Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi
Menghadapi Revolusi lndustri 4.0
Editor :
Fajar junaedi, lrwa R. Zarkasi Penulis :
Meria Octavianti, Mohamad Reza, Atwar Bajari, Moch. lmron Rosyidi, An nis Azhar Suryaningtyas, I Wayan Suadnya, Eka Putri Paramita, Abung Supama Wijaya, Tri Susanto, Burhan Bungin, Dorien Kartikawangi,
Heni lndrayani , Swita Amalia Hapsari, Hanif Wahyu Cahyaningtyas, Rifqi Hindami, E. Nugrahaeni P, Titi Widaningsih, lta Musfirowati Hanika,
Jlham Ayatullah Syamtar, Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, Maulina Larasati Putri, Tuti Widiastuti, S Bekti lstiyanto, Salsabila Ardiningrum, Lishapsari Prihatini , Sumarni Bayu Anita,
Rachmawati Windyaningrum, Rila Setyaningsih, Abdullah, Edy Prihantoro, Hustinawaty, Sitti Utami Rezkiawaty Kamil,
Sutiyana Fachruddin, lkrima Nurfikria, Marsia Sumule G, Fera Tri Susilawaty, Vera Hermawan, H. Rasman Sonjaya, Diah Amelia, Bayu Dwi Nurwicaksono, Errika Dwi Setya Watie,
Fajriannoor Fanani, Haryo Kusumo Aji, lskandar Zulkarnain, Febry lchwan Butsi, Louisa Christine Hartanto,
Setio Budi H. Hutomo, Supadiyanto.
BUKU
LITERa
Pendidikan Tinggi llmu Komunikasi Menghadapi Revolusi lndustri 4.0
Copyright © penulis
Hak cipta pada penulis dan dilindungi oleh Undang-undang (All Rigths Reserved).
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I : 2019
232 (viii+ 224 him) halaman . 15.5 x 23,5 cm
ISBN:978-602-5681-53-0
Editor :
FajarJunaedi, lrwa R.:U.rkasi Penulis:
Meria Octavianti, Mohamad Reza , Atwar Bajari , Moch. lmron Rosyidi, Amnis Azhar Su ryaningtyas , I Wayan Suadnya , Eka Putri Param ita, Abung Supama Wijaya, Tri Susanto, Bu rhan Bungin , Dorien Kartikawangi , Heni Jndrayani , Swita Amalia Hapsa ri, Hanif Wahyu Cahyaningtyas , Rifqi Hindami , E. Nugrahaeni P,Titi Widanings ih , Jta Musfirowati Hanika , Jlham Ayatullah Syamtar,
Kinkin Yuliaty Subarsa Putri , Maulina Larasati Putri,Tuti Widiastuti , S Bekti lstiyanto, Salsabila Ardin ingrum , Lishapsari Prihatini , Sumarni Bayu Anita ,
Rach mawati Windyan ingrum , Rita Setyaningsih,Abdullah , Edy Prihantoro , Hustinawaty, Sitti Utami Rezkiawaty Kamil, Sutiyana Fachruddin , J krima Nurfikria,
Marsia Sumule G , Fera Tri Susilawaty, Vera Hermawan , H. Rasman Sonjaya , Diah Amelia , Bayu Dwi Nu rwicaksono , Erri ka Dwi Setya Watie , Fajriannoor Fanani,
Haryo Kusumo Aji, Jskandar Zulkarna in, Febry Jchwan Butsi, Louisa Christine Hartanto, Setio Budi H. Hutomo , Supadiyanto.
Desain Cover : Jbnu Teguh W
Lay Out:
Jbnu Teguh W
Penerbit:
Buku Litera Yogyakarta
Minggiran MJ IV1378, RT 63/17 Suryodiningratan ,Mantrijeron ,Yogyakarta Telp. 0274-388895, 08I 79407446. Ema il: [email protected]
Kata Pengantar
Di tahun 2011, ASPIKOM pernah menerbitkan buku berjudul Communication Review : Catatan tentang Pendidikan Komunikasi di Indonesia, Jerman dan Australia. Penerbitan buku ini menjadi salah satu kontribusi nyata ASPIKOM dalan1 memetakan potensi, tantangan dan peluang pendidikan tinggi Ilmu Komunikasi di Indonesia.
