• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pembuatan Sediaan Obat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Pembuatan Sediaan Obat"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Teknik Pembuatan Sediaan Obat 1. Pendahuluan

Apa itu Obat? Obat adalah suatu bahan yang digunakan untuk menyembuhkan, mengatasi, membebaskan atau mencegah penyakit.

Dari mana bahan obat itu berasal? Bahan pembuat obat berasal dari berbagai sumber yaitu dari tumbuhan, hewan dan mineral. Bahan-bahan ini akan diolah oleh pabrik farmasi menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dikonsumsi dan mempunyai takaran dosis yang jelas.

Obat dari bahan tumbuhan sampai sekarang masih banyak diproduksi. Hampir

semua bagian tumbuhan digunakan untuk bahan obat misalnya; akar (digitalis,

sarsaparilla), rhisoma (aspidium), daun (belladona, peppermint), bunga, buah, dan biji.

Obat yang berasal dari bahan hewan mempunyai aplikasi farmasi yang bervariasi.

Beberapa obat dibuat dari kelenjar hewan (misalnya; hormon tiroid, insulin, dan hormon seksual) dan beberapa obat dibuat dari kerang, tulang, lilin lebah, bisa ular dan lain-lain.

Obat yang berasal dari bahan mineral adalah magnesium sulfat dan alumunium.

Obat dibuat dalam jenis yang bervariasi mengingat setiap obat mempunyai kandungan dan kegunaan yang berbedah. Berikut ini adalah jenis-jenis sediaan obat antara lain;  Tablet, adalah obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan.

 Kapsul, adalah obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengann dibungkus gelatin.

 Serbuk, adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan atau obat

yang ditumbuk halus.

(2)

 Salep, adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai

obat luar.

 Supensi, adalah sedian obat yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus dan

tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

 Emulsi, adalah sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air

dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.

 Supositoria, adalah sedian padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo,

dapat meleleh atau melunak pada suhu tubuh.oleh karena itu harus disimpan dalam lemari es.

 Krim, adalah suatu obat semi padat untuk dipakai di kulit.

 Sirup, adalah sediaan obat dalam bentuk cairan yang rasanya manis dan kental

(biasanya untuk menutupi rasa obat yang tidak enak dan pahit). Istilah-istilah yang berkaitan dengan obat antara lain;

 Farmakologi, ialah ilmu yang mempelajari tentang respon tubuh terhadap pemberian zat

kimia/obat.

Farmakologi juga di bagi dalam beberapa bidang antara lain; Farmakodinamik, Farmakoterapeutik, dan Farmakognosa.

 Farmakodinamik merupakan ilmu yang mempelajari efek fisiologis, biokimia dan

mekanisme obat.

 Farmakoterpeutik merupakan cabang farmakologi yang mempelajari tentang

(3)

 Farmakognosa merupakan ilmu yang membahas sejarah, produksi, perdagangan,

pemilihan, identifikasi, obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.  Farmasi berkaitan dengan pengetahuan yang membahas nilai kimia dan fisik obat

dalam bentuk dosis obat. Ahli farmasi mempunyai peranan dalam menyiapkan dan meracik obat.

 Toksikologi merupakan ilmu yang membahas efek racun obat.

2. TABLET

Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat

tambahan.

Pembuatan tablet

Untuk membuat suatu tablet diperlukan zat tambahan berupa:

1. Zat pengisi (diluen), untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan

Saccharum Lactis, Amylum manihot dan lain-lain.

2. Zat pengikat (binder), agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat (biasa

digunakan Gom Arab).

3. Zat penghancur (disintegrator), agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya

digunakan amylum manihot kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat.

4. Zat pelicin (lubrican), agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Biasanya digunakan

talkum, Magnesii stearas, asam stearat.

5. Zat pewarna untuk mempercantik bentuk obat agar disukai oleh anak-anak

(4)

Dalam pembuatan tablet, zat aktif, zat-zat lain, kecuali zat pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka di buat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping).

Pembutan granul dibuat dengan cara berikut;

1. Cara basah/granulasi basah, yaitu memproses campuran zat aktif dan eksipien menjadi

partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga didapat massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

2. Cara kering/granulasi kering, disebut juga slugging, yaitu metode yang memproses

partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempah campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul menjadi mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut;

a. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

b. Zat aktif memiliki aliran yang buruk

c. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

3. Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung

campuran zat aktif dan eksipien kering. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, cepat, pengerjaanya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab.

(5)

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.

2. Harus mengandung zat aktif yang homongen dan stabil

3. Memenuhi keseragaman ukuran. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang

dari 1 1/3 tebal tablet.

4. Memenuhi keseragaman bobot.

5. Memenuhi waktu hancur

6. Bebas dari kerusakan fisik

Keuntungan dan kerugian sediaan tablet  Keuntungan

1. Volume sedian cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan dalam

pemgemasan dan penyimpanan.

2. Tablet paling mudah ditelan serta memiliki paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan.

3. Dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak.

4. Merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi secara massal dengan

proses pengemasan yang mudah dan murah sehingga biaya produksi lebih rendah. 5. Pemakaian oleh pasien lebih mudah

6. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.

 Kerugian

1. Beberapa pasien tertentu tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan pingsan/tidak

sadar)

2. Pemakaiannya terbatas pada orang dewasa dan anak-anak di atas lima tahun (untuk

(6)

Jenis–jenis tablet

Berdasarkan cara pemakaian;

 Penggunaan tablet dengan efek lokal

Tablet vaginal, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi, dan penggunaan hormon.

 Penggunaan tablet dengan efek sistemik (melalui peredaran darah)

1. Tablet isap/lozenges, digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan, umumnya

digunakan sebagai anti infeksi.

2. Tablet kunyah, tablet yang segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam

mulut. Contoh; tablet untuk meneteralkan asam lambung (Antasida)

3. Tablet effervesent, yaitu tablet berbuih, yang dibuat dengan cara kompresi, akan

melepaskan gas ketika bercampur dengan air.

4. Tablet sublingual/bukal, tablet ini disisipkan dipipi dan dibawah lidah. Biasanya

berbentuk datar, tablet ini akan larut dalam mukosa kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi. Hal ini di maksudkan untuk penyerapan obat yang mudah dirusak oleh cairan lambung atau sedikit sekali absorpsi oleh saluran pencernaan, serta diinginkan absorpsi yang cepat.

Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet dapat disalut dengan penyalut yang cocok, biasanya penyalut berwarna atau tidak berwarna. Misalnya;

1. Tablet salut gula , Tablet ini diberi lapisan gula yang larut dalam air dan cepat terurai

begitu ditelan. Kegunaan dari penyalutan adalah melindungi obat dari udara, kelembaban, memberi rasa, menutupi rasa dan bau bahan obat, serta memberikan penampilan yang lebih menarik.

(7)

2. Tablet salut enterik, tablet ini disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di

lambung tapi akan melarut di usus. Dengan demikian tablet akan melewati lambung dan kemudian hancur serta diabsorpsi di usus.

3. Tablet salut selaput, tablet ini dilapisi selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan

atau disemprot pada tablet.

Penyimpanan

Penyimpanan tablet dilakukan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan terlidung cahaya. Wadah yang digunakan harus diberi etiket/label yang mencantumkan nama obat dalam wadah.

Syarat tablet yang masih dapat dipergunakan antara lain;  Tidak berubah warna, bau dan rasa

 Tidak hancur/retak dan tidak berbintik-bintik

 Tidak ditumbuhi kapang/jamur atau benda-benda asing lainnya

 Tidak melampaui batas kadalurwarsa obat.

Kapsul/ kapsulae

Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Nama resmi dari kapsul adalah Capsulae operculate.

Kapsul dapat diberi bermacam-macam warna. Bila dalam resep diinginkan serbuk dalam kapsul, maka ukuran dan warna kapsul yang dipakai harus dicantumkan dalam resep, supaya pada penggunaan obat pasien mendapatkan obat dengan ukuran serta warna kapsul yang sama.

(8)

Ukuran kapsul bermacam-macam baik panjang maupun pendek, dengan bentuk

bervariasi misalnya bulat, oval, panjang dan silinder. Biasanya kapsul dibuat dari gelatin dan diberi warna bervariasi sesuai dengan yang diinginkan untuk membedakan isinya.

Ukuran Kapsul No Ukuran Volume ( mL) 000 1,7 00 1,2 0 0,85 1 0,62 2 0,52 3 0,36 4 0,27 5 0,19 Ukuran Hewan 10 30 11 15 12 7,5 Keuntungan Kapsul :

1. Digunakan untuk obat atau zat- zat yang rasa atau bau yang kurang enak.

2. Tidak diperlukan zat tambahan (corigens), seperti warna (corigens coloris), bau

(corigens odoris), rasa (corigens saporis)

3. Tidak memerlukan zat tambahan atau zat pengisi.

4. Cepat melepaskan zat berkhasiatnya dalam jumlah yang seragam dan segera bekerja

pada lambung.

5. Berdasarkan warna dapat dibedakan isi kapsul, dan merupakan identitas untuk kapsul

(9)

6. Karena terbuat dari gelatin/ amilum maka cangkang kapsul akan bersifat netral

sehingga muda dicerna dengan sedikit air. 7. Bentuknya menarik.

Kerugian Kapsul adalah pada kelembaban tinggi akan berubah bentuk, pada kelembaban rendah sifatnya rapuh sehingga pewadahan harus dalam pot gelas dan disimpan ditempat sejuk dan kering.

Penggolongan Kapsul 1. Kapsul keras

Biasanya digunakan untuk obat berbentuk padat atau cair yang tidak mudah rusak. Cangkang kapsul biasanya berbentuk tabung silinder berujung bulat : terdiri dari wadah dan penutup : terbuat dari gelatin dan air (12- 16%).

2. Kapsul lunak atau kenyal

Biasanya dapat diisi dengan zat padat, setengah padat, atau cairan. Seperti kapsul keras, kapsul kenyal terbuat dari gelatin dan air : untuk kekenyalannya ditambah gliserol atau sorbitol.

3. Kapsul tepung

Kapsul ini disebut juga owel, dibuat dari amilum atau tepung ditambah air dan zat pengawet. Kapsul ini biasanya berbentuk bulat atau silinder.

4. Kapsul salut enterik

Kapsul yang disalut sedemikian rupa sehingga tidak larut di dalam lambung tetapi larut di dalam usus.

(10)

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

1. Keseragaman bobot

a. Untuk kapsul berisi obat kering

Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul. Perbedaan dalam bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rata isi kapsul Perbedaan bobot isi kapsul (%)

A B

120 mg atau lebih ± 10% ± 10%

Lebih dari 120 mg ± 7,5% ± 15%

b. Untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta

Timbang 10 kapsul. Timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter P. Buang cairan cucian, dibiarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam % bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata-rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

2. Waktu hancur

Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit.

(11)

Pil merupakan sediaan yang berbentuk bulat telur, sediaan ini merupakan sediaan per oral. Pil berasal dari bahasa latin “pila” yang berarti bola. Menurut Farmakope Indonesia III : Pil adalah suatu sediaan berupa masa bulat mengandung satu atau lebih bahan padat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi (untuk memperbesar volume), zat pengikat dan pembasah dan bila perlu ditambah zat penyalut (untuk menghindari oksidasi zat aktif).

Sebagai zat pengisi digunakan Liquiritia Radix, saccharum Lactis dan Bolus Alba. Sebagai zat pengikat digunakan Succus Liquiritiae, Tragacanthae, Oleum Cacao, Adeps Lanae, dan Vaselinum.

Sebagai zat pembasah digunakan air, gliserol, sirup, madu dan campuran bahan lain yang cocok.

Sebagai zat penyalut digunakan Perak, Balsamum Tolutanum, Serlak, Kolodium, Salol, Gelatin, Gula atau bahan lain yang cocok.

Keuntungan dari pemberian sediaan Pil antara lain; 1. Mudah digunakan/ditelan

2. Menutup rasa obat yang tidak enak

3. Sangat baik untuk sediaan yang penyerapannya dikehendaki lambat.

Kerugian dari sediaan Pil atara lain;

1. Kurang cocok untuk obat yang diharapkan memberikan aksi yang cepat

(12)

Tahap-tahap Pembuatan Pil

Dalam peracikan pil terdapat beberapa tahap yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah;

1. Pembuatan massa pil

2. Pemotongan pil

3. Pembulatan dan penaburan pil

4. Penyalutan pil

Pembuatan massa pil

1. Tentukan bobot untuk satu pil

2. Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah

dan sifat dari zat aktif

3. Campur zat aktif +pengisi+bahan pengikat+bahan pemecah sesuai aturan

4. Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit kedalam campuran diligas kuat sampai

terbentuk massa pil yang baik (elastis, tidak lengket di mortir, dan tidak pecah digulung). Pemotongan pil

Massa pil lalu dibentuk menjadi silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang akan dibuat. Sebelumnya alat pemotong diberi penabur terlebih dahulu.

Pembulatan pil

Pemotongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yang sudah diberi bahan penabur, selanjutnya dibulatkan. Masukan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan hitung jumlahnya.

Penyalutan pil

(13)

Persyaratan pil

Syarat pil dalam Farmakope Indonesia edisi III adalah;

1. Pil setelah dimasukan kedalam Asam Chlorida 0,04 N pada suhu 370, dan

dikocok-kocok berulang-ulang selama 10 menit, harus hancur.

2. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga hancur

dalam saluran pencernaan, dan pil salut tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.

3. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata,

penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata adalah; Untuk bobot rata-rata pil Penyimpangan terbesar

18 pil 2 pil

100 mg sampai 250 mg 10% 20%

250 mg sampai 500 mg 7,5% 15%

4. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada kompressi yaitu dalam air 360-380 selama

15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut. Pembuatan pil dengan tindakan khusus

1. Pil yang mengandung senyawa Hydrargyrum, dibuat dengan menggerus hydrargyrum,

dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air, setelah tidak terlihat butir hydrargyrum maka masa ditambah Liquiritiae Radix dan Succus Liquiritiae secukupnya sampai mendapat massa pil yang cocok.

2. Pil yang mengandung Ferossi Carbonas dan Ferossi Iodidum

Dibuat dengan mereaksikan Ferrosi Sulfat dengan Natrii Bicarbonas di atas tangas air. Sebagai zat pembasah gliserin, dan air.

(14)

3. Pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air, seperti Natrii Bromidum

dan Natrii Iodidum sering terjadi penggumpalan hingga sulit dibuat massa pil yang baik 4. Pil yang mengandung zat-zat Higroskopis (suka air), seperti Kalii Bromidum, Kalii

Iodidum dan Natrii Salysilas, supaya digerus halus dan didalam mortir panas.

5. Pil yang mengandung senyawa yang sangat Higroskopis, digunakan sebagai larutan,

seperti Calcii Bromidum, Calsii Chloridum, Kalii Acetas.

6. Pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam Ammonium atau

Ichtammolum. Karena Codeinum base terhitung mudah larut dalam air dan merupakan base lebih kuat dari Ammonium.

7. Pil yang dapat pecah karena zat-zat yang terkadang dapat bereaksi hingga

menimbulkan gas yang memecah pil.

8. Pil yang mengandung Hydrargyri Chloridum akan menghilangkan selaput lendir dari

lambung dan usus, maka perlu Hydrargyri Chloridum dalam keadaan yang halus. Dan penambahan Natrii Chloridum untuk memudahkan Hydrargyri Chloridum larut dalam air. 9. Pil yang mengandung Diphantoinum Natrium jangan menggunakan Liquiritiae Radix

tetapi menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan Amylum 3 bagian dan sebagai zat pembasah digunakan Sirupus Simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur dalam lambung.

10. Pil yang mengandung Quinini Sulfas

11.Pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi asam 12.Pil yang mengandung ekstrak kering

(15)

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu ;

1. Serbuk terbagi (Pulveres)

Serbuk terbagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. 2. Serbuk tak terbagi (Pulvis)

Serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak terbagi dalam jumlah banyak. Jika dalam suatu serbuk, dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok teh atau sendok lain, maka selalu sesendok rata serbuk.

Serbuk tak terbagi dapat dibagi menjadi 3 macam antara lain; a. Serbuk tabur (Pulvis Adspersorius)

Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan demean derajat halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi kulit.

b. Serbuk gigi (Pulvis Dentifricius)

c. Pulvis Effervescent adalah serbuk yang mengandung CO2 (jika dilarutkan dalam air

menimbulkan gas), untuk mempercepat penyerapan dalam lambung. Kelebihan dan kekurangan serbuk

(16)

1. Dosis lebih tepat, lebih stabil daripada sediaan cair

2. Memberikan disolusi yang lebih cepat

Kekurangan

1. Kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak / terurai dengan adanya

kelembaban/kontak dengan udara

2. Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya

3. Peracikannya relatif cukup lama.

Serbuk yang baik memiliki karakteristik antara lain;

1. Homogen dan kering. Kering artinya tidak boleh menggumpal atau mengandung air.

Homogenitas dari suatu sediaan serbuk dapat dipengaruhi oleh faktor:

- Ukuran partikel

- Densitas/berat jenis

2. Punya derajat kehalusan tertentu, sehingga;

- Sediaan lebih homogen

- Disolusi makin cepat

- Permukaan serbuk jadi luas dan daya absorpsi jadi besar.

Cara pembuatan

Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu zat aktif, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak.

(17)

1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak

diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori-pori dinding mortir. Cara yang baik adalah pilihlah mortir yang halus, masukkan dulu kira-kira sama bagian serbuk yang lain, digerus sendirian baru dimasukkan dan digerus bersama obat yang berkhasiat keras.

2. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal ini untuk

menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus. Karena dengan menggerus akan banyak terjadi kristal kasar menjadi halus. Bila menggerus serbuk secara banyak, akan terjadi serbuk halus yang banyak pula, tetapi ada bagian-bagian kasar yang terlepas dan tidak ikut tergerus dengan baik. Maka itu lebih baik bagian-bagian serbuk digerus masing-masing dalam mortir sampai halus baru dicampur.

3. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering. Maka itu harus

menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas. Hal ini khusus untuk menggerus Kalii Bromidum, Natrii Chloridum.

4. Cara mencampur Camphora dalam serbuk dilakukan sebagai berikut. Larutkan

Camphora dengan spiritus fortior dalam mortir sampai cukup larut, jangan berlebihan, setelah itu diaduk dengan bahan lain misalkan Saccaharum Lactis sampai Spiritus fortiornya menguap. Pada waktu mengaduk jangan ditekan untuk menghindari Comphora menggumpal kembali.

