• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN 10T PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN Elvine Ivana Kabuhung 1, Slamet Pudji Basuki 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN 10T PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN Elvine Ivana Kabuhung 1, Slamet Pudji Basuki 2."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN 10T PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN TAHUN 2012

Elvine Ivana Kabuhung

1

, Slamet Pudji Basuki

2

.

1. Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin.

2. Badan Pelatihan Kesehatan Banjarbaru Kalimantan Selatan.

ABSTRAK

Masalah yang diteliti adalah pelaksanaan pelayanan standar pelayanan minimal 10T dalam antenatal care. Berdasarkan salah satu tujuan dari antenatal care, pelaksanaan pelayanan 10T dapat mendeteksi adanya risiko tinggi pada ibu hamil sehingga membantu pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Objek dalam penelitian ini adalah semua bidan yang melaksanakan pelayanan 10T di ruang KIA Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kualitatif. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah semua bidan yang melakukan asuhan kebidanan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin sudah berjalan sesuai standar yang telah ditentukan. Beberapa bidan menyatakan belum menjalankan pelaksanaan pelayanan 10T dengan alasan selain karena banyaknya kunjungan pasien (ibu hamil), mereka juga mengalami kendala pada waktu dan kurangnya tenaga/SDM. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagian besar bidan telah melaksanakan pelayanan 10T sesuai standar yang telah ditentukan. Saran dalam penelitian ini yaitu Kebijakan program yang telah ditetapkan harus dilaksanakan agar dapat mencapai tujuan bersama.

Kata kunci : Evaluasi, 10T, ANC

PENDAHULUAN

Pembangunan di bidang kesehatan melalui repelita menitikberatkan pada program yang mempunyai daya ungkit yang besar untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita. Salah satu program yang dimaksud adalah program kesehatan

ibu dan anak yang telah dilaksanakan

sampai dengan sekarang yang meliputi

pelayanan antenatal. Pembangunan

kesehatan di Indonesia dewasa ini masih

diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan

ibu dan anak, terutama pada kelompok

yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu

(2)

bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Pelayanan antenatal diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta.

Pelayanan antenatalpun diberikan di Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di Indonesia. Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal hendaknya menggunakan asuhan standar minimal 10T yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 2009 yang dahulunya hanya 5T, lalu berkembang menjadi 7T.

Data hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Alalak Selatan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, terdapat delapan orang Bidan yang bekerja di Puskesmas tersebut.

Rata-rata kunjungan ibu hamil setiap bulannya sekitar 54 orang (PWSKIA Puskesmas Alalak Selatan, 2011).

Kebijakan tentang standar pelayanan minimal 10T sudah disosialisasikan di Puskesmas Alalak Selatan, hal ini terbukti dengan adanya pedoman atau petunjuk pelaksanaan tentang ANC pada buku PWSKIA.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Bidan Koordinator KIA, pelaksanaan standar pelayanan minimal 10T di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin belum sesuai standar operasional.

Puskesmas Alalak Selatan masih menggunakan standar pelayanan minimal

5T, selain karena banyaknya kunjungan ibu hamil, standar pelayanan minimal 5T tersebut tidak memerlukan waktu yang lama dibandingkan 10T. Sedangkan salah satu bidan pelaksana berpendapat bahwa saat ini masih menggunakan standar pelayanan minimal 7T dengan alasan standar pelayanan minimal 7T tersebut sudah mencakup seluruh standar pelayanan minimal 10T. Hal ini menandakan adanya perbedaan pendapat antara bidan koordinator KIA dengan bidan pelaksana mengenai standar minimal yang digunakan di Puskesmas Alalak Selatan.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

METODELOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

Sasaran penelitian adalah semua bidan yang melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Variabel dalam penelitian ini adalah

a. Aspek Input

1) Kualitas tenaga

2) Sumber dana

3) Sarana prasarana

b. Aspek Proses

(3)

1) Pelaksanaan 2) Hambatan c. Aspek Output

1) Cakupan K1 2) Cakupan K4

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian evaluasi dengan pendekatan studi kualitatif dalam bentuk studi kasus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif adalah Non Random (Non Probability) dengan metodePurposive Sampling. Informan utama dalam penelitian ini adalah Bidan yang melaksanakan asuhan/pelayanan 10T di Ruang KIA Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin yang berjumlah enam orang.Informan triangulasi yang digunakan sebagai crosschek adalah:

1) Kepala Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

2) Satu orang Bidan Koordinator KIA

3) Dua orang Ibu Hamil.

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

1. Evaluasi kualitas tenaga dalam pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

Dari enam informan, terdapat lima informan yang berpendidikan Diploma III Kebidanan dan satu orang informan yang berpendidikan Diploma I Kebidanan.

Selain itu, terdapat lima orang menyatakan bahwa mereka belum pernah mengikuti pelatihan ANC dengan alasan belum ada kesempatan untuk mengikuti pelatihan karena peserta pelatihan ditentukan oleh dinas kesehatan, sebagaimana pernyataan informan berikut:

”…pelatihan…kadada pang, kalo selama aku ada lah, kadada pang.

Soalnya belum ada kesempatan lagi baik dari dinas, dari puskesmas jua. Kan yang meanuakan tu dinas lo, yang memilih siapa-siapa yang umpat pelatihan itu.”(IU 4)

Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar informan telah mengetahui kebijakan tentang standar pelayanan minimal 10T dalam antenatal care, namun sebagian besar belum bisa menyebutkan atau menjelaskan komponen-komponen dari 10T tersebut secara tepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

”…tau,…Pertama timbang, tensi,

tinggi fundus uteri, tablet Fe,

imunisasi TT, pemeriksaan

laboratorium, konseling. Baru

tujuh, apa lagi ya? Lupa aku. Ya

intinya kan 7T itu sudah

mencakup yang 10T itu. Ya, mbak

harap lebih disosialisasikan lagi

karna kan masih banyak bidan

yang belum tau, maksudnya gak

semua bidan tau apa itu 10T.

(4)

Misalnya ajakan seperti saya, aku aja masih kada tapi hapal bener apa itu 10T.” (IU 3)

Akan tetapi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa semua bidan memiliki keterampilan yang baik. Peneliti menjelaskan bahwa kualitas tenaga yang baik adalah tenaga yang memiliki pendidikan dan pengetahuan, berpengalaman serta memiliki keterampilan yang baik. Pengetahuan merupakan hasil tahu dari kegiatan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang merupakan dasar untuk seseorang dapat bertindak/berperilaku.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu, apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau bagi organisasi (Maria, 2008)

2. Identifikasi sumber dana yang mendukung pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sumber dana yang mendukung pelaksanaan pelayanan 10T tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara pada kepala

Puskesmas, sumber dana yang mendukung pelaksanaan pelayanan 10T tersebut berasal dari APBD. Sebagaimana pernyataan kepala puskesmas berikut :

“…sumber dana itu ada dua, sumber dana dairah dan sumber dana pusat.” (IT 1)

Berbeda halnya dengan Bidan Koordinator KIA yang menyatakan bahwa sumber dana tersebut berasal dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), berikut pernyataannya :

“…itu dari dana BOK. Ya ai itu dari dana BOK.” (IT 2)

Penyediaan dana BOK bagi Puskesmas yang melakukan upaya kesehatan bersifat promotif dan preventif merupakan tanggung jawab pemerintah.

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, mempunyai fungsi strategis sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya secara proaktif dan responsif.

3. Evaluasi sarana dan prasarana pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan pelayanan 10T di Puskesmas

Alalak Selatan sudah cukup memadai,

tersedia secara lengkap dan berfungsi

(5)

dengan baik. Berikut pernyataan salah satu informan :

“…sesuai aja standar, kebanyakan umum sudah sesuai aja. Baik.

Cukup.” (IU 2)

Persiapan dalam sebuah proses kegiatan tentu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap. Sarana dan prasarana yang baik dan sesuai standar dapat mendukung terlaksananya suatu tindakan yang sesuai standar pula (Maria, 2008).

4. Evaluasi pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Berdasarkan hasil wawancara, dari enam informan terdapat empat informan yang menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan 10T di Puskesmas Alalak Selatan sudah dilaksanakan sesuai standar yang telah ditentukan.

Ada beberapa alasan yang diungkapkan bidan mengenai pelaksanaan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan minimal 10T dalam ANC diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tidak tahu

2. Jumlah pasien yang terlalu banyak 3. Waktu yang singkat

4. Kekurangan tenaga (SDM)

Identifikasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan menyatakan bahwa hambatan/kendala dalam pelaksanaan pelayanan 10T tersebut adalah kekurangan tenaga (SDM), sebagaimana pernyataan informan berikut :

“…kendalanya kadang kita di waktu, melihat ibu hamil banyak, antriannya banyak, kadang sedikit aja memberikan penyuluhan pada pasien …karna kita kurang banyak petugas, karna harus mencatat pelaporannya, banyak yang dilaksanakan, terus petugasnya ada yang ke posyandu, ada yang memberikan penyuluhan. Jadi dalam gedung ini masih kurang petugas-petugasnya.”(IU 2)

5. Evaluasi cakupan kunjungan ibu hamildi Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin

Dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa cakupan ibu hamil adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Indikator ini dipakai untuk menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah.

Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah

K4 dalam 1 tahun dibagi jumlah sasaran

ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun

kali 100 % (Depkes RI, 2009).

(6)

Berdasarkan hasil penelitian, target cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Alalak Selatan telah mencapai target yang telah ditentukan. Target cakupan K1 sebesar 90% dan K4 sebesar 84%.

Cakupan K1 Puskesmas Alalak Selatan 92,2% dan K4 sebesar 88,9% (PWS-KIA Puskesmas Alalak Selatan, 2011).

Kualitas tenaga dalam pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil sudah baik, namun perlu ditingkatkan lagi. Hal ini karena sebagian besar tenaga memiliki pengetahuan yang belum optimal karena belum bisa menyebutkan atau menjelaskan komponen-komponen dari 10T tersebut secara tepat. Ada sumber dana yang mendukung pelaksanaan pelayanan 10T di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan 10T di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin sudah cukup memadai, tersedia secara lengkap dan berfungsi dengan baik. Pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin sudah berjalan sesuai standar yang telah ditentukan, namun terdapat beberapa bidan yang menyatakan belum menjalankan pelaksanaan pelayanan 10T dengan alasan tertentu. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pelayanan 10T pada ibu hamil di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin. Cakupan ibu hamil dengan risiko tinggi di Puskesmas Alalak Selatan

Banjarmasin sudah mencapai target yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dapat berperandalam pelaksanaan pelayanan 10T pada ANC diantaranya adalah kualitas tenaga seperti tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, sumber dana, sarana prasarana, waktu, jumlah tenaga (SDM), serta jumlah kunjungan ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin.

2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Banjarmasin.

Ariyanti DF. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan Antenatal Oleh Bidan Di Puskesmas Di Kabupaten Purbalingga.

Semarang : Universitas Diponegoro (Tesis)

Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.

Jakarta

___________________, 2002. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).

Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2011a.

Jumlah Tenaga Bidan di Kota Banjarmasin Tahun 2011. Banjarmasin : Dinkes Kota Banjarmasin.

___________________, 2011b. Rekapitulasi

PWSKIA Bulan Desember 2011.

(7)

Banjarmasin : Dinkes Kota Banjarmasin.

Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC.

Notoatmodjo S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Asdi Mahastya Prawirohardjo S. 2001. Buku Acuan nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural.Jakarta : EGC.

Prihdadi W. 2009. Hubungan Frekuensi Pemeriksaan Antenatal Care Terhadap

Kematian Maternal Tahun 1998-2008 Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas

Muhammadiyah (Skripsi)

Sugiyono. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

World B. 2009. Gambaran Pelaksanaan 5T Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas.

(http://www.judulkti.web.id/gambaran- pelaksanaan-5t-pada-ibu-hamil.html.

Diakses 16 Nopember 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada diluar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau dengan kata lain dapat

Ditambahkan oleh Hartley (2010:42-43) bahwa cultural studies telah mengembangkan kerangka kerja yang berusaha untuk memulihkan dan menempatkan budaya kelompok

Perambahan hutan yang sangat intensif untuk dikonversi menjadi lahan pertanian oleh masyarakat di dalam Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), khususnya di DAS Gumbasa sejak tahun

APHA (American Public Health Association): Standard Method for The Examination of Water and Wastewater 19th ed., AWWA (American Water Works Association), and WPCF

disimpulkan bahwa aktivitas pengecekan/ setel stang kemudi di bengkel sepeda motor hidrolik “X” tergolong risiko menengah, sehingga dibutuhkan investigasi yang

Jaringan komputer Universitas Klabat tidak luput dari serangan di jaringan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa sering sistem dan jaringan

Isikan jawaban yang Anda pilih (A, B, C, atau E) pada Lembar Jawaban Ujian (LJU) yang tersedia sesuai dengan nomor soal dengan menghitamkan secara penuh huruf jawaban

IPR terhadap ROA adalah positif, pengaruh APB terhadap ROA adalah negatif, BANK Penghimpunan dana Penyaluran dana kinerja keungan Efisiensi Sensitivitas Kualitas Aktiva