Delapan tahun setelah buku tersebut terbit, ASPIKOM kembali merilis sebuah buku tentang pendidikan tinggi Ilnm Komunikasi di Indonesia, dalam sebuah buku yang diberi judul Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Delapan tahun yang lalu, istilah Revolusi Industri 4.0 belum begitu populer.Kini,istilah ini sangat populer dalan1berbagai wacana. Media memberitakan tentang Revolusi Industri 4.0, pejabat publik menyan1paikan istilah Revolusi Industri
4.0 dalam berbagai pidato, dan para akademisi dituntut untuk tanggap menghadapi disrupsi dalan1Revolusi Industri 4.0.
Buku ini merupakan hasil dari Konferensi Nasional Komunikasi yang dihelat sebagai rangkaian dari Kongres V ASPIKOM yang dilangsungkan di Kota Solo tanggal 24 - 26 Juli 2019. Beragam pemikiran para akademisi dalam buku ini layak menjadi acuan dalam pengambilan keputusan perbaikan kurikulun1pendidikan tinggi Ilnm Komunikasi di berbagai institusi perguruan tinggi yang menjadi anggota ASPIKOM. Selamat rnembaca.
Yogyakarta, 10 Juli 2019 Editor
Fajar Junaedi Irwa R. Zarkasi
iii
Daftar lsi
Kata Pengantar ... iii Daftar Isi ... v
Pengembangan Program Studi Ilmu Komunikasi dari Perspe.ktif Mahasiswa
Meria Octavianti, Mohamad Reza, Atwar Bajari... 1
Narasi Pemikiran Jurgen Habermas sebagai Pijakan Altematif Komunikasi Pembangunan Partisipatif
Moch. Imron Rosyidi, Annis Azhar Suryaningtyas ... 17
Identifikasi Ilmu Komunikasi Berbasis Kebudayaan Hindu
I Wayan Suadnya, Eka Putri Paramita ... 27
Rebranding Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Persaingan Global:
Perubahan Nama Institut Pertanian Bogor Menjadi IPB University Abung Supama Wijaya, Tri Susanto ... 37
Desain Penelitian Komunikasi Berazaskan Paradigma Filsafat Post- Positivism
Burhan Bungin ... 51
Big Data dan Riset Public Relations: Sebuah Diskusi
Dorien Kartikawangi ... 63
Kajian Sitasi sebagai Literasi Informasi Rujukan pada Penelitian Mahasiswa Program Studi llmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro
Heni Indrayani, Swita Amalia Hapsari, Hanif Wahyu Cahyaningtyas, dan Rifqi Hindami ... 71
Humas Pendidikan Sekolah Di Era Digital
E. Nugrahaeni P, dan Titi Widaningsih ... 81
Upaya Adaptif Tenaga Pendidik Pada Gaya Belajar Generasi Z
Ita M usfirowati Hanika, Ilham Ayatullah Syamtar ... 87
Tantangan Ilmu Komunikasi dari Aspek Komunikasi Bisnis dalam Ilmu Multidisipliner
Kinkin Yuliaty Subarsa Putri, Maulina Larasati Putri, Tuti Widiastuti, S Bekti Istiyanto, dan Salsabila Ardiningrum ... 99
v
Pengembangan Pendidikan Komunikasi di Era Millenial (Studi Kasus Pelaksanaan Candradimuka Film Festival 2019 untuk Praktek Mata Kuliah Sinematografi)
Lishapsari Prihatini, Sumarni Bayu Anita ... 107
Keterampiilan Content Writer Sebagai Penunjang Profesi Hubungan Masyarakat di Era Cyber
Rachmawati Windyaningrum ... 119
Strategi Pendidikan Tinggi Pesantren Dalam Pengembangan Konten Pembelajaran E-Learning Di Era Industri 4.0
Rila Setyaningsih, Abdullah, Edy Prihantoro, Hustinawaty ... 133
Optimalisasi Metode Social Learning dalam Kegiatan Praktikum Berbasis Media Sosial pada Laboratorium Jurusan Ilmu Komunika si Universitas Halu Oleo
