• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Metode optimisasi sudah terkenal dan umum digunakan dalam jalur distribusi karena berkaitan dengan meningkatkan keuntungan, efisiensi dan mengolah bahan baku menjadi barang jadi dengan cepat untuk memenuhi permintaan serta menghindari waktu yang terbuang pada saat pengiriman barang dari produsen ke konsumen (Gresh et al., 2007).

Metode simulasi digunakan untuk menganalisis jalur distribusi yang berhubungan dengan lingkungan yang tidak pasti dan tidak terintegrasi satu sama lain serta melibatkan banyak elemen seperti produsen, pengolah dan konsumen akhir yang akan mempengaruhi aktivitas jalur distribusi tersebut (Cope et al., 2007).

Model input output dapat menggambarkan aliran output dari suatu sektor ke sektor lain dan dari produsen ke konsumen akhir (Sumodiningrat dkk., 1991).

Analisis menggunakan model ini juga memberi gambaran tentang aliran barang, jasa dan input antar sektor sekaligus dapat digunakan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasi ekonomi atau kebijakan ekonomi (Boediono, 1993).

Pembangunan industri di Indonesia difokuskan kepada industri prioritas yang mampu didorong untuk mencapai tujuan pembangunan industri, dengan harapan jika ini berhasil akan membawa industri lain turut berkembang pula dan salah satu yang terpilih adalah Industri Kecil dan Menengah (IKM) tertentu (Depperind, 2005). IKM di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam perekonomian nasional sehingga program pengembangannya dijadikan bagian dari program pengembangan industrialisasi (Windayani et al., 2004).

Strategi pengembangan IKM harus atas dasar kekuatan dan tantangan, oleh karena itu harus ditopang secara kuat terutama oleh adanya akses ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan informasi serta manajemen (Sulaeman, 2004).

(2)

IKM minyak atsiri (Essential Oil) merupakan salah satu industri yang perlu dikembangkan karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam pengadaan bahan baku dan teknologi pengolahannya yang cukup sederhana sehingga mudah dikembangkan, maka perlu suatu strategi pengembangan IKM minyak atsiri Indonesia (Indrawanto & Mauludi, 2004).

Pada tahun 2003 nilai ekspor minyak atsiri tercatat menurun dari tahun 2002 sebesar + 6 % dengan nilai 66.407 US $ dan meningkat + 11 % menjadi 78.592 US $ pada tahun 2004, sedangkan nilai impor terus meningkat lebih tinggi daripada nilai ekspor dengan selisih ekspor-impor senilai minus 70,538 US $ pada tahun 2002, minus 79,096 US $ pada tahun 2003 dan minus 112,172 US $ pada tahun 2004 (Ditjen IAK, 2004). Keadaan ini menjadi dasar untuk meningkatkan produksi minyak atsiri sebagai salah satu komponen pendukung untuk pertumbuhan industri hilirnya yaitu industri sabun, industri kosmetik dan industri wangi-wangian.

Salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki keunikan lokal dalam lingkup global adalah minyak atsiri dari hasil penyulingan tanaman akar wangi (Vetiveria zizaniodes). Minyak atsiri akar wangi telah diekspor semenjak tahun 1917 dengan

nama (Java Vetiver Oil) (Santoso,1992). Minyak akar wangi adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman akar wangi (vetiveria zizanioides Staph) melalui proses penyulingan yang digunakan sebagai zat pewangi pada pembuatan parfum, kosmetik dan sabun (LIPI, 2007). Minyak akar wangi (vetiver oil) adalah minyak atsiri yang bersumber dari tanaman akar wangi (vetiveria zizanioides Stapt) yang tumbuh liar, setengah liar atau ditanam di daerah tropika dan sub tropika (Ketaren, 1985).

Pengembangan IKM minyak atsiri membutuhkan suatu rancangan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu diperlukan rancangan kebijakan yang tepat yang berdasarkan kepada keadaan yang ada sekarang. Kebijakan yang akan diambil oleh IKM minyak atsiri sesuai dengan sasaran pengembangan IKM minyak atsiri.

Sasaran jangka menengah pemerintah (2004-2009) terhadap minyak atsiri adalah

(3)

tercapainya produksi sebesar Rp. 900 miliar, tercapainya ekspor sebesar US$ 85 juta, dan terserapnya tenaga kerja sebanyak 4000 orang sedangkan sasaran jangka panjang (2010–2025) adalah memproduksi minyak wangi yang berkualitas ekspor dan mampu mengekspor secara langsung (Depperind, 2005).

