• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL MUALAF DI YAYASAN MUALAF AN NABA CENTER SAWAH BARU- CIPUTAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL MUALAF DI YAYASAN MUALAF AN NABA CENTER SAWAH BARU- CIPUTAT"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL MUALAF DI YAYASAN MUALAF AN NABA CENTER SAWAH BARU- CIPUTAT. SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos). Oleh Siti Maryam 11150520000009. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2021 M.

(2) PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama. : Siti Maryam. NIM. : 11150520000009. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL MUALAF DI YAYASAN AN- NABA CENTER SAWAH BARU CIPUTAT” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melalukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan meruopakan plagiat dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.. Jakarta, April 2021. Siti Maryam.

(3)

(4) LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul ”Hubungan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat” telah diujikan dalam siding Munaqosyah Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.. Jakarta, 17 Juni 2021 Sidang Munaqosyah Ketua. Sekretaris. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si. NIP. 19650301 199903 1 001 Penguji 1. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. NIP. 19861109 201 101 2 016. Dr. Fauzun Jamal, LC, MA. NIP. 19741021 200801 1 009. Jufri Halim, M. Si. NIP. 19730726201411 1 002. Penguji 2. Pembimbing. Muhtar Moh. Sholihin, M.Si. NIP. 19890303 202012 1 002.

(5) ABSTRAK. Siti Maryam, 11150520000009, Hubungan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan An-Naba Center Sawah Baru Ciputat, dibawah bimbingan Muhtar Mochamad Solihin, M. Si, 2021 Mualaf diharapkan memiliki Kecerdasan spiritual yang tinggi agar mampu mempertahankan kebermaknaan dalam memilih jalan hidup dengan keyakian baru sebagai muslim. Dapat menularkan sisi positif dengan akhlak kepada orang lain khususnya keluarga dan teman nonmuslim. Salah satu upaya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual mualaf di Yayasan An- Naba Center tersebut dapat dikukan dengan pelaksanaan bimbingan agama secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menggambarkan karakteristik responden dan tingkat kecerdasan spiritual Mualaf (2) Menganalisis hubungan karakteristik responden dan bimbingan agama dengan kecerdasan spiritual mualaf. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kuantitatif dengan metode survey. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah teknik sensus/ sampling total dengan jumlah sampel 35 santri mualaf. Analisis data menggunakan uji spearman’s rank. Program yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Exel dan SPSS for Windows 22.0. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) karakteristik responden penelitian lebih banyak berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki. Tingkat kecerdasan spiritual mualaf di Yayasan An- Naba Center tergolong tinggi. (2) terdapat hubungan positif dan signifikan antara karakteristik responden dan bimbingan agama dengan kecerdasan spiritual mualaf di Yayasan An- Naba Center dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 dan nilai korelasi spearman rank sebesar 0.760. (3) faktor-faktor yang berhubungan dengan kecerdasan spiritual mualaf di Yayasan An- Naba Center adalah materi dan bimbingan agama. Kata Kunci: Bimbingan Agama, Kecerdasan Spiritual Mualaf, Yayasan An-Naba Center.. i.

(6) KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim Dengan menyebut nama Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang serta maha memampukan hamba-hambanya dalam menyelesaikan segala urusan yang ditetapkan-Nya. Sholawat teriring salam dihaturkan kepada Nabiyyina, kekasih Allah yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan ulama. dan. pengikutnya. hingga. akhir. zaman.. Alhamdulillahirobbil’alamiin terucap syukur kepada Allah SWT telah dimampukan peneliti menyelesaikan penulisan skripsi dengan. judul. “Hubungan. Bimbingan. Agama. dengan. Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An-Naba Center Sawah Baru Ciputat”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi maupun berbagi ilmu pengetahuan. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan kakak adik peneliti, Bapak Maidi (Alm), Ibu Masriah, bapak Encep, Ibu Murdiah, A Ujang, teh dede, Zahra, A Aas, mba Ani, Keendra dan adiku yang sholihah Yunita Sabrina yang begitu ringan memberikan keridhoan, berbagai dukungan dan curahan do’a yang tak henti di panjatkan serta kasih sayang yang begitu tulus sehingga penulis tidak menyerah untuk tetap menyelesaikan. ii.

(7) segala dinamika jalan hidup yang peneliti ambil. Ucapan terima kasih juga kepada guru-guru penulis yakni Ustadz Abdul Hadlir dan Buya Arrazi Hasyim, Buya Zulfikar berkat arahan, do’a dan keridhoan beliau penulis tetap teguh menjalani hidup dengan ridho dan tak lelah untuk terus mencari makna dan pengamalan dalam bertuhan. dan. beragama.. Selain. itu. peneliti. juga. ingin. mengucapkan terima kasih kepada: 1. Suparto, M. Ed, Ph. D selaku dekan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Dosen Pembimbing Akademik penulis serta wakil dekan dan jajarannya yang telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaiakn skripsi ini. 2. Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si. dan Artiarini Puspita Arwan, M. Psi. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Bimbingan. dan. Penyuluhan. Islam. yang. selalu. mengingatkan dan memberi motivasi serta membantu kebutuhan dalam penyusunan skripsi. 3. Muhtar. Mochamad. pembimbing. yang. Solihin, selalu. M.Si.. selaku. meluangkan. dosen waktu,. mengarahkan, membimbing dengan sabar selama proses penyusunan skripsi serta selalu memberikan kesempatan hingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. 4. Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah. iii.

(8) mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Pihak Yayasan An- Naba Center Sawah Baru Ciputat, Ustadz Nababan selaku Ketua Yayasan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Yayasan tersebut. 6. Kak Aminah, Kak Siti, Ustadz Dwi, Ustadz Zana, Ustadz Ishak, dan Ustadz Yopi selaku perantara perizinan, administrasi sekaligus pembimbing yang mengarahkan dan membantu penulis selama penelitian. 7. Keluarga beastudi Etos Banten Dompet Dhuafa terkhusus untuk Pembina, Skarpelos, Ka Sihah, Ka Aisyah, Ka Nunu, Warda, Mayang yang selalu memberikan support kepada penulis. 8. Keluarga LPQ Fathullah dan Ribath Nouraniyah yang menjadi wadah pembelajaran dan semangat bagi penulis. 9. Keluarga Al-Komariah terkhusus untuk teh Nung, Om Dedi dan guru-guru lainnya. 10. Kepada sahabat penulis yakni Munah Herawati yang selalu menemani, mengingatkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan M. Romadhon Bayhaqi yang tanpa pamrih membantu, dan memfasilitasi dan mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi. Serta ka Sihah, ka. iv.

(9) Hayatun, ka Ana yang selalu memberikan semangat dan kekuatan bagi penulis. 11. Seluruh kawan-kawan BPI Angkatan 2015 khususnya Umi,. Ulfi,. Ayu,. Vidia,. Syita. yang. senantiasa. menyemangati peneliti dalam penelitian ini, terutama debby Sahara yang selalu memotivasi, menguatkan dan mengarahkan peneliti dalam menusun skripsi ini. 12. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih Semoga semua dukungan, bantuan, dan perhatian yang tercurah mendapat balasan pahala berlipat dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi hajat, cita-cita dan impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridho dan keberkahan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu masukan dan kritikan untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi wasilah kebaikan bagi penulis.. Jakarta 21 April 2021. Siti Maryam. v.

(10) DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ……………………………………………... i. KATA PENGANTAR …………………………………. ii. DAFTAR ISI …………………………………………... vi. DAFTAR GAMBAR ………………………………….. viii. DAFTAR TABEL …………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………….. xi xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………. B. Batasan dan Rumusan Masalah .....…………..... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..……………….. D. Tinjauan Kajian Terdahulu .…………………... E. Sistematika Penulisan ...……………………….... 12 14 15 23 25. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Agama ……………………………... B. Kecerdasan Spiritual ………………………….... C. Mualaf ………………………………………...... D. Hubungan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual …………………... E. Kerangka Berpikir …………………………....... F. Hipotesis Penelitian …………………………….. vi. 38 45 46 48 53 54.

