• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akper Buntet Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: Vol. 4 No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Akper Buntet Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: Vol. 4 No"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4 No. 1 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN AKIBAT POST OP BATU URETER

HARI KE-3 DI RUANG PRABU SILIWANGI LANTAI 4 RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Nurul Fikri, Maesaroh

Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon

Email nurulfikri87@gmail.com, maesaroh@akperbuntetpesantren.ac.id

Abstrak

Batu Ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turunke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu atau kalkuli dibentuk dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine.

Berdasarkan hasil data jumlah Post Operasi Batu Ureter di RSUD Gunung Jati Cirebon sebanyak 49 orang. Sehingga penulis tertarik untuk menindak lanjuti Asuhan Keperawatan pada klien Post Operasi Batu Ureter HariKe-3, yang dapat penulis dituangkan dalam bentuk KaryaTulis Ilmiah dengan bertujuan agar penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan, metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk KaryaTulis Ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi, danstudy literatur. Adapun diagnosa yang muncul yaitu ada 8 masalah keperawatan, 6 masalah teratasi. Dan masalah keperawatan yang teratasi sebagian gangguan rasa nyaman nyeri dan gangguan intoleransi aktivitas karena melihat kondisi klien. Keluarga harus member motivasi kepada klien agar klien cepat sembuh dan tujuan Asuhan Keperawatan tercapai.

Kata Kunci: Post Op Batu Ureter; perkemihan; penyakit

Pendahuluan

Menurut (Devi, Yulianti., & Sri, 2010) Sehat adalah sejumlah konsep sehat terdapat secara bersamaan dalam masyarakat Barat sekarang ini dan menginformasikan pendekatan yang cukup berbeda dalam pemberian pelayanan kesehatan. Teori awal tentang sehat dan sakit mengemukakan bahwa pikiran dan tubuh manusia saling berhubungan.Namun, Descartes menentang teori ini dengan mengemukan pandangan daulisme, yaitu keadaan sehat diyakini hanya terjadi jika tidak ada penyakit atau jika sakit telah disembuhkan secara medis.

Menurut (Devi, Yulianti., & Sri, 2010) Sakit adalah keadaan kesehatan yang buruk atau keadaan sakit (sickness) atau keadaan yang ditandai oleh penyimpangan status kesehatan normal. Namun, salah satu keterbatasan definisi sakit sebagai sautu keadaan yang teridentifikasi oleh penyimpangan keadaan normal yang bisa diukur adalah bahwa indivisu yang mengalami amputasi kaki dapat menjadi contoh individu yang keadaannya menyimpang dari normal.

(2)

Menurut ((http://batuginjal.net/proses-terjadinya-batu-ginjal/, 2017) Pada umumnya penyakit ginjal disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang membuat pola makan menjadi tidak teratur, adanya factor keturuanan yang juga memiliki peranan penting karena jika terdapat keluarga yang memiliki penyakit ginjal, resiko diturunkan penyakit ginjal pada anak 6 kali lebih besar, kurangnya konsumsi air putih, jarang buang air kecil atau sering ditahan, banyak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan suhu udara disekitar tempat tinggal dan tempat bekerja yang tidak mendukung aktivitas sehari-hari. Penyakit batu ginjal memang banyak melanda orang asia dan afrika khususnya Indonesia yang diliputi berbagai macam kultur, suhu udara yang cenderung sering kali berubah tidak menentu, pola hidup dan gaya hidup yang terkadang salah. Batu ginjal terbentuk disebabkan oleh adanya penigkatan pada bakteri dan slauran kandung kemih yang terinfeksi bakteri pemecah urea dan urine yang kemudian membentuk batu pada kandung kemih. Jika tubuh kekurangan cairan atau kurang minum air putih, akan terjadi kepekatan urine yang semakin meningkat yang mempermudah pembentukkan batu ginjal.

