• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN PETANI JAGUNG TERHADAP KALENDER TANAM TERPADU (KATAM) DI DESA PUCAK KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN PETANI JAGUNG TERHADAP KALENDER TANAM TERPADU (KATAM) DI DESA PUCAK KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN MAROS"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PETANI JAGUNG TERHADAP KALENDER TANAM TERPADU (KATAM) DI DESA PUCAK

KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN MAROS

FAJRUL FIQRAH 105960087511

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(2)
(3)
(4)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

diantaranya merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika. Di Indonesia jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di beberapa daerah di Indonesia jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama, dan juga sebagai bahan pakan ternak dan industri.

Produktivitas jagung di tingkat nasional dewasa ini mencapai 3,4 ton/ha.

Penelitian oleh berbagai instansi pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budidaya jagung dengan produktivitas 4,5-10,0 ton/ha, tergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi, 2006).

Indonesia memiliki peluang menjadi pemasok kebutuhan jagung dunia karena memiliki ketersediaan lahan yang cocok ditanami jagung. Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber karbohidrat (Akil dan Hadijah, 2011). Tanaman jagung dapat menghasilkan biji dan biomas hijauan, jagung diperlukan dalam pengembangan ternak sapi. Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2005 dan diprediksikan 6,6 juta ton pada tahun 2010 (Ditjen Tanaman pangan, 2003).

Di dalam dunia pertanian, ada kalender tersendiri mengenai siklus satu tahunan. Dalam bahasa pertanian disebut musim tanam. Musim tanam ini biasa

(5)

2 sampai 3 kali, sehingga 1 musim tanam biasanya adalah 4 bulan. Makanya sering disebut musim tanam 1 (musim hujan), musim tanam 2 (musim gadu), dan musim tanam 3 (musim kering). Musim tanam ini akan sangat berkaitan dengan pola tanam. Peningkatan hasil produksi jagung yang maksimal sebaiknya diperhatikan waktu tanam dan panen, pola tanam, dan luas tanam, oleh karena itu maka diperlukan suatu panduan kalender tanam bagi petani pada skala nasional.

Kalender Tanam Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan OPT, serta rekomendasi varietas dan kebutuhan padi dan palawija, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk berdasarkan prediksi variabilitas dan perubahan iklim.

Pengetahuan tentang kalender tanam atau katam sangatlah baik untuk petani khususnya petani jagung yang ada di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, selain untuk menyikapi dampak perubahan iklim juga pedoman untuk prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, potensi serangan OPT, dan masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan ialah:

1. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi kalender tanam terpadu di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros?

(6)

3 2. Bagaimana tingkat pengetahuan petani jagung terhadap kalender tanam

terpadu di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan sosialisasi kalender tanam terpadu di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani jagung terhadap kalender tanam terpadu di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penyuluh dan petani pada umumnya dan petani jagung khususnya dalam menentukan waktu tanam dengan melihat kalender tanam terpadu.

2. Bagi peminat masalah yang sama dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk masyarakat umumnya, dan khusunya petani di Kabupaten Maros, dan penyuluh serta berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan hasil penelitian ini.

(7)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Jagung

Salah satu komoditi tanaman pangan yang mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting dan terbanyak ditanam selain gandum dan padi. Jagung pertama kali ditanam oleh suku Indian pada 7000 tahun yang lalu dan diperkirakan berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Pada abad 16 jagung diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh bangsa Portugis. Indonesia sendiri peningkatan produksi jagung belum diikuti oleh penanganan pascapanen yang baik. Petani kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan panen dan pascapanen yang dapat mengurangi biaya dan menekan susut mutu jagung. Karena itu, petani di beberapa wilayah pengembangan jagung masih belum merasakan nilai tambah dengan meningkatnya kualitas produk biji jagung (Firmansyah, 2006).

Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna.

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).

Tanaman semusim yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-150 hari. Istilah "seumur jagung" menggambarkan usia rata-

(8)

5 rata jagung yang berkisar tiga sampai empat bulan. Sekitar paruh pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif. Sebagian jagung merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam.

Anjuran paket teknologi jagung sesungguhnya telah tersedia dan disadari manfaatnya oleh petani, yaitu untuk meningkatkan produksi, namun belum sepenuhnya diterapkan karena terbentur masalah pendanaan. Akibatnya produksi belum optimal, baik jumlah produksi yang rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maupun mutu atau kualitas produk yang buruk sehingga akan mempersulit pemasaran produk untuk tujuan ekspor.

Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan ketrampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat, kurangnya pemodalan petani jagung untuk menyediakan sarana produksi ditambah lagi kemampuan pemodalan dan manajemen petani jagung untuk melakukan kegiatan usaha agribisnis jagung masih sangat terbatas, demikian juga dukungan pemerintah semakin berkurang dengan dikuranginya subsidi terhadap sarana produksi pertanian.. Permasalahan klasik yang dihadapi petani inilah yang menyebabkan pada umumnya agribisnis jagung dilakukan berskala kecil. Akibatnya produktivitas jagung rendah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung diantaranya adalah dengan memberikan kesadaran kepada petani

(9)

6 tentang cara bercocok tanam yang tepat dan modern. Petani dalam produksinya harus diarahkan pada orientasi bisnis atau komersial, bukan hanya memproduksi jagung dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun upaya tersebut akan memenuhi hambatan karena tingkat pendidikan petani jagung yang terbatas. Kemudian upaya yang dapat dilakukan adalah dengan sistem kemitraan usaha dalam agribisnis jagung. Kita ketahui jika petani memperoleh sarana produksi pertanian tersebut dengan sistem pembelian atau dengan bantuan dalam bentuk kemitraan. Oleh sebab itu pengembangan agribisnis jagung membutuhkan dukungan permodalan dan komitmen yang kuat.

Upaya peningkatan produksi jagung melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi selalu diiringi penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutu-han tanaman dengan mempertimbangkan ke- mampuan tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi, dan ke-untungan yang memadai bagi petani.

Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertim-bangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi.

2.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan

(10)

7 pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensasi khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu, pengaruhnya merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Menurut Notoatmodjo (2003) membagi enam tingkat pengetahuan. Ada enam tingkat pengetahuan yang di capai dalam domain kognitif yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Untuk mengukur bahwa seseorang, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat

(11)

8 sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek . penilaian itu berdasarkan suatu kriteia yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan ringkatatingkatan di atas.

(12)

9 Pengetahuan petani merupakan dasar dalam memahami usahatani jagung, baik pada subsistem hulu maupun pada subsistem hilir. Karakteristik petani berpengaruh terhadap kompetensi petani jagung, sedangkan pada keberhasilan usahatani jagung karakteristik petani tidak berpengaruh (Rosilawati, 2013).

Petani dapat belajar akibat dari tindakan mereka dan akan memperkaya serta mempertajam pengetahuannya. Pengamatan dan tanggapan seksama terhadap hasil uji coba atau observasi, bahkan kerugian akibat serangan hama dan penyakit serta kerusakan akibat alam (musim, iklim) akan lebih memperkaya sistem pengetahuannya. Pengetahuan petani juga dapat bertambah dari sumber eksternal seperti radio, televisi, tetangga dan penyuluh. Kemudian pengetahuan petani juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu petani. Selain itu, pendidikan formal maupun non-formal merupakan modal dasar petani mengkonsumsi informasi melalui media.

2.3. Pengertian Kalendera Tanam Terpadu

Kalender Tanam (katam) Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan kekeringan dan banjir, potensi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014).

Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim merupakan RPTP penelitian Balai

(13)

10 Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) yang sudah berlangsung sejak periode renstra 2009-2014. Menyadari bahwa dampak perubahan iklim terhadap tanaman pangan masih cukup tinggi, maka penelitian Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu) masih akan dilanjutkan pada periode 2015- 2019. SI Katam Terpadu merupakan pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular mengenai prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam, wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan OPT, rekomendasi varietas, jagung, rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk, serta rekomendasi alat mesin pertanian pada level kecamatan seluruh Indonesia.

Katam dapat membantu petani untuk menentukan waktu tanam, varietas yang akan ditanam, dan tepat pupuk (dosis pupuk yang sesuai), saat kekurangan air atau kelebihan air, dan mencegah dari organisme pengganggu tanaman.

Pasalnya, dampak perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan seperti saat ini, ataupun banjir saat musim hujan di lahan usaha tani, hal itu dapat mengancam ketahanan pangan nasional.

Adapun manfaat dari adanya katam adalah sebagai berikut:

1. Menentukan waktu tanam setiap musim (MH, MK-1 dan MK-2).

2. Menentukan pola tanam, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi pada skala kecamatan.

3. Menduga potensi luas tanam untuk mendukung sistem perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan.

4. Mengurangi risiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian petani akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT.

(14)

11 Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu disusun secara sederhana agar mudah dipahami oleh pemangku kepentingan, penyuluh, dan kelompok tani dalam mengatur kalender dan pola tanam sesuai dengan kondisi iklim. Katam atau kalendet tanam juga mempunyai keunggulan, diantaranya adalah:

1. Dinamis disusun berdasarkan prediksi iklim musiman dan tahunan.

2. Operasional dan spesifik lokasi: didasarkan pada potensi sumberdaya iklim dan air, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan.

3. Terpadu: diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih, PHT).

4. Mudah diperbaharui.

5. Mudah dipahami pengguna: disusun secara spasial dan tabular yang dilengkapi manual cara menggunakan system

6. Informatif: dikomunikasikan dengan sistem informasi website yang dapat diunduh setiap saat.

2.4. Pengertian Petani

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui (Hernanto, 2002).

Petani merupakan petani yang menguasai teknik budidaya dan teknologi pertanian. Kompetensi petani dalam kegiatan usahatani sangat ditentukan oleh

(15)

12 kapasitasnya dalam menguasai teknik budidaya cengkeh, seperti memilih lokasi/lahan dengan baik, memilih bibit, menanam, memberantas hama dan penyakit, memanen dengan baik serta melakukan pasca panen dengan baik pula.

Petani yang kompoten adalah petani yang menguasai teknik budidaya dan teknologi pertanian, mampu menjadi manager yang terampil, mampu mencari peluang-peluang usaha yang lain, menguasai aspek permodalan dan tenaga kerja, mampu berkomunikasi dan mampu memasarkan hasil-hasil produksinya, mampu meningkatkan produksi, mampu meningkatkan pendapatannya serta mampu mensejahterakan keluarganya.

Bahrin (2005) mengemukakan bahwa petani adalah bagian dari sekelompok masyarakat yang menjalankan kegiatan usahatani, yakni memanfaatkan permukaan bumi dengan dukungan energi matahari, suhu dan air untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman dan ternak.

Peranan dari tiap petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil-hasil yang bermanfaat.Dalam tanaman ini mencakup persiapan persemaian, penyebara benih, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen sedangkan dalam pertumbuhan hewan mencakup pengaturan pembiakan ternak, memberi makan, melindungi dari serangan penyakit dan menyediakan kandang.

Peranan lain yang dilakukan petani dalam kegiatan usahatani adalah sebagai manajer. Maka keterampilan sebagai manajer mencakup kegiatan otak yang didorong oleh kemampuan yang tercakup di dalamnya terutama dalam pengambilan keputusan atas penetapan pilhan-pilihan dari alternatif yang ada (Bahrin, 2005).

(16)

13 2.5. Kerangka Pikir

Penelitian ini berfokus pada kemampuan petani secara utuh dalam memahami teknologi yang terdapat dalam kalender tanam secara terpadu.

Membentuk kesadaran petani akan pentingnya sistem informasi, guna dalam peningkatan produksi jagung.

Penyuluh Pertanian

Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI

Kalender Tanam Terpadu (KATAM)

Petani Jagung Sosialisasi

Tingkat Pengetahuan

Peningkatan Produksi/Produktivitas

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

(17)

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros. Waktu penelitian ini berlangsung selama 2 bulan yaitu pada bulan September sampai bulan November 2015.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana yang mana setiap unsur dalam populasi memiliki probalitas yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Populasi petani jagung di Desa Pucak sebanyak 312. Pada penelitian ini sampel diambil secara acak sederhana dari populasi petani jagung yang ada di Desa Pucak sebesar 15%, sehingga diperoleh jumlah sampel atau responden sebanyak 47 petani jagung.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dikuantitatifkan, dengan memberikan gambaran dan penjelasan berupa angka-angka mengenai tingkat pengetahuan petani jagung terhadap kalender tanam terpadu.

a) Data primer merupakan data yang diperoleh secara wawancara langsung kepada petani sebagai responden

(18)

15 b) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga

yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu Kantor Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, Dinas Pertanian Kabupaten Maros dan sumber pustaka lainnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dan mampu menggambarkan populasi maka digunakan teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi adalah tehnik pengambilan data yang dilakukan dengan melihat secara lansung kondisi di lapangan yang ada kaitannya dengan informasi penelitian.

b. Wawancara, tehnik wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner penelitian secara langsung dengan petani responden yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Dokumentasi adalah dengan cara penulis melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani jagung terhadap kalender tanam terpadu adalah analisis ditentukan berdasarkan indikator skala likert dengan memberi nilai jawaban pada setiap item pertanyaan yakni: nilai 3 untuk jawaban (a), nilai 2 untuk jawaban (b), nilai 1

(19)

16 untuk jawaban (c). Kemudian data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan rumus persentase nilai (Padmowiharjo, 2004):

Skala Tingkat Pengetahuan Petani Jagung terhadap Katam Terpadu :

Skala Bobot (%)

Rendah 00,00 – 33,33

Sedang 33,34 – 66,67

Tinggi 66,68 – 100,00

3.6 Definisi Operasional

1. Kalender Tanam (Katam) Terpadu adalah pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial.

2. Pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesuatu, melakukan penginderaan, melihat, menyaksikan, mendengar, mengalami atau merasakan.

3. Petani jagung adalah petani yang berusahatani jagung di lahan kering.

4. Sosialisasi adalah adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

5. Penyuluh adalah orang yang memiliki peran tugas atau profesi yang memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah pertanian.

(20)

17

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Pucak merupakan Ibu Kota Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup sebagai petani. Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 17,76 ha, yang terbagi atas dua dusun yaitu

Dusun Pangembang dan Dusun Batulotong. Secara fisik desa ini terletak 25 km dari ibukota kabupaten dan mempunyai batas-batas wilayah administratif

sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Toddopulia

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tompobulu

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Benteng Gajah

4.1.1. Kondisi Demografis

Iklim di Desa Pucak dibagi atas dua musim yaitu musim hujan yang jatuh pada periode Oktober-Maret dan musim kemarau jatuh pada periode April- September. Suhu udara rata-rata 25o- 40oC. Dari data curah hujan diperoleh curah hujan 2500-4000 mm/tahun, dengan rata-rata 4 (empat) bulan kering tiap tahunnya. Desa Pucak mempunyai topografi dataran rendah dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut.

(21)

18 4.1.3 Pola Penggunaan Lahan

Lahan merupakan komponen dari lingkungan sebagai tempat berpijak dan melaksanakan berbagai aktivitas hidup dari manusia dan mahluk hidup lain.

Lahan yang ada di Desa Pucak digunakan untuk berbagai jenis pola penggunaan.

Penggunaan lahan terbesar adalah pemukiman dan bangunan yakni 1.664 ha (56,05), kemudian perkebunan seluas 356 ha (11,99%) dan yang paling kecil adalah perikanan 0,75 ha (0,03%). Adapun pola penggunaan lahan di Desa Pucak dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Pola Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Pemukiman dan bangunan 1.664,00 56,05

2 Sawah 335,00 11,28

3 Lahan kering/ladang 273,00 9,20

4 Hutan 340,00 11,45

5 Perkebunan 356,00 11,99

6 Perikanan 0,75 0,03

Jumlah 2.968,75 100,00

Sumber : Profil/Monografi Desa Pucak, 2015.

4.1.4 Keadaaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Pucak tersebar dalam beberapa kelompok umur. Desa Pucak mempunyai jumlah penduduk sebesar 2.128 jiwa yang terdiri dari 1.134 jiwa laki-laki dan 994 jiwa perempuan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Pucak dapat dilihat pada tabel 2.

(22)

19 Tabel 2. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin di Desa

Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan

Jumlah

(Tahun) (jiwa) (jiwa)

1 0 – 4 133 89 222

2 5 – 9 134 104 238

3 10 –14 134 88 222

4 15 – 19 104 168 272

5 20 – 24 83 85 168

6 25 – 29 87 135 222

7 30 – 34 100 70 170

8 35 – 39 79 53 132

9 40 – 44 69 46 115

10 45 – 49 59 39 98

11 50 – 54 43 30 73

12 55 – 59 29 21 50

13 60 – 64 32 36 68

14 65+ 48 30 78

Jumlah 1134 994 2128

Sumber : Kecamatan Tompobulu Dalam Angka , 2015

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kemajuan suatu daerah. Makin tinggi pendidikan penduduk, makin muda menerima informasi dan menyerap inovasi. Adapun tingkat pendidikan penduduk di Desa Pucak dapat dilihat pada Tabel berikut.

(23)

20 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Pucak,

Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 393,00 25,94

2 SD/sederajat 422,00 27,85

3 SMP/sederajat 374,00 24,69

4 SMA/sederajat 253,00 16,70

5 Diploma 52,00 3,43

6 Sarjana 21,00 1,39

Jumlah 1.515,00 100,00

Sumber : Profil/Monografi Desa Pucak, 2015.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk Desa Pucak pernah mengikuti pendidikan formal. Pendidikan formal yang terbanyak adalah sekolah dasar (SD) sebanyak 422 jiwa (27,85%) dan yang paling sedikit adalah sarjana yakni 21 jiwa (1,39%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian penduduk di Desa Pucak berpendidikan.

(24)

21 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

5.1.1. Umur Responden

Tingkat umur petani jagung akan dapat menentukan kemampuan bekerja bagi petani, baik secara fisik maupun non fisik. Dilihat dari kemampuan fisik, petani yang berumur muda jauh lebih kuat dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Dari segi pengalaman dan kematangan berpikir tentunya petani yang lebih tua lebih banyak pertimbangan dan lebih matang bila dibandingkan petani yang berumur muda.

Tingkat umur juga mempengaruhi persepsi petani terhadap

pengembangan kegiatan usaha yang sedang dan akan dilaksanakan.

Petani yang lebih tua menganggap pengalaman berusahatani lebih penting dari pada informasi baru yang disampaikan oleh penyuluh lapangan atau teori-

teori dalam literatur, sehingga mereka sulit mengadopsi suatu inovasi teknologi.

Berbeda dengan petani yang berusia muda, mereka lebih mudah menerima inovasi baru sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian dan berani mengambil risiko karena pengalaman berusahataninya masih kurang. Jika dilihat dari segi persepsi mengenai pengembangan pertanian, petani yang lebih muda lebih baik dibanding dengan petani yang berumur tua.

Di daerah penelitian, petani responden yang melakukan kegiatan usahatani jagung mempunyai umur terendah 26 tahun dan umur tertinggi 65 tahun. Sebagian besar petani responden berada pada usia kerja produktif (26–55

(25)

22 tahun), yaitu 91,49%. Secara terinci sebaran umur responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Umur (Tahun) Jumlah Responden ( Orang) Presentasi (%)

1 26 – 38 17 36,17

2 39 – 51 21 44,69

3 52 – 65 9 19,14

Jumlah 47 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa kelompok umur 39-51 tahun memiliki jumlah tertinggi yaitu sebanyak 21 orang (44,69%), sedangkan yang terendah pada kelompok umur 52-65 yaitu sebanyak 9 orang (19,14%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden memiliki umur yang lebih produktif dan matang, sehingga dapat menunjang kemajuan usahataninya.

5.1.1 Pendidikan Responden

Pendidikan secara formal langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kinerja petani berkaitan dengan pola pemikiran dan sistem kerja. Korelasi antara tingkat pendidikan formal signifikan dengan kemampuan berusahatani dalam pengembangan usaha. Begitu juga pendidikan non formal biasanya dapat membantu peningkatan pola berpikir dan kemampuan teknis.

Kemampuan membaca dan menulis petani sangat berpengaruh terhadap pengembangan usahatani karena diperlukan dalam melakukan komunikasi

(26)

23 dengan berbagai pihak. Dalam era yang semakin terbuka dan mengglobal dimana arus informasi semakin deras, kemampuan petani sangat ditentukan oleh kemampuan dalam memperoleh informasi, karena itu intensitas berkomunikasi merupakan variabel yang penting dewasa ini.

Tingkat pendidikan biasanya diukur melalui pendidikan formal yang telah diikuti seseorang, sehingga tingkat pendidikan petani responden meliputi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikannya masing-masing disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

Persentase (%) (Orang)

1 Tidak/Belum Tamat SD 14 29,79

2 SD/Sederajat 19 40,43

3 SMP/Sederajat 6 12,77

4 SMA/Sederajat 8 17,02

Jumlah 47 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SD/sederajat, baik tamat maupun tidak tamat yaitu sebanyak 19 orang (40,43%). Untuk tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat jumlah

petani responden sebesar 29,79%, sedangkan responden yang tidak/belum tamat SD/sederajat juga sebanyak 29,79%.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh petani relatif rendah. Keadaan demikian akan memberikan pengaruh

(27)

24 terhadap petani dalam berinovasi dan menemukan teknik-teknik baru dalam berusahatani jagung.

5.1.2 Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota keluarga merupakan aset dalam keluarga karena merupakan sumber tenaga kerja yang potensial dalam kegiatan berusahatani. Banyaknya anggota keluarga dapat juga menjadi beban dalam keluarga , karena semakin besar jumlah keluarga semakin besar pula beban biaya yang harus dikeluarkan kepada anggota keluarga. Besar kecilnya tanggungan keluarga juga akan menentukan prilaku petani dalam menjalankan usahataninya. Makin besar jumlah tanggungan, maka makin dinamis ia dalam usahataninya, karena terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Adapun jumlah tanggungan keluarga petani responden seperti Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase

(Orang) (Orang) (%)

1 1 – 2 4 8,51

2 3 – 4 37 78,72

3 5 – 6 6 12,77

Jumlah 47 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Dari Tabel 6 di atas, terlihat bahwa dari 47 orang petani responden terdapat 37 orang (78,72%) yang memiliki tanggungan keluarga antara 3-4 orang, 6 orang yang memiliki tanggungan keluarga antara 5-6 orang (12,77%),

(28)

25 dan sebanyak 4 orang (8,51%) yang memiliki tanggungan keluarga 1-2 orang.

Dengan demikian memberikan indikasi bahwa petani responden rata-rata memiliki jumlah tanggungan keluarga yang tidak terlalu besar sehingga tidak merupakan penghambat dalam pengembangan usahatani jagung di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros.

5.1.3 Luas Lahan

Luas lahan berpengaruh pada aktivitas petani dan produksi usahataninya.

Besarnya produksi yang diperoleh dari usahatani jagung ini akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani. Luas lahan petani responden bervariasi antara 0,10 hektar sampai dengan 1,50 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015.

No. Luas Lahan (ha)

Jumlah Responden Persentase (Orang) (%)

1 < 0,50 15 31,91

2 0,50 - 1,00 30 63,83

3 > 1,00 2 4,26

Jumlah 47 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Tabel 7 menunjukkan bahwa 15 orang (31,91%) petani responden mempunyai luas lahan kurang dari 0,50 ha, 30 orang (63,83%) petani responden memiliki lahan antara 0,50–1,00 ha dan hanya 2 orang (4,26%) yang memiliki lahan dengan luas lebih besar 1,00 ha.

(29)

26 Di daerah penelitian, penggunaan lahan tidak optimal karena kondisi topografi lahan yang tidak rata dan berbukit-bukit. Penyiapan lahan dilakukan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT), yaitu dengan membersihkan lahan dari tumbuhan pengganggu perdu dengan sabit/parang serta disemprot dengan herbisida.

5.1.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani juga merupakan salah satu unsur yang menunjang peningkatan produktivitas masyarakat. Dengan pendidikan dan penyuluhan yang memadai serta ditunjang pengalaman yang cukup, maka seseorang akan lebih kreatif dalam mengelola usahanya. Di samping itu, semakin banyak pengalaman yang diperoleh, petani akan semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan penigkatan produksi usahataninya.

Pengalaman berusahatani dapat dilihat dari lamanya seorang petani melakukan kegiatan usahatani. Semakin lama petani bekerja pada kegiatan tersebut, semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Dengan

makin banyak pengalaman, maka akan ditemukan cara yang lebih efektif dan efisien dalam berusahatani jagung hibrida, sehingga dalam hal ini pengalaman erat kaitannya dengan tingkat produktivitas petani jagung hibrida tersebut. Berbeda dengan petani yang miskin pengalaman, cara berusahataninya cenderung masih bersifat coba-coba

sehingga dalam berusahataninya pun cenderung menjadi kurang efisien dan produktivitasnya rendah.

(30)

27

Tabel 8. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015

No Pengalaman Berusahatani (tahun)

Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

1 5 – 13 13 27,65

2 14 – 22 15 31,91

3 23 – 31 10 21,27

4 32 – 41 6 12,76

5 42 – 50 3 6,38

Jumlah 47 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Pengalaman para petani responden di wilayah penelitian cukup bervariasi antara 5 sampai 50 tahun. Kebanyakan petani di daerah ini merupakan petani yang telah berpengalaman antara 14-22 tahun yaitu sebanyak 15 orang (31,91%).

Persentase petani responden di wilayah Desa Pucak menurut banyaknya pengalaman berusahatani secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 8.

5.2 Tingkat Pengetahuan Petani Jagung tentang Katam Terpadu

Tingkat Pengetahuan petani sangat diharapkan untuk berubah dan melakukan proses pembelajaran kepada petani dalam rangka perubahan perilaku dalam ini adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ditujukan kepada petani agar dapat berusaha tani lebih baik dan berusaha tani sejahtera. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan petani jagung untuk membantu dan menolong para petani dengan Kalender Tanam Terpadu (KATAM), dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka untuk meningkatkan hasil produksi petani jagung. Untuk mengetauhi atau respon petani terhadap tingkat pengetahuan petani jagung dapat dilihat pada Tabel 9.

(31)

28 Tabel 9. Pengetahuan Petani Responden tentang Katam Terpadu di Desa

Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015

No Pernyataan Kategori Total

Skor

Persentase tinggi sedang rendah (%)

1 Pentingnya pengetahuan

Katam Terpadu 6 27 14 86 60,67

2 Memahami maksud dan

tujuan Katam Terpadu 3 22 22 75 53,00

3 Memahami keseluruhan isi

Katam Terpadu 7 13 27 74 52,33

4 Mengaplikasikan sebagian/

seluruh isi Katam Terpadu 0 31 16 78 55,00 5

Perlunya peningkatan sosialisasi/partisipasi Katam Terpadu

0 30 17 77 54,33

Jumlah 16 123 96 390 275,33

Sumber: Data primer setelah diolah, 2015.

Pengetahuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pengetahuan petani dalam usahatani jagung menjadi suatu keharusan dalam meningkatkan produksi untuk menjadi pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga sendiri ataupun dalam negeri yang tinggi dan terus menerus meningkat, juga untuk mengisi peluang pasaran dunia karena permintaan jagung secara global dan ragional juga besar dan terus meningkat, untuk mencapai keberhasilan dalam mengelolah usahatani jagung maka yang mesti diperhatikan ialah mulai dari pengolahan/penggemburan tanah sampai pada panen kemudian pembinaan pendampingan secara continu, kompotensi petani dalam mengelolah usahatani jagung terletak pada budidaya,dan memperhatikan pemeliharaan secara serius, petani jagung yang ada di Kecamatan Tompobulu sangat penting mengembangkan pengetahuan, sehingga dapat mengembangkan manfaat dari

(32)

29 setiap kesempatan yang terbaik dan terbuka hasilnya, berusaha membuat usahataninya seproduktif mungkin dengan mendapat keuntungan yang terus bertambah,pengembangan jagung akan memberikan hasil yang cukup tinggi secara ekonomi apabila petani mampu dalam mengambil sikap atau tindakan dan lebih terampil untuk menerapkan teknologi.

Pengetahuan petani dalam usahatani jagung di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros memiliki pengetahuan yang masih sedang dari unsur pengetahuan, pengetahuan kesadaran dan kemauan petani untuk mengelolah usahatani jagung sangat tinggi namun bergantung pada kondisi iklim, permodalan, dan pemanfaatan teknologi yang masih menjadi kendala petani hingga saat ini yang menjadikan Pengetahuannya dalam mengambil tindakan dan lebih terampil kurang optimal meskipun dalam pengetahuannya tinggi. Adapun nilai rata-rata unsur pengetahuan yang dimiliki petani jagung di Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengetahuan Petani Jagung terhadap Kalender Tanam Terpadu (Katam) di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, 2015

No. Kategori Jumlah (orang) Persentase( % )

1 Rendah (0,00 - 33,33) 2 04,26

2 Sedang (33,34 - 66,67) 42 89,36

3 Tinggi (66,68 - 100,00) 3 06,38

Jumlah 47 100.00

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2015.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan petani jagung Terhadap Kalender Tanam di Kecamatan Tompobul di desa Pucak Kabupaten Maros dari

(33)

30 unsur pengetahuan memiliki nilai rata-rata 6,38 termasuk dalam kategori rendah, menggambarkan bahwa pengetahuan petani jagung dalam usahatani jagung dikatakan tahu dari unsur pengetahuannya dalam mengelolah usahatani jagung.

Karena menurut teori (Notoarmotdjo, 2007) pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesuatu, melakukan pengindraan, melihat, menyaksikan, mendengar, mengalami atau merasakan, pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang karena perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan akan lebih bertahap dari pada perilaku yang didasari kemampuan.

Pengetahuan petani jagung di Kecamatan Tompobulu dari cara pengolahan/

penggemburan tanah dengan menggunakan traktor,cara penanaman sesuai dengan jarak tanam dengan menggunakan tali agar jalur tanam rapi dan sesuai dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm 1 tanam/lubang, cara pemupukan sesuai dengan dosis yang digunakan 300 kg Urea dan 200 kg NPK/ha bisa juga di tambahkan ZA 50- 100 kg/ha cara pemeliharaan, dikatakan tinggi karena dilihat dari lamanya bertani, pendidikan yang dimiliki dan umur yang masih produktif maka kesadaran dan kemauannya untuk mencari, melihat, dan mendengar imformasi tentang usahatani jagung memilki semangat yang masih tinggi hingga dapat mengoptimalkan pengetahuan untuk mengetahui cara pengelolaan usahatani jagung dengan menggunakan Kalender Tanam Terpadu (KATAM).

(34)

31

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan mengenai tingkat pengetahuan petani jagung terhadap kalender Tanam Terpadu dalam petani jagung di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros termasuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 89,36%.

6.2 Saran

Dari penelitian ini, penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Diperlukan dukungan serta bantuan pemerintah berupa inovasi kepada petani tentang pemahaman katam agar produksi jagung lebih meningkat.

2. Diharapkan kepada masyarakat agar terus berusaha dengan memperbaiki dan mengembangkan usahataninya pada jagung.

3. Upaya-upaya dalam peningkatan pengetahuan, tentang jagung dan cara peningkatan produksi perlu dilakukan secara terus-menerus agar dapat menerima informasi/inovasi baru dan dengan cara melakukan perbaikan pola pikir masyarakat yang cenderung kepada mau lebih berusaha apabila sudah melihat langsung yang sudah berhasil.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Kalender Tanam http://www.litbang pertanian.go.id/buku/katam/

bagian-3-bab-6.pdf. diakses pada tanggal 26 September 2015

Anonim, 2012. Sistem Agribisnis Jagung http://darmawanrian98.com sistim- agribisnis-jagung. diakses pada tanggal 26 September 2015

Anonim A, 2009. Budidaya Pertanian. (http://www.Warintek Bantul.htm), Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.

Badan Litbang Pertanian. 2014. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2015. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Makassar.

Bahrin, 2005. Pengertian petani https://tanahmenangis.wordpress.com/2013/10/07/

pengertian-petani-dalam-perspektif-sosiologis.html. diakses pada tanggal 26 September 2015

Dinas Pertanian Kabupaten Maros. 2015. Laporan Tahunan. Maros.

Kasryno, F. 2006. Suatu Penilaian Mengenai Prospek Masa Depan Jagung di Indonesia. Makalah Disampaikan Pada Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, 29-30 September 2005.

Taufik Muhammad dkk,2012. kajian model pengembangan agribisnis jagung.

Sulawesi selatan

Notoatmodjo, 2003. Tingkat Pengetahuan. http://sutondoscript.blogspot.co.id/2011 /05/ definisi-pengertian-tingkat-pengetahuan.html. Diakses pada tanggal 26 September 2015

Mohammad zain, 2010.pengertian kemampuan. http://www.Pengertian kemampuan .go.id./news/ detail. go.id. Diakses pada tanggal 26 September 2015

Referensi

Dokumen terkait

Ini menunjukkan alkohol lemak rantai pendek yang berpunca daripada organisma marin adalah sebatian dominan di dalam kebanyakan sampel sedimen dari Sungai Sepang walaupun yang

Mahasiswa banyak melakukan tukar pikiran dengan Staff Penerimaan dan Pengadaan karena kedua orang Staff tersebut selalu ada di dalam gudang PT PERTAMINA EP Asset I

Kami adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran Penyerab kelembaban udara ( Desiccant) , yang berfungsi untuk menyerab kelembapan sehingga mencegah timbulnya

Lingkar pinggang merupakan antropometri yang mempunyai hubungan paling banyak dengan faktor risiko PKV ( 4 faktor ) yaitu gula darah puasa, apoB, ratio Kol/HDL dan ratio

Identifikasi human error menggunakan metode SHERPA ini dilakukan untuk mengetahui human error yang mungkin terjadi pada saat menggunakan mesin-mesin sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman pirit &lt; 30 cm memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap meningkatnya kemasaman tanah, Al yang dapat dipertukarkan,

Pembangunan pembangkit listrik berbasis kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hulu dengan lokasi pengembangannya dalam draft RTRW di Kecamatan Tambusai ditunjang dengan

Sejalan dengan penelitian tersebut, Nastiti (2016), mengungkapkan bahwa integrasi pendidikan karakter dalam program fullday school dapat dilakukan dengan tiga cara