TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI PERBANKAN
DENGAN CARA INSOURCING DAN OUTSOURCING
Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc
Disusun Oleh:
Haris Budiman (K15161089)
Kelas:
E-62
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR FEBRUARI
2017
i DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
PENDAHULUAN ... 2
Latar Belakang ... 2
Tujuan Penyusunan ... 3
Manfaat Penyusunan ... 3
Ruang Lingkup Penyusunan ... 3
Metodologi Penyusunan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Sistem Informasi Manajemen Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIMSPBI) ... 4
IT Insourcing ... 6
IT Outsourcing ... 7
Jenis-Jenis Outsourcing ... 7
Keuntungan dan Kelemahan Insourcing dan Outsourcing ... 8
PEMBAHASAN ... 10
IT Outsorcing Sistem Informasi Perbankan ... 10
ATM Switching Outsource / License ... 11
Data Center Outsource / Colocation ... 12
KESIMPULAN DAN SARAN ... 14
Kesimpulan ... 14
Saran ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... A
2 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak perusahaan sekarang yang merekrut tenaga kerja mereka melalui perusahaan penyedia jasa tenaga kerja atau yang lebih dikenal dengan outsourcing. Belakangan ini berbagai perusahaan yang menggunakan jasa outsourcing kian meningkat sehingga kata outsourcing menjadi terdengar akrab di telinga kita. Bila merujuk pada Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, outsourcing (alih daya) dikenal sebagai penyediaan jasa tenaga kerja seperti yang diatur pada pasal 64, 65 dan 66. Dalam dunia Psikologi Industri, tercatat karyawan outsourcing adalah karyawan kontrak yang dipasok dari sebuah perusahaan penyedia jasa tenaga outsourcing. Awalnya, perusahaan outsourcing menyediakan jenis pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan dan tidak mempedulikan jenjang karier.
Seperti operator telepon, call centre, petugas satpam dan tenaga pembersih atau cleaning service. Namun saat ini, penggunaan outsourcing semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.
Salah satu lini kegiatan perusahaan yang common menggunakan jasa outsourcing adalah pengembangan sistem informasi. Hal ini dilakukan perusahaan dikarenakan keterbatasan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud meliputi, sumber daya manusia, ketersediaan modal, teknologi, dan kebutuhan pengembangan sistem informasi. Dalam pengambilan keputusan pengembangan sistem informasi, faktor faktor yang disebutkan diatas dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan mengembangkan sistem informasi melakui outsourcing atau insourcing.
Pengembangan sistem informasi perbankan sangat rumit, tidak murah dan membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit. Beberapa sistem informasi yang digunakan perbankan diantaranya: Core Banking System (CBS), Automatic Teller Machine (ATM) Switching, Enterprise Resource Planning (ERP), Customer Relationship Management (CRM), Enterprise Data Warehouse (EDW), Business Intelligence (BI), Big Data, dan lain sebagainya.
Sebagai highly regulated company, bank juga wajib menyediakan sistem informasi yang disyaratkan oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) seperti Sistem Informasi Debitur (SID) dan sistem kliring (Sistem Kliring Nasional dan Real Time Gross Settlement). Sebuah Bank harus mampu melakukan manajemen pengembangan sistem informasi yang baik dengan keterbatasan sumber daya baik manusia maupun anggaran.
3 Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengembangan sistem informasi perbankan dengan cara outsourcing dan insourcing, serta untuk mengetahui kenapa IT outsourcing dilakukan.
Manfaat Penyusunan
Penyusunan ini berguna bagi penyusun dalam menambah pengetahuan mengenai pengembangan sistem informasi dengan cara insourcing dan outsourcing pada dunia penyusun bekerja, yaitu sistem informasi perbankan. Selain itu untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman dalam hal menerapkan ilmu yang pernah diterima penyusun, khususnya pada mata kuliah Sistem Informasi Manajemen di Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor.
Ruang Lingkup Penyusunan
Pengembangan sistem informasi perbankan.
Metodologi Penyusunan
Penyusunan dilakukan dengan melakukan kajian terhadap pustaka dan penelitian terdahulu mengenai sistem informasi, perbankan, insourcing, dan outsourcing serta hal yang terkait lainnya.
4 TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Manajemen Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIMSPBI)
SIMSPBI merupakan sistem informasi terpadu untuk mendukung tugas pengawasan, pemeriksaan dan pengaturan perbankan BI (Bank Indonesia, 2017).
Tujuan dari penerapan SIMSPBI adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan dan pemeriksaan bank;
b. Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan pemeriksaan bank.
c. Mengoptimalkan Pengawas dan Pemeriksa Bank dalam menganalisa kondisi bank sehingga dapat meningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaan bank;
d. Memudahkan audit trail oleh pihak yang berkepentingan;
e. Meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi Gambar 1 adalah contoh Sistem Informasi Manajemen perbankan.
Gambar 1. Contoh Sistem Informasi Perbankan.
[Sumber: Rungga, 2014]
Perbankan saat ini menjadikan pelayanan kepada nasabah sebagai fokus utama, diantara sekian banyak produk perbankan hampir tidak ada perbedaan. Untuk fokus kepada nasabah, bank melengkapi kanal layanan sehingga nasabah dapat memilih dari kanal mana mereka mau berhubungan dengan nasabah.
5 Selain untuk kebutuhan pelaporan internal, sebagai highly regulated company, bank juga wajib menyediakan sistem informasi yang disyaratkan oleh regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) seperti Sistem Informasi Debitur (SID) dan sistem kliring (Sistem Kliring Nasional dan Real Time Gross Settlement) dan pelaporan wajib ke regulator seperti Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Laporan Harian Bank Umum (LHBU).
Untuk memenuhi kebutuhan non-transaksi atau OLAP (online analytical processing) seperti pelaporan dan penjualan, bank meyediakan Data Warehouse sehingga tidak mengganggu kegiatan transaksi bank sehari-hari atau OLTP (online transaction processing). Gambar 2 adalah salah satu Banking Data Warehouse Model beserta sumber data dan sistem yang membutuhkannya.
Gambar 2. The Banking Data Warehouse Model.
[Sumber: Tezauri, 2016]
Bank menyediakan Data Center yang handal untuk menyimpan sesmua sistem informasi baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Data Center harus dilengkapi sistem pengamanan tingkat tinggi untuk melindungi sistem informasi sehingga dapat berjalan 7 x 24 jam non-stop, seperti ruangan yang memadai, sistem pendingin, sistem anti kebakaran, sistem monitoring, dan sistem lainnya. Data Center harus memiliki kontrol akses dalam melindungi terjadinya disintegrasi sistem perbankan. Selain itu, sesuai dengan paham redundancy, maka bank juga memiliki Disaster Recovery Center sebagai pusat pemulihan layanan ketika terjadi bencana.
Gambar 3 menunjukan sebuah contoh desain infrastruktur Data Center.
6 Gambar 3. Data Center Infrastructure Design.
[Sumber: Kits, 2015]
Untuk mengoperasikan sistem informasi perbankan dalam melayani nasabahnya, bank harus memiliki sumber daya manusia dan biaya yang tidak sedikit. Pada sebuah Data Center, setidaknya harus memiliki tim yang dedicated dan menguasai bidangnya, seperti:
a. Network Operation Center b. Security Operation Center c. Service Desk Team
d. Incident Management Team e. Problem Management Team f. Data Management Team g. Database Administrator h. Server Administrator
IT Insourcing
Prasetyo (2013) memberikan pengertian akan sistem insourcing sebagai metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya di dalam perusahaan.
Insourcing mengoptimalkan peranan karyawan dalam perusahaan berdasarkan kompetensi dan tiap karyawan untuk dipekerjaan di dalam perusahaan dan difasilitasi oleh perusahaannya.
7 Dalam kaitannya dengan dunia IT, insourcing merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak IT specialist dalam bidang usaha suatu perusahaan.
IT Outsourcing
Pengembangan sistem informasi perbankan juga tidak terlepas dari outsourcing. Menurut O’Brien dan Marakas (2011) dalam bukunya “Management Information Systems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam kaitannya dengan TI, outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi TI secara luas dengan mengontrak penyedia layangan eksternal. Terdapat berbagai definisi outsourcing yang berkaitan dengan TI, diantaranya:
a. IT outsourcing adalah melakukan subkontrak sebuah fungsi IT dari suatu perusahaan pada vendor eksternal (Khsetri, 2007).
b. IT outsourcing didefinisikan sebagai “kontrak jangka panjang dimana satu atau lebih service provider ditugaskan untuk bertanggung jawab mengatur satu atau lebih operasi dan infrastruktur IS klien” (Chang, 2012).
c. “Offshore outsourcing” adalah pekerjaan outsourcing pada vendor yang berlokasi di benua yang berbeda dengan klien (Rottman dan Lacity, 2006).
d. IT outsourcing berkembang menjadi IS outsourcing. Definisi IS outsourcing adalah
“pemberian tanggung jawab kepada pihak ketiga berhubungan dengan seluruh atau beberapa komponen spesifik (fisik maupun sumber daya manusia) dalam IT infrastruktur organisasi” (Menachemi et al., 2007).
e. Konsep Business process outsourcing (BPO) merupakan perkembangan dari IS outsourcing. Perbedaan antara BPO dan IS outsourcing adalah pada kasus BPO, provider melakukan kontrol pada keseluruhan baik proses bisnis, sumber daya manusia, dan teknologi (Menachemi et al., 2007).
Jenis-Jenis Outsourcing
Menurut Turban (2007), jenis-jenis outsourcing antara lain:
1. Total Outsourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab sepenuhnya pada layanan tertentu dalam perusahaan, dalam bidang IT, vendor menyediakan personel, hardware dan software.
8 2. Selective Outsourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab pada bagian tertentu pada layanan tertentu dalam perusahaan, disesuaikan dengan bidang keahlian vendor.
Misalnya SAP menyediakan software dan IBM menyediakan hardware.
3. De facto sourcing, yaitu penyerahan tanggung jawab pada pihak luar dikarenakan adanya latar belakang sejarah atau politik, dibandingkan dengan hasil evaluasi objektif.
Misalnya dikarenakan salah seorang eksekutif memiliki perusahaan IT diluar jabatannya, maka perusahaan diarahkan untuk melakukan outsource pada perusahaan IT miliknya.
Keuntungan dan Kelemahan Insourcing dan Outsourcing
Menurut Mia (2010), keuntungan dan kelemahan penggunaan outsourcing dalam pengembangan sistem informasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Keuntungan dan Kelemahan Outsourcing
9 Menurut Mia (2010), keuntungan dan kelemahan penggunaan insourcing dalam pengembangan sistem informasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Keuntungan dan Kelemahan Insourcing
10 PEMBAHASAN
IT Outsorcing Sistem Informasi Perbankan
Outsourcing atau alih daya solusi terkait sistem teknologi informasi perbankan merupakan solusi bagi bank yang menginginkan sebuah kondisi yang efektif disisi fitur dan fungsionalitas serta efisien disisi pembiayaan tanpa perlu mempertimbangkan faktor-faktor penyerta seperti misalnya infrastruktur dan sumber daya manusia.
Dengan model outsourcing maka bank dapat secara bebas menentukan bagian mana dari teknologi yang akan dilakukan secara outsource (diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga) dan mana yang akan dilakukan oleh bank itu sendiri.
Berdasarkan kategori Bank maka di Indonesia pemanfaatkan solusi outsurcing dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Bank Nasional di Indonesia umumnya menyelenggarakan sendiri core system mereka (core banking / atm switching / treasury) namun melakukan outsource untuk solusi penyerta seperti sms broadcast solution.
b. Bank Pembangunan Daerah atau Bank Prekreditan Rakyat umumnya lebih menyukai model sewa / outsourcing ini, mulai dari lingkup yang paling kecil seperti sewa terhadap satu solusi tertentu maupun dalam skala yang lebih besar adalah melakukan outsource satu data center (artinya semua infrastruktur perbankan tersebut secara total diserahkan kepada pihak ketiga dan bank hanya membayar biaya sewa saja).
Alasan yang diberikan mengenai minat perbankan melakukan outsourcing sistem teknologi informasi perbankan adalah:
a. Fokus bisnis bank
Dengan menyerahkan hal teknis sistem informasi kepada pihak ketiga maka bank dapat fokus pada bisnis utamanya. Produk-produk akan lebih cepat dihasilkan sehingga pada akhirnya time to market dapat tercapai.
b. Membagi resiko untuk mendapatkan solusi terbaik
Dikelolanya sistem informasi oleh pihak ketiga maka bank membagi resiko kepada pihak yang dianggap mengerti dan menguasai teknologi sehingga bila terjadi sebuah kondisi yang penting maka bank berasumsi pihak ketiga ini sudah "ahli" dan mempunyai pengalaman yang lebih baik karena sudah menangani bank-bank lainnya juga.
11 c. Keterbatasan anggaran
Tidak dapat ditolak bahwa skema outsourcing menawarkan solusi pembiayaan yang sangat menarik, dimana memungkinkan sampai pada kondisi bank tidak perlu melakukan investasi perangkat keras maupun sumber daya manusia. Investasi diawal (capex) bisa diubah menjadi pembiayaan dengan anggaran operasional (opex).
d. Mengefisienkan sumber daya manusia dan hal jumlah dan kemampuan
Berhadapan dengan sistem informasi berarti bank juga berhadapan dengan sumber daya manusia yang khusus. Bank dapat menghindari resiko turn over dari karyawan yang dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan teknologi informasi dalam lingkungan bank tersebut.
ATM Switching Outsource / License
Solusi ATM Switching ini dikenalnya dengan nama yang berbeda-beda. Walaupun di dunia internasional solusi ini disebut dengan EFT Switching (Electronic Fund Transfer Switch), namun di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan ATM Switching. Penamaan ini sebenarnya kurang tepat karena solusi ini juga digunakan untuk men-drive POS / EDC (Electronic Data Capture).
Perlu untuk diketahui bahwa istilah ATM Switching merujuk pada software yang digunakan untuk men-drive channel-channel fisik (seperti ATM dan EDC), berfungsi melakukan otorisasi dan transaction routing, dan pertukaran data elektronik.
Solusi ATM Switch digunakan untuk menjadi penghubung antara channel-channel fisik bank (seperti branch, POS/EDC. ATM, Internet Banking dan Mobile Banking) dengan Core Banking system. Solusi ini juga menangani koneksi ke arah pihak ketiga seperti Local National Switch (Artajasa/ATM Bersama, ALTO, Link, Rintis / Prima), Internasional Switch (Visa, MasterCard, Amex), Payment Provider (PLN, Telkom, Airline).
Solusi ini prinsipnya meneruskan message transaction dari channel untuk kemudian di- otorisasi di level Switch sebelum kemudian diteruskan ke host maupun pihak ketiga. Di sekitar solusi ATM Switching ini biasanya terdapat interface-interface yang fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan diadakannya koneksi tersebut. Umumnya format message yang digunakan oleh interface dalam berkomunikasi adalah ISO8583 (umumnya di Indonesia masih mempergunakan ISO8583 tahun 1987) atau yang paling baru adalah dengan XML (biasanya interface ini digunakan untuk berkomunikasi dengan internet banking atau mobile banking).
12 Menurut model kepemilikannya maka ATM Switching di Indonesia dapat dibagi menjadi 2:
a. Beli putus / License b. Sewa / Outsourcing
Data Center Outsource / Colocation
Indonesia adalah negara yang disebut firma dunia Frost & Sullivan memiliki potensi pertumbuhan DC per tahun hingga 40%. Atau di atas pertumbuhan di India 35%, Tiongkok (30%), Australia dan Filipana (20%), serta Malaysia dan Korea Selatan (20%). Mengacu pada riset Sharing Vision (Mahayana, 2016), ini ekses terciptanya digital lifestyle, salah satu parameternya adalah jumlah pembeli transaksi daring di Indonesia yang terus tumbuh. Jika total pembeli online tahun 2015 sebanyak 7,4 juta orang, tahun ini diproyeksikan mencapai 8,7 juta orang. Nilai transaksinya, masih mengacu data Kementerian Kominfo tahun ini USD 28 miliar atau tumbuh dari 2015 (USD 20 miliar), 2014 (USD 12 miliar), dan 2013 (USD 8 miliar).
Pendorong berikutnya adalah tren kelahiran kota cerdas (smart city) oleh sejumlah pemda, semisal gencar dilakukan Pemkot Bandung, Pemprov DKI Jakarta, Pemkot Surabaya, Pemkot Denpasar, Pemkot Bogor, Pemkot Makassar, Pemkot Cimahi, dan seterusnya. Mereka seolah berlomba memikat warga dan konstituennya melalui sejumlah solusi perkotaan, seperti e- kelurahan, e-kecamatan, CCTV kota, e-office, e-Puskesmas, dll. Di kota Bandung, ada 300 aplikasi mulai dari Bandung smart card, social media analytic, solusi M2M, city digital media, dan lain-lain. Selain pembelian daring dan smart city, mengacu riset Sharing Vision kepada 21 perusahaan awal tahun 2016, pertumbuhan DC juga diakibatkan naiknya kebutuhan disaster recovery center (DRC), khususnya metode hot standby disusul warm standby dan cold standby.
Menurut Mahayana (2016), melakukan outsource/colocation layanan DRC adalah langkah yang cukup efisien khususnya untuk perusahaan yang membutuhkan area DRC (server room) yang tidak terlalu besar. Sesuai Gambar 4, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016, terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap colocation DRC perusahaan Indonesia.
13 Gambar 4. DRC Outsource/Colocation.
[Sumber: Mahayana, 2016]
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa colocation DRC makin meningkat. Perusahaan mulai mempercayakan teknologi backup-nya kepada perusahaan yang menyediakan jasa layanan outsource/colocation Data Center.
14 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun mengambil kesimpulan bahwa baik insourcing maupun outsorcing sistem informasi dapat dijadikan pilihan untuk perbankan. Selain itu, penyusun berkesimpulan bahwa perbankan dapat melakukan mix and match antara insourcing dan outsourcing, tergantung kepada kondisi perusahaan.
Bank Nasional di Indonesia umumnya menyelenggarakan sendiri core system mereka namun melakukan outsource untuk solusi penyerta seperti sms broadcast solution.
Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau Bank Prekreditan Rakyat (BPR) umumnya lebih menyukai model sewa / outsourcing ini, mulai dari lingkup yang paling kecil seperti sewa terhadap satu solusi tertentu maupun dalam skala yang lebih besar adalah melakukan outsource satu data center.
Alasan yang diberikan mengenai minat perbankan melakukan outsourcing sistem teknologi informasi perbankan adalah:
a. Fokus bisnis bank
b. Membagi resiko untuk mendapatkan solusi terbaik c. Keterbatasan anggaran
d. Mengefisienkan sumber daya manusia dan hal jumlah dan kemampuan
Beberapa sistem informasi perbankan yang dapat dilakukan outsourcing sesuai pembahasan adalah:
a. SMS broadcast solution b. ATM Switching
c. DRC Saran
Dengan menyerahkan hal teknis sistem informasi kepada pihak ketiga maka bank dapat fokus pada bisnis utamanya. Produk-produk akan lebih cepat dihasilkan sehingga pada akhirnya time to market dapat tercapai. Penyusun menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang feasibility study Core Banking System dan Data Center (DC) alias Core System Perbankan Nasional skala besar (tidak termasuk BPD dan BPR) dilakukan outsource tidak hanya DRC, contohnya adalah Data Center dilakukan colocation kepada pihak ketiga.
A DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2017. Ikhtisar Perbankan.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/ikhtisar/pengaturan/sistem-
informasi/Contents/Default.aspx [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Chang, Y. B., and Gurbaxani, V. 2012. “Information Technology Outsourcing, Knowledge Transfer, and Firm Productivity: An Empirical Analysis” MIS Quarterly (36:4), pp. 1043- 1063.
Kits. 2015. Data Center Infrastructure Design. http://kits.ng/infrastructure/data-centre- infrastructure-design/ [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Kshetri, Nir. 2007. Institutional Factors Affecting Offshore Business Process and Information Technology Outsourcing. Journal of International Management, 13(1), 38-56.
Mahayana, Dimitri. 2016. Kreativitas dalam Pertumbuhan Data Center Mutakhir.
http://www.huntnews.id/p/detail/1952872238714085?uc_param_str=dnfrpfbivesscpgi mibtbmntnijblauputoggdnw&pos=1469783940004&channel=technology&chncat=cat egory_indonesian [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Menachemi, N., Burkhardt, J., Shewchuk, R., Burke, D., and Brooks, R. G. 2007. “To outsource or not to outsource: Examining the effects of outsourcing IT functions on financial performance in hospitals”. Health Care Manage Revew 32(1):46-54.
Mia. 2010. Alasan Melakukan Outsource.
http://mia.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2010/12/alasan-melakukan-outsource-no- 4.pdf [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Prasetyo, A. 2013. Kelebihan dan Kelemahan Perencanaan Sistem Informasi Outsource dan Insource. Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen. Jakarta.
Rungga. 2014. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Penggunaan Core Banking Web Based. http://rungga.blogspot.co.id/2014/11/hal-hal-yang-harus-diperhatikan- dalam.html [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Rottman, J. W., and Lacity, M. C. 2006. “Proven Practices for Effectively Offshoring IT Work”.
MIT Sloan Management Review (47:3), pp. 56-63.
Tezauri. 2016. Risk and Compliance Tezauri DWH. https://see.asseco.com/banking-and- finance/banking/risk-and-compliance/tezauri-dwh-535/ [diakses pada tanggal 18 Februari 2017].
Turban, E., Leidner, D., McLean, E., Wetherbe, J. 2007. Information Technology for Management. John Wiley.
O’Brien A. J. 2008. Management Information Systems: Managing Information Technology in the E-Business Enterprises. 13th Edition. Irwin Inc. Boston.
O’Brien, A. J. and Marakas, G. 2011. Management Information Systems. New York: McGraw- Hill.