• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION PESERTA DIDIK KELAS II SD MARIA ASSUMPTA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Nama : Elia Maya Dewi NIM : 091134229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGIK REFLEKTIF ( PPR ) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION PESERTA DIDIK KELAS II SD MARIA ASSUMPTA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

2011

2011

(3)

iii

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGIK REFLEKTIF ( PPR ) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION PESERTA DIDIK KELAS II SD MARIA ASSUMPTA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

.

(4)

iv

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Keluargaku yang tercinta;

Suamiku M.Supriyadi, anakku Angela Sari Aprilia Damayanti ayahku Yosep Tandyo Martono dan

(5)

v

Bertekun dan maju sampai akhir. Selagi ada hidup pasti ada harapan.

(6)

vi

(7)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Elia Maya Dewi

Nomor Mahasiswa : 091134229

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Kelas II SD Maria Assumpta Tahun Pelajaran 2010/2011”

Beserta perangkat yang diperlukan (jika ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

(8)

viii

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION (3C)

PESERTA DIDIK KELAS II SD MARIA ASSUMPTA KLATEN Elia Maya Dewi

Universitas Sanata Dharma 2011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan competence, conscience, dan

compassion peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten melalui penerapan

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah panduan pertanyaan wawancara, lembar observasi, catatan anekdotal, dan soal tes tertulis. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah (1) mendeskripsikan kondisi awal, (2) mendeskripsikan proses dan hasil siklus I, (3) mendeskripsikan proses dan hasil siklus II, (4) membandingkan competence,

conscience, dan compassion peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten

sebelum dan sesudah penerapan PPR.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, conscience,

dan compassion peserta didik kelas II SD Maria Assumpta Klaten. Pada akhir siklus

I, competence, conscience, compassion peserta didik telah mengalami peningkatan.

Pada akhir siklus II, competence mengalami sedikit penurunan. Tetapi conscience,

dan compassion peserta didik mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.

Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor akhir pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu sebesar 73 sebelum ada tindakan, menjadi 83,1 pada akhir siklus I, dan menjadi 82,4 pada akhir siklus II. Demikian juga dengan mata pelajaran IPS terjadi peningkatan nilai, yaitu 72 sebelum ada tindakan, menjadi 91,8 pada akhir siklus I, dan menjadi 90,8 pada akhir siklus II.

Kata kunci: Paradigma Pedagogi Reflektif, tematik, competence, conscience,

(9)

ix

(PPR) IN THEMATIC LEARNING TO INCREASE THE

COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION (3C)

OF THE SECOND GRADE STUDENTS OF MARIA ASSUMPTA ELEMENTARY SCHOOL KLATEN Klaten by the application of reflective pedagogy paradigm in the thematic learning of Social knowledge and Indonesian language .

This research is a qualitative Classroom Action Research (CAR) design. The data collection was done by method which consists of observation, interview, test, quecioner, and documentation. The instrument used in this research are guided interview, observation, anecdotal notes, and written tests. Some steps used to analyze the data are (1) describing the preliminary condition, (2) describing the first cycle result and process, (3) describing the second cycle result and process, and (4) comparing the competence, conscience, and compassion of the second grade students in Maria Assumpta elementary school Klaten before and after the application of reflective pedagogy paradigm.

The result of this research shows that the application of reflective pedagogy paradigm in the thematic learning is able to increase the competence, conscience, and compassion of the second grade students in Maria Assumpta elementary school Klaten. At the end of the first cycle process, the students competence, conscience, and compassion have increased. At the end of the second cycle process the students competence a little bit decreases. But the students conscience and compassion have increased compared with the first cycle. It is shown by the increase of the final mark of Indonesian language course. That is 73 before having an action and it increases to 83,1 at the of the first cycle, and increases to 82,4 at the end the second of cycle . It is the same with the Social knowledge lesson, which increases its score to 72, before there is an action and increases to 91,8 at the end of the first cycle process, and become/increases to 90,8 at the end the second cycle process.

(10)

x

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat kelulusan Program SI PGSD Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang besar-besarnya kepada:

1. Drs. R. Rohandi., M.Ed., Ph.D. dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini.

2. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dengan tulus untuk membimbing, mendampingi, memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. B. Indah Nugraheni, SPd., S.I.P., M.Pd. dosen pembimbing II, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing skripsi ini.

5. Suster Paulina Ping S.Pd., OSU Kepala Sekolah SD Maria Assumpta Klaten yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian di SD Maria Assumpta. 6. Guru-guru SD Maria Assumpta terutama ibu Antin Indaryani guru kelas II yang

(11)

xi penelitian.

8. Keluarga tercinta.

9. Rekan satu tim penelitian kolaboratif yang selalu memberikan bantuan, kritik dan saran selama proses penelitian dan selama penulisan skripsi.

10.Teman-teman SI PGSD kelas B angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan, persahabatan, dan kebahagiaan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

(12)

xii

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PESEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Batasan Pengertian ... 4

E. Pemecahan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 6

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 9

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 9

2. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif ... 9

(13)

xiii

5. Kekuatan dan Kelemahan PPR ... 16

B.Pembelajaran Tematik ... 17

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 17

2. Prinsip Pembelajaran Tematik ... 18

3. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 19

4. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik ... 21

5. Kekuatan Pembelajaran Tematik... 21

6. Kekurangan dalam Pembelajaran Tematik ... 23

C.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 24

1. Pengertian PTK ... 24

2. Karakteristik PTK ... 25

3. Tujuan PTK ... 26

4. Langkah-langkah PTK ... 26

D.Kurikulum ... 27

1. Pengertian Kurikulum ... 27

2. Kurikulum kelas II mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS ... 28

E. Peserta didik ... 29

1. Pengertian Peserta Didik ... 29

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Awal SD ... 30

F. Kerangka Berfikir ... 32

G.Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A.Jenis Penelitian ... 34

B.Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 34

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D.Rencana Penelitian ... 35

(14)

xiv

G.Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 57

A.Diskripsi Sekolah ... 57

B.Kurikulum Bahasa Indonesia dan IPS Kelas II ... 59

C.Kondisi Peserta Didik Kelas II SD Maria Assumpta ... 61

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A.Deskripsi Data ... 65

1. Pra Penelitian ... 65

2. Siklus I ... 73

3. Siklus II ... 94

B. Analisis Komparasi Tentang Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 116

1. Competence………... ... 116

2. Conscience ... 118

3. Compassion ... 119

BAB VI PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

LAMPIRAN ... 126

(15)

xv

Halaman

Tabel 4.1. Peserta Didik Kelas II ... 62

Tabel 4.2. Jadwal Pelajaran Kelas IIB ... 63

Tabel 5.1. Hasil Wawancara Peneliti Dengan Pendidik ... 66

Tabel 5.2. Hasil Observasi Pendidik Pra Penelitian ... 68

Tabel 5.3. Hasil Pengamatan Kondisi Awal Peserta Didik ... 69

Tabel 5.4. Kondisi Awal Nilai Kognitif Bahasa Indonesia dan IPS ... 71

Tabel 5.5. Hasil Pengamatan Terhadap Pendidik Siklus I ... 79

Tabel 5.6. Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I ... 82

Tabel 5.7. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Siklus I ... 83

Tabel 5.8. Daftar Nilai IPS Siklus I ... 83

Tabel 5.9. Nilai Non Tes Untuk Conscience dan Compassion Siklus I .. 86

Tabel 5.10. Banyak Respon Pada Skala Sikap Siklus I ... 88

Tabel 5.11. Banyak Respon Pada Skala Minat Siklus I ... 89

Tabel 5.12. Hasil Akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus I ... 91

Tabel 5.13. Hasil Akhir Mata Pelajaran IPS Siklus I ... 92

Tabel 5.14. Hasil Pengamatan Terhadap Pendidik Siklus II ... 101

Tabel 5.15. Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II ... 103

Tabel 5.16. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Siklus II ... 105

Tabel 5.17. Daftar Nilai IPS Siklus II ... 106

Tabel 5.18. Nilai Non Tes Untuk Conscience dan Compassion Siklus II 108 Tabel 5.19. Banyak Respon Pada Skala Sikap Siklus II ... 109

Tabel 5.20. Banyak Respon Pada Skala Minat Siklus II... 110

Tabel 5.21. Hasil Akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siklus II ... 112

Tabel 5.22. Hasil Akhir Mata Pelajaran IPS Siklus II ... 114

(16)

xvi

(17)

xvii

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 126

Lampiran 2. Jaring-Jaring Tema ... 130

Lampiran 3 . Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 132

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 139

Lampiran 5. Soal Tes Prestasi Hasil Belajar Siklus I... 145

Lampiran 6. Kunci Jawaban Siklus I ... 147

Lampiran 7. Rubrik Penilaian Siklus I ... 148

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 151

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 159

Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Hasil Belajar Siklus II ... 167

Lampiran 11. Kunci Jawaban ... 169

Lampiran 12. Rubrik Penilaian Siklus II ... 170

Lampiran 13. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Pra Penelitian 173 Lampiran 14. Lembar Observasi Umum Aktivitas Peserta Didik Siklus I 176 Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Pendidik ... 174

Lampiran 16. Pedoman Wawancara Peneliti Kepada Pendidik ... 176

Lampiran 17. Lembar Observasi Guru/Siswa/Kelompok Kelas Pra Penelitian ... 178

Lampiran 18. Lembar Observasi Guru/Siswa/Kelompok Kelas Siklus I 179 Lampiran 19. Lembar Observasi Guru/Siswa/Kelompok Kelas Siklus II 180 Lampiran 20. Lembar Refleksi Guru Mitra Siklus I ... 181

Lampiran 21. Lembar Refleksi Guru Mitra Siklus II ... 183

Lampiran 22. Skala Sikap Siklus I ... 185

Lampiran 23. Skala Minat Siklus I ... 186

Lampiran 24. Skala Sikap Siklus II ... 188

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Driyarkara (1980) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani yang harus diwujudkan didalam seluruh proses atau upaya pendidikan (Hera Lestari Mikarsa, 2007: 1.2).

Teori pendidikan semacam ini senada dengan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). PPR adalah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman, masalah dunia dan kehidupan serta pengembangan nilai – nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai – nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya (Gema Kanisius, Oktober 2010 : 7). PPR ini memiliki 3 tujuan yaitu meningkatkan competence, conscience dan compassion peserta didik. Adapun pengertian dari competence yaitu kualitas yang unggul bagi peserta didik, conscience diartikan kepekaan dan ketajaman hati nurani, dan

compassion adalah sikap peduli terhadap sesama . Sedangkan pola dari PPR

itu sendiri adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

(19)

dengan guru kelas II dan peneliti mendapat informasi bahwa di kelas II mengalami permasalahan dalam 3C. Sebagai contoh pada mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia, prestasi belajar beberapa peserta didik masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Rata – rata nilai untuk mata pelajaran IPS adalah 72 dan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 73. Sementara KKM untuk kedua mata pelajaran tersebut adalah 75. Berkaitan dengan 3C tersebut maka competence dapat disebabkan antara lain karena pada saat proses belajar mengajar peserta didik senang mengobrol dengan teman serta kurang mendengarkan pendidik dalam menerangkan materi ajar sehingga peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam menyelesaikan tugas peserta didik mengerjakan dengan semaunya sendiri, dan kurang teliti dalam mengerjakan tugas. Hal ini juga berhubungan dengan conscience peserta didik yaitu peserta didik cenderung ramai, kedisiplinan dan kerapiannya. Sedangkan yang berkaitan dengan

compassion yaitu ada peserta didik kurang kurang berminat untuk mengambil

bagian ketika bekerjasama menyelesaikan tugas kelompok, peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya.

(20)

tema mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5). Dengan demikian pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik akan menjadi lebih bermakna dan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik yang mana di usia itu peserta didik akan lebih mudah memahami hal – hal yang kongkrit dan kontekstual.

Penerapan PPR dalam Pembelajaran Tematik di kelas 2 SD Maria Assumpta Klaten akan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama dilihat hasilnya apabila pada siklus pertama belum baik akan ditingkatkan pada siklus dua. Dengan melalui PPR tematik ini diharapkan dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang aktif, kreatif serta inovatif dan menyenangkan bagi peserta didik karena peneliti merancang dan menyajikan materi secara konkrit yang dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik yang berada di kelas II.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan

Compassion (3C) Peserta Didik kelas II SD Maria Assumpta Tahun Pelajaran

2010 / 2011

B. Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan competence,

(21)

pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS menggunakan tema lingkungan di semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.

C. Rumusan Masalah

Berdasar uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bagaimana meningkatkan competence, conscience, compassion peserta didik di kelas 2 SD Maria Assumpta Klaten melalui penerapan PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS?

2. Apakah melalui penerapan PPR dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS dapat meningkatkan competence,

conscience, compassion peserta didik kelas 2 SD Maria Assumpta Klaten?

D. Batasan Pengertian

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu diperjelas diantaranya yaitu :

(22)

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Trianto, 2009:79).

3. Competence adalah kualitas yang unggul bagi peserta didik. Conscience

adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama (Masijo, 2009:3).

4. Peserta didik kelas II adalah peserta didik di SD Maria Assumpta Klaten yang jumlah peserta didiknya 35 orang diantaranya 17 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan yang nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia masih di bawah KKM.

5. IPS adalah pembelajaran yang diarahkan untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (KTSP).

6. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (KTSP).

(23)

Ada beberapa masalah yang ada di kelas II diantaranya berkaitan dengan nilai IPS dan Bahasa Indonesia di bawah KKM. Competence yaitu, pada saat proses belajar mengajar, senang mengobrol dengan teman serta kurang mendengarkan pendidik dalam menerangkan materi ajar sehingga peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam menyelesaikan tugas peserta didik mengerjakan dengan semaunya sendiri, dan kurang teliti dalam mengerjakan tugas. Hal ini juga berhubungan dengan

conscience peserta didik yaitu cenderung ramai saat proses pembelajaran,

kedisiplinan dan kerapiannya. Sedangkan yang berkaitan dengan compassion yaitu sebagian peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerjasama menyelesaikan tugas kelompok. Peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan ketika mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya.

Sesuai dengan yang diuraikan maka kurangnya competence,

conscience, dan compassion sebagian peserta didik kelas II SD Maria

Assumpta akan diatasi dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan

(24)

dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan bahwa pembelajaran inovatif Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, conscience dan compassion. PPR ini merupakan satu model pembelajaran yang menerapkan refleksi dalam menemukan nilai – nilai hidup dalam proses pendidikan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau perilaku sehingga dapat menjadi pribadi yang utuh.

2. Bagi Pendidik

Memberikan informasi bagi para pendidik di SD Maria Assumpta bahwa menggunakan pembelajaran inovatif model Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan competence, conscience

dan compassion peserta didik kelas 2 SD Maria Assumpta Klaten selain

itu sebagai pendidik akan lebih memahami peserta didik. 3. Bagi Peserta Didik

(25)

dan Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2010/ 2011. 4. Bagi Sekolah

(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR )

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR )

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti suatu kerangka berpikir/ model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan model. Dalam hal ini paradigma maksudnya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010:22). Selain itu pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif menurut Tim PPR SD Kelompok Kanisius (2010:3) adalah sebuah pola pikir (paradigma) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Pengertian lain dari PPR adalah pola pembelajaran yang

mengintegrasikan pemahaman, masalah dunia dan kehidupan serta

pengembangan nilai – nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga

nilai – nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui

refleksinya (Gema Kanisius, Oktober 2010 :7).

2. Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR memiliki ciri esensial sebagai berikut (Subagya, 2010: 68): a. Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan dalam semua

(27)

b. Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar.

c. Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik.

d. Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti yang dipelajari. 3. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Tim Ignatian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) memiliki 2 tujuan yaitu diperuntukkan bagi pendidik dan bagi peserta didik.

a. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi pendidik antara lain : 1) Semakin memahami peserta didik.

2) Semakin bersedia mendampingi perkembangannya. 3) Semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya. 4) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral. 5) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan. 6) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai

pendidik, pengajar, dan pendamping.

b. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bagi peserta didik antara lain :

(28)

3) Manusia yang secara intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan religius.

4) Manusia yang sanggup mencintai dan dicintai.

5) Manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadilan dalam pelayanannya pada orang lain (umat Allah).

6) Manusia yang berkompeten dan berhati nurani.

7) Membentuk pemimpin pelayanan,dengan meniru Yesus Kristus.

Competence adalah kualitas yang unggul bagi peserta didik

(Masijo, 2009:3). Berkaitan dengan kehidupan peserta didik maka tujuan di atas dapat diambil contoh kasus yang berkaitan dengan competence antara lain pada saat proses belajar mengajar, peserta didik cenderung ramai, senang mengobrol dengan teman serta kurang mendengarkan pendidik dalam menerangkan materi ajar sehingga peserta didik cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas maka akibatnya hasil nilai akademik peserta didik kurang memuaskan. Sehingga penalaran, eksplorasi, kreativitas, dan kemandirian sangat diperlukan untuk mencapai kualitas yang unggul.

Conscience adalah kepekaan dan ketajaman hati nurani (Masijo,

(29)

Compassion adalah sikap peduli terhadap sesama (Masijo, 2009:3). Berkaitan dengan compassion peserta didik kurang berminat untuk mengambil bagian ketika bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok, peserta didik kurang peduli dalam menolong teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, dan peserta didik kurang peduli dalam memelihara lingkungan sekitarnya. Tujuan dari PPR di atas mengajak peserta didik menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai dan membentuk pemimpin pelayanan.

4. Pola Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

PPR dalam proses pengembangan nilai – nilai kemanusiaannya ditumbuhkan melalui konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi. Dalam proses pembelajaran berpola PPR menganggap setiap peserta didik itu unik, pribadi yang bernilai. Peserta didik itu subjek pembelajar bukan objek maka dalam situasi apapun berhak dihargai dan mendapat rasa hormat.

(30)

Dinamika Pembelajran model PPR menurut Rm.J.Subagya, SJ :

Gambar 1. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif

Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan disertai evaluasi. Maka kelima unsurnya yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh.

a. Konteks

Nilai kemanusiaan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks di sini maksudnya, guru harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang disukai siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, kondisi sosial, budaya, dan agama (Subagyo, 2005a). Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat

KONTEKS

PENGALAMAN EVALUASI

(31)

materi, keterkaitan materi dengan kehidupan nyata, dan cara mempelajarinya.

b. Pengalaman

Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari (Subagyo, 2005a:3). Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung. Penerapan pengalaman langsung, misalnya siswa ingin mengembangkan nilai persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka siswa belajar dengan cara kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung dapat dilakukan dengan cara siswa membayangkan, merenungkan suatu peristiwa misalnya membaca berita dan melihat foto.

c. Refleksi

(32)

dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain:

1) mengajukan pertanyaan terbuka/divergen (Subagyo, 2005a);

2) memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat/ perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gambar;

3) mengajak siswa berdiskusi. d. Aksi

Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiatan aksi ini merupakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan.

Menurut Subagyo (2005a:3), perkembangan nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir. e. Evaluasi

(33)

ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari kemauannya sendiri.

Dari uraian tentang unsur-unsur dinamika pembelajaran berpola PPR di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik PPR dalam pembelajaran ditunjukkan dengan adanya kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Susento,2010):

1) Guru menyesuaikan nilai kemanusiaan yang akan ditumbuhkan dengan konteks siswa dan materi pelajaran;

2) Siswa mengalami nilai kemanusiaan dalam kegiatan pembelajaran; 3) Siswa merefleksikan pengalaman terkait dengan nilai

kemanusiaan;

4) Siswa membangun niat atau melakukan aksi untuk mewujudkan nilai kemanusiaan;

5) Guru mengevaluasi proses belajar nilai kemanusiaan pada diri para siswa.

5. Kekuatan dan kelemahan PPR

a. Kekuatan PPR menurut Tim PPR Kanisius adalah :

1) Pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap pribadi peserta didik.

2) Setiap peserta didik memiliki hak untuk dihargai dan dihormati. 3) Setiap peserta didik mampu memecahkan permasalahan yang

(34)

4) Memperbaiki kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih.

5) Menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagi dalam proses pembelajaran.

6) Mencakup semua aspek yang mendukung proses pembelajaran. b. Kelemahan dari PPR menurut Tim PPR Kanisius adalah :

1) Hambatan pada jumlah peserta didik yang banyak dikarenakan pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh pada peserta didik.

2) Tidak mudah menjalankan tugas sebagai pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidik merupakan panggilan hidup

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dimaknai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasan tema tersebut akan ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Misalnya saja tema “lingkungan”.

Tema “ lingkungan” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, PKN, dan lain-lain.

(35)

tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang semula bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Selain itu menurut Hadi Subroto pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna (Trianto, 2009:82). Pembelajaran tematik juga merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran (Trianto, 2009:84).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2. Prinsip dasar pembelajaran tematik

(36)

dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempetimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan.

Secara umum prinsip–prinsip pembelajaran tematik dapat di klasifikasikan menjadi;(1) prinsip penggalian tema, (2) prinsip pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip evaluasi , (4) prinsip reaksi.

a. Prinsip penggalian tema

Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama ( fokus ) b. Prinsip pengelolaan pembelajaran

c. Prinsip evaluasi d. Prinsip reaksi

3. Karakteristik pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut (Trianto, 2009:92 ):

a. Berpusat pada siswa

(37)

fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Dengan adanya pengalaman yang langsung siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

Fokus pembelajaran tematik diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut.

e. Bersifat fleksibel.

Guru hanya mengaitkan bahan ajar dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

(38)

4. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik

Tahap-tahap pembelajaran tematik (Puji Purnomo, 2006:10) adalah: a. Tahap persiapan dan pelaksanaan

Dalam pembelajaran tematik perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan

Di dalam tahap pelaksanaan ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya adalah pertama tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut. Tahap kedua adalah pengaturan jadwal.

c. Tahap penilaian

Di dalam tahap penilaian dapat menggunakan alat penilaian dapat berupa tes dan non tes. Tes mencakup: tertulis, lisan atau perbuatan, catataan harian perkembangan siswa, dan portofolio.

5. Kekuatan pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu (Trianto, 2009: 89):

a. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru.

(39)

2) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.

3) Pendidik dapat membantu peserta didik memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.

4) Pendidik bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.

5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan kolaborasi.

b. Keuntungan bagi peserta didik

1) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar dari pada hasil belajar.

2) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa dalam hal ini dikaitkan pada minat, kebutuhan, dan kecerdasan, mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

3) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas.

(40)

6. Kekurangan dalam Pembelajaran Tematik a. Aspek pendidik

Pendidik harus mempunyai wawasan yang luas. Pendidik dituntut untuk mencari banyak informasi dari berbagai hal tentang pengetahuan tersebut. Jika pendidik tidak memiliki hal tersebut maka pembelajaran tematik sulit terwujud.

b. Aspek peserta didik

Peserta didik dituntut adanya kemampuan akademik maupun kreatifitasnya. Hal ini diperlukan karena dalam pembelajaran tematik diperlukan kemampuan menguraikan.

c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran tematik ini akan terhambat.

d. Aspek kurikulum

(41)

e. Aspek penilaian

Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

f. Aspek suasana pembelajaran

Pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkencenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu.

C. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengertian PTK

(42)

Selanjutnya PTK adalah suatu penelitian yang merupakan suatu rangkaian langkah-langkah yang satu dengan yang lain saling berhubungan (Kasbolah, 2001:10). Langkah-langkah yang ada dalam rangkaian ini adalah: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. PTK juga merupakan penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggunglangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasbolah, 2001:11).

2. Karakteristik PTK

Karakteristik PTK menurut Rochman Natawidya adalah (Sarwiji Suwandari, 2010:14):

a. Merupakan prosedur penelitaian di tempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata ditempat yang bersangkutan. b. Diterapkan secara kontekstual, yang artinya adalah variabel-variabel

atau faktor-faktor yang ditelaah selalu terkait dengan keadaan dan suasana penelitian.

c. Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru. d. Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan).

e. Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti.

(43)

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Suryanto tujuan dari pelaksanaan PTK adalah (Kasbolah, 2001:21):

a. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah. b. Meningkatkan relevansi pendidikan.

c. Mutu pendidikan.

d. Meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan. 4. Langkah-langkah PTK

Langkah-langkah dalam PTK adalah (Susilo, 2007:19) : a. Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan mencakup 3 hal yaitu: 1) Indentifikasi masalah.

2) Analisis penyebab adanya masalah.

3) Pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah. b. Tindakan

Menentukan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih perlu mempertimbangan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah tindakan (aksi) yang dipilih telah mempunyai landasan berpikir yang mantap, baik secara kajian teoritis maupun konsep? 2) Apakah alternatif tindakan (aksi) yang telah dipercayai dapat

menjawab permasalahan yang muncul?

(44)

4) Bagaimanakah cara menguji tindakan (aksi) sehingga dapat dibuktikan telah terjadi perbaikan kondisi dan peningkatan proses dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang teliti?

c. Observasi

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Atau bisa dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak dari pelaksanaan kegiatan tindakan baik dengan atau tanpa alat bantu. Data yang dihimpun melalui pengamatan (observasi) ini meliputi data kuantitatif sesuai dengan indikator-indikator yang ditetapkan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas.

D. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

(45)

Malik, 2007:16). Selain itu, kurikulum adalah sejumlah bahan ajar yang harus dipelajari serta dikuasai siswa sebagai dasar penjejangan belajar siswa lebih lanjut (Masana, 2004:23).

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20, Tahun 2003, rumusan makna kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (Masana, 2004:3).

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana yang berkaitan dengan bahan ajar yang dipelajari dan dikuasai siswa sebagai dasar penjenjangan belajar siswa secara lanjut.

2. Kurikulum kelas II mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS

Kurikulum memuat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dibuat berdasar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas nomor 22 dan 23.

(46)

Bahasa Indonesia

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca

7. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.

7.1 Membaca nyaring teks dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat.

7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang yang dibaca dalam hati.

IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami kedudukan dan peran anggota keluarga

2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga.

2.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga.

2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga.

E. Peserta Didik Kelas II 1. Pengertian Peserta Didik

(47)

minat, kebutuhan (Oemar Hamalik, 2007:7) sedangkan dalam pendekatan sosial peserta didik merupakan anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik (Oemar Hamalik, 2007:7). Sebagai anggota masyarakat, mereka berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik

adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” (Murip Yahya, 2008:113).

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan peserta didik merupakan anggota masyarakat yang sedang tumbuh kembang untuk berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia sehingga menjadikan anggota masyarakat yang lebih baik.

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Awal SD

Menurut Trianto (2009:17) karakter anak masa sekolah dasar (8-10 tahun) adalah:

a. Ciri Khas secara fisik/jasmani

1) Aktif mengembangkan koordinasi otot besar dan kecil. 2) Kekuatan bertambah.

3) Ingin menguasai ketrampilan dasar.

(48)

5) Mengikuti kata hati.

b. Ciri khas secara mental/kognitif 1) Selalu ingin belajar hal-hal baru.

2) Kemampuan untuk memahami pandangan orang lain mulai berkembang.

3) Mulai mengenal perasaan malu dalam situasi-situasi tertentu. 4) Pemahaman konsep berkembang berdasarkan lingkungan

sekitarnya.

5) Ketrampilan menulis dan berbahasa terus berkembang. 6) Dapat memahami lebih dari ”seluruh” gambar yang ada. 7) Sangat kreatif dan senang menemukan hal-hal baru. 8) Sangat ingin tahu.

9) Mudah mengingat.

10)Mengetahui tentang konsep yang benar dan salah. c. Ciri khas secara sosial/emosional

1) Lebih mengutamakan teman-teman sebaya dalam kelompoknya. 2) Pengaruh dari kelompoknya sangat kuat.

3) Lebih peka dalam memilih teman.

4) Umumnya mudah bergaul dan percaya diri. 5) Perilaku bersaing mulai berkembang. 6) Peka untuk bermain jujur.

(49)

8) Kesadaran untuk berperilaku seperti orang yang berjenis kelamin sama mulai berkembang.

9) Mulai memisahkan diri dari keluarga: dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang terpisah dari keluarga.

10)Selera humor berkembang.

11)Mengalami rangkaian emosi-takut, merasa bersalah dan marah. 12)Mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, meskipun secara

emosional belum cukup dewasa untuk mengatasi akibat-akibatnya.

F. Kerangka berpikir

Pendidikan merupakan proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (Musibin Syah, 2002:10). Proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan membutuhkan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran hendaknya juga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Dengan mengalami pengalaman yang bermakna, peserta didik dapat menemukan dan mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Salah satunya adalah dengan melalui PPR.

(50)

mendapat informasi karena diberi tahu) sehingga dapat mengembangkan 3C

(competence, conscience, dan compassion).

PPR ini akan diterapkan dalam pembelajaran tematik yang dapat memberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik yang sesuai karakter peserta didik kelas rendah sehingga dapat mengembangkan 3C (competence, conscience, dan

compassion). Hal tersebut akan diterapkan pada kelas rendah, misalnya

kelas II.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian adalah dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS dapat meningkatkan competence, conscience, dan

compassion peserta didik.

(51)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan tema lingkungan. PTK merupakan penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas (Hasiani Kasbolah E.S 2001:8).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Maria Assumpta Klaten. 2. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Sep

Okt-Des 1 Pengumpulan data

kondisi awal 

2 Observasi 

3 Ijin pengambilan data 

4 Pengambilan data  

5 Analisis data 

6 Penyusunan laporan 

7 Ujian skripsi 

(52)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik pada kelas rendah yaitu kelas II SD Maria Assumpta Klaten yang berjumlah 35 peserta didik yang terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan. 2) Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan competence,

conscience, dan compassion (3C) melalui penerapan Paradigma Pedagogi

Reflektif dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS. Mata pelajaran IPS dengan KD “Memberi contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga” dan Bahasa Indonesia dengan KD “Menyebutkan teks agak panjang yang dibaca dalam hati” dengan tema Lingkungan di SD Maria Assumpta Klaten, semester 2 tahun pelajaran 2010/2011”.

D. Rencana Penelitian

Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

(53)

a. Permintaan izin di SD Maria Assumpta Klaten

Permintaan ijin dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data yang sesuai.

b. Wawancara.

Wawancara untuk mencari informasi tentang kondisi awal prestasi peserta didik dan kendala-kendala yang dialami guru dalam menyampaikan materi belajar. Informasi-informasi diperoleh melalui wawancara dari para guru.

c. Identifikasi masalah

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang competence, conscience dan compassion peserta didik. Hal ini untuk mengetahui permasalahan pembelajaran tematik khususnya pada materi pokok mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia.

d. Mengkaji mata pelajaran, kompetensi dasar dan materi pokok pembelajaran

e. Mempersiapkan jaring-jaring tema, silabus, RPP, LKS, media belajar. f. Menyiapkan instrumen penelitian

Instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.

(54)

2. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur. Prosedur penelitian ini meliputi prosedur umum dan prosedur khusus.

a. Prosedur umum

Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada sistematika sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada awal pembelajaran, misalnya mengucapkan salam, mengecek kehadiran peserta didik dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi untuk menarik perhatian peserta didik agar lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti berisi tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran tersebut juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya peserta didik dapat menerima pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah.

3) Kegiatan Akhir

(55)

dalam kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar peserta didik.

b. Prosedur Khusus 1) Siklus I

a) Perencanaan

(1) Menyusun RPP dengan tema lingkungan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(2) Menyusun lembar kerja peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS .

(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS .

(4) Menyusun penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(5) Menyiapkan sarana pembelajaran berupa gambar-gambar. b) Pelaksanaan

Konteks

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik. (c) Mengadakan apersepsi.

(56)

Pengalaman (2) Kegiatan Inti

(a) Peserta didik mengamati gambar.

(b) Peserta didik bekerja dalam kelompok (1 kelompok 7 orang) untuk menyusun gambar – gambar.

(c) Peserta didik di bagikan LKS.

(d) Peserta didik menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.

(e) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi. (f) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.

(g) Peserta didik melaporkan hasil diskusi secara tertulis dan di buat dengan tulisan yang rapi.

(h) Peserta didik menjelaskan arti kerjasama.

(i) Peserta didik mengidentifikasi bentuk kerjasama di lingkungan tetangga.

(j) Pendidik membaca sebuah bacaan tentang lingkungan. (k) Peserta didik mampu menjawab pertanyaan sesuai

dengan isi teks.

(l) Peserta didik mampu membuat kalimat dengan menggunakan huruf kapital dan tanda baca.

(m)Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mencari 10 kata yang berhubungan dengan lingkungan.

(57)

(3) Kegiatan akhir

(a) Pendidik bersama peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.

(b) Pendidik memberi tugas rumah dan menuliskan buku tugas.

Refleksi

(c) Pendidik bersama peserta didik merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan hari ini.

Aksi

(d) Pendidik mengajak peserta didik untuk dapat mewujudkan refleksi yang telah dilakukan dalam bentuk aksi.

Evaluasi

(e) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi. (f) Peserta didik berdoa.

c) Observasi

(58)

(2) Melakukan penelitian hasil tes mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(3) Melakukan pengumpulan data dan menghitung prosentase tingkat keberhasilan siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

d) Refleksi

Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan tindakan tentang jalannya pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi. Data tersebut digunakan untuk menilai apakah pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan

competence, conscience, dan compassion peserta didik.

Temuan tersebut digunakan untuk merencanakan langkah-langkah berikutnya.

2) Siklus II

a) Perencanaan

Menyusun perangkat pembelajaran yaitu:

(1) Menyusun RPP dengan tema lingkungan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(2) Menyusun lembar kerja peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(59)

(4) Menyusun penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

(5) Menyiapkan alat dan bahan percobaan. b) Pelaksanaan

Konteks

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik. (c) Mengadakan apersepsi.

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Pengalaman

(2) Kegiatan Inti

(a) Peserta didik diajak belajar di halaman sekolah kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil yang satu kelompoknya terdiri dari 5 orang. Salah satu perwakilan kelompok mengambil balon yang berisi gambar-gambar bentuk kerja sama di lingkungan tetangga beserta prosedur mengerjakan tugasnya. (b) Peserta didik dibagikan LKS, selanjutnya peserta didik

menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.

(60)

(d) Peserta didik melaporkan hasil diskusi secara tertulis dan dibuat dengan tulisan yang rapi.

(e) Peserta didik mengambil bacaan yang sudah disediakan oleh pendidik, kemudian membaca bersama dalam kelompok. Peserta didik berdiskusi untuk menyusun gambar seri.

(f) Peserta didik bekerja sama untuk melengkapi kalimat sesuai dengan isi bacaan melalui permainan kartu huruf. (g) Peserta didik bekerja sama melengkapi kalimat tanya

berdasarkan jawaban yang tersedia.

(h) Peserta didik dan pendidik membahas hasil diskusi tentang kalimat tanya. Peserta didik mengisi lembar kerja yang telah diberikan guru.

(3) Kegiatan akhir

(a) Pendidik bersama peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.

(b) Pendidik memberi tugas rumah. Refleksi

(61)

Aksi

(d) Pendidik mengajak peserta didik untuk dapat mewujudkan refleksi yang telah dilakukan dalam bentuk aksi.

Evaluasi

(e) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi. (f) Doa penutup.

c) Observasi

(1) Kegiatan observasi dilakukan pada waktu berlangsungnya kegiatan belajar yaitu mencatat peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Mengobservasi kesulitan siswa dalam melakukan pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam model pembelajaran tematik. (2) Melakukan penelitian hasil tes.

(3) Melakukan pengumpulan data dan menghitung prosentase tingkat keberhasilan siswa.

d) Refleksi

(62)

tersebut digunakan untuk melaksanakan perencanaan berikutnya dan menentukan langkah-langkah berikutnya.

E. Penyusunan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan adalah: 1. Instrumen pengamatan aktivitas pendidik.

Instrumen pengamatan aktivitas pendidik ini peneliti mengadakan pengamatan saat pendidikan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada saat pra penelitian. Peneliti mencermati pendidik dalam memeriksa kesiapan peserta didik, memeriksa kelengkapan alat tulisnya, melakukan apersepsi, memberikan pengalaman, memberikan pertanyaan panduan refleksi, memberi tugas peserta didik untuk melakukan tindakan (aksi), dan pendidik memberikan evaluasi. 2. Instrumen pengamatan terhadap peserta didik.

(63)

kerja sama, menanggapi pekerjaan teman, dan pengamatan terhadap peserta didik dalam membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari. 3. Catatan anekdotal.

Catatan adekdotal ini dibuat peneliti atapun pendidik yang diteliti saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Catatan anekdotal mencatat hal-hal yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

4. Evaluasi.

Evaluasi diberikan setelah pendidik selesai dalam rangakaian proses pembelajaran. Peserta didik akan diberi soal dari pendidik sesuai dengan mata pelajaran yang ditematikkan. Soal evaluasi dapat berupa pilihan ganda, isian, atau uraian.

F. Metode Pengumpulan Data

Suatu penelitian sangat membutuhkan banyak data. Melalui data tersebut penelitian dapat berjalan dengan baik. Pengumpulan data yang kami lakukan adalah:

1. Wawancara

(64)

pada kelas II dan karakteristik peserta didik kelas II. Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan 5 pertanyaan.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Masijo, 2009:19). Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik pengamatan secara langsung. Dengan tujuan agar dapat mengerti ada permasalahan di dalam kelas yang berkaitan dengan competence,

conscience, dan compassion. Instrumen yang digunakan untuk observasi

adalah lembar observasi dan catatan anekdotal. Foto dan video saat penelitian juga dibutuhkan karena sebagai salah arsip dalam pengumpulan data.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat (Masijo, 2009:19). Dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan dengan cara mengumpulkan daftar nilai peserta didik kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS. Dengan mengetahui daftar nilai peserta didik kelas II diharapkan nantinya dapat mengetahui permasalahan yang ada pada kelas II.

(65)

Competence adalah kualitas yang unggul bagi peserta didik . (Masijo, 2009:3). Dalam hal ini penelitian competence akan dilakukan dengan pemberian tes diakhir pembelajaran. Tes yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan indikator-indikator dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS. Dengan mengetahui hasil tes peserta didik tersebut peneliti dapat melihat banyaknya peserta didik yang sudah berada di atas KKM.

5. Kuesioner

Kuesioner berupa skala sikap dan skala minat untuk mengukur aspek conscience dan compassion. Peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator-indikator conscience dan

compassion dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.

G. Teknik Analisis Data

Untuk analisis data peneliti menggunakan beberapa langkah. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan data pra penelitian.

2. Mendiskripsikan proses pelaksanaan dan hasil (competence, conscience

dan compassion) yang dicapai pada siklus I.

3. Mendiskripsikan pelaksanaan dan hasil (competence, conscience dan

compassion) yang dicapai pada siklus II.

(66)

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan seperti tabel berikut: Indikator Keberhasilan Penelitian

No Peubah Indikator Kondisi

Awal

Kondisi Akhir Siklus

I II 1 Prestasi belajar IPS Nilai tes 73 78 83 2 Prestasi belajar Bahasa

(67)
(68)

No Indikator

(69)

Nilai = total skor x 10

Pengukuran competence pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan jumlah soal 9 item. Dengan pedoman penilaian sebagai berikut

Jika jawaban benar skor 1 dan jika jawaban salah maka skor 0. Nilai = total skor x 10

Pengukuran conscience dan compassion merupakan penilaian non tes dengan bentuk checklist. Skala minat terdapat 20 item dalam daftar cek. Dengan kriteria skor dan pedoman penilaian sebagai berikut:

Skor 1 jika jawaban “YA” Skr 0 jika jawaban “TIDAK”

Nilai = total skor x 5

Skala sikap terdapat 10 item dalam daftar cek. Dengan kriteria skor dan pedoman penilaian sebagai berikut:

Skor 1 jika jawaban “YA” Skor 0 jika jawaban “TIDAK”

(70)
(71)
(72)

Pengukuran competence pada mata pelajaran IPS di atas tertulis dengan soal berjumlah 10 item. Dengan pedoman penilaian sebagai berikut

Jika jawaban benar skor 1 dan jika jawaban salah maka skor 0. Nilai = total skor x 10

Pengukuran competence pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan jumlah soal 13 item. Dengan pedoman penilaian sebagai berikut

Nilai = Rom. I+Rom.II+Rom.III:3

Conscience dan Compassion merupakan penilaian non tes dengan bentuk

checklist. Skala minat terdapat 20 item dalam daftar cek. Dengan kriteria skor

dan pedoman penilaian sebagai berikut: Skor 1 jika jawaban “YA”

Skr 0 jika jawaban “TIDAK” Nilai = total skor x 5

Skala sikap terdapat 10 item dalam daftar cek. Dengan kriteria skor dan pedoman penilaian sebagai berikut:

Skor 1 jika jawaban “YA” Skor 0 jika jawaban “TIDAK”

Nilai = total skor x 10

Competence dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan nilai dan

(73)

yang mendapat nilai yang sudah memenuhi KKM (%) dengan rumus sebagai berikut:

X ( % ) = x 100%

( n: Jumlah siswa yang memenuhi KKM, N: Jumlah seluruh siswa). Sedangkan untuk menghitung rata-rata kelas adalah:

M =

(M: nilai rata-rata, Jumlah nilai siswa satu kelas, N; Jumlah siswa)

Sedangkan untuk conscience dan compassion peneliti menggunakan alat ukur non tes yaitu skala sikap dan skala minat. Untuk hasil akhir peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil Akhir = 𝐂𝐈𝐱𝟕𝟎% + 𝐂𝐈𝐈𝐱𝟏𝟓% + 𝐂𝐈𝐈𝐈𝐱𝟏𝟓%

𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

CI : Competence

CII : Conscience

(74)

57

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Deskripsi Sekolah

Sekolah Dasar Maria Asssumpta adalah sekolah dasar yang bernaung di bawah Yayasan Winaya Bhakti. Sekolah ini dikelola oleh Suster-Suster Ordo Santa Ursula yang lebih terkenal dengan Suster Ursulin. SD Maria Assumpta berdiri pada tanggal 15 Agustus 1940. Saat ini, status SD Maria Assumpta terakreditasi A. SD Maria Assumpta terletak di Jalan Bali No.17, Klaten. Letak sekolah cukup strategis karena berada di tengah kota Klaten jadi SD Maria Assumpta mudah dilihat dan mudah dijangkau. SD Maria Assumpta memiliki visi yaitu pembelajar yang inovatif, kritis, kreatif serta mampu mengintegrasikan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan seturut Santa Angela.

Misi dari SD Maria Assumpta antara lain:

1. Sebagai lembaga pendidik yang berkualitas dan terpadu, Sekolah Ursulin menyiapkan peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi dan siap bermasyarakat (Higher Education).

2. Sebagai komunitas pembelajar, Sekolah Ursulin mengembangkan potensi akademik dan ketrampilan (life skills) secara kritis, kreatif, dan inovasi dengan memanfaatkan IPTEK (Akademic Excelent).

(75)

ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan untuk menjawab tantangan zaman dan mewujudnyatakan Serviam dalam kehidupan sehari-hari (Integrity). 4. Sebagai sekolah yang berada di Indonesia, Sekolah Ursulin menanamkan

kecintaan kepada budaya, bangsa, dan tanah air melalui penghargaan kepada pluralitas budaya, agama, dan membangun kepedulian kepada sesama, dan alam ciptaan (Nationality).

5. Sebagai bagian dari Ursulin Nasional dan Internasional, Sekolah Ursulin meningkatkan kerjasama dan alumni Sekolah Ursulin di Indonesia dan di Asia Pasifik (Globalization).

Gambar

Tabel 5.26. Hasil Pengukuran Compassion Peserta Didik Kelas II ........
Gambar 1. Dinamika Paradigma Pedagogi Reflektif
gambar.
gambar seri.
+7

Referensi

Dokumen terkait

memadai bahwa transaksi yang dicatat atau yang sudah terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat, dan dinilai dengan wajar. Sistem informasi yang baik akan

Kompetensi akan ditentukan berdasarkan bukti bahwa telah melakukan secara konsisten melalui julat representatif (representative range) dari penerapan yang meliputi peralatan,

Dalam pembuatan pelengkap busana ini limbah plastik sebagai bahan dasar dilapisi dengan kain perca yang memang banyak dimiliki oleh para penjahit.. Limbah kain perca

Pada Acara ini akan diusulkan kepada RUPS Tahunan untuk melimpahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik yang terdaftar

Contoh SBR (styrene butadiene rubber) merupakan kopolimer acak dari butadiene dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi..

Belanja Daerah tahun anggaran 2010 merupakan formulasi kebijakan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam rangka melaksanakan urusan

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan- bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas. 4) Jenis IV :