• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi & Evaluasi sediaan suspensi BENTELMITH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi & Evaluasi sediaan suspensi BENTELMITH "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI II

FORMULASI & EVALUASI

SEDIAAN CAIR

Suspensi

" BENTELMITH "

Disusun oleh :

Nama       : Hibah Muhamad Salim Naji Alkathiry

NPM         :   1115003891   

Semester  :    IV 

PROGRAM STUDI D III FARMASI

FAKULTAS ILMU KESHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Pembuatan dan Evaluasi

sediaan suspense " Bentelmith " Penulisan laporan ini merupakan salah satu

tugas yang diberikan dalam mata kuliah Teknologi Farmasi II .Laporan ini bukanlah

karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi

maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah. Semoga makalah ini

bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.

Terimakasih ,

Hibah Alkathiry

(3)

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN...

I.1 Latar Belakag...

I.2 Tujuan Praktikum …...

BAB II LANDASAN TEORI ………..…

II.1 Dasar Teori ...

II. 2 Formulasi ……...

II. 3 Alat dan Bahan ……….

II.4 Metode Pembuatan ...………...

BAB III ISI ……….

II.1 Perhitunagan ………

II.2 Data dan Hasil ……….

II.3 Pembahasan ………

BAB IV PENUTUP ...

IV. 1 Kesimpulan ...

IV .2 Daftar Pustaka ...

(4)

SUSPENSI " BENTELMITH

"

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

:

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif

dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan cara meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi

atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat ..

. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran salah satunya adalah suspensi. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan

penampilannya yang baik dari segi warna maupun bentuk. Penggunaan bentuk sediaan suspense dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien karena suspense dpat mengurangi penguraian zat

aktif yang stabil dalam air .

Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air . Alasan bahan obat

diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat (RPS 18th :1539)

Sehingga dalam dunia farmasi seharusnya mengetahui formulasi obat yang baik dan benar

sehingga sediaan obat yang baik dapat dipilih.Dengan keahliannya farmasis mudah memformulasi bentuk sediaan obat.Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan formulasi dalam sediaan

suspensi .

I.2. Tujuan

:

Mahasiswa dapat melakukan pembuatan dan evaluasi sediaan suspensi

"

BENTELMITH

"

.

BAB II

LANDASAN TEORI

(5)

A.   Pengertian

:

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal  terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling  bercampur. (Anonim, 2004)

Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut  digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005)

Karena molekul­molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang 

baik,  jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995)

Menurut Lachman ( hal 983 ), Suspensi adalah sistem heterogen dari 2 fase. Fase kontinyu

atau eksternal ( luar ) biasanya berupa cairan atau semipadat dan fase terdispersi atau

internal terdiri dari bahan partikel partikel kecil yang tidak larut tetapi terdispersi dalam

fase kontinyu, bahan tidak larut dapat ditujukan untuk absorbsi fisiologis atau fungsi

penyalutan internal atau eksternal

.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV ( hal 17 )

,

Suspensi adalah sediaan cair yang

mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair

.

Menurut Farmakope Indonesia edisi III (hal 32 ) ,

Suspensi adalah sediaan yang mengandung

bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa

.

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat

dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan

(formularium nasional hal ; 333 ,1978)

Menurut DOM Marthin,

Suspensi adalah proses penyiapan bahan homogen yang terdiri dari

fase terdispersi atau fase internal yaitu padatan dan fase kontinyu yaitu cairan

.

Menurut RPS 18th,

Fisika kimia mendefinisikan kata “suspensi” sebagai sistem dua fase

yang terdiri dari serbuk terbagi halus yang didispersikan dalam padatan, cairan atau gas

.

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan

yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan

pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan

.

Suspensi merupakan termodinamika tidak stabil, dimana terdapat padatan yang tidak

larut dari suspensi yang menyebabkan adanya tegangan antarmuka dan memerlukan

energi bebas permukaan untuk menstabilkannya sehingga energi besas permukaan tidak

(6)

2

.

MACAM-MACAM SUSPENSI

A . Berdasarkan Kegunaannya

:

1.      Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat         dalam 

bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang 

ditujukan untuk penggunaan oral.

2.      Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk 

halus yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan 

kulit.

3.      Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel­partikel halus 

yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.

4.      Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus 

yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

5.      Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan 

pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk

suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai

.

( lmu Resep Syamsuni , hal 125 )

B. Berdasarkan Istilah

1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk 

pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)

2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya 

mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan 

konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit 

(contoh : Lotio Kalamin)

 

C . Berdasarkan Sifat

1. Suspensi Deflokulasi

1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri  dan apabila kecepatan 

sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan

lambat.

