• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO

MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

Zainal Abidin

Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis – Riau

[email protected]

Abstrak

Isolasi memiliki peran yang penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar- penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik. Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk dari kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya. Kegagalan yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi dapat menyebabkan kerusakan peralatan sehingga kontinuitas sistem terganggu. Udara merupakan bahan isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi misalnya pada arrester sela batang yang terpasang pada saluran transmisi. Bahan isolasi cair digunakan sebagai isolasi dan pendingin pada trafo. Dari hasil pengujian didapat bahwa nilai tegangan tembus yang terjadi pada media isolasi udara dan minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela. Pengujian yang dilakukan pada minyak bekas dan minyak baru, menunjukkan bahwa tegangan tembus pada minyak baru lebih tinggi daripada minyak bekas serta tegangan tembus isolasi udara lebih kecil daripada tegangan tembus minyak.

Kata kunci : isolasi udara, isolasi minyak 1. PENDAHULUAN

Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik. Bentuk elektroda yang digunakan akan mempengaruhi tegangan tembus yang terjadi pada bahan isolasi .

Standart VDE 0433-2, bentuk elektroda yang digunakan untuk pengujian tegangan tembus isolasi udara adalah elektroda bola-bola dan standart VDE 0370, bentuk elektroda yang digunakan untuk pengujian tegangan tembus isolasi cair adalah elektroda setengah bola.

Untuk mengetahui pengaruh dari bentuk elektroda terhadap besarnya tegangan tembus, dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang lain. yaitu elektroda bidang.

2. TEORI KEGAGALAN ISOLASI 2.1 Kegagalan pada Isolasi gas 2.1.1 Proses dasar ionisasi

Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion terbentuk apabila pada peristiwa kimia suatu unsur atom menangkap atau melepaskan elektron. Proses terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi[5].

Jika diantara dua elektroda yang dimasukkan dalam media gas diberi tegangan (V), maka akan timbul suatu medan listrik (E) yang mempunyai besar dan arah tertentu yang akan mengakibatkan electron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat untuk menuju kearah anoda, sehingga dapat merangsang terjadinya proses ionisasi [3].

(2)

2.1.2 Ionisasi karena Benturan Elektron

Jika gradien tegangan yang terjadi cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap molekul oksigen. Tiap-tiap elektron ini akan menuju anoda secara kontinu sambil membuat benturan-benturan yang akan membebaskan electron lebih banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan proses dasar yang penting dalam kegagalan isolasi udara atau gas.

2.2. Kegagalan pada Isolasi Cair

Karakteristik isolasi minyak trafo akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas. Teori kegagalan isolasi cair dibagi menjadi empat jenis, yaitu[3]:

2.2.1 Teori Kegagalan Elektronik

Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas[3], artinya proses kegagalan yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Untuk terjadinya kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan kedalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.

2.2.2 Teori Kegagalan Gelembung

Kegagalan gelembung atau kavitasi[3] meru- pakan bentuk kegagalan zat cair yang disebabkan oleh adanya gelembung- gelembung gas di dalamnya.

2.2.3 Teori Kegagalan Bola Cair

Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan listrik menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak akan memanjang searah

medan dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil. Arah saluran kegagalan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.

2.2.4. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat

Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran zat padat (partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi kegagalan

3. MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI 3.1 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas

Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba, percikan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut. Mekanisme kegagalan gas yang disebut percikan adalah proses peralihan dari pelepasan tak bertahan sendiri ke pelepasan yang bertahan sendiri[3].

Proses dasar dari kegagalan gas adalah proses ionisasi karena benturan, namun proses ini tidak cukup untuk menghasilkan kegagalan.

Proses lain yang mengakibatkan kegagalan gas adalah proses atau mekanisme primer dan proses atau mekanisme sekunder.

Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, pada proses ini diawali dengan pelepasan elektron pada elektroda yang diuji, peristiwa ini akan mengawali terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda yang memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron.

Elektron awal yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda akan memulai terjadinya banjiran elektron dari permukaan katoda. Jika jumlah elektron yang dibebaskan makin lama, maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadinya perubahan pelepasan dan peralihan, pelepasan ini akan menimbulkan percikan (kegagalan) dalam gas[5].

(3)

3.2. Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair

Isolasi cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemisah antara bagian yang bertegangan dan juga sebagai pendingin sehingga banyak digunakan pada peralatan seperti transformator, Pemutus Tenaga, switch gear.

Alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain:

1. Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.

2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi akan menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.

3. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge).

Kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi . Faktor yang mempengaruhi kega-galan isolasi cair pada minyak transformator me-liputi: luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan, perawatan sebelum pema-kaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak transformator.

Ketembusan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.

Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak tembus.

Dalam struktur molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekul- nya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan

terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang.

Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron- elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor.

Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan tembus.

3.2.1. Sifat-Sifat Listrik Cairan Isolasi

Sifat sifat listrik yang akan menentukan unjuk kerja cairan sebagai isolasi adalah:

1. Withstand Breakdown, yaitu kemampuan untuk tidak mengalami ketembusan dalam kondisi tekanan listrik (electric stress ) yang tinggi.

2. Kapasitansi Listrik per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya.

3. Faktor daya: Faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik dan tinggi akan menentukan unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi rugi daya merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak transformator murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20oC dan 10-3 pada 900 C pada frekuensi 50 Hz.

4. Resistivitas: Suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila resitivitasnya lebih besar dari 109 W-m.

Pada sistem tegangan tinggi resistivitas yang diperlukan untuk material isolasi adalah 1016 W-m atau lebih. (W=ohm)

Standar yang dikeluarkan oleh ASTM yakni dalam standar D-877 disebutkan bahwa suatu bahan isolasi harus memiliki tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk lebar sela elektroda 1 mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan isolasi kurang lebih 30

(4)

kV/mm dan standar ASTM D-1816 suatu bahan isolasi harus mampu menahan tegangan sebesar 28 kV untuk suatu lebar sela elektroda sebesar 1,2 mm. Standar ini merupakan standar yang diterima secara internasional dan harus dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan sebagai suatu bahan isolasi.

Minyak trafo selain untuk bahan isolasi juga sebagai media pendingin antara kumparan kawat atau inti besi dengan sirip pendingin.

Agar minyak trafo berfungsi dengan baik, kualitas minyak harus sesuai dengan standar kebutuhan.

Tabel. 1. Standar minyak sebagai isolasi pada trafo

SifatMinyak Satuan Standar

Viscosistas 200 C cst < 25 Titik nyala C > 130 Kadar Asam Mg KOH/g < 0.40 Teg Tembus kV/cm >120

Korosi - Tidak ada

Kotoran % < 0.10

Standar SPLN 49-1:1992, Metoa uji IEC 296

3.2.2. Kekuatan Kegagalan

Semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak memperhitungkan hubungan antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan peristiwa kegagalan.

Semuanya hanya membahas tentang kekuatan kegagalan maksimum yang dicapai. Namun dari semua teori diatas dapat ditarik suatu persamaan baru yang berisi komponen panjang ruang celah dan komponen kekuatan peristiwa kegagalan pada benda cair, yaitu[5]:

Dimana :

d : Panjang ruang celah A : konstanta

n : konstanta yang nilainya < 1 4. PENGUJIAN

4.1. Elektroda

Elektrode yang digunakan dalam pengujian adalah elektrode bidang (plat). Elektrode bidang digunakan pada pengujian isolasi udara maupun minyak trafo. Elektrode bidang ini terbuat dari stainlees steel.

Gambar 1.

Elektrode bidang

4.2. Rangkaian Pengujian

Rangkaian pembangkitan tegangan AC pada gambar.2 adalah rangkaian yang digunakan untuk mengetahui tegangan tembus pada pengujian. Rangkaian tersebut digunakan pada media isolasi udara maupun media isolasi minyak trafo.

Gambar 2.

Rangkaian pengujian tegangan tembus

5. HASIL PENGUJIAN

5.1. Tegangan tembus Pada Isolasi Udara

Pengujian tegangan tembus pada isolasi udara dilakukan pada kondisi kelembaban ruang (76%RH).

Tabel 2.

Tegangan tembus isolasi udara

No Sela Tegangan Tembus (kV)

1 2.5 4.568

2 5 7.248

3 7.5 13.116

4 10 15.24

(5)

5.2. Tegangan Tembus Pada Isolasi Minyak Trafo

Pengujian tegangan tembus pada isolasi minyak trafo dilakukan pada kondisi temperatur 30o C. Dengan menggunakan 2 jenis minyak trafo yaitu minyak trafo baru dan minyak trafo bekas.

Tabel 3.

Tegangan tembus isolasi minyak trafo baru Tegangan Tembus (kV) No Sela

Baru Lama 1 2.5 23.868 9.081 2 5 40.906 16.962 3 7.5 58.782 23.09 4 10 69.466 40.332

6. ANALISA

6.1. Perbandingan Tegangan Tembus Media

Gambar 3 memperlihatkan besarnya tegangan tembus sebagai fungsi sela hasil pengujian pada temperatur 30 oC pada media isolasi minyak baru dan minyak bekas.

Gambar 3.

Grafik tegangan tembus temperature 300C

Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada isolasi minyak baru lebih besar dibandingkan dengan tegangan tembus pada isolasi minyak bekas. Hal ini disebabkan karena pada minyak bekas terdapat kandungan partikel-partikel dan uap air yang menyebabkan ketidakmurnian pada minyak.

Apabila jumlah partikel yang melayang pada minyak sangat banyak, partikel-partikel tersebut akan membentuk semacam jembatan yang menghu-bungkan kedua elektroda

sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan.

Namun bila hanya terdapat sebuah partikel, partikel tersebut akan membuat perluasan area medan (local field enhancement) yang luasnya ditentukan oleh bentuk partikel itu sendiri. Jika perluasan area medan ini melebihi ketahanan benda cair, maka terjadilah peristiwa kegagalan setempat (local breakdown) yang terjadi di dekat partikel-partikel asing tersebut.

Hal ini akan membuat terbentuknya gelembung-gelembung gas yang pada akhirnya menyebabkan peristiwa kegagalan pada minyak tersebut. Pada minyak bekas cenderung memiliki kadar uap air yang lebih besar daripada minyak baru.

6.2. Perbandingan Tegangan Tembus Udara dengan Minyak Trafo

Gambar. 4 memperlihatkan grafik karakteristik tegangan tembus isolasi udara dan minyak sebagai fungsi jarak sela, hasil pengujian pada kondisi ruang (30 oC).

Gambar 4.

Grafik perbandingan tegangan tembus pada udara

Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada minyak lebih besar dibandingkan dengan udara. Hal ini disebabkan karena kekuatan dielektrik minyak lebih besar daripada udara, karena permitivitas relatif minyak lebih tinggi daripada permitivitas relaitif udara (er minyak = 2.3 sedangkan er udara = 1). Hal ini berarti bahwa media isolasi minyak lebih baik daripada media isolasi udara jika digunakan dalam peralatan tegangan tinggi.

(6)

7. KESIMPULAN

1. Tegangan tembus pada isolasi udara cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela elektroda, semakin besar jarak sela elektroda maka tegangan tembusnya akan semakin besar juga. Hal ini sesuai dengan standarisasi VDE 0433-2.

2. Tegangan tembus pada isolasi minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela elektroda, semakin besar jarak sela elektroda maka tegangan tembusnya akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang ada mengenai pengaruh jarak sela.

3. Tegangan tembus pada isolasi minyak baru pada jarak yang sama lebih besar dibandingkan tegangan tembus pada isolasi minyak bekas.

4. Tegangan tembus pada isolasi udara pada jarak sela yang sama lebih kecil dibandingkan tegangan tembus pada isolasi minyak.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, S. 2003. Teori KegagalanIsolasi.

Universitas Trisakti.

Syakur, A. 2002. Pengukuran Partial Discharge pada Void Menggunakan Sistem Elektroda Metoda II Cigre. Thesis Magister Program Pascasarjana ,ITB.

Arismunandar, A. 1983. Teknik Tegangan Tinggi Suplemen, Ghalia Indonesia, Jakarta

Arismunandar, A. 2001. Teknik TeganganTinggi,Pradnya Paramita, Jakarta.

Kind, D. 1993. Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi, ITB, Bandung.

Tadjuddin. 1998. Analisis Kegagalan MinyakTransformator, Elektro Indonesia Edisi ke Dua Belas.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.1 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 0,8 cm Pada Saat Elektroda Bola Belum Terpolusi Asam ………..33. Gambar

tegangan tembus udara akibat dari kenaikan temperatur disekitar elektroda bola-. bola dan polusi yang terdapat pada elektroda tersebut,

pengaruh ukuran butiran air hujan terhadap perubahan tegangan tembus pada isolasi. udara dengan menggunakan berbagai elektroda (bola – bola, jarum – jarum,

Jati, Suharso, ‖ Pengaruh Kenaikan Temperatur Dan Kontaminasi Asap Terhadap Tegangan Tembus Pada Isolasi Gas Melalui Pengujian Menggunakan Elektroda Homogen Berbentuk

perlu diketahui pengaruh polaritas yang berbeda dari kedua elektroda, dan pengaruh temperatur, serta jarak elektroda diatas terhadap tegangan tembus dari kedua

Hal tersebut terjadi karna pada suhu tersebut pola tegangan tembus yang terjadi sama seperti pola tegangan tembus pada isolasi minyak Transformator murni dimana pada

Namun pada pengujian yang C dengan cara melakukan pengukuran tegangan tembus menggunakan elektroda setengah bola yang diterapkan tegangan uji berupa

3.1 Peralatan dan Prosedur Penelitian Eksperimen dilakukan dengan tahap sebagai berikut: pengurangan kadar air, pembuatan metil ester, pengujian tegangan tembus termasuk