1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik obligasi, saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. (www.idx.co.id)
Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari: sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor perdagangan jasa investasi. (Mahendra, 2015)
Sektor keuangan adalah salah satu kelompok perusahaan yang ikut berperan
aktif dalam pasar modal karena sektor keuangan merupakan penunjang sektor rill
dalam perekonomian Indonesia. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia terbagi
menjadi lima subsektor yang terdiri dari perbankan, lembaga pembiayaan,
perusahaan efek, perusahaan asuransi dll. Subsektor perbankan merupakan
perusahaan yang saat ini banyak diminati oleh para investor karena vitalnya peran
perbankan di suatu negara dan pengelolaan perbankan ini diawasi dan diatur oleh
pemerintah sehingga membuat industri perbankan akan selalu profesional dan
transparan dalam mengelola dana masyarakat. Hal itu tentunya akan memberikan
kepercayaan dan nilai positif di mata masyarakat. (Mahendra, 2015)
2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” (www.bi.go.id)
Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank BUMN (Persero), bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing. Namun ada beberapa bank yang sahamnya sudah dijual kepada masyarakat, artinya perusahaan tersebut merupakan perbankan go public. Go Public merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Saat pertama kali perusahaan go public sering disebut dengan IPO (Initial Public Offering) (Trisnadi, 2015).
Grafik 1.1
Perkembangan Jumlah Bank Go Public di BEI Tahun 2011-2015
Sumber : Sahamok.com
31 32
36
40 41
2011 2012 2013 2014 2015
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jumlah Bank
3 Pada grafik 1.1 dapat dilihat perkembangan bank go public di BEI tahun 2011- 2015. Perbankan go public di BEI dikatakan berkembang dilihat dari tiap tahun jumlah perbankan go public terus bertambah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 ke 2013 dan 2013 ke 2014 dengan kenaikan 4 bank. Hal ini terjadi karena menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, semakin perbankan go public, maka semakin baik pula bagi pasar bursa dan pengawasannya.
Go Public menjadi salah satu dukungan bagi industri perbankan nasional melakukan ekspansi secara luas. Dengan perbankan melakukan go public pada sahamnya maka dapat menambah permodalan perbankan ke depannya. Kebutuhan modal perbankan diperlukan terus untuk mensupport ekspansi industri perbankan nasional. (www.hukumonline.com)
Objek dari penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2015. Penilaian Kuantitatif atas tingkat kesehatan Perusahaan Perbankan go public perlu dilakukan karena sebagian kepemilikannya dimiliki oleh publik dan aktivitas operasi perbankan ini mempengaruhi sistem perekonomian nasional dan menjadi sasaran program rekapitalisasi perbankan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Menurut data Bank Indonesia, jumlah perusahaan perbankan yang go public hingga tahun 2015 sebanyak 41 bank. Dipilihnya periode tahun 2011 – 2015 sebagai periode amatan karena untuk mengkaji kondisi dan model perhitungan kesehatan bank berdasarkan data terkini.
Tabel 1.1
Daftar Nama Bank Go Public 2015
No Kode
Saham Nama Bank Tanggal IPO
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 8 Agustus 2003
2 AGRS Bank Agris Tbk 22 Desember 2014
3 BABP Bank MNC Internasional Tbk 15 Juli 2002
bersambung
4
sambungan No Kode
Saham Nama Bank Tanggal IPO
4 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 8 Oktober 2007
5 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
6 BBHI Bank Harda Internasional Tbk 12 Agustus 2015
7 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 8 Juli 2013
9 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 November 1996 10 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Januari 2001 11 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003 12 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009
13 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk 13 Januari 2015
14 BCIC Bank J Trust Indonesia 25 Juni 1997
15 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 6 Desember 1989 16 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 13 Juli 2001
17 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16 Januari 2014
18 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 8 Juli 2010
19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Tbk 12 Juli 2012
20 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk 21 November 2002
21 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11 Juli 2013 22 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003
23 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 1999
24 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 November 1989
25 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk 21 November 1989
26 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990
27 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 13 Desember 2010
28 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 1 Mei 2002 29 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008 30 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 31 DNAR Bank Dinar Indonesia Tbk 11 Juli 2014 32 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29 Agustus 1990 33 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 29 Agustus 1997 34 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 3 Juli 2007
35 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000
36 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 9 Juli 2013
37 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20 Oktober 1994
38 NOBU Bank Nationalnobu Tbk 20 Mei 2013
39 PNBN Bank Panin Indonesia Tbk 29 Desember 1982
40 PNBS Bank Panin Syariah Tbk 15 Januari 2014
41 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 15 Desember 2006
Sumber : Sahamok.com
5 1.2 Latar Belakang Penelitian
Salah satu cara menanamkan investasi melalui pasar modal adalah dengan membeli saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham yang diperdagangkan bersifat fluktuatif pada pasar sekunder (BEI), atau dalam aktivitas perdagangan sehari-hari. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor penilaian kinerja perusahaan. (www.idx.co.id)
Perubahan atau fluktuasi harga saham sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik, sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya akan bergerak semakin turun. (Takarini dan Putra, 2013)
Grafik 1.2
Rata-rata Harga Saham Perbankan Go Public di BEI Tahun 2011-2015
Sumber : www.finance.yahoo.com, data yang telah diolah
2707.9
3503.5
2942.5
3394.8
2893.7
2011 2012 2013 2014 2015
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Tahun
Harga/Lembar
6
Berdasarkan grafik 1.2 dapat dilihat bahwa harga saham perbankan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dari tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan yang paling signifikan. Hal ini disebabkan kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan di tengah perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu 6,2%, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah (4,3%). Di tengah menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik (Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012).
Sedangkan dari tahun 2012 ke 2013 harga saham mengalami penurunan yang paling signifikan. Hal ini disebabkan ekonomi global 2013 diwarnai ketidakpastian di pasar keuangan global terkait isu pengurangan stimulus moneter (tapering off) di Amerika Serikat. Gejolak di pasar keuangan yang terjadi memicu aliran modal asing keluar dari negara emerging market menuju negara maju, terutama AS, sejalan dengan munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Indonesia, yang menjadi salah satu tempat penanaman modal portfolio asing, juga tidak terlepas dari dampak rencana tapering off ini, dimana terjadi aliran modal asing yang keluar cukup signifikan dari pasar keuangan domestik. (Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013)
Perubahan harga saham salah satunya dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan perbankan dapat diukur menggunakan tingkat kesehatan bank, apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga kemungkinan harga sahamnya akan naik.
(Hendrayana dan Yasa, 2015)
Tingkat kesehatan bank merupakan salah satu hal yang diatur oleh Bank
Indonesia. Tata cara penilaian kesehatan bank adalah salah satu peraturan
perbankan yang paling penting dan menjadi hasil dari aspek pengaturan dan
7 pengawasan perbankan yang menunjukkan kinerja perbankan nasional. Penilaian kesehatan bank ini secara umum telah mengalami perubahan sejak pertama kali diberlakukan pada tahun 1999 yaitu CAMEL kemudian diubah pada tahun 2004 menjadi CAMELS yakni permodalan (capital), kekayaan (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earnings), dan likuiditas (liquidity), serta sensitivity to market risk. (Hendrayana dan Yasa, 2015)
Penilaian tingkat kesehatan bank dapat diukur berdasarkan faktor CAMELS
(sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004). Namun saat ini penilaian menggunakan faktor CAMELS telah digantikan dengan sistem penilaian yang berdasarkan pendekatan Risiko (Risk-Based Bank Rating) yang terdiri dari Profil Risiko, Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas dan Permodalan atau Profil RGEC (sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP 25 Oktober 2011). Latar belakang pengaturan tingkat kesehatan bank berdasarkan pendekatan resiko adalah perubahan kompleksitas usaha dan profil resiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian kondisi bank yang diterapkan secara internasional mempengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank dan dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi perubahan sebagaimana dimaksud diatas diperlukan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan resiko. Kelebihan dari profil RGEC yaitu agar bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan GCG dan manajemen risiko yang lebih baik. (Mahendra, 2015)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 menyatakan bahwa bank
wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam melaksanakan
kegiatan usaha. Direksi dan dewan komisaris bertangggung jawab untuk
memelihara dan memantau Tingkat Kesehatan Bank serta mengambil langkah –
langkah yang diperlukan untuk memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat
Kesehatan Bank. Oleh karena itu bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
8
dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) baik secara individual maupun konsolidasi. (www.bi.go.id)
Adapun indikator tingkat kinerja kesehatan bank yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis RGEC dengan memperhitungkan sebagian jenis aspek. Dengan demikian penilaian tingkat kesehatan bank ini meliputi dan didasarkan pada aspek Risk menggunakan aspek risiko likuiditas yang diukur dengan LDR (Loan to Deposit Ratio),aspek GCG (Good Corporate Governance) yang dilakukan oleh bank, aspek Earning dengan menggunakan ROA (Return On Assets) dan aspek Capital menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio) karena komponen RGEC dalam penelitian ini sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu bank terhadap harga saham bukan untuk memberi peringkat pada masing – masing bank.