Menurut (https://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79750/.../S2-2015302956- chapter1.pdf, 2015) Pembentukan batu khususnya batu kalsium merupakan proses yang kompleks dan banyak faktor yang tampaknya berkaitan dengannya, namun belum ada satupun faktor yang paling dominan yang diketahui. Salah satunya adalah komsumsi tinggi kadar kalsium dalam makanan yang melebihi batas kelarutan sehingga terbentuk Kristal sebagai inti batu. Adanya batu pada saluran kemih akan menyebabkan komplikasi yang serius apabila tidak segera mendapatkan terapi yang adekuat. Pada umumnya gejala nyeri kolik merupakan keluhan pasien yang mendorong pasien pergi berobat ke dokter atau rumah sakit.Komplikasi yang paling sering adalah berupa infeksi saluran kemih sebagai akibat adanya stasis urin oleh adanya batu sampai terjadinya penurunan fungsi ginjal yang apabila tidak mendapat pertolongan cepat dapat berlanjut sampai gagal ginjal terminal yang nmemerlukan terapi cuci darah (Hoshino et al., 2012).

Menurut (https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/OverseasReferral/bh/condit ions/Pages/Kidney-stones.aspx. Pada saat batu ginjal bergerak dan tubuh mencoba untuk mendorongnya keluar, darah dapat muncul dalam urine yang membuat urine berwarna merah muda. Begitu batu ginjal bergerak mneuruni ureter menjadi lebih dekat dengan kandung kemih, mungkin akan menjadi lebih sering merasa perlu untuk buang air kecil atau menglami sensasi terbakar saat buang air kecil. Jika mengalami demam dan rasa menggigil selain gejala tersebut, infeksi mungkin telah terjadi.

Menurut (https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas Referral/bh/condi tions/Pages/Kidney-stones.aspx, 2018) Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter .Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih.Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.Batu juga bisa tetap tinggal di ureter

(3)

sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik.Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.

Menurut WHO Penyakit batu ureter sudah diikenal sejak zaman babilonia dan zaman mesir kuno.Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukannya batu pada kantung kemih seorang mumi.Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia dan terkecuali penduduk di Indonensia.Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien diklinik urologi.Insiden dan prevalensi yang apsti dari penyakit ini di Iindonesia belum dapat ditetapkan secara pasti.Angka kejadian penyakit batu uretetr di Indonesia pada tahun 2015 adalah 58.650, kasus baru dengan jumlah kunjungan 95.690 orang.Sedangkan jumlah pasien yang dirawat 45.670 orang dengan jumlah kematian 870 orang.

Menurut data yang dihimpun Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) pada tahun 2013, diperkirakan prevalensi penderita yang terdiagnosa batu ureter untuk umur di atas 15 tahun adalah sebesar 0,6 persen dari total penduduk Indonesia. Lima provinsi yang menduduki posisi tertinggi masalah penyakit batu ginjal di antaranya adalah DI Yogyakarta, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah.

Untuk memberikan gambaran seberapa besar jumlah penderita Batu Ginjal / Batu Ureter di Kota Cirebon Jawa Barat, berikut penulis mencantumkan data di medical record RSUD Gunung Jati Cirebon untuk penderita penyakit Batu Ginjal / Batu Ureter di RSUD Gunung Jati Cirebon selama enam bulan terakhir terhitung dari bulan Oktober – Maret 2018.

Table 1

Jumlah Klien dengan Batu GInjal / Batu Ureter yang dirawat di ruang Prabu Siliwangi lantai IV, RSUD Gunung Jati Cirebon tahun 2018 No. Bulan Jenis Kelamin Laki – laki Total

1 2 3 4 5 6

Oktober November Desember Januari Februari Maret

8 15

6 10

6 4

8 15

6 10

6 4

Jumlah 49

Sumber: Medical Record di Ruang Prabu Siliwangi IV Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon.

Berdasarkan tabel di atas, jumlah klien penderita Batu Ureter di ruang Prabu Siliwangi IV RSUD Gunung Jati Cirebon selama 6 bulan terakhir kejadian terbanyak terjadi pada bulan November dengan jumlah 15 orang.

Melihat angka kejadian kasus tersebut maka penulis tertarik untuk menindaklanjuti Asuhan Keperawatan pada klien dengan Post Op Uretrilithotomy /Proximal Dextra yang penulis tuangkan dalam bentuk Laporan Study Kasus dengan judul: “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Gangguan Sistem Perekemihan

(4)

Akibat Post Op Batu Ureter Hari Ke-3 Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 Rsud Gunung Jati Cirebon”

Metode Penelitian

Menurut (http://poltekkesmajapahit.ac.id)) jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur.Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis.Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan / fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian.Sehingga para peneliti dapat menggelompokkan, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya.Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.