Tabel nomor pengayak No. pengayak Lebar nominal lubang (mm) Garis tengah nominal kawat Perbandingan kira-kira jumlah luas lubang terhadap pengayak (%) Penyimpangan rata-rata maksimum (%) 5 3,35 1,730 43 3,2

(18)

8 2,00 1,175 40 3,3 10 1.68 0,860 44 3,3 22 0,710 0,445 38 3,9 25 0,600 0,416 35 4,2 30 0,500 0,347 35 4,4 36 0,420 0,286 35 4,5 44 0,355 0,222 38 4,8 60 0,250 0,173 35 5,2 85 0,180 0,119 36 5,6 100 0,150 0,104 35 6,3 120 0,125 0,087 35 6,5 150 0,105 0,064 39 7,0 170 0,090 0,059 36 7,3 200 0,075 0,052 35 8.1 300 0,053 0,032 39 9,1

Sediaan semi padat 1. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

2. Lotio

(19)

3. Krim

Krim adalah sediaan semi padat yang dioleskan pada kulit (pemakaian luar). 4. Pasta

Pasta adalah sediaan semi padat dermatologi. 5. Gel

Gel adalah sediaan semi padat yang transparan/bening. Tipe-tipe basis salep

1. Basis salep Oleogenesis (berminyak)

a. Anhidrous (Tidak larut dalam air)

b. Tidak segera menyerap air (Hidrofobik)

c. Tidak tercuci oleh air (pakai sabun)

2. Basis salep Absorbsi

a. Anhidrous (Tidak larut air)

b. Akan menyerap air (Hidrofilik)

c. Kebanyakan tidak tercuci oleh air (pakai sabun)

3. Basis salep Emulsi

A. Emulsi Tipe w/o (air/minyak)

a. Akan menyerap air

b. Tidak larut air

c. Tidak tercuci oleh air

B. Emulsi Tipe o/w (minyak/air)

a. Akan menyerap air

(20)

c. Tercuci

4. Basis salep larut air

a. Akan menyerap air b. Larut air c. Tercuci d. Emulsi o/w Klasifikasi salep;

- Obat jerawat ; resorsinol, sulfur

- Antibiotik ; basitrasin, klortetrasiklin, neomisin

- Bahan antifungi ; asam bensoat, asam salisilat

- Bahan antiinflamasi ; betametason, flusinolonasetanid, hidrokortison

- Antipruritik (obat penghilang gatal-gatal) ; benzokain

- Antiseptik ; ZnO

- Astringen ; Calamine

- Counter iritant ; Metil salisilat, Iodin

- Pengobatan dandruf (ketombe) ; Asam salisilat

- Keratolitik (obat penghilang keratin) ; Resorsinol, Asam salisilat, Sulfur

- Parasitisa ; Sulfur

- Protektif ; Calamin

- Pengobatan prosiasis ; Coal tar, Kortikosteroid, Asam salisilat

Ketentuan umum pembuatan salep

1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan

rendah.

2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbukkan dan diayak

(21)

3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu

mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.

4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk

sampai dingin.

Cara mengemas salep

Salep dapat dibuat dengan pencampuran mekanik, harus dikepak dalam tabung secara seragam untuk mencegah kantung udara. Spatula digunakan untuk mengisi tabung yang harus diratakan dengan telepak tangan selama pengisian untuk memastikan bahwa kantung udara terisi dengan salep. Ukuran wadah harus seperti isi salep pada wadah tidak boleh kontak dengan tepi ulir. Setelah tabung terisi, sptula harus digunakan untuk melembutkan permukaan dari salep.

LARUTAN

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air. Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat-zat terlarut lain selain dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini antara lain pemberi warna, pemberi rasa, dan pemanis. Air merupakan pelarut yang banyak digunakan, karena air mempunyai banyak kelebihan dibanding pelarut lain. Alkohol, gliserin, dan propelin glikol merupakan pelarut-pelarut pembantu yang banyak dipakai, karena sangat efektif dalam membantu membuat larutan-larutan farmasi dengan

(22)

sifat-sifat yang diinginkan dan menjaga stabilitas bahan obat. Pelarut-pelarut lainnya seperti aseton, etiloksida, dan isopropyl alkohol terlalu toksik untuk digunakan dalam sediaan oral.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan farmasi bentuk cair; 1. Kelarutan zat aktif

2. Kestabilan zat aktif dalam larutan

3. Dosis takaran

4. Penyimpanan

Keuntungan dan kerugian sedian larutan Keuntungan

1. Lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi,

anak-anak, dan usia lanjut.

2. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses

disintegrasi dan pelarutan)

3. Obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian dari sediaan

4. Mengurangi resiko kejadian iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya Tablet

Aspirin), karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung. Kerugian

1. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu

memerlukan pengawet

2. Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar

3. Rasa obat lebih terasa dalam larutan

(23)

Komposisi larutan a. Pembawa

- Air/Alkohol

- Zat aktif dalam bentuk larutan

b. Zat aktif, berupa bahan obat yang memiliki efek terapeutik

c. Ajuvan/bahan tambahan

- Antioksidan - Pengaroma - Perasa

- Pewarna - Pengawet

Pembuatan larutan

Jumlah bahan obat yang akan dilarutkan biasanya lebih banyak dari volume pelarut yang digunakan, sehingga bahan obat sukar larut dalam volume yang tersedia. Untuk mempercepat proses melarutnya bahan obat, dapat menggunakan beberapa teknik, antara lain menggunakan panas, mengurangi/memperkecil ukuran partikel dari bahan obat, menggunakan suatu bahan pembantu pelarut, atau dilakukan pengadukan yang keras selama proses pelarutan. Sebagian besar bahan-bahan kimia menjadi lebih mudah larut pada suhu yang dinaikkan.

Macam-macam sediaan larutan non steril;

 Eliksir; larutan yang mengandung hidroalkohol (kombinasi dari air dan etil alkohol)

 Gargle (Obat kumur); larutan yang mengandung air digunakan untuk mencegah kuman

di faring dan nasofaring. Gargle tertahan di tenggorokan dan tidak boleh ditelan.

 Enema; bentuk injeksi yang mengandung bahan obat pencahar untuk mengosongkan

(24)

 Mouthwash; larutan yang mengandung air, paling banyak digunakan untuk

menghilangkan bau busuk, penyegar atau efek antisptik atau mengontrol plak pada gigi dalam rongga mulut.

 Larutan pencuci hidung; biasanya dibuat untuk mengeluarkan isi dari hidung dalam

bentuk tetes atau semprot.

 Larutan otic; larutan ini kadang-kadang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan yang

berhubungan dengan telinga.

 Larutan irigasi; larutan ini digunakan untuk mencuci atau membersihkan bekas perban

operasi/luka.

 Guttae Auriculares; obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam

telinga

Suspensi

Menurut farmakope Indonesia edisi III, suspensi adalah sedian yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Menurut FN (Formularium Nasional) edisi ke-2 suspensi adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan ata tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi sempurna dalam cairan pembawah yang ditetapkan. Yang pertama barupa suspensi jadi,sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

(25)

1. Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap

2. Partiel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh

membentuk suatu gumpalan padat tetapi harus dengan cepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homongen bila wadahnya dikocok dari botolnya atau mengalir melewati jarum injeksi.

3. Untuk cairan obat luar, produk tersebut harus cukup air sehingga dapat tersebar dengan

mudah keseluruh daerah yang sedang diobati tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah bergerak sehingga gampang hilang dari permukaan dimana obat tersebut digunakan. 4. Cairan tersebut dapat kering dengan cepat dan membentuk suatu lapisan pelindung

yang elastik sehingga tidak akan mudah terhapus, juga harus mempunyai warna dan bau yang nyaman.

Bahan-bahan pensuspensi A. Zat aktif obat

B. Bahan tambahan terdiri dari;

- Bahan pensuspensi (Suspending agent), fungsinya untuk memperlambat

pengendapan, mencegah penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Contohnya, Gom Arab, Tragakan, Amylum (Starch), karagen, Na-CMC (Carboksimetil Selulosa)

- Pendapar : fungsi zat pendapar dalam sediaan adalah untuk 1. Mengatur pH

2. Memperbesar potensi kerja pengawet 3. Meningkatkan kelarutan zat berkhasiat/obat

(26)

- Bahan pembasah (wetting agent)/humektan; fungsi dari bahan pembasah adalah untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air memperkecil sudut kontak, dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut (hidrofob)

- Pemanis; fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan - Pewarna : penggunaan pewarna dan pewangi harus serasi. - Flavour

- Flocculating agent - Pewangi

- Pengawet; pengawet sangat dianjurkan jika dalam sediaan tersebut mengandung bahan, atau bila mengandung larutan gula encer karena merupakan tempat tumbuh mikroba.

C. Bahan pembawa, biasanya air,sirup dll. Keuntungan dan kerugian Suspensi

Keuntungan

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul, terutama anak-anak.

2. Memiliki homogenitas tinggi

3. Lebih mudah diabsorbsi daripada tablet/kapsul (karena luas permukaan kontak antara

zat aktif dan saluran cerna meningkat).

4. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat.

Kerugian

1. Memiliki kestabilan yang rendah (Pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll)

2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya

(27)

3. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.

4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.

5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking,

Flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan temperatur. 6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dhulu untuk memperoleh dosis yang

diinginkan.

Macam-macam suspensi

Berdasarkan penggunaannya suspensi dibagi menjadi;

1. Suspensi oral; Sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawah cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi topikal; Sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang

terdispersi dalam pembawah cair yang ditujukann untuk penggunaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga; Sediaan cair yang mengandung partikel-pertikel halus yang

ditujukan untuk diteteskan pada telinga.

4. Suspensi optalmik; Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang

terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Emulsi

Emulsi adalah sediaan dua fase, yang salah satu cairanya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.

Tipe emulsi

1. Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W(oil/water)); fase minyak terdispersi dalam fase

(28)

2. Emulsi air dalam minyak (A/M atau W/O); fase air terdispersi dalam fase minyak.

Pembuatan sediaan emulsi dilakukan dengan 3 cara yaitu; 1. Metode Kontinental (Gom kering)

Membuat emulsi primer/awal/utama atau korpus emulsi terlebih dahulu dengan perbandingan minyak : air : emulgator = 4 : 2 : 1.

2. Metode Inggris (Gom basah)

Cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat kental. Dalam cara ini terlebih dahulu dibuat mucilage yaitu 1 bagian gom arab dengan 2 bagian air lalu ditambahkan minyak sedikit-sedikit sambil digerus cepat.

3. Metode Botol

Cocok untuk membuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak atsiri) dan mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak kental) karena percikan/semburan dapat dicegah. Satu bagian emulgator kering dimasukan dalam botol dan tambahkan 2 bagian minyak atsiri, lalu kocok hingga terbentuk emulsi.

4. Metode Penyabunan

Cara ini untuk emulsi yang terjadi dengan zat pengembun sabun. Sabun sebagai emulgator dan minyak sebagai asam lemak atau bereaksi dengan basa atau alkali akan membentuk sabun.

Emulgator yang digunakan dalam sediaan emulsi terdiri dari beberapa macam jenis berdasarkan sumbernya terdiri dari;

A. Golongan bahan alam (Natural Product);

 Polisakarida contohnya; acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, starch/amilum,

(29)

 Senyawa yang mengandung sterol contohnya Beeswax, Woll-fat.

B. Golongan semisintetik; contohnya, methyl selulosa, Na-carboxymethylselulosa (CMC)

C. Golongan emulgator sintetik ; contohnya, Surfaktan

Komponen emulsi

Emulsi mempunyai 3 komponen umum yaitu; fase terdispersi/fase internal, fase kontinyu/fase eksternal dan bahan pengemulsi.

Cara menentukan tipe emulsi 1. Uji pengenceran

Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi m/a dapat diencerkan dengan air dan emulsi m/a dengan minyak. Saat minyak ditambahkan, tidak akan bercampur kedalam emulsi dan akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila penambahan air atau minyak diamati secara mikroskop. 2. Uji konduktivitas

Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi disbanding emulsi dimana fase kontinyunya adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektroda dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, dimasukkan dalam emulsi m/a lampu akan menyala karena menghantarkan arus untuk kedua elektroda. Jika lampu tidak menyala diasumsikan bahwa sistem a/m.

3. Uji kelarutan warna

Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi. Sememtara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi ketika pengujian mikroskopik menunjukan bahwa zat warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu. Uji ini diulangi

(30)

menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, pewarnaan fase kontinyu menunjukkan tipe a/m.

HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)

HLB adalah nilai perbandingan antara sejumlah molekul lifopilik dan hidrofilik. Contoh perhitungan HLB dalam formula

Liquid petrolium 35%

Lemak bulu domba 1%

Cetil Alkohol 1%

Emulgator 7%

Air 56%

Persentase komposisi dari fase minyak adalah 35%+1%+1%= 37% dan dibutuhkan HLB untuk emulsi m/a dapat dihitung sebagai berikut;

Liquid petrolium = 35/37= 94,6% x 12 = 11,4 Lemak bulu domba = 1/37= 27% x 10 = 0,3 Cetil Alkohol = 1/37= 27% x 15 = 0,4

Jadi jumlah HLB butuh dari emulgator yang diperlukan adalah 12,1 Supositoria

Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum Cacao), polietilenglikol dan gelatin.

(31)

Bobot supositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Supositoria disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Komponen supo

Tujuan pemakaian supo Keuntungan supositoria;

1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung

2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.

3. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat dari

pada penggunaan obat per os.

4. Untuk pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

Pembuatan supositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara seperti berikut: bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk yang halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lain, ada juga terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka untuk mengeluarkan isinya.

Aerosol

Aerosol adalah sediaan farmasi bertekanan tinggi yang mengandung satu atau lebih bahan aktif (zat berkhasiat), yang bila ditekan akan mengeluarkan dispersi partikel halus berupa cairan dan atau bahan padat dalam medium gas.

Komponen aerosol terdiri atas; 1. Konsentrat produk/zat aktif

(32)

Bahan aktif atau campuran bahan aktif dan zat lain yang diperlukan (pelarut, antioksidan, surfaktan)

2. Propelan

 Propelan tunggal atau campuran propelan dengan pembawa.

 Propelan dapat dikombinasikan demean zat akktif menurut berbagai cara sehingga

menghasilkan produk dengan sifat dan karakteristik berbeda. Kelengkapan aerosol

1. Wadah/kontener

Biasanya dibuat dari plastik, logam atau kombinasi logam dan kaca.

Bahan tersebut harus tahan terhadap tekanan dan temperatur 1300F (54,40C)

2. Katup

Aliran keluarnya zat aktif dan profelan. Bentuk katup tergantung dari jarak dan luas penyemprotan.

3. Propelan

Zat aktif yang dimampatkan/dicairkan. Biasanya tekanan udaranya > tekanan udara luar sehingga zat aktif dapat didorong keluar.

4. Aktuator

Yang menentukan arah semprotan. Aktuator dipengaruhi oleh sifat zat aktif, ukuran partikel, sifat profelan, formulasi dan bentuk ruang.

Aktuator berfungsi untuk membantu menghasilkan tipe aktuator;  Spray / semprotan

 Foam / busa

(33)

Keuntungan 1. Dosis independen

2. Stabilitas baik terhadap lembab dan oksigen

3. Obat dapat langsung mencapai tempat kerja/tempat yang sakit

4. Iritasi minimum

Pemeriksaan mutu aerosol  Uji stabilitas

Sifat produk; tekanan uap, kecepatan penyemprotan katup, pH, BJ, viskositas, kadar zat aktif, berat total, warna dan bau.

 Kontener / wadah

Diperiksa apakah terjadi korosi. Jika kontener dilapisi dengan resin epoksi pelu diperiksa apakah tidak melunak, melarut, terkupas, atau melepuh karena konsentrat.  Katup (valve)

Diuji untuk menjamin katup berfungsi dengan baik, mengeluarkan produk secara lanncar dan tidak terjadi penyumbatan sehingga akan menutup pengeluaran aerosol dari kemasan.

Evaluasi mutu sediaan;

- Derajat semprotan/spray

- Pengujian tekanan

- Pengujian kebocoran

Sediaan steril

Injeksi atau obat suntik adalah sediaan farmasi steril yang penggunaannya diinjeksikan dibawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa, dalam

(34)

bentuk larutan, emulsi, suspensi dan siap diinjeksikan atau berupa padatan kering yang jika di campur dengan pelarut yang sesuai akan membentuk suatu larutan atau

suspensi.

Macam-macam injeksi

1. Sub kutan / pemberian dibawah kulit (s.c), yaitu disuntikkan ke dalam tubuh melalui

bagian yang sedikit mengandung lemak dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit. 2. Intra muscular (i.m), yaitu disuntikkan ke dalam jaringan otot, pada umumnya pada otot

pantat atau paha.

3. Intra vena (i.v), yaitu disuntikan langsung kedalam pembuluh darah vena.

4. Intraspinal, intratekal, intradural, yaitu disuntikkan masuk ke dalam sumsum tulang

belakang.

5. Intraperitonial yaitu kateter dimasukkan ke dalam rongga perut dengan cara operasi

untuk tempat memasukkan cairan steril.

6. Intraartikular yaitu disuntikkan ke dalam sendi.

7. Intradermal yaitu disuntikan ke dalam kulit.

8. Intracardial (i.ed) yaitu langsung ke dalam jantung.

9. Intrasisternal (i.s) yaitu disuntikan langsung masuk sumsum tulang belakang, pada

dasar otak.

Keuntungan dan kerugian injeksi

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan demean cara meneteskan obat pada selaput lender mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat barikut antara lain;

(35)

2. Sedapat mungkin isohidris (larutan yang mempunyai pH kira-kira sama dengan pH

darah yaitu 7,4)

3. Sedapat mungkin isotonis

Larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Cairan yang bersifat hipotonis adalah cairan yang mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil terhadap cairan tubuh, maka akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh sehingga akan menyebabkan terjadinya pengembangan dari sel dan dapat menyebabkan pecahnya sel.

Pengertian sterilisasi

Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroorganisme hidup baik dalam bentuk sel vegetatif maupun dalam bentuk spora.

Cara-cara sterilisasi

Secara umum cara-cara sterilisasi yang diuraikan farmakope yang lazim digunakan antara lain;

1. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering

2. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah

3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat tertentu

4. Sterilisasi dengan cara penyinaran

5. Sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri

6. Sterilisasi secara aseptik

Untuk memperoleh sediaan steril dari suatu produk dapat dilakukan sterilisasi melalui cara-cara sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptic (aseptic processing).

(36)

1. Terminal sterilization (sterilisasi akhir)

a. Overkill metode, sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu

1210C selama 15 menit.

b. Bioburden sterilization, adalah merupakan cara sterilisasi yang membutuhkan

monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroorganisme sekecil mungkin. 2. Aseptic processing, adalah metode pembuatan produk steril yang menggunakan

saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang di formulasikan dan diisikan kedalam kontainer steril dalam lingkungan steril.

Cara pembuatan injeksi Cara pembuatan tetes mata

Obat tetes mata atau guttae ophthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk atau dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola mata.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pembuatan tetes mata sebagai berikut;

a. Ketelitian dan kejernihan dalam pembuatan larutan obat mata

b. Sterlitas sediaan akhir dan adanya bahan antimikroba yang efektif untuk menahan

pertumbuhan beberapa organism yang dihasilkan selama pembuatan dan penggunaannya.

c. Isotonis larutan.

d. Sifat pH dari bahan pembawa untuk menjamin kestabilan optalmik.

