BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian. Namun mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti (Tahun)
Judul Peneliti
Pendekatan dan
Analisis
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Hafiz
(2019)
Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan PDB terhadap Neraca Transaksi Berjalan (2010Q1- 2018Q4)
uji statistik dan uji asumsi klasik
pengaruh nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap neraca transaksi berjalan.
Sedangkan inflasi dan produk domestik bruto mempunyai
Uji statistik
Uji Ordinary Least Square (OLS) dan uji asumsi klasik autokorelasi
nilai negatif terhadap neraca transaksi berjalan.
Variabel neraca transaksi berjalan, nilai tukar, inflasi dan produk domestik bruto
Data variabel tahun 2010Q1- 2018Q4
2 Fajarwati (2010)
Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil dan Produk Domestik Bruto Terhadap Neraca Transaksi Berjalan Di
Indonesia Tahun 1988:1 – 2007:4
uji statistik dan uji asumsi klasik
variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri
berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan.
Sementara variabel investasi asing
berpengaruh negatif terhadap neraca
uji statistik dan uji asumsi klasik
Variabel investasi asing dan utang luar negeri
Neraca transaksi berjalan, nilai tukar, dan PDB
Hasil
analisis data variabel PDB
berpengaruh positif
transaksi berjalan.
Data variabel tahun 1988Q1- 2007Q4
3 Santosa
(2010)
Pengaruh Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Neraca Transaksi Berjalan
Ordinary Least Square (OLS) dan Uji Asumsi Klasik
fluktuasi Rupiah (depresiasi) menyebabkan harga barang luar negeri naik sehingga cenderung menurunkan import, Variabel GDP juga berpengaruh terhadap Neraca Transaksi Berjalan.
Variabel nilai tukar dan PDB
Variabel Inflasi
Uji asumsi klasik
Uji Ordinary Least Square (OLS) - Data variabel tahun 2004- 2007
B. Landasan Teori
1. Neraca Transaksi Berjalan
Neraca keseluruhan akan menunjukkan apakah neraca pembayaran dalam keadaan surplus atau defisit. Defisit dalam neraca pembayaran akan mengurangi cadangan, dan surplus dalam neraca pembayaran akan menambah cadangan valuta asing. Apabila neraca pembayaran terus mengalami surplus dengan sendirinya maka akan semakin bertambah cadangan valuta asing. Sebaliknya, defisit neraca pembayaran yang berkepanjangan cenderung akan mengurangi cadangan valuta asing dan menyebabkan kemerosotan nilai mata uang negara.
Maka akan menyebabkan pengangguran menjadi semakin buruk dan tingkat inflasi semakin cepat. (Sukirno, 2016)
Neraca berjalan mencatat transaksi ekspor dan impor barang tampak, ekspor dan impor jasa dan pembayaran pindahan neto ke luar negeri. Neraca keseluruhan menggambarkan jumlah aliran neto yang dicatat di ketiga kelompok yaitu transaksi berjalan, transaksi modal dan selisih perhitungan. Walaupun aliran modal dan ekspor dan impor jasa menggambarkan keadaan yang kurang menggalakkan dan memprihatinkan, neraca keseluruhan masih yang semakin membaik. Faktor utama yang menyebabkan aliran yang menggalakkan tersebut adalah membaikan dalam neraca perdagangan, yang telah mengalami peningkatan yang sangat besar. Surplus neraca perdagangan yang besar tersebut mampu menutupi defisit dalam neraca perdagangan jasa dan defisit dalam aliran modal. Surplus yang besar dalam neraca perdagangan menyebabkan pula perubahan neraca transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus. (Sukirno, 2016) Neraca pembayaran adalah neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara satu negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun tertentu. (Sukirno, 2002)
Neraca pembayaran atau Balance of Payment (BOP) adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan
internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang domestik. (Tambunan , 2001)
Untuk mengetahui berapa neraca pembayaran suatu negara, kita memerlukan sebuah formula atau rumus untuk menghitungnya.
BOP = (X-M) + (CI-CO) + (FB) Keterangan:
BOP = Neraca pembayaran
(X-M) = Ini merupakan rumus untuk menghitung neraca transaksi berjalan, dengan cara menghitung selisih antara ekspor (X) dan impor (M) barang dan jasa.
(CI-CO) = Neraca transaksi modal bisa dihitung dengan cara menghitung selisih antara capital inflow (CI) dan capital outflow (CO).
FB = Neraca cadangan resmi dari suatu negara.
