• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTINUITY of CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADAN-ADAN KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTINUITY of CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADAN-ADAN KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

CONTINUITY of CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADAN-ADAN

KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI

1Reni Yuli Astutik STIKes Karya Husada Kediri

reniyuliastutik@ymail.com

ABSTRAK

Tingginya AKI serta AKB merupakan masalah utama yang dihadapi dalam maternal care. Salah satu penyebab AKI di Indonesia adalah perdarahan yang salah satunya disebabkan karena ibu mengalami anemia pada saat hamil trimester III. Untuk itu diperlukan upaya pemantauan pada kesehatan ibu hamil trimester III sehingga bisa melahirkan bayi yang sehat, dapat terpantau selama masa nifas serta menggunakan metode kontrasepsi yang sesuai dengan menggunakan asuhan berkelanjutan atau Continuity of Care (CoC) yang dimulai sejak hamil trimester III sampai KB. CoC dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Adan-adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri pada bulan Oktober 2016 sampai dengan April 2017. Obyek pelaksanaan CoC adalah ibu hamil trimester III yang mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Adan-adan yakni sejumlah 19 orang.

Setelah dilakukan CoC, masalah anemia pada ibu hamil trimester III 100% dapat ditangani dengan pemberian tablet Fe, konseling tentang cara mengkonsumsi tablet Fe serta konseling tentang nutrisi bagi ibu hamil. Pada persalinan tidak terjadi perdarahan, 89.5% melahirkan secara spontan dan 10.5% melahirkan secara SC atas indikasi fase laten memanjang, gerakan janin berkurang dan preeklamsi. Bayi lahir normal sejumlah 100%.

Sejumlah 36.8% menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, 31.6% menggunakan kontasepsi sederhana, 10.5%

menggunakan AKDR, 10.5% memilih MOW, 5.3% menggunakan AKBK dan 5.3% tidak menggunakan kontrasepsi dengan alasan suami merantau luar pulau Jawa. CoC dapat membuat klien lebih kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus-menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi serta biaya perawatan medis yang efektif. Hal ini dikarenakan CoC lebih menerapkan upaya-upaya promotif dan preventif dalam memberikan asuhan dengan intervensi seminimal mungkin.

Kata Kunci: continuity of care, hamil trimester III, bersalin, nifas, bayi, KB

1. PENDAHULUAN

Derajat kesehatan ibu dan bayi masih merupakan masalah besar di Indonesia karena masalah tersebut merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan ibu dan bayi yaitu dengan melihat jumlah Angka Kematian ibu dan Angka Kematian Bayi. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) penurunan AKI per 100.000 kelahiran hidup akan dicapai dengan program pembangunan SDGs (Suintainable Development Goals) yaitu pada poin ketiga dari 17 poin utama untuk menurunkan AKI sebanyak ¾ jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada tahun 2016. Hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) di Indonesia tahun 2015 menunjukkan AKI mengalami penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 22,23/1.000 kelahiran hidup, artinya AKI dan AKB masih jauh dari target SDGs 2016. SDGs 2016 menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 70/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB

adalah 12/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015).

AKI di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 sejumlah 291 jiwa, sedangkan pada tahun 2014 AKI mencapai 642 jiwa. Dari data tahun 2014 sampai 2015 didapati AKI menurun. Penyebab langsung AKI di Propinsi Jawa Timur yaitu eklamsia / preeklamsia 36,29%, infeksi 22,90%, perdarahan 21,81%, jantung 12,93%, dan penyebab lain 6,07%.

AKB di Propinsi Jawa Timur tahun 2015 sebesar 154 jiwa (Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2015).

Kejadian kematian ibu pada tahun 2016 dari bulan Januari – Agustus di Kabupaten Kediri tercatat sebanyak 13 kasus. Penyebab langsung kematian ibu antara lain pre-eklamsi ringan/berat sebanyak 45,45%, perdarahan sebanyak 45%, dan penyebab lain sebanyak 9,09%. Kejadian kematian bayi pada tahun 2016 dari bulan Januari – Agustus 2016 di Kabupaten Kediri sebanyak 124 kasus.

Penyebab kematian bayi terbesar yaitu BBLR dan Asfiksia sebanyak 38,10%, kelainan

(2)

kongenetal sebanyak 14,29%, dan infeksi sebanyak 4,76% (Dinkes Kab. Kediri, 2016).