2. Gaya tolak­menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing­masing partikel 

menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.

3. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi 

partikel yang halus sangat lambat.

4. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen 

pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.

(7)

6.

 

Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak 

dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

2.  Suspensi Flokulasi

1. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya 

sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok 

partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.

2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan 

flokul­flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam­

macam.

3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah

diredispersi.

4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan 

sedimentasinya tinggi.

3. PEMBUATAN SUSPENSI :

A. Metode pembuatan suspense:

 Metode disperse:

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah    terbentuk  kmudian baru diencerkan.

       Metode praesipitasi:

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur  dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.

B. Sistem pembentukan suspense:

System flokulasi:

1. partikel merupakan agregat yang bebas 2. sedimentasi terjadi capat

3. sediment terbentuk cepat

4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti  semula

5.  wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi  daerah cairan yang jernih dan nyata.

 

System deflokulasi:

(8)

2.  sedimentasi yang terjadi lambat masing­masing partikel mengendap terpisah dan ukuran  partikel adalah minimal

3. sediment terbentuk lambat

      4. sediment akan membentuk cake yang keras & sukar ter­dispersi kembali .

 (Anonim, 2004)

4. Keuntugan sediaan suspensi

 : Antara lain sebagai berikut :

     a. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak­

anak.

b. Homogenitas tinggi

c. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak 

antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).

d. 

Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

e. Baik untuk beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.              f. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa 

obat yang tergantung kelarutannya.

5. Kerugian bentuk suspense

 :  Antara lain sebagai berikut :

a.  Rasa obat dalam larutan lebih jelas.

b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya  tablet, dan kapsul. c.  Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam

larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .

 d

.   

Jika membentuk “

cacking

” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya 

turun.

e. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, 

flokulasi­deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.

      f. Sediaan  harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.

( Anief, M., 1987 )

6.Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel

Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama ).  Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin 

memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

(9)

Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan  diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan  mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam  waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang  sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan 

tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan  tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. (Anonim, 2004 )

II.2 . FORMULASI :

A.Formula Asli :

Formularium Nasional ; hal 288

Tiap 5 ml mengandung :

Thiabendazolum       500 mg  Zat tambahan yang cocok      qs. Aquadest      ad      5 ml 

B. Formula Pengembangan :

Tiap 5 ml mengandung:

Albendazole

       200 mg Vitamin B6       5 mg CMC – Na      2  % Sirup Simplex       10 % Pewarna Ungu       qs 

V

R

/

R

(10)

II. 3 ALAT & BAHAN :

A. Alat :

1. Asbes .

2. Batang Pengaduk.

3. Beaker Gelas. 

4. Buret.

5. Gelas Ukur.

6. Kaki Tiga. 

7. Korek Api.

8. Mortir & Stamper .

9. Neraca Analitik. 

10. PH Meter. 

11. Piknometer.

12. Pipet Tetes 

13. Spirtus .

14. Statif & Klem.

15. Stop Watch .

(11)

II.4. PEMBUATAN & PENGUJIAN EVALUASI Sediaan Suspensi '

Bentelmith

'

A . Pembuatan Sediaan Suspensi " Bentelmith

: "

B. UJI ORGANOLEPTIS , HOMOGENITAS , & Ph

:

       

Disimpan dan dilakukan evluasi pada sediaan suspensi

bentelmith yang sudah dibuat

.

DItambahkan bahan pewarna dan pengaroma

dicampurakan campuran 1, campuran , 2campuran 3

.

Diambil dan dimasukan dalam mortir cmc na yang sudh di

timbang dan ditambahkan aquadest , di aduk ad tebentuk

gel cmc ( campuran 3 )

Diambil vitamin B6 yang sudah ditimbang dan

ditambahkan aquadest , digerus , hingga larut ( campuran

2 )

.

Ditambahkan sirup simpleks dalam mortir ,sedikit demi

sedikit , digerus hingga homogen dengan

.

Dimasukan Albendazole yang sudah di timbang ke dalam

mortir dan ditetesi tween 80 secukupnya, digerus hingga

larut ( campuran 1 )

.

Diambil & disiapkan alat yang digunakan untuk membuat

sediaan suspensi Bentemith yang diperlukan

Dicatat hasil dari pengamatan

.

Dilakukan kemudian uji Ph sediaan suspensi dengan mengencerkan sedian sirup dengan air , kemudian

dicelupkan kertar ph universal dan di lihat Ph - nya

.

Dilakukan kemudian uji homogenitas dengan cara sample sedian sirup yang dibuat dilihat dan diamati

partikelnya dengan adanya cahaya yang menembus

.