Sitti Utami Rezkiawaty Kami/, Sutiyana Fachruddin, Ikrima Nurfikria, Marsia Sumule G, Fera Tri Susilawaty ... 141
Peran Komunikasi di Era Industri 4.0
Vera Hermawan, H. Rasman Sonjaya ... 151
Penerapan Literasi dalam Ketrampilan Komunikasi sebagai Umsur Penyusunan Kurikulum Program Studi Penerbitan
Diah Amelia, Bayu Dwi Nurwicaksono ... 155
Memahami Permasalahan Komunikasi dalam Sistem Pembelaj.aran Jarak Jauh ( Online)
Errika Dwi Setya Watie, Fajriannoor Fanani ...167
Youtube sebagai Media pembelajaran Altematif di Era Digital
Haryo Kusumo Aji ... 175
Aktualisasi Ilmu Komunikasi Dalam Pendidikan Masyarakat Melek Media Literasi
Iskandar Zulkarnain, dan Febry Ichwan Butsi ... 185
Laboratorium Konten Untuk Generasi Millenials Era 4.0
Louisa Christine Hartanto ... 197
Pendidikan Tinggi Komunikasi,Disrupsi dan Inovasi
Setio Budi H. Hutomo ... 203
vi
Implementasi Kurikulum Ilmu Komunikasi melalui Pengerjaan Proyek Program Talkshow TV pada Mata Kuliah Terpadu di STIKOM "AKINDO"Yogyakarta
Supadiyanto... 211
Tentang Editor ... 223
•
Aktualisasi llmu Komunikasi Dalam Pendidikan Masyarakat Melek Media Literasi
lskandar Zulkarnain1 dan Febry lchwan Butsi2
1 Program Studi I/mu Komunikasi Fakultas I/mu Sosial dan I/mu Politik, Universitas Sumatera Utara
2 Program Studi I/mu Komunikasi, Seko/ah Tinggi I/mu Komunikasi Pembangunan-Medan
e-mail: iskandar.zu/[email protected]
Pendahuluan
Era reformasi yang bergulir pada medio 1998 telah menghadirkan banyak perubahan pada han1pir semua konfigurasi masyarakat di Indonesia. Satu perubahan yang paling signifikan dan bertahan pasca gelombang reformasi ini adalah konfigurasi media massa di Indonesia.
Pada rez:im Orde Baru hampir semua wajah media massa di Indonesia tan1pak santun, seragan1 dan satu suara dalam pemberitaan khususnya pemberitaan tentang pemerintahan. Sekarang media di Indonesia mendadak berubah menjadi galak, meledak-ledak dan kritis serta membeberkan fakta secara terbuka pada pembaca. (H.A Saripudin dan Qusyaini Hasan. 2003: 8). Bagaimanapun ceritanya, tipografi media massa Indonesia saat ini adalah sesuatu yang sangat memberangsangkan bagi menyemai benih demokrasi dan kemerdekaan berpendapa t sebagai satu aspek utan1a dalan1 irnplementasi demokrasi yang sesungguhnya.
Keberagaman informasi baik dari segi isi dan penyajian menjadi sangat dinikmati konsumen informasi di Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa ini.
Kebebasan dalam menyiarkan informasi kepada pembaca membuat para pelaku dunia media berlomba-lomba menyuguhkan informasi seaktual, secepat dan sedalam mungkin pada pembaca. Terpaan informasi ini tidak hanya datang dari media konvensional semacam surat kabar, radio maupun televisi tapi masyarakat Indonesia juga dibanjiri dengan melin1pahnya informasi dari media siber hingga layanan berita berlangganan melalui telepon selular. Nanmn, perlu dipahami bahwa produk media termasuk diantaranya adalah berita adalah produk
185
konstruksi makna, yang melibatkan proses kerja terorganisir secara sistemik d.an terstruktur dan boleh jad i sarat akan kepentingan dalam menyajikan informasi dan fakta yang diperlukan oleh khalayak.
Kemawasan dalam memandang media sebagai institusi yang tidak bebas nilai, dalam arti memiliki tujuan tertentu dalan1 kerja profesionalnya. Segala bentuk kepentingan hingga ke nilai-nilai yang diusung media ini dapat ditelusuri dengan memakai Tiga Model Media, model yang dikembangkan oleh Wolfgang Donsbach (2010) ini memandang bal1wa ada tiga model media yang lazim berlaku di dunia ini. Yaitu Tradisi Subjektif, Tradisi Pelayanan Publik dan Tradisi Komersil.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1:Tiga Tradisi Pelayanan Media Tradisi Subjektif
Mendapatkan tujuan pribadi
Tradisi
Pelayanan Publik
Menyediakan informasi yang valid
Tradisi Kome.rsil
Memberikan apa yang masyarakat inginkan
Tujuan Aktualisasi diri
Adaptasi seseorang tentang realitas dan fungsi masyarakat
Kepentingan ekonomi dari pemilik media
Hubungan
Dominan Jurnalis-Penguasa Media - Masyarakat
Media -Pasar/
Shareholders Nilai Dominan
Subjektifitas/
Kebebasan berekspresi
Objektifitas- Pluralitas
Keuntungan/Nilai Shareholders
Kandungan
Dominan Opini dulu baru fakta Fakta dahulu baru opini
Apapun yang menjual Posisi Wartawan Penulis individual Profesional Pekerja
Prototipe Jhon Milton Joseph Pulitzer Rupert Murdoch
(diadaptasi d.ari Wolfgang Donsbach dalam Stuart Alan, 20 10:4 1)
Dari tabel di atas, dapat dipahami bahwa tiga tipologi dari model media tersebut menguraikan secara gamblang bagaimana kedudukan institusi media dalan1 beberapa sudut pandang. Media di satu sisi bisa merupakan alat untuk mengaktualisasikan dirinya, terutama dalam mendukung kepentingan dirinya dalam kehidupan masyarakat. Baik kepentingan politik praktis atau kepentingan bisnisnya. Di satu sisi media memiliki pilihan membina hubungan dengan penguasa, masyarakat atau
186
I
Pendidikan Tinggi llmu Komunikasi Menghadapi Revolusilndustri4.0membina hubungan dengan kehendak pasar. Kandungan dari materi media p·un beragan1, media terkadang mendahulukan opini daripada data dan fakta. Adapula media yang mengutanukan data dan fakta daripada opini, sebagian media terkadang tidak ambil peduli antara fakta dan opini karena mereka hanya melihat apapun yang menjual itu lebih diutan1akan.
Proses konstruksi ini bukanlah sekedar proses yang terorganisir secara kaku dan mekanik seperti pembuatan pabrik pupuk urea yang merekonstruksi beberapa bahan kimia mentah menjadi pupuk siap guna.
Media massa dikendalikan dan dioperasikan oleh manusia yang sejatinya juga memiliki perasaan (subjektifitas), pikiran, logika, orientasi standar nilai yang berbeda satu san1a lainnya.
Wartawan selaku ujung tombak media dalam mengumpulkan fakta, data dan informasi untuk dikonstruksi menjadi berita akan turut melibatk:an banyak pertin1bangan dalan1proses reportase ini. Siapa yang diwawancara, pertanyaan seperti apa, pernyataan mana yang dikutip dan mana yang dibuang, pemilihan kata untuk menulis berita, alokasi space untuk berita adalah sedikit dari kompleksnya proses konstruksi wartawan dalam menulis berita (Entman, 1993: 4). Proses konstruksi berita inii dapat dimaknai bahwa penulisan berita merupakan satu proses yang panjang. Tidak seperti mengambil fakta di lapangan dan langsung menuliskan dengan seutuh fakta yang didapat itu tanpa memasukkan pandangan wartawan (Febry Ichwan Butsi, 2019: 55).
Sebagai salal1 satu produk media, berita merupakan produk makna, setiap berita memiliki pesan atau orientasi yang menggiring pembaca memahami isi berita baik secara implisit dan eksplisit. Memahami mana yang benar dan mana yang salah, mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, mendukung mana yang perlu dan mana yang tidak. Contoh kecilnya adalal1 penelitian yang pernah dilakukan ol,eh Anne Marie Hildson pada tahun 2003. Hildson meneliti pemberitaan media dari dua negara Filipina dan Singapura tentang kasus dijatuhkannya hukuman mati oleh Mahkamah Singapura kepada Flor Contemplacion seorang pembantu rumah tangga dari Filipina. Flor dituduh membunuh pembantu rumah tangga Dalian Maga temannya dari Filipina dan Nicholas Huang anak majikan Maga. Fakta kematian Maga dan Huang ini diberitakan dan dikonstruksi berbeda oleh kedua media dari Negara Singapura dan Filipina.
PendidikanTinggi llmuKomunikasi
I
187Menghadapi Revolusi lndustri 4.0
Media Filipina sepakat bahwa Flor tidak bersalah dan dia dipaksa mengaku oleh Polisi Singapura atas kejahatan yang tidak dilakukannya sehingga hukuman mati ini tidak benar dan patut dihentikan karena menurut fakta yang didapatkan oleh media Filipina selama reportase mendapati kematian Huang disebabkan dia menderita penyakit epilepsi dan meninggal dunia karena terjerembab ke dalan1bak air sewak:tu Flor bertanm menjumpai Maga. Mendapati Huang meninggal, ayal1 Nicholas membunu!h Maga karena dianggap lalai menjaga anaknya.
