• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum bahwa tujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum bahwa tujuan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar

belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum bahwa tujuan

nasional negara Indonesia adalah:

"melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial."

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 seperti tersebut di atas diwujudkan lnelalui pelaksanaan penyelenggaraan

negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan

dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan

UUD

1 945. Adapun penyelenggaraan

negara dilakukan dengan melakukan pembangunan nasional dalam segala aspek

kehidupan bangsa.

Pembangunan nasional merupakan suatu rangkaian usaha yang terus menerus

dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kualitas manusia Indonesia. Peningkatan

kualitas manusia Indonesia tersebut pada hakekatnya merupakan usaha untuk

meningkatkan kecerdasan masyarakat seperti yang diisyaratkan dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Peningkatan kualitas manusia ini sangat diperlukan

karena hanya manusia dan masyarakat yang cerdas sajalah yang dapat melaksanakan

pembangunan yang berkesinambungan dan bermutu serta dapat hidup dalam persa-

ingan global. Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas manusia di atas adalah

melalui proses pendidikan. Hal ini karena proses pendidikan pada hakekatnya

(2)

merupakan proses pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi

yang ada pada diri manusia sebagai individu yang selanjutnya dapat memberikan

sumbangan kepada keberdayaan masyarakat, baik masyarakat lokal, bangsa, dan pada

akhirnya kepada masyarakat global (Tilaar 1999).

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) tercantum bahwa

pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam kaitannya dengan pendidikan di

atas, pesantren merupakan salah

satu

lembaga yang telah cukup lama terlibat dalam

pendidikan tersebut, khususnya dalam pendidikan Agama Islam. Mastuhu (1994)

menyatakan bahwa pesantren telah mulai dikenal di Indonesia dalam periode abad ke

13- 17

M,

sedangkan Bruinessen (1999) menyatakan bahwa lembaga yang layak

disebut pesantren belum berdiri sebelum abad ke-18. Hasbullah (1999) menyatakan

bahwa secara historis maupun sosiologis, pendidikan pesantren telah lama dimiliki

oleh bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, sejak berabad-abad yang lalu

bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia.

Pesantren di Indonesia tumbuh

dan

berkembang sangat pesat. Pada abad ke 19

terdapat tidak kurang dari 1853 buah pesantren, sedangkan pada tahun 1978, jumlah

pesantren tersebut telah mencapai 3.745 buah pesantren (Hasbullah, 1999). Jumlah

pesantren di atas terus memperlihatkan peningkatan sehingga pada tahun 2002 telah

mencapai 12.783 buah (Ditjen Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, RI,

2002).

(3)

Perkembangan jumlah pesantren yang cukup pesat serta cukup besarnya

jumlah pondok pesantren yang terdapat di Indonesia tentu sangat berarti dalam

rnenun.jang kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Hal

ini antara lain disebabkan oleh kedudukan pesantren yang cukup strategis dalam

kehidupan sebagian besar inasyarakat yang ada di Indonesia, yaitu meinpunyai

legitimasi tradisional pada sebagan besar masyarakat yang menjadikannya sebagai

simbol budaya dan sarana yang efektif untuk menggerakkan pentbahan (Wahid

2001). Oleh karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan dinamika, efektivitas, dan

kualitas pesantren di atas sangat diperlukan agar pesantren dapat lebih berdaya dalam

membantu meningkatkan kualitas manusia Indonesia secara keseluruhan.

Dalam realitasnya, penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di

pesantren dewasa ini dapat digolongkan ke dalam beberapa bentuk. Menurut Ditjen

Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, RI (2002), terdapat tiga bentuk

pesantren, yaitu:

(1) pesantren Salaf, (2) pesantren Khalaf, dan (3) pesantren

kombinasi, sedangkan Rahim (2001) mengklasifikasikan jenis pesantren ke dalam

enam ciri antara lain berdasarkan atas sistem pengajaran yang dilakukan

(tradisionalisalaf-modemikhalaf),

jenis santri yang sedang belajar (mukiiitinggal di

lingkungan pesantren-kalongitinggal di luar lingkungan pesantren), dan lokasi tempat

pesantren tersebut berada (pedesaan-perkotaan).

Dalam perjalanan sejarahnya, peranan pesantren dalam kehidupan bangsa dan

negara Indonesia tidak dapat diabaikan. Pada masa penjajahan Belanda, pesantren

banyak berperan dalam mempersiapkan kader-kader pejuang bangsa, sedangkan pada

jaman kemerdekaan, pesantren pun banyak berperan dalam menunjang kelancaran

(4)

pelaksanaan prob~am-program pembangunan, seperti program keluarga berencana,

pendidikan, dan lain-lain. Tokoh-tokoh nasional seperti Mohamad Natsir, Tuanku

Imam Bonjol, Buya Hamka,

KH. Abdurachman Wahid, dan lain-lain adalah tokoh-

tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari dunia pesantren. Oleh karena itu, kehadiran

pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak terbatas hanya sebagai lembaga

pendidikan dan penyiaran Agama Islam saja, tetapi juga sebagai pusat gerakan

pengembangan Islam dan sosial keagamaan, sehingga tidaklah mengherankan jika

pesantren mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Pada masa silam, pondok pesantren di Indonesia dapat inerespon tantangan-

tantar~gan zamannya dengan sukses.

Namun pada zaman perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan yang tejadi pada hampir

semua sektor kehidupan dewasa ini, tampalmya pesantren agak tertatih-tatih dalam

merespon dan mengikuti perkembangan yang

ada

(Fadjar

1999). Hal ini antara lain

disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di atas juga disertai

dengan perubahan-perubahan nilai yang menyertainya yang menuntut masyarakat-

tidak terkecuali pesantren- untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada.

Oleh karena itu, Fuad Hassan (Mastuhu 1994) menyatakan bahwa pendidikan Islain

pada umumnya dan pondok pesantren pada khususnya perlu untuk menyesuaikan

diri dengan tantangan zamannya.

Dalam hubungannya dengan usaha-usaha menghadapi pembahan seperti

telah diuraikan di muka, Al Qur'an sebenamya telah menegaskannya dalam Surat Ar

Ra'ad ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut:

"

Sesungguhnya Allah tidak mengubah

keadaan suatu kaum sehingga inereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

(5)

sendiri

. . .

.

."

Dengan demikian, ayat ini mengandung nilai yang sangat signifikan

dan memotivasi umat Islam (tidak terkecuali pondok pesantren) untuk seialu berpacu

dengan segala perubahan.

Belum besarnya minat masyarakat terhadap pesantren yang terjadi pada akhir-

akhir ini karena pesantren sering dinilai terlalu berorientasi atau mementingkan

kepada kehidupan akhirat, sedangkan perhatiannya terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi masih relatif kurang. Keadaan seperti ini menyebabkan

pesantren hanya menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) keluarannya yang

dianggap kurang mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat yang seinakin

berkembang (Muslih Usa 1991). Oleh karena itu, peningkatan kualitas pesantren

serta sumberdaya manusianya (terrnasuk keluaran yang dihasilkannya) perlu

ditingkatkan, yaitu tidak hanya menguasai dan mendalami dalam ha1 pemahaman dan

pendalarnan Agama Islam saja, tetapi juga menyangkut peningkatan dalam ha1 ilmu

pengetahuan dan teknologi maupun yang menyangkut sikap dan keterampilannya.

Dengan demikian, kualitas sumberdaya manusia yang terdapat di pesantren pada

masa yang akan datang diharapkan tidak hanya berorientasi pada kehidupan akhirat

saja, tetapi juga mempunyai kemampuan dalam hal-ha1 yang bersifat keduniawian,

baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan lain-lain.

Mengingat ha1 di atas, maka pesantren sebagai sebuah organisasi juga

diharapkan mampu merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perubahan-perubah yang terjadi, sehingga dalam pelaksanaan proses pendidikannya

hendaknya juga memperhatikan inovasi-inovasi yang ada. Dengan demikian, untuk

menghasilkan kualitas SDM di pesantren seperti yang diharapkan, pesantren perlu

(6)

pula memperbaiki dan meningkatkan kualitas pesantren itu sendiri, baik yang

berhubungan dengan faktor internal pesantren sebagai sebuah organisasi maupun

yang berhubungan dengan faktor eksternal yang berada di luar pesantren yang

bersangkutan. Sehubungan dengan ha1 terakhir ini, rnaka kajian terhadap dinamika

organisasi pesantren, yaitu kajian terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan yang

terdapat dalam organisasi pesantren yang dapat mempengaruhi perilaku anggota

organisasi pesantren maupun organisasi pesantren itu sendiri untuk menentukan

tindakan dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu

dilakukan. Bagaimanakah dinamika organisasi pesantren dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh pesantren yang bersangkutan

?

Apakah pesantren telah

memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya dan peluang-peluang yang ada

dalam mencapai

tujuan pesantren di atas

?

Bagaimanakah pesantren mengatasi

kelemahan-kelemahan dan ancaman-ancaman yang dihadapinya

?

Apakah dinamika

organisasi pesantren mempunyai pengaruh terhadap efektivitas organisasi, kualitas,

dan keberdayaan pesantren tersebut

?

Dalam kaitannya dengan kualitas sumberdaya manusia, Dahlan (1996)

menyatakan bahwa kualitas manusia tersebut mencakup:

(1)

kualitas kepribadian,

(2)

kualitas bermasyarakat, (3) kualitas berbangsa,

(4) kualitas spiritual, (5) wawasan

lingkungan, dan ( 6 ) kualitas kekaryaan. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

dalam beberapa hal/aspek di atas-tidak terkecuali pesantren-sangat diperlukan

mengingat kehidupan di dunia saat ini sudah sangat berkembang dan tidak dapat

terhindar dari arus globalisasi yang sedang terjadi. Jika dikaitkan dengan kriteria-

kriteria kualitas manusia di atas, bagaimanakah keadaan kualitas sumberdaya

(7)

manusia yang ada di pesantren saat ini

?

Apakah kualitas sulnberdaya manusia yang

ada di pesantren saat ini cukup siap dalam menghadapi persaingan global yang akan

datang

?

Usaha-usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia (tidak terkecuali

sumberdaya manusia di pesantren) terasa sangat penting karena selain merupakan

penvujudan pelaksanaan amanat UUD 1945 dan pengamalan Pancasila, peningkatan

kualitas sumberdaya manusia tersebut juga merupakan tuntutan yang tumbuh dengan

perkembangan pembangunan yang semakin cepat dan lebih kompleks. Hal ini karena

perkembangan ekonomi, industrialisasi, arus informasi, dan ilmu pengetahuan serta

teknologi yang pesat akhir-akhir ini semakin menuntut sumberdaya manusia yang

juga tinggi kualitasnya. Dengan demikian, peningkatan kualitas sumberdaya manusia

menjadi tuntutan yang sangat mendesak, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menunjang tercapainya tujuan di

atas adalah dengan diadakamya program peningkatan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) di beberapa pesanten antara lain melalui ke rjasama antara Badan

Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) clan Islamic Developmen Bank (IDB)

(Daulay, Hotmatua, dan Mulyanto 2001). Namun demikian, hasil ke jasama dengan

instansi-instansi di atas sampai saat ini belum dikaji ulang tentang keberhasilamya

(Mastuhu 1994).

Mengingat pentingnya kualitas sumberdaya manusia di atas, maka pesantren

sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan tidak dapat terlepas

dari usaha-usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut. Oleh karena itu,

dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, pesantren juga hams

(8)

dapat mengatasi

kelemahan-kelernahannya. Mcnurut Fadjar (1999), dalam jaman

yang ditandai dengan cepatnya perubahan hampir pada semua scktor dewasa ini,

pesantren menyimpan cukup banyak persoalan dalam merespon perkembangan

jaman. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa pesantren yang ada saat ini

masih tampak enggan untuk melakukan perubahan-perubahan, baik yang

berhubungan dengan perbaikan-perbaikan dalam ha1 internal organisasi maupun yang

berhubungan dengan faktor-faktor ekstemal organisasi. Padahal sebagai sebuah

institusi pendidikan keagamaan dan sosial, pesantren dituntut melakukan

kontekstualisasi tanpa hams mengorbankan watak aslinya. Beberapa kelemahan

pesantren dalam kaitannya dengan ha1 di atas adalah dalam hal: (1) kepemimpinan,

(2) metodologi, dan (3) terjadinya disorientasi pesantren itu sendiri, yaitu pesantren

kehilangan kemampuan mendefinisikan clan memposisikan dirinya ditengah realitas

sosial yang demikian cepat.

Dalam ha1 kepemimpinan misalnya, Zarkasyi (1996) menyatakan bahwa salah

satu faktor penyebab ketertinggalan pondok pesantren adalah karena pesantren

tersebut terlalu tergantung pada kharisma pemimpinnya (Kyai), sedangkan Mulkhan

(2000) menyatakan bahwa modemisasi pesantren (apabila istilah ini dapat diterima),

temyata lebih bersifat instrumental kesediaan Kyai membuka sekolah atau madrasah

tanpa mengubah sistem pesantrennya sendiri. Mujahidin (1997) mengungkapkan

bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukamya di beberapa pesantren

ternyata partisipasi pimpinan pondok pesantren dalam program pembangunan pada

umumnya relatif sangat kecil. Oleh karena itu, Wahid (2001) mengungkapkan bahwa

perbaikan keadaan di pesantren sebenamya bergantung pada kelangsungan proses

(9)

regenerasi yang sehat pada pimpinannya. Sehubungan dengan ha1 yang terakhir ini,

maka kajian terhadap kepemimpinan yang ada di pesantren juga terasa penting.

Apakah kepernimpinan yang ada di pesantren sampai saat ini belum juga berubah

?

Bagaimanakah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin pesantren

?

Apakah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemiinpin pesantren tersebut telah

efektif

?

Apakah pemimpin pesantren di atas telah dapat menjalankan fungsi-fungsi

kepernimpinannya dengan baik

?

Apakah kepelnimpinan yang ada di pondok

pesantren sangat menentukan terhadap dinarnika organisasi pesantren tersebut

?

Sebagai sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan agama dan

sosia! seperti telah diketengahkan di muka, pesantren sering dilihat sebagai suatu

sistem pendidikan yang bersifat "isolasionis," yaitu terpisah dari "aliran utama"

pendidikan nasional. Sifat isolasionis (tertutup) dari pesantren di atas tampaknya

berhubungan dengan pendidikan yang dilakukan di luar pesantren terlalu banyak

bersifat sekuler. Selain itu, sistem pendidikan pesantren kadang-kadang dianggap

"konservatif' dalam arti kurang peka terhadap perubahan tuntutan zaman dan

masyarakat, serta pernah dianggap "kurang produktif' (Abdullah

1996). Artinya,

pesantren yang ada selama ini dirasakan kurang memberikan respon terhadzp inovasi-

inovasi yang ada di sekitarnya, padahal ajaran Agama Islam menganjurkan agar para

penganutnya berjiwa progresif clan inovatif (Nata 2001). Oleh karena itu, dalam

rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang ada di pesantren, maka

pesantren hams tanggap terhadap pembahan-perubahan yang terjadi dalam

masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain, pesantren hams mengadakan perubahan

(10)

kualitatif secara menyeluruh (termasuk dalam ha1 kepemimpinannya) terutaina dalam

sikap hidupnya (Wahid 200 1).

Perubahan-perubahan yang demikian cepat yang te Qadi akhir-akhir ini dalam

rnasyarakat inenuntut pesantren untuk menyesuaikan diri. Hal ini berarti pula bahwa

pesantren tersebut juga hams dapat bersifat terbuka terhadap inovasi-inovasi yang

ada, sehlngga dalam rangka peningkatan kuaiitasnya dapat inenggunakan inovasi-

inovasi tersebut. Robbins (1996) menyatakan bahwa inovasi yang terdapat &lam

suatu organisasi temyata berpengaruh terhadap perkembangan organisasi yang

bersangkutan. Dengan demikian, apabila ha1 ini dikaitkan dengan keberdayaan

pesantren, maka dalam rangka meningkatkan keberdayaan suatu pesantren berarti

tidak dapat terlepas pula dari dinamika organisasi pesantren itu sendiri &lam

hubungannya dengan inovasi dan kualitas pesantren yang bersangkutan. Oleh karena

itu, Mahfudh (1999) mengungkapkan bahwa karakter ke depan dari pesantren hams

selalu mengikuti perkembangan yang tejadi dalam masyarakat, baik dari aspek

sosial, budaya, politik maupun ekonomi.

Sehubungan dengan ha1 di atas,

bagaimanakah respon pesantren terhadap inovasi-inovasi yang ada di sekitarnya

?

Jenis-jenis inovasi apakah yang lebih cepat diadopsi oleh organisasi pesantren

?

Bagaimanakah pengaruh inovasi tersebut terhadap dinamika organisasi pesantren

yang bersangkutan

?

Sebagai sebuah organisasi, kajian terhadap pesantren memang tidak cukup

jika hanya ditinjau dari salah satu aspek saja. Hal ini karena sejak dahulu pesantren

merupakan sebuah kehidupan yang unik, yaitu sebuah kompleks kehidupan manusia

dengan sistem nilai tersendiri yang pada umumnya agak berbeda dengan sistem nilai

(11)

yang ada pada kehidupan masyarakat sekitarnya, sehingga pesantren dapat dianggap

sebagai sebuah "Subkultur" (Wahid 2001). Oleh karena itu, untuk mengkaji perihal

pesantren diperlukan pengenalan yang cukup mendalam terhadap kehidupan di

pesantren itu sendiri.

Berkaitan dengan ha1 yang terakhir ini, maka pendekatan terhadap pesantren

tidak cukup hanya dilakukan melalui pendekatan sejarah dan psikologi saja, tetapi

juga diperlukan pendekatan lain, yaitu pendekatan sosiologi. Hal ini penting

mengingat sifat pesantren yang dianggap sebagai "subkultur "seperti disebutkan di

atas memerlukan pendekatan lain dalam melihat kerangka hubungan di dalamnya,

baik antara sesama anggota pesantren itu sendiri maupun antara masyarakat pesantren

dengan masyarakat di luar lingkungan pesantren tersebut.

Oleh karena itu,

pendekatan organisasi secara sosiologis dipandang tepat dalam menganalisis

organisasi pesantren karena melalui pendekatan organisasi di atas tinjauan detail dan

strategis yang terkandung dalam organisasi pesantren akan lebih tajam dikenali,

termasuk aspek-aspek individu dalam organisasi sehingga pengenalan terhadap

organisasi yang bersangkutan dapat lebih tepat (Ruwiyanto 1999). Pengkajian

terhadap dinarnika organisasi pesantren di atas terasa penting mengingat hanya

pesantren yang dinamis dan progresif sajalah yang memungkinkan memiliki peluang

yang besar dalam mencapai tujuan-tujuannya.

Tercapainya tujuan yang ditetapkan pesantren akan memungkinkan pesantren

yang bersangkutan menjadi lebih efektif dan berdaya sehingga dapat lebih terlibat

aktif atau berperan dalam mengantar clan mengiringi perubahan-perubahan yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat sekitamya, sehingga dalam jangka panjang

(12)

pesantren akan dapat berperan lebih besar dalam pelaksanaan program-program

pembangunan. Oleh karena itu kajian terhadap dinamika organisasi pesantren dan

mengetahui faktor-faktor yang sangat menentukan terhadap dinamika organisasi

pesantren tersebut, baik faktor internal organisasi maupun ekstemal organisasi sangat

diperlukan. Untuk mengetahui jawaban terhadap beberapa ha1 seperti telah

diketengahkan di muka itulah penelitian ini dilakukan.

Masalah

Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian yang telah diketengahkan di muka, maka masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah dinamika organisasi, efektivitas organisasi, kualitas

dan

keberdayaan pesantren yang ada saat ini

?

(2) Apakah dinamika organisasi, efektivitas organisasi, kualitas, dan keberdayaan

pesantren yang mempunyai pondokan berbeda dengan pesantren yang tidak

mempunyai pondokan

?

(3)

Faktor-faktor apakah yang sangat berpengaruh terhadap dinamika organisasi,

efektivitas organisasi, kualitas, dan keberdayaan kedua jenis pesantren di atas

?

(4)

Bagaimanakah pengaruh unsur-unsur dinamika organisasi pesantren terhadap

efektivitas organisasi, kualitas, dan keberdayaan pesantren tersebut

?

(5) Apakah kepemimpinan yang ada pada kedua jenis pesantren di atas telah efektif

?

(6)

Bagaimanakah respon organisasi pesantren terhadap inovasi-inovasi yang ada di

(13)

(7)

Apakah organisasi pesantren dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-

perubahan pesat yang terjadi pada masyarakat dewasa ini

?

(8)

Bagaimanakah arah atau gerak perubahan organisasi pesantren pada masa yang

akan datang?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: ( 1 ) mendeskripsikan dinamika organisasi

pesantren, efektivitas organisasi pesantren, kualitas pesantren, dan keberdayaan

pesantren,

(2)

menganalisis pengaruh unsur-unsur dinamika organisasi terhadap

dinamika organisasi pesantren, efektivitas organisasi pesantren, kualitas pesantren

dan keberdayaan pesantren, (3) mengidentifikasi kepemimpinan organisasi pesantren,

(4)

menguraikan perbedaan dinarnika organisasi pesantren, efektivitas organisasi

pesantren, kualitas pesantren, dan keberdayaan pesantren,

(5) menerangkan respon

dan adaptasi organisasi pesantren terhadap inovasi dan perubahan, dan (6) menduga

arah atau gerak perubahan organisasi pesantren pada masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan masukan bagi

pengambil kebijakanlinstansi yang terkait dengan pengembangan organisasi

pesantren atau lembaga pendidikan secara umum. Selain itu, hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat membcrikan arah atau petunjuk bagi usaha-usaha peningkatan

dinamika organisasi, efektivitas organisasi, kualitas serta keberdayaan pesantren.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini lebih dikenal dengan metode Center Of Area (COA) atau pusat dari suatu area. Nilai crisp keluaran ditentukan dari titik pusat dari luasan

Dalam kaitan sebagai sebuah integrasi ekonomi regional SAARC masih terjadi kekurangan-kekurangan di tahap membuat kebijakan bersama dalam menentukan pengurangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu kedua, jumlah daun pada minggu

Jadi, individu yang tinggal di wilayah teritorial di mana demonstrasi kriminal secara teratur terjadi dengan mengirimkan, mengendalikan, atau mengklaim barang-barang dusun kayu

Rekapitulasi angket pemahaman terhadap materi Penerapan Model IS-LM pada kelas 4/A/IESP pada pertemuan 1 pada kategori sangat rendah tidak ada, pada kategori rendah sebanyak

Dalam hal ini implementasi kebijakan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan perlu dibenahi, terutama di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujung Berung

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Ordinary Least Squares (OLS) dengan variabel dependennya pendapatan dan variabel independennya adalah modal kerja, tenaga

Dengan tegas 6\DPV PHQ\DWDNDQ ³WLGDNODK VHSDWXWQ\D RUDQJ \DQJ mengikuti (ber-taklid) padaku ia akan selalu meniru semua tindakan- WLQGDNDQNX´ Keempat, Iman, menurut Syams,