Dalam keadaan nilai yang seimbang, neraca pembayaran (BoP) = 0, maka cadangan resmi negara adalah :
0 = (X - M) + (CI - CO) + FB
sehingga cadangan resmi negara adalah sebagai berikut : (X - M) + (CI - CO) = - FB
Sedangkan dalam keadaan nilai yang tidak seimbang, maka neraca pembayaran akan menjadi surplus atau defisit. Sebagai contoh :
BoP = (X - M) + (CI - CO) + FB
Jika (X - M) < 0 dan (CI - CO) = 0, sedangkan FB = 0, maka :
(X - M) + 0 + 0 < 0
BoP < 0 artinya BoP mengalami defisit. Perhitungan diatas menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan defisit dan neraca modal adalah sama dengan nol, maka BoP akan menjadi kurang dari nol (mengalami defisit).
a. Komponen-Komponen Neraca Transaksi Berjalan
Meunurut Tulus T.H. Tambunan, neraca transaksi berjalan (current account) merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa. Komponen- komponen yang termuat dalam neraca pembayaran adalah sebagai berikut (Tulus T.h. Tambunan, 2001):
a. Current account terdiri atas neraca perdagangan (balance of trade), neraca jasa (service account), dan neraca transaksi sepihak (unilateral account).
b. Transaksi ekspor pada current account dicatat sebagai transaksi kredit atau positif karena menghasilkan devisa.
c. Transaksi impor pada current account dicatat sebagai transaksi debit atau negatif karena mengeluarkan devisa.
1. Balance of Trade (Neraca Perdagangan)
Neraca perdagangan mencatat transaksi ekspor dan impor di antara dua negara atau lebih. Terdapat tiga kemungkinan yang terjadi pada neraca perdagangan, yaitu surplus, defisit, atau seimbang. Dalam neraca ini dicatat seluruh transaksi ekspor dan impor barang dengan ketentuan sebagai berikut: sebagai transaksi kredit atau positif
a. impor barang dicatat sebagai transaksi debit atau negatif.
2. Service Account (Neraca Jasa)
Neraca jasa mencatat transaksi jasa dari atau kepada negara lain.
Transaksi yang dimasukkan ke dalam neraca jasa adalah seluruh transaksi ekspor dan impor jasa seperti tenaga kerja, pengiriman uang, biaya transportasi, biaya asuransi, dan pariwisata. Transaksi yang dimasukkan ke dalam neraca jasa adalah seluruh transaksi ekspor dan impor jasa yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. pembayaran bunga, b. biaya transportasi
c. biaya asuransi,
d. remittance (jasa TKI/TKW/TKA, fee/royalty teknologi dan konsultasi),
e. tourisme.
C. Unilateral Account (Neraca Transaksi Sepihak)
Neraca unilateral mencatat transaksi sepihak berupa hadiah atau bantuan sosial yang diterima atau diberikan dari/ke luar negeri tanpa kewajiban untuk membayar kembali. Neraca ini merupakan transaksi sepihak yang umumnya terdiri atas bantuan sosial yang diterima atau diberikan dari/ke luar negeri, tanpa kewajiban untuk membayar kembali.
D. Capital Account (Neraca Modal)
a. Capital account ini terdiri atas ekspor dan impor modal, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
b. Penjumlahan saldo current account ditambah saldo transaksi impor/ekspor modal jangka panjang.
c. Berbeda dengan pencatatan pada current account maka dalam capital account berlaku ketentuan sebagai berikut: transaksi impor modal dicatat sebagai transaksi kredit atau positif, dan transaksi ekspor modal dicatat sebagai transaksi debit atau negatif.
5. Reserve Account (Perubahan Cadangan Devisa)
Reserve account adalah neraca yang menunjukkan perubahan cadangan atau saldo devisa yang diperoleh dari tahun yang bersangkutan dari hasil penjumlahan saldo current account dan saldo capital account.
Neraca pembayaran Indonesia atau neraca pembayaran luar negeri dapat diperoleh dari beberapa penerbitan resmi, diantaranya sebagai berikut.
a. Nota keuangan dan RAPBN yang diterbitkan setahun sekali untuk masing-masing tahun anggaran oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia.
b. Bank Indonesia: Laporan tahun pembukuan, yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing-masing tahun anggaran oleh Bank Indonesia
c. Statistik Ekonomi–Keuangan lndonesia, yang diterbitkan dua bulan sekali oleh Bank Indonesia.
d. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setahun
sekali.
e. Indikator Ekonomi, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik sebulan sekali.