Minyak atsiri akar wangi adalah komoditas unggulan dari provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 2006 luas areal perkebunan akar wangi 2.045 Ha menghasilkan produksi 59 ton sehingga nilai produktivitas minyak atsiri akar wangi adalah 0,03 ton/Ha, (Disbun Jabar, 2006). Industri mempunyai hubungan dengan sektor pertanian jika sektor industri mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi (King & Byerlee, 1978).

Keterkaitan antara pertanian dengan industri penyulingan minyak atsiri dapat diketahui dengan keterkaitan ke belakang terhadap bahan baku yang berhubungan dengan petani tanaman akar wangi dan keterkaitan ke depan dengan industri pengolahan tanaman akar wangi yaitu industri penyulingan minyak atsiri akar wangi. Melalui analisis jalur distribusi minyak atsiri akar wangi dengan melihat keterkaitan ke belakang (backward Linkages) dan keterkaitan ke depan (forward Linkages)

Gultom (2002) telah melakukan penelitian analisis struktur, perilaku dan kinerja subsektor-subsektor pada sektor industri pengolahan dengan menerapkan model input output. Penelitian yang menganalisis peranan minyak goreng dalam menciptakan produksi dan lapangan pekerjaan agregat dengan memperhitungkan keterkaitan antara industri minyak goreng dengan sektor-sektor lain dengan menggunakan metoda input output adalah Simatupang dan Syafa’at (1996).

Kuncoro (1996) menganalisis struktur, perilaku dan kinerja agroindustri Indonesia, yaitu industri pengolah hasil pertanian dan industri penyedia input bagi sektor pertanian. Ambarwati (1995) mengidentifikasi tingkat keterkaitan antarsektor dalam struktur perekonomian Indonesia. Siregar (1993) melakukan penelian untuk melihat dampak pendapatan dan tenaga kerja dari sektor agrikultur Indonesia. Penelitian analisis permintaan pertambangan Indonesia pada sektor

(4)

industri dengan menggunakan model input output dilakukan oleh Adianto (1994).

Julieta et al. (2004) melakukan penelitian tentang perubahan struktural ekonomi di Philipina menggunakan metode input output yang ditekankan kepada pendapatan perkapita dan nilai tambah, sedangkan Kustrinarto (1989) melakukan penelitian mengenai penentuan sektor industri potensial ekspor dengan menggunakan model input output.

Salah satu tolok ukur yang digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menilai kinerja industri (khususnya kinerja IKM) adalah pencapaian nilai tambah, sehingga usaha untuk meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai kegiatan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan keunggulan bersaing (Deperind, 2005).

Fluktuasi harga minyak atsiri yang cukup besar menjadi masalah yang sulit dikendalikan. Untuk menghadapinya dilakukan diversifikasi jenis komoditi baik secara vertikal dan horizontal. Diversifikasi vertikal yaitu menganekaragamkan produk melalui pengolahan lebih lanjut jenis minyak atsiri dan diversifikasi horizontal menambah keaneka ragaman jenis minyak atsiri (Hobir dan Rusli, 2002).

Berdasarkan kepada keadaan IKM minyak atsiri saat ini dan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan merancang kebijakan untuk mengembangkan IKM minyak atsiri dengan menganalisis keterkaitan antara pertanian tanaman akar wangi dengan industri penyulingan minyak atsiri akar wangi.

Permintaan minyak atsiri yang akan digunakan untuk industri yang lebih hilir yaitu industri kosmetik, industri sabun dan industri wangi-wangian yang mengacu kepada Kebijakan Pembangunan Industri Nasional (Depperind, 2005), Kebijakan Pengembangan IKM 2005-2009 (Depperind, 2005) dan Rencana Pembangunan Perkebunan 2005-2009 (Disbun Jabar, 2005).

(5)

1.2. Perumusan Masalah

Jalur distribusi dan mekanisme tata niaga pemasaran IKM minyak atsiri yang panjang mempengaruhi harga penjualan produk minyak atsiri sehingga nilai tambah yang diperoleh oleh industri penyuling sedikit (Ketaren, 2006). Untuk dapat merumuskan kebijakan dalam pengembangan IKM minyak atsiri dan dapat melihat kaitannya dengan industri hilir pengguna minyak atsiri, perlu dipelajari jalur distribusi yang dapat menghitung nilai tambah dan melihat keterkaitan ke belakang (backward Linkages) dan ke depan (forward Linkages) dari IKM minyak atsiri. Oleh karena itu masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model jalur distribusi keterkaitan ke belakang (backward Linkages) dan ke depan (forward Linkages) dari IKM minyak atsiri

akar wangi ?

2. Bagaimana rancangan kebijakan industri yang dapat mendorong pengembangan IKM minyak atsiri di masa depan?

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk:

1. Mengembangkan model jalur distribusi dari IKM Minyak atsiri akar wangi.

2. Menyusun rancangan kebijakan industri yang dapat mendorong pengembangan IKM minyak atsiri di masa depan.

I.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah:

1. Wilayah yang akan diteliti adalah kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

2. Industri Kecil Menengah yang dijadikan objek penelitian adalah IKM minyak atsiri akar wangi.

1.5.Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Menerangkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian. Ruang lingkup pelaksanaan penelitian untuk menjawab permasalahan, posisi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menjelaskan berbagai pengertian, konsep, dan teori dari berbagai literatur yang digunakan yang menjadi landasan pemikiran penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan tentang kerangka berpikir, tahapan penelitian dan penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada setiap tahapannya.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menggambarkan data-data yang diperoleh di lapangan dan diolah sesuai dengan kebutuhan analisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Menguraikan analisis dan pembahasan dari hasil yang didapat dalam penelitian.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Menggambarkan hasil temuan-temuan dan kesimpulan penelitian serta saran untuk pengembangan dan studi lebih lanjut.

(7)

Tabel I-1. Posisi Penelitian

No. Penelitian Judul Materi Yang dikaji Pendekatan

1. Ambarwati (1995) Keterkaitan antar Sektor

dalam Struktur Perekonomian Indonesia

Mengidentifikasi tingkat keterkaitan antar sektor dalam

struktur perekonomian Indonesia

Penerapan Model Input Output

Analisis Sektor kunci dalam perekonomian Indonesia

2. Pantjar Simatupang dan Nizwar

Syafa’at (1996)

Keterkaitan antar Industri, Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia

Keterkaitan antara industri minyak goreng dengan sektor-sektor lain

Penerapan Model Input Output

Analisis peranan minyak goreng dalam menciptakan produksi dan lapangan pekerjaan agregat

3. Gultom (2002) Struktur Perilaku dan Kinerja Subsektor pada Sektor Industri Pengolahan

Keterkaitan sektoral subsektor- subsektor dalam sektor industri pengolahan

Penerapan Model Input Output

Analisis struktur, analisis perilaku industri pengolahan dan analisis kinerja Industri Pengolahan

4 Julieta M et. all (2004)

Changes in the Philippine Structure: Input-Output Analysis

Keterkaitan industri pertanian dan industri kehutanan dengan industri pengolahan

Penerapan Model Input Output Analisis perubahan struktur ekonomi berdasarkan total output dan nilai tambah di negara Philipina

5. Arsiyelis (2008) Analisis Jalur Distribusi Minyak Atsiri Akar Wangi dengan Model Input Output

Keterkaitan petani tanaman akar wangi dengan industri penyulingan minyak atsiri akar wangi

Analisis Jalur Distribusi Minyak Atsiri Akar Wangi

Analisis Backward dan Forward Linkages

Gambar

Tabel I-1. Posisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Persentase penghambatan pertumbuhan fungi patogen oleh fungi endofit dihitung dengan rumus (Nuangmek et.al. oxysporum dengan fungi endofit yang diisolasi dari

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Wanita menopause harus memakan makanan yang beraneka ragam dan menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan serta bahan makanan dalam jumlah dan

2 Racionalieji kuboidai ir racionalieji stačiakampiai tetraedrai Primename, kad racionaliuoju kuboidu vadinamas stačiakampis gretasienis, kurio visų briaunų ilgiai x, y, z, visų

(1) Penghitungan Dana Alokasi Umum untuk masing-masing daerah provinsi dan kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan formula Dana Alokasi Umum sebagaimana diatur

Berdasarkan telaah terhadap kompetensi ini, pro- ses penilaian kinerja yang harus diperhatikan oleh pengawas sekolah, di anta- ranya harus mampu menilai sub-sub kompetensinya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan operasionalisasi terhadap konsep adalah selalu mengingat dan mengacu pada definisi konseptual, membuka pikiran dan

Menginjak bagian atas runtunan stratigrafi, batuan masih dikuasai oleh packstone dengan kandungan fosil foraminifera besar bentonik sangat dominan, yang berasal