• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN

PROGRAM PRO-RAKYAT

APRIL, 2010

BAMBANG WIDIANTO

DEPUTI BIDANG KESRA – KANTOR WAKIL PRESIDEN RI

(2)

KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH TANGGA

1. PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

2. BANTUAN KESEHATAN UNTUK KELUARGA MISKIN (JAMKESMAS)

3. BANTUAN PENDIDIKAN UNTUK KELUARGA MISKIN

4. BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

(3)

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(4)

PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI BERSYARAT

(Conditional Cash Transfer)

PKH Adalah Program Perlindungan Sosial melalui pemberian Uang Tunai Kepada Rumah Tangga

Sangat Miskin (RTSM) Dimana Sebagai Imbalannya RTSM Tadi Diwajibkan Untuk Memeriksakan

Anggota Keluarganya Ke PUSKESMAS Dan/atau

Menyekolahkan Anaknya Dengan Tingkat Kehadiran

Sesuai Ketentuan.

(5)

Manfaat BTB

1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin.

2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui:

- Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan ( price effect anak keluarga miskin) - Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya ( insurance

effect ).

3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya.

4. Mengurangi pekerja anak.

5. Mempercepat pencapaian MDGs (melalui peningkatan akses pendidikan, peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian balita, dan

peningkatan kesetaraan jender).

(6)

KEWAJIBAN BAGI PENERIMA PKH

1. Penerima PKH diwajibkan:

a. Ibu hamil:

• Pemeriksaan kehamilan (min.4 kali) dan mendapatkan suplemen Fe.

• Proses kelahiran yang ditangani tenaga medis

• Kunjungan setelah melahirkan (min.2 kali) untuk penyuluhan kesehatan/ibu menyusui

b. Anak usia 0-6 tahun:

• Usia 0–11 bulan melakukan imunisasi komplet

(BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan pemantauan tumbuh kembang anak setiap bulan

• Usia 6-11 bulan melakukan pemberian Vitamin A (2 kali setahun: Februari dan Agustus),

• Usia 12–59 bulan melakukan imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang setiap bulan

• Pemantauan tumbuh kembang anak usia pra sekolah (5-6 tahun) c. Anak Usia 7-15 tahun:

 Mendaftarkan anak usia 6-15 tahun di SD dan/atau SMP dengan kehadiran min. 85% hari sekolah dalam sebulan selama thn ajaran berlangsung.

 RTSM dengan anak usia >15 tahun namun belum menyelesaikan dikdas dapat menerima bantuan apabila anak tsb bersekolah atau mengikuti pendidikan kesetaraan dan memenuhi ketentuan yang berlaku.

2. Bantuan diberikan per 3 bulan kepada ibu/wanita dewasa dalam RTSM.

(7)

SKENARIO BESARAN BANTUAN

Skenario Bantuan Bantuan per RTM per tahun (Rp)

Bantuan tetap 200.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak Usia Balita b. Ibu Hamil/Menyusui c. Anak Usia SD/MI d. Anak Usia SMP/MTs

800.000 800.000 400.000 800.000

Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000

Bantuan minimum per RTSM 600.000

Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000

Catatan:

- Bantuan Per RTSM dibatasi maksimum Rp.2.200.000 dan jumlah anak 3.

- Bantuan terkait dengan kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas.

- Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.

(8)

NO PROVINSI RTSM 1 SUMATERA BARAT (1 Kab ) 8.005

2 DKI. JAKARTA (1 Kota ) 7.005

3 JAWA BARAT 199.42

4 JAWA TIMUR 280.114

5 NUSA TENGGARA TIMUR 69.287

6 SULAWESI UTARA 25.439

7 GORONTALO 9.174

8 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 13.276

9 SUMATERA UTARA 42.311

10 DI. YOGYAKARTA 18.425

11 BANTEN 27.215

12 NUSA TENGGARA BARAT 11.973

13 KALIMANTAN SELATAN 14.732

JUMLAH 726.376

LOKASI PKH SAMPAI TAHUN 2009

(726 .376 RTSM, Anggaran Rp. 1,1 T)

(9)

TAMBAHAN LOKASI PKH TAHUN 2010

NO PROVINSI RTSM

1 BALI (2 Kab) 5,000

2 SULAWESI SELATAN (3 kab) 36,000

3 SULAWESI TENGAH (2 kab) 8,000

4 KALIMANTAN TENGAH (2 Kab) 5,000

5 KEPULAUAN RIAU (2 kab) 6,000

6 BENGKULU (2 Kab) 8,000

7 KALIMANTAN BARAT (2 Kab) 7,000

8 PROVINSI PESERTA PKH 2009 (3 kab) 15,000

TOTAL

90,000

(10)

EVALUASI PELAKSANAAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PERMASALAHAN UTAMA:

1. Proses verifikasi belum sepenuhnya dilaksanakan.

2. Pembayaran kepada RTSM tidak tepat waktu

3. Kurangnya koordinasi antar instansi pendukung:

Kementerian Pendidikan, Kementerian

Kesehatan, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

4. Ketepatan penentuan RTSM (Sudah

ditindaklanjuti melalui Inpres No. 1 Tahun 2010).

(11)

Tahapan Verifikasi PKH

1. Kementerian Sosial bertanggung jawab terhadap pengadaan formulir verifikasi.

 Subtansi oleh Tim PKH Pusat

 Pencetakan oleh PT Pos

2. PT Pos bertanggung jawab mendistribusikan formulir verifikasi ke unit pelayanan.

 Kesehatan: Puskemas

 Pendidikan: Sekolah 3. Proses verifikasi

 Tingkat kehadiran di sekolah: Unit Sekolah

 Tingkat kehadiran di Puskesmas: Unit Puskesmas

(12)

1. PROSES VERIFIKASI BELUM SEPENUHNYA DILAKSANAKAN 1. Sekolah merasa keberatan untuk melakukan verifikasi

secara kontinu.

2. Puskesmas merasa keberatan untuk melakukan verifikasi secara kontinu.

3. Kementerian Sosial terlambat dalam melakukan pelatihan verifikasi bagi unit pelayanan.

4. Koordinator wilayah tidak menetap di lokasi.

5. Setelah program berjalan, jumlah pendamping yang dibutuhkan melebihi jumlah pendamping yang

direncanakan.

6. Dukungan prasarana dan sarana oleh Pemerintah Daerah tidak memadai.

7. Perlu dilakukan sosialisasi tambahan kepada pelaku PKH.

(13)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

NAD SUMUT SUMBAR DKI Jakarta JABAR DIY JATIM BANTEN NTB NTT KALSEL SULUT GORONTALO

PRESENTASE

HASIL VERIFIKASI TAHAP I TAHUN 2010

(14)

PERSENTASE PESERTA PKH YANG MELAKUKAN DAN TIDAK MELAKUKAN VERIFIKASI

BUMIL BALITA SD SMP

Verifikasi 7,346 186,490 254,166 91,110

Tidak Verifikasi 14,810 272,386 441,891 159,171

% Tidak Verifikasi/ Total 67% 59% 63% 64%

67%

59% 63% 64%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

- ,100 ,200 ,300 ,400 ,500 ,600 ,700 ,800 ,900 1,000

RIBU

(15)

2. PEMBAYARAN KEPADA RTSM TIDAK TEPAT WAKTU

• Pembayaran belum dilaksanakan karena keterlambatan menerima hasil verifikasi.

Pembayaran dilaksanakan 4 kali

(Maret, Juni, September, dan Desember).

Menurut kontrak seharusnya PT Pos yang bertugas mengambil formulir verifikasi.

Permasalahan pencairan anggaran.

• PT Pos kesulitan menjangkau daerah-daerah

terpencil.

(16)

3. KURANGNYA KOORDINASI ANTAR INSTANSI PENDUKUNG

• Tidak semua anggota rumah tangga peserta PKH

memperoleh pelayanan kesehatan untuk orang miskin (Jamkesmas).

• Tidak semua anggota rumah tangga peserta PKH dapat diterima di sekolah.

 Tidak memenuhi passing grade

 Sudah lama meninggalkan sekolah

 Anak Jalanan

 Pekerja anak.

• Koordinasi antar kementerian serta antar Pusat dan

Daerah dalam pelaksanaan verifikasi dan pelaksanaan

PKH secara keseluruhan.

(17)

PERSENTASE ANAK BERUMUR 10-17 TAHUN MENURUT JENIS KEGIATAN, 2009

Bekerja 10%

Pengangguran 3%

Sekolah 80%

Mengurus Rumah Tangga

3%

Lainnya 4%

(18)

PEKERJA ANAK PADA MASING-MASING SEKTOR EKONOMI

5 - 12 13-14 15-17

PEREMPUAN 15 - 17 LAKI-LAKI Lainnya (Kode 2, 4, 5, 7 dan 8) 16,183 328,118 273,181 320,171 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan (kode 9) 28,995 210,491 168,323 218,851

Perdagangan Besar, Perdagangan

Eceran, Restauran dan Hotel (kode 6) 123,397 1139,126 532,564 770,032

Industri Pengolahan (kode 3) 72,150 520,036 298,015 421,491

Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan

Perikanan(Kode 1) 433,575 3999,321 1484,557 2318,202

- 1000,000 2000,000 3000,000 4000,000 5000,000 6000,000 7000,000

(19)

BANTUAN KESEHATAN

(JAMKESMAS)

(20)

KOTA DESA KOTA + DESA

Q1 42.82 44.96 44.42

Q2 32.30 37.50 35.89

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

PERSENTASE PENERIMA JAMKESMAS DARI KELOMPOK

MASYARAKAT MISKIN DAN HAMPIR MISKIN

(21)

PROPORSI PENERIMA JAMKESMAS PADA KELOMPOK MASYARAKAT MISKIN

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BANBEL KEPRI DKI Jakarta JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA

(22)

PROPORSI PENERIMA JAMKESMAS PADA KELOMPOK HAMPIR MISKIN

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BANBEL KEPRI DKI Jakarta JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA

Persentase Penerima Jamkesmas Kelompok Hampir Miskin (Quintil 2) Nasional

(23)

BANTUAN PENDIDIKAN

(24)

PERSENTASE SISWA SD YANG MENGULANG PADA

LIMA PROVINSI TERTINGGI DAN TERENDAH (2007/2008)

%

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

Jawa Barat Sumatera

Utara Lampung DKI

Jakarta Banten Nusa Tenggara

Timur

Kalimantan

Barat Bengkulu Sumatera

Barat Bangka Belitung

(25)

PERSENTASE SISWA SD YANG PUTUS SEKOLAH PADA LIMA PROVINSI TERTINGGI DAN TERENDAH (2007/2008)

%

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

YogyakartaDI Jawa

Tengah Jawa Barat Sumatera

Utara Maluku Kalimantan

Barat Kalimantan

Timur Papua Nusa

Tenggara Papua Barat

(26)

PERSENTASE SISWA SD YANG MELANJUTKAN KE SMP PADA LIMA PROVINSI TERTINGGI DAN TERENDAH (2007/2008)

%

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Lampung Jawa Barat Banten Kalimantan

Tengah Riau Bengkulu Sulawesi

Utara Kep Riau Bali Papua

(27)

PERSENTASE SISWA SD YANG PUTUS SEKOLAH (2007/2008)

% %

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Uta Sumatera Bara Riau Kep Riau

Putus Sekolah Rata-rata Nasional

(28)

PERSENTASE SISWA SD YANG PUTUS SEKOLAH (2007/2008)

% %

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo

Putus Sekolah Rata-rata Nasional

(29)

PERSENTASE SISWA SD YANG PUTUS SEKOLAH (2007/2008)

% %

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Bara Nusa Tenggara Timu Papua Papua Barat

Putus Sekolah Rata-rata Nasional

(30)

PERSENTASE SISWA SD YANG MENGULANG/TIDAK NAIK KELAS (2007/2008)

% %

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep Riau

Mengulang/Tidak Naik Kelas Rata-rata Nasional

(31)

PERSENTASE SISWA SD YANG MENGULANG/TIDAK NAIK KELAS (2007/2008)

% %

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tenga Kalimantan Selata Kalimantan Timu Sulawesi Utara Gorontalo

Mengulang/Tidak Naik Kelas Rata-rata Nasional

(32)

PERSENTASE SISWA SD YANG MENGULANG/TIDAK NAIK KELAS (2007/2008)

% %

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat

Mengulang/Tidak Naik Kelas Rata-rata Nasional

(33)

PERSENTASE SISWA SD YANG MELANJUTKAN KE SMP (2007/2008)

% %

50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0

50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0

DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Uta Sumatera Bara Riau Kep Riau

Melanjutkan ke SMP Rata-rata Nasional

(34)

PERSENTASE SISWA SD YANG MELANJUTKAN KE SMP (2007/2008)

% %

50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0

50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0

Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo

Melanjutkan ke SMP Rata-rata Nasional

(35)

BERAS MISKIN (RASKIN)

(36)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN

• Biaya distribusi Raskin di daerah tidak seragam

Beberapa pemerintah kabupaten/kota belum menyediakan distribusi

• Kualitas Beras Raskin tidak sepenuhnya

memenuhi standar konsumsi.

(37)

KOTA DESA KOTA + DESA

Q1 74.96 80.59 79.18

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

PERSENTASE RUMAH TANGGA KELOMPOK MISKIN DAN HAMPIR MISKIN YANG MEMBELI RASKIN DALAM 3 BULAN TERAKHIR

(38)

PROPORSI RUMAH TANGGA KELOMPOK MISKIN YANG MEMBELI RASKIN PADA 3 BULAN TERAKHIR

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BANBEL KEPRI DKI Jakarta JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA

Persentase Rumah Tangga Miskin (Quintil 1) Nasional

(39)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAM

BI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BANBEL KEPRI DKI Jakarta JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA

Persentase Rumah Tangga Kelompok Hampir Miskin (Quintil 2) Nasional

PROPORSI RUMAH TANGGA KELOMPOK HAMPIR MISKIN YANG MEMBELI

RASKIN PADA 3 BULAN TERAKHIR

(40)

KLUSTER 2: PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN BERSASARAN KOMUNITAS

1. PNPM MANDIRI

(41)

Pendekatan Community-Driven Development (CDD)

• Definisi

– Konunitas memiliki kontrol atas keputusan yang diambil dan sumber daya yang digunakan

– Masyarakat miskin diperlakukan sebagai pelaku utama (subyek dan mitra) dalam proses pengambilan keputusan

– Pemberdayaan terjadi pada saat masyarakat berinteraksi secara saling hormat menghormati, bertoleransi dan terdapat dukungan sosial

• Dukungan yang diperlukan

– Institusi pendukung/fasilitator yang demand-responsive – Terdapat akses informasi

– Terjadi penciptaan lingkungan/kondisi yang memadai untuk

(42)

Proses pengambilan keputusan masyarakat

Apa kita akan

memanfaatkan proyek?

Apa itu kemiskinan?

Bagaimana melaksanakannya?

Siapa yg akan melaksanakan?

Siapa yg miskin?

Apa masalahnya?

Apa potensinya?

Siapa yg akan Menerima manfaat?

+ 4 bulan + 5 – 6 bulan

+ 6 – 10 bulan

+ 8 – 10 bulan

+ 10 – 12 bulan

> 8 bulan

RK

PS

PJM Pronangkis

(43)

DAMPAK SOSIO-EKONOMI PNPM

• Menaikkan belanja rumah tangga:

Belanja rumah tangga di wilayah perdesaan penerima PNPM mengalami kenaikan hingga 11 % dibandingkan dengan belanja rumah tangga di wilayah perdesaan bukan penerima PNPM.

• Menurunkan tingkat pengangguran:

Studi independen menunjukkan tingkat pengangguran di wilayah perdesaan penerima PNPM menurun hingga 1,5 %

• Menurunkan tingkat kemiskinan:

 Rumah tangga di wilayah perdesaan penerima PNPM

(44)

• Tingkat pengembalian investasi:

 Berdasarkan studi di wilayah perdesaan

penerima PNPM economic internal rate of return (EIRR) dari total kegiatan rata-rata 60%.

• Penghematan biaya:

 Berdasarkan studi di wilayah perdesaan penerima PNPM, prasarana yang dibangun

melalui metoda PNPM Perdesaan rata-rata 56 % lebih murah.

DAMPAK SOSIO-EKONOMI PNPM

(45)

EVALUASI PELAKSANAAN PNPM

• Rencana pembangunan yang disusun

berdasarkan prinsip PNPM belum terintegrasi dengan rencana pembangunan desa yang

formal.

• Kontribusi pemerintah daerah untuk

pembiayaan PNPM masih dapat ditingkatkan.

• Membuka akses pembiayaan untuk usulan kegiatan pemberdayaan ekonomi lokal

berbasis masyarakat.

(46)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN PNPM MANDIRI 2010

PEMBIAYAAN APBN 77.77%

PEMBIAYAAN APBD 22.23%

(47)

PROPORSI APBD: TETINGGI DAN TERENDAH

14.10% 15.22% 15.75% 17.06% 17.11% 39.51% 38.31% 36.19% 34.25% 33.32%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

MBI PUNG SEL NTB RIAU BAR LTIM RTA LUKU ENG

Terendah Tertinggi

(48)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: SUMATERA 1

,457.43 ,655.10 ,232.03 ,230.09

,44.62

,175.76 ,165.97 ,70.41 ,47.49

,19.63

- ,100.00 ,200.00 ,300.00 ,400.00 ,500.00 ,600.00 ,700.00

NAD SUMUT SUMBAR RIAU KEPRI

Sumber APBN Sumber APBD

(49)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: SUMATERA 2

,176.91

,363.18

,138.61

,371.36

,43.74 ,29.05

,67.87

,37.52

,66.66

,10.82 ,50.00

,100.00 ,150.00 ,200.00 ,250.00 ,300.00 ,350.00

,400.00

Sumber APBN Sumber APBD

(50)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: JAWA

,11.32

,852.33

,931.53

,78.22

,951.06

,242.37

,6.42

,207.83 ,227.07

,19.13

,228.46

,59.14 -

,100.00 ,200.00 ,300.00 ,400.00 ,500.00 ,600.00 ,700.00 ,800.00 ,900.00 1,000.00

DKI JAKARTA JABAR JATENG DIY JATIM BANTEN

Sumber APBN

Sumber APBD

(51)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: BALI DAN NUSRA

,71.24

,204.61

,492.58

,18.01 ,42.08

,132.57 ,100.00

,200.00 ,300.00 ,400.00 ,500.00 ,600.00

Sumber APBN Sumber APBD

(52)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: KALIMANTAN

,215.52

,93.45

,176.41

,141.75

,60.85

,46.69 ,39.95

,88.02

- ,50.00 ,100.00 ,150.00 ,200.00 ,250.00

KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM

Sumber APBN Sumber APBD

(53)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: SULAWESI

,153.53 ,155.48

,456.89

,293.89

,86.07 ,116.04 ,51.27 ,47.21

,114.64

,97.59

,40.71 ,28.81 ,50.00

,100.00 ,150.00 ,200.00 ,250.00 ,300.00 ,350.00 ,400.00 ,450.00 ,500.00

Sumber APBN Sumber APBD

(54)

KOMPOSISI PEMBIAYAAN: MALUKU DAN PAPUA

,84.85 ,85.97

,148.40

,446.85

,44.20 ,37.15 ,96.91

,204.74

- ,50.00 ,100.00 ,150.00 ,200.00 ,250.00 ,300.00 ,350.00 ,400.00 ,450.00 ,500.00

MALUKU MALUT IRJABAR PAPUA

Sumber APBN Sumber APBD

(55)

KLUSTER 3: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN USAHA MIKRO DAN KECIL

1. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

(56)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KUR

• Masih banyak ruang untuk meningkatkan penyaluran KUR

• Lembaga keuangan mikro sangat

berpotensi memobilisasi dana untuk

kepentingan usaha mikro dan kecil

(57)

,0

500,000 1000,000 1500,000 2000,000 2500,000 3000,000

,0 500,000 1000,000 1500,000 2000,000 2500,000 3000,000

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG KEPRI BANBEL DKI JKT JABAR JATENG D.I. YOGYA JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUT IRJA BARAT PAPUA

Realisasi Penyaluran KUR Rata-rata Nasional

REALISASI PENYALURAN KUR

PER 31 JANUARI 2010

(58)

JUMLAH DEBITUR KUR PER 31 JANUARI 2010

,0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

,0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000

NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAM

BI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG KEPRI BANBEL DKI JKT JABAR JATENG D.I. YOGYA JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUT IRJA BARAT PAPUA

Jumlah Debitur Rata-rata Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang dikemukakan merupakan refleksi dari pengalaman nyata yang terjadi dalam pembelajaran mata kuliah yang diampu yang antara lain dapat ditandai dengan

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya

Pro dan kontra terhadap rencana penambangan pasir besi turut mempengaruhi frekuensi kegiatan sosial yang diadakan oleh warga masyarakat setempat. Ini bisa

Pengalaman negara dalam menangani pandemi Covid 19 merupakan contoh nyata kegagapan negara dalam menghadapi bahaya yang disebabkan oleh pandemi Covid 19 Peraturan Pemerintah

Hasil analisis Rietveld dengan menggunakan sofware MAUD dengan memanfaatkan hasil-hasil parameter dari refinement yang diperoleh untuk mengetahui perbedaan ukuran kristal,

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa dalam pengujian secara simultan, ditemukan bahwa kinerja

Lisäksi seurakunnan lastentyöntekijät olivat myös viittaneet lastenpäivähoitolakeen uskonnollisesta kasvatuksesta: Kasvatuksessa on laissa määritelty että lasten iän

terbatasnya sumber benih entres karet, kesenjangan antara ketersediaan dan permintaan bahan tanam klon unggul karet, bahan tanam karet yang beredar belum