Berdasarkan Surat Edaran BI No.13/24/DPNP, Risiko Likuiditas adalah Risiko
akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang digunakan adalah: (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban; (iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan;
dan (iv) akses pada sumber-sumber pendanaan. Risiko likuiditas diproksikan dengan rasio LDR dimana rasio ini menunjukan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Berdasarkan PBI No.
17/11/PBI/2015 bahwa batas bawah LDR adalah sebesar 78% dan batas atas LDR sebesar 94% (www.bi.go.id).
Haryetti (2012) menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap harga saham. Semakin tinggi rasio LDR semakin baik likuiditasnya,
sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan yang berdampak pada naiknya
harga saham.
9 Grafik 1.3
Perbandingan LDR Terhadap Harga Saham
Sumber : Laporan Tahunan Bank, data yang telah diolah
Pada grafik 1.3 menunjukkan grafik perbandingan LDR terhadap harga saham perbankan go public di BEI tahun 2011-2015. Dapat dilihat bahwa rasio LDR setiap tahunnya mengalami peningkatan dan harga saham setiap tahun mengalami fluktuatif. Grafik ini menunjukkan bahwa bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDRnya tinggi (dalam batas bawah dan atas yang telah ditentukan Bank Indonesia). Tetapi pada tahun 2012 ke 2013 dan tahun 2014 ke 2015 dengan LDR yang meningkat, tidak membuat harga saham juga mengalami kenaikan.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Haryetti (2012) yang meneliti variabel LDR (Loan to Deposit Ratio) menunjukkan tingkat likuiditas suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap suatu harga saham perusahaan perbankan.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Trisnadi (2015) bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan yang go public di BEI.
82.8 84.2 90.6 91.4 92.3
27.1 35
29.4 33.9
28.9
2011 2012 2013 2014 2015
0 20 40 60 80 100
Tahun
Dalam Persen (%)
LDR Harga Saham
10
Faktor selanjutnya adalah GCG (Good Corporate Governance). Pengertian GCG menurut PBI nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum, Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Pada PBI nomor: 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyebutkan bahwa Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Good Corporate Governance bagi Bank Umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan GCG dilakukan secara komprehensif dan terstruktur dengan mengintegrasikan faktor-faktor penilaian ke dalam 3 (tiga) aspek governance, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome.
Tabel 1.2
Penilaian Tingkat GCG
Kriteria Nilai Peringkat
Nilai Komposit < 1,5 1,5 < Nilai Komposit < 2,5 2,5 < Nilai Komposit < 3,5 3,5 < Nilai Komposit <4,5 Nilai Komposit > 4,5
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
1 2 3 4 5 Sumber : SK BI No. 9/12/DPNP
Dari tahun 2011-2015 bank yang go public di Bursa Efek Indonesia ada
sebanyak 41 bank. Akan tetapi bank yang menerbitkan laporan tahunan dari tahun
2011-2015 dan telah diaudit hanya 10 bank, sehingga dari 10 bank tersebut dapat
diketahui self assessment bank terhadap GCG. Menurut Peraturan Bank Indonesia
11 urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik.
Tabel 1.3
Self Assessment Bank Terhadap GCG
Tahun Peringkat
Ju m lah B an k
1 2 3 4 5
2011 6 4 - - -
2012 5 4 1 - -
2013 2 7 1 - -
2014 1 9 - - -
2015 1 8 1 - -
Sumber : Laporan Tahunan Bank, data yang telah diolah
Pada tabel 1.3 menunjukkan penilaian sendiri (self assessment) Bank go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015 terhadap GCG. Dapat dilihat bahwa bank yang mendapat peringkat 1 mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum sangat baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan oleh manajemen bank. Bank yang mendapat peringkat 2 terjadi kenaikan setiap tahun. Hal ini mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat
diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank. Terdapat juga bank
yang mendapat peringkat 3 kecuali pada tahun 2011 dan 2014. Hal ini
mencerminkan manajemen bank telah melakukan penerapan Good Corporate
12
Governance yang secara umum cukup baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang cukup memadai atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen Bank.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Malik (2012) yang meneliti variable GCG (Good Corporate Governance) menunjukkan bahwa GCG mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Tjondro dan Wilopo (2011) bahwa GCG tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Faktor selanjutnya menggunakan faktor rentabilitas/earnings, Hendrayana dan Yasa (2015) rentabilitas menggambarkan kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan. Penilaian faktor rentabilitas mencakup penilaian laba terhadap total aset yaitu Return On Assets (ROA). Komponen ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan.
Menurut Hendrayana dan Yasa (2015) bahwa ROA berpengaruh positif dan
signifikan pada perubahan harga saham, apabila suatu perusahaan mempunyai
ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi
dan semakin tinggi pula besarnya dividen yang dibagikan kepada investor. Hal
tersebut akan berdampak pada persepsi investor dalam menilai perusahaan yang
menyebabkan harga saham perusahaan perbankan mengalami perubahan berupa
peningkatan harga saham.
13 Grafik 1.4
Perbandingan ROA Terhadap Harga Saham
Sumber : Laporan Tahunan Bank, data yang telah diolah
Pada grafik 1.4 menunjukkan grafik perbandingan ROA terhadap harga saham perbankan go public di BEI tahun 2011-2015. Dapat dilihat bahwa rasio ROA tahun 2011 ke 2012 nilainya tetap pada 2,4 tetapi pada tahun berikutnya nilai rasio ROA terus mengalami penurunan. Sedangkan harga saham setiap tahunnya mengalami fluktuatif. Pada tahun 2013 ke 2014 nilai rasio ROA terjadi penurunan tetapi harga saham meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayana dan Yasa (2015) yang meneliti
variabel ROA (Return On Assets) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan ROA terhadap harga saham perusahaan perbankan. Hal ini bertentangan dengan penelitian Takarini dan Putra (2013) bahwa ROA (Return On Assets) tidak berdampak pada perubahan harga saham pada perusahaan perbankan.
Faktor selanjutnya menggunakan faktor permodalan/capital, salah satu penilaian adalah dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).
Menurut Mahendra (2015) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut
2.4 2.4 2.3 1.9 1.8
27.1
35
29.4 33.9
28.9
2011 2012 2013 2014 2015
0 10 20 30 40
Tahun
Dalam Persen (%)
ROA Harga Saham
14
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Berdasarkan PBI No 10/15/PBI/2008, penilaian metode CAR (Capital Adequacy
Ratio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%
dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Komponen modal bagi Bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti dan modal pelengkap, serta modal pelengkap tambahan (yang dialokasikan hanya untuk menghitung risiko pasar) setelah memperhitungkan faktor-faktor tertentu yang menjadi pengurang modal. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) diperhitungkan dengan ATMR untuk Risiko Kredit, ATMR untuk Risiko Operasional dan ATMR untuk Risiko Pasar (www.bi.go.id). Takarini dan Putra (2013) menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Dengan rasio CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga meningkatkan keuntungan yang didapat sehingga harga saham akan terjadi kenaikan.
Grafik 1.5
Perbandingan CAR Terhadap Harga Saham
Sumber : Laporan Tahunan Bank, data yang telah diolah
18.3 18 16.8 16.9 18.4
27.1
35
29.4
33.9
28.9
2011 2012 2013 2014 2015
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Tahun
Dalam Persen (%)
CAR Harga Saham
15 Pada grafik 1.5 menunjukkan grafik perbandingan CAR terhadap harga saham perbankan go public di BEI tahun 2011-2015. Dapat dilihat bahwa rasio CAR setiap tahunnya mengalami fluktuatif. Begitu juga dengan harga saham mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi, pada tahun 2011 ke 2012 pada saat nilai rasio CAR menurun, harga saham meningkat. Lalu pada tahun 2014 ke 2015 pada saat nilai rasio CAR meningkat, harga saham terjadi penurunan.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Takarini dan Putra (2013) yang meneliti variable CAR (Capital Adequacy Ratio) menunjukkan bahwa CAR memiliki dampak pada perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di BEI. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Polii, Saerang, Mandagie (2014) menjelaskan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan inkonsistensi hasil penelitian tentang harga saham yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank yang diukur dengan metode RGEC terhadap harga saham perusahaan perbankan, sehingga penulis mengambil judul penelitian “Loan to Deposit Ratio, Good Corporate Governance, Return On Assets, dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Harga Saham (Studi Kajian pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”.
1.3 Perumusan Masalah
Pembentukan harga saham perbankan terjadi karena adanya permintaan dan
penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena
banyak faktor, salah satunya yaitu dengan penilaian kinerja. Untuk menilai kinerja
suatu perusahaan perbankan dapat dihitung oleh beberapa indikator. Indikator ter-
sebut yaitu risk profile, good corporate goverance (GCG), earnings (rentabilitas),
serta capital (permodalan). Keempat faktor ini adalah satu kesatuan nilai yang akan
menjadi nilai tingkat kesehatan bank yang disebut sebagai Metode RGEC, merujuk
pada Peraturan Bank Indonesia No: 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Kesehatan
Bank Umum.
16
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah :
1.
Bagaimana LDR (Loan to Deposit Ratio), GCG (Good Corporate Governance), ROA (Return On Assets), CAR (Capital Adequacy Ratio), dan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 ?
2.
Apakah tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio), GCG (Good Corporate Governance), ROA (Return On Assets), dan CAR (Capital Adequacy Ratio) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia Periode 2011- 2015 ?
3.
Apakah LDR (Loan to Deposit Ratio) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 ?
4.
Apakah GCG (Good Corporate Governance) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 ?
5.
Apakah ROA (Return On Assets) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 ?
6.
Apakah CAR (Capital Adequacy Ratio) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
17
1.Untuk mengetahui perkembangan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio),
GCG (Good Corporate Governance), ROA (Return On Assests), CAR (Capital Adequacy Ratio), dan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.
2.
Untuk mengetahui tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio), GCG (Good Corporate Governance), ROE (Return On Equity), CAR (Capital Adequacy Ratio) secara simultan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.
3.
Untuk mengetahui apakah LDR (Loan to Deposit Ratio) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
4.
Untuk mengetahui apakah GCG (Good Corporate Governance) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
5.
Untuk mengetahui apakah ROA (Return On Assets) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
6.
Untuk mengetahui apakah CAR (Capital Adequacy Ratio) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
1.6 Manfaat Penelitian a. Aspek Teoritis
Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam
penelitian ini, antara lain :
18
1.
Penulis dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai metode RGEC yang diukur menggunakan LDR, GCG, ROA, dan CAR yang digunakan dalam perusahaan perbankan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
2.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi tambahan atau referensi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang berkaitan antara metode RGEC yang diukur menggunakan LDR, GCG, ROA, dan CAR terhadap harga saham perusahaan perbankan.
b. Aspek Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.Bagi Perbankan
Memberikan informasi untuk menentukan kebijakan-kebijakan serta manajemen ataupun strategi dalam mengatur kinerja perusahaan agar dapat meningkatkan harga saham perusahaan perbankan.
2. Bagi Investor
Memberikan informasi dan masukan bagi para investor dalam melakukan investasi dan menanamkan modalnya pada suatu perusahaan dengan menganalisis kesehatan suatu perusahaan perbankan dengan rasio-rasio keuangan perbankan sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dengan melihat variabel mana yang mempengaruhi harga saham.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah tentang pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap harga
saham. Lokasi penelitian ini berada di Bursa Efek Indonesia dengan objek
penelitian adalah perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia
dan telah mempublikasi laporan tahunan bank pada periode 2011-2015. Pemilihan
objek penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
19 akurat, dengan harapan pemilihan tersebut dapat mencerminkan bagaimana pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode RGEC yang diukur menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR), Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets (ROA), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham perbankan.
1.8 Sistem Penulisan Tugas Akhir
Secara struktur, penulisan skripsi ini mengikuti kaidah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini mengungkapkan landasan teori tentang penilaian kinerja perbankan dalam kaitannya dengan harga saham. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian, kerangka pemikiran yang membahas rangka pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN