• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAFALAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA JURUSAN KANTOR DEPAN PPLP MAPINDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAFALAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA JURUSAN KANTOR DEPAN PPLP MAPINDO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

75

PELAFALAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA JURUSAN KANTOR DEPAN PPLP MAPINDO

Ni Luh Komang Julyanti Paramita Sari1, Sulistyoadi Jokosaharjo2, Putu Agus Prayogi3

Universitas Triatma Mulya, Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya2&3

julyanti.paramita@triatmamulya.ac.id1, sulistyoadi.saharjo@triatma-mapindo.ac.id2, agus.prayogi@triatma-mapindo.ac.id3

Abstrak

Bali selalu berupaya untuk berbenah diri dalam aspek kepariwisataan khususnya pada fasilitas akomodasi dan pelayanan kepada wisatawan. Komunikasi adalah salah satu faktor paling menentukan di dalam penentuan kualitas pelayanan. Fenomena tersebut menuntut para lulusan di lembaga pendidikan dan pelatihan perhotelan dan pariwisata untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam bahasa Inggris. Pada penelitian ini, peneliti mengangkat peserta didik Jurusan Kantor Depan PPLP MAPINDO sebagai objek penelitian. Terdapat dua hal yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu; permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris dari segi pelafalan(pronounciation), dan faktor-faktor yang menghambat mahasiswa dalam pembelajaran berbicara. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa mahasiswa mengalami permasalahan selama proses pembelajaran dalam hal pelafalan bahasa Inggris, yaitu masih besarnya unsur bahasa pertama atau bahasa ibu yang memengaruhi pembelajaran bahasa kedua atau asing. Di samping itu, terdapat beberapa faktor penghambat mahasiswa dalam pembelajaran berbicara. Faktor-faktor tersebut adalah penguasaan komponen kebahasaan, dan penguasaan komponen isi, serta kondisi lingkungan yang kurang efektif selama proses belajar mengajar berlangsung.

Kata kunci: berbicara, pelafalan, fonologi, hambatan, bahasa asing (Inggris) Abstract

Bali is always trying to improve itself in aspects of tourism especially in accommodation and services. In terms of service to tourists, communication is one of the most decisive factors. T his phenomenon requires the graduates in education and training institutions of hospitality and tourism to have good communication skills, especially communication in English. In this study, researcher raised the students of PPLP MAPINDO majoring in Front Office Depar tment as an object of research. The analysis in this study was made to answer the following questions: ( 1 ) the problems faced by students in speaking English in terms of pronunciation (phonology), and (2) to find some factors of students in learning to speak. This research showed that students majoring in the Hotel Acomodation Management experienced problems during the lesson especially in communication, it is still influenced by the magnitude of the first language or mother tongue. Some factors have limited the students in speaking English, those factor s ar e: components of linguistic mastery, and mastery of the content component, and envir onm ental conditions during the learning process for example, the conditions where there was a little open space in the classroom resulting the inclusion of sounds that interfered the process of learning.

Keywords: speaking, phonology, pronunciation, barriers, foreign language (English)

(2)

76 Pendahuluan

Seiring dengan perkembangannya sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali berupaya meningkatkan kualitas dari fasilitas pariwisata yang dimiliki, terutama fasilitas akomodasinya selain peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada wisatawan. Untuk mewujudkan kualitas pelayanan yang prima bagi para wisatawan, para pengelola usaha jasa pelayanan di bidang pariwisata menuntut para pekerjanya untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal.

Salah satu di antaranya adalah melakukan komunikasi secara baik dengan para wisatawan. Dalam pemerolehan bahasa, seseorang tidak dapat dipisahkan dari faktor dorongan diri sendiri untuk menguasai bahasa. Para pembelajar khususnya di lembaga pendidikan ataupun lembaga pelatihan pariwisata dan perhotelan dituntut untuk mampu berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris yang baik dan benar yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Penelitian ini diterapkan pada mahasiswa PPLP MAPINDO jurusan kantor depan. Penelitian ini akan menekankan salah satu kemampuan berbahasa yaitu kemampuan pelafalan (pronounciation) dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pelafalan (pronounciation) bahasa Inggris dan mengetahui hambatan apa sajakah yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris.

Pariwisata bali terkenal mulai dari budaya, seni, hingga penduduk desa, khususnya mereka yang tinggal di perbukitan pegunungan dimana memiliki bahasa dan budaya yang beragam (Anggayana, Budasi & Suarnajaya, 2014).

Kualitas pelayanan juga berperan penting bagi keberadaan objek wisata di Bali (Anggayana, Nitiasih & Budasi, 2016).

Productive skill dipandang sebagai keterampilan yang perlu diperhatikan dalam mendukung kemajuan pariwisata (Lindawati, Asriyani & Anggayana, 2018).

Tidak hanya membutuhkan kreativitas secara fisik, tetapi juga memerlukan pemikiran yang kritis dan sistematis (Lindawati, Asriyani & Anggayana, 2019).

Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam empat keterampilan bahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis juga sebagai penentu kesuksesan komunikasi dalam pariwisata (Asriyani, Suryawati &

Anggayana, 2019).

Bali sejak dulu sudah dikenal dengan pariwisatanya, sehingga banyak wisatawan asing yang berkunjung di setiap musim liburan maupun di setiap harinya (Anggayana & Sari, 2018). Pulau Bali telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan lebih dari satu juta pengunjung asing terbang langsung ke Bali (Budasi & Anggayana, 2019). Dalam dunia pariwisata, salah satu bahasa terpopuler di dunia adalah bahasa Inggris. Bahkan dikenal sebagai bahasa internasional (Asriyani, Suryawati & Anggayana, 2019).

Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang harus dikuasai (Sudipa, Aryati, Susanta, & Anggayana, 2020).

Kebudayaan Bali sangat melekat pada masyarakat Bali sendiri, dibuktikan dengan adanya budaya menyame braya, tari Bali, rumah adat, adat istiadat (Redianis, Putra & Anggayana, 2019).

Sehingga penting untuk melestarikan bahasa dan budaya dengan ragamnya (Anggayana, Suparwa, Dhanawaty, &

Budasi, 2020). Bali merupakan salah satu destinasi internasional yang telah mendiversifikasi berbagai produk pariwisata sebagai upaya menjawab tantangan pasar (Osin, Pibriari & Anggayana, 2019).

Wisatawan ingin dilayani dan mendapatkan akomodasi yang layak sesuai harapan wisatawan (Anggayana, Budasi, & Kusuma, 2019).

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji pelafalan adalah sebagai berikut; Sartini (2012) dengan judul “Bahasa Pergaulan Remaja:

Analisis Fonologi Generatif.” Penelitian ini

(3)

77 menganalisis kajian fonologi generatif pada

remaja. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe bahasa yang dipakai dalam pergaulan remaja cenderung singkat dan pendek.

Pemendekan ini terjadi dalam dua proses yaitu kontraksi dan akronim.

Kecenderungan lain yang ditemukan adalah adanya modifikasi bentuk menggunakan verba dengan akhiran –in, sedangkan ciri- ciri fonologis yang terdapat dalam bahasa pergaulan remaja adalah cenderung menggunakan vocal /e/,/o/, dan / ɔ/, dan, /i/

melesapkan bunyi , pengenduran ,penguatan dan perpaduan vokal. Penelitian kedua adalah penelitian yang dibuat oleh Maharany (2016) dengan judul “Gejala Fonologis Bahasa Indonesia pada Anak Usia 3-4 Tahun di PAUD Permata Hati Kota Kendari.” Penelitian ini mengkaji pemerolehan bahasa pada anak-anak usia 3-4 tahun yang lebih difokuskan pada kajian fonologi yang dihasilkan oleh anak-anak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kosa kata bahasa Indonesia pada anak usia 3-4 tahun berbeda antara satu dengan yang lain. Kosa kata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas kata yaitu verbal, nomina, numerelia, adjectival, adverbial, pronominal, preposisi, dan konjungsi.

Gejala fonologi di PAUD Permata Hati dipengaruhi beberapa faktor yaitu: usia, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan bermain. Perbedaan usia juga mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar bahasa. Secara umum penelitian oleh Maharany dan penelitian ini sama-sama mengangkat kajian fonologi, akan tetapi perbedaan dari kedua penelitian ini terlihat dari objek penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maharany,objek penelitian adalah anak-anak dengan rentang usia 3-4 tahun sedangkan pada penelitian ini, objek penelitian adalah mahasiswa (remaja).

Selama berkomunikasi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah pelafalan. Pelafalan yang tepat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Salah satu ilmu yang mempelajari pelafalan

atau bunyi ujaran adalah fonetik. Ladefoged (1975:25) memberikan definisi fonetik sebagai berikut: “Phonetic is concerned with describing the speech sounds that occur in the languages of the world”. Dalam proses pembentukan bunyi terdapat unsur artikulasi yang memengaruhi pembentukan bunyi tersebut, baik yang berupa segmen vokal maupun segmen konsonan.

Ladefoged (1975:6) mengemukakan beberapa tempat artikulasi, yaitu: bilabial, labiodental, dental, alveolar, retrofleks, palate alveolar, palatal dan velar. Simbol- simbol konsonan beserta posisi artikulasi dan cara pengucapan artikulasi tersebut dapat dilihat pada table 1 di bawah ini:

Penggunaan konsonan dalam kata-kata bahasa Inggris dapat dilihat pada table 2 di bawah ini:

Fonetik

Sumber: Ladefoged (1975:37) Bilabial labio

dental Dental alveolar palato

alveolar palatal velar Nasal (stop)

m n ŋ

Stop

p b t d k g

Fricative

f v θ ð s z ʃʒ (central)

Approximant (w) ɹ j w

Lateral

(approximant) l

Symbols for transcribing English consonants. (alternative symbols that may be found in other books are given in parentheses)

p pie eea

t tie tea

k kye key

b by bee

d dye d

ɡ guy

m my me ram

n nigh knee ran

ŋ rang

f fie fee

v vie v

θ thigh

ð thy thee

s sigh sea listen

z z mizzen

ʃ (š) shy she mission

ʒ (ž) vision

l lie lee

w why we

ɹ (r) rye

J (y) ye

h high he

Note also the following

tʃ (č) chi(me) chea(p)

d ʒ (̌j) ji(ve) g

Sumber: Ladefoged (1975:27)

(4)

78 Pada table 3 berikut dipaparkan pula

simbol-simbol bahasa Inggris yang termasuk ke dalam vokal atau vowel sebagai berikut.

Pengguaan teori fonetik dalam penelitian ini berfungsi sebagai kerangka teori dalam menganalisis data dan untuk mengkaji lebih dalam penguasaan bahasa Inggris oleh pembelajar khususnya dari segi pelafalan (pronounciation) yang dihasilkan.

Kemampuan atau keterampilan berbicara seseorang tentunya berbeda- beda dan setiap orang memiliki kendala dalam proses pemerolehan bahasa khususnya dalam hal keterampilan berbicara. Rusmiati (2002:30) menyebutkan beberapa hal yang menjadi faktor penghambat dalam keterampilan berbicara, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor penghambat yang muncul dari dalam diri pembicara seperti:

1) Ketidaksempurnaan alat ucap

Ketidaksempurnaan alat ucap merupakan salah satu hambatan dalam proses berbicara. Ketidaksempurnaan ini dapat berupa bawaan lahir ataupun akibat dari sebuah kejadian. Ketidaksempurnaan alat ucap ini dapat memengaruhi kegiatan berbicara, seperti kesalahan penafsiran atau ketidakpahaman pendengar.

2) Penguasaan komponen kebahasaan

Hambatan dalam komponen kebahasaan meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.

3) Penguasaan komponen isi

Hambatan dalam komponen isi meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi. Penguasaan komponen isi tidak akan menjadi sebuah hambatan bagi pembicara jika pembicara dapat menguasai komponen isi dengan baik dan mempersiapkan bahan pembicaraan dengan matang serta didukung dengan pengetahuan yang luas.

4) Kelelahan dan kesehatan, baik fisik maupun mental

Kelelahan dan kesehatan, baik fisik maupun mental, menjadi salah satu faktor hambatan selain penguasaan kebahasaan dan komponen isi karena jika seorang pembicara memiliki kesehatan fisik yang tidak stabil maka proses berbicara pun akan menjadi terganggu.

Sedangkan faktor ekternal meliputi hambatan yang berasal dari luar pembicara.

Hambatan-hambatan tersebut meliputi suara atau bunyi, kondisi ruangan, media, dan pengetahuan pendengar. Faktor-faktor hambatan keterampilan berbicara di atas dipakai untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi pembelajar ketika berbicara dalam bahasa Inggris selama proses belajar mengajar.

METODE

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah mahasiswa Jurusan Kantor Depan PPLP MAPINDO.

Pengambilan data dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar dengan melaksanakan dan mengamati faktor-faktor hambatan yang dialami oleh pembelajar, dan pelafalan (pronounciation) yang dihasilkan oleh mahasiswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengajar dan observer selama proses belajar mengajar

Simbol-simbol Vokal

Front central back

High i u

Mid high I ʊ

e ɜ o

Mid

Mid low ɛ ɔ

ʌ

Low æ ɒ

a ɑ

Sumber :Ladefoged (1975:38)

(5)

79 sehingga secara langsung dapat menilai

kemampuan mahasiswa. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu pencatatan dari hasil pengucapan (pronounciation) yang dipakai oleh mahasiswa selama proses belajar mengajar di kelas. Selain pelafalan, dalam penelitian ini dicoba ditemukan faktor-faktor hambatan yang memengaruhi proses pembelajaran berbicara mahasiswa, dan pelafalan yang digunakan selama proses belajar mengajar.

Semua data dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi berupa hasil rekaman percakapan mahasiswa pada saat proses belajar mengajar di kelas. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah beberapa kesalahan pelafalan yang sering dialami pembelajar dalam komunikasi bahasa Inggris.

1. Penggunaan bunyi suffix /ed/ pada bahasa Inggris yang menunjukkan waktu lampau.

Dalam bahasa Inggris bunyi suffix /ed/

memiliki tiga bentuk bunyi, yaitu /t/, /d/, dan /id/. Kesalahan pelafalan suffix /ed/ oleh mahasiswa dapat dilihat pada contoh berikut.

a. Guest : I arrived by Singapore airline 45 at 1 pm

St : [ə’raiv]

Eng : [ə’raivd]

b. Staff : Well Mr. Smith, you reserved 1 deluxe room……

St : [rɪsev]

Eng : [rɪ’zɜ:vd]

Dari kedua contoh di atas terdapat kesalahan pelafalan pembelajar dalam penggunaan suffix –ed. Pelafalan suffix – ed yang dalam fonetik termasuk sebagai konsonan alveolar stop /t/ dan /d/.

2. Penggunan bunyi suffix /s/ pada bahasa Inggris yang menyatakan jamak dan subjek ketiga tungal.

a. Guest : I will stay start from 10th January until 15th January 2020 for 5 nights

St : [naɪt]

Eng : [naɪts]

b. Staff : You stay at our hotel for 3 nights start from now until 10th March 2020

St : [naɪt]

Eng : [naɪts]

Dari beberapa contoh di atas, tampak mahasiswa melewatkan penggunaan suffix /s/ dalam beberapa kata selama penerapan teknik bermain peran. Pelafalan konsonan /s/ yang termasuk ke dalam alveolar fricative, menjadi salah satu konsonan yang sering dilewati penggunaannya oleh mahasiswa. Mereka hanya terfokus dengan bentuk dasar kata tersebut dan kurang memerhatikan struktur kalimat pada tuturan yang mereka ujarkan.

3. Pelesapan bunyi /θ/ pada angka dalam bahasa Inggris dalam bentuk tingkatan (ordinal number).

a. Staff : Your booking date is 30th of January 2020 until 5th February 2020.

St : [θɜ:rti]

St : [faɪv]

Eng : [θɜ:tiəθ;]

Eng : [fɪfθ]

b. Staff : It is in 4th floor.

St : [fort]

(6)

80 Eng : [fɔ:rθ]

Beberapa contoh di atas menunjukan pelesapan bunyi /θ/ dalam pelafalan angka tingkatan berupa bentuk penanggalan.

Bunyi /θ/ yang termasuk ke dalam kelompok dental fricative menjadi salah satu permasalahan yang dialami pembelajar.

Pelesapan konsonan /θ/ terjadi akibat mahasiswa yang kurang memerhatikan tuturan dan struktur tata bahasa Inggris dar i tuturan yang mereka ujarkan.

4. Perubahan pelafalan bunyi /v/ menjadi bunyi konsonan /p/.

a. Guest : Yes, I have made reservation St : [hæp]

Eng : [həv]

Dari beberapa data di atas terlihat kesalahan pelafalan oleh mahasiswa melafalkan bentuk /v/ yang termasuk ke dalam kategori konsonan labio dental fricative menjadi konsonan /p/ bilabial stop.

Mahasiswa cenderung melafalkan konsonan /p/ pada beberapa kata yang mengandung unsur pelafalan konsonan /v/

dimana suara konsonan /v/ yang seharusnya mereka hasilkan dari posisi bibir bagian bawah yang naik dan menyentuh gigi bagian atas menjadi posisi bibir yang mengatup keduanya sehingga menghentikan udara yang keluar dan menghasilkan bunyi konsonan /p/.

5. Perubahan pelafalan /ʃ/ menjadi /s/

a. Staff : Come in please, Mr. White this is the bathroom, your bathroom is completed by bathroom amenities such as bathtub, shower, towel, and hand wash basin.

St : [sowər]

Eng : ['ʃaʊə(r)]

Data di atas menunjukan kesalahan pelafalan konsonan /ʃ/ yang termasuk ke dalam palato alveolar fricative menjadi konsonan /s/ yang termasuk ke dalam

golongan alveolar fricative. Mahasiswa cenderung menggunakan konsonan /s/

sebagai pengganti /ʃ/. Konsosnan /s/ muncul akibat kesalahan posisi lidah mahasiswa yang cenderung menyentuh rongga gigi bagian atas bukan bagian belakang rongga gigi, sehingga bunyi konsonan /ʃ/ tidak dapat terbentuk.

6. Pelafalan bunyi /θ/ menjadi bunyi /t/

a. Staff : Anything else?

St : [enitiŋ]

Eng : ['eniθɪŋ]

Data di atas menunujukan kesalahan pelafalan konsonan /θ/ yang menjadi konsonan /t/. Konsonan /θ/ termasuk ke dalam kelompok dental fricative dan /t/

termasuk ke dalam kelompok alveolar stop.

Dalam pelafalan beberapa kata di atas mahasiswa tidak melafalkan bunyi /θ/. Hal ini terjadi akibat posisi ujung lidah yang seharusnya menyentuh bagian atas gigi berubah menjadi posisi ujung lidah yang menyentuh daerah rongga gigi sehinggga hal ini tidak memungkinkan udara untuk keluar karena tidak terdapat celah yang dibentuk dan bunyi /θ/ tidak dapat dihasilkan.

7. Perubahan pelafalan /f/ yang menjadi /p/

a. Staff : May I have your phone number please?

St : [pʊn]

Eng : [fəʊn]

Data di atas menunjukan kesalahan mahasiswa dalam melafalkan konsonan /f/

menjadi bunyi konsonan /p/. Konsonan /f/

termasuk ke dalam kelompok labio dental fricative. Bunyi konsonan ini terbentuk dari naiknya bibir bagian bawah hingga hampir menyentuh gigi atas depan. Pada data di atas mahasiswa tidak melafalkan kata

‘phone’ dengan menggunakan konsosnan /f/ akan tetapi menggunakan konsonan /p/

yang termasuk ke dalam kelompok bilabial stop.

(7)

81 8. Perubahan bunyi /ɔ:/ yang menjadi bunyi

vokal /a/ dan /u/

a. Staff : Thank you for your calling St : [kaliŋ]

Eng : ['kɔ:lɪŋ]

Bunyi /ɔ/ termasuk ke dalam kelompok back mid low sedangkan bunyi /a/ termasuk ke dalam kelompok central low. Bunyi vokal /a/

yang diujarkan oleh mahasiswa dilafalkan seperti bunyi vokal bahasa Indonesia.

9. Perubahan bunyi /ɒ/ yang menjadi vokal /o/

a. Staff : The rate is 200 US dollar plus 21%

tax and service charge.

St : [dolar]

Eng : ['dɒlə(r)]

Pada kata yang digarisbawahi menunjukan mahasiswa mengalami kesulitan pada pelafalan kata ‘dollar’ bunyi vokal /ɒ/ yang termasuk ke dalam kelompok back low.

Bunyi tersebut tidak dihasilkan dalam pelafalan kata ‘dollar’ melainkan mereka cenderung menggunakan bunyi /o/ yang termasuk ke dalam kelompok back mid sesuai dengan penulisan pada kata tersebut. Berdasarkan data di atas terlihat masih terdapat unsur pengaruh bahasa pertama, dimana mahasiswa cenderung melafalkan kata tersebut seperti pelafalan dalam bahasa Indonesia.

10. Perubahan bunyi vokal /u:/ yang menjadi /o/

a. Staff : The blue faucet for cool water and the red faucet for hot water.

St : [kol]

Eng : [ku:l]

Kesalahan pada data di atas terletak pada pelafalan bunyi vokal kata cool. Pelafalan vokal kata tersebut seharusnya berbunyi /u:/

akan tetapi mahasiswa melafalkannya

dengan bunyi /o/. Kesalahan ini terjadi akibat kurangnya pemahaman siswa dalam pelafalan bunyi vokal sehingga pelafalan bahasa Inggris yang mereka ujarkan masih dipengaruhi bahasa kedua atau bahasa pertama.

Selama proses pembelajaran berlangsung pembelajar mendapatkan beberapa kesulitan atau hambatan dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Permasalahan tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah pelafalan dan intonasi.

Pembelajar masih dipengaruhi oleh bahasa pertama yang dikuasai, yaitu bahasa Indonesia atau bahasa daerah (Bali).

Intonasi yang dihasilkan mahasiswa masih terbata-bata saat mengutarakan ujaran bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penguasaan kebahasaan yang mereka miliki. Selain pengutaraan ujaran, faktor lain yang memengaruhi pelafalan dan intonasi pembelajar adalah kecenderungan mahasiswa untuk menggunakan aksen bahasa daerah maupun bahasa Indonesia selama berkomunikasi.

1) Pemilihan kata (diksi)

Pemilihan kata juga termasuk ke dalam faktor penguasaan kebahasaan. Selama proses belajar, pembelajar cenderung menggunakan pilihan kata (diksi) yang sama dan kurang variatif. Mahasiswa cenderung menjawab pertanyaan yang diberikan oleh lawan bicara mereka dengan singkat serta menggunakan kata yang sama berulang-ulang. Hal tersebut membuat komunikasi menjadi kurang bervariasi.

2) Struktur bahasa dan gaya bahasa

Selain pemilihan kata, unsur struktur bahasa termasuk ke dalam faktor penghambat yang dialami mahasiswa.

Keterbatasan pembelajar dalam penguasaan struktur bahasa merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penghambat pembelajar dalam berkomunikasi. Keterbatasan tersebut sering kali membuat mereka menjadi takut

(8)

82 untuk membuat kesalahan dalam

penggunaan struktur bahasa dan berdampak menjadi enggan untuk berkomunikasi serta takut mencoba dengan menggunakan bahasa tersebut.

Selain faktor komponen kebahasaan faktor lain yang turut menjadi hambatan adalah faktor hambatan dalam komponen isi yang meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.

Selama proses pembicaraan berlangsung beberapa pembelajar memiliki pembicaraan yang kurang terstruktur sehingga mengakibatkan lawan bicaranya menjadi mengalami kebingungan dan tidak fokus.

Disamping itu secara kualitas isi pembicaraan yang sulit dimengerti juga turut menjadi faktor penghambat sebuah komunikasi yang terjadi akibat kesalahan struktur bahasa yang dipakai selama pembicaraan berlangsung.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, pembelajar mengalami masalah atau hambatan dalam berkomunikasi bahasa Inggris khususnya pada pelafalan. Hambatan yang dialami mahasiswa dalam berbicara adalah faktor penguasaan komponen kebahasaan yang meliputi pelafalan dan intonasi yang masih dipengaruhi bahasa pertama atau bahasa kedua serta kurangnya pengetahuan mereka dalam pelafalan bahasa Inggris.

Pemilihan kata (diksi) yang kurang bervariatif juga menjadi salah satu kendala yang dialami mahasiswa selama proses pembelajaran dalam bentuk percakapan.

Hambatan lainnya dalam faktor kebahasaan adalah struktur bahasa dalam beberapa tuturan mahasiswa yang tidak sesuai dengan tata bahasa (grammar) bahasa Inggris. Selain faktor kebahasaan, penguasaan komponen isi juga turut menjadi salah satu hambatan yang dialami oleh mahasiswa. Penguasaan komponen isi tersebut meliputi hubungan isi dengan topik, strukturisi, kualitasisi, dan kuantitas isi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, I. A., Budasi, I. G., & Kusuma, I. W. (2019). Social Dialectology Study of Phonology in Knowing English Student Speaking Ability. The Asian EFL Journal, 25(5.2), 225-244.

Anggayana, I. A., Suparwa, I. N., Dhanawaty, N. M., & Budasi, I. G.

(2020). Lipang, Langkuru, Waisika Language Kinship: Lexicostatistics Study in Alor Island. International Journal of Psychosocial Rehabilitation,

24(4), 301-319.

doi:https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I4 /PR20101

Anggayana, I. W. A., & Sari, N. L. K. J. P.

(2018). Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Mahasiswa Akomodasi Perhotelan: sebuah Kajian Fonologi.

Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel, 1(1), 8-14.

Anggayana, I. W. A., Budasi, I. G., Lin, D.

A., & Suarnajaya, I. W. (2014).

Affixation of bugbug dialect: A Descriptive Study. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha, 1(1).

ANGGAYANA, I. W. A., NITIASIH, D. P. K., BUDASI, D. I. G., & APPLIN, M. E. D.

(2016). Developing English For Specific Purposes Course Materials for Art Shop Attendants and Street Vendors. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Indonesia, 4(1).

Asriyani, R., Suryawati, D. A., &

Anggayana, I. W. A. (2019).

PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAY

DALAM MENINGKATKAN

KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS SEBELAS TERHADAP KEANEKARAGAMAN PERSONALITY TYPES DI SMK PARIWISATA TRIATMA JAYA

(9)

83 BADUNG. LITERA: Jurnal Litera

Bahasa Dan Sastra, 5(2).

Asriyani, R., Suryawati, D. A., &

Anggayana, I. W. A. (2019, August).

USING ROLE PLAY TECHNIQUES IN IMPROVING ENGLISH SPEAKING

COMPETENCY ON THE

PERSONALITY TYPES. In

International Conference on Cultural Studies (Vol. 2, pp. 44-48).

Budasi, I. G., & Anggayana, I. A. (2019).

Developing English for Housekeeping Materials for Students of Sun Lingua College Singaraja-Bali. The Asian EFL Journal, 23(6.2), 164-179.

Hornby, A.S. 2005. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press

Iskandarwassid dan Sunendar. 2009.

Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ladefoged, Peter. 1975. A Course In Phonetic. Orlando: Harcourt Brace College Publishers.

Lindawati, N. P., Asriyani, R., & Anggayana, I. W. A. (2018). KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DIALOG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-

SHARE PADA MAHASISWA

JURUSAN TATA HIDANGAN DI AKADEMI KOMUNITAS MANAJEMEN PERHOTELAN INDONESIA. SINTESA.

Lindawati, N. P., Asriyani, R., & Anggayana, I. W. A. (2019). MODEL KOOPERATIF

THINK-PAIR-SHARE DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENULIS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA AKADEMI KOMUNITAS MANAJEMEN PERHOTELAN INDONESIA. LITERA:

Jurnal Litera Bahasa Dan Sastra, 4(1).

Maharany, Andi Firdha.2016. Gejala Fonologis Bahasa Indonesia Pada

Anak Usia 3-4 Tahun Di Paud Permata Hati Kota Kendari. Jurnal Bastra : Vol.

1No.2, Juli 2016.Issn: 2503-3875 Osin, R. F., Pibriari, N. P. W., & Anggayana,

I. W. A. (2019, August). BALINESE WOMEN IN SPA TOURISM IN BADUNG REGENCY. In International Conference on Cultural Studies (Vol. 2, pp. 35-38).

Redianis, N. L., Putra, A. A. B. M. A., &

Anggayana, I. W. A. (2019, August).

EFFECT OF CULTURE ON BALINESE LANGUAGE USED BY EMPLOYEE HOTELS FOR FOREIGN TRAVELERS IN THE SOCIOLINGUISTIC PERSPECTIVE. In International Conference on Cultural Studies (Vol. 2, pp. 39-43).

Rusmiati, Nepi. (2002). Model Show Casa dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas I SMUN 18.

Bandung: Skripsi FPBS UPI.

Sartini, Ni Wayan.2012. Bahasa Pergaulan Remaja: Analisis Fonologi Generatif . Jurnal Ilmu Humaniora, Vol.12,No.2, Juli-Desember 2012. Issn:hal.92-209 Sudipa, I. N., Aryati, K. F., Susanta, I. P. A.

E., & Anggayana, I. W. A. (2020). The Development of Syllabus and Lesson Plan Based on English for Occupational Purposes. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 24(4), 290–300.

https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I4/PR 201009

Tarigan, H.G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Imsak artinya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa (makan, minum, hubungan intim, dan hal lain yang membatalkan) dari waktu subuh hingga waktu

[r]

(1) Penentuan tipe hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, disesuaikan dengan fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.. (2) Tipe

Alur laut dan rute udara demikian harus melintasi perairan kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan dan mencakup semua rute lintas normal yang digunakan sebagai rute atau

Mengamati pertambahan jumlah tunas pisang Mas Kirana antara subkultur yang dilakukan, total tunas konstan diperoleh sampai subkultur ke4 dan subkultur ke 5, dari satu

PT IN N OUT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa pencucian mobil otomatis dimana pada tempat ini terdapat berbagai macam sumber kebisingan. Hal ini akan sangat

Variabel penelitian yang akan diteliti merupakan faktor-faktor kualitas pelayanan ritel yang mempengaruhi minat membeli konsumen pada ritel modern Carrefour di

Rotan merupakan suatu material yang tidak dapat diprediksi, perlu banyak eksplorasi untuk mendapatkan ukuran terbaik dari suatu jenis rotan yang diaplikasikan pada