Sementara itu media Singapura bersikukuh pada fakta yang menunjukan Maga meninggal karena dia menolak bingkisan dari Flor semasa bertandang ke rumah majikan Maga. Karena berang, Flor membunu!h Maga dan Huang yang merupakan saksi mata kejadian itu (Anne Marie Hildson, 2003:699-704). Akibat pemberitaan dua versi dari dua negara ini memperparah hubungan antara Filipina dan Singapura, kedua sempat memutuskan hubungan diplomatik dan pembatalan berbagai kerjasama bilateral.
Penelitian yang dilakukan oleh Hildson itu merupakan satu contoh kecil tentang mengapa media bisa berbeda dalan1mengkonstruksi data, fakta dan isu yang tunggal (empirik) satu menolak dan satu menyetujui.
Pertanyaannya, apakah karena dikendalikan oleh manusia yang memiliki perasaan a.tau juga karena media turut melibatkan ideologi nasionalisme mereka dallan1memandang kasus ini sehingga menghasilkan dua bentuk berita yang sama sekali berbeda jauh.
Fenomena yang berlaku dalam peristiwa ini terutama sewaktu diusung media ini bisa dipal1ami dengan menggunakan konsep Framing.
Framing dapat diartikan sebagai suatu perangkat media menyeleksi data dan fakta lapangan yang sistemik dipakai oleh media dalan1konstruksi penyajian berita menjadi data dan fakta media dengan sudut pandang tertentu.Konsepframing ini secara sadar atau tidak sadar selalu melekat sebagai acuan media dalam memandang realitas yang kornpleks disederhanakan oleh media ketika menuliskannya dalam berita. Dan dari aspek mana ( news angle) berita ini ditulis menjadi pertin1bangan utama media dalam konsep framing.
Penentuan cara pandang media dan wartawan dalam memandang dan mempresepsikan realitas empirik akan menentukan bagaimana realitas ini berubah realitas media. Prosesnya serupa dengan cara pandang pada gambar ilustrasi diatas, media dapat memandang dalam
188
I
Pendidikan Tinggillmu Komunikasi Menghadapi Revolusilndustri4.0sudut pandang tertentu dan akhirnya menghasilkan realitas tertentu pula.
Tak heran jika media terkadang tidak satu suara dalam memandang realitas lapangan yang san1a.
Pemakaian strategi framing dalan1 berita ini antara satu media dan media yang lainnya dan itu adalah sesuatu yang sangat wajar dan lazim karena media tidak terlepaskan kepada konteks sosial yang ada disekelilling mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Shoemaker dan Resse (1993) bahwa ideologi, kekuatan intra dan ekstra media, pendidikan, pertimbangan ekonomi bal1kan agama tidak terlepaskan dalan1 kerja media. Maka hendaknya dipahan1i bahwa media bisa jadi merepresentasikan diri sebagai agen kekuasaan tertentu baik sebagai agen hegemonik ataupun sebagai Ideological State Apparatus.
Implikasi logis dari kebebasan media ini hams menjadi perhatian semua pihak di Indonesia. Telah banyak contoh media malah memperlkeruh situasi di masyaraka t yang terprovokas i dan menelan mentah-mentah pemberitaan media yang dikonsun1si, sebagaimana dalan1penelitian yang pernah dilakukan oleh Syafruddin Pohan (2011) terhadap isi pemberitaan surat kabar di Sumatera Utara yang mengangkat isu pembentukan provinsi Tapanuli yang berujung kematian ketua DPRD Sumatera Utara Almarhum Aziz Angkat yang dipukuli dengan beringas massa pro pembentukan Propinsi Tapanuli yang merengsek masuk ke ruang sidang DPRD-SU untuk mendesak segera disahkannya usulan pembentukan Propinsi Tapanuli. Massa ini terkooptasi oleh pemberitaan salah satu media lokal yang mendukung pembentukan Propinsi Tapanuli, dengan menyatakan bahwa pembentukan Propinsi Tapanuli ini adalah harga mati dan wajib diperjuangkan.
Pembahasan
Peri:stiwa meninggalnya Ketua DPRD Sun1atera Utara Aziz Angkat pada tahun 2009, merupakan secuil contoh betapa masyaraka.t sebagai konsumen media mampu "digerakkan" oleh media untuk melegitimasi kepentingan tertentu. Fakta media yang disajikan oleh salah satu surat kabar di Sumatera Utara diyakini sebagai sebuah kebenaran mutlak dan wajib dipercayai. Ujungnya, massa yang mendukung pembentukan Propinsi Tapanuli meyakini bahwa pembentukan propinsi baru ini adalah harga mati dan sebuah kewajiban memperjuangkannya dengan segala cara.
PendidikanTinggi llmu Komunikasi
I
189MenghadapiRevolusilndustri 4.0
Terkooptasinya pemikiran konsumen media ini adalah salah satu bentuk kurangnya bahkan ketidakmampuan mereka saat berhadapan dengan serbuan informasi yang berhubungan dengan realitas sekelilingnya. Kurangnya cara berfikir yang kritis dan skeptis dalam memahami bahwa produk media adalah sebuah konstruksi media menjadikan masyarakat Indonesia rentan menjadi 'korban' media.
Tidak hanya produk berita, tetapi masyarakat diserbu berbagai informasi dari iklan, film, sinetron, reality show, talk show, hingga infotain1ent membuat masyarakat Indonesia pasif, lemah, tak berdaya dan pasrah serta menganggap semua yang dilihatnya adalah sebuah kebenaran yang hakiki. Tipologi masyarakat yang menjadi korban media ini sebenarnya bisa ditanggulangi dengan membekali masyarakat sekaligus membentuk karakter masyarakat yang melek media literasi.
Media literasi atau kecakapan media dapat dijadikan panduan bagi masyarakat terutan1a dalam mengkonsumsi media sehingga tipologi masyarakat yang pasif dan menelan bulat semua yang ia baca, dengar dan lihat di media. Tetapi dia mampu bicara dan memilah informasi antara yang mencerdaskan dan membodohi. Mengacu kepada National Leadership Conference on Media Literacy (1993) yang mendefinisikan media literasi adalah:
"Media literacy is the ability to access, analyze, evaluate, and produce communication in a variety of forms ...."
Intinya adalah, dengan keman1puan mengamalkan (karakter) media literasi seseorang dapat memandang secara kritis semua yang dia lihat dan dengar dalan1 media komunikasi baik itu suratkabar, majalah, televisi, film hingga konten media siber. Selain itu juga termasuk kemampuan dalam mengkomunikasikan pesan dengan berbagai media komunikasi dengan bijak. Kecerdasan kecakapan media ini menurut Art Silverblatt (2015) adalah:
1. Suatu kesadaran atas dampak apa saja yang bisa dihasilkan media.
2. Suatu pemahan1an mengenai proses komunikasi massa.
3. Strategi untuk meneliti dan mendiskusikan pesan-pesan media.
4. Pemahaman isi media sebagai teks yang menyediakan pemahaman yang mendalam ke dalam budaya dan hidup.
5. Keman1puan untuk menikmati, memahan1i, dan menghargai isi media.
190
I
Pendidikan Tinggi llmu Komunikasi Menghadapi Revolusilndustri 4.06. Pemahaman terhadap etika dan kewajiban moral praktisi media.
7. Pengembangan tentang keterampilan produksi yang efektif dan sesuai.
Pemahaman dan diseminasi media literacy pada masyarakat Indonesia masih rendah jauh dibandingkan dengan negara lainnya semisal Kanada, Inggris apalagi Amerika Serikat. Kecakapan dalam memilah informasi yang bermanfaat dan baik untuk dirinya belum menjadi bagian masyarakat Indonesia. Berkaca dari Amerika Serikat masyarakat di sana jelas lebih tahu dan bijak dalam menerima terpaan informasi media massa. Bahkan konsep media literacy telah menjadi kurikulum wajib sejak pendidikan dasar. Indonesia jelas masih membutukan beberapa puluh tahun lagi untuk mempunyai masyarakat yang melek dan cakap media.
Untuk Indonesia, kebanyakan usaha pembentukan karakter media literasi ini lebih banyak disemai oleh kalangan LSM seperti LSM Media Ran1ah Anak di Jakarta, sementara itu institusi pendidikan ilmu komunikasi belun1 banyak memberikan sumbangsili yang nyata dalam pembentukan karakter media literasi pada masyarakat. Tanggung jawab dalan1membentuk karakter masyarakat yang melek media literasi inijelas menjadi beban semua piliak. Terutama keman1puan untuk menganalisis, meneliti dan mengawal media menjadi tugas wajib bagi para a!kademisi dan mahasiswa dalan1mengawal media melakukan kerja jurnalistiknya dengan sebaik-baiknya dan demi kepentingan publik.
Ilmu komunikasi sebagai salah satu bagian dari institusi pendidikan tinggi di Indonesia haruslah dapat menjawab tantangan tersebut.
Mayoritas pekerja media adalah kebanyakan alumni ilmu komunikasi.
Behan moral ini dasarnya melekat pada Ilmu komunikasi itu sendiri, karena e:sensi ilmu komunikasi mengkaji masalah pertukaran informasi dan akibat yang diliasilkan dari komunikasi tersebut. Alasan utama dalan1 pembentukan karakter media literasi pada masyarakat adalah terletak pada tujuan inheren dalan1Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian.
Merujuk pada pemikiran Ashadi Siregar (2002:3) yang mengatakan bahwa Tujuan pendidikan dalam ilmu komunikasi berada dalan1 dua level, ideal dan praktikal yaitu:
PendidikanTinggi llmuKomunikasi
I
191Menghadapi Revolusi lndustri 4.0
Pengemba ngan kemam pua n akadem1k untu k mengenali da n menganalisis fenomena komunikasi
Pengemba ngan psiko·motorik u ntu k mela ku ka n operasi teknis kegiata n dala m media komu nikasi
Gambar 1:Disarikan dari Ashadi Siregar (2002) dalam tulisan "Pendidikan llmu Komunikasi di Indonesia''
Dari iilustrasi di atas dapat diintepretasikan bahwa tujuan ilmu komunikasi temtan1a pada level pertama adalah hams mampu mengembangkan sekaligus meningkatkan kemampuan akademik dalam mengenali dan menganalisis fenomena komunikasi. Pengembangan dan peningkatan kemampuan ini tidak bisa diplot hanya untuk mahasiswa dan dosen juga, semestinya melintasi batas demarkasi akademik perguruan tinggi itu sendiri.
Universalitas pendidikan mestinya berdaya guna dan bisa dirasakan langsung kepada komunitas disekeliling institusi pendidikan. Karena itu Tri Dharma Perguman Tinggi mewajibkan tidak hanya elemen pendidikan dan penelitian saja, tapi elemen Pengabdian Pada Masyarakat adalal1 hal yang utan1a. Pengabdian pada masyarakat dalam konteks kontribusi Ilmu Komunikasi pada pembentukan karakter masyarakat melek media literasi ini, bisa dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari mendiseminasikan hasil kajian dan penelitian baik akadem.isi dan mahasiswa tentang produk media. Ilmu Komunikasi juga hams mampu memberikaan sumbangan penguatan pada kapasitas pembentukan karakter melek media literasi pada masyarakat tersebut, misalnya dengan melakukan pendan1pingan pada masyarakat untuk pemahaman media literasi yang bisa dilakukan dengan cara diskusi, seminar, pelatihan bahkan membuat konsep acara goes to school.
Selanjutnya, dan juga semestinya ilmu komunikasi hams mampu membuat lembaga yang khusus mendidikasikan pada pembentukan karakter masyarakat melek media literasi tersebut. Terakhir, para akademisi ilmu komunikasi di Indonesia mesti memberikan pandangan, saran dan sedikit 'pressure' pada Pemerintah Indonesia untuk
192
I
Pendidikan Tinggi llmu Komunikasi Menghadapi Revolusilndustri4.0memasukkan kurikulum mata pelajaran media literasi di bangku sekolah.
Untuk itu, diperlukannya sebuah skema yang jelas bagaimana peranan ilmu komunikasi dalam pembentukan karakter media literasi ini ke semua pihak, mulai dari institusi pendidikan ilmu komunikasi, pelaku media hingga masyarakat sendiri. Strategi dalam pembentukan karakter media literasi ini adalah sebagai berikut:
Pembentukan karakter media hterast d1 kalangan mahas1swa
Prakarsa keg1atan pembentukan karakter media hteras1 d1 masyarakat
(seminar, pelat1han, goes to schoof)
Mendorong pemenntah mamasukkan pelaJaran media l1teras1 d1 sekolah
Gambar 2: Strategi Aktualisasi llmu Komunikasi dalam Pembentukan KaraJ.". tcr Masyarakat Melek Media Literasi
Penutup
Mengkritisi media merupakan ha! yang perlu dilakukan, dengan output terciptanya sebuah ekosistem demokratisasi yang berimbang.
Dalam arti terciptanya sebuah situasi kesein1bangan dan kesetaraan antara institusi sosial politik di suatu negara. Tanpa ada dominasi wacana oleh satu pihak ke atas pihak lainnya, kesetaraan menjadi ha!yang paling didambakan. Karakter kritis ini harus disemai terns menerus,penguatan kapasitas kritis dapat dimulai dari kampus hingga masyarakat it1.1 sendiri.
Belajar dari Amerika Serikat, pada tahun 1960-an gairah mengkritisi media menjadi ha! yang popular dikalangan akademisi dan pelaku media itu sendiri, diawali dengan terbitnya 2 jurnal yang memfokuskan pada kajian isi media yaitu The Montana Journalism Review dan The Colombia Journalism Review. Kemunculan dua penerbitan ini menginspirasi sekitar 40-an penerbitan yang mengkritisi isi media antara tahun 1960-1975.
PendidikanTinggi llmuKomunikasi
I
193Menghadapi Revolusi lndustri 4.0
(William Hacten, 2005:52-53).
Pemikiran lainnya yang menggugah semua pihak untuk mengawal
media inijuga terinspirasi pernyataan Jhonston (1979), yang mengatakan
bahwa perkembangan media sangat pesat dan hal itu perlu diirnbangi oleh kecertlasan masyarakat sebagai konsumen dari media itu sendiri.
Beberapa .alasan yang dikemukaan oleh Jhonston antara lain adalah:
(a) Semakin banyak media besar dan berkuasa; (b) terlalu besar untuk dikontrol masyarakat yang sedikit; (c) Media banyak "mengakali"
kandungan materi produknya; (d) terlalu banyak memasukkan gosip, seks dan kekerasan (Thonston, 1973:78).
Tentunya output dari skema pembentukan karakter rnasyarakat melek media literasi ini bisa menjadi rekomendasi sun1bangsih dunia akademik bagi pencerdasan masyarakat, paling tidak rnemberikan pencerahan kepada para peneliti untuk makin menegaskan bahwa kerja media adalah kerja yang subjektif, sarat nilai dan kepentingan.
Daftar Pustaka
Aufderheide, P.(1993). Media Literacy.A Report of the National Leadership Conference on Media Literacy. Aspen Institute, Communications and Society Program, 1755 Massachusetts Avenue, NW, Suite 501, Washington, DC 20036..
Butsi, F. I. (2019). MENGENAL ANALISIS FRAMING: SEJARAH DAN METODOLOGI. Jurnal Ilmiah Komunikasi Communique, 1(2), 52- 58.
Donsbach, Wolfgang., (2010). Journalist and Their Professional Identities.
Dalan1 Stuart Allan., (ed). (2010). The Routledge Companion to News and Journalism. London, Routledge
Hachten, William A., (2005). The Troubles of Journalism: a Critical at Whats Right and Wrong with the Press. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates, Inc Publishers.
Hildson, Anne-Marie. (2003). What the Papers Say Representing Violence Against Overseas Contract Workers. Violence Against WomenJournal. Hal: 2-5
Jhonston,D.H, . (1979). Journalism and the Media. New York, Barnes &
Noble.
Pohan, Syafruddin., (2011). Wacana Penubuhan Provinsi Tapanuli Dalam Akhbar Indonesia : Satu Kajian Terhadap Berita Di Dalam Akhbar
194
I
Pendidikan Tinggillmu Komunikasi Menghadapi Revolusilndustri 4.0Sinar Indonesia Baru Dan Waspada. Tesis pada Pusat Pengajian Komw1ikasi Universiti Sains Malaysia.
Resse, Stephen D., (e.d). (200 1). Framing Public Life. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates, Inc Publishers.
Saripudin H.A clan Hasan, Qusyaini., (2003). Tomy Winata Dalam Citra Media, Analisis Berita Pers Indonesia. Jakarta, Jari.
Silverblatt, A., Ferry, J., & Finan, B. (2015). Approaches to Media Literacy:
A Handbook: A Handbook. Routledge.
Shoemaker, P.J. clan Reese, Stephen., (1991). Mediating the Message:
Theories of Influences on Mass Media Content.New York & London, Longman.
Siregar, A. (2002, July). Pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia. In Maka/ah disampaikan pada Seminar Temu Alumni furus an Ilmu Komunikasi UGM, Yogyakarta (Vol. 6).
PendidlkanTinggl llmu Komunikasi
I
195MenghadapiRevolusi lndustri 4.0