Tetes mata dibuat dengan mmenggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet

(37)

terhadap obat yang terkandung di dalamnya, setelah tetes mata digunakan.

Penggunaan pengawet dalam sediaan tetes mata mempunyai beberapa persyaratan sebagai berikut;

a. Bahan harus mempunyai spectrum luas yang efektif melawan organisme gram negative

dan gram positif serta terhadap jamur. Pengawet harus memiliki akitivitas bakterisida yang cepat terutama untuk melawan organism yang virulen seperti strain Pseudomonas aeruginosa.

b. Bahan harus stabil pada rentang kondisi yang luas termasuk pada autoklaf dan stabil

pada rentang pH yang luas.

c. Dapat bercampur dengan kebanyakan obat yang umumnya digunakan pada sediaan

tetes mata.

d. Tidak mempunyai kecenderungan alergi atau sensitasi, karena beberapa pasien

menggunakan obat dalam periode tahunan.

Cairan mata cairan lakrimal secara normal mempunyai pH 7,4 – 8,0, yang idealnya sediaan mata harus diformulasikan pada pH yang setara dengan pH cairan mata. Tujuan untuk mendapatkan obat mata adalah untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kestabilan obat dan mengontrol aktivitas terapeutik obat.

Cara kerja pembuatan obat suntik

Pada pembuatan obat suntik pada umumnya dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut;

a. Perencanaan

(38)

- Alat-alat yang dibutuhkan pada proses pembuatan obatnya, termasuk jumlah yang

dibutuhkan pada hari itu.

- Zat-zat yang dibutuhkan pada proses pembuatan obat suntik

- Waktu yang dibutuhkan menyelesaikan pembuatan obat

- Pembagian tugas untuk setiap pekerja

- Perencanaan pada setiap tahapan pembuatan

- Perencanaan tahap penyaringan, pengisian, penutupan dan sterilisasi.

Pada setiap pembuatan obat suntik selalu ada perencanaan kerja dan selalu dapat diperbaiki setiap saat sehingga dapat diperoleh perencanaan yang baik.

b. Pembuatan obat suntik

c. Penyaringan

d. Pengisian ke dalam wadah

e. Penutupan wadah

f. Pengemasan

Perhitungan tonisitas Contoh formula obat suntik:

Thiamin HCl 50 mg / 60 mg Pyridoxine HCl 50 mg / 100 mg Dinatrium EDTA 0,05 mg / 0,02 Rumus Penurunan Titik Beku (PTB) 0,52 – a . c

W = b Dimana:

(39)

oW= Bobot dalam gram zat yang ditambahkan dalam 100 ml untuk memperoleh larutan isotonis.

oa = Penurunan titik beku yang disebabkan oleh 1% b/v zat berkhasiat. ob = Penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% b/v zat tambahan. oc = Kadar zat berkhasiat dalam % b/v.

Penurunan titik beku untuk zat (a1: 0,139 ; a2: 0,213 ; a3: 0,13)

Penyelesaian : 0,52 – {(0,139x5)+(0,213x5)+(0,13x0,05)} W = 0,576 0,52 – (0,695 + 1,065 + 0,0065) W = 0,576 0,52 – 1,7665 W = 0,576 W = 2,16404 g/ml (hipertonis) Pemeriksaan injeksi 1. Uji kebocoran/kekedapan

Pada produksi obat steril yang dikemas dalam ampul, setelah dilakukan proses sterilisasi sering mengalami celah atau retakan yang tidak terlihat oleh mata attau secara mikroskopik, khususnya pada bagian penutupan ampulnya. Celah atau retakan tersebut merupakan sumber yang berbahaya, karena dapat merupakan jalan masuknya kontaminasi pada obat suntik tersebut. Pengujian kebocoran dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut;

a. Ampul dikumpulkan dalam bak yang bervolume tiga liter atau dimasukkan dalam larutan

biru metilen (0,08-0,09%), yang dicampur dengan 0,9% benzyl alkohol dan natrium hipoklorite. Setelah itu bak tersebut ditutup dan divakumkan dengan tekanan 70 mmHg selama beberapa menit (tidak lebih dari 15 menit). Selanjutnya bak tersebut

dinormalkan kembali seperti semula, kemudian dibuka. Pengamatan dilakukan terhadap ampul-ampul yang terwarnai oleh larutan bahan perwarna atau setelah

(40)

pencucian ampul terwarnai oleh bahan pewarna yang dipakai. Bila ada celah atau retakan pada ampul obat suntik tersebut, maka zat warna akan masuk kedalam ampul dan menyebabkan terjadinya pewarnaan dari isi ampul, dengan demikian berarti ampul mengalami retakkan atau celah. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk larutan obat suntik yang berwarna.

b. Wadah-wadah tunggal disterilkan terbalik, yaitu ujung ampul tersebut kebawah, jika ada

kebocoran atau retakan, maka larutan dalam ampul akan keluar dari dalam wadah, sehingga wadah-wadah tersebut kosong.

c. Untuk obat suntik yang tidak dapat disterilkan, maka pengujian retakan atau

kebocorannya dilakukan dengan memasukkan kedalam eksikator yang selanjutnya divakumkan, bila ada retakan atau kebocoran, larutan obat suntik dalam wadah tersebut akan keluar.

2. Uji kejernihan dan warna

Pada umumnya obat suntik harus jernih, bebas dari pengotoran atau partikel. Pengujian secara visual ditujukan bagi pengotoran yang tidak larut, khususnya bahan-bahan yang melayang dan serpihan gelas. Pengotoran tersebut dapat berasal dari material

penyaring dan ketidak cermatan dalam pembersihan ampul.

Ada beberapa cara pengujian ampul/wadah untuk sediaan obat suntik;

a. Dilakukan dengan cara visual dengan cara ampul atau botol diputar secara vertikal 1800

berulang-ulang didepan suatu latar belakang yang gelap dan sisinya diberi cahaya artinya wadah tersebut disinari dari samping dengan latar belakang yang gelap. Dengan demikian, serpihan gelas akan berjatuhan yang mula-mula turun dan berkumpul didasar ampul atau botol. Bahan melayang akan berkilauan apabila terkena cahaya.

(41)

b. Pengujian kejernihan ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan sinar polarisai.

3. Uji keseragaman volume

Beberapa Farmakope menetapkan cara pengujian volume seperti Farmakope Inggris 1958, Farmakope Amerika 1955. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat ukur volume. Volume larutan setiap wadah harus sedikit lebih besar dari pada volume yang ditetapkan. Kelebihan yang dianjurkan tertera seperti pada tabel berikut;

Volume pada etiket (ml) Cairan encer (ml) Cairan kental (ml)

0,5 0,10 0,12 1,0 0,10 0,15 2,0 0,15 0,25 5,0 0,30 0,50 10.0 0,50 0,70 20,0 0,60 0,90 30,0 0,80 1,20 29,2 atau lebih 2% v/v 3% 4. Uji sterlisasi

Pengujian sterilitas dilakukan sesuai Farmakope yang berlaku, meskipun sediaan injeksi telah dilakukan secara sterilsasi dengan baik. Pengujian dilakukan secara mikrobiologis dengan menggunakan medium pertumbuhan tertentu. Diinkubasi pada suhu 370C, selama 2-7 hari. Sediaan dianggap memenuhi syarat bila tidak ditemukan

adanya pertumbuhan mikroorganisme dalam tabung uji yang telah diinokulasikan dengan contoh sediaan yang diperiksa. Bila terjadi pertumbuhan dapat diulangi pengujian tersebut, sampai dua kali.

5. Uji pirogenitas

Pengujian pirogenitas dilakukan terhadap obat injeksi yang pemberiannya secara intravena atau subkutan dengan volume pemberian satu kali pakai 10 ml atau lebih. Beberapa farmakope telah menguraikan cara-cara pengujian pirogenitas tersebut.

(42)

Pengujian menggunakan hewan uji berupa kelinci dengan persyaratan tertentu, yaitu hewan uji tersebut mempunyai berat minimal 1500 gram. Sebelum dilakukan pengujian tersebut hewan uji harus dipelihara baik dengan pemberian zat gizi seragam selama satu minggu.

Cara pengujian dilakukan sebagai berikut;

a. Dosis digunakan 10 ml untuk setiap kg bobot kelinci,

b. Caranya adalah kelinci dikeluarkan dari kandangnya dan dilakukan pengukuran suhu

normal tubuhnya dengan termometer. Jika suhu normalnya terletak antara 38,90C atau

39,80C maka hewan tersebut dapat dipakai sebagai hewan uji. Sediaan yang akan

disuntikan dengan sesegera mungkin (tidak kurang dari 15 menit) yang sebelumnya telah dipanaskan sampai suhu 370C. Penyuntikan dilakukan pada pembuluh darah balik

dikuping.

Hasil dari uji pirogen ini dinyatakan positif apabila dua dari tiga hewan uji menunjukkan adanya kenaikan suhu 0,60C atau lebih di atas suhu yang ditetapkan sebagai suhu

normal untuk setiap hewan uji dan jika jumlah kenaikan suhu lebih dari 2,10C. Jika

hanya seekor hewan uji menunjukkan kenaikan suhu 0,60C atau lebih atau jika jumlah

tiap kenaikan suhu ketiga hewan uji melebihi 1,40C, maka pengujian harus diperluas

dengan menggunakan tambahan lima ekor hewan uji. Pengujian dinyatakan positif bila empat ekor atau lebih dari delapan hewan uji masing-masing menunjukan kenaikan suhu 0,60C atau jika jumlah kenaikan suhu kedelapan ekor hewan uji melebihi dari

3,70C. Pengujian bebas pirogen ini menjadi sangat penting karena bila obat yang tidak

bebas pirogen tersebut disuntikan ke pasien dapat menyebabkan demam. 6. Uji keseragaman bobot

(43)

Untuk pengujian tehadap keseragaman bobot ini diambil 10 buah wadah sediaan injeksi dan etiketnya dihilangkan. Wadah tersebut dicuci pada bagian luarnya dengan air dan dikeringkan benar-benar. Selanjutnya timbang satu per satu dalam keadaan terbuka dan seluruh wadah berserta isinya ditimbang. Isi wadah dikeluarkan dan wadah tersebut dicuci dengan air dan selanjutnya dibilas dengan alkohol 95%, kemudian dikeringkan pada suhu 1050C, dan ditimbang. Perbedaan-perbedaan dalam

penimbangan menyatakan berat isi wadah. Hal yang sama dilakukan terhadap sembilan wadah lainnya, selanjutnya berat rata-rata dari kesepuluh wadah dihitung. Batas penyimpangan bobot pada wadah yang boleh menyimpan tidak lebih dari 2 kali batas tertentu.

Bobot yang tertera pada etiket Batas penyimpangan (%) Tidak lebih dari 120 mg 10

Antara 120 mg – 300 mg 7,5

300 mg atau lebih 5,0

Wadah dan tutup wadah

Wadah untuk injeksi dibuat dari gelas plastic tidak boleh bereaksi dengan obat atau mempengaruhi khasiat obat, tidak mengeluarkan partikel kecil, dan mudah memeriksa isinya dengan mudah.

3 macam wadah untuk larutan injeksi

1. Wadah takaran tunggal ialah ampul 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml. dibuat dengan gelas dan

ditutup dengan peleburan.

2. Wadah takaran ganda ialahh vial atau flacon, dibuat dari gelas dengan tutup karet dan

diluarnya ditutup dengan tutup kap dari aluminium.

3. Untuk cairan infuse digunakan dengan botol infuse, biasanya 500 ml, atau wadah dalam

(44)

Syarat gelas

1. Gelas harus netral, tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikan pH larutan injeksi

2. Pada waktu menutup ampul, gelas mudah dilebur.

3. Gelas tidak mudah pecah, dan waktu ampul dipotong tidak mengeluarkan pecahan

gelas yg lembut. Syarat karet

1. Harus elastis; dapat menutup baik pada pencoblosan jarum injeksi dan larutan tidak

keluar dari samping jarum dan akan menutup baik setelah jarum ditarik.

2. Permukaan laipsannya harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.

3. Sehabis sterilisasi karena ada penurunan tekanan dalam vial karena pendinginan tutup

karet akan tertarik ke dalam, dengan demikian menjamin penutupan wadah dengan sempuna.

4. Pada pemanasan tutup karet pada suhu 1150 selama 30 menit dalam air suling, maka

cairan harus tidak mempunyai rasa, tidak berbau, tidak ada sisa penguapan dan tidak bolah ada bahan reduksi dan logam-logam yang berasal proses vulkanisasi.

Referensi

Dokumen terkait

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang

• Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.. •

Menurut FI ed III, suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi.. dalam

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai

Siswa dapat menjelaskan cara membuat sediaan serbuk dengan berbagai macam sifat bahan obat untuk pemakaian dalam dan luar.. Siswa dapat menghitung bahan obat dan DM

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan.. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh