PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK
MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN
COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1
SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
BERNARDUS PURNAWAN 08 1334 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK
MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN
COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1
SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
BERNARDUS PURNAWAN 08 1334 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK
MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN
COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1
SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
Oleh :
BERNARDUS PURNAWAN 08 1334 001
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
iii SKRIPSI
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK
MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN
COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1
SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Bernardus Purnawan
NIM: 081334001
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 12 November 2012
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Ketua : Indra Darmawan, S.E., M.Si. ... Sekretaris : Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota : B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. ... Anggota : Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota : Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. ...
Yogyakarta, 12 November 2012
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
P ERS EMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatN ya,
Bapak dan I bu, yang selalu memeberikan doa dan kasih sayangnya
K akak-kakakku, yang selalu memberikan support,
Yustina Reni Swastika, yang selalu memberi perhatian dan semangat,
v
MOTTO
Kejujur an itu adalah mata uang yang ber laku dimana-mana Ker ja ker as adalah aw al kesuksesan ber sama
Ker ja sama adalah laju untuk menggapai asa
Orang yang tidak efisien akan kekurangan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Orang yang efisien akan kekurangan pekerjaan untuk menghabiskan waktunya.
L elah sering memint aku unt uk menyerah. Tet api hat i berkat a:
“AKU TAK AK AN PERN AH KAL AH”
" Tidak ada sat upun di dunia ini yang bisa di dapat
dengan m u dah. Ker j a ker as dan doa adalah car a unt uk
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 06 November 2012 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Bernardus Purnawan
NIM : 081334001
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK
MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN
COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1
SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 12 Noevember 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI UANG UNTUK MENINGKATKAN
COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C) SISWA KELAS X1 SMA KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA
Bernardus Purnawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa dalam pembelajaran ekonomi materi uang dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dan dilaksanakan pada siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran berpola PPR adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, tes dan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM IN LEARNING MONEY TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION OF THE 10th-1 GRADE STUDENTS
AT KOLESE DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Bernardus Purnawan Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
This research aims to increase the students competence, conscience and compassion in learning economics with the main topic: money using Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP).
This research is a classroom action research, and implemented on the 10th -1 grade students of Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta. The main components of RPP learning include: context, experience, reflection, action, and evaluation. This Classroom Action Research was implemented in two cycles, which consist of four steps: planning, action, observation, and reflection. The data collection methods were interview, observation, documentation, test and questionnaire. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
The findings of this research indicate that the implementation of Reflextive Pedagogy Paradigm in economics subject with the main topic: money increases the competence, conscience, and compassion of the 10th-1 grade students of Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect in cognitive domain which shows 54,6 in the beginning of cycle I. At the end of the cycle II, the average score goes up to 34,41. On the affective – academic domain, average score show 3,13 in the pre-research, at the end of the cycle I goes up to 3,20, then increase again to 3,38 at the end of the cycle II. On the conscience aspect, the results show that the pre-research average score is 3,75. At the end of the cycle I, the average score goes up to 3,84, then increase again at the end of the siklus II goes up to 3,95. The results also show an average increase on the compassion aspect, in the begining of cycle is 3,79 and goes up to 3,94, then at the end of cycle II increases to 3,96.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Materi Uang untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa Kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
xi
6. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama dalam proses perkuliahan.
8. SMA Kolese De Britto Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk pelaksanaan tindakan kelas ini.
9. Bapak Yohanes Iwan, S.Pd., selaku guru mitra dalam penelitian ini.
10.Siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta selaku subjek dalam penelitian ini.
11.Seluruh keluargaku: Kedua orangtuaku, Bapak Priyono dan Ibu Maria Rubiyatun, Mbak Benedecta Sri Rahayu, Mas Yakobus Sutono, serta Mbak Tri Lestari yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya selama ini.
12.Sahabat “Sejatiku” Yustina Reni Swastika, yang selalu mendukung, mendampingi, dan memberikan perhatian.
13.Nurul Kurnianingsih, Lourentius Dwi Hasto, Robertus Prasetya Jati, Gregorius Yudanto Rahadi, Ignatius Erdha Atung Yuda, Augusto Morista yang telah membantu penelitian dan memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Penelitian.
xii
Fransiska Puji Astuti, Vincentia Firsta, terima kasih untuk dukungan, doa, semangat, keceriaan, tawa, senyum, dan saran-saran yang telah diberikan selama ini.
15.Teman-teman PAK angkatan 2008 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Yogyakarta, 12 November 2012 Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 3
C.Batasan Masalah ... 3
xiv
E.Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7
2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif... 8
3. Definisi Competence, Conscience,dan Compassion (3C) ... 9
4. Siklus Dinamika PPR ... 11
5. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 14
6. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 14
B.Deskripsi Materi ... 15
C.Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi ... 19
D.Penelitian Tindakan Kelas ... 21
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 21
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 22
3. Siklus Penelitian ... 23
4. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 23
5. Manfaat yang bisa diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas ... 24
E.Kerangka Berpikir ... 25
xv BAB III METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian ... 27
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 28
D.Prosedur Penelitian ... 28
E.Instrumen Penelitian ... 37
F. Metode Pengumpulan Data ... 42
G.Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Deskripsi Sekolah ... 46
B.Sistem Pendidikan SMA Kolese de Britto Yogyakarta ... 49
C.Kurikulum SMA Kolese de Britto Yogyakarta ... 53
D.Proses Belajar Mengajar SMA Kolese de Britto ... 56
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 59
1. Pra Penelitian ... 59
a. Observasi dan Wawancara Guru ... 59
b. Observasi Siswa ... 65
c. Observasi Kelas ... 67
2. Pelaksanaan Penelitian ... 69
xvi
1) Perencanaan ... 69
2) Tindakan ... 73
a) Pertemuan I ... 73
(1) Konteks ... 73
(2) Pengalaman ... 74
b) Pertemuan II ... 75
(3) Refleksi ... 77
(4) Aksi ... 78
(5) Evaluasi ... 78
3) Observasi ... 79
4) Refleksi ... 85
b. Siklus Kedua ... 90
1) Perencanaan ... 90
2) Tindakan ... 91
a) Pertemuan I ... 91
(1) Konteks ... 92
(2) Pengalaman ... 92
b) Pertemuan II ... 93
(3) Refleksi ... 95
(4) Aksi ... 95
(5) Evaluasi ... 95
3) Observasi ... 96
xvii
B. Hasil Analisis Komparasi Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa, Sebelum dan Sesudah
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 104
1. Hasil penelitian ... 104
a. Aspek Competence ... 104
b. Aspek Conscience ... 111
c. Aspek Compassion ... 133
2. Pembahasan ... 141
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A.Kesimpulan ... 145
B.Keterbatasan Penelitian ... 146
C.Saran ... 147
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Sikap ... 39
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Minat ... 39
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Nilai Kejujuran ... 40
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Nilai Kerja Keras/ Pantang Menyerah ... 40
Tabel 3.5 : Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Compassion ... 40
Tabel 3.6 : Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 44
Tabel 3.7 : Pernyataan Kualitatif Hasil Refleksi PPR ... 44
Tabel 4.1 : Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 54
Tabel 5.1 : Hasil Observasi Guru pada Pra Penelitian ... 61
Tabel 5.2 : Hasil Wawancara Guru pada Pra Penelitian ... 63
Tabel 5.3 : Hasil Observasi Siswa pada Pra Penelitian ... 66
Tabel 5.4 : Hasil Observasi Kelas pada Pra Penelitian ... 68
Tabel 5.5 : Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 79
Tabel 5.6 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 81
Tabel 5.7 : Hasil Observasi Aktivitas Kelompok pada Siklus I Diskusi Permainan Peta Konsep Siklus I ... 83
Tabel 5.8 : Diskusi Permainan Puzzle Segitiga Siklus I ... 84
Tabel 5.9 : Hasil Refleksi Guru Mitra Siklus I dan II ... 85
Tabel 5.10 : Hasil Refleksi Siswa Siklus I ... 87
xix
Tabel 5.12 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 98
Tabel 5.13 : Hasil Observasi Aktivitas Kelompok pada siklus II Diskusi Permainan Example non Example ... 99
Tabel 5.14 : Hasil Refleksi Siswa Siklus II ... 101
Tabel 5.15 : Skor Rata-rata Nilai Aspek Competence ... 104
Tabel 5.16 : Data Observasi Unjuk Kerja Diskusi Permainan Peta Konsep ... 106
Tabel 5.17 : Data Observasi Unjuk Kerja Diskusi Permainan Puzzle Segitiga ... 107
Tabel 5.18 : Data Observasi Unjuk Kerja Diskusi Permainan Example non Example ... 108
Tabel 5.19 : Skor Rata-rata Penilaian Sikap ... 109
Tabel 5.20 : Skor Rata-rata Penilaian Minat ... 110
Tabel 5.21 : Skor Rata-rata Penilaian Afektif-akademik ... 110
Tabel 5.22 : Rata-rata Skor Penilaian Kejujuran ... 112
Tabel 5.23 : Rata-rata Skor Penilaian Kerja Keras/Pantang Menyerah .... 113
Tabel 5.24 : Skor Rata-rata Aspek Conscience ... 114
Tabel 5.25 : Hasil Refleksi Siswa atas Nilai yang Ditemukan dalam Pembelajaran ... 115
Tabel 5.26 : Hasil Refleksi Siswa atas Manfaat Nilai Kejujuran ... 118
xx
Nilai Kejujuran dalam Proses Pembelajaran ... 127
Tabel 5.29 : Hasil Jawaban Pertanyaan Aksi atas Nilai Kerja Keras/
Pantang Menyerah dalam Proses Pembelajaran ... 130 Tabel 5.30 : Skor Rata-rata Penilaian Kerja Sama ... 133 Tabel 5.31 : Hasil Refleksi Siswa atas Nilai Kerjasama ... 134 Tabel 5.32 : Rencana Aksi Siswa tentang Nilai Kerjasama
dalam Proses Pembelajaran ... 138 Tabel 5.33 : Hasil Perbandingan Aspek Competence,
Conscience, dan Compassion antara Sebelum
xxi
DAFTAR GAMBAR
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
Lampiran 22 : Dua Manusia Super Di Pinggir Jalan ... 222 Lampiran 23 : Permainan Peta Konsep ... 226 Lampiran 24 : Permainan Puzzle Segitiga ... 227 Lampiran 25 : Permainan Example non Example ... 228 Lampiran 26 : Kuesioner Penilaian Sikap ... 229 Lampiran 27 : Kuesioner Penilaian Minat ... 230 Lampiran 28 : Kuesioner Penilaian Moral (Nilai Kejujuran) ... 231 Lampiran 29 : Kuesioner Penilaian Moral
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi ini masih menerapkan sistem pendidikan yang statis dan hanya mementingkan unsur kognitif yang dibangun dari kemampuan siswa. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang berlomba-lomba menjadi juara pada perlombaan akademik di tingkat nasional. Bukan hanya itu, sebuah pendidikan dikatakan berkualitas dan menjadi unggulan jika memiliki predikat sekolah bertaraf internasional. Sebenarnya bukan masalah status sebuah lembaga pendidikan yang bertaraf internasional yang sukses memenuhi tujuan sebuah pendidikan, melainkan sebuah iktikad baik dan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, cerdas secara lahiriah dan terutama secara batiniah yang pantas disebut sekolah unggulan. Kecerdasan lahiriah sudah mampu dikembangkan dengan baik, namun kesadaran akan sebuah nilai hidup dari sebuah pelajaran di dalam sekolah kurang diperhatikan dengan baik teruma oleh seorang pengajar.
ini menekankan pentingnya proses pembelajaran refleksi yang dituangkan dalam sebuah tindakan nyata melalui kegiatan sehari-hari. PPR mengajak siswa untuk melihat lebih dalam makna dari sebuah pembelajaran lewat pemahaman emosional yang terwujud dalam aksi yang diharapkan muncul melalui tindakan siswa sebagai makhluk sosial.
PPR merupakan model pembelajaran yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan. Model pembelajaran ini menekankan peningkatan ilmu pengetahuan yang berlandaskan kepedulian terhadap lingkungan hidup manusia dalam hal penalaran, sikap dan kegiatan siswa sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa diajak untuk memahami tahap pembelajaran dengan PPR yang saling berurutan, yaitu konteks pengalaman refleksi
aksi evaluasi. Paradigma ini mengarahkan siswa menjadi pribadi yang berkarakter, yang menjunjung tinggi prestasi (competence), mempertajam nurani (conscience), dan pengalaman hidup sosial yang mumpuni (compassion).
diri mereka masing-masing. Oleh sebab itu sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembelajaran.
Hal ini senada dengan keadaan yang terjadi di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, siswa perlu mengembangkan nilai-nilai kehidupan karena berdasarkan data yang diperoleh pada masa pra penelitian menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak bersikap jujur, seperti mencontek dan tidak mau mengembalikan barang yang ditemukan. Selain itu, siswa perlu diajak untuk belajar bekerja keras karena beberapa siswa terlihat kurang memaknai nilai kerja keras/pantang menyerah.
SMA Kolese De Britto menerapkan proses pembelajaran PPR yang mengajak siswa untuk menggali nilai-nilai kehidupan sembari mempelajari mata pelajaran di dalam kelas. Peneliti ingin melihat aktivitas akademik dalam proses pembelajaran siswa (competence). Selain itu peneliti juga ingin melihat sikap jujur dan kerja keras dalam proses pembelajaran berlangsung (conscience). Nilai lain yang ingin dilihat adalah semangat kerja sama dalam diskusi kelompok yang diterapkan siswa dalam pembelajaran (compassion).
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari uraian latar belakang di atas masalah yang perlu diidentifikasi adalah sebagai berikut:
2. Kebutuhan akan penerapan sebuah nilai yang dibangun dari bangku sekolah dalam menambah mutu pendidikan.
C. Batasan Masalah
Pembatasan ruang lingkup permasalahan agar tidak terlalu meluas dalam penelitian ditetapkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan aspek competence, conscience dan compassion adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
2. Model pembelajaran ini akan diterapkan pada pembelajaran materi ekonomi SMA Kelas X yaitu Uang.
3. Karena keterbatasan waktu, penelitian ini hanya dilakukan di kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan competence siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta, melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi Uang?
3. Bagaimana meningkatkan compassion siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta, melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi Uang?
4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Uang dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk meningkatkan competence siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta melalui penerapan PPR pada pembelajaran materi Uang. 2. Untuk meningkatkan conscience siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto
Yogyakarta melalui penerapan PPR pada pembelajaran materi Uang. 3. Untuk meningkatkan compassion siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto
Yogyakarta melalui penerapan PPR pada pembelajaran materi Uang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan nilai guna bagi pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu:
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini, guru terinspirasi dalam penerapan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi Uang 3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi kemajuan lembaga pendidikan agar pendidikan semakin menuju ke arah mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Bagi Peneliti
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Pedagogi Reflektif
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma menurut KBBI merupakan kerangka berfikir atau model dari teori ilmu pengetahuan atau perubahan model. Jadi istilah paradigma dapat diartikan sebagai sebuah model atau teori pembelajaran. Sedangkan,
pedagogi tidak cukup diartikan sebagai sebuah metode mengajar atau ilmu mendidik, namun istilah pedagogi mempunyai pengertian meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya seorang siswa sehingga akan mencakup arah dan tujuan semua aspek pendidikan (Modul Tim PPR, 2010).
Reflektif berarti melihat kembali kejadian yang sudah dilakukan. PPR menjadikan siswa memahami kejadian di masa lalu dan memulai kegiatan ke depan dengan perubahan yang dilakukan.
Dengan demikian refleksi akan membentuk suara hati seperti keyakinan, nilai sikap, dan seluruh cara bernalar siswa sedemikian rupa sehingga siswa diantar dengan baik dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian dan kemampuannya (Modul Tim PPR, 2010).
menanamkan ajaran Ignatius untuk menjadi pribadi kristiani yang mengedepankan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
Dalam paradigma ini diharapkan seorang siswa tidak hanya berbuat sesuatu atas dasar tuntutan sebuah pembelajaran, melainkan dilandasi atas kemauan sendiri. Dorongan dari diri sendiri inilah yang ingin dicapai dalam PPR, agar siswa dapat melakukan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga siswa mampu merencanakan sebuah arah hidup yang utuh didasari dengan kemampuan tindakan yang bertanggung jawab.
2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif a. Bagi Siswa
Pendidikan membuat seorang siswa berkembang, jika pengetahuan yang diperoleh siswa dapat menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menjadi siswa yang hidup bermasyarakat, siswa harus belajar menjadi insan yang utuh dan unggul dalam segala bidang. Aspek kehidupan yang dapat diraih dalam pembelajaran melalui paradigma pedagogi reflektif menjadikan siswa memiliki kesadaran diri untuk belajar bagaimana menggambarkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dalam kehidupan nyata bermasyarakat (Modul Tim PPR, 2010).
nilai kognitif yang diperoleh siswa dengan realitas yang dialami oleh siswa dalam menemukan jati diri sebagai sosok pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan kata lain PPR ingin mendefinisikan sebuah ilmu pengetahuan dalam kehidupan nyata lewat sikap, sifat yang sesuai dengan ketajaman ilmu yang dimiliki dengan berkomitmen menjadi siswa yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
b. Bagi Pendidik
Pendidik yang baik adalah pendidik yang mengerti dengan utuh kebutuhan peserta didiknya. Kebutuhan siswa bukan hanya sekedar mendapatkan sebuah nilai yang bagus atau kenaikan kelas dengan prestasi yang gemilang. Peserta didik membutuhkan bekal, yaitu sebuah karakter diri yang melekat dalam diri siswa. Melalui PPR pendidik dapat mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang tidak hanya berfikir maju, namun juga bertindak sesuai dengan akhlak hidup sehingga menjadi makhluk yang berkualitas dan sempurna dalam sifat dan sikap.
3. Definisi Competence, Conscience, dan Compassion
Penelitian ini menerapkan PPR yang bertujuan untuk meningkatkan aspek competence, conscience, dan compassion (3C).
“Namun demikian di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas kaitannya dengan keilmuan (akademik), misalnya sikap dan minat” P3MP USD (2010:31). Jadi competence dalam hal ini dimaksudkan tingkat kecerdasan akan nilai dalam mengerjakan evaluasi sehingga memperoleh skor yang tinggi (kognitif), ketrampilan siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran (psikomotorik), dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilihat dari sikap dan minat siswa (afektif).
b. Conscience adalah kemampuan dalam mengolah kepekaan afeksi dan perasaan. Aspek conscience mengandung unsur-unsur moral yang membedakan antara benar dan salah. Aspek ini berhubungan erat dengan nurani yang memberi informasi untuk mengambil nilai-nilai kehidupan sebelum melakukan sebuah niat atau tindakan (http://en.wikipedia.org/wiki/Conscience). Kepekaan melihat nilai kehidupan dalam pembelajaran merupakan kunci terbentuknya conscience yang mengandung makna sesuai dengan tatanan yang ada, misalnya kedisiplinan dan ketelitian. Aspek conscience yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah nilai kejujuran dan nilai kerja keras/pantang menyerah.
ketrampilan peserta didik adalah dalam konteks pengabdian pada orang lain” P3MP USD (2010:31). Aspek compassion yang ingin dikembangkan adalah nilai kerja sama.
4. Siklus Dinamika PPR
Rangkaian kegiatan PPR memiliki siklus yang kontinuitas dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada umumnya siklus dinamika PPR di bagi menjadi 5 tahapan sebagai berikut:
a. Konteks
“Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai kesiapan siswa untuk belajar” (Modul Tim PPR, 2010). Konteks dalam hal ini berupa segala sesuatu yang dapat membantu dan menghambat proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat membantu dan menghambat perkembangan proses pembelajaran tidak hanya sesuatu yang ada dalam lingkungan sekolah seperti sarana dan prasarana sekolah, melainkan lingkungan dimana peserta didik mengalami interaksi dengan semua orang dalam hidup bermasyarakat, yaitu keluarga, keadaan lingkungan tempat tinggal, teman sepermainan, dengan segala sesuatu yang ada dalam memori siswa. (Modul Tim PPR, 2010).
pembelajaran. Dengan demikian siswa merasa lebih dekat dan mengenal proses pembelajaran yang disampaikan karena awal proses pembelajaran dimulai dari kegiatan mereka sehari-hari yang secara langsung maupun tidak langsung di bawa ke dalam kelas.
b. Pengalaman
Siklus kedua dalam PPR adalah mengenai pengalaman siswa yang terjadi dari implementasi sebuah teori yang didapat di dalam kelas. PPR tidak lepas dari pengaruh Ignatius dalam penerapannya. Belajar dari Ignatius, sebuah pengalaman pertobatan membuat dia semakin menyadari arti sebuah kehidupan dan pilihan hidup yang sesuai dengan dirinya. Dalam pelaksanaan PPR seorang siswa harus memiliki pengalaman pembelajaran secara nyata yang ada dalam masyarakat dengan hidup bermasyarakat dan terlibat langsung dalam kejadian.
c. Refleksi
Hal yang paling penting dalam PPR adalah refleksi, refleksi merupakan tahapan untuk menilai pengalaman yang telah dirasakan oleh siswa di dalam lapangan, mengenai apa yang baik dan apa yag buruk. Siswa diajak untuk selektif dengan meninjau kembali pengalaman yang dialami lewat sudut pandang siswa.
dari pengalaman yang terjadi dan mencoba menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Refleksi ini akan memunculkan pilihan yang tepat dalam pengambilan keputusan akan aksi yang akan dilakukan untuk memperbaiki kejadian atau pengalaman yang sudah dilakukan. Agar siswa dapat menemukan secara tepat apa aksi yang akan dilakukan, diharapkan guru membantu peserta didik dalam menemukannya (Modul Tim PPR, 2010).
d. Aksi
Aksi mencakup 2 hal sebagai berikut (Modul Tim PPR, 2010): 1) Pilihan-pilihan batin
Pilihan batin yang dimaksud adalah pilihan yang berupa sikap, kemauan, perasaan, dan sebagainya. Siswa akan tergerak untuk melihat pengalamannya dan memahami perasaan-perasaan akan pengalamannya secara afektif. Kemudian dari pertimbangan siswa itu akan muncul pilihan-pilihan yang dilandasi akan kebenaran.
2) Pilihan yang Dinyatakan secara Lahir
Siswa memiliki sebuah keyakinan untuk memilih sesuatu yang dianggap benar. Dengan keyakinannya itu siswa terdorong untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinannya. Proses inilah yang membentuk karakter siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang bersifat positif.
e. Evaluasi
diambil dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya evaluasi ini, siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman akan pola pikir, sikap dan tindakan sosial (Modul Tim PPR, 2010).
5. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif menurut pembelajaran yang diterapkan tim PPR kelompok Ignatius memiliki kekuatan dalam pembelajaran. Kekuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut (Modul Tim PPR, 2010):
a. Membantu siswa menyadari sejauh mana usaha yang telah dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan dirinya. b. Membantu siswa berlatih mempertimbangkan dan memilih
cara-cara yang paling baik dan benar.
c. Membantu siswa dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai pengertian dan kemampuannya.
d. Menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif
Selain kekuatan, Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki kelemahan sebagai berikut (Modul Tim PPR, 2010):
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Kesulitan dalam memunculkan nilai kemanusiaan secara lebih
menonjol.
B. Deskripsi Materi
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Uang. Uang merupakan materi yang diajarkan di kelas X semester 2. Materi ini merupakan pembelajaran yang terangkum dalam standar kompetensi ‘memahami uang dan perbankan’, dan kompetensi dasar ‘menjelaskan konsep permintaan dan penawaran uang‘. Materi uang mengandung pembahasan mengenai pengertian, jenis, fungsi dan keterkaitan antara permintaan dan penawaran.
Konsep uang sangat sering didengar oleh banyak orang. Kebanyakan orang akan mendefinisikan uang dengan cara yang sederhana. Jika ditanya mengenai pengertian uang orang akan menjawab dengan cepat dengan mengatakan bahwa uang adalah suatu benda yang diterima secara umum sebagai alat tukar dalam kehidupan masyarakat.
Alasan penulis memilih materi ini dikarenakan materi ini sudah relevan dengan kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Uang digunakan manusia untuk memperoleh barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup. Untuk isi materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Sukwiaty,dkk, 2009: 194-199):
1. Pengertian Uang
Dari jaman dahulu masyarakat sudah mengetahui mengenai perdagangan, diawali dari perdagangan dengan cara barter dan sampai saat ini orang sudah mendapatkan alat bantu yang disebut uang dalam memudahkan pertukaran.Uang yang dimiliki tiap negara berbeda-beda dan mempunyai nilai. Dengan memiliki nilai, maka dapat diukur perbandingan mata uang tiap-tiap negara.
melakukan barter dalam setiap transaksi dengan kegiatan barter, namun barter memiliki kelemahan yaitu:
a. Perekonomian barter memerlukan kehendak ganda yang selaras b. Sulit penentukan harga
c. Membatasi pilihan pembeli
d. Menyulitkan pembayaran dimasa depan e. Sulit menyimpan kekayaan
Beberapa ahli mendefinisikan uang sebagai berikut:
Uang adalah sebagai alat tukar (A.C. Pigou), yang dapat diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang (D.H. Robertson) dan pembelian jasa serta kekayaan berharga lainnya dan dapat digunakan untuk pembayaran utang (R.G. Thomas).
Secara umum uang dapat diartikan sebagai benda yang disetujui masyarakat sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar menukar barang dan jasa, dan sebagai alat penghitung kekayaan.
Berdasarkan pengertian mengenai uang, maka kita dapat mengetahui syarat suatu benda dapat dijadikan uang, yaitu:
a. Dapat diterima oleh masyarakat umum (acceptability)
b. Tidak mengalami perubahan dan tidak cepat rusak (durability) c. Nilainya tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
yang lama (stability of value)
d. Praktis dan mudah dibawa kemana-mana (portability) e. Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai (divisibility) f. Kualitasnya relatif sama (uniformity)
g. Jumlahnya terbatas dan tidak mudah dipalsukan (scarcity) Nilai Mata Uang
a. Nilai Nominal adalah nilai yang tertera pada uang tersebut. b. Nilai Intrinsik adalah nilai dari bahan yang dipergunakan
untuk membuat mata uang tersebut.
c. Nilai Riil/Tukar (Nilai Internal) adalah nilai uang yang diukur dengan kemampuan uang tersebut untuk ditukar dengan barang atau jasa.
d. Nilai Eksternal adalah nilai uang yang diukur dengan kemampuannya untuk ditukarkan dengan valuta asing.
FUNGSI UANG Fungsi Asli
a. Fungsi uang sebagai alat tukar
b. Sebagai satuan hitung
Berhubungan dengan jasa yang diberikan, jasa dari hasil pekerjaan dapat dinilai dengan satuan uang yang diterima setiap bulan.
Fungsi Turunan
Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain:
a. Uang sebagai alat pembayaran yang sah
Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan beragam tidak dapat dipenuhi melalui cara tukar-menukar atau barter. Guna mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan, manusia memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima semua orang, yaitu uang.
b. Uang sebagai alat pembayaran utang
Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.
c. Uang sebagai alat penimbun kekayaan
Sebagian orang biasanya tidak menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk keperluan di masa datang.
d. Uang sebagai alat pemindah kekayaan
Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan menggunakan uang hasil penjualan rumah yang lama.
e. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Apabila nilai uang stabil orang lebih bergairah dalam melakukan investasi. Dengan adanya kegiatan investasi, kegiatan ekonomi akan semakin meningkat.
JENIS UANG
Menurut berlakunya sebagai alat pembayaran
a. Uang kartal. Uang yang diterbitkan oleh pemerintah, dalam hal ini bank sentral yaitu uang kertas dan logam
b. Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk deposito, cek dan rekening giro yang dikeluarkan oleh bank umum
Menurut Niainya
pada uang tersebut. Contohnya: uang Rp1.000,00 dibuat dengan bahan yang dihargai Rp1000,00.
b. Token Money adalah mata uang yang nilai nominalnya lebih besar dari pada nilai intrinsiknya. Contohnya: uang kertas Rp100.000,00 dibuat dengan bahan yang kurang dari Rp100.000,00.
Menurut bahan pembuatnya
a. Uang kertas (ongkos pembuatannya murah, mudah dibawa) b. Uang logam (emas dan perak)
Menurut lembaga yang mengeluarkan a. Bank sentral (menciptakan uang kartal) b. Bank umum (menciptakan uang giral)
2. Permintaan Uang
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diinginkan olleh seluruh masyarakat untuk mengadakan transaksi pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Menurut teori Keynes, permintaan uang yang dilakukan oleh masyarakat didasari oleh tiga macam motif yaitu sebagai berikut:
a. Motif Transaksi
Motif transaksi dilakukan karena orang membutuhkan uang tunai untuk melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. Berdasarkan motif ini pendapatan sangat memengruhi permintaan uang. Jika pendapatan nail, nilai barang dan jasa yang kita beli juga naik, sehingga membutuhkan uang lebih banyak untk transaksi.
b. Motif Spekulasi
Spekulasi berarti melakukan tindakan atas dasar ramalan perubahan nilai harta di masa depan. Dengan adanya spekulasi berarti akan mengurangi permintaan uang. Motif spekulasi bertujuan untuk mencari keuntungan dari permintaan uang. c. Motif berjaga-jaga
Kebutuhan ini dipengaruhi oleh biaya menyimpan uang yang ditentukan oleh tingkat bunga. Dalam hal ini, fungsi uang adalah sebagai penyimpan nilai kekayaan/aset.
3. Penawaran Uang
Penawaran uang adalah jumlah uang yang ada dan siap beredar untuk kperluan transaksi bagi masyarakat pada suatu wilayah dan waktu teretentu. Kurva penawaran uang pada umumnya memiliki slope positif. Para ahli ekonomi klasik membedakan teori uang dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut: a. Teori Kuantitas Uang
sama persentasenya dengan tingkat harga. Artinya, apabila harga barang bertambah 5%, maka harga-harga juga bertambah 5% dan apabila harga barang berkurang 5%, maka harga-harga juga berkurang 5%.
b. Teori sisa Tunai
Teori sisa tunai menerangkan sifat hubungan antara penawaran dan tingkat harga. Teori ini berpendapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan harga-harga yang sama tingkatnya.
Adapun penawaran uang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat pada jangka waktu tertentu.
b. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga dapat memengaruhi jumlah uang beredar. Apabila suku bunga rendah, orang enggan untuk menabung di bank sehingga jumlah uang yang beredar banyak.
c. Selera Masyarakat
Pengaruhnya pada saat ada pergantian model atau tren suatu barang, maka permintaan terhadap barang tersebut tanpa memengaruhi jumlah uang beredar.
d. Harga Barang
Apabila harga barang naik, maka peredaran uang akan semakin cepat karena dibutuhkan banyak uang untuk membeli barang tersebut.
e. Fasilitas Kredit
Apabila masyarakat suka akan penggunaan kredit, maka dengan sendiriya penggunaan uang tunai akan berkurang. f. Kekayaan Masyarakat
Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat semakin besar apabila variasi kekayaan masyarakat sedikit. Sebaliknya apabila masyarakat memiliki banyak pilihan bentuk kekayaan, misalnya dalam bentuk tabungan, saham, tanah, dll maka jumlah uang yang beredar akan menurun.
C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi
1. Alasan mengembangkan 3C melalui penerapan PPR dalam materi Uang dan perbankan:
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran ekonomi khususnya materi Uang dan Perbankan diharapkan dapat mengembangkan 3C.
Dalam kehidupan, banyak dijumpai wahana atau sarana untuk mempelajari pengetahuan mengenai uang dan perbankan: dari berbagai buku, majalah, surat kabar, televisi dan lain sebagainya. Namun proses pembelajaran tersebut hanya menyediakan unsur kognitif atau competence saja. Oleh sebab itu pengembangan conscience dan compassion sangat penting guna mempertajam kemampuan siswa dalam memahami materi uang dan perbankan.
2. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui materi Uang: a. Nilai Kejujuran
Materi uang memberikan pembelajaran agar manusia mampu bersikap jujur dalam bertindak, terlebih yang berkaitan dengan masalah kepentingan orang banyak. Hal ini tampak pada cara seseorang mendapatkan uang dengan tidak merugikan orang lain.
b. Nilai Kerja Keras dan Pantang Menyerah
Pembelajaran yang mengajarkan kepada manusia untuk bekerja keras dan pantang menyerah dalam pemenuhan kebutuhan atau mencari penghasilan.
c. Nilai Kerja sama
Pembelajaran di dalam kelas merupakan sarana untuk membangun nilai kerja sama siswa dalam membantu teman yang sulit memahami pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa diajak berperan aktif sesuai dengan inisiatif pribadi dalam menumbuhkan nilai kerja sama.
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Menurut Sulipan,
penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Sebuah situs pendidkan memaparkan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran”. Selain untuk meningkatkan mutu pemahaman, PTK dilaksanakan untuk mencari hal-hal baru dalam sarana pendidikan agar tujuan pendidikan semakin terarah.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Penetlitian tindakan kelas pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Berikut disebutkan beberapa tujuan PTK menurut lembaga edukasi:
a. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
c. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
d. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
e. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
f. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
h. Memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja.
i. Menemukan pemecahan masalah yang dihadapi sesorang dalam tugasnya sehari-hari dimana pun tempatnya, di kelas, di kantor, di rumah sakit, dan seterusnya.
3. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas biasanya dilakukan lebih dari satu kali siklus penelitian. Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh untuk siklus berikutnya jauh lebih baik dari siklus sebelumnya.
Siklus PTK adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I Siklus II
4. Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:39) tahap-tahap penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu rancangan tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.
c. Observasi
Observasi, pengamatan, atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat observasi pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya pelaksanaan tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.
5. Manfaat yang bisa diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK, yang diungkapkan oleh Susilo terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat di bawah ini (Susilo, 2007:18):
a. Inovasi Pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik
d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus. Pengkajian data hasil pra penelitian akan dilakukan pada siklus I. Setelah itu merancang pembelajaran untuk penelitian pada siklus II.
E. Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran merupakan suatu alat pendukung yang dapat membantu guru dalam mengajar di kelas. Siswa akan dapat memahami materi dengan baik apabila metode pembelajaran yang digunakan pun sesuai dengan materi. Selain dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, guru diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran di kelas. Dengan begitu, siswa akan terbiasa untuk menerapkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut di luar kelas. Namun faktanya, sekarang ini masih banyak sekolah-sekolah khususnya sekolah kristiani yang masih belum menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran. Guru-guru dalam sekolah tersebut cenderung hanya menerapkan pemahaman saja tentang materi yang diajarkan, sehingga hanya nilai akademik saja yang ditingkatkan.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris dengan alat uji yang ada. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan PPR dapat meningkatkan competence siswa kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta melalui penerapan PPR dalam pembelajaran materi uang.
2. Penerapan PPR dapat meningkatkan conscience siswa kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta melalui penerapan PPR dalam pembelajaran materi uang.
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan terapkan dalam penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagaimana dijelaskan oleh Basrowi dkk (Basrowi dkk: 2005), PTK merupakan penelitian yang bersifat situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu misalnya masalah pembelajaran dalam kelas atau sekolah tertentu. Analisis data bersifat kualitatif pada suatu konteks tertentu sehingga hasil penelitian hanya berlaku untuk kelas yang diteliti dengan materi tertentu saja. Jadi hasil dari penelitian merupakan generalisasi dari penelitian untuk peserta didik kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Kolese De Britto, Jl. Laksda Adisucipto 161, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi dua siklus. Tahap prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
2. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian a. Persiapan Kegiatan
Persiapan dimulai dengan melakukan pengkajian atas standar kompetensi/kompetensi dasar terutama pada materi uang, menyusun RPP, membuat kisi-kisi dan evaluasi. Penyusunan rencana dilakukan untuk mengetahui peningkatan competence, conscience dan compassion pada materi uang pelajaran ekonomi semester 2 kelas X dalam dua siklus.
b. Perencanaan Kegiatan
Hal-hal yang diperlukan dalam penelitian pada tahap perencanaan kegiatan sebagai berikut:
1. Desain pembelajaran siklus I
a) Materi : Uang
b) Sub Materi : Menjelaskan pengertian, jenis dan fungsi uang
c) Mata Pelajaran : Ekonomi
d) Sarana Pembelajaran : Pengertian, jenis dan fungsi uang e) Kegiatan Pembelajaran :
(1) Siswa mengerjakan soal pre test untuk mengukur competence siswa.
(3) Guru memberikan materi pembelajaran mengenai pengertian uang.
(4) Guru membagi kelompok dan kelompok memainkan permainan peta konsep.
(5) Guru menuntun siswa untuk mempresentasikan hasil dari diskusi pada permainan peta konsep siswa.
(6) Guru mengambil nilai kerja sama yang harus dikembangkan dalam proses diskusi berlangsung.
(7) Guru menuntun siswa untuk melihat unsur kejujuran dalam sebuah cerita untuk menunjang materi yang diajarkan
(8) Guru mengajak siswa untuk melakukan permainan puzzle sebagai pengalaman pada proses pembelajaran
(9) Siswa diajak untuk melihat pengalaman-pengalaman untuk melalui pertanyaan-pertanyaan yang menunjang materi dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalam penayangan video. Nilai yang ingin diambil dari penayangan video adalah nilai kerja keras dan pantang menyerah.
(11)Guru memberikan pertanyaan aksi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan yang mereka dapatkan dari penayangan video.
(12)Guru memberikan evaluasi dalam bentuk lisan kepada siswa.
2. Desain pembelajaran siklus II
1. Materi : Uang
2. Sub Materi : Menjelaskan permintaan dan penawaran uang
3. Mata Pelajaran : Ekonomi
4. Sarana Pembelajaran : Permintaan dan penawaran uang 5. Kegiatan Pembelajaran :
(1) Siswa mengerjakan pre test
(2) Guru menjelaskan pengertian permintaan dan penawaran uang.
(3) Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok untuk melakukan permainan.
(5) Siswa diajak untuk memetik nilai-nilai yang terkandung dalam pengalaman-pengalaman mengerjakan soal diskusi. Nilai yang dapat diambil adalah nilai kerja sama.
(6) Guru memberikan cerita tentang kejujuran sebagai penunjang materi.
(7) Guru menayangkan video sebagai penunjang akan nilai yang dapat diambil dalam pembelajaran yaitu kerja keras dan pantantg menyerah.
(8) Siswa diminta untuk memilih satu dari pengalaman yang tidak baik dan mencoba untuk melakukan sesuai dengan nilai yang telah ditemukan.
(9) Siswa diminta untuk membuat refleksi atas nilai yang diambil dari pengalaman.
(10)Guru memberikan pertanyaan aksi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan yang mereka dapatkan dari penayangan video.
(11)Siswa mengerjakan post test.
c. Proses Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan sarana pembelajaran dan materi ajar yang ingin dilaksanakan dalam penelitian.
2) Melaksanakan desain pembelajaran sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh peneliti pada materi uang.
3) Melakukan evaluasi pembelajaran di setiap akhir siklus dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan berupa soal secara lisan atau tertulis yang berkaitan dengan competence, conscience, dan compassion.
d. Refleksi
Setelah melakukan penelitian, peneliti merefleksikan hasil penelitian sebagai pemaknaan dalam pengalaman meneliti. Refleksi bertujuan untuk menemukan pertimbangan-pertimbangan untuk pembenahan atas pengaruh dari kegiatan yang telah dilakukan. Pengaruh yang diharapkan berupa perkembangan mutu siswa dalam hal competence, conscience, dan compassion.
3. Gambaran umum langkah-langkah pembelajaran:
a. Siklus Pertama 1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dimulai oleh guru menegaskan kepada siswa bahwa materi yang diberikan hari ini adalah uang. Setelah menegaskan materi yang akan dipelajari, guru memberikan soal pre test untuk mengukur competence siswa. Guru memulai pembelajaran dengan menerapkan aspek PPR yang pertama, yaitu konteks. Aspek konteks ini akan dilakukan oleh guru dan siswa untuk mempersiapkan pembelajaran dengan melihat kejadian-kejadian langsung yang dialami siswa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran materi uang. Selanjutnya guru memotivasi siswa sebelum melakukan proses pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
kerja keras dan pantang menyerah. Siswa diharapkan dapat mencermati dan mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
3) Kegiatan Penutup
Guru mengajak siswa untuk berefleksi, dengan memberikan pertanyaan tentang nilai apa yang dapat diambil dari penayangan video tersebut. Setelah itu guru memberikan pertanyaan aksi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan yang mereka dapatkan dari pengalaman pembelajaran. Sebagai evaluasi, guru memberikan soal post test secara lisan sebagai bentuk evaluasi.
b. Siklus Kedua 1) Kegiatan Awal
Siklus kedua, siswa mengerjakan soal pre test. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mencari pengalaman-pengalaman siswa dalam konteks dan guru menjekaskan hubungan antara materi hari ini dengan materi pada pertemuan sebelumnya guna membuka pembelajaran. Setelah itu, guru memotivasi siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.
2) Kegiatan Inti
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada bagian ini, guru memancing siswa untuk sharing atas pengalaman dan kejadian pada saat berlansungnya diskusi kelompok. Setelah itu guru dan siswa membuat daftar pengalaman dan kejadian tersebut dan memisahkan antara pengalaman dan kejadian yang baik dan kurang baik. Dari kejadian tersebut, guru mengajak siswa merenung mengenai nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari pengalaman dan kejadian yang terjadi atau dialami oleh siswa.
Guru memberikan cerita dan membahas cerita tersebut untuk diambil makna yang terkandung di dalamnya. Cerita tersebut berisis tentang makna sebuah kejujuran yang terjadi dalam masyarakat. Setelah itu guru memberikan tayangan video mengenai nilai kerja keras dan pantang menyerah sebagai sarana dalam pencapaian nilai yang ingin dipetik pada materi yang diajarkan.
3) Kegiatan penutup
E. Instrumen Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian
Pada tahap ini peneliti meminta hasil evaluasi siswa atas hasil pembelajaran untuk materi yang sudah dievaluasi, terutama materi yang diajarkan sebelum materi uang. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil competence siswa. Instrumen yang digunakan untuk menilai conscience, dan compassion adalah lembar observasi berupa catatan anekdotal dan lembar penilaian skala sikap, minat dan moral dalam bentuk kuesioner. Selain itu peneliti melakukan wawancara kepada guru mitra untuk mendalami permasalahan yang terjadi pada materi tersebut. Instrumen yang digunakan sebagai berikut:
a. Lembar Observasi Kegiatan Guru
Lembar observasi guru dibuat untuk mengamati kegiatan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan untuk merekam semua kegiatan guru di dalam kelas. Lembar observasi berbentuk catatan anekdotal dan check list. Lembar observasi guru dapat dilihat pada (lampiran 3).
b. Lembar Observasi Kegiatan Siswa
c. Lembar Observasi Kegiatan Kelompok
Lembar observasi kelompok dibuat untuk mengamati kegiatan siswa secara kelompok. Lembar observasi kegiatan kelompok dapat dilihat pada (lampiran 11).
d. Lembar Refleksi dan Aksi
Instrumen refleksi dibuat untuk membantu siswa berefleksi dalam mengambil makna atau nilai dari pengalaman pembelajaran yang diperoleh siswa. Sedangkan instrumen aksi dibuat sebagai sara siswa untuk menemukan niat atau aksi yang ditemukan dalam refleksi. Instrumen refleksi dan aksi dapat dilihat pada (lampiran 19).
e. Instrumen Tes
Instrumen tes dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda yang mencakup materi uang dan perbankan. Instrumen tes dibuat untuk mengukur competence siswa pada awal dan akhir siklus. Pada siklus I soal tes berjumlah 20 butir soal. Sedangkan pada siklus II soal tes berjumlah 20 butir soal. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada (lampiran 37, 38 dan 39).
f. Instrumen untuk Mengukur Aspek Competence, Conscience dan Compassion
(lampiran 30), menggunakan kuesioner skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang diberi tanda () pada lembar yang telah disediakan yaitu 5, 4, 2, dan 1. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah sangat setuju (5) diberi skor 5, setuju (4) diberi skor 4, tidak setuju (2) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (1) diberi skor 1. 1) Instrumen Pengukuran Sikap
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Sikap terhadap Pembelajaran Ekonomi dengan Pola PPR
Indikator Pengukuran Sikap Pernyataan
Positif Negatif 1. Ada rasa senang dalam
pembelajaran
2. Tanggap terhadap situasi pembelajaran
3. Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
1, 4, 7, 8, 10 2, 3, 12, 14, 15
5, 9, 11, 13
6
2) Instrumen Pengukuran Minat
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Minat terhadap Pembelajaran Ekonomi dengan Pola PPR
Indikator Pengukuran Minat Pernyataan
Positif Negatif 1. Kesadaran dalam belajar
2. Keinginan untuk mencapai tujuan
3. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar
4. Kedisiplinan dalam belajar 5. Ketertarikan terhadap pelajaran
1, 7 4, 10, 12 2, 3, 5, 9, 15
3) Instrumen Pengukuran Nilai Kerja Keras/Pantang Menyerah Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Nilai Kerja Keras/Pantang Menyerah terhadap Pembelajaran Ekonomi dengan Pola PPR
Indikator Pengukuran Nilai Kerja Keras/Pantang Menyerah
Pernyataan Positif Negatif 1. Penanaman Nilai Kerja Keras/
Pantang Menyerah
2. Realisasi Nilai Kerja Keras/
4) Instrumen Pengukuran Nilai Kejujuran Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Nilai Kejujuran terhadap Pembelajaran Ekonomi dengan Pola PPR
Indikator Pengukuran Nilai Kejujuran Pernyataan Positif Negatif 1. Keberanian untuk mengungkapkan
kejujuran
2. Bertindak untuk jujur 3. Manfaat bersikap jujur
10 5, 6, 8
2, 4, 7 3 1, 9
5) Instrumen Pengukuran Nilai Kerja sama Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Nilai Kerja Sama terhadap Pembelajaran Ekonomi dengan Pola PPR
Indikator Pengukuran Nilai Kerja sama
Pernyataan Positif Negatif 1. Kepedulian terhadap teman
2. Berpartisipasi aktif dalam diskusi 3. Manfaat dalam kerja sama
4. Memiliki sikap kerja sama
2. Tahap Penelitian
Tahap ini, penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah disediakan dari RPP, lembar kerja siswa, lembar refleksi, evaluasi dalam pengukuran competence, conscience, dan compassion. Bentuk tes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pre test b. Kuesioner
1) Penilaian Sikap (terlampir) 2) Penilaian Minat (terlampir) 3) Penilaian Moral (terlampir) c. Post test
3. Validitas Instrumen
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian membutuhkan data yang lengkap agar hasil dari penelitian dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Untuk itu dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan peneliti dengan melihat aktivitas guru pada saat memberikan pembelajaran di kelas. Observsi juga dilakukan terhadap siswa pada saat guru sedang mengajar, terkait dengan keaktifan dan tanggapan siswa atas pengajaran yang dilakukan guru. Selain itu observsi dilakukan terhadap keadaan dan suasana kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung secara lisan kepada kepala sekolah untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu wawancara kepada guru dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di kelas berkaitan dengan competence, conscience dan compassion.
3. Dokumentasi
4. Tes
Metode tes digunakan untuk mengukur competence siswa. Tes ini disusun dalam bentuk soal pilihan ganda sesuai dengan indikator materi, yang diberikan pada awal dan akhir siklus.
5. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan poin-poin pertanyaan mengenai sesuatu masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk mengukur conscience dan compassion siswa. Kuesioner diberikan pada pra penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil dari pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Deskriptif
Dalam menganalisis data digunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Analisis data dilakukan dengan cara:
c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) (Sukardjo, 2005:53).
Berdasarkan perhitungan rumus konversi (lampiran 33), maka data kuantitatif dijadikan data kualitatif dengan skala lima. Kriteria konversi data dapat dilhat pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
Interval Skor Kriteria
X > 4,21 Sangat baik
3,40 < X ≤ 4,21 Baik
2, 60 < X ≤ 3,40 Cukup baik
1,79 < X ≤ 2,60 Kurang baik
X ≤ 1,79 Sangat kurang baik
Sedangkan untuk hasil refleksi, indikator atau nilai yang ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut:
Tabel 3.7
Pernyataan Kualitatif Hasil Refleksi
Kesimpulan Keterangan
Belum Terlihat Apabila siswa belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator Mulai Terlihat
Apabila siswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten
Mulai Berkembang
Apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten
Membudaya
2. Komparatif