• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN JAKSA DALAM PEMBATALAN PERKAWINAN (Studi Pasal 26 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEWENANGAN JAKSA DALAM PEMBATALAN PERKAWINAN (Studi Pasal 26 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974)"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Loading

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa di dalam Pasal 65 ayat (1) huruf (b) dan (c) UU Perkawinan, pada pokoknya isteri kedua dalam perkawinan poligami tidak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa akibat hukum dari status perkawinan poligami yang tidak diizinkan oleh istri pertama tidak sah, dan status hukum sebagai

UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, sebagai konsekuensi hukum dari Pasal 1909 ayat (3) KUHPerdata dan diatur pula pada Pasal 16 ayat (1) huruf e

Dari Pasal 28 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan itikad

Lebih lanjut terkait UU Perkawinan, ketentuan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dan bersifat diskriminatif secara hukum, karena

Pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwasannya tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, sahnya perkawinan menurut UUP adalah apabila

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interpretasi Pasal 5 Ayat (2) Undang- Undang

1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2 dijelaskan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.” KHI juga menenkankan aturan tentang keharusan pencatatan