Data PWS KIA Puskesmas Adan-adan tahun 2016 bulan Januari sampai dengan September sebagai berikut: cakupan K1 mencapai 75,80%

dari target 83%, cakupan K4 mencapai 73,56%

dari target 83%. Kemudian, target ibu hamil risiko tinggi yaitu 141 orang dengan pencapaian deteksi resiko tinggi 42 orang (5,96%), pencapaian bumil resiko tinggi yang ditangani 106 (15,04%), pencapaian komplikasi kebidanan yang ditangani 126 (89,36%). Selanjutnya, target ibu bersalin sebanyak 673 (100%) orang dengan pencapaian persalinan di tenaga kesehatan 448 (66,57%), persalinan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan 446 (66,27%). Target ibu nifas 673 (100%), pencapaian kunjungan ibu nifas 449 (66,27%) (PWS KIA Puskesmas Adan-adan, 2015).

Dari data di atas menggambarkan bahwa kunjungan ibu hamil belum mencapai target yang ditentukan, target ibu hamil risiko tinggi belum tercapai, target ibu bersalin masih terjadi kesenjangan dan pencapaian kunjungan ibu nifas belum memenuhi target. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya keterlambatan merujuk jika terjadi kegawatdaruratan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai, faktor ibu seperti usia, paritas dan pola hidup selama hamil yang kurang tepat, faktor ekonomi yang masih mengalami kesenjangan, serta ibu hamil dan nifas tidak ada yang mengantar periksa sehingga masalah tidak dapat terdeteksi dan kehamilan bisa mengarah pada kehamilan risiko tinggi yang berdampak pada peningkatan AKI dan AKB.

Selain itu, dampak dari rendahnya pencapaian tersebut berakibat tidak terdeteksinya ibu hamil yang mengalami anemia sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan baik pada ibu maupun janin yang dikandung.

Anemia gizi besi dijumpai pada 40% ibu hamil (Proverawati, 2010). Anemia pada kehamilan terjadi akibat kekurangan zat besi karena penurunan jumlah sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam sirkulasi darah. Ibu hamil yang mengalami anemia ringan bisa menjadi anemia berat jika tidak mendapat penanganan yang tepat.

Anemia berat pada kehamilan trimester III dapat menyebabkan terjadi persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin, mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini (KPD).

Gangguan anemia pada ibu bersalin meliputi gangguan his–kekuatan mengejan saat persalinan, kala pertama dapat berlangsung lama, kala dua berlangsung lama, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum karena atonia uteri dan kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri (Gosmawi TM, Patel VN, Pandya NH, Mevada AK, Desai K, Solanki KB, 2014).

Pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang. Pada janin dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kematian intrauterin, persalinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal (Bryce, H, Linda, W, 2010).

Cara mengatasi faktor risiko yang terjadi pada ibu hamil dengan anemia ringan yaitu dengan memberikan terapi tablet besi 60 mg perhari, vitamin B12, vitamin C, memberikan konseling mengenai pentingnya nutrisi pada ibu hamil, melakukan pemeriksaan kadar Hgb untuk menilai peningkatan kadar Hb, dan mencegah timbulnya resiko-resiko yang dapat membahayakan ibu maka perlu dilakukan asuhan kebidanan komprehensif berkelanjutan atau disebut juga dengan istilah Continuity of Care (CoC) pada pasien dimulai dari masa hamil sampai KB.

CoC adalah suatu proses di mana pasien dan tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis yang efektif. CoC pada awalnya merupakan ciri dan tujuan utama pengobatan keluarga yang lebih menitikberatkan kepada kualitas pelayanan kepada pasien (keluarga). CoC dapat membantu bidan (tenaga kesehatan), keluarga mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan untuk menjadi advokasi pasien. Kontinuitas perawatan berakar dari kemitraan pasien dan bidan dalam jangka panjang di mana bidan tahu riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi baru dan dapat mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan mendalam atau review catatan.

Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya (Adnani, QE, Nuraisya, W., 2013).

(3)

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan di atas, maka perlu dilakukan asuhan berkelanjutan atau CoC yang dimulai sejak hamil trimester III sampai KB di wilayah kerja Puskesmas Adan-adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.

2. METODE PENGABDIAN

2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian

CoC dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan yaitu pada bulan Oktober 2016 sampai dengan April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Adan- adan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.

2.2. Metode dan Rancangan Pengabdian Metode yang digunakan dalam CoC adalah metode studi kasus atau case study dengan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III yang mengalami anemia dilakukan sebanyak 13 kali dengan rincian : 6 kali saat hamil trimester III dan dilakukan pemeriksaan kadar Hb pada saat kunjungan pertama dan ke-6, 1 kali pada saat bersalin, 2 kali pada saat nifas, 2 kali pada saat neonatus, dan 2 kali pada saat KB. Pengambilan data yang dilakukan meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi.

2.3. Pengambilan Sampel

Obyek CoC adalah ibu hamil trimester III yang mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas Adan-adan yakni sejumlah 19 orang dengan pengambilan sampel menggunakan Total Sampling.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Karakteristik Obyek CoC

Karakteristik Jumlah Persentase Usia

< 20 tahun 0 0 %

20-35 tahun 12 63.2%

> 35 tahun 7 36.8%

Paritas

Primigravida 5 26.3%

Multigravida 10 52.6%

Grandemulti 4 21.1%

Dari Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sejumlah 63.2% obyek CoC berusia 20-35 tahun dan tidak satupun responden yang berusia < 20 tahun. Sejumlah 52.6% obyek

CoC adalah multigravida dan sejumlah 21.1%

obyek CoC adalah grandemulti.

Tabel 2. Status anemia pada kunjungan pertama

Status Anemia Jumlah Persentase

Anemia Ringan 15 78.9%

Anemia Sedang 4 21.1%

Anemia Berat 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada kunjungan pertama sejumlah 78.9%

obyek CoC mengalami anemia ringan dan tidak satupun obyek CoC yang mengalami anemia berat.

Tabel 3. Status anemia pada kunjungan keenam

Status Anemia Jumlah Persentase

Tidak anemia 19 100

Anemia Ringan 0 0%

Anemia Sedang 0 0%

Anemia Berat 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pada kunjungan keenam sejumlah 100% obyek CoC tidak mengalami anemia dan tidak satupun obyek CoC yang mengalami anemia ringan, sedang ataupun berat.

Tabel 4. Jenis Persalinan Obyek CoC

Jenis Persalinan Jumlah Persentase

Spontan 17 89.5%

SC 2 10.5%

Jumlah 19 100%

Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pada sejumlah 89.5% obyek CoC jenis persalinan secara spontan dan sejumlah 10.5%

obyek CoC jenis persalinan secara SC.

Tabel 5. Bayi Baru Lahir (BBL)

BBL Jumlah Persentase

Normal 19 100%

IUFD 0 0%

Jumlah 19 100%

Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa obyek CoC yang melahirkan bayi normal

(4)

sejumlah 100% sedangkan tidak satupun obyek CoC melahirkan IUFD.

Tabel 6. Metode Kontrasepsi yang Digunakan Obyek CoC

Metode

Kontrasepsi Jumlah Persentase

Suntik 3 bulan 7 36.8%

Kontrasepsi

sederhana 6 31.6%

AKDR 2 10.5%

MOW 2 10.5%

AKBK 1 5.3%

Tidak ber-KB 1 5.3%

Jumlah 19 100%

Sejumlah 36.8% menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, obyek CoC yang menggunakan kontrasepsi sederhana sejumlah 31.6%, obyek CoC yang menggunakan AKDR, dan memilih MOW masing-masing sejumlah 10.5%, sedangkan obyek CoC yang menggunakan AKBK sejumlah 5.3% dan sejumlah 5.3% tidak menggunakan kontrasepsi dengan suami merantau ke luar pulau Jawa.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Asuhan pada Masa Hamil

Pada kunjungan pertama didapatkan sejumlah 78.9% obyek CoC mengalami anemia ringan dan tidak satupun obyek CoC yang mengalami anemia berat.

Menurut Prawirohardjo (2010), anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan trimester III atau < 10,5 gr%

pada trimester II yang disebabkan karena terjadi peningkatan volume darah ibu.

Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb.

Ibu hamil umumnya mengalami defisiensi besi, sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal dan selanjutnya akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin itu turun di bawah 11 g/dL selama trimester III (Varney, 2009). Pencegahan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemberian tablet besi (Fe) serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari yang banyak mengandung zat besi. Setelah dilakukan evaluasi ternyata yang menyebabkan anemia pada ibu hamil di antaranya diakibatkan oleh kesalahan dalam

mengkonsumsi tablet Fe yaitu dengan mengkonsumsi tablet Fe menggunakan air teh sehingga penyerapan zat besi dalam tubuh tidak optimal. Selain itu ibu hamil tidak suka mengkonsumsi sayuran berwarna hijau yang sebenarnya merupakan sumber zat besi.

Setelah diberikan penjelasan mengenai cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan minum tablet Fe 1x sehari pada malam hari sebelum tidur dengan menggunakan air jeruk tidak dengan minuman berkafein seperti teh atau kopi didapatkan pada kunjungan keenam anemia dapat ditangani.

3.2.2 Asuhan Kebidanan pada Masa Bersalin

Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilaksanakan diperoleh hasil bahwa sejumlah 89.5% obyek CoC jenis persalinan secara spontan dengan penjelasan sebagai berikut:

1). Kala I

Berdasarkan data rata-rata lama persalinan kala I obyek CoC berlangsung selama 8-10 jam dan his 4x45’ dalam 10 menit. Menurut Sulistyawati, A (2012) tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan cervix dan kontraksi terjadi minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 1-10 cm (pembukaan lengkap).

Proses ini dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten di mana cervix membuka sampai 3 cm dan fase aktif di mana cervix membuka dari 3- 10 cm. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.

Pelaksanaan CoC mengacu pada asuhan sayang ibu yang diberikan pada saat kala I yaitu memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, mengajari ibu cara bernafas pada saat terjadi kontraksi, memijat punggung, kaki atau daerah yang diinginkan ibu, dan menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK agar proses penurunan kepala tidak terhambat oleh kandung kemih yang penuh.

2) Kala II

Pada persalinan kala II rata-rata berlangsung selama 20 menit, tidak ada penyulit selama proses persalinan dan bayi lahir spontan. Setelah bayi lahir dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi.

Menurut pendapat Prawirohardjo (2010) kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung

(5)

2 pukul pada primigravida dan 1 pukul pada multigravida. Asuhan yang diberikan pada ibu yaitu mengatur posisi ibu agar senyaman mungkin, memimpin ibu untuk meneran dan memenuhi kebutuhan cairan ibu.

Sejumlah 10.53% obyek CoC dengan jenis persalinan secara sectio caesaria (SC) atas indikasi kala I lama atau prolonged latent phase. Hal ini merupakan salah satu dari bahaya yang diakibatkan oleh anemia pada saat hamil. Walaupun pada kunjungan keenam obyek CoC sudah tidak mengalami anemia, namun pada kenyataannya sejumlah 10.53%

masih mengalami gangguan his sehingga berakibat pada terhambatnya pembukaan dan penurunan janin. Menurut pendapat Irianti, B, dkk (2014) bahaya anemia pada saat persalinan di antaranya adalah gangguan his–

kekuatan mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama maupun partus lama kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan yang berupa SC.

3) Kala III

Berdasarkan fakta persalinan kala III berlangsung rata-rata selama 10 menit, plasenta lahir lengkap dan tidak ada penyulit.

Menurut Prawirohardjo (2010), kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta berlangsung kurang dari 30 menit setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda- tanda sebagai berikut, yaitu uterus menjadi berbentuk bundar, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. Bila lebih dari 30 menit plasenta tidak lahir atau setelah suntikan oksitosin yang kedua dapat dilakukan. Jika belum juga lahir, plasenta manual dapat dilakukan asalkan ada darah yang keluar.

Asuhan yang diberikan yaitu melakukan penegangan tali pusat terkendali dan manajemen aktif kala III. Berdasarkan hal tersebut, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang ada.

4). Kala IV

Dari hasil pemeriksaan kala IV didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi uterus lembek, TFU 2 jari di bawah pusat, dan perdarahan antara 50-150 cc.

Menurut Rohani, R.S, dan Marisah (2011) asuhan kala IV yaitu, pemantauan keadaan umum ibu secara menyeluruh meliputi, tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit setiap 1 jam kedua dan melakukan pencatatan pada lembar observasi kala IV.

3.2.3 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Asuhan yang diberikan pada 6-8 jam postpartum meliputi pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemantauan keadaan umum ibu, melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding attachment) dan pemberian ASI Eksklusif. Pada 6 hari postpartum asuhan yang diberikan meliputi memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal; menilai adanya tanda- tanda demam, dan infeksi; memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup; memastikan ibu mendapat makanan bergizi; memastikan ibu menyusui dengan baik, tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Pada 2 minggu postpartum asuhan yang diberikan meliputi memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal; menilai adanya tanda- tanda demam, dan infeksi; memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup; memastikan ibu mendapat makanan bergizi; memastikan ibu menyusui dengan baik, tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, sedangkan pada kunjungan terakhir yaitu 6 minggu postpartum perlu ditanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami, KIE KB, imunisasi, senam nifas, dan tanda- tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Astutik, R. Y., 2015).