Diambil sample dari suspensi yang di buat dan diamati organoleptisnya yaitu , mengamati , bentuk , warna ,

bau dan rasa dari sediaan sirup yang di buat

(12)

2

.

UJI BERAT JENIS

:

3

.

UJI VISKOSITAS

:

Hasil dari perhitungannya ditentukan sebagai BJ suspensi

.

Dihitung selisih dari berat piknometer +suspensi yang dikurangi berat piknometernya sendiri saat kosong ,

dicatat hasilnya , kemudian dibagi volume piknometernya

.

Dimasukan sample dari sediaan suspensi yang di buat ke dalam piknometer yang sudah ditimbang sebelumnya ,

dan ditimbang berat piknometernya + suspensi

.

Dihitung selisih dari berat piknometer +air , dikurangi berat piknometernya sendiri saat kosong , dicatat

hasilnya , kemudian dibagi volume piknometernya

.

Dimasukan air ke dalam piknometer yang sudah ditimbang sebelumnya , dan ditimbang berat

piknometernya +air

Diambil piknometer kosong yang sudah bersih dan ditimbang beratnya

.

Dicatat waktu mulai nya pengaliran suspensi dari buret ke wadah penampung ( beaker gelas ), dan di catat waktu dari akhir tetes dari suspensi yg dalam buret keluar , dicatat waktu alir yg diperlukan seluruh suspensi

untuk mengair

.

Dimasukan suspensi dalam buret hinga mencapai 20 ml

.

Diambil dan di siapkan buret , klem , statif , corong dan sample sediaan suspensi yang dibuat

(13)

4

.

UJI sedimentasi

:

 

5

.

UJI redispersibilitas

:

PEMBAHASAN :

Dicatat waktu mulai nya pengendapan suspensi selama 15 menit dan di ukur fase jernihnya

Dimasukan suspensi dalam gelas ukur hinga mencapai 30 ml

.

Diambil dan disiapkan gelas ukur, corong dan sample sediaan suspensi yang dibuat

.

Dilakukan penggojokan 90 derajat berulang ulang hingga fase menjadi terdispers kembali . dihitung waktunya

dan jumlah penggojokan

.

Dimasukan suspensi dalam gelas ukur hinga mencapai 30 ml dan didiamkan hingga mengendap

.

Diambil dan disiapkan gelas ukur, corong dan sample sediaan suspensi yang dibuat

(14)

Dalam pembuatan suspensi dikenal 2 macam system, yaitu system flokulasi dan system 

deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan  mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system deflokulasi, 

partikel terdeflokulasi mengenap perlahan­lahan dan akhirnya membentuk sedimen dan terjadi  agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Pada system flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh­sungguh tergantung pada  kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu flokulasi kelihatan kasarr  akibat terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel tersdispersi baik dan mengenap sendirian,  tapi lebih lambat daripada system flokulasi, tapi partikel deflokulasi berkehandak membentuk  sedimen atau cake yang terdispersi kembali.

( Anief, 1993 )

Teknologi Pembuatan

Pembuatan sediaan obat suspensi dibedakan menjadi empat fase, yaitu : a.      Pendistribusian atau penghalusan fase terdispersi.

b.       Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi di dalam bahan pendispersi.

c.      Stabilisasi untuk mencegah atau mengurangi pemisahna fase.

d.       Homogenisasi, yang diartikan sebagai perataan fase terdispersi dalam bahan pendispersi.

Pada umumnya pembuatan suspense dilakukan dengan penghalusan /pengecilan  ukuran  partikel zat  yang dikehendaki, bahan padat mula­mula digerus homogen dengan sejumlah kecil  bahan pendispersi, kemudian sisa cairan dimasukkan sebagian demi sebagian. Jika pembawa terdiri dari beberapa cairan maka untuk menggerus digunakan cairan dengan viskositas yang tertinggi atau yang memiliki daya pembasahan paling baik terhadap partikel terdispersi.

a. Bahan pensuspensi / suspending agent (Art of Compounding, hlm 300)

Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan 

resin dan bahan berlemak

 

Cara Kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi 

dengan pengocokan.  Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang 

terlindung dari gumpalan/aglomerasi.  Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, 

biasanya muatan partikel ada pada media air  atau sediaan hidrofil.

 

Faktor pemilihan suspending agent

1. Penggunaan bahan (oral / topikal) 2. Komposisi kimia

(15)

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi :

(Lachman Practice, 479-491)

1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :

1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan  sorbitol atau sukrosa.  BJ medium meningkat.

2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill 3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.

4. Pembasahan serbuk

Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan  tween.

1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh : 1. Perbedaan densitas

2. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan

3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat diatasi dengan  penambahan humektan.

Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme humektan :  

mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.  Contoh :  gliserin, propilenglikol.

1. Pertumbuhan kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi perubahan suhu  dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.

Hal­hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)

1. gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit 2. pilih bentuk kristal obat yang stabil

3. cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel 4. gunkan pembasah

5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain­lain yang akan membentuk  lapisan pelindung pada partikel

6. viskositas ditingkatkan

7. cegah perubahan suhu yang ekstrim

Hal­hal yang memicu terbentuknya kristal ::

1. keadaan super jenuh

2. pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat

3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang  bervariasi

4. keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent 5. kondisi saat proses pembuatan.

6. Pengaruh gula (sukrosa)

(16)

2. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent.

Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force

Variasi pada sifat-sifat suspensi

Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending

agent.

Efektif untuk kremi, gelang, trikuris, S stercoralis, N americanus

· Cysticercosis dan hidatid

-Abs per oral : baik oleh usus

· Ekskresi : urin, feses

-Menghambat ambilan glukosa oleh larva dan cacing dewasa à parasit mati

· Membunuh larva N americanus

· Merusak telur cacing gelang, tambang dan trikuris

-Untuk infeksi cacing kremi, tambang, askaris atau trikuris Untuk kremi pengobatan diulang sesudah 2 minggu

Untuk cacing tambang dan trikuris : lama pengobatan yg dianjurkan 2-3 hari ·

Untuk cacing S. stercoralis

· T. Saginata, cutaneous larva-migrans

-Anak < 2th

· Untuk penggunaan 1-3 hari aman

· Efek samping : nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, insomnia

· Pada pengobatan penyakit hidatid :alopecia, leukemia reversibel, peningkatan transaminase reversibel, anafilaksis Penggunaan kronis pada hewan uji : diare, anemia, hipotensi, kelainan fungsi hati, toksisitas thd fetus

(17)

SUSPENDING AGENT  CMC NA :

(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of Compounding, 301,305,307; Martindale 28th, 950-951; Lyman’s Textbook of Pharm. Compounding & Dispensing, 239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton Pharm.Practice, 101; Aulton The Science of.., 276)

Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih, praktis tidak

larut dalam pelarut organik.

pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 – 8,5. Stabil pada range pH 5 – 10. Viskositas

musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago lebih peka terhadap perubahan pH daripada metilselulosa.

Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering dengan

mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan viskositas secara

perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan memburuk. Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini tidak terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam autoklaf pada 125o C selama 15

menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar 25 %. Karenanya, bila menghitung jumlah CMC Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan disterilkan hal ini harus

dipertimbangkan.

OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti akriflavine,

gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid, hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan larutan asam kuat, FeCl3 (garam-garam besi yang larut air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit.

Keamanan : CMC Na adalah zat yang non toksik

Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang

ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur ber-resin ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % – 1 % atau 0,5 % – 2 % CMC Na dengan derajat viskositas medium umumnya mencukupi.

-> Sirupus simplex

(Farmakope Indonesia III hal 567)

· Warna : tidak berwarna

· Rasa : manis

· Bau : tidak berbau

· Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna

· Polimorfisme :

· Ukuran partikel :

-· Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,

sukar larut dalam eter

· Titik lebur : 180

0

· pKa / pKb :

-· Bobot jenis : 1,587 gram/mol

· pH larutan :

-· Stabilitas : ditempat sejuk

· Inkompatibilitas :

-· Kegunaan : sebagai pemanis

(18)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus kimia : H

2

O

Berat molekul : 18,02

Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

1.      Evaluasi Viskositas.

Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan  hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan  adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi  umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan  kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian  rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan­kesulitan seperti yang  diperlukan tadi. (Ansel,1989:357)

2.      Evaluasi Bobot Jenis.

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap bobot air  dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh  dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain  dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI IV hal 1030].  

Didalam literature pengujian volume sedimentasi   untuk evaluasi stabilitas fisik suspensi  dijelaskan bahwa volume sedimentsi harus ± 1, karena jika tidak sediaan suspensi yang  dibuat akan tidak stabil, 

 Selain itu dalam literature pengujian bobot jenis dan viskositas untuk evaluasi stabilitas  sifat fisika juga dijelaskan bahwa dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan  dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi  umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan  kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian  rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan  .  

3.  Uji redispersibilitas : yaitu untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan  agar larutan tercampur semua. Maksimal waktu redispersi adalah 30 detik.Dari hasil uji  redispersibilitas pada sediaan  27,3 detik  yang dibutuhkan agar larutan tercampur  kembali 

 4. Uji pH : pH suspensi yang baik adalah kurang dari 5 dan tidak lebih dari 6,5. Dari  hasil uji pH pda sedian suspense bentelmith  tidak lebih dari 6,5, sehingga sediaan  suspensi jika dilihat dari uji pH termasuk sediaan suspensi yang baik.

 Dengan bentuk airan kental              5. Uji Organo leptis : 

        Dilakukan pengujian organoleptis dengan kaat mata, diamati bau    bentuk rasa dan wangi.   Dari hasil pengujian di daptakan warna ungu bau mengengat rasa manis agak pahit .

Pemanis

Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan

Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :

(19)
(20)

7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik 

dibandingkan dalam bentuk larutan.  Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai 

Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.

8. Suspensi BaSO

4

 untuk kontras dalam pemeriksaan X­Ray.

9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

Pengemasan dan Penyimpanan

Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang memadai di atas

cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup

rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya. Suspensi perlu dikocok tiap kali

sebelum digunakan. Untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang

diberikan setiap kali tepat dan seragam.

Sifat-Sifat Yang Diinginkan Dalam Suatu Suspensi Farmasi

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspense farmasi yang baik.

Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen forrmulasi, kelenggangan sediaan dan

bentuk estetika dari sediaan sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang

spesifik untuk suspense farmasi :

1.

Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat dan cepat mengendap secara lambat dan harus rata

lagi bila dikocok.

2.

Karakteristik suspensi harus sedemikan rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak

konstan untuk yang lama pada penyimpanan.

3.

Suspense harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

(21)

KESIMPULAN

:

Dari hasil pembuatan dan evaluasi sesiaan suspense 'Bentalmith " , Maka dapat disimpulkan

:

Obat dibuat suspensi karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia, bila ada dalam larutan tapi stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada bahan obat yang tidak dapat larut. Faktor  yang mempengaruhi kestabilan suspensi :Pengecilan ukuran  partikel dari suatu suspensoid berguna  untuk kestabilan suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel  diperkecil. Selain itu jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikit dan jangan terlalu banyak  karena mempengaruhi kestabilan cairan tersebut.  Sedikit banyaknya pergerakan partikel, tolak  menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel, dan konsentrasi suspensoid   juga dapat mempengaruhi. Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya alir kurang  baik karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat terbentuk cacking yang  keras sehingga sulit dituang. dengan metode pembuatan dispersi. Semakin kecil partikel, luas  permukaannya akan semakin besar dan suspensi akan lama mengendap atau sebaliknya semakin  besar partikel, luas permukaan akan semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat 

mengendap. Dari pengamatan yang kami peroleh

:

Daftar pustaka

(22)

1

.

Agoes , Soewarno.T.(2010) Tehnologi Farmasi Sediaan Tablet . Penerbit EGC . Jakarta

.

2

.

Anief , Moh. (2004) . Ilmu meracik obat Teori dan Praktik . cetakan kesebelas

.Yogyakarta . Penerbit Gadjah Mada University Press

.

3. Anonim , ( 1979) . Farmakope Indonesia edisi III , Departemen Kesehatan Republik

Indonesia , Jakarta .

4. Ansel, H.C. (1989) Pengantar bentuk sediaan Farmasi . edisi keempat .penerbit Jakarta ;

Universitas Indonesia.

5 . Ansel , H.C . (2005) . pengantar bentuk sediaaan farmasi edisi VII . Penerbit Jakarta :

Universitas Indonesia

6

.

Banker , S.G ., and Anderson , R .N . ,(1984) Tablet in Lachman , L . Lierberman , The

Theory and Practus of Industrial Pharmacy , 3 rd ed ., lea and Febiger , Philadelphia

.

7

.

Indra , S.P ( 2005 ) Teorian praktik Farmasi Industry II Jakarta : Universitas Indonesia

.

8

.

Lachman . L . Lieberman . H.A and Kanig , J.L ., (1989) The Theory and practice of

Iindustry pharmacy , 2 nd ed ., Lea and Febiger Phiapeldelphia

.

LAMPIRAN

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut FI ed III, suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi.. dalam

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai

. Suspensi %ral adalah sediaan &amp;air yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa &amp;air dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan.. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. 4) Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung

Menurut FI edisi III : Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus, tidak terlarut dan terdispersi dalam pembawa obat padat dalam bentuk halus,

Definisi • Menurut FI V, sediaan suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair • Menurut farmakope III adalah

Dasar Teori Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk