PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah
NIM. 13511247011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA FAKULTAS TEKNIK
v
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON
Oleh:
Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah NIM. 13511247011
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon, dan (2) mengetahui kelayakan modul pembelajaran yang digunakan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Sewon.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Sewon pada bulan Oktober 2014 sampai bulan April 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang dosen ahli media (validasi), 1 orang guru ahli materi, dan 124 siswa tata boga kelas X di SMKN 1 Sewon. Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan berupa kuesioner atau angket adalah lembar penilaian untuk validator ahli materi, validator ahli media, dan siswa yang digunakan untuk menggali data sesuai dengan tujuan dari peneliti. Validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Croncbach nilai koefisien reliabilitas tes evaluasi modul pembelajaran sebesar 0,938 dan modul pembelajaran sebesar 0,844 lebih besar dari 0,600. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.
DEVELOPING A VEGETABLE AND FRUIT LEARNING MODULE FOR
GRADE X OF SMKN 1 SEWON
Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah
NlM 13511247011
Abstract
This study aims to: (1) develop a vegetable and fruit learning module as
learning media for Grade X students of SMKN 1 Sewon, and (2) investigate the
appropriates of the learning media used in the research and development of a
vegetable and fruit learning module as learning media for Grade X students of
SMKN 1 Sewon.
This was a research and development study. It was conducted at SMKN 1
Sewon from October 2014 to April 2015. The research subjects were 1 lecturer as
a media expert (in the validation), 1 teacher as a materials expert, and 124 Grade
X students of gastronomy at SMKN 1 Sewon. The instruments in the research and
development of the vegetable and fruit learning module were assessment sheets
for the validation by the materials expert and the media expert and a questionnaire
for the students to collect data relevant to the researcher’s objective. The
instrument validity was assessed by the product moment correlation formula and
the reliability by the Crobach’s Alpha formula. The reliability coefficient of the
learning module evaluation test was 0.938 and that of the learning module was
0.844, higher than 0.600. The data were analyzed by the descriptive technique.
The results of the study were as follows. (1) The vegetable and fruit
learning media were developed by using the development model by Borg and Gall
with a modification. The module media development comprised: (a) the module
outline consisting of the cover, franchis page, preface, table of contents, module
mapping, and glossary; (b) the introduction consisting of competence standards,
module description, competence assignment time, module prerequisites, manual
for using the module, objectives, and checking the competence standards to
measure students’ competence mastery of the module; (c) learning that consisted
of lesson plans for the students and learning activities; and (d) evaluation
consisting of cognitive tests, psychomotor tests, attitude assessment, key answers,
and references. (2) The evaluation of the appropriateness level of the vegetable
and fruit learning model in general showed valid and appropriate results. The
result of the evaluation by the media expert (a lecturer) was 95.0% and that by the
materials expert (a subject matter teacher) was 60.0%. The evaluation by the
students showed that the module was very appropriate. The score percentage for
each aspect was: 67.7% for the materials aspect, b) 72.6% for the benefit aspect, c)
66,1% for the learning media aspect, and d) 71.0% for the evaluation of the
module as a whole. o/o. Therefore, it can be concluded that the learning module
can be used as learning media by teachers as a learning resource and by students
in learning. Besides, the learning module can be used as enrichment media to
improve insights in the basic competence in vegetables and fruits.
vi MOTTO
- Jangan berfikir untuk menghukum diri sendiri setelah melakukan kesalahan,
pikirkan bagaimana caranya bangkit untuk memulai hal yang jauh lebih baik.
- Biarkan semua mengalir apa adanya.
- Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar kemampuan mereka.
- Jangan berhenti mencari pengalaman lewat hal baru yang tentunya akan
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya
persembahkan kepada :
• Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
• Almamater tercinta UNY, terimakasih atas ilmu tanpa batas yang diberikan.
• Ayah dan Ibu tercinta di Samarinda, yang selalu memberikan kasih sayang tak
terhingga, support, dan motivasi setiap waktu, terimakasih atas segalanya.
• Adikku Kusramadhani dan Karenina, terimakasih atas dukungan tiada henti
dalam segala hal.
• Sony Zakaria yang selalu memberikan dorongan semangat dan motivasi.
• Sahabat-sahabat saya Yuni dan Erna yang sudah saya anggap saudara selalu
setia menemani dalam suka dan duka selama saya tinggal di Yogyakarta.
•
Sahabat-sahabat selama kuliah Ellya, Firo, Tanjung, Hetty, Nesa, Winda, Maria,Ulfah, dan masih banyak teman-teman PKS 2013 yang tidak bisa saya sebutkan
namanya satu-persatu, atas motivasi, kebersamaan dan kekompakan kita selama
menuntut ilmu di PTBB FT UNY.
•
Pembaca laporan Tugas Akhir Skripsi yang budiman.viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas
Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran
Sayuran Dan Buah-Buahan Untuk Siswa Kelas X Smkn 1 Sewon” dapat disusun
sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang terhormat :
1. Dra. Sutriyati Purwanti, M.Si, selaku dosen pembimbing dan Ketua Program Studi
Pendidikan Teknik Boga yang telah banyak memberikan bimbingan dan fasilitas
selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Wika Rinawati, M.Pd, selaku validator instrumen dan media penelitian yang telah
memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana
dan dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd dan Ichda Chayati, M.P, selaku Dosen Penguji
dan Sekretaris Penguji yang memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif
terhadap TAS ini.
4. Zuniarti, M.Pd, selaku validator instrumen penelitian dan guru pengampu mata
pelajaran yang telah memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Spesifikasi Produk ... 7
xi BAB II. Teori
A. Deskripsi Teori ... 9
1. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ... 9
a. Media Pembelajaran ... 9
b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10
c. Jenis Media Pembelajaran ... 12
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 14
2. Tinjauan Tentang Modul ... 15
a. Pengertian Modul ... 15
b. Peranan Modul Pembelajaran ... 16
c. Karakteristik Modul ... 17
d. Pedoman Penulisan Modul ... 19
e. Elemen Mutu Modul ... 21
3. Tinjauan Tentang Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan ... 23
a. Pengertian Sayuran dan Buah-buahan ... 23
b. Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan ... 25
4. Tinjauan Tentang Penelitian Pengembangan Modul ... 32
a. Pengertian Penelitian Pengembangan ... 32
b. Prosedur Pengembangan Modul ... 34
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 39
C. Kerangka Berfikir ... 39
D. Pertanyaan Penelitian ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C. Subyek Penelitian ... 45
D. Prosedur Penelitian ... 46
E. Metode Pengambilan Data ... 50
xii
G. Uji Coba Instrumen ... 55
H. Reliabilitas Instrumen ... 56
I. Teknik Analisis Data... 57
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59
1. Pengembangan Modul Pembelajaran Sayuran dan Buah-buahan .. 59
a. Analisis ... 61
b. Desain ... 65
c. Evaluasi ... 69
d. Validitas Modul Pembelajaran Sayuran dan Buah-buahan ... 70
2. Tingkat Kelayakan Modul Sayuran dan Buah-buahan ... 72
a. Aspek Kesesuaian Materi ... 72
b. Aspek Manfaat ... 73
c. Aspek Media Pembelajaran ... 75
d. Aspek Penilaian Modul Secara Keseluruhan ... 76
3. Revisi Modul Pembelajaran ... 77
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
1. Proses Pengembangan Modul Pembelajaran ... 78
2. Tingkat Kelayakan Modul Sayuran dan Buah-buahan ... 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 88
B. Keterbatasan Penelitian ... 89
C. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Media Pembelajaran ... 52
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Penilaian Guru ... 53
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Penilaian Siswa ... 54
Tabel 4. Pedoman Memberikan Interpretasi Terhadap Kofisien Korelasi. ... 56
Tabel 5. Kategori Skala Likert ... 58
Tabel 6. Konversi Skor Nilai Pada Skala 4 ... 58
Tabel 7. Kelayakan Modul Ditinjau Dari Ahli Media ... 71
Tabel 8. Kelayakan Modul Ditinjau Dari Guru ... 71
Tabel 9. Hasil Perhitungan Pada Aspek Relevansi Kesesuaian Materi ... 73
Tabel 10. Hasil Perhitungan Pada Aspek Manfaat. ... 74
Tabel 11. Hasil Perhitungan Pada Aspek Media Pembelajaran ... 75
Tabel 12. Hasil Perhitungan Pada Aspek Penilaian Modul ... 76
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Penyusunan Modul ... 37
Gambar 2. Diagram Kerangka Berfikir ... 42
Gambar 3. Skema Tahap-tahap Prosedur Pengembangan Modul ... 46
Gambar 4. Konsep Penyusunan Modul Dengan Modifikasi ... 66
Gambar 5. Pie Chart Aspek Materi ... 73
Gambar 6. Pie Chart Aspek Manfaat ... 74
Gambar 7. Pie Chart Aspek Media Pembelajaran ... 75
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 I jin Penelitian Lampiran 2 I nstrumen
Lampiran 3 Data Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Data Penelitian
Lampiran 6 Hasil Penelitian
Lampiran 7 Silabus Pengetahuan Bahan Makanan
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu dalam
proses belajar mengajar. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya
dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Azhar Arsyad, 2011 :
3). Oleh karena itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tututan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat
menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan.
Salah satu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas program
pendidikan adalah dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Proses
belajar yang berkualitas dapat meningkatkan pencapaian kompetensi. Guru
sebagai pelaksana kurikulum dituntut untuk meningkatkan pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan oleh sekolah. Salah satu usaha yang
dapat dilaksanakan oleh guru yaitu dengan memberikan penambahan nilai
2
menggunakan media yang menarik sehingga dapat membuat peserta didik
lebih tertarik pada pembelajaran.
SMKN 1 Sewon merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). SMK ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
berbagai jurusan salah satunya adalah jurusan Jasa Boga yang terdiri dari
12 kelas yaitu 4 kelas untuk kelas X, 4 kelas untuk kelas XI dan 4 kelas
untuk kelas XII.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan maka diperlukan media
pembelajaran yang selalu berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan. Peningkatan mutu pembelajaran di SMKN 1 Sewon
ditempuh melalui peningkatan kurikulum, saat ini kurikulum baru yang sudah
dilaksanakan adalah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 siswa diarahkan
untuk lebih aktif menggali pengetahuan dan guru bertindak sebagai
fasilitator. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata
pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan di SMKN 1 Sewon bahwa terdapat
siswa yang belum dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang ditetapkan sekolah yaitu 3,2. Persentase siswa yang lulus dalam mata
pelajaran pengetahuan bahan makanan adalah 111 siswa (87%) dari 124
siswa, selebihnya mempunyai nilai di bawah 3,2.
Mata pelajaran pengetahuan bahan makanan merupakan salah satu
mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMKN 1 Sewon. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran pengetahuan bahan
3
buah-buahan adalah kompetensi yang materinya belum lengkap dimiliki
dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan.
Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa mata pelajaran baru dan
tentunya membutuhkan bahan ajar baru, salah satunya modul. Demikian
halnya pada mata pelajaran pengetahuan bahan makanan juga memerlukan
media pembelajaran yang mampu mempermudah siswa menguasai materi
tersebut. Dalam kurikulum 2013 sayuran dan buah-buahan merupakan salah
satu materi pokok dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan untuk
siswa kelas X. Mata pelajaran ini bertujuan meningkatkan kemampuan
kognitif siswa dalam memilih bahan makanan yang baik untuk diolah.
Di SMKN 1 Sewon modul pembelajaran mengenai materi sayuran
dan buah-buahan masih kurang sehingga guru masih harus mencari materi
ajar di perpustakaan dan melalui internet. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Kurikulum 2013 diawali dengan memperhatikan guru
menerangkan garis besar materi pembelajaran, kemudian siswa mencari
sendiri materi pembelajaran secara lebih dalam dengan menggunakan
internet. Pembelajaran seperti ini memang sangat baik untuk meningkatkan
kreatifitas dan keaktifan siswa, namun seringkali materi yang didapat oleh
siswa terlalu luas, oleh karena itu diperlukan rangkuman materi yang jelas
agar materi yang didapat oleh siswa tidak keluar dari koridor pembelajaran.
Selain itu, pemahaman siswa kelas X mengenai materi pelajaran
sayuran dan buah-buahan masih kurang karena siswa kelas X adalah siswa
yang baru memasuki dunia SMK sehingga perlu adanya pengenalan
terhadap sayur dan buah, baik dari segi rasa, fungsi maupun kandungan gizi
4
diharapkan bisa memahami berbagai ilmu yang disampaikan dalam modul
pembelajaran tersebut. Dengan menggunakan media modul, maka siswa
dapat belajar kapan saja tanpa adanya batasan waktu layaknya di sekolah
dikarenakan jam belajar di sekolah terbatas, sehingga mengakibatkan
kurangnya waktu yang dimiliki siswa untuk mengeksplorasi materi
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran pengetahuan bahan makanan di SMKN
1 Sewon ini sudah terdapat media pembelajaran berupa modul yang dapat
dipinjam dari perpustakaan sekolah, tapi penggunaannya masih belum
maksimal. Modul masih kurang menarik dan hanya digunakan oleh guru
sebagai bahan acuan, modul tersebut tidak diberikan kepada siswa secara
individu. Modul pengetahuan bahan makanan yang sudah ada
dikembangkan menjadi modul materi sayuran dan buah-buahan yang
memiliki perpaduan teks dan gambar adalah cara untuk mengatasi kendala
di atas, karena penyampaian materi pelajaran akan lebih dimengerti apabila
didukung dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik.
Tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran
tergantung dari strategi penyampaian dan penggunaan media. Guru tidak
cukup hanya menguasai materi pelajaran akan tetapi juga harus memiliki
keterampilan mengajar serta dapat menggunakan media dengan baik.
Pembelajaran dengan media berupa modul merupakan media
pembelajaran yang baik dimana materi disampaikan lebih terinci dan tertulis
sehingga dapat dipelajari siswa kapan saja dan dimana saja. Penyampaian
kompetensi disampaikan dari berbagai sumber yang tertulis secara
5
keleluasaan dan diarahkan untuk aktif dan keratif mencari sumber lain yang
relevan. Metode pemberian latihan pada materi sayuran dan buah-buahan,
peserta didik menjadi lebih aktif sehingga dapat lebih mudah memahami
suatu konsep yang sedang dipelajari secara nyata. Pembelajaran
menggunakan modul memungkinkan guru untuk dapat memahami peserta
didik lebih baik sehingga kendala-kendala dalam pembelajaran dapat lebih
cepat teratasi. Pembelajaran menggunakan media modul lebih
menguntungkan baik bagi peserta didik maupun pengajar.
Berdasarkan permasalahan di atas maka dirasa perlu adanya
pengembangan modul materi pembelajaran sayuran dan buah-buahan Kelas
X di SMKN 1 Sewon. Dengan harapan peserta didik dapat lebih mudah
memahami sayur dan buah yang sesuai dengan kompetensi keahliannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, didapat permasalahan sebagai
berikut :
1. Peserta didik tidak dapat belajar secara mandiri karena kurangnya
ketersediaan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
panduan belajar di SMKN1 Sewon.
2. Proses pembelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon
dengan menggunakan Kurikulum 2013, mengharuskan siswa mencari
sendiri materi lebih dalam.
3. Materi sayuran dan buah-buahan yang diperoleh siswa dari internet
6
4. Mata pelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon diberikan
kepada kelas X, sebagai siswa yang baru menginjak dunia SMK masih
asing terhadap materi pembelajaran tersebut, sehingga membutuhkan
modul agar pemahaman siswa semakin mendalam.
5. Terbatasnya jam belajar di SMKN 1 Sewon untuk siswa mengeksplorasi
materi pembelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon.
6. Keterbatasan media pembelajaran mengenai materi pelajaran sayuran
dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon.
7. Pemahaman belajar siswa terhadap mata pelajaran di bidang boga
khususnya materi pelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon
masih kurang.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, maka penelitian ini akan
mengembangkan modul pelajaran sayuran dan buah-buahan, yakni
pengetahuan terhadap sayur dan buah bagi siswa kelas X. Penggunaan
media modul sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman
dan kompetensi siswa Jurusan Tata Boga di SMKN 1 Sewon.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi serta dibatasi, dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti :
1. Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan
buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1
7
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan
sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan
sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon.
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan
sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon.
F. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
adalah pengembangan sebuah modul pembelajaran tentang sayuran dan
buah-buahan berbentuk media cetak, yang disusun sesuai dengan
komponen isi/materi, penyajian materi, keterbacaan dan bahasa. Modul ini
dirancang untuk menumbuhkan minat belajar dan kreativitas siswa. Modul
dibuat dengan tampilan cover yang diberi ilustrasi gambar dan warna
menarik, isi modul disusun secara sistematis, runtut dan jelas, serta bahasa
8
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai :
a. Mengembangkan ilmu yang telah dipelajari dengan mengemas dalam
suatu media pembelajaran sesuai kriteria yang telah ditentukan.
b. Menumbuhkan suatu sikap kepada mahasiswa untuk berfikir ilmiah,
dinamis, kreatif dan aktif dalam pengembangan dan implementasi ilmu
pengetahuan terutama pada bidang kependidikan.
c. Menambah pengetahuan mengenai pembelajaran, sayuran dan
buah-buahan sebagai pengayaan ilmu di bidang boga.
2. Bagi Pendidik :
a. Menambah alternatif bahan ajar yang dipergunakan oleh guru.
b. Meningkatkan pembelajaran yang lebih baik dan mengoptimalkan
pemahaman siswa mengenai materi pelajaran sayuran dan
buah-buahan.
3. Bagi Siswa :
a. Membantu siswa belajar sesuai dengan Kurikulum 2013 yang
mengharuskan siswa belajar mandiri untuk meningkatkan kreatifitas
dan rasa ingin tahu siswa.
b. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa mengenai materi
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran a. Media Pembelajaran
Azhar Arsyad (2011 : 3), mengemukakan bahwa kata media
berasal dari bahasa Latin medius, yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Menurut Heinich dan kawan-kawan dalam
Azhar Arsyad (2011 : 4), istilah medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media
komunikasi membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran.
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2014 : 7) Asosiasi Pendidikan
Nasional (National Education Association/NEA) mengemukakan bahwa
media merupakan bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual
dilengkapi dengan peralatannya. Media harus dapat dimanipulasi,
dapat dilihat, didengar dan dibaca.
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2005:7)
pembelajaran adalah proses atau cara untuk mendalami sesuatu
dengan sungguh-sungguh. Diartikan proses karena pembelajaran
merupakan sesuatu perbuatan yang berkesinanbungan antara
sebelum atau sesudah tindakan. Menurut Oemar Hamalik (2010:57)
unsur-10
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur
tersebut sangat berhubungan antara satu dengan yang lain saling
berkaitan. Hal tersebut mempengaruhi tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Media pembelajaran menurut Wawan Rusmawan (2009), adalah
sejumlah alat bantu, bahan, simulasi atau program yang digunakan
dalam pembelajaran untuk memperlancar keberhasilan belajar.
Kepiawaian guru menggunakan metode belajar yang tepat serta
didukung media pembelajaran, ikut memberi kontribusi terhadap
efektifitas mengajar . Oemar Hamalik (2010:63) berpendapat bahwa
media pembelajaran merupakan unsur penunjang dalam proses belajar
mengajar agar terlaksana dengan lancar dan efektif.
Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang
mengantarkan materi pelajaran oleh pengajar (sumber pesan) kepada
peserta didik (penerima pesan). Pembelajaran dinyatakan efektif
apabila dengan menggunakan media pembelajaran, peserta didik lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh pengajar.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh sebagian
pengalaman belajar. Pengalaman belajar (learning experience)
tergantung pada interaksi siswa dengan media. Media yang tepat dan
11
belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil belajar (Dina
Indriana, 2011 : 47).
Menurut Arief S. Sadiman (2014 : 17-18) secara umum media
pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak hanya dalam bentuk tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
2) Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera.
3) Mengatasi sikap pasif anak didik, media pendidikan dapat menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan, serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4) Mengatasi masalah pembelajaran karena perbedaan pengalaman dan lingkungan serta kurikulum yang harus ditempuh oleh peserta didik sama sehingga media pembelajaran dapat memberikan perangsang, pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Menurut Nana Sudjana (2010:2), media dapat membantu dalam proses
belajar siswa antara lain : 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pengajaran
akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh para siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik, 3) metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar di setiap jam pelajaran, 4) siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasi dan lain-lain.
Pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011:15), mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
12
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran sangat membantu
kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran
pada saat itu. Media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Fungsi dan manfaat media pembelajaran berdasarkan beberapa
pendapat di atas adalah untuk memperjelas penyajian, mempermudah
pembelajaran, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
membangkitkan motivasi belajar, mengatasi sikap pasif peserta didik dan
meningkatkan pemahaman terhadap materi.
c. Jenis Media Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik (2010:202), dalam arti sempit, media
pembelajaran hanya meliputi media pembelajaran yang dapat digunakan
secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam
arti kata luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang
kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi,
diagram, bagan, dan objek-objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah.
Ada beberapa jenis dari media pembelajaran, meliputi modul cetak,
film, televisi, film bingkai, film tangkai, program radio, komputer dan lainnya
dengan ciri dan kemampuan yang berbeda (Arief S. Sadiman, 2014:19).
Sedangkan menurut Rudy Bretz dalam Arief S. Sadiman (2014:10), media
dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Bretz juga
membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam
13
gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media
visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio
dan 8) media cetak.
Briggs dalam Arif S. Sadiman (2014:23), jenis media lebih mengarah
pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat
ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut
dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya.
Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses
belajar mengajar, yaitu : objek, model, suara langsung, rekaman audio,
media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi,
film rangkai, film, televisi dan gambar.
Menurut Sheels & Glasgow dalam Azhar Arsyad (2011 : 33-34), jenis
media dari segi perkembangan teknologi dibagi dalam dua kategori, yaitu
media tradisional dan media teknologi muthakhir.
1) Media Tradisional
a) Visual diam yang diproyeksikan ; proyeksi overheads, slides,
b) Visual yang tak diproyeksikan ; gambar, poster, foto, grafik, c) Audio ; rekaman piringan, pita kaset,
d) Penyajian multimedia ; slide plus suara (tape), multi-image, e) Visual dinamis yang diproyeksikan ; film, televisi, video
f) Cetak ; buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah, hand out, g) Permainan ; teka-teki, simulasi, permainan papan,
h) Realia ; model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka) 2) Media Teknnologi Mutakhir
a) Media berbasis telekomunikasi ; telekonferen, kuliah jarak jauh,
b) Media berbasis mikroprosesor ; permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
jenis media pembelajaran menengah pada peningkatan efektifitas
14
tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Jenis-jenis media
pembelajaran meliputi media visual/grafis/dua dimensi, media tiga dimensi,
media audio visual, media proyeksi serta lingkungan. Modul merupakan
media cetak sebagai bagian dari jenis media visual/grafis/dua dimensi.
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011:2), pengetahuan dan
pemahaman yang perlu dikuasai oleh guru tentang media pembelajaran
meliputi :
1) Media sebagai alat komunikasi agar proses belajar mengajar lebih efektif;
2) Fungsi media untuk mencapai tujuan pendidikan; 3) Seluk beluk proses belajar;
4) Hubungan antara cara mengajar dan media pendidikan; 5) Manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
6) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan; 7) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan; 8) Media pendidikan dalam setiap pendidikan; 9) Usaha inovasi dalam media pendidikan.
Menurut Arif S. Sadiman (2014:85), kriteria pemilihan media
pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan
dan karakteristik media tersebut. Sedangkan pendapat lain disampaikan
oleh Profesor Ely dalam Arief S. Sadiman (2014:85), pemilihan media
seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan
komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Meskipun tujuan
dan isinya sudah diketahui, faktor lain seperti karakteristik peserta didik,
strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan
15
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu dengan mempertimbangkan
tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, karakteristik media, strategi
pembelajaran, ketersediaan waktu dan biaya, serta fungsi media tersebut
dalam pembelajaran.
2. Tinjauan Tentang Modul a. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar berbentuk cetak
yang dikemas secara utuh dan sistematis, untuk membantu siswa
menguasai tujuan belajar yang spesifik sehingga dipelajari secara mandiri
(Dick & Cary, 1985 : 186). Pendapat yang hampir serupa disampaikan
oleh Daryanto (2013 : 31), modul diartikan sebagai materi pelajaran yang
disusun dan disajikan secara tertulis sehingga pembaca diharapkan dapat
menyerap sendiri materi tesebut. Dengan kata lain sebuah modul adalah
sebagai bahan ajar dimana membacanya dapat belajar sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:751), modul adalah
program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan
bantuan yang minimal dari guru pembimbing meliputi perencanaan tujuan
yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang
dibutuhkan, serta alat untuk menilai, mengukur keberhasilan peserta didik
dalam penyelesaian pembelajaran.
Dikutip dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah (2008:4), mendefinisikan modul sebagai salah satu bentuk
16
yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan
belajar. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri,
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
modul merupakan bahan ajar cetak yang didesain secara utuh dan
sistematis yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran sebagai
sarana belajar siswa yang bersifat mandiri sesuai dengan kecepatan
masing-masing.
b. Peranan Modul Pembelajaran
Menurut Daryanto (2013 : 31), pendekatan dengan modul menjadi
pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokus pada penguasaan
kompetensi dari bahan pelajaran yang dipelajari siswa dengan waktu
tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Modul sebagai media
bahan cetak yang memungkinkan peserta didik belajar mandiri
merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab
dan kewenangan dari guru/tutor atau orang lain, tetapi bukan berarti
harus tergantung kepada mereka.
Kelebihan dari modul adalah dapat menyajikan pesan atau
informasi dalam jumlah yang banyak, dapat dipelajari sesuai dengan
kebutuhan dan minat serta kecepatan masing-masing, kapan saja karena
bisa dibawa kemana pun, tampilannya lebih menarik jika dilengkapi
dengan gambar dan warna, dan perbaikan atau revisi dapat mudah
17
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya modul pembelajaran memberikan keuntungan yang dapat
membantu siswa mencapai kompetensi dan meningkatkan efektifitas
pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur, menjadikan
siswa lebih mandiri untuk menguasai materi, pesan atau isi materi pada
modul disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan masing-masing
serta bentuk modul yang menarik dapat meningkatkan motivasi belajar.
c. Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
belajar dan meminimalisir rasa jenuh peserta didik saat mempelajarinya,
maka pengembangan modul menurut Daryanto (2013 : 9-11), harus
memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, antara lain :
1) Self Intruction
Melalui modul, memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan
tidak tergantung pada pihak lain.
2) Self Contained
Syaratnya adalah seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut, tujuannya adalah memberikan
kesempatan peserta didik pempelajari materi pembelajaran secara
tuntas.
3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Modul tidak tergantung pada media lain. Peserta didik dapat
18 4) Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi terhadap perkembangan ilmu
dan teknologi serta fleksibel. Modul dikatakan adaptif jika isi materi
pembelajaran dapat digunakan sesuai dengan kurun waktu tertentu.
5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Setiap instruksi dan paparan informasi dalam modul yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat, temasuk memudahkan pemakai
dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta
menggunakan istilah yang umum digunakan.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat dijelaskan bahwa modul bersifat
self instruction yang berarti pengajaran modul memuat suatu unit bahan
pelajaran, dengan pendekatan pengalaman belajar aktif siswa.
Pembelajaran modul dapat menyesuaikan perbedaan-perbedaan
kemampuan setiap individual siswa, karena modul disusun untuk
diselesaikan secara perorangan sesuai kesempatan belajar dan
kecepatan masing-masing siswa. Modul memuat rumusan tujuan
pembelajaran berguna bagi penyusun (guru) untuk memahami isi
pembelajaran dan pengguna (siswa) agar mampu menguasai materi dan
19
d. Pedoman Penulisan Modul
Menurut Daryanto (2013 : 15), penulisan modul pembelajaran
merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas
secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai
kompetensi atau sub kompetensi. Penulisan modul dilakukan dengan
sistematika modul yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang
ada. Jika modul yang ditulis tidak sesuai dengan kondisi siswa atau lokasi
sekolah, misalnya modul menggunakan istilah atau bahasa yang terlalu
tinggi sedangkan modul digunakan di desa terpencil yang mayoritas
penduduknya tidak begitu memahami istilah-istilah intelektual, maka tidak
menutup kemungkinan jika siswa kesulitan untuk menyerap ilmu yang
ingin disampaikan.
Untuk membuat atau mengembangkan modul yang bermutu,
harus melalui tahapan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Penulisan
modul menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah (2008), adalah sebagai berikut :
1) Kerangka Modul
a) Halaman sampul : berisi judul modul, gambar, penerbit dan edisi.
b) Halaman francis : judul, nama penyusun, nama editor, tahun revisi.
c) Kata pengantar : berisi peranan modul dalam proses pembelajaran.
d) Daftar isi : kerangka modul disertai nomor halaman.
e) Peta kedudukan modul : menunjukkan kedudukan modul di bidang
keahlian yang disajikan dalam bentuk diagram.
20 2) Pendahuluan
a) Standar kompetensi : berisi uraian kompetensi pada kurikulum.
b) Deskripsi : berisi penjelasan singkat ruang lingkup isi modul,
manfaat dan hasil yang akan dicapai.
c) Waktu : jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai
kompetensi.
d) Prasyarat : berisi kemampuan awal yang harus dikuasai untuk
mempelajari modul.
e) Petunjuk penggunaan modul : merupakan panduan menggunakan
modul.
f) Tujuan akhir : berisi kompetensi yang akan dikuasai setelah
mengikuti seluruh kegiatan belajar.
g) Cek penggunaan standar kompetensi : untuk mengukur
penguasaan kompetensi peserta didik terhadap modul.
3) Pembelajaran
a) Rencana belajar peserta didik : berisi jenis kegiatan, tanggal, waktu
dan tempat pencapaiaan.
b) Kegiatan belajar : berisi rangkaian pengalaman belajar, tujuan,
uraian materi, rangkuman, tugas, tes formatif dan lembar kerja.
4) Evaluasi
Bagian ini berisi evaluasi belajar peserta didik setelah menyelesaikan
satu modul. Evaluasi meliputi:
a) Tes kognitif
Dirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat keberhasilan
21 b) Tes psikomotor
Dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian kemampuan
psikomotorik dan perubahan perilaku.
c) Penilaian sikap/tes attitude
Instrumen penilaian sikap dirancang untuk mengukur sikap kerja
peserta didik.
d) Kunci jawaban
Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan.
e) Daftar pustaka
Berisi semua referensi yang digunakan saat penyusunan modul.
Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau
kerangka yang sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada.
e. Elemen Mutu Modul
Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang efektif dan mampu
memerankan fungsinya dalam pembelajaran, modul perlu dirancang dan
dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang
mensyaratkannya. Menurut Daryanto, (2013 : 13-15) Elemen-elemen
yang harus dipenuhi antara lain :
1) Format penulisan modul ; a) gunakan format kolom yang proporsional
sesuai dengan ukuran kertas yang digunakan, b) gunakan format
kertas yang tepat dengan memperhatikan tata letak dan format
22
penekanan hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat
berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
2) Organisasi, diantaranya ; a) tampilan peta gambaran cakupan materi
dalam modul, b) organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan
susunan yang sistematis, c) susun dan tempatkan naskah, gambar dan
ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti, d)
organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan
dan alur yang mudah dipahami, e) organisasikan antar judul, subjudul
dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.
3) Daya Tarik, modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti ; a)
sampul (cover), dengan kombinasi warna, gambar (ilustrasi), bentuk
dan ukuran huruf yang serasi, b) bagian isi modul dengan
menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi,
pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna, c) tugas dan
latihan dibuat menarik.
4) Bentuk dan ukuran huruf ; a) menggunakan bentuk dan ukuran huruf
yang mudah dibaca, b) gunakan perbandingan huruf yang proporsional
antar judul, sub judul dan isi naskah, c) hindari penggunaan huruf
kapital untuk seluruh teks.
5) Ruang (spasi kosong), merupakan ruang kosong tanpa naskah atau
gambar untuk menambah kontras penampilan modul, menambahkan
catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada peserta
23
6) Konsistensi penulisan modul diantaranya ; a) gunakan bentuk dan
huruf secara konsisten dari halaman ke halaman, b) gunakan jarak
spasi dan tata letak pengetikan yang konsisten.
Dalam penyusunan modul, hal yang tidak kalah penting harus
diperhatikan adalah konsistensi tata letak pengetikan dan margin. Dengan
bahasa yang mudah dicerna dan penulisan yang rapi, maka modul akan lebih
mudah untuk dipelajari dan menarik untuk dibaca.
3. Tinjauan Tentang Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan a. Pengertian Sayuran dan Buah-buahan
Mata pelajaran pengetahuan bahan makanan merupakan salah satu
mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMKN 1 Sewon yang harus
ditempuh siswa di kelas X. Dalam mata pelajaran tersebut, terdapat salah
satu kompetensi yaitu sayuran dan buah-buahan yang tercantum dalam
Silabus Jasa Boga Kelas X SMKN 1 Sewon terdiri oleh beberapa
kompetensi dasar meliputi :
1. Daging dan hasil olahannya
2. Unggas dan hasil olahannya
3. Ikan dan hasil olahannya
4. Susu dan hasil olahannya
5. Telur dan hasil olahannya
6. Lemak dan minyak
7. Serealia (gandum dan beras) dan hasil olahannya
8. Kacang-kacangan dan hasil olahannya
24 10. Bumbu dan rempah
11. Bahan makanan tambahan
12. Bahan minuman (kopi, teh, coklat)
13. Gula dan hasil olahannya
Sumber : Silabus Jasa Boga Kelas X SMKN 1 Sewon
Sayuran dan buah-buahan segar berperan menyediakan vitamin,
mineral, atau serat serta mempunyai khasiat lain untuk kesehatan. Dengan
beranekaragamnya jenis sayuran dan buah-buahan maka memudahkan
makhluk hidup mengkonsumsinya setiap hari dengan jenis yang
berbeda-beda (Tien R. Muchtadi, 2011 : 146). Beberapa metode pemasakan dan
penyajian sayuran dan buah-buahan dapat pula diterapkan agar sayuran
dan buah-buahan dalam menu senantiasa bervariasi. Semua sayuran dan
buah-buahan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Jumlah
zat gizi pada setiap jenis sayuran dan buah-buahan berbeda.
Dengan modul sayuran dan buah-buahan yang dikembangkan dalam
penelitian ini, maka diharapkan siswa dapat mengetahui secara lebih
mendalam mengenai seluk beluk sayuran dan buah-buahan. Materi yang
dikembangkan dalam modul sudah disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran pengetahuan bahan makanan khususnya materi mengenai
sayuran dan buah-buahan.
Pembelajaran dalam modul yang dikembangkan meliputi :
1) Pengertian sayuran dan buah-buahan
2) Kandungan sayuran dan buah-buahan
3) Fungsi sayuran dan buah-buahan
25 5) Bagian sayuran dan buah-buahan
6) Kualitas sayuran dan buah-buahan
7) Cara mengolah sayuran dan buah-buahan
8) Cara penyimpanan sayuran dan buah-buahan
b. Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan
Sayuran merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi.
Menurut Tien R. Muchtadi, dkk (2011:146), sayuran adalah tanaman
hortikultura yang umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari
setahun) dan merupakan tanaman musiman. Pendapat lain disampaikan
oleh Kusmiati, dkk (1999:1), yang menyatakan bahwa sayuran adalah
semua jenis makanan yang dapat dimakan baik yang diambil dari akar,
batang, daun, bunga dan banyak bagian lain yang digunakan sebagai lauk
pauk.
Sayuran merupakan sebutan umum untuk bahan makanan yang
berasal dari tumbuhan yang mengandung kadar air tinggi, dikonsumsi dalam
keadaan segar (mentah) maupun dengan pengolahan yang minimal.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/sayuran
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sayuran adalah semua jenis makanan yang didapatkan dari tumbuhan baik
diambil dari akar, batang, daun dan bunga. Sayuran dapat dikonsumsi dalam
keadaan mentah misalnya lalab maupun dengan melalui proses pemasakan.
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang
sari. Pada umumnya buah merupakan tempat biji (Tien R. Muchtadi, dkk,
26
dalam keadaan mentah. Karena daging buah memiliki rasa manis dan segar
maka dapat langsung dikonsumsi tanpa tambahan apapun, sebagai
makanan penutup (dessert), salad maupun sebagai bahan tambahan untuk
kue, pudding dan minuman. Pendapat lain dikemukakan oleh Kusmiati, dkk
(1999:8), yaitu buah merupakan bagian dari tanaman yang seolah-olah
berfungsi sebagai indung telur dari suatu tanaman.
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan dari bakal buah (ovarium). Buah berfungsi sebagai
pembungkus biji untuk melindunginya dari gangguan eksternal.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/buah
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disumpulkan
bahwa buah adalah bagian dari tanaman yang umumnya dagingnya
mempunyai rasa manis dan segar sehingga dapat langsung dikonsumsi,
buah merupakan tempat dari biji yang seolah-olah berfungsi sebagai indung
telur dari suatu tanaman. Daging buah juga berfungsi untuk melindungi biji
dari gangguan eksternal misalnya hama maupun kerusakan fisik seperti
benturan.
Buah yang sudah matang pada umumnya memiliki rasa yang manis,
hanya sedikit buah yang memiliki rasa pahit. Pada umumnya buah
mengandung vitamin C, vitamin A, garam besi, lemak maupun kalori yang
sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Sangat dianjurkan mengkonsumsi
buah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan vitamin.
Menurut Harnani Fatmawati (2013:33), dalam sayuran terdapat
kandungan betakaroten yang merupakan bentuk awal dari vitamin A
27
sebagai penguat jaringan tubuh, membantu proses pertumbuhan dan proses
penglihatan. Provitamin A banyak terkandung dalam sayuran berdaun hijau
seperti bayam, daun singkong, dan daun kangkung serta sayuran berwarna
orange sampai merah seperti wortel dan tomat. Semakin hijau warna
sayuran maka kandungan vitaminnya akan semakin tinggi.
Kandungan nutrisi sayuran yang satu dan sayuran yang lain berbeda,
umumnya sayuran sangat sedikit mengandung protein dan lemak, namun
banyak memiliki kandungan vitamin, provitamin, mineral, fiber dan
karbohidrat. Selain itu sayuran juga memiliki kandungan antioksidan, anti
bakteri, anti jamur, dan zat anti racun. http://id.m.wikipedia.org/wiki/sayuran
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sayuran dapat disajikan
dalam keadaan mentah maupun matang. Sayuran yang disajikan setelah
melalui proses pemasakan/pengolahan misalnya bayam disajikan sebagai
sayur bening, asparagus sebagai sup asparagus, kangkung sebagai tumis
kangkung, dan sawi sebagai cah sawi. Sayuran memiliki rasa, aroma dan
warna yang khas dan tajam. Jenis sayuran yang sering disajikan dalam
keadaan mentah, seperti selada, mentimun, dan kemangi. Jenis sayuran ini
digolongkan sebagai sayuran lalab. Sayuran ini biasanya disajikan bersama
dengan saus atau krim sebagai salad atau dengan sambal.
Menurut Kusmiati (1999:9), kesegaran adalah faktor utama yang
menentukan kualitas dari buah dan sayuran, dapat dengan mudah terjadi
kerusakan akibat dari reaksi getah khususnya untuk buah yang banyak
mengandung getah. Ada kalanya sayuran dan buah-buahan tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak, hal ini terjadi karena hasil panen yang berlimpah
28
disimpan tidak tahan dalam waktu lama (mudah rusak), sehingga
pengawetan perlu dilakukan. Pengawetan sayuran dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya dengan pengeringan, pendinginan, pembekuan
dan dengan fermentasi. Pengawetan sayuran bertujuan untuk menghambat
atau mencegah terjadinya kerusakan, menghindari terbentuknya racun,
memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu. Walaupun dalam
bentuk awetan, sayuran dipertahankan baik warna, bentuk, konsistensi,
tekstur dan aroma.
Pada saat penyimpanan sayuran dan buah-buahan segar akan
terjadi perubahan sifat fisik dan kimia sehingga zat gizi dan penampilan
menurun, sayuran dan buah peka terhadap kerusakan dingin. Jenis
kerusakan yang disebabkan oleh pembekuan pada sayuran dan buah cukup
bervariasi. Sayuran yang disimpan pada suhu 5-8°C akan merubah sifat fisik
sayuran menjadi berwarna coklat sampai hitam kehijauan. Kerusakan yang
sangat parah ditunjukkan dengan adanya pelunakan sayuran dan daging
buah. Penyimpanan yang tepat diperlukan agar sayuran tetap berkualitas,
baik penampilan fisik mupun kandungan gizinya. Selama penyimpanan
sayuran akan mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh faktor
dari dalam sayuran dan buah-buahan itu sendiri dan kondisi lingkungan.
Faktor suhu dan kelembaban sangat berpengaruh pada proses
penyimpanan. Menurut Harnani Fatmawati (2013:34), pada saat
penyimpanan sayuran dan buah-buahan, beberapa hal perlu diperhatikan
agar kesegaran dan kualitas sayuran tetap dapat dipertahankan, seperti:
1) Kemasan sayuran dan buah-buahan yang baru dibeli diganti dengan
29
2) Bersihkan bagian sayuran dan buah-buahan yang sudah rusak atau
memar dibuang.
3) Hindari membuang batang atau kulit bagian luar sayuran dan
buah-buahan.
4) Sayuran dan buah-buahan tidak perlu dicuci karena dikhawatirkan
sayuran menjadi lembab atau memar. Sayuran dan buah-buahan yang
harus dicuci karena terlau kotor maka sayuran segera ditiriskan setelah
dicuci hingga air tak tersisa/tiris.
Menurut Harnani Fatmawati (2013:34), penyimpanan sayuran dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyimpanan pada suhu kamar,
pada suhu rendah, dan dengan merendam pangkal batang sayuran.
Sayuran yang disimpan pada suhu kamar, umumnya adalah jenis sayuran
umbi seperti bawang merah, bawang putih, lobak dan lain-lain. Tempat
penyimpanan harus kering, tidak terkena cahaya matahari langsung, dan
memiliki sirkulasi udara baik. Kondisi yang lembab akan mempercepat
kerusakan, sedangkan cahaya dapat merangsang pertumbuhan tunas.
Sebagai contoh, kentang akan berubah warna menjadi hijau bila disimpan
ditempat yang terkena cahaya. Cahaya juga menyebabkan terbentuknya
solanin yang berbentuk racun. Sebaiknya sayuran diletakkan dengan cara
dihamparkan pada tampah atau keranjang. Bila harus dibungkus demi
kebersihan sebaiknya digunakan plastik berlubang. Bila memungkinkan
penyimpanan bawang merah dan bawang putih dengan cara digantung.
Menurut Kusmiati, dkk (1999:6), faktor suhu memegang peranan penting
dalam penyimpanan sayuran, selain itu wadah yang digunakan untuk
30
dilakukan dalam almari pendingin (refrigerator). Pada cara ini, sayuran
disimpan pada suhu 5-8°C. Penyimpanan dengan cara ini mampu
menghambat respirasi dan metabolisme sayuran, proses penuaan dan
pelayuan, kerusakan oleh mikroba, serta proses pertumbuhan yang tak
dikehendaki seperti pertunasan pada kentang dan wortel. Menurut Harnani
Fatmawati (2013:35), ada beberapa langkah penyimpanan sayuran di almari
pendingin:
1) Sayuran dan buah-buahan yang akan disimpan harus dibersihkan.
2) Sayuran dan buah-buahan dipisahkan menurut jenisnya agar tidak terjadi
reaksi yang tidak dikehendaki.
3) Sayuran dan buah-buahan diletakkan dibagian crisper, yaitu ruangan
paling bawah yang dirancang untuk menyimpan sayuran. Bila ruang
crisper tidak cukup maka sayuran yang tahan suhu rendah, seperti lobak,
wortel, kubis, dan terong disimpan pada rak di atas pendingin dibawah
chiller.
4) Setiap kemasan sayuran dan buah-buahan disusun dengan baik dan
diusahakan terletak dalam kondisi tegak agar tidak saling tumpang tindih.
Sayuran yang membutuhkan suhu lebih rendah diletakkan di bagian
paling belakang.
Idealnya, pendinginan sayuran dan buah-buahan yang mudah busuk
dimulai segera setelah panen, dan terus dilakukan selama perjalanan,
penggudangan, penjualan dan penyimpanan sampai akhirnya dikonsumsi
atau diolah (Tien R. Muchtadi, dkk, 2013:35). Sehingga makanan yang
31
dalam sayur dan buah terjaga sehingga dapat diserap tubuh secara
maksimal.
Harnani Fatmawati (2013:35), mengungkapkan bahwa selain karena
adanya mikroba, ada dua jenis kerusakan lain yang disebabkan oleh faktor
dari dalam sayuran dan buah-buahan adalah akibat penyimpanan yang
terlalu dingin dalam waktu lama, yaitu chiling injuries dan freezing injuries.
Chiling injuries adalah kerusakan yang disebabkan oleh terbentuknya toksin
yang bersifat meracuni sehingga sel-sel akan mati dan akibatnya sayuran
membusuk. Dalam keadaan normal toksin dinetralkan oleh asam askorbat
yang terdapat dalam sayuran dan buah-buahan.
Dalam keadaan dingin pembentukan toksin semakin cepat dan
sebaliknya pembentukan asam askorbat akan menurun. Jumlah asam
askorbat tidak cukup untuk menetralkan toksin. Freezing injuries merupakan
kerusakan akibat adanya pembentukan air didalam sel sayuran dan
buah-buahan yang terus membesar sehingga sel-sel mengalami dehidrasi dan
mengering. Keadaan tersebut menyebabkan protein rusak dan enzim
kehilangan fungsinya. Akibatnya, metabolisme terhenti dan sel-sel mati
sehingga terjadilah kebusukan. (Harnani Fatmawati , 2013:35)
Penyimpanan dengan merendam pangkal batang dapat dilakukan pada
bayam, kangkung, sawi, daun katuk, daun singkong dan asparagus. Batang
sayuran yang akan disimpan dipotong sekitar 1 cm agar proses penyerapan
air saat direndam dapat lebih lancar. Sayuran disusun dalam keadaan berdiri
tegak sehingga seluruh bagian akar atau batang dapat terendam seluruhnya.
32
Sejalan dengan kemajuan bidang tata boga, pengolahan sayuran dan
buah-buahan tidak hanya manyangkut rasa dan aroma saja, tetapi cara
penyajiannya juga harus diperhatikan. Untuk itu, diperlukan trik tertentu agar
penyajian sayuran dan buah-buahan tampil indah dan menggugah selera.
Sayuran dan buah banyak digunakan sebagai penghias dan pelengkap
dekorasi sajian makanan. Sayuran dan buah dapat dibentuk, diukir, dan
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi berbagai model hiasan. Sayuran
dan buah penghias sajian makanan dapat berupa timun, tomat, cabe atau
peterseli yang disusun indah dalam alat penyajian. Untuk mengolah sayuran
menjadi suatu masakan yang disajikan, tentunya anda harus memilih
sayuran sesuai dengan kriteria dan memahami sifatnya.
4. Tinjauan Tentang Penelitian Pengembangan Modul a. Pengertian Penelitian Pengembangan
Pembaharuan pendidikan biasanya harus mengalami suatu
pengembangan sebelum ke dalam dimensi skala besar. Development
sering bergandengan dengan riset sehingga prosedur yang digunakan
dalam pendidikan adalah Reserach and Development (R and D).
Reserach and Development meliputi aktivitas riset dasar, seperti
pencarian dan pengujian teori-teori belajar. Riset ini mengetengahkan
proses pengembangan bahan-bahan kurikulum yang baru.
Menurut Sugiyono (2006:407), metode penelitian dan
pengembangan atau dalam bahasa Inggris Reserach and Development
(R & D) adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk
33
Mohammad Adnan Latief (2009:2), penelitian pengembangan
adalah kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan kemudian
diteruskan dengan development. Reserch dilakukan untuk mendapatkan
infirmasi tentang kebutuhan pengguna (needs assesment) saat proses
awal maupun proses pengembangan berupa kegiatan pengumpulan dan
analisis data pada tahap validasi ahli dan validasi empiris atau uji coba.
Kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran yang mengacu pada produk yang dihasilkan dalam proyek
penelitian, yaitu dalam bentuk perangkat pembelajaran.
Penelitian pengembangan merupakan usaha peningkatan kualitas
pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut ; 1) sebagai
upaya inovatif atau penerapan teknologi untuk pertanggung jawaban
profesional dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, 2)
pengembangan model, yang menunjang keefektifan pencapaian
kompetensi siswa, 3) pengembangan produk, sehingga produk yang
dihasilkan bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik, 4) proses pengembangan
model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran
didokumentasikan secara rapi (I Wayan Santyasa, 2009 : 3-4).
Dari berbagai pengertian penelitian pengembangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan atau research and development
adalah aktifitas research untuk mendapatkan informasi kebutuhan,
kemudian dilanjutkan dengan development untuk menghasilkan produk
dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan menghasilkan
34
upaya penyelesaian masalah, peningkatan efektifitas dan proses
pengembangan produk.
b. Prosedur Pengembangan Modul
Mohammad Adnan Latief (2009:6-7), penelitian pengembangan
dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran ditemui di kelas oleh
guru/peneliti. Masalah pembelajaran terkait dengan perangkat
pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media
pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar. Perangkat pembelajaran
dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak
memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki.
Menentukan satu masalah perangkat pembelajaran sebagai prioritas yang
diangkat sebagai dasar melaksanakan penelitian pengembangan.
Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan
perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan.
Peneliti kemudian mengembangkan draft pembelajaran berdasarkan teori
yang relevan. Setelah selesai dikembangkan, draft harus direview sendiri
oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review). Draft tersebut
kemudian dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert
validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan
terhadap draft. Setelah draft direvisi kemudian menguji-coba draft
disesuaikan dengan penggunaan perangkat tersebut. Uji coba dilakukan
pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu
35
pembelajaran. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft
akhir perangkat pembelajaran tersebut.
Prosedur penelitian pengembangan oleh Tim Pusat Penelitian
Kebijakan dan Inovasi Pendidikan / Puslitjaknov (2008:2-9), peneliti
menyabutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam
pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam
setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar
komponen dalam sistem.
Sebagai contoh prosedur pengembangan yang dilakukan Borg and
Gall (1983) dalam Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
/ Puslitjaknov (2008:8-9) mengembangkan pembelajaran mini (mini
course) melalui 10 langkah :
1) Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei), 2) Melakukan perencanaan,
3) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal, 4) Melakukan uji coba lapangan tahap awal, 5) Melakukan revisi terhadap produk utama,
6) Tes/penilaian prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran,
7) Melakukan revisi terhadap produk operasional, 8) Melakukan uji lapangan operasional,
9) Melakukan revisi terhadap produk akhir,
10) Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dalam
Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan / Puslitjaknov
(2008:9), dapat dilakukan dengan lebih sederhana dengan melibatkan
lima langkah utama yaitu ; 1) melakukan analisis produk yang akan
dikembangkan, 2)mengembangkan produk awal, 3) validasi ahli dan
36
lapangan skala besar dan produk akhir. Dengan 5 langkah tersebut, maka
penelitian akan menjadi lebih mudah dan menghemat waktu.
Pendapat lain disampaikan oleh Sugiyono (2006 : 408-427),
langkah-langkah penelitian dan pengembangan meliputi ; 1) potensi dan masalah,
2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi
desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9)
revisi produk, 10) produksi masal. Walaupun langkah penelitian ini
memiliki 10 langkah, sama seperti penelitian yang dikembangkan oleh
Borg and Gall namun langkah-langkah yang dilakukan berbeda.
Pendapat lain prosedur pengembangan menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2007: 10-18), meliputi perencanaan, studi
eksplorasi, pengembangan produk awal, validasi, pengumpulan instrumen
dan analisis data, serta revisi model. dengan tahapan sebagai berikut :
1) Perencanaan, meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai, penetepan kriteria ketercapaian hasil, merancang kegiatan pengembangan dan uji produk yang akan dilakukan.
2) Studi eksplorasi, meliputi kajian literatur tentang produk dan situasi lapangan,
3) Pengembangan bentuk awal produk,
4) Validasi, dua aspek yang diperhatikan adalah aspek produk dan aspek instruksional. Validasi produk dapat dilakukan melalui validasi ahli dan uji lapangan,
5) Instrumen pengumpulan dan analisis data, berupa teknik pengumpulan data, instrumen dan analisis data,
37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 tentang
[image:53.595.246.385.140.502.2]langkah-langkah penyusunan modul.
Gambar 1. Konsep Penyusunan Modul
(Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2008)
Standar Kompetensi
Modul
Produksi38 Keterangan :
1) Penentuan Standar Kompetensi (SK) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Standar kompetensi merupakan kemampuan yang harus dicapai peserta didik. Standar kompetensi dinyatakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Analisis kebutuhan modul
Analisis dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul dan bertujuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu.
3) Menyusun draft
Draft modul adalah bagian dari perencanaan modul untuk dilakukan revisi berdasarkan validasi dan uji coba yang dilakukan.
4) Uji coba
Uji coba dilakukan mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut diujikan, mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta didik memahami materi dan kemudahan menggunakan modul yang akan dibuat.
5) Validasi
Validasi dilakukan oleh ahli substansi dari praktisi untuk isi atau materi modul, ahli bahasa untuk penggunaan bahasa, ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional.
6) Revisi
Perbaikan modul hasil uji coba dan validasi antara lain sistematika atau pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional, tata bahasa, pengorganisasian tata tulis, dan layout
modul. 7) Produksi
Setelah revisi, modul siap untuk diproduksi. 8) Modul
39
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti menkaji beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan modul antara lain :
1. Farida Fauziyah (2008), dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan
Kemandirian Belajar Matematika Siswa Melalui Pemanfaatan Modul
Matematika Di SMK N 1 Jogonalan, Klaten”. Pra tindakan hasil angket
menunjukkan prosentase 55,36% dengan kategori kurang baik, pada
akhir tindakan prosentasenya adalah 73,98% dengan kategori cukup.
Rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 1,125 dari siklus I
rata-rata hasil belajar siswa 7,775 menjadi 8,9 pada sisklus II.
2. Widiyanti (2011), dengan judul penelitian “Pengembangan Modul
Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Akuntansi Biaya Sekolah
Menengah Kejuruan Kelas XI Semester 2”. Dari hasil penelitian, skor
persentase 97,35% validasi ahli materi, 95,89% dari ahli desain
pembelajaran, 94,25% dari guru mata pelajaran akuntansi biaya, dan
77,73% dari uji coba lapangan terbatas, sehingga didapatkan skor
persentase sebesar 91,30%.
C. Kerangka Berfikir
Bidang keahlian Tata Boga merupakan salah satu bidang keahlian di
Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Pariwisata. Dalam jurusan Tata Boga
terdapat kompetensi sayuran dan buah-buahan yang merupakan salah satu
kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan yang
40
Pembelajaran Pengetahuan Bahan Makanan di SMK N 1 Sewon,
peserta didik masih mengalami kesulitan dalam pemahaman dan
pengembangan materi pembelajaran. Karena metode pembelajaran
menggunakan metode ceramah untuk memberikan sedikit materi mengenai
ruang lingkup materi kemudian siswa mencari sebagian materi sendiri
dengan sumber internet dan buku. Dengan menggunakan internet,