• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah

NIM. 13511247011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

v

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK SISWA KELAS X SMKN 1 SEWON

Oleh:

Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah NIM. 13511247011

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon, dan (2) mengetahui kelayakan modul pembelajaran yang digunakan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Sewon.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Sewon pada bulan Oktober 2014 sampai bulan April 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang dosen ahli media (validasi), 1 orang guru ahli materi, dan 124 siswa tata boga kelas X di SMKN 1 Sewon. Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian pengembangan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan berupa kuesioner atau angket adalah lembar penilaian untuk validator ahli materi, validator ahli media, dan siswa yang digunakan untuk menggali data sesuai dengan tujuan dari peneliti. Validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Croncbach nilai koefisien reliabilitas tes evaluasi modul pembelajaran sebesar 0,938 dan modul pembelajaran sebesar 0,844 lebih besar dari 0,600. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.

(6)

DEVELOPING A VEGETABLE AND FRUIT LEARNING MODULE FOR

GRADE X OF SMKN 1 SEWON

Khoirunisa Wahyu Halimatusakdiyah

NlM 13511247011

Abstract

This study aims to: (1) develop a vegetable and fruit learning module as

learning media for Grade X students of SMKN 1 Sewon, and (2) investigate the

appropriates of the learning media used in the research and development of a

vegetable and fruit learning module as learning media for Grade X students of

SMKN 1 Sewon.

This was a research and development study. It was conducted at SMKN 1

Sewon from October 2014 to April 2015. The research subjects were 1 lecturer as

a media expert (in the validation), 1 teacher as a materials expert, and 124 Grade

X students of gastronomy at SMKN 1 Sewon. The instruments in the research and

development of the vegetable and fruit learning module were assessment sheets

for the validation by the materials expert and the media expert and a questionnaire

for the students to collect data relevant to the researcher’s objective. The

instrument validity was assessed by the product moment correlation formula and

the reliability by the Crobach’s Alpha formula. The reliability coefficient of the

learning module evaluation test was 0.938 and that of the learning module was

0.844, higher than 0.600. The data were analyzed by the descriptive technique.

The results of the study were as follows. (1) The vegetable and fruit

learning media were developed by using the development model by Borg and Gall

with a modification. The module media development comprised: (a) the module

outline consisting of the cover, franchis page, preface, table of contents, module

mapping, and glossary; (b) the introduction consisting of competence standards,

module description, competence assignment time, module prerequisites, manual

for using the module, objectives, and checking the competence standards to

measure students’ competence mastery of the module; (c) learning that consisted

of lesson plans for the students and learning activities; and (d) evaluation

consisting of cognitive tests, psychomotor tests, attitude assessment, key answers,

and references. (2) The evaluation of the appropriateness level of the vegetable

and fruit learning model in general showed valid and appropriate results. The

result of the evaluation by the media expert (a lecturer) was 95.0% and that by the

materials expert (a subject matter teacher) was 60.0%. The evaluation by the

students showed that the module was very appropriate. The score percentage for

each aspect was: 67.7% for the materials aspect, b) 72.6% for the benefit aspect, c)

66,1% for the learning media aspect, and d) 71.0% for the evaluation of the

module as a whole. o/o. Therefore, it can be concluded that the learning module

can be used as learning media by teachers as a learning resource and by students

in learning. Besides, the learning module can be used as enrichment media to

improve insights in the basic competence in vegetables and fruits.

(7)

vi MOTTO

- Jangan berfikir untuk menghukum diri sendiri setelah melakukan kesalahan,

pikirkan bagaimana caranya bangkit untuk memulai hal yang jauh lebih baik.

- Biarkan semua mengalir apa adanya.

- Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar kemampuan mereka.

- Jangan berhenti mencari pengalaman lewat hal baru yang tentunya akan

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya

persembahkan kepada :

• Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya

• Almamater tercinta UNY, terimakasih atas ilmu tanpa batas yang diberikan.

• Ayah dan Ibu tercinta di Samarinda, yang selalu memberikan kasih sayang tak

terhingga, support, dan motivasi setiap waktu, terimakasih atas segalanya.

• Adikku Kusramadhani dan Karenina, terimakasih atas dukungan tiada henti

dalam segala hal.

• Sony Zakaria yang selalu memberikan dorongan semangat dan motivasi.

• Sahabat-sahabat saya Yuni dan Erna yang sudah saya anggap saudara selalu

setia menemani dalam suka dan duka selama saya tinggal di Yogyakarta.

Sahabat-sahabat selama kuliah Ellya, Firo, Tanjung, Hetty, Nesa, Winda, Maria,

Ulfah, dan masih banyak teman-teman PKS 2013 yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu-persatu, atas motivasi, kebersamaan dan kekompakan kita selama

menuntut ilmu di PTBB FT UNY.

Pembaca laporan Tugas Akhir Skripsi yang budiman.
(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas

Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran

Sayuran Dan Buah-Buahan Untuk Siswa Kelas X Smkn 1 Sewon” dapat disusun

sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari

bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang terhormat :

1. Dra. Sutriyati Purwanti, M.Si, selaku dosen pembimbing dan Ketua Program Studi

Pendidikan Teknik Boga yang telah banyak memberikan bimbingan dan fasilitas

selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Wika Rinawati, M.Pd, selaku validator instrumen dan media penelitian yang telah

memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana

dan dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd dan Ichda Chayati, M.P, selaku Dosen Penguji

dan Sekretaris Penguji yang memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif

terhadap TAS ini.

4. Zuniarti, M.Pd, selaku validator instrumen penelitian dan guru pengampu mata

pelajaran yang telah memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian

(10)
(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Spesifikasi Produk ... 7

(12)

xi BAB II. Teori

A. Deskripsi Teori ... 9

1. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ... 9

a. Media Pembelajaran ... 9

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10

c. Jenis Media Pembelajaran ... 12

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 14

2. Tinjauan Tentang Modul ... 15

a. Pengertian Modul ... 15

b. Peranan Modul Pembelajaran ... 16

c. Karakteristik Modul ... 17

d. Pedoman Penulisan Modul ... 19

e. Elemen Mutu Modul ... 21

3. Tinjauan Tentang Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan ... 23

a. Pengertian Sayuran dan Buah-buahan ... 23

b. Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan ... 25

4. Tinjauan Tentang Penelitian Pengembangan Modul ... 32

a. Pengertian Penelitian Pengembangan ... 32

b. Prosedur Pengembangan Modul ... 34

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berfikir ... 39

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III. METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subyek Penelitian ... 45

D. Prosedur Penelitian ... 46

E. Metode Pengambilan Data ... 50

(13)

xii

G. Uji Coba Instrumen ... 55

H. Reliabilitas Instrumen ... 56

I. Teknik Analisis Data... 57

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Pengembangan Modul Pembelajaran Sayuran dan Buah-buahan .. 59

a. Analisis ... 61

b. Desain ... 65

c. Evaluasi ... 69

d. Validitas Modul Pembelajaran Sayuran dan Buah-buahan ... 70

2. Tingkat Kelayakan Modul Sayuran dan Buah-buahan ... 72

a. Aspek Kesesuaian Materi ... 72

b. Aspek Manfaat ... 73

c. Aspek Media Pembelajaran ... 75

d. Aspek Penilaian Modul Secara Keseluruhan ... 76

3. Revisi Modul Pembelajaran ... 77

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

1. Proses Pengembangan Modul Pembelajaran ... 78

2. Tingkat Kelayakan Modul Sayuran dan Buah-buahan ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 88

B. Keterbatasan Penelitian ... 89

C. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Media Pembelajaran ... 52

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Penilaian Guru ... 53

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan Modul Dari Penilaian Siswa ... 54

Tabel 4. Pedoman Memberikan Interpretasi Terhadap Kofisien Korelasi. ... 56

Tabel 5. Kategori Skala Likert ... 58

Tabel 6. Konversi Skor Nilai Pada Skala 4 ... 58

Tabel 7. Kelayakan Modul Ditinjau Dari Ahli Media ... 71

Tabel 8. Kelayakan Modul Ditinjau Dari Guru ... 71

Tabel 9. Hasil Perhitungan Pada Aspek Relevansi Kesesuaian Materi ... 73

Tabel 10. Hasil Perhitungan Pada Aspek Manfaat. ... 74

Tabel 11. Hasil Perhitungan Pada Aspek Media Pembelajaran ... 75

Tabel 12. Hasil Perhitungan Pada Aspek Penilaian Modul ... 76

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konsep Penyusunan Modul ... 37

Gambar 2. Diagram Kerangka Berfikir ... 42

Gambar 3. Skema Tahap-tahap Prosedur Pengembangan Modul ... 46

Gambar 4. Konsep Penyusunan Modul Dengan Modifikasi ... 66

Gambar 5. Pie Chart Aspek Materi ... 73

Gambar 6. Pie Chart Aspek Manfaat ... 74

Gambar 7. Pie Chart Aspek Media Pembelajaran ... 75

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 I jin Penelitian Lampiran 2 I nstrumen

Lampiran 3 Data Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Data Penelitian

Lampiran 6 Hasil Penelitian

Lampiran 7 Silabus Pengetahuan Bahan Makanan

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu dalam

proses belajar mengajar. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya

dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Azhar Arsyad, 2011 :

3). Oleh karena itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil

teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak

tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan

perkembangan dan tututan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat

menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana dan

bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

pengajaran yang diharapkan.

Salah satu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas program

pendidikan adalah dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Proses

belajar yang berkualitas dapat meningkatkan pencapaian kompetensi. Guru

sebagai pelaksana kurikulum dituntut untuk meningkatkan pencapaian

kompetensi yang telah ditentukan oleh sekolah. Salah satu usaha yang

dapat dilaksanakan oleh guru yaitu dengan memberikan penambahan nilai

(18)

2

menggunakan media yang menarik sehingga dapat membuat peserta didik

lebih tertarik pada pembelajaran.

SMKN 1 Sewon merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). SMK ini

merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

berbagai jurusan salah satunya adalah jurusan Jasa Boga yang terdiri dari

12 kelas yaitu 4 kelas untuk kelas X, 4 kelas untuk kelas XI dan 4 kelas

untuk kelas XII.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan maka diperlukan media

pembelajaran yang selalu berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan

ilmu pengetahuan. Peningkatan mutu pembelajaran di SMKN 1 Sewon

ditempuh melalui peningkatan kurikulum, saat ini kurikulum baru yang sudah

dilaksanakan adalah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 siswa diarahkan

untuk lebih aktif menggali pengetahuan dan guru bertindak sebagai

fasilitator. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata

pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan di SMKN 1 Sewon bahwa terdapat

siswa yang belum dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

yang ditetapkan sekolah yaitu 3,2. Persentase siswa yang lulus dalam mata

pelajaran pengetahuan bahan makanan adalah 111 siswa (87%) dari 124

siswa, selebihnya mempunyai nilai di bawah 3,2.

Mata pelajaran pengetahuan bahan makanan merupakan salah satu

mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMKN 1 Sewon. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran pengetahuan bahan

(19)

3

buah-buahan adalah kompetensi yang materinya belum lengkap dimiliki

dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan.

Pada kurikulum 2013 terdapat beberapa mata pelajaran baru dan

tentunya membutuhkan bahan ajar baru, salah satunya modul. Demikian

halnya pada mata pelajaran pengetahuan bahan makanan juga memerlukan

media pembelajaran yang mampu mempermudah siswa menguasai materi

tersebut. Dalam kurikulum 2013 sayuran dan buah-buahan merupakan salah

satu materi pokok dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan untuk

siswa kelas X. Mata pelajaran ini bertujuan meningkatkan kemampuan

kognitif siswa dalam memilih bahan makanan yang baik untuk diolah.

Di SMKN 1 Sewon modul pembelajaran mengenai materi sayuran

dan buah-buahan masih kurang sehingga guru masih harus mencari materi

ajar di perpustakaan dan melalui internet. Kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan Kurikulum 2013 diawali dengan memperhatikan guru

menerangkan garis besar materi pembelajaran, kemudian siswa mencari

sendiri materi pembelajaran secara lebih dalam dengan menggunakan

internet. Pembelajaran seperti ini memang sangat baik untuk meningkatkan

kreatifitas dan keaktifan siswa, namun seringkali materi yang didapat oleh

siswa terlalu luas, oleh karena itu diperlukan rangkuman materi yang jelas

agar materi yang didapat oleh siswa tidak keluar dari koridor pembelajaran.

Selain itu, pemahaman siswa kelas X mengenai materi pelajaran

sayuran dan buah-buahan masih kurang karena siswa kelas X adalah siswa

yang baru memasuki dunia SMK sehingga perlu adanya pengenalan

terhadap sayur dan buah, baik dari segi rasa, fungsi maupun kandungan gizi

(20)

4

diharapkan bisa memahami berbagai ilmu yang disampaikan dalam modul

pembelajaran tersebut. Dengan menggunakan media modul, maka siswa

dapat belajar kapan saja tanpa adanya batasan waktu layaknya di sekolah

dikarenakan jam belajar di sekolah terbatas, sehingga mengakibatkan

kurangnya waktu yang dimiliki siswa untuk mengeksplorasi materi

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran pengetahuan bahan makanan di SMKN

1 Sewon ini sudah terdapat media pembelajaran berupa modul yang dapat

dipinjam dari perpustakaan sekolah, tapi penggunaannya masih belum

maksimal. Modul masih kurang menarik dan hanya digunakan oleh guru

sebagai bahan acuan, modul tersebut tidak diberikan kepada siswa secara

individu. Modul pengetahuan bahan makanan yang sudah ada

dikembangkan menjadi modul materi sayuran dan buah-buahan yang

memiliki perpaduan teks dan gambar adalah cara untuk mengatasi kendala

di atas, karena penyampaian materi pelajaran akan lebih dimengerti apabila

didukung dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik.

Tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran

tergantung dari strategi penyampaian dan penggunaan media. Guru tidak

cukup hanya menguasai materi pelajaran akan tetapi juga harus memiliki

keterampilan mengajar serta dapat menggunakan media dengan baik.

Pembelajaran dengan media berupa modul merupakan media

pembelajaran yang baik dimana materi disampaikan lebih terinci dan tertulis

sehingga dapat dipelajari siswa kapan saja dan dimana saja. Penyampaian

kompetensi disampaikan dari berbagai sumber yang tertulis secara

(21)

5

keleluasaan dan diarahkan untuk aktif dan keratif mencari sumber lain yang

relevan. Metode pemberian latihan pada materi sayuran dan buah-buahan,

peserta didik menjadi lebih aktif sehingga dapat lebih mudah memahami

suatu konsep yang sedang dipelajari secara nyata. Pembelajaran

menggunakan modul memungkinkan guru untuk dapat memahami peserta

didik lebih baik sehingga kendala-kendala dalam pembelajaran dapat lebih

cepat teratasi. Pembelajaran menggunakan media modul lebih

menguntungkan baik bagi peserta didik maupun pengajar.

Berdasarkan permasalahan di atas maka dirasa perlu adanya

pengembangan modul materi pembelajaran sayuran dan buah-buahan Kelas

X di SMKN 1 Sewon. Dengan harapan peserta didik dapat lebih mudah

memahami sayur dan buah yang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, didapat permasalahan sebagai

berikut :

1. Peserta didik tidak dapat belajar secara mandiri karena kurangnya

ketersediaan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai

panduan belajar di SMKN1 Sewon.

2. Proses pembelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon

dengan menggunakan Kurikulum 2013, mengharuskan siswa mencari

sendiri materi lebih dalam.

3. Materi sayuran dan buah-buahan yang diperoleh siswa dari internet

(22)

6

4. Mata pelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon diberikan

kepada kelas X, sebagai siswa yang baru menginjak dunia SMK masih

asing terhadap materi pembelajaran tersebut, sehingga membutuhkan

modul agar pemahaman siswa semakin mendalam.

5. Terbatasnya jam belajar di SMKN 1 Sewon untuk siswa mengeksplorasi

materi pembelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon.

6. Keterbatasan media pembelajaran mengenai materi pelajaran sayuran

dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon.

7. Pemahaman belajar siswa terhadap mata pelajaran di bidang boga

khususnya materi pelajaran sayuran dan buah-buahan di SMKN 1 Sewon

masih kurang.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, maka penelitian ini akan

mengembangkan modul pelajaran sayuran dan buah-buahan, yakni

pengetahuan terhadap sayur dan buah bagi siswa kelas X. Penggunaan

media modul sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman

dan kompetensi siswa Jurusan Tata Boga di SMKN 1 Sewon.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi serta dibatasi, dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti :

1. Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan

buah-buahan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1

(23)

7

2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan

sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengembangkan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan

sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon.

2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran sayuran dan buah-buahan

sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMKN 1 Sewon.

F. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini

adalah pengembangan sebuah modul pembelajaran tentang sayuran dan

buah-buahan berbentuk media cetak, yang disusun sesuai dengan

komponen isi/materi, penyajian materi, keterbacaan dan bahasa. Modul ini

dirancang untuk menumbuhkan minat belajar dan kreativitas siswa. Modul

dibuat dengan tampilan cover yang diberi ilustrasi gambar dan warna

menarik, isi modul disusun secara sistematis, runtut dan jelas, serta bahasa

(24)

8

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai :

a. Mengembangkan ilmu yang telah dipelajari dengan mengemas dalam

suatu media pembelajaran sesuai kriteria yang telah ditentukan.

b. Menumbuhkan suatu sikap kepada mahasiswa untuk berfikir ilmiah,

dinamis, kreatif dan aktif dalam pengembangan dan implementasi ilmu

pengetahuan terutama pada bidang kependidikan.

c. Menambah pengetahuan mengenai pembelajaran, sayuran dan

buah-buahan sebagai pengayaan ilmu di bidang boga.

2. Bagi Pendidik :

a. Menambah alternatif bahan ajar yang dipergunakan oleh guru.

b. Meningkatkan pembelajaran yang lebih baik dan mengoptimalkan

pemahaman siswa mengenai materi pelajaran sayuran dan

buah-buahan.

3. Bagi Siswa :

a. Membantu siswa belajar sesuai dengan Kurikulum 2013 yang

mengharuskan siswa belajar mandiri untuk meningkatkan kreatifitas

dan rasa ingin tahu siswa.

b. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa mengenai materi

(25)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran a. Media Pembelajaran

Azhar Arsyad (2011 : 3), mengemukakan bahwa kata media

berasal dari bahasa Latin medius, yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar. Menurut Heinich dan kawan-kawan dalam

Azhar Arsyad (2011 : 4), istilah medium sebagai perantara yang

mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media

komunikasi membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka

media itu disebut media pembelajaran.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2014 : 7) Asosiasi Pendidikan

Nasional (National Education Association/NEA) mengemukakan bahwa

media merupakan bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual

dilengkapi dengan peralatannya. Media harus dapat dimanipulasi,

dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2005:7)

pembelajaran adalah proses atau cara untuk mendalami sesuatu

dengan sungguh-sungguh. Diartikan proses karena pembelajaran

merupakan sesuatu perbuatan yang berkesinanbungan antara

sebelum atau sesudah tindakan. Menurut Oemar Hamalik (2010:57)

(26)

unsur-10

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur

tersebut sangat berhubungan antara satu dengan yang lain saling

berkaitan. Hal tersebut mempengaruhi tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran.

Media pembelajaran menurut Wawan Rusmawan (2009), adalah

sejumlah alat bantu, bahan, simulasi atau program yang digunakan

dalam pembelajaran untuk memperlancar keberhasilan belajar.

Kepiawaian guru menggunakan metode belajar yang tepat serta

didukung media pembelajaran, ikut memberi kontribusi terhadap

efektifitas mengajar . Oemar Hamalik (2010:63) berpendapat bahwa

media pembelajaran merupakan unsur penunjang dalam proses belajar

mengajar agar terlaksana dengan lancar dan efektif.

Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran di atas

dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang

mengantarkan materi pelajaran oleh pengajar (sumber pesan) kepada

peserta didik (penerima pesan). Pembelajaran dinyatakan efektif

apabila dengan menggunakan media pembelajaran, peserta didik lebih

memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh pengajar.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh sebagian

pengalaman belajar. Pengalaman belajar (learning experience)

tergantung pada interaksi siswa dengan media. Media yang tepat dan

(27)

11

belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil belajar (Dina

Indriana, 2011 : 47).

Menurut Arief S. Sadiman (2014 : 17-18) secara umum media

pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak hanya dalam bentuk tertulis atau lisan belaka (verbalistis).

2) Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera.

3) Mengatasi sikap pasif anak didik, media pendidikan dapat menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan, serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4) Mengatasi masalah pembelajaran karena perbedaan pengalaman dan lingkungan serta kurikulum yang harus ditempuh oleh peserta didik sama sehingga media pembelajaran dapat memberikan perangsang, pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Nana Sudjana (2010:2), media dapat membantu dalam proses

belajar siswa antara lain : 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian

siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pengajaran

akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh para siswa

menguasai tujuan pengajaran lebih baik, 3) metode mengajar akan lebih

bervariasi, tidak semata-mata melalui penuturan kata-kata oleh guru,

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila

guru mengajar di setiap jam pelajaran, 4) siswa lebih banyak melakukan

kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga

aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasi dan lain-lain.

Pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011:15), mengemukakan

bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

(28)

12

pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran sangat membantu

kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran

pada saat itu. Media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan

penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Fungsi dan manfaat media pembelajaran berdasarkan beberapa

pendapat di atas adalah untuk memperjelas penyajian, mempermudah

pembelajaran, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,

membangkitkan motivasi belajar, mengatasi sikap pasif peserta didik dan

meningkatkan pemahaman terhadap materi.

c. Jenis Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (2010:202), dalam arti sempit, media

pembelajaran hanya meliputi media pembelajaran yang dapat digunakan

secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam

arti kata luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang

kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti slide, fotografi,

diagram, bagan, dan objek-objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah.

Ada beberapa jenis dari media pembelajaran, meliputi modul cetak,

film, televisi, film bingkai, film tangkai, program radio, komputer dan lainnya

dengan ciri dan kemampuan yang berbeda (Arief S. Sadiman, 2014:19).

Sedangkan menurut Rudy Bretz dalam Arief S. Sadiman (2014:10), media

dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Bretz juga

membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam

(29)

13

gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4) media

visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio

dan 8) media cetak.

Briggs dalam Arif S. Sadiman (2014:23), jenis media lebih mengarah

pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat

ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut

dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya.

Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses

belajar mengajar, yaitu : objek, model, suara langsung, rekaman audio,

media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi,

film rangkai, film, televisi dan gambar.

Menurut Sheels & Glasgow dalam Azhar Arsyad (2011 : 33-34), jenis

media dari segi perkembangan teknologi dibagi dalam dua kategori, yaitu

media tradisional dan media teknologi muthakhir.

1) Media Tradisional

a) Visual diam yang diproyeksikan ; proyeksi overheads, slides,

b) Visual yang tak diproyeksikan ; gambar, poster, foto, grafik, c) Audio ; rekaman piringan, pita kaset,

d) Penyajian multimedia ; slide plus suara (tape), multi-image, e) Visual dinamis yang diproyeksikan ; film, televisi, video

f) Cetak ; buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah, hand out, g) Permainan ; teka-teki, simulasi, permainan papan,

h) Realia ; model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka) 2) Media Teknnologi Mutakhir

a) Media berbasis telekomunikasi ; telekonferen, kuliah jarak jauh,

b) Media berbasis mikroprosesor ; permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

jenis media pembelajaran menengah pada peningkatan efektifitas

(30)

14

tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Jenis-jenis media

pembelajaran meliputi media visual/grafis/dua dimensi, media tiga dimensi,

media audio visual, media proyeksi serta lingkungan. Modul merupakan

media cetak sebagai bagian dari jenis media visual/grafis/dua dimensi.

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011:2), pengetahuan dan

pemahaman yang perlu dikuasai oleh guru tentang media pembelajaran

meliputi :

1) Media sebagai alat komunikasi agar proses belajar mengajar lebih efektif;

2) Fungsi media untuk mencapai tujuan pendidikan; 3) Seluk beluk proses belajar;

4) Hubungan antara cara mengajar dan media pendidikan; 5) Manfaat media pendidikan dalam pengajaran;

6) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan; 7) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan; 8) Media pendidikan dalam setiap pendidikan; 9) Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Menurut Arif S. Sadiman (2014:85), kriteria pemilihan media

pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan

dan karakteristik media tersebut. Sedangkan pendapat lain disampaikan

oleh Profesor Ely dalam Arief S. Sadiman (2014:85), pemilihan media

seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan

komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Meskipun tujuan

dan isinya sudah diketahui, faktor lain seperti karakteristik peserta didik,

strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan

(31)

15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu dengan mempertimbangkan

tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, karakteristik media, strategi

pembelajaran, ketersediaan waktu dan biaya, serta fungsi media tersebut

dalam pembelajaran.

2. Tinjauan Tentang Modul a. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar berbentuk cetak

yang dikemas secara utuh dan sistematis, untuk membantu siswa

menguasai tujuan belajar yang spesifik sehingga dipelajari secara mandiri

(Dick & Cary, 1985 : 186). Pendapat yang hampir serupa disampaikan

oleh Daryanto (2013 : 31), modul diartikan sebagai materi pelajaran yang

disusun dan disajikan secara tertulis sehingga pembaca diharapkan dapat

menyerap sendiri materi tesebut. Dengan kata lain sebuah modul adalah

sebagai bahan ajar dimana membacanya dapat belajar sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:751), modul adalah

program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan

bantuan yang minimal dari guru pembimbing meliputi perencanaan tujuan

yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang

dibutuhkan, serta alat untuk menilai, mengukur keberhasilan peserta didik

dalam penyelesaian pembelajaran.

Dikutip dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah (2008:4), mendefinisikan modul sebagai salah satu bentuk

(32)

16

yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan

belajar. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri,

sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

modul merupakan bahan ajar cetak yang didesain secara utuh dan

sistematis yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran sebagai

sarana belajar siswa yang bersifat mandiri sesuai dengan kecepatan

masing-masing.

b. Peranan Modul Pembelajaran

Menurut Daryanto (2013 : 31), pendekatan dengan modul menjadi

pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokus pada penguasaan

kompetensi dari bahan pelajaran yang dipelajari siswa dengan waktu

tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Modul sebagai media

bahan cetak yang memungkinkan peserta didik belajar mandiri

merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab

dan kewenangan dari guru/tutor atau orang lain, tetapi bukan berarti

harus tergantung kepada mereka.

Kelebihan dari modul adalah dapat menyajikan pesan atau

informasi dalam jumlah yang banyak, dapat dipelajari sesuai dengan

kebutuhan dan minat serta kecepatan masing-masing, kapan saja karena

bisa dibawa kemana pun, tampilannya lebih menarik jika dilengkapi

dengan gambar dan warna, dan perbaikan atau revisi dapat mudah

(33)

17

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya modul pembelajaran memberikan keuntungan yang dapat

membantu siswa mencapai kompetensi dan meningkatkan efektifitas

pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur, menjadikan

siswa lebih mandiri untuk menguasai materi, pesan atau isi materi pada

modul disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan masing-masing

serta bentuk modul yang menarik dapat meningkatkan motivasi belajar.

c. Karakteristik Modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi

belajar dan meminimalisir rasa jenuh peserta didik saat mempelajarinya,

maka pengembangan modul menurut Daryanto (2013 : 9-11), harus

memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, antara lain :

1) Self Intruction

Melalui modul, memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan

tidak tergantung pada pihak lain.

2) Self Contained

Syaratnya adalah seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut, tujuannya adalah memberikan

kesempatan peserta didik pempelajari materi pembelajaran secara

tuntas.

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Modul tidak tergantung pada media lain. Peserta didik dapat

(34)

18 4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi terhadap perkembangan ilmu

dan teknologi serta fleksibel. Modul dikatakan adaptif jika isi materi

pembelajaran dapat digunakan sesuai dengan kurun waktu tertentu.

5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)

Setiap instruksi dan paparan informasi dalam modul yang tampil

bersifat membantu dan bersahabat, temasuk memudahkan pemakai

dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta

menggunakan istilah yang umum digunakan.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat dijelaskan bahwa modul bersifat

self instruction yang berarti pengajaran modul memuat suatu unit bahan

pelajaran, dengan pendekatan pengalaman belajar aktif siswa.

Pembelajaran modul dapat menyesuaikan perbedaan-perbedaan

kemampuan setiap individual siswa, karena modul disusun untuk

diselesaikan secara perorangan sesuai kesempatan belajar dan

kecepatan masing-masing siswa. Modul memuat rumusan tujuan

pembelajaran berguna bagi penyusun (guru) untuk memahami isi

pembelajaran dan pengguna (siswa) agar mampu menguasai materi dan

(35)

19

d. Pedoman Penulisan Modul

Menurut Daryanto (2013 : 15), penulisan modul pembelajaran

merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas

secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai

kompetensi atau sub kompetensi. Penulisan modul dilakukan dengan

sistematika modul yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang

ada. Jika modul yang ditulis tidak sesuai dengan kondisi siswa atau lokasi

sekolah, misalnya modul menggunakan istilah atau bahasa yang terlalu

tinggi sedangkan modul digunakan di desa terpencil yang mayoritas

penduduknya tidak begitu memahami istilah-istilah intelektual, maka tidak

menutup kemungkinan jika siswa kesulitan untuk menyerap ilmu yang

ingin disampaikan.

Untuk membuat atau mengembangkan modul yang bermutu,

harus melalui tahapan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Penulisan

modul menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah (2008), adalah sebagai berikut :

1) Kerangka Modul

a) Halaman sampul : berisi judul modul, gambar, penerbit dan edisi.

b) Halaman francis : judul, nama penyusun, nama editor, tahun revisi.

c) Kata pengantar : berisi peranan modul dalam proses pembelajaran.

d) Daftar isi : kerangka modul disertai nomor halaman.

e) Peta kedudukan modul : menunjukkan kedudukan modul di bidang

keahlian yang disajikan dalam bentuk diagram.

(36)

20 2) Pendahuluan

a) Standar kompetensi : berisi uraian kompetensi pada kurikulum.

b) Deskripsi : berisi penjelasan singkat ruang lingkup isi modul,

manfaat dan hasil yang akan dicapai.

c) Waktu : jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai

kompetensi.

d) Prasyarat : berisi kemampuan awal yang harus dikuasai untuk

mempelajari modul.

e) Petunjuk penggunaan modul : merupakan panduan menggunakan

modul.

f) Tujuan akhir : berisi kompetensi yang akan dikuasai setelah

mengikuti seluruh kegiatan belajar.

g) Cek penggunaan standar kompetensi : untuk mengukur

penguasaan kompetensi peserta didik terhadap modul.

3) Pembelajaran

a) Rencana belajar peserta didik : berisi jenis kegiatan, tanggal, waktu

dan tempat pencapaiaan.

b) Kegiatan belajar : berisi rangkaian pengalaman belajar, tujuan,

uraian materi, rangkuman, tugas, tes formatif dan lembar kerja.

4) Evaluasi

Bagian ini berisi evaluasi belajar peserta didik setelah menyelesaikan

satu modul. Evaluasi meliputi:

a) Tes kognitif

Dirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat keberhasilan

(37)

21 b) Tes psikomotor

Dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian kemampuan

psikomotorik dan perubahan perilaku.

c) Penilaian sikap/tes attitude

Instrumen penilaian sikap dirancang untuk mengukur sikap kerja

peserta didik.

d) Kunci jawaban

Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan.

e) Daftar pustaka

Berisi semua referensi yang digunakan saat penyusunan modul.

Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau

kerangka yang sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi yang ada.

e. Elemen Mutu Modul

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang efektif dan mampu

memerankan fungsinya dalam pembelajaran, modul perlu dirancang dan

dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang

mensyaratkannya. Menurut Daryanto, (2013 : 13-15) Elemen-elemen

yang harus dipenuhi antara lain :

1) Format penulisan modul ; a) gunakan format kolom yang proporsional

sesuai dengan ukuran kertas yang digunakan, b) gunakan format

kertas yang tepat dengan memperhatikan tata letak dan format

(38)

22

penekanan hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat

berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.

2) Organisasi, diantaranya ; a) tampilan peta gambaran cakupan materi

dalam modul, b) organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan

susunan yang sistematis, c) susun dan tempatkan naskah, gambar dan

ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti, d)

organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan

dan alur yang mudah dipahami, e) organisasikan antar judul, subjudul

dan uraian yang mudah diikuti oleh peserta didik.

3) Daya Tarik, modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti ; a)

sampul (cover), dengan kombinasi warna, gambar (ilustrasi), bentuk

dan ukuran huruf yang serasi, b) bagian isi modul dengan

menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi,

pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna, c) tugas dan

latihan dibuat menarik.

4) Bentuk dan ukuran huruf ; a) menggunakan bentuk dan ukuran huruf

yang mudah dibaca, b) gunakan perbandingan huruf yang proporsional

antar judul, sub judul dan isi naskah, c) hindari penggunaan huruf

kapital untuk seluruh teks.

5) Ruang (spasi kosong), merupakan ruang kosong tanpa naskah atau

gambar untuk menambah kontras penampilan modul, menambahkan

catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada peserta

(39)

23

6) Konsistensi penulisan modul diantaranya ; a) gunakan bentuk dan

huruf secara konsisten dari halaman ke halaman, b) gunakan jarak

spasi dan tata letak pengetikan yang konsisten.

Dalam penyusunan modul, hal yang tidak kalah penting harus

diperhatikan adalah konsistensi tata letak pengetikan dan margin. Dengan

bahasa yang mudah dicerna dan penulisan yang rapi, maka modul akan lebih

mudah untuk dipelajari dan menarik untuk dibaca.

3. Tinjauan Tentang Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan a. Pengertian Sayuran dan Buah-buahan

Mata pelajaran pengetahuan bahan makanan merupakan salah satu

mata pelajaran produktif yang diajarkan di SMKN 1 Sewon yang harus

ditempuh siswa di kelas X. Dalam mata pelajaran tersebut, terdapat salah

satu kompetensi yaitu sayuran dan buah-buahan yang tercantum dalam

Silabus Jasa Boga Kelas X SMKN 1 Sewon terdiri oleh beberapa

kompetensi dasar meliputi :

1. Daging dan hasil olahannya

2. Unggas dan hasil olahannya

3. Ikan dan hasil olahannya

4. Susu dan hasil olahannya

5. Telur dan hasil olahannya

6. Lemak dan minyak

7. Serealia (gandum dan beras) dan hasil olahannya

8. Kacang-kacangan dan hasil olahannya

(40)

24 10. Bumbu dan rempah

11. Bahan makanan tambahan

12. Bahan minuman (kopi, teh, coklat)

13. Gula dan hasil olahannya

Sumber : Silabus Jasa Boga Kelas X SMKN 1 Sewon

Sayuran dan buah-buahan segar berperan menyediakan vitamin,

mineral, atau serat serta mempunyai khasiat lain untuk kesehatan. Dengan

beranekaragamnya jenis sayuran dan buah-buahan maka memudahkan

makhluk hidup mengkonsumsinya setiap hari dengan jenis yang

berbeda-beda (Tien R. Muchtadi, 2011 : 146). Beberapa metode pemasakan dan

penyajian sayuran dan buah-buahan dapat pula diterapkan agar sayuran

dan buah-buahan dalam menu senantiasa bervariasi. Semua sayuran dan

buah-buahan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Jumlah

zat gizi pada setiap jenis sayuran dan buah-buahan berbeda.

Dengan modul sayuran dan buah-buahan yang dikembangkan dalam

penelitian ini, maka diharapkan siswa dapat mengetahui secara lebih

mendalam mengenai seluk beluk sayuran dan buah-buahan. Materi yang

dikembangkan dalam modul sudah disesuaikan dengan kebutuhan

pembelajaran pengetahuan bahan makanan khususnya materi mengenai

sayuran dan buah-buahan.

Pembelajaran dalam modul yang dikembangkan meliputi :

1) Pengertian sayuran dan buah-buahan

2) Kandungan sayuran dan buah-buahan

3) Fungsi sayuran dan buah-buahan

(41)

25 5) Bagian sayuran dan buah-buahan

6) Kualitas sayuran dan buah-buahan

7) Cara mengolah sayuran dan buah-buahan

8) Cara penyimpanan sayuran dan buah-buahan

b. Kompetensi Sayuran dan Buah-buahan

Sayuran merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi.

Menurut Tien R. Muchtadi, dkk (2011:146), sayuran adalah tanaman

hortikultura yang umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari

setahun) dan merupakan tanaman musiman. Pendapat lain disampaikan

oleh Kusmiati, dkk (1999:1), yang menyatakan bahwa sayuran adalah

semua jenis makanan yang dapat dimakan baik yang diambil dari akar,

batang, daun, bunga dan banyak bagian lain yang digunakan sebagai lauk

pauk.

Sayuran merupakan sebutan umum untuk bahan makanan yang

berasal dari tumbuhan yang mengandung kadar air tinggi, dikonsumsi dalam

keadaan segar (mentah) maupun dengan pengolahan yang minimal.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sayuran

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sayuran adalah semua jenis makanan yang didapatkan dari tumbuhan baik

diambil dari akar, batang, daun dan bunga. Sayuran dapat dikonsumsi dalam

keadaan mentah misalnya lalab maupun dengan melalui proses pemasakan.

Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang

sari. Pada umumnya buah merupakan tempat biji (Tien R. Muchtadi, dkk,

(42)

26

dalam keadaan mentah. Karena daging buah memiliki rasa manis dan segar

maka dapat langsung dikonsumsi tanpa tambahan apapun, sebagai

makanan penutup (dessert), salad maupun sebagai bahan tambahan untuk

kue, pudding dan minuman. Pendapat lain dikemukakan oleh Kusmiati, dkk

(1999:8), yaitu buah merupakan bagian dari tanaman yang seolah-olah

berfungsi sebagai indung telur dari suatu tanaman.

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan

perkembangan dari bakal buah (ovarium). Buah berfungsi sebagai

pembungkus biji untuk melindunginya dari gangguan eksternal.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/buah

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disumpulkan

bahwa buah adalah bagian dari tanaman yang umumnya dagingnya

mempunyai rasa manis dan segar sehingga dapat langsung dikonsumsi,

buah merupakan tempat dari biji yang seolah-olah berfungsi sebagai indung

telur dari suatu tanaman. Daging buah juga berfungsi untuk melindungi biji

dari gangguan eksternal misalnya hama maupun kerusakan fisik seperti

benturan.

Buah yang sudah matang pada umumnya memiliki rasa yang manis,

hanya sedikit buah yang memiliki rasa pahit. Pada umumnya buah

mengandung vitamin C, vitamin A, garam besi, lemak maupun kalori yang

sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Sangat dianjurkan mengkonsumsi

buah setiap hari untuk memenuhi kebutuhan vitamin.

Menurut Harnani Fatmawati (2013:33), dalam sayuran terdapat

kandungan betakaroten yang merupakan bentuk awal dari vitamin A

(43)

27

sebagai penguat jaringan tubuh, membantu proses pertumbuhan dan proses

penglihatan. Provitamin A banyak terkandung dalam sayuran berdaun hijau

seperti bayam, daun singkong, dan daun kangkung serta sayuran berwarna

orange sampai merah seperti wortel dan tomat. Semakin hijau warna

sayuran maka kandungan vitaminnya akan semakin tinggi.

Kandungan nutrisi sayuran yang satu dan sayuran yang lain berbeda,

umumnya sayuran sangat sedikit mengandung protein dan lemak, namun

banyak memiliki kandungan vitamin, provitamin, mineral, fiber dan

karbohidrat. Selain itu sayuran juga memiliki kandungan antioksidan, anti

bakteri, anti jamur, dan zat anti racun. http://id.m.wikipedia.org/wiki/sayuran

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sayuran dapat disajikan

dalam keadaan mentah maupun matang. Sayuran yang disajikan setelah

melalui proses pemasakan/pengolahan misalnya bayam disajikan sebagai

sayur bening, asparagus sebagai sup asparagus, kangkung sebagai tumis

kangkung, dan sawi sebagai cah sawi. Sayuran memiliki rasa, aroma dan

warna yang khas dan tajam. Jenis sayuran yang sering disajikan dalam

keadaan mentah, seperti selada, mentimun, dan kemangi. Jenis sayuran ini

digolongkan sebagai sayuran lalab. Sayuran ini biasanya disajikan bersama

dengan saus atau krim sebagai salad atau dengan sambal.

Menurut Kusmiati (1999:9), kesegaran adalah faktor utama yang

menentukan kualitas dari buah dan sayuran, dapat dengan mudah terjadi

kerusakan akibat dari reaksi getah khususnya untuk buah yang banyak

mengandung getah. Ada kalanya sayuran dan buah-buahan tersedia dalam

jumlah yang cukup banyak, hal ini terjadi karena hasil panen yang berlimpah

(44)

28

disimpan tidak tahan dalam waktu lama (mudah rusak), sehingga

pengawetan perlu dilakukan. Pengawetan sayuran dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya dengan pengeringan, pendinginan, pembekuan

dan dengan fermentasi. Pengawetan sayuran bertujuan untuk menghambat

atau mencegah terjadinya kerusakan, menghindari terbentuknya racun,

memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu. Walaupun dalam

bentuk awetan, sayuran dipertahankan baik warna, bentuk, konsistensi,

tekstur dan aroma.

Pada saat penyimpanan sayuran dan buah-buahan segar akan

terjadi perubahan sifat fisik dan kimia sehingga zat gizi dan penampilan

menurun, sayuran dan buah peka terhadap kerusakan dingin. Jenis

kerusakan yang disebabkan oleh pembekuan pada sayuran dan buah cukup

bervariasi. Sayuran yang disimpan pada suhu 5-8°C akan merubah sifat fisik

sayuran menjadi berwarna coklat sampai hitam kehijauan. Kerusakan yang

sangat parah ditunjukkan dengan adanya pelunakan sayuran dan daging

buah. Penyimpanan yang tepat diperlukan agar sayuran tetap berkualitas,

baik penampilan fisik mupun kandungan gizinya. Selama penyimpanan

sayuran akan mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh faktor

dari dalam sayuran dan buah-buahan itu sendiri dan kondisi lingkungan.

Faktor suhu dan kelembaban sangat berpengaruh pada proses

penyimpanan. Menurut Harnani Fatmawati (2013:34), pada saat

penyimpanan sayuran dan buah-buahan, beberapa hal perlu diperhatikan

agar kesegaran dan kualitas sayuran tetap dapat dipertahankan, seperti:

1) Kemasan sayuran dan buah-buahan yang baru dibeli diganti dengan

(45)

29

2) Bersihkan bagian sayuran dan buah-buahan yang sudah rusak atau

memar dibuang.

3) Hindari membuang batang atau kulit bagian luar sayuran dan

buah-buahan.

4) Sayuran dan buah-buahan tidak perlu dicuci karena dikhawatirkan

sayuran menjadi lembab atau memar. Sayuran dan buah-buahan yang

harus dicuci karena terlau kotor maka sayuran segera ditiriskan setelah

dicuci hingga air tak tersisa/tiris.

Menurut Harnani Fatmawati (2013:34), penyimpanan sayuran dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyimpanan pada suhu kamar,

pada suhu rendah, dan dengan merendam pangkal batang sayuran.

Sayuran yang disimpan pada suhu kamar, umumnya adalah jenis sayuran

umbi seperti bawang merah, bawang putih, lobak dan lain-lain. Tempat

penyimpanan harus kering, tidak terkena cahaya matahari langsung, dan

memiliki sirkulasi udara baik. Kondisi yang lembab akan mempercepat

kerusakan, sedangkan cahaya dapat merangsang pertumbuhan tunas.

Sebagai contoh, kentang akan berubah warna menjadi hijau bila disimpan

ditempat yang terkena cahaya. Cahaya juga menyebabkan terbentuknya

solanin yang berbentuk racun. Sebaiknya sayuran diletakkan dengan cara

dihamparkan pada tampah atau keranjang. Bila harus dibungkus demi

kebersihan sebaiknya digunakan plastik berlubang. Bila memungkinkan

penyimpanan bawang merah dan bawang putih dengan cara digantung.

Menurut Kusmiati, dkk (1999:6), faktor suhu memegang peranan penting

dalam penyimpanan sayuran, selain itu wadah yang digunakan untuk

(46)

30

dilakukan dalam almari pendingin (refrigerator). Pada cara ini, sayuran

disimpan pada suhu 5-8°C. Penyimpanan dengan cara ini mampu

menghambat respirasi dan metabolisme sayuran, proses penuaan dan

pelayuan, kerusakan oleh mikroba, serta proses pertumbuhan yang tak

dikehendaki seperti pertunasan pada kentang dan wortel. Menurut Harnani

Fatmawati (2013:35), ada beberapa langkah penyimpanan sayuran di almari

pendingin:

1) Sayuran dan buah-buahan yang akan disimpan harus dibersihkan.

2) Sayuran dan buah-buahan dipisahkan menurut jenisnya agar tidak terjadi

reaksi yang tidak dikehendaki.

3) Sayuran dan buah-buahan diletakkan dibagian crisper, yaitu ruangan

paling bawah yang dirancang untuk menyimpan sayuran. Bila ruang

crisper tidak cukup maka sayuran yang tahan suhu rendah, seperti lobak,

wortel, kubis, dan terong disimpan pada rak di atas pendingin dibawah

chiller.

4) Setiap kemasan sayuran dan buah-buahan disusun dengan baik dan

diusahakan terletak dalam kondisi tegak agar tidak saling tumpang tindih.

Sayuran yang membutuhkan suhu lebih rendah diletakkan di bagian

paling belakang.

Idealnya, pendinginan sayuran dan buah-buahan yang mudah busuk

dimulai segera setelah panen, dan terus dilakukan selama perjalanan,

penggudangan, penjualan dan penyimpanan sampai akhirnya dikonsumsi

atau diolah (Tien R. Muchtadi, dkk, 2013:35). Sehingga makanan yang

(47)

31

dalam sayur dan buah terjaga sehingga dapat diserap tubuh secara

maksimal.

Harnani Fatmawati (2013:35), mengungkapkan bahwa selain karena

adanya mikroba, ada dua jenis kerusakan lain yang disebabkan oleh faktor

dari dalam sayuran dan buah-buahan adalah akibat penyimpanan yang

terlalu dingin dalam waktu lama, yaitu chiling injuries dan freezing injuries.

Chiling injuries adalah kerusakan yang disebabkan oleh terbentuknya toksin

yang bersifat meracuni sehingga sel-sel akan mati dan akibatnya sayuran

membusuk. Dalam keadaan normal toksin dinetralkan oleh asam askorbat

yang terdapat dalam sayuran dan buah-buahan.

Dalam keadaan dingin pembentukan toksin semakin cepat dan

sebaliknya pembentukan asam askorbat akan menurun. Jumlah asam

askorbat tidak cukup untuk menetralkan toksin. Freezing injuries merupakan

kerusakan akibat adanya pembentukan air didalam sel sayuran dan

buah-buahan yang terus membesar sehingga sel-sel mengalami dehidrasi dan

mengering. Keadaan tersebut menyebabkan protein rusak dan enzim

kehilangan fungsinya. Akibatnya, metabolisme terhenti dan sel-sel mati

sehingga terjadilah kebusukan. (Harnani Fatmawati , 2013:35)

Penyimpanan dengan merendam pangkal batang dapat dilakukan pada

bayam, kangkung, sawi, daun katuk, daun singkong dan asparagus. Batang

sayuran yang akan disimpan dipotong sekitar 1 cm agar proses penyerapan

air saat direndam dapat lebih lancar. Sayuran disusun dalam keadaan berdiri

tegak sehingga seluruh bagian akar atau batang dapat terendam seluruhnya.

(48)

32

Sejalan dengan kemajuan bidang tata boga, pengolahan sayuran dan

buah-buahan tidak hanya manyangkut rasa dan aroma saja, tetapi cara

penyajiannya juga harus diperhatikan. Untuk itu, diperlukan trik tertentu agar

penyajian sayuran dan buah-buahan tampil indah dan menggugah selera.

Sayuran dan buah banyak digunakan sebagai penghias dan pelengkap

dekorasi sajian makanan. Sayuran dan buah dapat dibentuk, diukir, dan

disusun sedemikian rupa sehingga menjadi berbagai model hiasan. Sayuran

dan buah penghias sajian makanan dapat berupa timun, tomat, cabe atau

peterseli yang disusun indah dalam alat penyajian. Untuk mengolah sayuran

menjadi suatu masakan yang disajikan, tentunya anda harus memilih

sayuran sesuai dengan kriteria dan memahami sifatnya.

4. Tinjauan Tentang Penelitian Pengembangan Modul a. Pengertian Penelitian Pengembangan

Pembaharuan pendidikan biasanya harus mengalami suatu

pengembangan sebelum ke dalam dimensi skala besar. Development

sering bergandengan dengan riset sehingga prosedur yang digunakan

dalam pendidikan adalah Reserach and Development (R and D).

Reserach and Development meliputi aktivitas riset dasar, seperti

pencarian dan pengujian teori-teori belajar. Riset ini mengetengahkan

proses pengembangan bahan-bahan kurikulum yang baru.

Menurut Sugiyono (2006:407), metode penelitian dan

pengembangan atau dalam bahasa Inggris Reserach and Development

(R & D) adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk

(49)

33

Mohammad Adnan Latief (2009:2), penelitian pengembangan

adalah kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan kemudian

diteruskan dengan development. Reserch dilakukan untuk mendapatkan

infirmasi tentang kebutuhan pengguna (needs assesment) saat proses

awal maupun proses pengembangan berupa kegiatan pengumpulan dan

analisis data pada tahap validasi ahli dan validasi empiris atau uji coba.

Kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran yang mengacu pada produk yang dihasilkan dalam proyek

penelitian, yaitu dalam bentuk perangkat pembelajaran.

Penelitian pengembangan merupakan usaha peningkatan kualitas

pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut ; 1) sebagai

upaya inovatif atau penerapan teknologi untuk pertanggung jawaban

profesional dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, 2)

pengembangan model, yang menunjang keefektifan pencapaian

kompetensi siswa, 3) pengembangan produk, sehingga produk yang

dihasilkan bermanfaat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat

dipertanggung jawabkan secara akademik, 4) proses pengembangan

model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran

didokumentasikan secara rapi (I Wayan Santyasa, 2009 : 3-4).

Dari berbagai pengertian penelitian pengembangan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pengembangan atau research and development

adalah aktifitas research untuk mendapatkan informasi kebutuhan,

kemudian dilanjutkan dengan development untuk menghasilkan produk

dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan menghasilkan

(50)

34

upaya penyelesaian masalah, peningkatan efektifitas dan proses

pengembangan produk.

b. Prosedur Pengembangan Modul

Mohammad Adnan Latief (2009:6-7), penelitian pengembangan

dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran ditemui di kelas oleh

guru/peneliti. Masalah pembelajaran terkait dengan perangkat

pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media

pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar. Perangkat pembelajaran

dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak

memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki.

Menentukan satu masalah perangkat pembelajaran sebagai prioritas yang

diangkat sebagai dasar melaksanakan penelitian pengembangan.

Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan

perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan.

Peneliti kemudian mengembangkan draft pembelajaran berdasarkan teori

yang relevan. Setelah selesai dikembangkan, draft harus direview sendiri

oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review). Draft tersebut

kemudian dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert

validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan

terhadap draft. Setelah draft direvisi kemudian menguji-coba draft

disesuaikan dengan penggunaan perangkat tersebut. Uji coba dilakukan

pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu

(51)

35

pembelajaran. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft

akhir perangkat pembelajaran tersebut.

Prosedur penelitian pengembangan oleh Tim Pusat Penelitian

Kebijakan dan Inovasi Pendidikan / Puslitjaknov (2008:2-9), peneliti

menyabutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam

pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam

setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar

komponen dalam sistem.

Sebagai contoh prosedur pengembangan yang dilakukan Borg and

Gall (1983) dalam Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan

/ Puslitjaknov (2008:8-9) mengembangkan pembelajaran mini (mini

course) melalui 10 langkah :

1) Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei), 2) Melakukan perencanaan,

3) Mengembangkan jenis/bentuk produk awal, 4) Melakukan uji coba lapangan tahap awal, 5) Melakukan revisi terhadap produk utama,

6) Tes/penilaian prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran,

7) Melakukan revisi terhadap produk operasional, 8) Melakukan uji lapangan operasional,

9) Melakukan revisi terhadap produk akhir,

10) Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.

Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dalam

Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan / Puslitjaknov

(2008:9), dapat dilakukan dengan lebih sederhana dengan melibatkan

lima langkah utama yaitu ; 1) melakukan analisis produk yang akan

dikembangkan, 2)mengembangkan produk awal, 3) validasi ahli dan

(52)

36

lapangan skala besar dan produk akhir. Dengan 5 langkah tersebut, maka

penelitian akan menjadi lebih mudah dan menghemat waktu.

Pendapat lain disampaikan oleh Sugiyono (2006 : 408-427),

langkah-langkah penelitian dan pengembangan meliputi ; 1) potensi dan masalah,

2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi

desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9)

revisi produk, 10) produksi masal. Walaupun langkah penelitian ini

memiliki 10 langkah, sama seperti penelitian yang dikembangkan oleh

Borg and Gall namun langkah-langkah yang dilakukan berbeda.

Pendapat lain prosedur pengembangan menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2007: 10-18), meliputi perencanaan, studi

eksplorasi, pengembangan produk awal, validasi, pengumpulan instrumen

dan analisis data, serta revisi model. dengan tahapan sebagai berikut :

1) Perencanaan, meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai, penetepan kriteria ketercapaian hasil, merancang kegiatan pengembangan dan uji produk yang akan dilakukan.

2) Studi eksplorasi, meliputi kajian literatur tentang produk dan situasi lapangan,

3) Pengembangan bentuk awal produk,

4) Validasi, dua aspek yang diperhatikan adalah aspek produk dan aspek instruksional. Validasi produk dapat dilakukan melalui validasi ahli dan uji lapangan,

5) Instrumen pengumpulan dan analisis data, berupa teknik pengumpulan data, instrumen dan analisis data,

(53)

37

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 tentang

[image:53.595.246.385.140.502.2]

langkah-langkah penyusunan modul.

Gambar 1. Konsep Penyusunan Modul

(Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2008)

Standar Kompetensi

Modul

Produksi
(54)

38 Keterangan :

1) Penentuan Standar Kompetensi (SK) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Standar kompetensi merupakan kemampuan yang harus dicapai peserta didik. Standar kompetensi dinyatakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Analisis kebutuhan modul

Analisis dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul dan bertujuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu.

3) Menyusun draft

Draft modul adalah bagian dari perencanaan modul untuk dilakukan revisi berdasarkan validasi dan uji coba yang dilakukan.

4) Uji coba

Uji coba dilakukan mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut diujikan, mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta didik memahami materi dan kemudahan menggunakan modul yang akan dibuat.

5) Validasi

Validasi dilakukan oleh ahli substansi dari praktisi untuk isi atau materi modul, ahli bahasa untuk penggunaan bahasa, ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional.

6) Revisi

Perbaikan modul hasil uji coba dan validasi antara lain sistematika atau pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional, tata bahasa, pengorganisasian tata tulis, dan layout

modul. 7) Produksi

Setelah revisi, modul siap untuk diproduksi. 8) Modul

(55)

39

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menkaji beberapa penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan modul antara lain :

1. Farida Fauziyah (2008), dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan

Kemandirian Belajar Matematika Siswa Melalui Pemanfaatan Modul

Matematika Di SMK N 1 Jogonalan, Klaten”. Pra tindakan hasil angket

menunjukkan prosentase 55,36% dengan kategori kurang baik, pada

akhir tindakan prosentasenya adalah 73,98% dengan kategori cukup.

Rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan sebesar 1,125 dari siklus I

rata-rata hasil belajar siswa 7,775 menjadi 8,9 pada sisklus II.

2. Widiyanti (2011), dengan judul penelitian “Pengembangan Modul

Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran Akuntansi Biaya Sekolah

Menengah Kejuruan Kelas XI Semester 2”. Dari hasil penelitian, skor

persentase 97,35% validasi ahli materi, 95,89% dari ahli desain

pembelajaran, 94,25% dari guru mata pelajaran akuntansi biaya, dan

77,73% dari uji coba lapangan terbatas, sehingga didapatkan skor

persentase sebesar 91,30%.

C. Kerangka Berfikir

Bidang keahlian Tata Boga merupakan salah satu bidang keahlian di

Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Pariwisata. Dalam jurusan Tata Boga

terdapat kompetensi sayuran dan buah-buahan yang merupakan salah satu

kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan bahan makanan yang

(56)

40

Pembelajaran Pengetahuan Bahan Makanan di SMK N 1 Sewon,

peserta didik masih mengalami kesulitan dalam pemahaman dan

pengembangan materi pembelajaran. Karena metode pembelajaran

menggunakan metode ceramah untuk memberikan sedikit materi mengenai

ruang lingkup materi kemudian siswa mencari sebagian materi sendiri

dengan sumber internet dan buku. Dengan menggunakan internet,

Gambar

Gambar 1. Konsep Penyusunan Modul
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir
Gambar 3. Skema Tahap-Tahap Prosedur Pengembangan Modul
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen kelayakan modul dari media pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena Islam adalah agama yang sangat mendukung nilai-nilai sosial, Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan kebutuhan yang membawa kemanfaatan bagi

Untuk membantu kelancaran proses SNMPTN dan SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri), Universitas Airlangga mengundang kepala sekolah SMA, SMK, MA dan SPK

Kemampuan SNEDDS membentuk nanoemulsi secaraspontan di dalam saluran cerna diharapkan dapat memperbaiki bioavailabilitas kombinasi ekstrak meniran dan minyak ikan

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun skripsi ini

8 Dosen dengan Nilai Kinerja Dosen (NKD) Terbaik I Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri UII, pada Semester Ganjil. 2009

bermasyarakat dan bernegara di Desa; 2) BUMDes menjadi langkah strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang

BNI Syariah Kantor Cabang Banda Aceh adalah CDD (Customer Due Diligence) dan EDD (Enhanched Due Diligence) yang merupakan kegiatan berupa identifikasi, verifikasi,

berpengaruhsignifikanterhadapnilaiperusahaan, sedangkansisanyasebesar 31.3% dijelaskanolehsebab-sebab lain diluar model, (2) hasil