Pada masa nifas tidak terjadi kesenjangan antara fakta dan teori, pada hari 1-2 rata-rata obyek CoC merasakan ketidaknyamanan antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur dan kelelahan yang sebenarnya merupakan hal fisiologis terjadi pada masa nifas. Menurut Astutik, R. Y., (2015) nyeri pada luka jahitan dapat terjadi karena ada perlukaan jaringan. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara distraksi yaitu teknik menghilangkan nyeri dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa dengan nyeri yang dialami, juga dapat melakukan teknik relaksasi yaitu memposisikan diri dengan relaks dan bernapas panjang.

(6)

3.2.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus Dari data CoC didapatkan bahwa obyek CoC yang melahirkan bayi normal sejumlah 100%. Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram Prawirohardjo (2010). Bayi dengan ibu hamil anemia pada ibu hamil juga berpengaruh pada janin yaitu abortus, terjadi kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal (Manuaba, IBG, 2010).

Pada neonatus normal, asuhan yang diberikan di antaranya KIE pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif diberikan selama 6 bulan, KIE imunisasi, pencegahan infeksi tali pusat, dan tanda bahaya neonatus. Dalam pelaksanaan CoC, waktu pemeriksaan pada neonatus mengacu pada Kemenkes RI (2012) yaitu setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam), pada usia 6-48 jam yang dinamakan kunjungan neonatal (KN) 1, pada usia 3-7 hari (KN 2), pada usia 8-28 hari (KN 3).

Dengan KIE tersebut, obyek CoC termotivasi untuk melakukan anjuran yang diberikan sehingga pada akhir kunjungan neonatus tetap berada pada kondisi yang normal, tidak ada masalah dalam pemberian ASI, tidak ada infeksi tali pusat dan tidak terjadi tanda bahaya neonatus.

3.2.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Dalam pemilihan kontrasepsi, sejak kunjungan nifas keenam yaitu 6 minggu postpartum, obyek CoC diberikan KIE tentang macam-macam alat kontrasepsi termasuk kontrasepsi sederhana, kontrasepsi jangka panjang. Dari hasil CoC didapatkan sejumlah 36.8% menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, obyek CoC yang menggunakan kontrasepsi sederhana sejumlah 31.6%, obyek CoC yang menggunakan AKDR dan memilih Metode Operatif Wanita (MOW) masing- masing sejumlah 10.5%, sedangkan obyek CoC yang menggunakan AKBK sejumlah 5.3% dan sejumlah 5.3% tidak menggunakan kontrasepsi dengan suami merantau ke luar pulau Jawa. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi yang paling diminati oleh obyek CoC.

Kontrasepsi suntik 3 bulan merupakan kontrasepsi suntikan progestin yang sangat efektif, aman dapat dipakai seluruh perempuan dalam usia produktif dan sesuai untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

(Sulistyawati, A., 2012). Menurut pendapat Saifuddin, A. B., dkk (2010), yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik yaitu ibu yang menyusui, usia reproduksi, tekanan darah

<180/110 mmHg dan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, kanker payudara, dan diabetes.

Pemilihan kontrasepsi mantap atau tubektomi atau MOW oleh obyek CoC sudah sesuai dengan kondisi obyek CoC yang memiliki anak > 4, usia > 35 tahun, riwayat SC. Kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami istri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela.

Obyek CoC yang menggunakan kontrasepsi sederhana sejumlah 31.6%, dikarenakan belum ada keinginan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal maupun kontrasepsi jangka panjang. Obyek CoC menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif untuk menekan ovulasi. MAL efektif jika ibu menyusui terus selama 6 bulan dan belum menstruasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Astutik, R. Y., (2014) bahwa salah satu manfaat menyusui bagi ibu salah satunya sebagai alat kontrasepsi.

Pilihan obyek CoC yang memilih kontrasepsi AKDR maupun AKBK sudah sangat tepat, karena kedua kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi jangka panjang dan tidak mempengaruhi produksi ASI (Saifuddin, A.B., dkk (ed), 2010).

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

CoC yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Adan-adan Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri dengan obyek sejumlah 19 ibu hamil dengan anemia dapat dilaksanakan secara efektif dan sesuai dengan harapan. Hal ini ditunjukkan dalam kunjungan keenam, 100% ibu hamil tidak mengalami anemia.

Pada persalinan tidak terjadi perdarahan, 89.5% melahirkan secara spontan dan 10.5%

melahirkan secara SC atas indikasi fase laten

(7)

memanjang, gerakan janin berkurang dan preeklamsi. Pada masa nifas berlangsung dengan normal, tanpa ada penyulit ataupun kelainan dan tidak ditemukan masalah.

Masa Neonatus tidak ditemukan masalah atau penyulit, bayi normal dan sehat tanpa adanya kelainan. Neonatus berjalan dengan normal tidak ada masalah dalam pemberian asi, tidak ada infeksi tali pusat dan tidak terjadi tanda bahaya neonatus.

Sejumlah 36.8% menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, 31.6%

menggunakan kontrasepsi sederhana, 10.5%

menggunakan AKDR, 10.5% memilih MOW, 5.3% menggunakan AKBK dan 5.3% tidak menggunakan kontrasepsi dengan alasan suami merantau luar pulau Jawa. Semua metode kontrasepsi yang dipilih obyek CoC sesuai dengan kondisi obyek serta tidak berpengaruh dalam pemberian ASI.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil CoC ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan kontrasepsi. Selain itu dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi tenaga kesehatan di puskesmas agar dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing kepada ibu hamil dengan memberikan asuhan yang berkualitas.

4.2.2 Bagi Obyek CoC dan Keluarga

Diharapkan obyek CoC dan keluarga memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan kesehatannya secara teratur dan dapat dijadikan sebagai media informasi, menambah pengetahuan serta motivasi bagi klien bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting terutama asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan kontrasepsi.

5. DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Q. E., Nuraisya, W. 2013. Filosofi Kebidanan. Jakarta: TIM.

Astutik, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : TIM.

. 2014. Payudara dan Laktasi.

Jakarta : Salemba Medika.

BPS. 2015. Penduduk Indonesia Hasil SUPAS

2015. URL

http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/

download/penduduk-Indonesia-hasil- SUPAS-2015_rev.pdf (diakses pada tanggal 11 Desember 2016 pukul 21.10 WIB.

Bryce, H, Linda, W. 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia.

URL http://www.Depkes.go.id/

resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/data-dan-informasi- 2014.pdf (diakses pada tanggal 6 November 2016 pukul 21.45 WIB).

Gosmawi TM, Patel VN, Pandya NH, Mevada AK, Desai K, Solanki KB. 2014.

Maternal anaemia during pregnancy and its impact on perinatal outcome.

International Journal of Biomedical and Advance Research. 99-102. Diakses tanggal 22 Agustus 2016.

Irianti, B, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Neonatal Esensial. Jakarta : Kementerian Kesehatan Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Purwirohardjo.

Proverawati A. 2010. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika.

Rohani, R.S, dan Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:

Salemba Medika.

Saifuddin, A.B., dkk (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Slamet, IGM dkk. 2015. Rencana Strates Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI 2015-2019.

(8)

Sulistyawati, A. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, H. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Obyek CoC

Referensi

Dokumen terkait

Potensi Kawasan Obyek Wisata Bahari lamongan Berdasarkan definisi dari pariwisata sendiri adalah perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau banyak orang dalam waktu tidak lebih

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism

Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan harga saham di pasar modal Indonesia secara teknikal dalam rentang waktu Januari 2009 sampai dengan Desember 2014

 NM merupakan jenis Melanoma maligna kedua terbanyak (15-30%) pada orang kulit putih. Lesi ini lebih agresif dibanding SSM. Predileksi di punggung atas untuk laki-laki, dan

Peran serta bawahan dalam menyusun anggaran, masukan, dan diskusi antara bawahan dan atasan di lingkup pemerintahan daerah Kabupaten Situbondo dapat meningkatkan kinerja

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif analitis dimana metode ini berusaha untuk mengumpulkan, menyajikan serta

(2014) menjelaskan bahwa pengembangan bank sampah ini juga akan membantu pemerintah lokal dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sampah berbasis komunitas secara bijak

fresh material yang digunakan oleh PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi food seasoning sudah sesuai dengan standar yang berlaku di indonesia, yaitu Standart Nasional