• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN ZSCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN ZSCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN ZSCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2015-2019

1Destya Ramadhani (21216855)

2Mella Sri Kencanawati, SE., MMSI

1[email protected]

2[email protected] Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Salah satu penyebab kebangkrutan dimulai dari adanya kesulitan keuangan. Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan dengan menggunakan analisis Model Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski pada perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 serta mengetahui tingkat akurasi dari model tersebut dan menentukan model mana yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif, data yang digunakan berupa laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasi oleh perusahaan yang terdapat pada website www.idx.co.id dengan total perusahaan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 4 perusahaan yaitu PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, PT Semen Baturaja Tbk, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk. Hasil prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan model Altman Z-Score adalah PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dalam kondisi bangkrut periode 2016-2018.

Sedangkan tiga perusahaan lainnya sebagian besar hasilnya diprediksi tidak bangkrut.

Pada model Springate, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan lalu PT Semen Baturaja Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk pada kondisi bangkrut selama tiga tahun terakhir sedangkan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk diprediksi bangkrut pada tahun 2015. Kemudian pada model Zmijewski PT Semen Indonesia,Tbk diprediksi bangkrut tahun 2017-2019 dan tiga perusahaan lainnya sebagian besar diprediksi tidak bangkrut. Hasil penelitian tingkat akurasi didapatkan untuk model Altman Z-Score sebesar 70%, model Springate sebesar 45% dan model Zmijewski sebesar 85%. Model yang memiliki tingkat akurasi yang paling besar dalam memprediksi kebangkrutan adalah model Zmijewski.

Kata Kunci : Kebangkrutan, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski

(2)

ABSTRACT

One of the causes of bankruptcy starts from financial difficulties. To measure the level of financial health of the company can be used financial ratio analysis. The purpose of this study is to find out the results of bankruptcy predictions by using the Altman Z-score, Springate, and Zmijewski Model analysis of cement sub-sector companies listed in IDX for the period 2015-2019, as well as to know the accuracy of those models and determine which models are most accurate in predicting bankruptcy. The analysis technique used is a quantitative analysis technique, the data used in the form of annual financial reports that have been published by companies contained on the website www.idx.co.id with a total of 4 research companies as sample companies, namely PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, PT Semen Baturaja Tbk, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk and PT Semen Indonesia Tbk. The prediction result of company bankruptcy using the Altman Z-Score model is that PT Solusi Bangun Indonesia Tbk is in bankruptcy for the 2016-2018 period.

Meanwhile, most of the three other companies are predicted not bankrupt. Then in the Springate model, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk is predicted to go bankrupt, then PT Semen Baturaja Tbk and PT Semen Indonesia Tbk are in bankruptcy for the last three years while PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk is predicted to go bankrupt in 2015.

Then in the Zmijewski model of PT Semen Indonesia Tbk is predicted to go bankrupt in 2017-2019 and most of the three other companies are predicted not to go bankrupt. The results of the research, the level of accuracy obtained for the Altman Z-Score model is 70%, the Springate model is 45% and the Zmijewski model is 85%. The model that has the greatest degree of accuracy in predicting bankruptcy is the Zmijewski model.

Keywords : Bankruptcy, Altman Z-Score, Springate, and Zmijewski.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Pada perusahaan yang telah menawarkan saham kepada publik atau disebut go public, laporan keuangan merupakan hal yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

Selain berguna untuk pihak eksternal, laporan keuangan juga bermanfaat untuk pihak internal perusahaan. Dalam laporan keuangan

terdapat informasi penting yang berkaitan dengan kinerja perusahaan yang dapat digunakan untuk melihat dan menilai apakah pihak manajemen perusahaan mampu mengelola perusahaan dengan baik. Jika manajemen tidak mampu dalam mengelola perusahaan dengan baik, kinerja perusahaan akan mengalami penurunan, jika hal ini terus terjadi resiko kebangkrutan akan membayangi perusahaan.

Menurut Rudianto (2013), kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya. Kebangkrutan atau kegagalan keuangan perusahaan dapat

(3)

diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan. Untuk menganalisis kebangkrutan sebuah perusahaan diperlukan sebuah metode.

Metode analisis kebangkrutan yang sering digunakan yaitu Analisis Altman Z-Score model, model Springate dan model Zmijewski adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda satu dengan yang lainnya (Rudianto, 2013:254).

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yaitu perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX).

Saat ini pembangunan infrastuktur di negeri ini mulai sangat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Otomatis, kebutuhan semen akan terus meningkat pula untuk memenuhi kebutuhan konstruksi. Sudah dimaklumi bahwa kebutuhan akan semen di dunia menjadi kebutuhan primer untuk urusan pembangunan, dan ini juga menjadi bahan utama penguat dari pembuatan beton, baik itu beton ready mix maupun beton precast atau beton pracetak.

Namun belakangan ini industri semen di Indonesia sedang hangat jadi pemberitaan. Pasalnya, kehadiran perusahaan semen asal China

menambah catatan baru dalam daftar pemain semen di Indonesia. Harga semen perusahaan asal China dibanderol lebih murah dari semen lokal dan tentunya hal ini mendapat perhatian serius dari perusahaan-perusahaan semen asal Indonesia.

Definisi dari predatory pricing itu sendiri adalah perilaku perusahaan yang dengan sengaja menetapkan harga suatu produk di bawah biaya normal untuk menimbulkan kerugian atas penjualan produk di segmentasi pasarnya dalam jangka waktu tertentu.

Hal itu bertujuan untuk menghilangkan, mendisiplinkan, atau menghalangi masuknya pesaing. Setelah itu, perusahaan akan menutup kerugian dengan menentukan harga yang lebih tinggi dari yang seharusnya. Akibat dari kebijakan predatory pricing yang dilakukan sepihak oleh produsen semen asal China, berdampak langsung terhadap penjualan hingga produksi semen dalam negeri yang menurun.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil prediksi kebangkrutan perusahaan semen dengan menggunakan analisis model Altman Z- Score, Springate dan Zmijewski tahun 2015- 2019, untuk mengetahui tingkat akurasi dari masing-masing model dan untuk menentukan model mana yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan.

TELAAH PUSTAKA

Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2004:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan

(4)

suatu ringkasan dari transaksi- transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Munawir (2010:5) pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan laba-rugi memperlihatkan hasil yang telah dicapai perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas.

Menurut Ryan Ariefiansyah (2013:3), laporan keuangan adalah catatan keuangan mengenai aktivitas perusahaan atau organisasi dalam kurun waktu tertentu (satu periode akuntansi/satu tahun) yang memperlihatkan kondisi pada waktu tersebut dan dipergunakan sebagai informasi bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan pengertian laporan keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah sebuah laporan yang berisi catatan keuangan perusahaan mengenai ringkasan dari transaksi – transaksi keuangan perusahaan serta aktivitas perusahaan selama periode tertentu yang dapat memperlihatkan keadaan keuangan perusahaan.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 dalam Hery (2016:5) menjelaskan

bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Agar laporan keuangan menjadi lebih bermakna, laporan keuangan tersebut harus dapat dipahami dan dimengerti oleh penggunanya sehingga perlu dilakukan analisis laporan keuangan.

Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) dalam Harahap (2007:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh data.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

(5)

Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan usaha biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan yaitu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajibannya, karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidak cukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya, sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai perusahaan dapat tercapai, yaitu profit (Adnan 2000: 139).

Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.

Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo (S.

Munawir 1998: 288). Berdasarkan Undang undang No.4 tahun 1998 mengartikan kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan.

Faktor Penyebab Terjadinya Financial Distress

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya financial distress pada perusahaan menurut Jauch dan Glueck dalam Peter dan Yoseph (2011) adalah:

1. Faktor Umum a) Sektor Ekonomi

Faktor-faktor penyebab financial distress dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit

dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.

b) Sektor Sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap financial distress cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.

Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

c) Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.

d) Sektor Pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subtansi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan a) Faktor pelanggan/konsumen

(6)

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.

b) Faktor kreditur

Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan suatu perusahaan.

c) Faktor pesaing

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.

3. Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Peter dan Yoseph (2011) sebagai berikut:

a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.

b) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen.

c) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan

Informasi financial distress bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini (Mahduh dan Halim, 2012:261):

1. Pemberi Pinjaman (Seperti Pihak Bank)

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang akan memberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan sedini mungkin dari kemungkinan tersebut.

3. Pihak Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan).

(7)

Selain itu pemerintah juga mempunyai kepentingan untuk melihat tanda- tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going cocern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya- biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar.

Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17%

dari nilai perusahaan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan- tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Model Altman Z-Score (1995)

Keterangan :

X1 = Modal Kerja / Total Aset (Working Capital / Total Asset)

X2 = Laba Ditahan / Total Aset (Retained Earnings / Total Asset) X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset (Earning Before Interest and Tax / Total Asset)

X4 = Nilai Buku Ekuitas / Nilai Buku Total Hutang (Book Value Of Equity / Book Value Of Total Debt)

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Jika Nilai Z-score > 2,6

Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.

b. Jika Nilai Z-score 1,1 < Z-score < 2,6 Berada di daerah abu – abu (grey area) sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan.

c. Jika Nilai Z-score < 1,1

Dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar.

Model Springate

Keterangan :

X1 = Modal Kerja / Total Aset (Working Capital to Total Asset) X2 = Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset (Net Profit Before Interest And

Taxes to total asset)

X3 = Laba Bersih Sebelum Pajak / Kewajiban Lancar (Net Profit Before Taxes to Current Liabilities)

X4 = Penjualan / Total Aset (Sales to Total Assets)

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Jika Nilai S-score > 0,862

Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat (tidak bangkrut) sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.

(8)

b. Jika Nilai S-score < 0,862

Dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak sehat (rawan bangkrut) dan memiliki kesulitan keuangan sehingga beresiko tinggi mengalami kebangkrutan.

Model Zmijewski

Keterangan :

X1 = Laba Bersih / Total Aset (Net Income / Total Asset)

X2 = Total Utang / Total Aset (Total Debt / Total Asset)

X3 = Aset Lancar / Utang Lancar (Current Assets / Current Liabilities) Hasil analisis ditentukan oleh cut off sebagai berikut :

a. Jika X < 0

Menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikategorikan sehat atau tidak berpotensi bangkrut.

b. Jika X > 0

Menunjukkan bahwa perusahaan dapat dikategorikan berpotensi terjadinya kebangkrutan.

Perhitungan Tingkat Akurasi

Perhitungan tingkat akurasi ini digunakan untuk mencari model analisis kebangkrutan manakah yang paling baik. Setelah itu membandingkan sampel dengan mencocokkan hasil prediksi perhitungan dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Perbandingan antara prediksi dan kategori sampel dilakukan pada seluruh sampel. Setelah nanti sampel dihitung, maka akan diperoleh hasil rekap prediksi yang benar dan yang salah.

Dengan adanya hasil rekapan yang

diperoleh dapat diketahui tingkat akurasi tiap – tiap model prediksi kebangkrutan.

Tingkat akurasi prediksi kebangkrutan dihitung sebagai berikut (Christianti,2013) :

Selain itu, terdapat 2 jenis tingkat error dalam menghitung tingkat akurasi yaitu :

1.Tipe Error 1

Kesalahan yang terjadi jika model memprediksi sampel tidak akan mengalami kesulitan keuangan tapi kenyataannya mengalami kesulitan keuangan.

2. Tipe Error 2

Kesalahan yang terjadi jika model memprediksi sampel mengalami kesulitan keuangan padahal kenyataannya tidak mengalami kesulitan keuangan.

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 – 2019. Sumber data yang diperoleh adalah data laporan keuangan perusahaan yang terdapat di website BEI www.idx.co.id. Adapun tabel nama perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut :

(9)

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 – 2019.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti dan dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam penelitian yang bersangkutan.

Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan secara purposive judgement sampling, yaitu pemilihan sampel atas dasar kesesuaian antara karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015 – 2019.

2. Perusahaan sub sektor semen yang menerbitkan laporan keuangan yang lengkap dan telah di audit tahun 2015 – 2019.

3. Perusahaan sub sektor semen yang memproduksi semen sebagai salah satu hasil produksinya.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data tersebut bersifat kuantitatif mengenai laporan keuangan tahun 2015-2019 pada tiap perusahaan.

Sumber data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan sub sektor semen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari website milik Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id maupun website tiap perusahaan masing-masing.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data didapatkan dari laporan keuangan tahunan yang telah di unggah oleh instansi yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

Teknik Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

Analisis deskriptif yaitu alat analisis yang digunakan dengan cara menganalisis dan mendeskripsikan suatu masalah dengan menggunakan tabel.

Sedangkan analisis kuantitatif adalah alat analisis yang menggunakan angka – angka matematis untuk menjelaskan dan menggambarkan suatu kondisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil perhitungan menggunakan metode Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2015-2019 :

(10)

Dari perhitungan Tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada sepanjang tahun 2015 – 2019 tidak ada yang mengalami kondisi kesulitan keuangan, hal ini ditunjukkan pada nilai Z masing-masing perusahaan yang dihasilkan lebih dari 2,6.

Sedangkan pada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2015 diprediksi berada pada kondisi GA (grey area) dengan nilai Z yang berada diantara 1,1 dan 2,6. Kemudian pada sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2019 perusahaan berada pada kondisi kesulitan keuangan dilihat dari nilai Z yang dihasilkan berada di bawah 1,1.

Lalu pada PT. Semen Indonesia Tbk (SMGR) sepanjang tahun 2015 – 2018 diprediksi berada pada kondisi keuangan yang baik dapat dilihat dari nilai Z yang dihasilkan pada tiap tahunnya lebih dari 2,6. Namun pada tahun berikutnya model ini memprediksi perusahaan berada pada kondisi keuangan GA (grey area) dengan nilai Z yang dihasilkan berada diantara 1,1 dan 2,6 yaitu 2,218.

Dari perhitungan Tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) selama lima tahun berturut diprediksi tidak mengalami kesulitan keuangan dengan nilai S yang dihasilkan tiap tahunnya lebih dari 0,862.

Selanjutnya pada PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada tahun 2015 dan 2016 menghasilkan nilai S lebih dari 0,862 yang berarti bahwa pada tahun tersebut perusahaan berada pada kondisi keuangan yang baik. Namun pada tiga tahun berikutnya yaitu tahun 2017-2019 perusahaan berada pada kondisi keuangan yang sulit dilihat dari nilai S yang dihasilkan pada tahun- tahun tersebut kurang dari 0,862.

Kemudian pada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) model springate memprediksi selama lima tahun perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan. Dapat dilihat nilai S yang dihasilkan tiap tahunnya kurang dari 0,862.

Lalu pada PT. Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada tahun 2015 dan 2016 diprediksi berada pada kondisi keuangan yang baik dengan nilai S yang dihasilkan pada tahun tersebut lebih dari 0,862. Namun pada tahun berikutnya

(11)

yaitu 2017-2019 perusahaan menghasilkan nilai S kurang dari 0,862 yang berarti bahwa pada tahun berikut perusahaan diprediksi sedang mengalami kesulitan keuangan.

Dari perhitungan Tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) pada sepanjang tahun 2015 – 2019 diprediksi oleh model Zmijewski bahwa perusahaan dalam kondisi TB (Tidak Bangkrut) yaitu menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat dan tidak ada indikasi kebangkrutan, dapat dilihat dari nilai yang telah dihitung berada di bawah 0.

Kemudian pada PT. Semen Indonesia Tbk (SMGR) tahun 2015 dan 2016 juga diprediksi berada pada kondisi keuangan yang sehat dengan nilai yang dihasilkan berada di bawah 0, namun pada tahun 2017-2019 nilai yang dihasilkan tiap tahunnya menunjukkan nilai di atas 0 sehingga perusahaan diprediksi sedang mengalami kesulitan keuangan.

Rekapitulasi Tingkat Akurasi

Setelah menghitung nilai dari masing – masing model analisis, berikut dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat akurasi dari masing masing model analisis kebangkrutan yang telah dihitung dalam penelitian ini sebagai berikut :

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil dari tiap model analisis kebangkrutan berbeda-beda, perbedaan ini terjadi karena tiap-tiap model analisis kebangkrutan memiliki formula perhitungan yang berbeda beda.

Tingkat akurasi yang paling tinggi ada pada model Zmijewski dengan tingkat akurasi sebesar 85% dengan Type Error II sebesar 15%, pada model Altman Z-Score Modifikasi memiliki tingkat akurasi sebesar 70% dengan Grey Area sebesar 10% dan Type Error II sebesar 20%, dan yang terakhir pada model Springate memiliki tingkat akurasi sebesar 85% dengan Type Error II sebesar 15%.

Berdasarkan hasil perhitungan serta rekapitulasi tingkat akurasi yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi dari Model Altman Z-Score Modifikasi dan Model Springate. Dengan model Zmijewski memiliki tingkat akurasi yang tinggi berarti bahwa Model Zmijewski adalah model yang terbaik diantara 3 model lainnya yang ada di penelitian ini untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan sub

(12)

sektor semen yang terdaftar di BEI periode 2015 - 2019.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat penulis sampaikan berdasarkan pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hasil prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan model Altman Z- Score adalah pada PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk dan PT Semen Baturaja Tbk sebagian besar hasilnya diprediksi tidak mengalami kesulitan keuangan selama periode 2015-2019.

Sedangkan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk diprediksi mengalami kesulitan keuangan pada periode tahun 2016-2018. Lalu hasil prediksi kebangkrutan pada model Springate PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk berada pada kondisi keuangan yang cukup baik selama empat tahun terakhir, sedangkan PT Semen Baturaja Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk mengalami keadaan keuangan yang tidak cukup baik pada periode tahun 2017-2019.

Untuk PT Solusi Bangun Indonesia Tbk mengalami kesulitan keuangan selama periode 2015-2019.

Kemudian hasil prediksi kebangkrutan pada model Zmijewski PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, dan PT Semen Baturaja Tbk diprediksi berada pada kondisi keuangan yang baik. Sedangkan PT Semen Indonesia,Tbk diprediksi

memiliki kondisi keuangan yang tidak cukup baik pada periode tahun 2017- 2019.

2. Tingkat akurasi dari model Altman Z-Score pada perusahaan Sub Sektor Semen yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 yaitu sebesar 70%, Grey Area 10% dan type eror II sebesar 20%, untuk type eror I tidak ada karena sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang kenyataannya tidak mengalami kebangkrutan. Untuk model Springate memiliki tingkat akurasi sebesar 45% dan type eror II sebesar 55%. Untuk model Zmijewski memiliki tingkat akurasi sebesar 85% dan type eror II sebesar 15%.

3. Model yang paling akurat yang digunakan dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan Sub Sektor Semen yang terdaftar di BEI periode 2015 – 2019 adalah model prediksi Zmijewski dengan tingkat akurasi sebesar 85% dan type eror II sebesar 15%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis akan memberikan beberapa saran kepada pihak - pihak yang berkepentingan dan sekiranya bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:

1. Untuk perusahan beserta manajemen perusahaan, hasil serta analisis ini tidak sepenuhnya tepat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan, akan tetapi hasil serta analisis ini tetaplah penting untuk dilakukan yang berguna untuk

(13)

memberi gambaran serta peringatan tentang adanya tanda kesulitan keuangan pada suatu perusahaan.

Dengan adanya hasil serta analisis tersebut pihak perusahaan dapat mengevaluasi kinerja perusahaan serta menentukan langkah perbaikan yang dapat dilakukan agar perusahaan tidak berada dalam kondisi kebangkrutan. Hasil serta analisis model Zmijewski ini bisa dijadikan sebagai alternatif untuk memperhitungkan prediksi kebangkrutan dikarenakan model Zmijewski ini memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan model Altman Z-Score dan model Springate.

2. Untuk para investor, hasil serta analisis model Altman Z-Score, model Springate, dan model Zmijewski ini dapat dijadikan sebagai referensi sebagai pengambilan keputusan dalam menentukan langkah untuk investasi yang lebih baik.

3. Untuk peneliti yang akan meneliti selanjutnya, disarankan untuk dapat menambah jumlah sampel dengan periode yang terbaru serta jenis model analisis lainnya, sehingga diharapkan dapat memperoleh model prediksi kebangkrutan yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adnan, M.A. dan Kurniasih, E.

2000. Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan pada Pendekatan Altman (Kasus pada Sepuluh Perusahaan di Indonesia),

Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.

[2] Alim, Alif Fikri. 2017. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Altman ZScore Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia.

[3] Ariefiansyah, Ryan dan Miyosi Margi Utami. 2012. Membuat Laporan Keuangan Gampang.

Dunia Cerdas, Jakarta.

[4] Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan.

Cetakan Pertama. Yogyakarta:

BPFE.

[5] Darminto, D. Dwi Prastowo. 2011.

Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga.

Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

[6] Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas.

Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Jakarta: Ikatan Akuntan.

Indonesia.

[7] Gunawan, Aditya. 2019. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Altman Z-Score, Springate, Dan Zmijewski (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Rokok Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014 – 2018)”. Skripsi. Jakarta: Jurusan S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.

[8] Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim.

2012. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: (UPP) STIM YKPN.

(14)

[9] Harahap, Sofyan Syafri. 2007.

Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan ke-7. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

[10] Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

[11] Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009.

Standart Akuntansi Keuangan, PSAK No. 1. Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

[12] Jonathan Golin & Philippe Delhaise. 2013. The bank credit analysis handbook. Second edition. Singapore: John Wiley &

Sons Singapore Pte. Ltd.

[13] Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[14] Khoiriyah, Safinatun. 2019.

“Analisis Financial Distress, Perbandingan Dan Tingkat Akurasi Menggunakan Model Altman Z-Score, Grover, Springate Dan Zmijewski Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Delisting di BEI Tahun 2012-2017)”. Skripsi.

Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

[15] Meita, E. 2016. “Analisis Penggunaan Metode Altman, Springate, dan Zmijewski dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Batubara Periode 2012-2014”.

Skripsi. Surabaya: Jurusan S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.

[16] Munawir S. 1998. Analisis Laporan Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Buku Kedua BPFE.

Yogyakarta.

[17] Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Keempat belas.

Yogyakarta: Liberty.

[18] Nurcahyanti, W. 2015. Studi Komparatif Model Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski dalam Mengindikasikan Kebangkrutan Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi, 3(1).

[19] Peter & Yoseph. 2011. Analisis Kebangkrutan dengan Metode Z- Score Altman, Springate dan Zmijewski pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Periode 2005-2009. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi 2.

[20] Purnajaya.K., & Merkusiwati,N.

2014. Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z- Score Altman, Springate, dan Zmijewski Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 (2014):48-63.

[21] Rahayu, Fitriani, dkk. 2016.

Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score,Springate, Dan Zmijewski Pada Perusahaan Telekomunikasi. Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016).

(15)

[22] Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. 2009. Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 1, pp. 15-28.

[23] Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Erlangga.

[24] Setiawati, M. H. 2017. “Analisis Metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski untuk Memprediksi Financial Distress pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015”. Skripsi.

[25] Syafrida, Hani. 2015. Teknik Analisa Laporan Keuangan.

Medan: Umsu Press.

[26] Tunggal, Amin Widjaja. 2010.

Teori dan Praktek Auditing.

Jakarta: Harvarindo.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tahap ini dapat diperoleh output sebagai berikut: Desain kemasan yang menarik adalah yang berasal dari dus atau karton, olahan roti tawar yang menarik adalah digoreng,

Eni Gustina, wawancara dengan peneliti, rekaman handphone, Bandar Lampung, 25 Januari 016.. mengatur keuangan, anak-anak, jika kita tidak bisa mengatur maka akan.

Ketergantungan masyarakat Taka Bonerate pada kekayaan alam (perairan) menjadi hal yang dikhawatirkan karena berpeluang merusak dan membuat sumber daya alam menipis

Para pengusaha genteng press hendaknya bekerja sama dengan pemerintah agar mendapatkan informasi dalam membantu mengoptimalkan efisiensi usaha genteng pressnya serta

How to talk to running daemons How to build and secure a daemon Laddie, our sample appliance Logging and event handling Web-based user interfaces Command line interfaces (CLIs)

Makalah ini menguraikan tentang aplikasi SCADA menggunakan jaringan nirkabel 2.4 Ghz dalam pengendalian dan pemantauan peralatan proses di fasilitas penyimpanan bahan

Inflamasi pada cecum, tidak seperti inflamasi pada rectum atau kolon sigmoid, tidak ditemukan perasaan ingin segera buang air besar (urgensi) ataupun

• Caranya dengan mencari dan menanggapi kebutuhan nyata mereka dan menciptakan cara-cara untuk mernuaskan