Hasil dan Pembahasan a. Pembahasan

Selama melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Gangguan Sistem Perkemihan Akibat post operasi Batu Ureter hari ke-3 di ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 kamar 3 RSUD Gunung Jati Cirebon dari tanggal 12 Maret 2018 – 16 Maret 2018, dan tiga hari dilakukan follow up ke rumahnya dari tanggal 14 Maret 2018 – 16 Maret 2018.

Penulis mulai melakukan asuhan keperaawatan mulai dari pengkajian, pendiagnosaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Penulis melakukan perbandingan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus untuk mengetahui apakah ada kesenjangan teori yang di dapat dan kenyataan yang di dapat. Beberapa kesenjangan dan kesamaan teori yang penulis temukan adalah sebagai berikut :

b. Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,dan study dokumentasi, yaitu melibatkan pasien, keluarga, dan literatur dokumentasi dalam mengidentifikasikan data yang diperlukan selama pengkajian, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG.

Pada saat pengkajian mendapatkan data permasalahan yang dialami klien adalah nyeri pinggang hal ini dilihat dari tinjauan teori secara umum pada pasien yang mengalami post opearsi batu ureter, begitu juga dengan pasien yang dikelola oleh penulis ditemukan permasalahan utama rasa nyeri pada pinggang sebelah kanan

(5)

dengan post operasi batu ureter yaitu aliran dari ginjal ke ureter yang berdampak sulit untuk melakukan aktivitas. Penulis menemukan ada kelainan yang lain yang berarti pada klien dengan keadaan umum klien terdapat post operasi batu ureter pada pinggang abdomen sebelah kanan.

Dalam melakukan pengkajian kepada pasien penulis tidak mendapatkan suatu halangan atau kesulitan dalam melakukan pengkajian, hal ini Karena dibantu oleh kerjasama klien dan keluarga.

c. Diagnose Keperawatan

Penulis menemukan delapan diagnose pada Tn. R dengan gangguan sistem perkemihan akibat batu ureter (ureterolithiasi) post operasi ureterolithotomy yaitu : a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan luka operasi uretrolothotomy

ditandai dengan istri klien mengatakan klien nyeri pada luka operasi sebelah kanan diperut, keluarga klien mengatakan klien kalau beraktivitas terasa nyeri, terlihat luka operasi sebelah kanan kuadran 1 diperut dan terpasang selang drainage, terdapat nyeri tekan ketika dipalpasi, skala nyeri 1-7=5.

b. Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kurangnya asupan cairan ditandai dengan istri klien mengatakan klien lemas, istri klien mengatakan klien minum kurang dari 8 gelas perhari, kulit klien tampak kering, klien tampak lemas, tanda dehidrasi mulut(bibir) kering.

c. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak nyaman menggunakan kateter, istri klien mengatakan klien sulit untuk BAK, klien tampak terpasang kateter, tampak distensi abdomen, urin klien tampak sedikit keruh, volume urin klien ± 250 cc/24 jam.

d. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada abdomen sebelah dextra kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak bias tidur nyenyak, terdapat lingkar hitam dan kantung mata, klien tampak kurang tidur, tidur siang 1 jam dan tidur malam 3-4 jam tidak nyenyak.

e. Gangguan personal higiene berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan keluarga klien mengatakan klien belum gosok gigi selama sakit, belum mandi, belum keramas, gigi klien tampak kotor dan bau mulut, gigi klien tampak kekuningan, rambut klien tampak seikit kotor, kuku klien agak panjang, keadaan umum klien tampak agak kotor dan badan klien teraba agak lengket.

f. Gangguan spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak pernah sholat selama sakit, istri klien mengatakan klien tidak tahu bagaimana caranya sholat untuk orang sakit, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak lemes.

g. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri ketika gerak pada abdomen kanan kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien kalau beraktivitas terasa sangat nyeri, terlihat luka operasi disebelah kanan abdomen

(6)

kuadran 1 dan terpasang selang drainage, terpasang infuse disebelah tangan kiri, klien tampak terpasang kateter, aktivitas klien dibantu selama di RS

5 4 5 5

h. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan Abdomen tampak ada lesi setelah dilakukan pembedahan, Masih tertutup kasa pada abdomen, keadaan luka agak sedikit kotor, terdapat nyeri tekan ketika dipalpasi.