b. Cara Menghitung Transaksi Berjalan
Neraca transaksi berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi yang sedang berjalan menunjukkaan bahwa ekspor lebih besar dari impor, ini berarti bahwa suatu negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo positif dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defsit dalam neraca transaksi yang sedang berjalan berarti impor lebih besar dari ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Neraca transaksi yang sedang berjalan dengan demikian sangat erat hubungannya dengan penghasilan nasional, sebab ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional. Persamaan dari pendapatan nasional dapat dilihat sebagai berikut (Nopirin, 1997):
Y = C + I + G + X – M
Di mana Y adalah pendapatan nasional, C untuk pengeluaran konsumsi, I adalah untuk pengeluaran investasi (swasta), G adalah pengeluaran pemerintah, dan X – M adalah neraca perdagangan neto. X – M positif berarti (C + I + G) < Y, artinya bahwa suatu negara menghasilkan lebih banyak dari yang digunakan sehingga kelebihannya dijual di luar negeri. X – M negatif berarti negara itu pengeluarannya lebih besar dari yang dihasilkan, selanjutnya ini merupakan penjelasan bahwa neraca transaksi berjalan sangat penting dalam neraca pembayaran internasional.5
Krugman menyatakan pada kenyataanya perdagangan luar negeri suatu negara jarang seimbang. Selisih antara ekspor barang dan jasa (X) serta impor barang dan jasa (M) disebut sebagai neraca transaksi berjalan (current account, dengan simbol CA). Persamaannya dapat ditulis:
CA = X – M
Berdasarkan persamaan di atas neraca transaksi berjalan sebagai catatan selisih ekspor dan impor yang merupakan pendapatan nasional. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa transaksi berjalan sama dengan selisih antar pendapatan nasional (Y) dengan pengeluaran penduduk domestik (C + I + G), sehingga persamaanya sebagai berikut:
Y – (C + I + G) = CA
Perekonomian tertutup mengasumsikan bahwa tabungan dan investasi harus senantiasa sama S = I, namun dalam perekonomian terbuka tabungan dan investasi bisa saja berbeda karena ada suatu perdagangan dengan negara lain. Persamaan mengenai tabungan nasional S = Y – C – G dan transaksi berjalan maka dapat membuat suatu persamaan:
S – I = CA
Persamaan di atas menunjukkan bahwa suatu perekonomian terbuka dapat menabung baik dengan cara menumpuk cadangan modalnya atau dengan menciptakan kekayaan luar negeri dengan investasi atau melalui pinjaman luar negeri.
Hubungan antara neraca transaksi berjalan dengan pendapatan nasional, investasi dan saving, sehingga persamaan neraca transaksi berjalan dalam sebuah perekonomian terbuka berdasarkan persamaan di atas adalah(Dalgin 2013) :
CA = Y – (C + I + G) = S – I 2. Faktor Yang Mempengaruhi Necara Transaksi Berjalan
a. Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan salah satu yang mempengaruhi neraca transaksi berjalan di Indonesia. Apabila nilai tukar rupiah (kurs) mengalami depresiasi (penurunan nilai mata uang domestik) akan menyebabkan harga barang luar negeri naik sehingga cenderung menurunkan impor dengan begitu neraca transaksi berjalan mengalami surplus. Sebaliknya jika nilai tukar rupiah (kurs) mengalami apresiasi (kenaikan nilai mata uang domestik) akan menyebabkan harga barang luar negeri turun sehingga cenderung akan menaikan impor dan
mengurangi ekspor. Hal tersebut berpengaruh pada neraca transaksi berjalan yang akan mengalami defisit. (Sukirno, 2010)
Indonesia mengalami surplus dalam neraca pembayaran, karena penduduk Amerika menawarkan lebih banyak dolar US jika dibandingkan dengan jumlah dolar US yang diminta Indonesia. Oleh karena itu, kurs pertukaran yang ditetapkan oleh pemerintah selalu berbeda dengan kurs yang ditetapkan oleh pasar bebas, maka dalam sistem kurs pertukaran tetap, neraca pembayaran akan cenderung dalam keadaan tidak seimbang. (Sukirno, 2016)
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004).
Nilai tukar mata uang (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing (Sukirno,2002).
Sejumlah pembelanjaan domestik juga meliputi pembelian produk impor meskipun tidak sebanyak pembelian atas barang dan jasa produksi domestik.
Sementara itu, produk luar negeri yang dikonsumsikan itu lebih condong pada kondisi barang dan jasa dari negara asalnya. Untuk mengetahui perubahan harga relatif output nasional tersebut mempengaruhi transaksi berjalan, harus diketahui pengaruhnya terhadap ekspor. Jika EP*/P meningkat, misalnya secara relatif produk luar negeri menjadi lebih mahal daripada produk domestik; setiap unit output domestik kini hanya dapat membeli lebih sedikit output luar negeri.
Konsumen akan menanggapi pergeseran harga ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita. Reaksi ini selanjutnya meningkatkan ekspor dan cenderung memperbaiki transaksi berjalan domestik.
b. Inflasi
Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian suatu negara.
Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai tukar valuta asing. Selain itu inflasi juga menyebabkan harga-harga dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri, oleh karena itu inflasi berkecenderungan
menambah impor. Inflasi juga dapat menyebabkan harga barang ekspor menjadi mahal, sehingga inflasi berkecenderungan untuk mengurangi ekspor.
Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan neraca transaksi berjalan defisit. Jika terjadi inflasi pada suatu negara lebih tinggi dari negara mitra dagangnya, maka nilai ekspor akan berkurang dan nilai impor akan meningkat karena sebagian besar ekspor di Indonesia masih menggunakan bahan baku impor yang menyebabkan ekspor tidak bisa naik sehingga berpengaruh langsung terhadap saldo transaksi berjalan. (Tambunan, 2001)
Inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga karena musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut sebagai inflasi. (Boediono, 2001)
Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sementara itu para ekonom modern mendefinisikannya sebagai kenaikkan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi, yaitu kecenderungan terjadinya penurunan harga umum dan terus menerus. (Naf’an, 2014)
Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia pada jangka pendek, tetapi berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik pada jangka panjang. (Lapian, 2018) Laju inflasi dibawah 10 persen merupakan kategori inflasi ringan atau rendah.
Tingkat inflasi rendah tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Selain itu pemerintah cukup tanggap dengan peningkatan harga dalam hal ini inflasi, mulai dari daerah dengan adanya Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID sehingga tingkat inflasi masih stabil berkategori rendah. (Effendy, 2014)
Jika laju inflasi sebuah negara meningkat relatif terhadap inflasi negara- negara pada mitra dagangnya, maka neraca berjalannya akan menurun (dengan asumsi hal-hal lain tidak berubah). Konsumen dan kerja sama/persekutuan
dalam negara tersebut akan membeli lebih banyak barang dari luar negeri (karena tingginya inflasi lokal). (Jeff Madura, 2000)
Jika terjadi inflasi pada suatu negara lebih tinggi dari negara mitra dagangnya, maka nilai ekspor akan berkurang dan nilai impor akan meningkat sehingga berpengaruh langsung terhadap saldo transaksi berjalan. (Tambunan, 2001)
c. Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto adalah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik yang dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang bekerja di wilayah negara tersebut. Produk domestik bruto bisa menjadi indikasi baik atau tidaknya daya beli masyarakat. Bila masyarakat mempunyai daya beli yang meningkat maka masyarakat cenderung mengkonsumsi, dalam hal ini adalah mengimpor, yang memyebabkan saldo transaksi berjalan menurun. (Pracoyo, 2007)
Pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). Di negara-negara berkembang, yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain (Sukirno, 2015)
PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing.
pendapatan nasional berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan.
(Sukirno, 2016)
PDB meningkat, kemudian diikuti dengan peningkatan pendapatan per kapita mengakibatkan para konsumen domestik menjadi konsumtif sehingga lebih banyak melakukan impor barang-barang luar negeri. (Krugman, 1999)
PDB adalah jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. (Samuelson, 2009)
Peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan kemampuan (daya beli) meningkat sehingga akan meningkatkan pula konsumsi barang atau jasa.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan PDB akan menyebabkan permintaan barang atau jasa impor meningkat, sehingga cenderung akan menurunkan surplus neraca transaksi berjalan. (Santosa, 2012) Produk domestik bruto merupakan jumlah nilai total dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan pemanfaatan faktor produksi yang ada di wilayah pada periode tertentu, tanpa memperhatikan asal usul pelaku produksinya (Badan Pusat Statistik, 2018).
Produk domestik bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu negara tertentu dalam periode tertentu. Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang disediakan dari produksi harus sama dengan nilai barang yang digunakan. (Bank Indonesia, 2016)
C. Kerangka Pikir
Dalam penelitian pengaruh nilai tukar, inflasi, produk domestik bruto terhadap neraca transaksi berjalan terdapat variabel bebas terdiri dari nilai tukar, inflasi dan produk domestik bruto. Sedangkan variabel terikatnya adalah neraca transaksi berjalan. Pada perlode industrialisasi subtitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan yang dominan dan bukan sebagai salah satu penggerak perekonomian. Karena itu, ekspor tidak pernah digunakan sebagai salah satu paradigma industrialisasi di Indonesia. Akibatnya hampir seluruh sektor ekonomi semuanya berorientasi kepada pasar dalam negeri (inward looking) kecuali untuk sektor migas dan gas bumi. Ketlka Indonesia berpindah ke strategi industrialisasi berbasis ekspor, pandangan tersebut berubah;
ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi (export led growth). Ekspor selanjutnya dipakai sebagai paradigma dalam pengembangan sektor industri di Indonesia. Segala
upaya dilakukan pemenntah untuk membuat sektor Industri menjadi lebih outward looking dengan target utama agar output sektor manufaktur Indonesia pada akhirnya mampu menjadi primadona ekspor minyak dan gas bumi.
Hubungan antara ekspor Impor dengan pertumbuhan output nasional telah menjadi salah satu perdebatan utama pada akhlr-akhir Ini. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah kinerja perekonomian yang kuat dipengaruhi oleh ekspor impor atau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor impor.
Pertanyaan ini menjadi penting karena determinan hubungan antara ekspor impor dan pertumbuhan mempunyai implikasi penting dalam keputusan bagi para pengambil kebijakan dalam memillh strategi-strategi pertumbuhan dan pembangunan yang tepat.
Ditemukannya fakta bahwa terdapat hubungan kuat antara ekspor impor dengan PDB sudah sering dibahas pada llterature-literatur ekonomi. Tetapi studi-studi empiris selama Ini menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan saling berlawanan terhadap hubungan anatara pertumbuhan ekspor impor dan pertumbuhan output. berikut ini kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa variabel Necara Transaksi Berjalan (Y) dipengaruhi oleh variabel Nilai Tukar (X1), variabel Inflasi (X2) dan variabel PDB (X3) saling berhubungan dengan ekspor dan inpor. Baik buruknya perekonomian suatu negara dapat dilihat dengan transaksi berjalannya.
Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit uang asing. Besarnya kurs nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lainnya selalu mengikuti permintaan dan penawaran. Yang berarti kurs sangat berperan dalam menentukannya besarnya saldo transaksi berjalan. Menurut teori jika kurs suatu negara mengalami depresiasi, maka dalam jangka panjang akan memperbaiki neraca transaksi berjalan melalui peningkatan daya saing internasional yang berakibat pada kenaikan nilai ekspor. Depresiasi juga berdampak pada penurunan impor sebagai akibat pengalihan pengeluaran penduduk domestik serta meningkatnya permintaan agregat oleh penduduk luar negeri terhadap produk domestik sehingga ekspor meningkat. Begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, hubungan nilai tukar dan transaksi berjalan adalah positif.
Inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi juga menyebabkan harga-harga dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri, oleh karena itu inflasi berkecenderungan menambah impor. Inflasi juga dapat menyebabkan harga barang ekspor menjadi mahal, sehingga inflasi berkecenderungan untuk mengurangi ekspor. Hal tersebutlah yang dapat menyebabkan neraca transaksi berjalan defisit. Dengan kata lain, hubungan inflasi dan transaksi berjalan adalah negatif.
Produk domestik bruto adalah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik yang dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang bekerja di wilayah negara tersebut. Produk domestik bruto merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Pendapatan menggambarkan daya beli. Jika pendapatan semakin meningkat maka tingkat daya beli masyarakat semakin meningkat. Masyarakat yang pendapatannya meningkat akan menambah konsumsinya termasuk konsumsi barang-barang luar
negeri yang selanjutnya menaikkan impor dan berakibat menurunnya saldo transaksi berjalan. Dengan kata lain, hubungan produk domestik dan transaksi berjalan adalah negatif.
D. Hipotesis.
Berdasarkan hasil - hasil dari penelitian terdahulu, terdapat penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, maka peneliti mencoba melakukan penelitian dengan menguji pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi dan produk domestik bruto terhadap neraca transaksi berjalan. Dengan demikian peneliti dapat merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut:
1. H01: Tidak terdapat pengaruh antara nilai tukar terhadap transaksi berjalan Indonesia.
Ha1: Terdapat pengaruh antara nilai tukar terhadap transaksi berjalan Indonesia.
2. H02: Tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap transaksi berjalan Indonesia.
Ha2: Terdapat pengaruh antara inflasi terhadap transaksi berjalan Indonesia.
3. H03: Tidak terdapat pengaruh antara produk domestik bruto terhadap transaksi berjalan Indonesia.
Ha3: Terdapat pengaruh antara produk domestik bruto terhadap transaksi berjalan Indonesia.