(11) BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan dan Metode Penelitian ……………. Tempat dan Waktu penelitian …………………. Populasi dan Sampel ………………………....... Sumber Data …………………………………… Variabel dan Devinisi Operasional Penelitian ……………………………………... F. Teknik Pengumpulan Data …………………… G. Intrumen Pengumpulan Data ….………………. H. Teknik Analisis Data …………………………. A. B. C. D. E.. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Yayasan An-Naba Center …………………………………………. 1. Sejarah Yayasan An-Naba Center …………. 2. Visi dan Misi Yayasan An-Naba Center ………………………………………. 3. Tujuan Yayasan An-Naba Center ………….. 4. Struktur Organisasi Yayasan An-Naba 5. Center ...…………………………………….. 6. Program Bimbingan Agama ………………... 7. Pembinaan Bimbingan Agama ………………... B. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan ……………………………………. 1. Karakteristik Individu Responden ………….. 2. Gambaran Umum Tingkat Kecerdasan Spiritual Responden …………………………………... 3. Analisis Data Uji Korelasi ………………….. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………….. B. Saran …………………………………………..... vii. 56 57 59 59 60 62 72 74. 75 76 77 78 79 81 84 85 87 89 98. 100 101.

(12) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.. Presentase 10 Provinsi daerah rawan. 4. pemurtadan tahun 2015 Gambar 2.. Kerangka Pemikiran Penelitian Hubungan. 53. Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf Gambar 3.. Struktur Organisasi di Yayasan An- Naba Center. viii. 79.

(13) DAFTAR TABEL 1.. Tabel 1.. Skor Skala Semi Likert. 63. 2.. Tabel 2.. BluePrint Skala variabel Bimbingan. 66. Agama sebelum uji instrumen. 3.. Tabel 3.. BluePrint Skala variabel Bimbingan. 67. Agama setelah uji instrumen 4.. Tabel 4.. BluePrint Skala variabel Kecerdasan. 68. Spiritual sebelum diuji instrumen 5.. Tabel 5.. BluePrint Skala variable Kecerdasan. 70. Spiritual setelah diuji instrumen. 6.. Tabel 6.. Pedoman Keandalan. Menentukan Instrumen. Tingkat. Ukuran. 71. dari. Cronbach. 7.. Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Skala Bimbingan. 71. Agama 8.. Tabel 8.. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kecerdasan. 72. Spiritual 9.. Tabel 9.. Interval. Koefisien. Korelasi. dan. 74. Tabel 10. Program Kegiatan Bimbingan Agama. 82. Kekuatan Hubungan 10. Asrama Putri di Yayasan An- Naba Center 11. Tabel 11.. Program Kegiatan Bimbingan Agama Asrama Putra di Yayasan An- Naba Center. ix. 84.

(14) 12.. Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan. 85. Jenis Kelamin 13.. Tabel 13.. Karakteristik Responden Berdasarkan. 86. Usia 14.. Tabel 14.. Karakteristik responden berdasarkan. 86. Pendidikan Formal 15.. Tabel 15.. Karakteristik responden berdasarkan. 87. Masa Mualaf 16.. Tabel 16.. Kecerdasan spiritual santri mualaf di. 88. Yayasan An-Naba’ Center 17.. Tabel 17.. Nilai. Koefisen. Korelasi. anatara. 89. Karakteristik Individu dan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual mualaf di Yayasan An-Naba Center pada Tahun 2021. 18.. Tabel 18.. Nilai. Koefisen. Korelasi. antara. 91. Karakteristik Individu dan Kecerdasan Spiritual mualaf di Yayasan An-Naba Center pada Tahun 2021. 19.. Tabel 19.. Nilai Koefisen Korelasi anatara Bagian Karakteristik. Individu. Kecerdasan. Spiritual. dengan mualaf. di. Yayasan An-Naba Center pada Tahun 2021.. x. 92.

(15) 20.. Tabel 20.. Nilai. Koefisen. Korelasi. anatara. 93. Bimbingan Agama dan Kecerdasan Spiritual mualaf di Yayasan An-Naba Center pada Tahun 2021. 21.. Tabel 21.. Nilai Koefisen Korelasi antara Bagian Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual mualaf di Yayasan An-Naba Center pada tahun 2021.. xi. 95.

(16) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Devinisi Operasional dan Indikator Penelitian. Lampiran 2. Hasil Uji Validitas. Lampiran 3. Daftar pedoman wawancara Responden. Lampiran 4. Hasil Perhitungan SPSS. Lampiran 5. Data Skor Responden. Lampiran 6. Dokumentasi. Lampiran 7. Surat- surat. xii.

(17) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan paling sempurna dari makhluk lainnya. Dibalik kesempurnaannya manusia memiliki kekurangan dan kelemahan yang tidak bisa dipecahkan dengan akal dan pikirannya. Terkadang manusia di datangkan berbagai masalah dalam kehidupan sosialnya hingga menimbulkan kesedihan yang begitu dalam. Manusia sebagai makhluk yang mampu mewujudkan keinginan dan kebutuhannya dengan kekuatan akal yang dimilikinya, termasuk dalam memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman (safety needs), cinta (love needs), penghargaan (estem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualizations needs).1 Disamping itu menurut Dister (1982) manusia juga mempunyai religius, yang mana ketika hirarki kebutuhan manusia yang dikemukakan maslow tidak mampu diwujudkan dengan akal, maka manusia akan mengharap kekuatan lain (Tuhan) untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Sebagai fitrahnya manusia bertuhan atau beragama. Agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya. 1. Abraham Maslow, Motivation and Personality (Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia). Penerjemah Nurul Iman (Jakarta: PT Gramedia, 1984), hal. 41.. 1.

(18) 2. Era modernisasi seperti saat ini, teknologi dan industri berkembang sangat pesat. Kemudian munculnya berbagai krisis sosial, krisis struktural, dan normatif dalam kehidupan bersumber pada masalah makna. Modernisme inilah yang memicu memekarnya hasrat pada spiritualitas. Fitrahnya manusia sebagai makhluk yang beragama tentu agama sudah menjadi kebutuhan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Dilihat sisi agama sebagai kebutuhan kini tengah maraknya Tren Hijrah bagi generasi milenial, fenomena ini muncul pada kalangan muda saat ini, terlihat beberapa komunitas hijrah yang dibentuk oleh para artis dan selebritis yang hijrah salah satunya adalah komunitas Kajian Musyawarah yang di inisiasi oleh para artis yakni Arie Untung, Teuku Wisnu, Dimas Seto dan lainnya. Namun, dengan adanya fenomena ini tentu akan menghadirkan pro dan kontra di masyarakat, tren hijrah ini dapat memberikan dampak positif di masyarakat serta dapat membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai. Fenomena tren hijrahpun mempengaruhi jumlah Mualaf di Indonesia. Mualaf Center Indonesia (MCI) mencatat sejak 2003 jumlah mualaf lebih dari 50 ribu. Dalam dua tahun terakhir angkanya lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.2. Agung Sasongko, Republika.co.id, “Tren Hijrah mempengaruhi jumlah mualaf di Indonesia”. diunggah pada 19 Februari 2019, https://m.republika.co.id/amp/pmm42z313 diunduh pada. 28 September 2019 10.20 wib. 2.

(19) 3. Besarnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia, tren hijrah yang mempengaruhi jumlah mualaf tentu menjadi sebuah kabar baik bagi perkembangan Islam di Indonesia. Namun, dengan adanya fenomena dan jumlah mualaf yang terbilang cukup tinggi ini tentu menjadi tugas besar bagi masyarakat tentunya bagi pembimbing Agama. Pada hakekatnya seorang mualaf membutuhkan perhatian khusus dari kalangan masyarakat maupun pembimbing agama. Sebab, seorang mualaf masuk Islam semata-mata panggilan hati nuraninya untuk mendapatkan ketenangan spiritual. Untuk itu masyarakat dan pembimbing agama musti lebih peduli terhadap kehidupan mualaf agar mualaf ini komitmen pada pilihannya. Jika masyarakat dan pembimbing agama acuh dan tidak peduli dengan kelangsungan hidup mualaf bisa jadi mualaf tersebut kembali ke agama sebelumnya (murtad). Murtad dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah berbalik belakang, berbalik kafir, membuang iman, berganti menjadi ingkar.3 Dalam sebuah berita dilaporkan bahwa jumlah umat Islam menurun. Ketua Umum Majelis Indonesia Pusat (MUI) tahun 2014 Din Syamsudin. Menunjukkan angka statistik pertumbuhan umat Islam Indonesia pada sensus penduduk 1990 jumlah umat Islam hanya mencapai 87,6 persen. Angka ini kemudian meningkat menjadi 88,6 persen pada sensus penduduk tahun 2000. Angka. 3. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 2012) hal. 942..

(20) 4. pertumbuhan tahunan umat Islam hanya 1,2 persen. Sementara Kristen dua kali lipatnya yakni 2,4 persen pertahun. Menurut data Mercy Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama Kristen setiap tahun. Jika ini berlanjut jumlah umat Muslim diperkirakan pada tahun 2035 jumlah umat Kristen di Indonesia sama dengan umat Muslim.4 Berdasarkan Indeks Rawan Pemurtadan (IRP) Pusat Kajian Nasional Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS) Terdapat 10 provinsi muslim daerah rawan pemurtadan sangat tinggi pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.. 60 50 40 30. Rawan Pemurtadan. 20 10 0. Gambar 1. Persentase 10 Provinsi daerah rawan pemurtadan tahun 20155. 4 Abdullah Hamid, NU.or.id, “Mengapa jumlah umat Islam di Indonesia menurun?” diunggah pada 08 Desember 2016, https://www.nu.or.id/post/read/73565/mengapa-jumlah-umat-islam-diindonesia-menurun diunduh pada 29 September 2019 15.45 wib. 5 Novita Intan dan Agung Sasongko, Republika.co.id. “Laporan IRP: Kemiskinan penyebab Murtad.”, diunggah pada 09 Agustus 2018,.

(21) 5. Dari data yang sudah dipaparkan salah satu penyebab seseorang Murtad adalah karena faktor kemiskinan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yakni Bambang. Menurutnya: “salah satu penyebab Indeks Rawan Pemurtadan (IRP) terkait dengan kondisi masyarakat yang paling miskin. Ini paling rawan terutama masyarakat miskin umat Islam, paling ekstrim.”6 Penurunan Islam dan Pemurtadan di Indonesia yang dipaparkan di atas menjadi sebuah keresahan bagi masyarakat Indonesia sendiri meski saat ini tengah dibumingkan dengan fenomena tren hijrah namun tak dapat dipungkiri dengan adanya mualaf yang belum siap menghadapi berbagai problematika dari lingkungan maupun keluarga sebelumnya serta beradaptasi menjadi seorang muslim seutuhnya. Dalam tulisannya Agung Sasongko dan Risma Riyandi memaparkan Pengurus Yayasan Ukhuwah Mualaf (YAUMU), Diah Junia Eksi Palupi menyampaikan, adanya tantangan dan tekanan yang sangat berat dari keluarga dan lingkungan lama yang tidak rela karena kepindahan keyakinan mereka. Menurutnya: ”Tidak jarang hal ini berdampak pada terputusnya hubungan, bahkan terusir dari keluarga, diberhentikan dari https://m:republika.co.id/amp/pd6rdh313 diunduh pada 29 September 2019 13.35 wib. 6 Novita Intan dan Agung Sasongko, Republika.co.id. “Laporan IRP : Kemiskinan penyebab Murtad.”, diunggah pada 09 Agustus 2018, https://m:republika.co.id/amp/pd6rdh313 diunduh pada 29 September 2019 13.35 wib..

(22) 6. tempat bekerja, serta keselamatan jiwa.”7. adanya. ancaman. terhadap. Selain itu, tidak adanya kepedulian dari masyarakat sekitar semakin membuat keimanan mereka menjadi lemah dan kurang meyekini agama baru tersebut serta kurangnya perhatian dari lembaga keagamaan terhadap para mualaf, juga menjadi salah satu hambatan bagi mereka untuk mendalami agama baru mereka secara lebih jauh.8 Berbagai problematika yang ditanggung seorang mualaf begitu besar, bukan hanya terusir dari keluarga bahkan tidak ada tempat berpulang bagi mereka. Hingga kerap menjumpai mualaf terlantar di masjid dan di jalanan.9 Masalah ini menjadi tugas besar bagi masyarakat dan pembimbing agama. Agama adalah kebutuhan pokok seseorang untuk mendapatkan ketenangan batin. Pilihan untuk berkonversi Agama tentu bukan sebuah pilihan yang tak sedikit menanggung resiko.. Risma Riyandi dan Agung Sasongko, Republika.co.id, “Mualaf Kerap Alami Penolakan Keluarga”, diunduh 07 Januari 2016, https://republika.co.id/berita/o0k7jj313/mualaf-kerap-alami-penolakankeluarga, diunggah pada 21 Mei 2019 15.45 wib. 8 Saftani Ridwan, AR, Konversi Agama dan faktor Ketertarikan Terhadap Islam (Studi Kasus Mualaf yang Memeluk Islam Dalam Acara Dakwah Dr. Zakir Naigh di Makassar, Jurnal Agama Islam 2007, Vol. II, No.1. 9 Muhammad Zul Atsari dan Nuryandi Abdurrohman, Merdeka.com, “Annaba Center, Pesantren Mualaf Pertama di Indonesia”, diunduh pada 15 juni 2017, https://video.merdeka.com/khas/annaba-center-pesantren-mualafpertama-di-indonesia.html, diunggah pada 20 juli 2020 10.05 wib. 7.

(23) 7. Sebab, mualaf adalah seseorang yang baru mengenal Islam dan perlu adanya dorongan maupun bimbingan agar tetap komitmen terhadap pilihannya dan tidak kembali pada agama sebelumnya. Kedudukan mualaf sendiri dalam Islam diartikan sebagai orang yang hatinya diizinkan cenderung kepada Islam dan orang yang belum memahami islam seutuhnya. Oleh karena itu posisi mualaf sendiri masih membutuhkan bimbingan, pembinaan, dan pengetahuan seputar Islam untuk bisa mandiri beribadah dan menjalani kehidupan sebagai seorang muslim yang kaffah, sebagaimana yang ditulis di dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 208 yang berbunyi: ُ ‫ل تَتَّبِعُواَ ُخ‬ َ ‫ش ۡي‬ َّ ‫ت ٱل‬ َ‫ط ِنَ إِنَّ ۥهُ لَ ُك ۡم‬ َِ ‫ط َو‬ َ َ ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينََ َءا َمنُواَ ٱ ۡد ُخلُواَ فِي ٱلس ِۡل َِم َكآَٰفَّةَ َو‬ ٢٠٨ َ‫عدُوَ ُّمبِين‬ َ Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”10 Istilah Kȃffah disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 208 adalah memahami dan mengikuti Islam secara utuh atau secara parsial. (Wijaya, 2006: 149). Kaaffatan artinya menuruti hukumhukum Allah secara keseluruhan dilandasi dengan berserah diri, tunduk dan ikhlas kepada Allah.11 Maka dari itu seorang mualaf. Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan AlHilali, Tangerang Selatan: PT Media Insan Pustaka, hal. 32. 11 Ahmadiy, Islam Kaffah: Tinjauan Tafsir Q.S. Al- Baqarah: 208, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. II No. 02, Wonosobo, 2016. 10.

(24) 8. yang sudah memilih islam sebagai agamanya, diharuskan untuk sepenuhnya berserah diri tunduk dan ikhlas kepada Allah mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Seseorang yang menjalani hidup sebagai islam yang Kȃffah akan merasakan ketenangan spiritual dalam hidupnya. Maka dari itu perlunya bimbingan agama bagi mualaf agar bisa menjalankan peribadatan, bertahan menghadapi berbagai problematika dan menjalani sebagai muslim seutuhnya. Salah satu tujuan bimbingan agama yakni untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat ta’at kepada-Nya, ketulusan mematuhi segala perintahNya, serta tabah menerima ujian-Nya.12 begitu pentingnya seorang mualaf mendapatkan bimbingan agama, bukan hanya mendapat bimbingan agar bisa melakukan peribadatan secara mandiri, namun agar tumbuhnya kecerdasan spiritual pada diri mualaf sehingga dapat menerima dan berani menghadapi berbagai problematika baik dari kehidupan masa lalunya maupun lingkungan barunya. Menjadikan semua problem maupun masalah kehidupan adalah semata-mata ujian dari-Nya. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan. 12. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Hal. 38..

(25) 9. untuk menilai bahwa tindakan untuk jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.13 Ary Ginanjar Agustian menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (Integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”.14 Dari dua pengertian di atas, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah seseorang yang memaknai dan memberikan nilai yang luas untuk jalan hidupnya, segala kegiatan dan perilaku seseorang semata-mata karena ibadah. Dan meyakini bahwa segalanya “hanya karena Allah”. Untuk itu seorang mualaf perlu memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi agar meyakini bahwa jalan hidup maupun agama yang dipilih adalah suatu makna dan nilai dalam hidupnya, segala kegiatan dimaknai sebagai ibadah kepada Allah. Segala persoalan yang datang baik dari kehidupan masa lalunya maupun kehidupannya kini sebagai muslim semata-mata adalah ujian baginya. Meyakini bahwa Allah selalu bersamanya. Bagi seseorang yang melakukan konversi agama tentu mendapatkan berbagai luka maupun persoalan dari kehidupan. 13 Danah Zohar dan Ian Marshal, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001) hal.4. 14 Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quuotient The ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta:Arga, 2005) hal. 57..

(26) 10. masa lalunya sehingga seorang mualaf perlu memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Sebab, Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. 15 Salah satu lembaga yang memberikan bimbingan agama pada mualaf salah satunya adalah Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An Naba Center, pesantren ini didirikan oleh Ustadz Arifin Nababan yang berlokasi di Sawah Baru- Ciputat. Awal pesantren ini didirikan karena melihat kondisi mualaf yang terlantar dan tidur di kolong-kolong masjid. Tujuan ustadz Nababan mendirikan pesantren ini agar para mualaf terfasilitasi dan memiliki sebuah wadah dalam mendalami agama yang di anutnya. Agar tak ada lagi mualaf yang merasa terasingkan dan terbuang. Sebab kondisi seperti itu bisa menyebabkan mualaf ini kembali pada agama sebelumnya (murtad). Karena mereka memilih masuk islam bukan sematamata dari dirinya melainkan hidayah yang Allah SWT berikan kepada mereka. Pesantren inipun memiliki tujuan apabila mualaf sudah mendapatkan pembinaan dan sudah cukup matang ilmu agamanya, maka mualaf ini kemudian pulang kedaerahnya masing-masing. 15. Danah Zohar dan Ian Marshal, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001) hal.8..

(27) 11. untuk berdakwah. Tentu tujuan ini menjadi tolak ukur yang sangat berpengaruh bagi agama Islam. Untuk itu, dalam hal ini bimbingan agama sangatlah dibutuhkan dan penting, agar spiritualitas mualaf semakin meningkat dan tidak tergoyah oleh sebab apapun meski di hadapkan berbagai problem hidup baik kehidupan masa lalunya maupun kehidupannya kini sebagai muslim. Penelitian ini penting untuk diteliti karena belum ada yang meneliti tentang hubungan bimbingan agama dari Pesantren Mualaf Yayasan Naba Center Ciputat dengan kecerdasan spiritual mualaf. Beberapa penelitian sebelumnya belum meneliti tentang hubungan bimbingan agama dengan kecerdasan spiritual pada Mualaf, Ahmad dalam skripsinya menyebutkan bahwa adanya pengaruh bimbingan agama terhadap kesadaran beragama santri.16 Hal yang sama pada penelitian Zulkifli membahas tentang bimbingan agama islam dapat meningkatkan ketenangan jiwa warga binaan dilembaga pemasyarakatan.17Selain itu, Elsa dalam penelitiannya membahas tentang adanya pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu.18. 16. Ahmad Yusuf Afifurrohman, Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Tingkat Kesadaran Beragama Santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, FIDIK, Uin Jakarta 2016) 17 Zulkifli, Bimbingan Agama Islam dalam meningkatkan Ketenangan Jiwa Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Jurnal bimbingan penyuluhan islam Vol. 1, No. 1, 2019) 18 Elsa Humaydi, Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri.

(28) 12. Adapun penelitian tentang kecerdasan Spiritual beberapa menghubungkan dengan shalat seperti Choizainatul tentang pengaruh shalat Dhuha terhadap kecerdasan spiritual peserta Didik di SMK Negeri 1 Salatiga.19 Hal yang sama pada penelitian Suprapti, bahwa adanya pengaruh pembiasaan shalat Tahajud dan membaca Al-qur’an terhadap kecerdasan spiritual Santri.20 Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Pesantren Mualaf Yayasan An-Naba Center Ciputat dengan mengambil judul skripsi “Tingkat Kecerdasan Spiritual Mualaf di Pesantren Pembinaan Mualaf An-Naba Center Sawah Baru- Ciputat.” B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Dalam penulisan ini peneliti membatasi permasalahan yang dikaji, agar pembahasan tidak terlalu melebar. Karena peneliti berfokus pada Bimbingan Agama yang didapatkan oleh Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat. Adapun pembatasan Hubungan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan. Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukma Jaya Depok (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, FIDIK, Uin Jakarta 2015) 19 Chizanatul Munawaroh, Pengaruh Shalat Dhuha terhadap Kecerdasan Spiritual pada Pesrta Didik Kls XI Kompetensi Keahlian Akutansi dan Keuangan di SMK Negeri 1 Salatiga (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Salatiga 2019) 20 Suprapti, Pengaruh Pembiasaan Shalat Tahajud dan Membaca AlQur’an terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Klego (Skripsi S1 Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo 2019).

(29) 13. Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah BaruCiputat adalah: a. Bimbingan Agama adalah kegiatan untuk menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang baik, berakal budi ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup di akhirat. b. Kecerdasan menghadapi. Spiritual. adalah. kecerdasan. untuk. persoalan. makna. atau. untuk. nilai. menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan untuk jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. c. Fokus Penelitian pada Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat. 2. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka peneliti. merumuskan. masalah. dalam. penelitian. ini,. diantaranya: a. Bagaimana gambaran Karakteristik Responden dan Tingkat Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat? b. Bagaimana hubungan Karakteristik Responden dan Bimbingan Agama dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat?.

(30) 14. c. Apa saja faktor yang berhubungan dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: a. Untuk menggambarkan Karakteristik Responden dan tingkat Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah BaruCiputat. b. Untuk. menganalisis. Responden. dan. hubungan. Bimbingan. Karakteristik. Agama. dengan. Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat. c. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis 1) Untuk menambah kajian ilmu pengetahuan di Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam terutama pada mata kuliah Psikologi Islam. 2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan menjadi sebuah acuan bagi Pembimbing agama maupun penyuluh agama.

(31) 15. yang. mengkhususkan. pembinaan. terhadap. Mualaf. b. Manfaat Praktis 1) Untuk. bahan. evaluasi. penyuluh. dalam. memberikan Bimbingan Agama kepada Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah BaruCiputat 2) Sebagai bahan rujukan, informasi, dan tambahan reverensi bagi mahasiswa, masyarakat dan kalangan berprofesi sebagai pembimbing maupun penyuluh Agama yang ingin mendalami tentang Bimbingan Agama dan Kecerdasan Spiritual Mualaf di Yayasan Mualaf An Naba Center Sawah Baru- Ciputat. D. Tinjauan Kajian Terdahulu Peneliti menemukan beberapa literatur dan tema yang menunjang dengan penelitian yang akan ditulis peneliti sendiri. Yakni diantaranya sebagai berikut: Miftah Riwayanti tahun 2020 tentang Hubungan Bimbingan Agama Terhadap Kondisi Bagi Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha KHusnul Khotimah Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bimbingan agama terhadap kondisi psikis bagi lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru..

(32) 16. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah responden 42 lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel bimbingan agama dan kondisi bagi lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. dengan nilai r tabel 0,257 sehingga r hitung 0,646 sehingga didapat r hitung lebih besar dari r tabel. Kemudian hasil analisis yang diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,631 dan besaran nilai korelasi sebesar 0,60 – 0,799 dengan menunjukkan kategori korelasi kuat. Dengan demikian hipotesis Alternatif (Ha) bahwa terdapat hubungan bimbigan agama terhadap kondisi psikis bagi lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Kekurangan pada penelitian ini, ialah pada rumusan masalah. Pada penelitian ini menggunakan satu rumusan masalah alangkah baiknya agar mendapat hasil yang lebih baik membuat rumusan masalah lebih dari satu seperti apa faktor yang berhubungan dengan psikis lansia. Kelebihan pada penelitian ini ialah pembahasan dibuat begitu rinci dan pada angket instrumenpun. cukup. lengkap. dan. sistematis. sehingga. meminimalisir kesalahan pada pengambilan data dan analisis data. Serta hasil yang didapatpun akan lebih akurat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen. Variabel dependen penelitian tersebut menggunakan kondisi psikis sedangkan penulis menggunakan variabel dependen kecerdasan spiritual. Kemudian sasaran.

(33) 17. penelitian tersebut ialah lansia sedangkan peneliti menggunakan sasaran penelitian mualaf.21 Penelitian Sonia, dkk tahun 2019 tentang Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Spiritual Emosi dengan Kecenderungan. Berperilaku. Delinkuen. pada. Remaja.. Penelitian Sonia, dkk untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kecenderungan berperilaku delinkuen pada remaja. Hasil penelitian ini adalah bahwa kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual berpegaruh secara signifikan terhadap kecenderungan perilaku delinkuen. Dengan nilai t=5.504, nilai sig=0,000 (p<0,05). Dengan sumbangan efektif kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kecenderungan perilaku delinkuen sebesar 34,1% dan 65,9% dan faktor lain.22 Kekurangan dalam penelitian Sonia, Irma, dan Leni adalah kurang terteranya tinjauan teoritis. Ada beberapa teori namun menyatu dengan latar belakang. Alangkah baiknya tinjauan teoritis di terterakan secara terpisah. Kelebihan dalam penelitian tersebut adalah penulisan yang cukup baik, singkat dan mudah di pahami pembaca.. 21. Miftah Riwayanti, Hubungan BImbingan Agama Terhadap Kondisi Psikis bagi Lansia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru, (Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim 2020). 22 Sonia Handayani Putri, Irma Kusuma Salim, & Leni Armayati , Pengaruh Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Emosional dengan Kecenderungan Berperilaku Delinkuen pada Remaja ,2019, Jurnal Vo. 13, No. 1,55-62..

(34) 18. Perbedaan penelitian tersebut dengan ini adalah pada variabel. independen. dan. dependen.. Variabel. independen. penelitian tersebut adalah kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional sedangkan pada penelitian ini penulis menggunakan variabel independen Bimbingan Agama. Begitupun pada variabel dependen, penelitian tersebut menggunakan kecenderungan berperilaku Delinkuen sedangkan penulis menggunakan variabel dependen kecerdasan spiritual. Penelitian Anelvi tahun 2019 tentang Pengaruh Bimbingan Keagamaan Islam Terhadap Perubahan Perilaku Anak Di Panti Asuhan Fajar Iman Azzahra Kota Pekanbaru. Penelitian Anelvi dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh bimbingan keagamaan islam terhadap perubahan perilaku anak di panti asuhan Fajar Iman Azzahra kota pekanbaru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama islam terhadap perubahan perilaku anak di panti asuhan Fajar Iman Azzahra kota Pekanbaru. Dengan berdasarkan Uji Hipotesis maka nilai probabilitas 0,05 ≥ sig (0.05 ≥0,028) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat adanya pengaruh antara bimbingan keagamaan islam terhadap perubahan perilaku anak panti asuhan Fajar Iman Azzahra Kota Pekanbaru. Kekurangan penelitian tersebut kurang rapih dalam segi kepenulisan masih ada beberapa huruf yang kurang dalam.

(35) 19. beberapa kata. Kelebihan penelitian tersebut cukup rinci dalam penjabarannya, serta judul yang dibahaspun cukup jelas. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel independent dan dependen. Variabel dependen penelitian tersebut menggunakan perubahan perilaku sedangkan penulis menggunakan variabel dependen kecerdasan spiritual.23 Ahmad Firdaus, Moh. Wispandono, dan Helmi Buyung dalam jurnalnya meneliti tentang Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual terhadap kinerja Pegawai (Studi pada Kantor Kecamatan Kab. Bangkalan) Tahun 2019. Penelitian Firdaus, Wispandono, dkk dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja pegawai pada kantor kecamatan Kab. Bangkalan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 46 pegawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai kantor kecamatan Kab. Bangkalan hal ini dapat dilihat dengan hasil perhitungan uji t adalah thitung sebesar 3,693> ttabel sebesar 1.68023 dengan nilai signifikan 0,001< 0,05 hingga dapat disimpulkan adanya pengaruh kecerdasan intelektual,. 23. Anelvi Novita Sari Pengaruh Bimbingan Keagamaan Islam terhadap Perubahan Perilaku Anak di Panti Asuhan Fajar Iman Azzahra Kota Pekanbaru. (Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2019)..

(36) 20. kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. Kekurangan pada penelitian ini adalah adanya ketidak rapihan dalam segi kepenulisan ada beberapa huruf yang salah di beberapa kata. Kelebihan pada penelitian ini adalah kelengkapan pembahasan. Sehingga pembaca dapat memahami tulisan dengan baik. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel independen dan dependen, jika di variabel independen ada persamaan dengan penulis yakni kecerdasan spiritual namun pada variabel dependen penelitian tersebut menggunakan kinerja karyawan. Ahmad Irfan dan Ahmad Mubarok dalam Jurnalnya, meneliti tentang Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pelaku Konversi Agama Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecerdasan emosional dan spiritual bagi pelaku Konversi Agama. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field research) dengan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini ialah bahwa gambaran kecerdasan emosional mualaf yang berusia dewasa dalam penelitian ini baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun ekternal, cenderung memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik ketika dibandingkan dengan kecerdasan emosional mereka sebelum berkonversi. Kecerdasan spiritual dalam penelitian ini mualaf yang berusia dewasa baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal menggambarkan bahwa.

(37) 21. mereka. memiliki. kecerdasan. spiritual. yang. lebih. baik. dibandingkan kecerdasan spiritual mereka sebelum berkonversi Kekurangan pada penelitian ini, adalah ada penulisan yang masih sedikit kurang rapih dan ada huruf yang salah dibeberapa kata. Kelebihan pada penelitian ini adalah pembahasan yang dimuat penulis cukup rinci, tabel yang memaparkan perbandingan kecerdsasan spiritual pada setiap responden menjadikan pembaca mengetahui lebih rinci dan dapat lebih mudah dalam memahami penelitian tersebut. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah adanya penambahan kecerdasan emosional pada variabel dependen. sedangkan penulis menggunakan variabel dependen hanya kecerdasan spiritual.24 Ahmad Yusuf Afifurahman dalam skripsinya meneliti tentang Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Tingkat kesadaran Beragama Santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah Jepara Jawa Tengah tahun 2016. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa tingkat kesadaran beragama santri, bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap kesadaran beragama santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah Jepara Jawa Tengah.. 24. Ahmad Irfan & Achmad Mubarok, Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pelaku Konversi Agama (Studi terhadap Mualaf Usia Dewasa) (Jurnal, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia tahun 2017)..

(38) 22. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel bimbingan agama dan kesadaran beragama santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah dengan nilai F hitung sebesar 20,501 % nilai pengaruh bimbingan dengan kesadaran beragama sebesar 32,2%. Kekurangan pada penelitian ini, adalah penelitian ini cukup rinci dan lengkap namun alangkah baiknya dalam pembahasan dibuat lebih ringkas. Kelebihan pada penelitian ini adalah pembahasan yang dimuat penulis cukup rinci dan jelas sehingga pembaca dapat memahami penelitian tersebut. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen. Variabel dependen penelitian tersebut menggunakan. kesadaran. beragama. sedangkan. penulis. menggunakan variabel dependen kecerdasan spiritual.25 Dewi Egatri dalam skripsinya membahas tentang Pengaruh Aktivitas. Menghafal. Al-Qur’an. terhadap. Kecerdasan. Spiritual Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an Desa Banjar Rejo, Lampung Timur tahun 2019. Penelitian Dewi dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara aktivitas penghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an.. 25. Ahmad Yusuf Afifurrohman, Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Tingkat Kesadaran Beragama Santri di Pondok Pesantren Nurul Hikmah (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, FIDIK, Uin Jakarta 2016).

(39) 23. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara aktivitas penghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan spiritual santri dengan nilai hitung menunjukkan nilai kolerasi sebesar 0,545 dan hasil hitung pengaruh aktivitas menghafal AlQur’an dengan kecerdasan spiritual sebesar thitung 2,47 > ttabel 1,6839 dan nilai signifikannya -0,806<0,05. Kekurangan pada penelitian ini adalah pada segi sistematika kepenulisan masih kurang tepat seperti pada line spacing dan paragraf yang sedikit kurang pas. Kelebihan pada penelitian ini adalah isi pada skripsi ini cukup lengkap dan gamblang sehingga dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada. variabel. independen.. Variabel. independen. tersebut. menggunakan aktivitas menghafal al-Qur’an sedangkan penulis menggunakan variabel independen Bimbingan Agama.26 E. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini berpedoman pada pedoman penulisan karya ilmiah di mana di dalamnya membahas tentang skripsi, tesis, dan disertasi serta buku ceqda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017, yang diterbitkan oleh UIN Syarif. Dewi Egatri, Pengaruh Aktivitas Menghafal Al-QUr’an terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an Desa Banjar Rejo, Lampung Timur (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Guru MI, Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Metro 2019) 26.

(40) 24. Hidayatullah Jakarta. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu: BAB I. PENDAHULUAN Isi bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA pembahasan pada bab ini peneliti akan mebahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu, teori mengenai peran, pembimbing agama, meningkatkan, kecerdasan spiritual, remaja dan mualaf.. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, sumber data, populasi dan sampel, hipotesis penelitian, definisi operasional variabel, Teknik pengumpulan data, uji validitas instrumen, uji reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Isi bab ini terdiri dari gambaran umum Pesantren Mualaf Yayasan Naba Center Sawah Baru- Ciputat.

(41) 25. yang meliputi sejarah berdirinya Pesantren Mualaf, visi, misi dan tujuannya, program-program serta struktur kepengurusan Pesantren Mualaf Yayasan Naba Center Sawah Baru- Ciputat. Hasil penelitian menjelaskan temuan dan analisis data tentang hubungan bimbingan agama terhadap kecerdasan spiritual mualaf, data-data hasil penelitian, datadata hasil peneitian, hasil angket, identifikasi responden, deskripsi hasil penelitian, dan analisis data. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan kesimpulan penelitian dan saran dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan.. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.

(42) 26. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Agama 1.. Pengertian Bimbingan “bimbingan”. Istilah. menurut. Winkel. dalam. Tohirin. menyatakan bahwa “bimbingan” merupakan terjemah dari kata “guidance”, yang kata dasarnya “guide” memiliki beberapa arti: menunjukkan jalan, memimpin, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat.27 istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan maupun pertolongan. Secara etimologis, bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan. Tetapi tidak semua bantuan,. tuntunan. atau. pertolongan. berarti. konteksnya. bimbingan.28 Secara. harfiyyah. “bimbingan”. adalah. “menunjukkan,. memberi jalan, atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang.29 Miller dalam Tohirin menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu. yang. dibimbing. mencapai. kemandirian. dengan. mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian. 27 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007) hal.16. 28 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon Press,1982) hal.1. 29 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007) hal.16..

(43) 27. nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dalam berdasarkan norma-norma yang berlaku.30 Bimbingan adalah berupa bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.31 Agama terbagi dalam 2 aspek diantaranya, yakni: 1). Aspek subyektif (pribadi manusia) Agama mengandung arti tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin, yang dapat mengatur, maupun mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta alam sekitarnya.. 2). Aspek objektif (doktrinair) agama dalam arti ini mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut.32. Menurut M. Arifin dalam bukunya Pedoman pelaksanaan Bimbingan. dan. Penyuluhan. Agama. menjelaskan. bahwa. bimbingan agama dapat diartikan sebagai “usaha pemberian. 30 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), hal.17. 31 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis Integrasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), hal.20. 32 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon Press,1982), hal.2..

(44) 28. bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan, di masa kini dan masa mendatang berupa pertolongan dibidang mental spiritual. Dengan maksud. membantu. seseorang mampu mengatasi. kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan yang maha esa.33 Bimbingan agama secara garis besar adalah proses pemberian berupa bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing secara berkelanjutan dan sistematis. Membantu dalam memecahkan masalah maupun segala persoalan hidup. Bertujuan untuk. mencapai. kemampuan. dalam. mengendalikan. dan. menyelesaikan berbagai persoalan baik pada diri sendiri maupun lingkungan masyarakat. Sehingga tercapainya kebahagiaan dunia maupun ahirat. 2. Tujuan Bimbingan Agama Tujuan bimbingan agama menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky dalam Tohirin merinci tujuan bimbingan Agama Islam sebagai berikut:34 a.. Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, kebersihan jiwa dan mental.. 33. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon Press,1982), hal.2. 34 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integritasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 38..

(45) 29. b.. Menghasilkan. suatu. perubahan,. perbaikan,. dan. kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, maupun lingkungan. c.. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi. (tasammukh),. kesetiakawanan,. tolong. menolong dan rasa kasih sayang. d.. Untuk menghasilkan ilahiyah, sehingga dengan potensi tersebut individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan. kemanfaatan. dan. keselamatan. bagi. lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan penjelasan di atas secara garis besar tujuan bimbingan agama adalah untuk menghasilakan perubahan kesehatan maupun kebersihan jiwa dan mental serta mengasilkan kecerdasan emosi dan ilahiyah yang tinggi agar dapat maksimal menjalankan peran sebagai kholifah dan membuat perubahan yang bermanfaat baik lingkungan maupun berbagai aspek kehidupan dengan demikian tujuan bimbingan agama merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang sempurna dan optimal (kaffah dan insan kamil).35. 35. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integritasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 38..

(46) 30. 3. Fungsi Bimbingan Agama Menurut Sukardi Fungsi bila ditinjau dari segi sifatnya, bimbingan agama mempunyai 5 fungsi, yakni:36 a.. Fungsi prefentif (pencegahan), yaitu layanan bimbingan sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.. b.. Fungsi penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang berfungsi. untuk. dapat. mengembangkan. dan. memberikan kesempatan penyaluran bakat maupun potensi yang dimiliki terbimbing. c. Fungsi penyesuaian, yaitu layanan bimbingan yang membantu terciptanya penyesuaian antara terbimbing dan lingkungannya. d. Fungsi perbaikan, yaitu berupa layanan bimbingan dalam memberikan bantuan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi terbimbing. e. Fungsi pengembangan, yaitu layanan bimbingan yang diberikan. dapat. membantu. terbimbing. dalam. mengembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan mantap. 4. Materi Bimbingan Agama Tujuan bimbingan agama ialah terbimbing yang mengalami kesulitan agar mampu menghindarkan diri dari segala gangguan mental spiritual, serta mampu mengatasinya dengan nilai-nilai atau. 36. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995) hal. 9..

(47) 31. ajaran agama yang telah mendasari kehidupannya secara pribadi. Materi bimbingan haruslah inti pokok bimbingan antara lain meliputi masalah keimanan (aqidah), keislaman (syari’ah), dan ikhsan (akhaq).37 a.. Keimanan (Aqidah) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, keimanan (Aqidah). yaitu sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati dan diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.38 Iman adalah ucapan hati dan lisan yang disertai perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang pada Sunnah Rasulullah SAW. Iman atau aqidah adalah suatu yang di yakini secara bulat tidak diikuti keragu-raguan. sedikitpun.. Keyakinan. ini. dapat. menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan maupun perbuatan. Hal ini bertumpu pada kepercayaan dan keyakinan yang sungguh-sungguh akan keesaan Allah.39. 37. Zuhaini Dkk, Metodik khusus pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal.60. 38 Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengajian dan Pengakaman Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1993), hlm. 1-2 39 Muhammad Syekh At-tamini, Kitab Tauhid, Yayasan Sosial Ibrahim dan kementrian Urusan Islam (Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi: 1996), hlm. 24..

(48) 32. Seseorang secara otomatis dari dalamnya akan melakukan sesuatu kejelekan karena takut diketahui orang lain, karena dia malu kepada Allah. Sehingga dia menjadi orang yang bertakwa.40 Keislaman (syari’ah). a.. Menurut Mahmud Syaltut dalam Al-Islam Aqidah wa Syari’ah menyebutkan kata syari’ah berarti jalan menuju sumber air yang tidak pernah kering. Kata syari’ah juga diartikan sebagai jalan yang terbentang lurus. Syariat merupakan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Bagi hambanya agar mereka mengimani, mengamalkan, dan berbuat baik dalam hidupnya. Sebagai mana firman Allah dalam surah Al- Jasiyah ayat: 18 yang berbunyi: َ‫ل تَتَّبِعَۡ أ َ ۡه َوآَٰ ََء ٱلَّذِينََ َل‬ َ َ ‫علَىَ ش َِريعَةَ ِمنََ ۡٱۡلَمۡ َِر فَٱتَّبِعۡ َها َو‬ َ ََ‫ث ُ ََّم َجعَ ۡلنَك‬ ١٨ ََ‫يَعۡ لَ ُمون‬ Artinya: Kemudian kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.41 Berdasarkan. syariat. ibadah. bahwa. amal. yaitu. mengerjakan setiap perkara yang disyariatkan oleh Allah dan. 40. Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (CrHaji Masagung, Jakarta: 1969), hal. 57. 41 Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan AlHilali, Tangerang Selatan: PT Media Insan Pustaka, hal. 500..

(49) 33. mengikuti apa yang diserukan oleh rasulnya, meliputi segala perintah dan larangannya, yang dihalalkan dan diharamkan. Inilah yang mendekati unsur taat dan tunduk kepada Allah.42 Apabila diperhatikan dari definisi di atas maka dalam beribadah tergantung kepada beberapa pokok diantaranya: a) Adanya suatu perbuatan b) Dilakukan oleh orang muslim c) Maksud dari perbuatan itu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Yaitu terdapat dalam pokok-pokok ibadah yang diwajibkan, yakni sholat lima waktu, zakat, puasa di bulan Ramadhan dan disusul dengan ibadah bersuci (tharah) yang merupakan kewajiban yang menyertai pokok ibadah itu.43 b.. Ikhsan (akhlaq) Akhlak berasal dari bahasa Arab, dari kata akhlaqa,. yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf ilu if alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al’adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).44 Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak atau Khuluq 42. Qardawi Yusuf, Konsep Ibadah dalam Islam (Central Medika: Surabaya, 1991) hal.36. 43 Nasrudin Razak, Dinul Islam (Al- Ma’arif: Bandung, 1989), hal. 117. 44 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 1..

(50) 34. kedua-duannya dijumpai pemakaiannya tertera dalam AlQur’an surah Al- Qalam 68: 4 yang berbunyi: َ ٤ َ‫عظِ يم‬ َ َ‫َوإِنَّكََ لَعَلَىَ ُخلُق‬ Artinya: Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur. 45 Dari ayat Al-Qur’an di atas kata khuluq untuk arti budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at. Menurut imam Al- Ghazali dari Ibn. Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.46 Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Jika tujuan tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin kemudian dapat melahirkan perbuatan yang terpuji. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahir keadaan masyarakat yang damai, harmonis, rukun, sejahtera lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat. Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan AlHilali, Tangerang Selatan: PT Media Insan Pustaka, hal. 564. I Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al- Fikr, t.t), hal. 56. 45.

(51) 35. beraktivitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. 5. Metode Bimbingan Agama Dalam surah An- Nahl ayat 125: َ ‫سبِي ِلَ َربِكََ بِ ۡٱلحِ ۡك َم َِة َو ۡٱل َم ۡو ِع‬ ‫سنَ َِة َو َجد ِۡل ُهم بِٱلَّتِي‬ َ ‫ظ َِة ۡٱل َح‬ َ َ‫ٱ ۡدعَُ إِلَى‬ َ َ ‫سبِي ِلِۦه َوه ََُو أ ۡعلَ َُم‬ َ‫ع‬ ََّ ‫ض‬ ََّ ‫ن ِإ‬ َُ ‫س‬ ََ ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ن َربَّكََ ه ََُو أ ۡعلَ َُم بِ َمن‬ َ ‫ن‬ َ ۡ‫ِي أَح‬ ١٢٥ ََ‫ِب ۡٱل ُمهۡ تَدِين‬ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.47 Ayat tersebut menjelaskan bahwa mencapai tujuan berdakwah atau membimbing haruslah dengan cara yang tepat dan baik agar tujuan bimbingan dapat tercapai. Secara harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Kemudian hakikat pengertian dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.48. Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan AlHilali, Tangerang Selatan: PT Media Insan Pustaka, hal. 281. 48 M. Arifin, pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), hal. 43. 47.

(52) 36. Sarana di sini dapat bersifat fisik maupun non fisik. Seperti alat peraga berupa media yang dapat menunjang kegiatan bimbingan, serta suatu media pembelajaran yang dapat menambah kemampuan bagi terbimbing. Penjelasan tentang “metode” di atas dapat di pahami bahwa metode bimbingan agama adalah sebuah jalan untuk sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama maka metode yang digunakan dalam proses bimbingan agama diantaranya: a.. Ceramah Metode ceramah yaitu penjelasan yang bersifat umum,. cara ini lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance) tetapi pembimbing tetap berupaya untuk menyesuaikan materi/ pembahasan yang disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam.49 b.. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara atau teknik yang. digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing.50. 49 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 136. 50 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal.122..

(53) 37. Wawancara dapat berjalan dengan dengan baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada yang dibimbing. 2) Pembimbing harus yang dapat dipercaya oleh seseorang yang dibimbing 3) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dana man serta santai kepada seorang yang dibimbing.51 Selain metode di atas, dalam perspektif Al-Qur’an ada metode yang biasa dilakukan, yakni: 1) Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-orang yang terpelajar, intelek dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama. 2) Metode. “bil-mujadalah”,. digunakan. untuk. perdebatan. menunjukkan. yang dan. membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional. 3) Metode “bil-mauidzh”,. yang menunjukkan. contoh yang benar dan tepat, agar yang di. 51. M. Arifin, pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), hal. 45..

(54) 38. bimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasannya akan teori yang masih baku (tekstual). 52 B. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Menurut Khavari kecerdasan spiritual adalah fakultas dari semua dimensi non-material kita ruh manusia. Kita harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat di tingkatkan dan juga di turunkan. Akan tetapi, kemampuan untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.53 Menurut Zohar dan Marshal, kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai. 52 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 135-136. 53 Danah Zohar dan Ian Marshal Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistikuntuk memkaai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), hal.12..

(55) 39. bahwa tindakan untuk jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.54 Menurut Ginanjar Agustian menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (Integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”. Dan ESQ dalam bukunya, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif.55 Berdasarkan teori tersebut, maka dalam penelitian ini kecerdasan spiritual adalah seseorang yang memaknai dan memberikan nilai yang luas untuk jalan hidupnya, segala kegiatan dan perilaku seseorang semata-mata karena ibadah. Dan meyakini bahwa segalanya “hanya karena Allah”. 2. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Tanda-tanda kecerdasan spiritual seseorang yang telah berkembang dikutip dari bukunya Danah Zohar dan Ian Marshal Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan yakni sebagai berikut:56. 54. Danah Zohar dan Ian Marshal Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistikuntuk memkaai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), hal. 24. 55 Ary Ginanjar Agustian Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spirtual (Jakarta: Arga, 2001), hal. 47. 56 Danah Zohar dan Ian Marshal Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistikuntuk memkaai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), hal. 8.

(56) 40. a.. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). b.. Tingkat kesadaran diri. c.. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. d.. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. e.. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. f.. Keengganan untuk menyebabkan keinginan yang tidak perlu. g.. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan “holistik”). h.. Kecenderungan untuk melihat bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” Untuk mencari jawabanjawaban yang mendasar.. i.. memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konversi seseorang yang tinggi kecerdasan spiritualnya juga cenderung menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian yakni seseorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada. orang. penggunaannya.. lain. yang. memberikan. petunjuk.

(57) 41. Menurut Roberts A. Emmons yang dikutip oleh Abd. Wahab H.S dan umiarso ciri-ciri seseorang yang cerdas spiritualnya yakni:57 a.. Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material. b.. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak. c.. Kemampuan untuk mengsakralkan pengalaman seharihari. d.. Kemampuan. untuk. menggunakan. sumber-sumber. spiritual guna menyelesaikan masalah e.. Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki kasih sayang yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan. Seperti,. memberi. maaf,. bersyukur,. atau. mengungkapkan terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. 3.. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Dalam bukunya Ary Ginanjar Agustian yang berjudul Sukses. membangun ESQ. Robert K Coopers, PhD dan Ayman Sawaf memberikan sebuah metode untuk meningkatkan kecerdasan spiritual yaitu:58 meluangkan waktu dua tau tiga menit dan bangun. 57. Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal.181-182. 58 Ary Ginanjar Agustian Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spirtual (Jakarta: Arga, 2001), hal. 281..

(58) 42. lima menit lebih awal dari biasanya. “duduklah dengan tenang, pasang telinga hati, keluarlah dari pikiran dan masuklah ke dalam hati, yang terpenting di sini menulis apa yang dirasakan.” Menurut pengamatan Coofer dan Sawaf, cara-cara seperti ini secara langsung mendatangkan kejujuran emosi (dari dalam hati), mengadirkan. nilai-nilai. kebijaksanaan. dalam. jiwa,. dan. menghantarkannya hingga dapat menggunakannya secara efektif. Menurut para peneliti, pengamatan terhadap khazanah hati itu dapat lebih banyak memberi “makna” pada hari-hari panjang, serta kehidupan secara umum. Kecerdasan spiritual bersumber dari suara hati. Sedangkan suara hati itu ternyata cocok dengan nama serta sifat-sifat ilahiah yang “terekam” dalam jiwa setiap manusia. Sifat-sifat tersebut adalah dorongan ingin mulia, dorongan ingin belajar, dorongan ingin bijaksana, dan dorongan-dorongan lainnya yang bersumber dari Asmahul Husna. Shalat, berisikan pokok-pokok pikiran serta bacaan suci mengenai suara-suara hati itu sendiri. Contoh, ucapan “Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, Maha Tinggi Allah, Maha Mendengar Allah, dan Maha Pengasih dan Penyayang”. Yang akan menjadi “reinforcement” atau “pengakuan kembali” dari kekayaan sifat-sifat mulia yang telah ada dalam diri kita. Ketika kondisi di atas telah dilakukan secara baik, maka shalat akan menjadi solusi “energizing” yang akan mengisi jiwa baik sadar maupun tak sadar melalui mekanisme refetitive magic power, yang berujung pada pemilikan tingkat kecerdasan spiritual.

(59) 43. yang tinggi (berakhlak mulia), yang merupakan syarat utama keberhasilan dan merupakan metode pengasahan god spot manusia.59 Danah Zohar dan Ian marshal menjelaskan agar seseorang memiliki kecerdasan spiritual secara utuh, terkadang kita harus melihat wajah neraka, mengetahui kemungkinan untuk putus asa, menderita, sakit, kehilangan dan tetap tabah menghadapinya.60 4.. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian marshal otak manusia selalu. berkembang untuk menuju perubahan yang bermanfaat bagi kehidupannya, begitu juga dengan adanya perkembangan kecerdasan spiritual dalam diri manusia. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat kecerdasan spiritual untuk berkembang, diantaranya:61 a.. Adanya ketidak seimbangan id, ego dan super ego. b.. Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi anaknya. c.. Mengharapkan sesuatu yang terlalu banyak. d.. Adanya ajaran yang mengajarkan menekan insting. 59. Ary Ginanjar Agustian Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spirtual (Jakarta: Arga, 2001), hal. 281. 60 Danah Zohar dan Ian Marshal Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistikuntuk memkaai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), hal. 13. 61 Nurmala Rawa, Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Menyimpang Siswa Kelas VIII di Mts Al Washiliyah Tembung (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018).

(60) 44. e.. Adanya aturan moral yang menekan insting alamiah. f.. Adanya luka jiwa yang menggambarkan pegalaman menyangkut perasaan terbelah, terasing, dan tidak berharga.. Danah Zohar dan Ian Marshal mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual, yaitu:62 a.. Sel saraf otak Otak menjadi jembatan antara batin dan lahiriah kita. ia. mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adiptif dan mampu mengorganisasian diri. Penelitian yang dilakukan pada era 1990an dengan menggunakan WEG (Magneto- Encephalo- Graphy) membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual. b.. Titik Tuhan Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya. bagian dalam otak yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman religius atau spiritual berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik Tuhan atau God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu. 62. Zohar & Marshal (2007) SQ: kecerdasan spiritual (Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani, Ahmad Baiquini. Terjemahan), Bandung, PT Mizan Pustaka. Buku asli diterbitkan tahun 2000, hal. 35-83..

Referensi

Dokumen terkait