• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar kelas V SDN Demangan Yogyakarta atas penerapan model pembelajaran berbasis paradigma pedagogi reflektif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar kelas V SDN Demangan Yogyakarta atas penerapan model pembelajaran berbasis paradigma pedagogi reflektif."

Copied!
320
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA

ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

Artya Yogy Pramana Universitas Sanata Dharma

2015

Latar belakang pada penelitian ini adalah sebagian besar guru saat ini masih menerapkan model ceramah dalam pembelajaran, sehingga membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode quasi experimental. Desain penelitian menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V di SDN Demangan yang berjumlah 54 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VA untuk kelas konrol dan VB untuk kelas eksperimen. Pemilihan sampel diambil secara

random. Instrumen yang digunakan berupa soal pretest dan posttest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan anilisis deskriptif kuantitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan atas penerapan model pembelajaran berbasis PPR. Hal tersebut ditunjukkan melalui uji independent t-test dengan nilai signifikan sebesar 0,014. Nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 69,56 dan kelompok eksperimen sebesar 55,56. Nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan model ceramah sebesar 72,44 dan kelompok eksperimen dengan menggunakan model PPR sebesar 80,04. Melalui uraian di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi

Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

(2)

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF LEARNING ACHIEVEMENT FIFTH GRADE STUDENT IN DEMANGAN YOGYAKARTA THROUGH THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY BASED LEARNING

MODAL ArtyaYogyPramana Sanata Dharma University

2015

The background of study was the application of lecturing study by most of the teacher that make student tend to be passive which will affect their learning achievements. This study aimed to find out the learning achievement difference from fifth grade student in Demangan Elementary School through the application of Riflective Pedagogy Paradigm learning model themed “Social Harmony”

The research was using quasi experimental method. The design of this research was non-equivalent pretest-posttest control-group design. The population of the research was 54 fifth-grade students in Demangan Elementary School. While the sampel of the research was fifth-grade Elementary School students in class A for control class and class B for experiment class. The sample was taken randomly. The instrument of the research were pretest and posttest questionnaires. Quantitative descriptive was applied as the data analysis.

The result of the research showed significant difference toward the application of PPR learning model. It was revealed through the result of independent t-test which the significant value was 0,014. The average mark in initial condition for control group was 69,56 and for experimental group was 55,56. The average mark after a lesson given to the control group applying lecturing model was 72,44 and the experimental group applying PPR model was 80,04. Through the above description, it could be concluded of fifth-grade students in Demangan Elementary School through the application of Reflective Pedagogy Paradigm learning model on the theme of “Social in Harmony

(3)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA

ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Artya Yogy Pramana NIM: 111134195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA

ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Artya Yogy Pramana NIM: 111134195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kusembahkan kepada :

 Allah Bapa Yang ada di Surga yang telah memberikanku segala limpahan Berkat dan Rahmat

 Kedua orang tuaku yang telah memberiku dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga

 Adikku Raymondia Galuh yang telah memberikan dukungan dan doa restu

 Amandafe Ruery Indah Pusparini yang selalu membantuku dan memberikan segala doa

 Rekan - rekan di pondokan Mrican Abil, Choky, Arifka, Tifa, Anggun, Rita, Hendri, Brigita, Odil, Hera, Danang,

Ana, Cory, dan Khoiri yang selalu memberikan semangat

dan motivasi

 Segenap dosen, baik PGSD maupun Universitas  SD Negeri Demangan yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian

 Seluruh keluarga besar kelas C yang telah berdinamika bersama selama menempuh jenjang S1

 Teman-teman angkatan 2011 PGSD yang tak pernah aku lupakan

(8)

v

Motto

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN DEMANGAN YOGYAKARTA

ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

Artya Yogy Pramana Universitas Sanata Dharma

2015

Latar belakang pada penelitian ini adalah sebagian besar guru saat ini masih menerapkan model ceramah dalam pembelajaran, sehingga membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode quasi experimental. Desain penelitian menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V di SDN Demangan yang berjumlah 54 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VA untuk kelas konrol dan VB untuk kelas eksperimen. Pemilihan sampel diambil secara

random. Instrumen yang digunakan berupa soal pretest dan posttest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan anilisis deskriptif kuantitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan atas penerapan model pembelajaran berbasis PPR. Hal tersebut ditunjukkan melalui uji independent t-testdengan nilai signifikan sebesar 0,014. Nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol sebesar69,56 dan kelompok eksperimen sebesar 55,56. Nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan model ceramah sebesar 72,44 dan kelompok eksperimen dengan menggunakan model PPR sebesar 80,04. Melalui uraian di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

(12)

ix ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF LEARNING ACHIEVEMENT FIFTH GRADE STUDENT IN DEMANGAN YOGYAKARTA THROUGH THE APPLICATIONOF REFLECTIVE PEDAGOGY BASED LEARNING

MODAL ArtyaYogyPramana Sanata Dharma University

2015

The background of study was the application of lecturing study by most of the teacher that make student tend to be passive which will affect their learning achievements. This study aimed to find out the learning achievement difference from fifth grade student in Demangan Elementary School through the application of Riflective Pedagogy Paradigm learning model themed “Social Harmony”

The research was using quasi experimental method. The design of this research was non-equivalent pretest-posttest control-group design. The population of the research was 54 fifth-grade students in Demangan Elementary School. While the sampel of the research was fifth-grade Elementary School students in class A for control class and class B for experiment class. The sample was taken randomly. The instrument of the research were pretest and posttest questionnaires. Quantitative descriptive was applied as the data analysis.