Sedangkan berdasarkan tinjauan teoritis terdapat 4 diagnosa pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan batu ureter post operasi uretrolithotomy yaitu :

a. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik b. Nyeri b.d insisi bedah

c. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter d. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter

Berdasarkan dari ke empat diagnosa yang terdapat pada teori tersebut muncul karena didukung oleh data yang ditemukan pada klien sehingga penulis mengangkat diagnosa tersebut sesuai dengan masalah atau kebutuhan klien.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul tidak ada dalam teori adalah :

a. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada abdomen sebelah dextra kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak bias tidur nyenyak, terdapat lingkar hitam dan kantung mata, klien tampak kurang tidur, tidur siang 1 jam dan tidur malam 3-4 jam tidak nyenyak.

b. Gangguan personal higiene berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan keluarga klien mengatakan klien belum gosok gigi selama sakit, belum mandi, belum keramas, gigi klien tampak kotor dan bau mulut, gigi klien tampak kekuningan, rambut klien tampak seikit kotor, kuku klien agak panjang, keadaan umum klien tampak agak kotor dan badan klien teraba agak lengket.

c. Gangguan spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak pernah sholat selama sakit, istri klien mengatakan klien tidak tahu bagaimana caranya sholat untuk orang sakit, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak lemes.

d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri ketika gerak pada abdomen kanan kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien kalau beraktivitas terasa sangat nyeri, terlihat luka operasi disebelah kanan abdomen kuadran 1 dan terpasang selang drainage, terpasang infuse disebelah

(7)

tangan kiri, klien tampak terpasang kateter, aktivitas klien dibantu selama di RS

5 4

5 5

Diagnosa Keperawatan tersebut tidak ada pada teori karena didukung oleh data yang ditemukan pada klien sehingga penulis mengangkat diagnose tersebut dengan masalah atau kebutuhan klien.

d. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan penulis untuk membantu klien agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari berdasarkan prioritas masalah yang muncul pada klien.Serta membantu klien memenuhi kebutuhannya, membantu klien dalam fungsi mandiri, member rasa nyaman baik dirumah sakit maupun dirumah sesuai diagnosa yang muncul.

a. Tujuan

Pada kasus ini, penulis hanya memperkirakan kriteria waktu berdasarkan analisa ilmiah penulis dan menunjang tercapainya diagnosa keperawatan tersebut.Penulis menentukan kriteria hasil sesuai dengan tujuan evaluasi dan juga data focus yang ditemukan dari klien.

b. Intervensi

Pada intervensi penulis tidak mengalami kesulitan dalam melakukan intervensi, karena sesuai dengan kebutuhan klien di lapangan. Intervensi yang ada pada teori maupun sumber lain yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.

c. Rasional

Penulis mengacu pada intervensi yang sesuai dengan reverensi yang ditemukan dan disesuaikan dengan kondisi klien.

e. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini penulis mendapatkan hambatan karena dalam melakukan asuhan keperawatan tidak dapat melakukan selama 24 jam kerana keterbatasan waktu dan tenaga. Sehingga penulis melakukan kerja sama dengan perawat diruangan dan keluarga klien untuk terlaksananya asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

a. Melakukan implementasi gangguan rasa nyaman nyeri

b. Melakukan implementasi ganguan kebutuhan cairan dan elektrolit c. Melakukan implementasi gangguan pola eliminasi urin

d. Melakukan implementasi gangguan pola istirahat dan tidur e. Melakukan implementasi gangguan personal hygiene f. Melakukan implementasi gangguan spiritual

g. Melakukan implementasi gangguan intoleransi aktivitas

(8)

h. Melakukan implementasi resiko tinggi infeksi

f. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dengan cara identifikasi sejauh mana tujuan pencapaian perencanaan tercapai atau tidak.

Adapun keseuaian antara tujuan dan hasil yang didapat selama melukan asuhan keperawatan antara lain:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri

Dalam perencanaan diagnosa, gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian dalam 5x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 5 gangguan rasa nyaman nyeri teratasi sebagian.

b. Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit

Dalam perencanaan diagnosa, gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit teratasi dalam 1x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 1 gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit teratasi.

c. Gangguan pola eliminasi urin

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi dalam 2x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 2 gangguan pola eliminasi urin teratasi.

d. Gangguan pola istirahat dan tidur

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi dalam 4x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 4 gangguan pola eliminasi urin teratasi.

e. Gangguan personal hygiene

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi dalam 2x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 2 gangguan pola eliminasi urin teratasi.

f. Gangguan spiritual

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi dalam 4x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 4 gangguan pola eliminasi urin teratasi.

g. Gangguan iintoleransi aktivitas

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi sebagian dalam 5x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 5 gangguan pola eliminasi urin teratasi sebagian.

h. Gangguan resiko infeksi

Dalam perencanaan diagnose, gangguan pola eliminasi urin teratasi dalam 2x24 jam, tetapi pada evaluasi hari ke 2 gangguan pola eliminasi urin teratasi.

Kesimpulan

Pelaksanaan asuhan keperawatan, mulai tangggal 12 Maret 2018 sampai dengan tanggal 16 Maret 2018 yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien sehingga mempunyai kemampuan hidup mandiri guna memenuhi kebutuhan klien sehari – hari. Metode penulisan yang digunakan penulis adalah dengan pendekatan proses keperawatan. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi melalui data

(9)

subjektif dan objektif yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn R , penulis dapat mengatasi sebagian masalah pasien yang dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kesembuhan pasien. Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn. R tersebut, akhirnya penulis menyimpulkan sebagai berikut:

a. Menurut WHO Penyakit batu ginjal, Angka kejadian penyakit batu ginjal di Indonesia pada tahun 2015 adalah 58.650, kasus baru dengan jumlah kunjungan 95.690 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat 45.670 orang dengan jumlah kematian 870 orang. Menurut data yang dihimpun Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) pada tahun 2013, diperkirakan prevalensi penderita yang terdiagnosa batu ginjal untuk umur di atas 15 tahun adalah sebesar 0,6 persen dari total penduduk Indonesia. Lima provinsi yang menduduki posisi tertinggi masalah penyakit batu ginjal di antaranya adalah DI Yogyakarta, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah. Di RSUD GUnung Jati sebanyak 49 orang yang terkena Batu Ginjal / Batu Ureter pada pasien laki-laki.

b. Batu Ginjal merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pevis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu starghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infudibulum dan stenosis uretropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pienefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam system perkemihan. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urin.

c. Selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan gangguan sistem perkemihan akibat post op uretrolithotomy/proximal dextra hari ke-3 dengan indikasi adanya batu ureter menegakkan beberapa masalah keperawatan diantaranya :

a) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan luka operasi uretrolothotomy ditandai dengan istri klien mengatakan klien nyeri pada luka operasi sebelah kanan diperut, keluarga klien mengatakan klien kalau beraktivitas terasa nyeri, terlihat luka operasi sebelah kanan kuadran 1 diperut dan terpasang selang drainage, terdapat nyeri tekan ketika dipalpasi, skala nyeri 1-7=5.

b) Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kurangnya asupan cairan ditandai dengan istri klien mengatakan klien lemas, istri klien mengatakan klien minum kurang dari 8 gelas perhari, kulit klien tampak kering, klien tampak lemas, tanda dehidrasi mulut(bibir) kering.

