I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan profil tanah.
Fungsi utama anah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah pengamatan langsung di lapangan mengenai profil tanah dan untuk mengetahui sifat fisik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dalam hubungan proses pedogenesis tanah dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian.
Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah.
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizon. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock) (Anonim 1, 2010).
Berdasarkan pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika
pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan bumi.
3. Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan
sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil.
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada
horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya.
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E.
Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B.
Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
Penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :
Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)
yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat (aggregate stability).
Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan.
Secara umum, analisis contoh tanah bertujuan untuk :
a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).
b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
2.2.1. Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2.2.2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis, butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus. Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan baik, walau bisa saja tetap subur.
2.2.3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air.
Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil.
Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
2.2.4. Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif. Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol. Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil. Maka dari itu, soil ini sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau.
2.2.5. Iklim
Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut.
2.3. Sifat-Sifat Tanah
Sifat morfologi tanah yang dapat dapat diamati dan dipelajari dilapangan.ebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tana tersebut.
a. Batas-batas Horion
Batas 1 horion lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau berbaur. Pada pengamatan lapangan,ketajaman peralihan horion ini dapat dibedakan beberapa tingkatan, yaitu:
Nyata (bila lebar peralihan kurang dari 2,5 cm)
Jelas (lebar peralihan 2,5-6,5 cm)
Berangsur (lebar peralihan 6,5-1,25 cm)
Berbaur atau baur (lebar peralihan > 12,5 cm) b. Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat-sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penyebab terjadinya perbedaan warna
pada permukaan tanah umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan bahan organik. Apabila kandungan dari bahan organiknya tinggi mka tanah akan berwarna kelam atau gelap.bentuk dan banyaknya senyawa FE dalam tanah kondisi draenase dalam tanah atau keadaan basah dan kering akan sili berganti. Pada saat kondisi tanah basah maka suasananya reduktif besi dalam bentuk FE++ meninggalkan bercak warna abu-abu kebiruan, dan apbila kondisi kering maka kondisinya oksidatif besi dalam bentuk Feri (FE+++) dan berwarna merah kuning.
c. Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir tanah yang berbagai ukuran. Baian dari tanah yang berukuran > 2 mm disebut baan kasar yaitu berukuran lebih halus dan dibedakan menjadi :
Pasir : 2mm – 5 0µ
Debu : 50 µ - 2 µ
Liat : < 2 µ
Tekstur tanah adaah perbandingan relatif (dalam persen) antar fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah sangat penting kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi penyusun tanah menentukan sifat-sifat fsikokimia dan sifat kimia tanah.
Berdsarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur yaitu:
Kasar - Pasir
- Pasir berlempung
Agak Kasar
- Lempung berpasir - Lempung berpasir halus
Sedang
- Lempung berpasir sangat halus - Lempung
- Lempung berdebu
Agak halus - Debu
- Lempung liat berpsir - Lempung liat berdebu
Halus
- Liat berpasir - Liat berdebu - Liat-liat d. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer seperti pasir,debu dan liat membentuk agregat-agregat, agregat yang satu dan yang lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat ang dibentuk secara alami disebut PED, sedangkan bongkahan tanah hasil pengolahan disebut CLOD. Struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam dengan kelembaban.
e. Konsistensi
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kehesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir tanah dengan yang lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat-alat pengolah tan.
f. Bulk Density
Merupakan kerapatan yang menunjukkan perbandingan antar berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori pada tanah.
III. METODOLOGI
3.1 Letak Astronomis dan Geografis
Lokasi tempat penelitian Profil Tanah adalah di Desa Sauwwe, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. Dengan letak astronomis 119°33’7’.68”BT 05°11’9,14”LS .
Letak geografis tempat praktikum yaitu :
Sebelah utara : Palacina Desa Pallantikang
Sebelah timur : Balangpunia (gunung padang taring) Sebelah selatan : Desa Borong Pa’la’lang
Sebelah barat : Bontoleba
3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan profil tanah dilaksanakan pada Sabtu, 20 Oktober 2012 pada pukul 09.00 sampai dengan 14.00 WITA di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini antara lain ;
Cangkul, sekop, linggis.
(Digunakan untuk membuat atau menggali penampang).
Meteran
(Dugunakan untuk mengukur ketebalan tanah, dalam dan batasan lapisan, struktur & perakaran).
Cutter
(Digunakan untuk menarik garis pada batas lapisan, dan untuk mengiris akar- akar tanaman).
Daftar isi profil (DIP)
(Untuk mencatat semua parameter pengamatan secara sistematis).
Sendok tanah
(Digunakan untuk pengambilan contoh tanah).
Kantong plastik
(digunakan untuk penempatan sampel tanah yang diambil).
Kertas label :
(Digunakan untuk pemberian tanda pada sampel tanah).
GPS
(Untuk menentukan titik koordinat, lintang dan bujur tempat pengambilan profil).
Buku pedoman
(Digunakan untuk membantu saat pengamatan kerja dilapangan).
Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Air, Asam klorida, Hidrogen Peroksida, dan Natrium Florida
3.4 Prosedur Kerja
Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian
meletakan ring sampel tegak lurus (bagian runcing menghadap ke bawah) pada lapisan tanah tersebut.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3. Meletakkan ring sampel, kemudian tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel masuk ke dalam tanah (10 cm).
4. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau linggis.
5. Kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah
ring sampel sampai permukaan rata dengan permukaan ring sampel.
6. Menutuplah ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam kotak khusus yang
sudah disediakan.
Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
1. Ambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan
diambil, mulailah dengan lapisan paling bawah.
2. Masukkan dalam kantong plastk yang telah di beri label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Setelah dilakukan pengamatan langsung maka didapatkan hasil : a. Bentuk wilayah : 0-3% (Mendatar)
b. Persen Kelerengan : 0%
c. Vegetasi
Kualitas : Bambu,Pisang,Mangga,Padi
Kuantitas : Jati
Jumlah pohon & luasan :
Kerapatan/ jarak tanam : d. Bahan induk : Ada
e. Kedalaman solum : 85 f. Kedalaman perakaran : 25 g. Muka air bebas : Ada h. Batuan :
Dipermukaan : Tidak ada
Didalam : Tidak ada
Deskripsi profil Parameter Pengamatan
Lapisan
I II
Kedalaman lapisan (cm) 50 35
Batasan lapisan Berbaur Berbaur
Topografi batas lapisan Tidak teratur Tidak teratur Warna (Munsell) Agak kecoklatan Coklat kekuningan
Tekstur Liat Liat pasir
Struktur Granular Granular
Konsistensi Lempung gembur Agak lekat
Karatan Masih bhn organik Besi
Tabel pengamatan profil 2012, Oktober.
i. Penggunaan tanah : Tadah hujan j. Jenis penggunaan : Tanam padi k. Tanaman utama : Padi
l. Sistem : Rotasi m. Pengelolaan : Intensif
n. Sumber air : Curah hujan (CH) 4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison- horison yang berbeda. Lapisan I pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 50 cm dan berwarna agak kecoklatan. Warna tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Humus dari horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan 1, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.
Lapisan II pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 35 cm dan berwarna coklat kekuningan. Memiliki tekstur liat pasir karena pada saat pengambilan profil butir-butir struktur agak kuat dan tidak hancur atau rusak.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Lapisan I mempunyai kedalaman 50 cm dengan warna agak kecoklatan, memiliki batasan lapisan berbaur, topografi batas tidak teratur, konsistensi lempung gembur, tekstur liat, struktur granular, dan karatan masih bahan organik.
b. Lapisan II mempunyai kedalaman 35 cm dengan warna tanah coklat kekuningan , memiliki batasan lapisan baur, topografi batas lapisan tidak teratur, konsistensi agak lekat, tekstur liat pasir, struktur granular, dan karatannya besi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan soil yaitu kemiringan, material asal, organisme hidup, waktu dan iklim.
d. Analisis tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah juga mengetahui lebih dini zat beracun tanah.
5.2 Saran
Untuk percobaan selanjutnya supaya alat dan bahannya dipersiapkan sesuai yang sudah di tentukan sebelumnya. Dan jangan lupa sebelum melakukan pengamatan , supaya materi-materi tentang percobaan tersebut dikuasai atau dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 2010. Pengertian Profil Tanah. http://www.gudangmateri.com//.
Diakses pada tanggal 30 September 2010
Anonim 2, Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta
Foth, Hendry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Akademika Pressindo, Jakarta
Munir, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta
LAMPIRAN
Gambar 1. Pengukuran Gambar 2.
Penggalian
Gambar 3. Pembagian Lapisan Gambar 4. Hasil dari Penggalian
Gambar 5. Pengambilan Tanah pada Ring Sampel
LAPORAN
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
NAMA : Jumardiyanto NIM : G111 12 022 Kelompok : Dua ( 2 )
ASISTEN : A. Johar Ratu Bulqis