapan bibir panelis dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Data hasil uji efektivitas sediaan terhadap kelembapan bibir Formula Panelis Kondisi

Awal

Waktu perawatan (minggu) % Kadar kelembapan

1 2 3 4

F0

1 33 33 34 35 35 6,06%

2 29 30 32 34 34 17,24%

3 32 32 34 34 35 9,37%

Rata-rata 31,33 31,67 33,33 34,33 35,33 12,76%

F1

4 33 36 39 40 42 27,27%

5 32 35 37 38 39 21,87%

6 33 35 37 39 41 24,24%

Rata-rata 32,67 35,33 37,67 38,00 40,67 24,49%

F2

7 30 33 38 37 37 23,33%

8 32 35 38 39 40 25,00%

9 31 32 37 38 38 22,58%

Rata-rata 31,00 33,33 37,67 38,00 38,33 22,34%

F3

10 33 35 37 38 38 15,15%

11 32 33 34 36 39 21,88%

12 30 32 35 37 40 33,33%

Rata-rata 31,67 33,33 35,33 37,00 39,00 23,14%

Keterangan: Dehidrasi 0-29 ; Normal 30-50 ; Hidrasi 51-100

Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 12 orang panelis.

(47)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan kelembapan bibir panelis sebelum dan sesudah pemakaian sediaan. Seluruh penelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembapan bibir awal sebelum pemakaian sediaan dengan menggunakan alat moisture checker. Kemudian, dilakukan pengukuran kelembapan bibir kembali sesudah pemakaian sediaan setiap satu kali seminggu selama 4 minggu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program statistik SPSS versi 17 dengan metode Kruskal Wallis. Selanjutnya, dilakukan analisis dengan metode Mann-Whitney untuk melihat pengaruh formula terhadap kelembapan bibir selama empat minggu perawatan.

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa selama empat minggu pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari secara rutin, kelembapan bibir panelis mengalami peningkatan, dimana peningkatan tertinggi terdapat pada formula 1 dengan persen pemulihan sebesar 24,49%.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17, dimana hasil analisis data menunjukkan bahwa data data tidak normal (Sig. 0,00).

Selanjutnya, data dianalisis menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas sediaan lip balm terhadap pengaruh perbedaan signifikan kelembapan bibir panelis pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4, dimana diperoleh yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kelembapan bibir panelis pada minggu ke-2, 3 dan 4 setelah pemakaian sediaan. Untuk mengetahui perbedaan tiap formula dalam memberikan pengaruh peningkatan kelembapan bibir, maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kelembapan bibir yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3, F1 dengan F2 dan F3, dan F2 dengan F3 (nilai p < 0,05).

(48)

Grafik pengaruh pemakaian lip balm yang mengandung minyak sawit terhadap kelembapan bibir panelis selama empat minggu perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Kelembapan bibir panelis selama 4 minggu perawatan

Lip balm berfungsi mencegah penguapan berlebihan bibir dan melindunginya dari faktor lingkungan yang buruk. Kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi dari minyak sawit berfungsi memberikan efek kelenturan kulit dan membuat kulit lebih sehat. Isomer asam linoleat memberikan efek terapi dalam mengatasi kulit kering, luka dan hiperkeratosis. Kandungan vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, menjaga kekuatan serat elastin antara dermis dan kolagen, sebagai UV-protection, sebagai anti-inflamasi, pelembap, serta sebagai microcirculator yang mengatur cairan dalam vena/arteri dan sirkulasi periferal sehingga stabilitas membran sel tetap terjaga (Tranggono dan Latifah, 2007).

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 (kondisi awal)

1 2 3 4

kelembapan

minggu (waktu)

F0 F1 F2 F3

(49)

4.3.4 Hasil Uji Kesukaan Sediaan

Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.:

Tabel 4.8 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test)

Keterangan:

F1 : PKO 10%, RPO 20%

F2 : PKO 20%, RPO 10%

F3 : PKO 15%, RPO 15%

Nilai kesukaan :

1 : Amat sangat tidak suka 2 : Sangat tidak suka

Panelis Sediaan

1 2 3

1 7 4 5

2 5 5 7

3 7 6 6

4 8 5 5

5 5 5 5

6 8 3 6

7 6 5 5

8 5 6 5

9 5 8 5

10 5 3 5

11 6 5 3

12 7 4 3

13 7 4 5

14 7 4 4

15 6 4 6

16 5 6 5

17 6 6 6

18 6 5 7

19 8 7 6

20 7 5 6

21 5 6 5

22 7 5 6

23 8 5 4

24 7 5 5

25 9 8 7

26 7 5 6

27 8 6 5

28 6 7 8

29 7 7 7

30 5 5 6

Total 195 159 164

(50)

4 : Agak tidak suka 5 : Netral

6 : Agak suka 7 : Suka 8 : Sangat suka 9 : Amat sangat suka

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu:

- Sediaan F1 memiliki interval nilai kesukaan 6,29 – 6,71. Untuk penilaian akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 6,29 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka) - Sediaan F2 memiliki interval nilai kesukaan 4,85-5,75. Untuk penilaian akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,85 dan dibulatkan menjadi 5 (netral) - Sediaan F3 memiliki interval nilai kesukaan 5,07 – 5,85. Untuk penilaian akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 5,07 dan dibulatkan menjadi 5 (netral) Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang paling disukai adalah sediaan lip balm F1.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini yang dilakukan adalah: pertama, merumuskan tujuan perkuliahan psikologi kepribadian Islami yaitu membentuk sarjana psikologi Islam yang memiliki kepribadian utuh dan

Pada sesi resital vokal oleh Gloria Lusianti Angelin, piano digeser kekiri,. penyaji akan bernyanyi tepat di tengah panggung, alat musik gesek

4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde

Palm kernel Oil (PKO) atau minyak inti sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit.... ASAM

Sebagaimana telah diuraikan pada temuan hasil penelitian langsung tetang pelaksanaan evaluasi pemelajaran aqidah akhlah di MA Raudatul Huda Ya Bakki Adipala Welahan Wetan

Basuh kulit jika terjadi kontak langsung dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit dan keluarkan pakaian langsung dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit dan

Sistem koordinat Kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x dan koordinat y dari titik

Penelitian ini bertujuan untuk membuat margarin dengan menggunakan minyak sawit (refined bleached deodorized palm oil, RBDPO) dan minyak sawit merah (red palm oil,