The result of the research showed significant difference toward the application of PPR learning model. It was revealed through the result of independent t-test which the significant value was 0,014. The average mark in initial condition for control group was 69,56 and for experimental group was 55,56. The average mark after a lesson given to the control group applying lecturing model was 72,44 and the experimental group applying PPR model was 80,04. Through the above description, it could be concluded of fifth-grade students in Demangan Elementary School through the application of Reflective Pedagogy Paradigm learning model on the theme of “Social in Harmony

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Prestasi belajar Kelas V SDN Demangan Atas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif” ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan baik dan memberikan nasehat serta waktunya dalam penyusunan tugas akhir ini.

4. Th. Yunia Setyawan, S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang membimbing peneliti.

5. Keluarga SDN Demanagan yang telah banyak membantu berproses untuk menjadi seorang guru.

6. Kepala SDN Demangan yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

7. Para ahli yang telah melakukan uji keterbacaan dan uji validitas terhadap penelitian saya yang tidak dapat saya sebut satu per satu.

8. Semua pihak yang telah banyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu.

(14)
(15)

xii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... B. Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Waktu dan Tempat Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengujian Instrumen ... H. Prosedur Analisa Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(16)

xiii

C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

(17)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... Tabel 2.2 Penyempurnaan Perumusan Kurikulum ... Tabel 2.3 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013 ... Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data ... Tabel 3.2 Kisi - kisi Soal Pretest dan Posttest ...

Tabel 3.3 Kisi - kisi Pertanyaan Wawancara ... Tabel 3.4 Kriteria Hasil Validasi Rata-rata Skor Ahli ... Tabel 3.5 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tema Berbagi Pekerjaan ... Tabel 3.6 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Pretest dan Posttest ... Tabel 3.7 Kisi – kisi Soal Uji Validitas Empiris ... Tabel 3.8 Perbandingan r Hitung dan r Tabel ... Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas ... Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics ... Tabel 3.12 Kategori Indeks Kesukaran Soal ... Tabel 3.13 Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal... Tabel 4.1 Diskripsi Hasil Pretest dan Posttest ...

Tabel 4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Kedua Kelompok ... Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Kontrol... Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pretest ...

Tabel 4.6 Hasil Uji Independent t-test Skor Pretest ...

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen ... Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Posttest ...

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Independent T-Test ...

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...

Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Selisih Rata-Rata Skor Pretest dan

(18)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Paradigma Pedagogi Reflektif ... Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan ... Gambar 3.1 Desain Penelitian ... Gambar 4.1 Grafik Data Hasil Pretest dan Posttest ...

Gambar 4.2 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest

Kelompok Kontrol ... Gambar 4.3 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest

Kelompok Eksperimen ... Gambar 4.4 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest

Kelompok Kontrol ... Gambar 4.5 Histogram (atas) dan P-Plot (bawah) Skor Pretest

Kelompok Eksperimen ... Gambar 4.6 Grafik Data Hasil Pretest Dan Posttest ...

(19)

xvi LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... Lampiran 2 Surat Bukti Penelitian ... Lampiran 3 RPP Eksperimen ... Lampiran 4 RPP Kontrol ... Lampiran 5 Soal Test Validasi ... Lampiran 6 Hasil Validasi Soal Kelas VI ... Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ...

Lampiran 8 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... Lampiran 9 Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... Lampiran 10 Hasil Uji Validitas SPSS ... Lampiran 11 Instrumen Validitas Kelayakan Soal dan RPP ... Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Kelayakan Soal dan RPP ... Lampiran 13 Tabulasi dan Validasi Butir Soal ... Lampiran 14 Observasi Sikap ... Lampiran 15 Hasil Pekerjaan Siswa ... Lampiran 16 Refleksi Siswa ... Lampiran 17 Foto-foto Kegiatan ... Lampiran 18 Jadwal Penelitian

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu memiliki pendidikan yang tinggi sangat dibutuhkan untuk bersaing pada zaman yang terus berkembang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Fadlillah (2014:5) bahwa pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan sebagai proses dan upaya untuk mentransformasikan manusia muda menjadi manusia yang dilekati dengan kemanusiaan sesuai dengan kodratnya, yakni bermanfaat bagi dirinya, sesama, alam lingkungan beserta segenap isi dan peradabannya. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup manusia (Mudyahardjo, 2006:3).

(21)

Perkembangan kurikulum yang terjadi dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan proses pembelajaran melibatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2006:191) yang menyatakan bahwa faktor-faktor pembelajaran yang berlaku dalam sistem pendidikan hampir seluruhnya bergantung pada guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan faktor penting dalam mengembangkan prestasi dan potensi siswa.

(22)
(23)

dilakukan. Adapun hambatan saat mengenalkan PPR di SD Negeri yaitu kurangnya informasi mengenai model pembelajaran PPR, sehingga siswa dan guru merasa asing dengan model pembelajaran tersebut.

Penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang dilakukan pada siswa kelas V di SDN Demangan, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat menunjukkan perbedaan prestasi belajar dengan model pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Atas dasar permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Perbedaan Prestasi Belajar Kelas V SDN Demangan Atas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif.

B. Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan pada perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013. Peneliti mengambil materi pembelajaran dengan tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat”, subtema 2 “Hidup Rukun”. Subyek penelitian ini dibatasi

(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar pada siswa

kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat”?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa kelas V SDN Demangan atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada tema “ Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan dalam bidang pendidikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

(25)

b. Bagi guru

Dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai tahap perkembangan siswa.

c. Bagi peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang lebih tentang penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

d. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif dan inovatif.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR adalah suatu model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai dengan nilai-nilai berdasar pada aspek 3C melalui 5 tahapan yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

2. Prestasi Belajar

(26)

3. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah kegiatan belajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.

4. Kurikulum 2013

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan dibahas berupa landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Mulyasa (2013:189) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Setiap kegiatan belajar atau proses belajar siswa akan menghasilkan prestasi belajar. Selanjutnya, menurut Arifin (2009:12), kata “prestasi” berarti “hasil usaha”, inilah

yang membuat prestasi berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar biasanya terkait dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar berkaitan dengan pembentukan watak, inilah salah satu contoh perbedaan prestasi belajar dengan hasil belajar.

(28)

dengan pendapat Arifin, Sudjana (2004:23) mengemukakan bahwa diantara ketiga ranah, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Mulyasa (2013:190) menyebutkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal maupun faktor eksternal.

1) Faktor internal

(29)

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal bukan dari diri siswa, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua hal yaitu dapat digolongkan dalam faktor sosial dan faktor non sosial.Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, contohnya: lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa contohnya seperti lingkungan yang kurang baik bagi siswa, ruang kelas yang sempit, dan guru yang kurang berkualitas. Apabila faktor tersebut kurang sesuai dengan siswa dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa, selain itu dapat mempengaruhi konsentrasi dalam memahami pelajaran yang diberikan, sehingga prestasi belajar siswa menjadi kurang baik.

c. Fungsi Prestasi Belajar

(30)

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan dan merupakan

kebutuhan umum manusia”.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari suatu institusi pendidikan. Indikator internal dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator eksternal dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

(31)

peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu hasil yang telah diperoleh dari proses pembelajaran melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi belajar digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan dan kualitas siswa setelah melakukan pembelajaran. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal (faktor dari diri siwa) dan faktor eksternal (faktor di luar diri siswa).

2. Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR )

(32)

Pengertian dari reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR SD Kanisius, 2009:7). Menurut pengertian dari masing-masingkata, Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diartikan sebagai suatu model pendidikan yang menyediakan solusi dalam pelayanan untuk mengarahkan manusia menuju pengembangan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, yakni persaudaraan solidaritas, saling menghargai, dan mengasihi tanpa mengubah kebijakan yang telah ada (Tim Redaksi Kanisius, 2008:40).

(33)

Penalaran eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian sangat diperlukan untuk mencapai kualitas yang unggul.

Consciencemerupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani (Masidjo, 2009:3). Kemampuan afektif ini bertujuan untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah peserta didik kurang teliti dalam mengerjakan soal, kurang disiplin, dan kurangnya kerapian dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik.

Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama yang berkaitan dengan tindakan konkret maupun batin (Masidjo, 2009:3). Berkaitan dengan compassion, peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya. Tujuan pada aspek ini mengajak peserta didik menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai, sehingga membentuk peserta didik menjadi pemimpin pelayanan. a. Tahapan dalam Perencanaan Paradigma Pedagogi Reflektif

(34)

Gambar 2.1 Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif

Berdasarkan gambar di atas langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks di sini maksudnya guru harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang disukai siswa sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi sosial budaya, dan agama.

2) Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari. Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung.

1. KONTEKS 3. REFLEKSI

2. PENGALAMAN

(35)

3) Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Menurut Subagya (2005:62), refleksi merupakan tahap dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak.

4) Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiatan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan.

5) Evaluasi

(36)

siswa. Maka dari itu perlu adanya evaluasi pada ranah kepribadian untuk mengontrol perilaku siswa.

b. Kekuatan dan Kelemahan PPR

Menurut Tim PPR Kanisius (2010:3) PPR memiliki kelebihan dan kekurangan. PPR memiliki tujuh kelebihan PPR yaitu (1) pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap pribadi peserta didik; (2) peserta didik memiliki hak untuk dihargai dan dihormati; (3) setiap peserta didik mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat menemukan solusi atas bimbingan pendidik; (5) memperbaiki kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih; (6) menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagi dalam proses pembelajaran; (7) mencakup semua aspek yang mendukung proses pembelajaran.

Selain kelebihan, PPR juga memiliki kekurangan yaitu: (1) hambatan pada jumlah peserta didik yang banyak dikarenakan pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh pada peserta didik; (2) tidak mudah menjalankan tugas sebagai pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidikan merupakan panggilan hidup.

c. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(37)

Tujuan PPR bagi pendidik yaitu (1) pendidik semakin memahami peserta didik; (2) pendidik semakin bersedia mendampingi perkembangannya; (3) pendidik semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya; (4) pendidik semakin memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral; (5) pendidik mampu beradaptasi dengan materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan; (6) mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar, dan pendamping. Tujuan PPR bagi peserta didik yaitu(1) membantu peserta didik menjadi manusia bagi sesama; (2) pendidik menjadi manusia utuh; (3) menjadi manusia yang secara intelektual berkompeten, terbukauntuk perkembangan religius; (4) menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai; (5) menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain; (6) menjadi manusia yang berkompeten dan berhati nurani; (7) membentuk peserta didik untuk menjadi pemimpin yang melayani.

(38)

pembelajaran pada model PPR memiliki tahapan-tahapan yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Model pembelajaran PPR ini selain mengembangkan kemampuan siswa pada ranah kognitif, tetapi juga meningkatkan kemapuan siswa pada ranah afektif dan psikomotorik. Peserta didik tidak hanya pandai dari segi kognitifnya saja, tetapi juga perilaku dan psikomotoriknya juga berkembang secara baik.

3. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

(39)

(attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Peningkatan kompetensi siswa juga disesuaikan dengan perkembangan global (Majid, 2014:29-33)

Menurut Nuh (2013:192-198), Kurikulum 2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa setiap lulusan diharapkan memiliki tiga sikap, yaitu sikap individu, sikap sosial, dan sikap alam. Pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada tiga landasan yaitu: landasan filosofi dalam perkembangan Kurikulum 2013 menentukan kualitas pengembangan peserta didik yang tercantum pada pendidikan nasional.

(40)

b. Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Kurikulum bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan dan pengembangan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan pada kurikulum memiliki tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum sebelumnya supaya sesuai dengan perkembangan global. Kurikulum juga harus memiliki visi dan misi yang jelas.

Kemendikbud pada tahun 2013 membuat kurikulum baru untuk menyempurnakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum diperlukan untuk menyesuaikan dengan tantangan yang terjadi pada perkembangan global. Rasional perkembangan Kurikulum 2013 tersebut didasarkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Tantangan internal

Perkembangan kurikulum dilaksanakan dalam rangka pemenuhan tuntunan 8 Standar Nasional Pendidikan. Tantangan internal lainnya yaitu peningkatan kualitas manusia agar tidak menjadi beban pembangunan, karena berkembangnya jumlah penduduk.

2) Tantangan eksternal

(41)

dan tuntutan kompetensi masa depan baik dari segi kualitas sikap maupun mental, sosial. Selanjutnya, tantangan eksternal juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tentang kurikulum sebelumnya yang menitikberatkan pada sisi kognitif, beban yang terlalu berat, dan kurang menekankan pada aspek kognitif. 3) Penyempurnaan pola pikir

(42)

4) Penguatan tata kelola kurikulum

Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dari tiga aspek yaitu: (a) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (b) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah; dan (c) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5) Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

(43)

Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Elemen Deskripsi

SD

Kompetensi Lulusan

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Kedudukan Mata Pelajaran (isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Pendekatan (isi)

Kompetensi dikembangkan melalui:

Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran.

a. Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial, dan budaya.

b. Pembelajaran dlaksanakan dengan pendekatan sains.

c. Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6.

d. Jumlah jam bertaambah 4 JP/ minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.

Proses

Pembelajaran

Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

(44)

Elemen Deskripsi SD

Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.

Tematik dan terpadu.

Penilaian

Penilaian berbasis kompetensi

Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL.

Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. Sumber: Uji Publik Kurikulum 2013

(45)

satu dengan kurikulum yang lainnya terdapat perbedaan, tetapi juga masih ada persamaan diantara kurikulum tersebut. Perbedaan dan persamaan kurikulum terjadi karena adanya penyempurnaan kurikulum agar sesuai dengan perkembangan global. Menurut Kemendikbud penyempurnaan kurikulum di Indonesia dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut.

Tabel 2.2 Penyempurnaan Perumusan Kurikulum No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi

Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2. Standar isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

(46)

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Sumber: Materi Uji Publik Kurikulum 2013

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006. Selain itu, tabel di atas menunjukkan beberapa perbedaan dalam kurikulum KBK (2004) dan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada SKL Kurikulum 2013 berdasarkan pada kebutuhan siswa, sedang kurikulum KBK dan KTSP diturunkan dari Standar Isi. Perubahan atau perbedaan yang paling nampak pada Kurikulum 2013 mata pelajaran terintregrasi dengan mata pelajaran lainnya, sedang KBK dan KTSP masih terpisah-pisah.

(47)

Tabel. 2.3 Dampak Penyempurnaan Pengembangan Kurikulum 2013

No Entitas

Pendidikan Perubahan yang Diharapkan 1. Peserta Didik 1. Lebih produktif, kreatif, inovatif,

afektif

2. Lebih bergairah dan senang di sekolah dan belajar

2. Pendidik dan Tenaga

1. Lebih bergairah dalam mengajar 2. Lebih mudah dalam memenuhi

ketentuan 24 jam per minggu 3. Manajemen

Satuan Pendidikan

1. Lebih mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan

2. Antisipasi atas semaraknya variasi kegiatan pembelajaran

4. Masyarakat Umum

1. Memperoleh lulusan sekolah yang kompeten

2. Kebutuhan pendidikan dapat dipenuhi oleh masyarakat 3. Dapat meningkatkan

kesejahteraannya 5. Bangsa dan

Negara

1. Meningkatkan reputasi international dalam bidang pendidikan

2. Meningkatkan daya saing

(48)

c. Kelebihan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki kelibihan dari kurikulum sebelumnya. Menurut Kurniasih dan Sani (2014:40) kelebihan dari Kurikulum 2013 yaitu: (1) siswa dituntut aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah; (2) adanya penilaian dari semua aspek, penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, dan sikap; (3) munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti; (4) adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (5) kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan, dan pengetahuan; (6) guru berperan sebagai fasilitator.

d. Kekurangan Kurikulum 2013

(49)

siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya agar sesuai dengan perkembangan global. Kurikulum mengalami perkembangan berdasarkan landasan filosifis, landasan teroritis, landasan yuridis. Kelebihan Kurikulum 2013 adalah siswa menjadi aktif dalam memperoleh pengetahuan, sedangkan kekurangan Kurikulum 2013 adalah guru kurang begitu siap dalam pelaksanaan Kurikulum 2013.

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

(50)

Selanjutnya, Mulyasa (2013:170) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran dengan menyuguhkan proses pembelajaran berdasarkan tema untuk dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran menggunakan tema untuk mengaitkan materi beberapa mata pelajaran. Tema sendiri adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok pembicaraan.

b. Landasan Pembelajaran Tematik

(51)

Landasan psikologis berkaitan dengan tahap perkembangan peserta didik. Peserta didik diawal usia SD masih berpikir kongkret, holistik (memandang secara keutuhan), dan hierarkis (tahap perkembangan berpikir dari yang sederhana ke kompleks). Psikologi perkembangan ini diperlukan untuk menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkat perkembangan penyampaian materi pembelajaran. Landasan yuridis merupakan landasan hukum atau kebijakan yang mendukung dalam pelaksanan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Undang-undang yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik diantaranya adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b). c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

(52)

pada peserta didik dan guru menjadi fasilitator; (2) memberikan pengalaman langsung dan nyata sebagai dasar pemahaman hal-hal abstrak; (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel.

Sejalan dengan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Majid (2014:84) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah (1) berpusat pada siswa; (2) memberikan pengalaman jelas; (3) pemisah antar mata pelajaran tidak begitu jelas; (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; (5) bersifat fleksibel, sehingga guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran yang lainnya; dan (6) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

d. Kelebihan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik

(53)

melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang; (5) peserta didik bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan. Menurut Trianto (2009:90-91), keterbatasan dari pembelajaran tematik dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh guru. Guru harus melakukan penilaian secara menyeluruh, sehingga guru dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi berasal dari guru yang berbeda. Keterbatasan dari pembelajaran tematik lainnya adalah guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan mencari informasi dari berbagai hal. Jika tidak memiliki wawasan yang luas maka pembelajaran tematik sulit terwujud.

(54)

pembelajaran tematik adalah guru harus melakukan penilaian secara menyeluruh, sehingga guru dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain apabila materi berasal dari guru lain, selain itu guru harus memiliki wawasan yang luas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama dilaksanakan oleh Susanti(2013) yang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

(55)

Kedua, Sumarah dan Anugrahana (2013) yang melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan Menggunakan “Media Montessori” di Kelas 1B SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan membantu guru kelas 1B di SD Kanisius Sorowajan memiliki media pembelajaran yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran tematik Bahasa Indonesia, IPA dan matematika berpola Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).Uji coba dengan menggunakan media Montessori yang berupa kotak pasir, kartu bergambar, dan manik-manik yang dilakukan oleh guru kepada 21 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian R & D.Penelitian menghasilkan rekapitulasi angket untuk item-item yang berkaitan dengan

Competence: 100% siswa (berjumlah 21) menjawab “ya” atau memahami

materi pada area bahasa, matematika, dan IPA. Compassion: 100% siswa dapat berkerjasama dan bersedia saling menolong saat proses pembelajaran menggunakan “Media Montessori”. Conscience: 100% siswa terlihat teliti dan bersemangat mengikuti proses pembelajaran.

(56)

kelas, dengan mengambil sampel siswa kelas IIA SD Kanisius Demangan Baru.Pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, serta dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek 3C peserta didik kelas 2A SD Kanisius Demangan Baru mengalami peningkatan setelah menerapkan PPR dalam pembelajaran. Literatur map dari penelitian yang relevan dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Skema Penelitian yang Relevan

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa dari ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan atau relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan meneliti penerapan

Susanti (2013) Analisis Implementasi Model SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta Tahun

Perbedaan Prestasi Belajar Kelas V SD N Demangan Atas Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif

(57)

model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam meningkatkan pretasi belajar siswa. Hasil ketiga penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selain persamaan penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terdapat perbedaan yang membedakan ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Perbedaan tersebut terletak pada rancangan penelitiannya. Penelitian yang dilakukan peneliti lain yang pertama menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian kedua menggunakan jenis penelitian R & D, dan penelitian ketiga menggunakan jenis penelitian tindakan kelas, sedangkan peneliti dalam penelitiannya menggunakan metode eksperimental. Berdasarkan keberhasilan ketiga penelitian tersebut dalam penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektifpeneliti kemudian ingin melakukan penelitian menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

(58)

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa yang dikembangkan dalam setiap mata pelajaran secara utuh. Penilaian terhadap siswa tidak hanya tertuju pada penguasaan siswa terhadap mata pelajaran yang ditunjukkan melalui nilai tes yang berupa angka yang diberikan kepada siswa. Melainkan penilaian yang menyeluruh terhadap siswa meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik (dalam PPR dikenal dengan 3C yaitu competence, conscience, dan compassion). Pada hakekatnya Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan suatu pola pikir yang menumbuhkan tidak hanya dari segi pengetahuan melainkan juga menumbuhkembangkan dari segi sikap supaya menjadi pribadi yang manusiawi.

(59)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar atas penerapan model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada siswa kelas V SDN Demangan.

(60)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini akan membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, jadwal pengembalian data, variabel, populasi dan sampel, instrumen penelitian, uji validitas reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Jenis penelitian quasi experimental adalahdesainpenelitian dimana peneliti melakukan intervensi/perlakuan pada subjek (Sulistyaningsih, 2012:101).Jenis penelitian ini digunakan karena sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan nonequivalent pretest-posttest control-group design.

Menurut Creswell (2012:242), nonequivalent pretest-posttest control-group design adalah desain penelitian yang membandingkan dua kelompok, masing-masing kelompok tersebut sama-sama diberikan pretest dan

(61)

siswa antara kelompok yang diberikan perlakuan khusus dengan kelompok sebagai pengendali yang sebelumnya diberikan pretest dan pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk kelompok-kelompok tersebut, melalui perbandingan hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok, akan tampak perbedaan prestasi belajar antara kelompok yang diberikan perlakuan khusus dengan kelompok yang bertujuan sebagai pengendali. Desain penelitian nonequivalentpretest-posttest control-group design digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2 O3 O4

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2014:116) Keterangan:

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen X : Pemberian perlakuan

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol

(62)

posttest untuk melihat kemampuan akhir siswa. Pemberian posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama, hanya saja sebelum diberikanposttest kelompok eksperimen diberi perlakuan yang berbeda dari kelompok kontrol.

Pada penelitian ini diambil dua kelas yang akan diteliti yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mengambil dari kelas VA dan kelas kontrol adalah kelas VB. Masing-masing kelas akan diberi

treatment yang berbeda-beda. Pretest akan dikerjakan masing–masing kelas sebelum diberikan treatmentuntuk melihat kemampuan awal siswa. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diberi treatment dengan menggunakan model pembelajaran PPR. Kelas kontrol tidak diberi treatment apapun tetapi tetap melakukan pembelajaran seperti biasa dengan modelpembelajaran ceramah. Pada akhir pertemuan, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama seperti waktu pretest untuk mengetahui perbedaan dari pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran PPR dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran PPR.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

(63)

Pertemuan pertama pada tanggal 27 Oktober 2014 selama 1 jam pelajaran digunakan untuk pretestsecara bersamaan pada kelas eksperimen dan kontrol. Pertemuan II-IV, peneliti mulai mengajar menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran ceramah untuk kelas kontrol. Minggu pertama peneliti mengajar pada kelas kontrol dan minggu kedua peneliti mengajar pada kelas eksperimen. Waktu pengambilan data dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Waktu Pengambilan Data

Kelas Hari Tanggal

Selasa 28 Oktober

(64)

Tabel 3.1 menunjukkan jadwal pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti. Waktu pengambilan data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara bergantian. Hal ini disebabkan karena setiap satu pembelajaran harus dilakukan dalam satu hari atau 6 jam pelajaran. Jumlah seluruh jam pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 44 jam pelajaran yang dibagi menjadi 10 kali pertemuan, masing-masing 5 kali pertemuan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Kelas Hari Tanggal

Selasa 4 November

(65)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhansubyek yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan (Arikunto, 2003:173). Sejalan dengan pendapat Arikunto, Sugiyono (2002:55) mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian (Ali, 1985:54). Nawawi (2004:4) menuturkan bahwa populasi dirumuskan sebagai semua anggota kelompok orang kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas. Jadi, populasi adalah seluruh subyek atau obyek yang digunakan dalam penelitian. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Demangan, Yogyakarta. Jumlah keseluruhan siswa kelas Vdi SDN Demangan adalah 54 siswa.Siswa kelas VA berjumlah 27 orang dan siswa kelas VB berjumlah 27 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:81). Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dipopulasi atau dapat disebut sebagai teknik pengambilan sampel convenience random sampling (Sugiyono, 2011:82). Creswell (2012:220) mengartikan

convenience sampling sebagai teknik sampling dengan memilih responden berdasarkan kemudahan saja. Selanjutnya, menurut Dean (2006:145),

(66)

kemudahan. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu sampel kelompok kontrol dan sampel kelompok eksperimen. Sampel kelompok kontrol pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VA dan sampel kelompok eksperimen pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VB.

Unsur kemudahan yang ada dalam penelitian ini adalah peneliti mengambil sampel di SDN Demangan, karena sebelumnya pernah digunakan sebagai tempat PPL oleh peneliti, sehingga sudah mengetahui karakter siswa di SD tersebut, peneliti tidak perlu menyesuaikan dengan lingkungan SD yang baru lagi. Unsur acak (random) terletak pada penentuan sampel kontrol dan sampel eksperimennya, dengan cara membuat undian dan mengambilnya secara acak. Teknik random sampling ini bertujuan untuk mengurangi bias dalam penelitian, karena random sampling

lebih tepat dalam menduga populasi sehingga variasi dalam populasi dapat terwakili oleh sampel. Bias adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka (Saefuddin, 2009:7).

D. Variabel Penelitian

(67)

1. Variabel bebas

Sanjaya (2013:95) berpendapat bahwa variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik kelas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Berbeda dengan pendapat Sanjaya, Noor (2011:49) menjelaskan bahwa variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah digunakannya atau tidak digunakannya model pembelajaran PPR. 2. Variabel terikat

Sanjaya (2013:95) berpendapat bahwa variabel terikat (dependent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, akibat dimunculkan atau tidak dimunculkannya ketika peneliti mengganti variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

3. Variabel kontrol

(68)

dan kelompok kontrol yang dilakukan secara bergantian.

Jumlah jam pelajaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitian ini sama. Setiap kelompok diberi perlakuan dengan waktu yang sama, yaitu waktu 5 kali pertemuan atau 22 jam pelajaran, 18 jam pelajaran untuk perlakuan dan 4 jam pelajaran untuk pretest dan posttest. Masing-masing pertemuan terdiri dari 6 jam pelajaran atau selama 210 menit. Waktu pelaksanaan pada penelitian ini dilakukan dengan bergantian hari.

Tema dalam penelitian ini adalah tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat” yang terbagi dalam empat subtema. Setiap subtema terbagi dalam enam pembelajaran, peneliti mengambil materi pembelajaran dari subtema 2 tentang “Manfaat Hidup Rukun”. Materi

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sama menggunakan 3 pembelajaran yaitu pembelajaran 1, 2, dan 3. Soal pretest danposttest

dibuat sama untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Semua hal yang dapat membuat adanya kontaminasi akan dikontrol dalam penelitian ini. Hal yang membedakan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adanya penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

4. Variabel Moderator

(69)

pengaruh yang besar antara variabel terikat dan variabel bebas. Dengan kata lain, variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen (Noor, 2011:50). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah rata-rata skor pretest

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu dokumentasi dan wawancara:

1. Dokumentasi

(70)

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanyajawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2011:231). Menurut Sugiyono (2014:194), wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.Wawancara setruktur dilakukan peneliti apabila peneliti telah mengetahui tentang informasi yang akan didapat dari responden. Peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sistematis dengan alternatif jawaban yang sudah disiapkan dalam wawancara terstruktur ini, sedangkan wawancara tidak struktur adalah wawancara yang bebas, pertanyaan tidak tersusun secara sistematis hanya berdasarkan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(71)

tidak setruktur untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan pada guru dan siswa kelas V SDN Demangana.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengukuran (Widoyoko, 2012:51). Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen non tes digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, lebih lanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes

Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah cara yang dapat digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan siswa, serta bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu dan kelompok. Tes dapat berwujud soal uraian dan soal pilihan ganda. Hasil dari tes dapat berupa nilai yang melambangkan perilaku dan prestasi siswa. Pada umumnya tes digunakan untuk menilai hasil belajar siswa secara kognitif berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(72)

soal pretest dan posttest sama. Soal pretest diberikan sebelum siswa menerima pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa. Soal posttest diberikan setelah semua pembelajaran sudah diberikan kepada siswa, dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah melakukan pembelajaran. Berikut adalah kisi-kisi soal pretest dan posttestyang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Pretest dan Posttest

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa indikator telah mewakili walaupun dengan bobot yang berbeda-beda. Soal pretest dan posttest

terdiri dari 30 soal pilihan ganda. Soal-soal tersebut mencakup 6 indikator. Tujuh soal untuk mewakili indikator pertama, tiga soal

No Indikator Soal Nomor Soal Jumlah

Soal

1. Menyebutkan tujuan dan contoh dari organisasi

1, 2, 3, 4,

15,16, 17 7

2. Menjelaskan bentuk hubungan dan

kerjasama antar Negara 5, 13, 14, 3

3. Menyebutkan unsur-unsur peta, denah, surat

6, 7, 8, 9, 11,

12, 18, 29 8

4. Menyelesaikan soal skala 10, 19, 20 3

5. Menyebutkan jenis alat musik dan olahraga

21, 22, 23, 28,

30 5

6. Menggolongkan benda isolator

dankonduktor 24, 25, 26, 27 4

(73)

pertama untuk mewakili indikator kedua, delapan soal untuk mewakili indikator ketiga, tiga soal untuk mewakili indikator yang keempat, lima soal untuk mewakili indikator yang kelima, empat soal untuk mewakili indikator keenam.

2. Non Tes

Instrumen non tes pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran untuk siswa dan pedoman wawancara. Perangkat pembelajaran untuk penelitian dibuat oleh peneliti sendiri. Perangkat pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda. Perangkat pembelajaran untuk kelompok eksperimen menggunakan pendeketan PPR, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak menggunakan pendekatan PPR.

(74)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Kisi – kisi pertanyaan untuk guru sebagai berikut:

1. Apakah dalam mengajar selalu menggunakan model pembelajaran?

2. Pendekatan apa yang digunakan dalam mengajar siswa di kelas?

3. Apakah terdapat penurunan atau peningkatan prestasi belajar siswa terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini?

4. Apakah anda mengetahui model pembelajaran/ pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)?

5. Apakah anda sudah pernah menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)?

Tabel 3.3 menunjukkan kisi-kisi pertanyaan yang digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi yang mendalam dari guru kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelima pertanyaan yang diajukan dalam wawancara memuat pertanyaan mengenai kurikulum 2013 dan model pembelajaran, selanjutnya dari wawancara tersebut akan diperoleh hasil wawancara berupa deskripsi atau tulisan mengenai informasi yang ditanyakan, sehingga tidak menggunakan skala nilai tertentu. Hasil wawancara digunakan sebagai dasar untuk membahas hasil penelitian.

G. Teknik Pengujian Instrumen

(75)

1. Uji validitas instrumen

Validitas adalah ketepatan instrumen dalam melakukan fungsinya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus dinyatakan valid, sehingga benar-benar dapat digunakan untuk mengukur variabel (Azwar, 2013:173).Arikunto (1998: 160) berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011:121). Peneliti dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis validitas pengukuran yaitu validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Validitas isi

(76)

Demangan yang berjumlah 30 orang. Peneliti memilih kedua dosen tersebut berdasarkan kesesuaian dalam bidangnya yaitu kurikulum untuk menguji validasi perangkat pembelajaran dan soal tes.

Kepala sekolah dan guru yang dipilih peneliti adalah kepala sekolah yang sekolahnya digunakan sebagai tempat penelitian dan guru kelas yang kelasnya digunakan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan kepala sekolah dan guru tersebut untuk menguji perangkat pembelajaran dan soal tes prestasi, karena sudah memahami karakter dan kebutuhan siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar perangkat pembelajaran dan tes prestasi belajar sesuai dengan keadaan siswa.

Para ahli diminta untuk menilai instrumen tersebut dalam rubrik penilaian dengan rentang skor penilaian antara 1 sampai 5. Pedoman pensekoran dalam rubrik yang digunakan untuk menilai instrumen berdasarkan skala Likert (Sugiyono, 2014:134-135). Para ahli dapat memberikan skor tertinggi 5 untuk kriteria “sangat baik”, bobot skor 4 untuk kriteria “baik”,

bobot skor 3 untuk kriteria “kurang baik”, bobot skor 2 untuk

kriteria “tidak baik”, dan bobot skor 1 untuk kriteria “sangat

(77)

direvisi atau tidak. Kriteria yang peneliti buat tentang hasil validitas isi berdasarkan kelayakan instrumen dan skor rata-rata pada rubrik penilaian dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Validasi Rata-rata Skor Ahli

R

Komentar Kelayakan Instrumen Keputusan

≥ 3 Positif Layak digunakan tanpa

perbaikan

Tidak revisi (TR)

≥ 3 Negatif Layakdigunakan dengan

diperbaiki

Revisi (R)

< 3 Positif Kurang layak digunakan Revisi (R)

< 3 Negatif Tidak layak digunakan Revisi (R)

Dari tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa apabila rata-rata skor dari ahli pada setiap komponen penilaian lebih dari atau sama dengan 3 dan kelayakan instrumen layak digunakan tanpa perbaikan, maka peneliti tidak melakukan revisi pada komponen penilaian tersebut. Komponen penilaian pertama adalah kelengkapan komponen silachmadis. Apabila kelima ahli memberikan skor pada komponen tersebut dengan rata-rata 3 dan instrumen layak digunakan tanpa perbaikan, maka peneliti tidak melakukan revisi pada komponen kelengkapan silachmadis.

(78)

rata-rata setiap komponen penilaiannya. Tabel 3.5 adalah hasil validasi RPP tema 3 subtema 2 kelas V dari 5 ahli yang dipilih sebagai validator sesuai dengan keahliannya.

Tabel 3.5 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tema Berbagai Pekerjaan

Validator

(79)

penilaian hasil rata-ratanya sudah di atas 3, jadi RPP tidak perlu direvisi.

Hasil validasi untuk soal tes prestasi pretest dan posttest

juga dianalisis mencari rata-rata tiap komponen dan dapat dikatagorikan sesuai dengan kriteria berdasarkan tabel 3.4. Komponen penilaiannya terdiri dari 8 komponen dengan rentang nilai 1-4. Validasi soal tes prestasi pretest dan posttest oleh 5 ahli sebagai validator yang sesuai dengan bidangnya menghasilkan berupa skor yang dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Pretest danPosttest

Validator

Gambar

Gambar 2.1 Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif
Tabel 2.1 Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Tabel 2.2 Penyempurnaan Perumusan Kurikulum
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 adalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, penelitian ini dapat digunakan guru sebagai referensi untuk memahami faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa khususnya minat

Jadi modul tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendidikan tentang pelestarian lingkungan dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam pembelajaran serta

Pertanyaan refleksi sebagai jawaban atas tabel 5.31 adalah manfaat apa yang dapat kita peroleh jika kita bekerja sama dengan orang lain? Kebanyakan siswa mampu menuliskan

Adapun keunggulan dari paradigma pedagogi ignatian (reflektif) adalah: (1) siswa memiliki pengalaman nyata, terlibat aktif dalam proses pembelajaran; (2) siswa dapat memiliki

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis PPR diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menyelesaikan soal pecahan biasa dan

Pertanyaan refleksi sebagai jawaban atas tabel 5.31 adalah manfaat apa yang dapat kita peroleh jika kita bekerja sama dengan orang lain? Kebanyakan siswa mampu menuliskan

Dari kedua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terbukti dapat meningkatkan competence, conscience, compassion dari

kelas, siswa kurang dapat merespon permasalahan yang diajukan guru melalui pertanyaan, kurangnya kemampuan berpikir siswa dalam penyelesaian permasalahan, siswa