(10)

c) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak nyaman menggunakan kateter, istri klien mengatakan klien sulit untuk BAK, klien tampak terpasang kateter, tampak distensi abdomen, urin klien tampak sedikit keruh, volume urin klien ± 250 cc/24 jam.

d) Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada abdomen sebelah dextra kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak bias tidur nyenyak, terdapat lingkar hitam dan kantung mata, klien tampak kurang tidur, tidur siang 1 jam dan tidur malam 3-4 jam tidak nyenyak.

e) Gangguan personal higiena berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai dengan keluarga klien mengatakan klien belum gosok gigi selama sakit, belum mandi, belum keramas, gigi klien tampak kotor dan bau mulut, gigi klien tampak kekuningan, rambut klien tampak seikit kotor, kuku klien agak panjang, keadaan umum klien tampak agak kotor dan badan klien teraba agak lengket.

f) Gangguan spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan istri klien mengatakan klien tidak pernah sholat selama sakit, istri klien mengatakan klien tidak tahu bagaimana caranya sholat untuk orang sakit, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak lemes.

g) Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri ketika gerak pada abdomen kanan kuadran 1 ditandai dengan istri klien mengatakan klien kalau beraktivitas terasa sangat nyeri, terlihat luka operasi disebelah kanan abdomen kuadran 1 dan terpasang selang drainage, terpasang infuse disebelah tangan kiri, klien tampak terpasang kateter, aktivitas klien dibantu selama di RS

4 2 5 5

h) Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan Abdomen tampak ada lesi setelah dilakukan pembedahan, Masih tertutup kasa pada abdomen, keadaan luka agak sedikit kotor, terdapat nyeri tekan ketika dipalpasi.

i. Setelah pengkajian pada Tn. R maka penulis melaksanakan perencanaan sesuai dengan masalah yang muncul pada klien dan melakukan implementasi sesuai dengan data yang yang ada pada perencanaan. Dan penulis juga melakukan follow up dirumah sakit selama 2 hari dari tanggal 12 sampai 13 Maret 2018 dan dirumah klien tiga hari tanggal 14 Maret 2018 sampai 16 Maret 2018, untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien.

(11)

Daftar Pustaka

Ali, Zaidin. 2010. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan, Cetakan 1. Jakarta: EGC.

Baradero, Marry. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC Devi, Yulianti., & Sri, Isneini. (2010). Pathophysiology. Jakarta: EGC.

Harmilah. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Hoshino, Atsushi, Matoba, Satoaki, Iwai-Kanai, Eri, Nakamura, Hideo, Kimata, Masaki, Nakaoka, Mikihiko, Katamura, Maki, Okawa, Yoshifumi, Ariyoshi, Makoto, & Mita, Yuichiro. (2012). p53-TIGAR axis attenuates mitophagy to exacerbate cardiac damage after ischemia. Journal of Molecular and Cellular Cardiology, 52(1), 175–184.

http://batuginjal.net/proses-terjadinya-batu-ginjal/

http://poltekkesmajapahit.ac.id).

https://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79750/.../S2-2015-302956-chapter1.pdf.

https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas Referral/bh/conditions/Pages/Kid ney-stones.aspx. (2018).

LeMone, Priscilla. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing

Muttaqin, Arif. dan Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek.

Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta: Nuha Medika.

Soeryoko, Hery. 2011. Tanaman Obat Paling Favorit Penghancur Batu Ginjal.

Yogjakarta: CV Andi.

Widayanti, Dhina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan Dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah SD Negeri Batu 1. Adapun hasil wawancara dapat di jabarkan sebagai berikut. Nilai karakter yang dikembangkan di SDN Batu 1

Menurut FN (Formularium Nasional) edisi ke-2 suspensi adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan ata tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi

 Intoksikasi akut merupakan fenomena peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,

Definisi seni: karawitan sendiri adalah musik Indonesia yang berlaras non diatonis (dalam Definisi seni: karawitan sendiri adalah musik Indonesia yang berlaras non

Elektrolit adalah senyawa yang dapat terdisosiasi ketika dilarutkan dalam air membentuk ion (anion dan kation) dan bersifat menghantarkan listrik.. Senyawa-senyawa seperti asam, basa,

kebijakan, ketentuan, rencana dan prosedur (yang tertuang dalam SE, SK, Memorandum dan SOP) BMT Taruna Sejahtera telah benar-benar dijalankan dan dipatuhi. 3) Melakukan

Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan perhitungan nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif