• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB IV"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pulau Haruku merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Kecamatan Pulau Haruku terdiri dari 12 desa, diantaranya Haruku-Sameth, Rohomoni, Kabauw, Kariu, Ori, Namaa, Waimital, Hulaliu, Naira, Aboru, Wasu dan Oma. Namun kedua belas desa ini dalam penyebutannya selalu berbeda-beda karena masyarakat masih menggunakan sebutan yang dipakai para leluhur seperti sebutan Negeri bukan desa. Salah satu desa yang memakai sebutan Negeri adalah Oma. Negeri Oma sendiri merupakan desa yang paling ujung dalam wilayah kerja Kecamatan Pulau Haruku.

(2)

45

Bagian yang diberi lingkaran merah adalah Negeri Oma. Negeri Oma merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Dengan luas wilayah 12.250 m² dan jumlah jiwa 2.591 jiwa. Negeri Oma berbatasan sebelah utara dengan Negeri Pelau, Sebelah Timur dengan Negeri Wasu, sebelah barat dengan Negeri Sameth dan sebelah Selatan dengan laut Banda. Tingkat pendidikan penduduk Negeri Oma antara lain TK, SD, SMP, SMA dan ada juga yang Sarjana. Mata pencaharian penduduk Negeri Oma berbeda-beda antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani, Nelayan dan Tukang Bangunan.

Negeri Oma merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Jarak antara Negeri Oma dan Kecamatan Pulau Haruku kurang lebih 7 km. Di Negeri Oma sendiri tidak terdapat puskesmas induk melainkan Pustu (Puskesmas Pembantu).

(3)

46

minggu kedua bulan berjalan. Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh Posyandu meliputi pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui

serta status gisi bayi dan balita.

(4)

47 Tabel. 4.4

Jumlah Petugas Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku

TINGKATAN HONOR TETAP

Dokter - 1 Orang

Bidan D3 2 Orang 1 Orang

Bidan D1 - 2 Orang

SPK - 2 Orang

Gizi 1 Orang -

S1 Kesehatan Lingkungan

- -

D3 Farmasi 1 Orang -

Total 4 Orang 6 Orang

(Sumber : Petugas Kesehatan Kecamatan Pulau Haruku, 2016)

[image:4.516.88.440.126.538.2]
(5)

48 Tabel 4.5

Jumlah Petugas Pustu Negeri Oma

(Sumber : Petugas Pustu Negeri Oma, 2016)

Tabel yang dicantumkan diatas adalah tabel yang berisi jumlah petugas kesehatan di Pustu Negeri Oma yang sehari-hari menjalankan tugasnya dalam melayani masyarakat di Negeri Oma. Pada saat dilakukannya posyandu petugas kesehatan dari Pustu selalu mendampingi petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan dalam pemberian imunisasi dasar. Petugas kesehatan dipustu hanya memberikan vaksin TT kepada para ibu

hamil.

Dari total bayi yang terdaftar diposyandu sebanyak 45 bayi, 22 bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sedangkan 10 bayi lainnya melakukan imunisasi tempat yang lain karena pindah mengikuti orang tuanya, serta 13 bayi lainnya yang imunisasi dasarnya tidak lengkap. 13 bayi ada yang tinggal bersama kakek dan neneknya karena orang tuanya bekerja di

TINGKATAN HONOR TETAP

Bidan - 2 Orang

SPK - 2 Orang

[image:5.516.88.441.125.539.2]
(6)

49

tempat lain sehingga anaknya tidak dibawa melainkan dititipkan kepada kakek dan neneknya untuk dijaga

4.2 Gambaran Umum Informan

[image:6.516.82.466.180.650.2]

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Dua dari enam informan merupakan Petugas Kesehatan, salah satu informan bertugas di Puskemas Kecamatan Pulau Haruku dan yang satunya lagi bertugas di Pustu Negeri Oma, empat partisipan lainnya merupakan ibu-ibu yang memiliki cucu yang berusia 0-12 bulan dengan status imunisasi yang tidak lengkap. Lima informan berdomisili di Negeri Oma sedangkan satu informan lagi berdomisili di Desa Haruku.

Tabel 4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian

Jumlah Partisipan

Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

(7)

50 1. Informan 1

Ibu S merupakan seorang bidan yang bertugas di Puksesmas Kecamatan Pulau Haruku. Ibu S berdomisi di Desa Haruku, riwayat pendidikan Ibu S sampai dengan diploma 3 kebidanan. Selain bertugas sebagai bidan di Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku, ibu S juga merupakan Jurim (juru imunisasi) yang selalu bertugas dalam pemberian imunisasi pada infant di Negeri Oma.

2. Informan 2

Ibu M adalah seorang bidan yang bertugas di Pustu Negeri Oma. Ibu M sendiri berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan terakhir Ibu M adalah Diploma 1 kebidanan. Setiap diadakannya posyandu Ibu M selalu membantu petugas kesehatan dari Kecamatan Pulau Haruku dalam pemberian imunisasi sehingga itu menurut peneliti Ibu M bisa dijadikan informan karena Ibu M mengetahui tentang pemberian imunisasi di Negeri Oma.

3. Informan 3

(8)

51

ibu B berprofesi sebagai guru disalah satu sekolah dasar di Negeri Oma. Ibu B hanya tinggal berdua bersama cucunya ini terjadi karena orang tua sang bayi bekerja diluar kota sehingga anaknya dititipkan kepada Ibu B untuk

mengasuhnya.

4. Informan 4

Ibu S merupakan seorang nenek yang memiliki cucu berusia 11 bulan. Ibu S berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan sampai dengan tingkat SMA. Ibu S sehari-harinya berkerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan suaminya bekerja sebagai petani.

5. Informan 5

Ibu D mempunyai seorang cucu berusia 12 bulan. ibu D berdomisili di Negeri Oma, sehari-harinya Ibu D hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya seorang PNS. Riwayat pendidikan ibu D sampai dengan tingkat SMA.

6. Informan 6

(9)

52

sebagai ibu rumah tangga sedangkan suaminya adalah seorang petani.

4.3 Proses Pelaksanaan Penelitian

4.3.1 Persiapan Penelitian

(10)

53 4.3.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada tanggal 22 April 2016 hingga 14 Mei 2016. Waktu wawancara yang dilakukan pada informan berbeda-beda antara satu dengan yang lain karena disesuaikan dengan situasi serta kesediaan dari informan agar tidak mengganggu waktu informan. Setiap akan melakukan wawancara, peneliti melakukan kontrak waktu terlebih dahulu dengan menemui informan langsung dirumah, di puskesmas dan di pustu (puskesmas pembantu). Setelah itu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan informan karena informan tersebut telah bersedia untuk diwawancara, yang ditandai dengan penandatanganan informed consent, kemudian peneliti meminta ijin untuk merekam seluruh kegiatan wawancara yang akan berlangsung dengan informan dari awal mulainya wawancara sampai selesai.

(11)

54

bersikap ramah dan sopan sehingga wawancara dapat berlangsung dengan baik.

(12)

55 4.4 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian ini didapatkan lima tema yang mendasari hasil penelitian dan berguna untuk menjawab tujuan penelitian.

1. Tema 1 : Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan 3,4,5,6 ditemukan bahwa salah satu informan dalam hal ini informan 6 tidak membawa anaknya untuk diberikan imunisasi, karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu sendiri. ibu merasa tidak mengetahui dengan benar pentingnya diberikan imunisasi serta dampak yang terjadi dari tidak diberikannya imunisasi. Berikut adalah pernyataan salah satu informan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu :

Tidak tahu. (Inf 6. 1165)

“Saya sendiri hanya orang desa yang tidak mengerti benar

dengan apa itu imunisasi sehingga pemahaman saya soal imunisasi itu bisa dibilang tidak ada. (Inf 6. 1200)

(13)

56

merasa penting untuk mengetahui pentingnya suatu imunisasi serta manfaat diberikan imunisasi. karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu inilah sehingga kepercayaan ibu tentang imunisasi berkurang dan mengakibatkan ibu tidak

membawa anak untuk diberikan imunisasi.

2. Tema 2 : Ketidakpatuhan ibu dalam pemberian imunisasi.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan keenam informan ditemukan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan ketidakpatuhan ibu dalam membawa anaknya untuk diberikan imunisasi. ketidakpatuhan ibu yang dimaksudkan peneliti disini adalah ibu merasa malas untuk mambawa anaknya diberikan imunisasi dengan alasan tertentu, seperti kesibukan dan anak yang sedang mengalami sakit. Berikut adalah pernyataan 5 informan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan oleh ketidakpatuhan ibu dalam pemberian imunisasi :

Pernyataan dari ibu yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan oleh ketidakpatuhan ibu :

“Karena saya tidak punya asisten rumah tangga maka saya

(14)

57

sampai disana petugas disana tidak mau memberikan imunisasi, dengan demikian saya memutuskan bahwa hari itu juga menjadi hari terakhir anak itu dibawa ke posyandu.”

(Inf 3. 370)

Pernah suatu kali anak ini sakit tetapi karena pada waktu itu

juga ada pengumuman pemberian imunisasi maka saya tetap membawanya tetapi petugas tidak bisa memberi imunisasi karena anak ini sakit. Sesudah itu ketika ada lagi imunisasi tetapi pada waktu yang sama anak ini sakit maka saya tidak membawanya lagi.” (Inf 4. 660)

“Jadwal imunisasi itu kan sudah ditentukan tetapi pada

(15)

58

Pernyataan dari Petugas Kesehatan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan ketidakpatuhan ibu :

“...yang tidak datang mungkin karena dia belum memahami

benar atau karena sibuk dengan pekerjaan atau mungkin juga karena malas”. (inf 1. 30)

“....ada yang rajin ada juga yang malas....” (Inf 2. 115)

Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan ketidakpatuhan dari ibu sendiri, dimana ibu merasa malas untuk membawa anaknya ke posyandu sehingga pemberian imunisasi dasar kepada anak menjadi tidak lengkap

3. Tema 3 : Pemberian penyuluhan tentang imunisasi dari petugas kesehatan.

(16)

59

”...petugas kesehatan sering memberikan penyuluhan

tentang pentingnya imunisasi dasar.” (Inf 1.15)

“Pada saat kami turun ke desa untuk melakukan posyandu,

sebelum dilakukannya imunisasi kami memberikan sedikit penyuluhan kepada para ibu agar ibu-ibu bisa mengerti kegunaan imunisasi itu sangat penting bagi anak-anaknya.”

(Inf 1. 20)

“jika ada yang sudah paham mereka tetap datang membawa

anaknya diimunisasi, misalnya dari 100 mungkin hanya 1 saja yang tidak datang mungkin karena dia belum memahami benar atau karena sibuk dengan pekerjaan atau mungkin juga karena malas..” (Inf 1.30)

“....Misalnya Sebelum dijalankannya posyandu bidan harus

memberikan penjelasan tentang imunisasi seperti bagaimana cara imunisasi supaya bayi itu tetap sehat.” (Inf

2.95)

“Pada saat membantu dalam proses persalinan bidan

(17)

60

“...Tidak terlalu, karena ada yang rajin ada juga yang malas

ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya imunisasi... (Inf 2.115)

Namun hasil wawancara ini tidak sejalan dengan wawancara informan 6, dengan tanpa menyakan pada informan, informan sendiri yang menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah memberikan penyuluhan tentang imunisasi. Berikut adalah pernyataan informan 6 :

“...karena disini petugas tidak pernah memberikan

pengarahan kepada kami sehingga kami tidak tahu imunisasi apa yang diberikan setiap bulannya.” (Inf 6. 1165)

“...seharusnya para petugas kesehatan atau suster-suster

disini memberi pengarahan atau pemahaman kepada kami apa itu imunisasi, bergunanya untuk apa dan sebagaianya tetapi pada kenyataanya tidak ada pemberian informasi sama sekali kepada kami para orang tua sehingga kami juga dan terkhusus saya sendiri tidak terlalu mengerti.” (Inf

6.1200)

(18)

61

dilihat jua bahwa penyuluhan tidak bisa dilakukan dengan baik, karena fasilitas yang tidak memadai ditambah lagi kegiatan posyandu dan imunisasi dilaksanakan dirumah warga yang sangat dekat dengan jalan raya. sehingga tidak akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan penyuluhan dengan

keadaan seperti itu.

4. Tema 4 : Sikap petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi

(19)

62

“Ditambah lagi sikap para petugas yang kadang sedikit

kurang baik kepada kami, maka dari itu yang membuat saya malas untuk membawa anak saya diimunisasi di posyandu”.

(Inf 6. 1200)

Petugas kadang bersikap kurang sopan, misalnya saja saya

jika ada ibu yang tidak datang membawa anaknya diimunisasi saya kadang memarahi, kalau ketemu dijalan pun ditanya dengan nada yang sedikit kasar.” (Inf 2. 160)

Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan sikap petugas kesehatan dalam melayani pemberian imunisasi. Sebagai tenaga kesehatan sudah seharusnya bersikap sopan dan ramah sehingga orang lain akan merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Jika petugas kesehatan berlaku dengan seenaknya dan tidak sopan maka orang lain akan merasa tidak nyaman dan tidak akan membawa anaknya untuk diberikan imunisasi karena sikap petugas tidak baik.

5. Tema 5 : Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

(20)

63

untuk membawa bayinya untuk diberikan imunisasi berkurang karena ibu berpikir ketika fasilitas kesehatan di desa tidak memadai hal ini juga akan berdampak pada fasilitas imunisasi

yang tidak memadai juga.

Berikut pernyataan 3 informan yang menyatakan kurangnya

ketersediaan sarana dan prasarana :

“Masih belum sesuai dengan kebutuhan”. (Inf 3. 430)

“Bisa dikatakan iya, bisa juga tidak. Walaupun ada dokter

dari kecamatan yang datang tapi untuk didesa sendiri masih sangat kurang dari yang diharapkan”. (Inf 5. 1005)

Tidak selalu, kadang pada saat dibutuhkan puskesmasnya

tutup. Kadang bisa, kadang tidak. Kadang langsung disuruh dibawa ke kota”. (Inf 6. 1270)

(21)

64 4.5 Pembahasan

Pembahasan dilakukan dengan menganalisa hasil penelitian yang telah ditemukan dan membandingkan dengan teori dan penelitian terkait sebelumnya. Kemudian dianalisa dari pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian berfokus pada faktor-faktor determinan ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada infant di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Dari hasil penelitian terhadap 6 informan didapatkan 5 tema yang dapat membantu menjawab tujuan umum dan khusus.

(22)

65

(23)

66

(24)

67

menerima perubahan perilaku, sehingga akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Namun dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa pengetahuan tidak dipengaruhi oleh pengamalan yang berkaitan dengan usia seseorang. Karena dalam penelitian ini ibu dengan usia yang sudah matang pun masih tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, seharusnya dengan umur ibu yang sudah matang dan banyak pengalaman yang dilalui dalam mengasuh anak pengetahuan ibu diharapkan lebih bertambah, sehingga ibu dapat dengan mudah dalam mengetahui pentingnya diberikan imunisasi bagi anak.

4.5.2 Sikap Ibu

(25)

68

(26)

69

sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Selain itu Maulana (2001) mengatakan perilaku baru khususnya pada orang dewasa diawali oleh pengetahuan, selanjutnya muncul sikap terhadap objek yang diketahuinya. Setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada objek tersebut. Sugeng Hariyadi (2003:90) juga berpendapat bahwa sikap merupakan hal penentu yang sangat penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran bagaimana tingkah laku seseorang. Disini sikap ibu juga sangat berpengaruh tidak hanya pendidikan ibu saja, ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, namun tidak ada kemauan untuk mengetahui pentingnya imunisasi dasar juga dapat menyebabkan status imunisasi dasar balita tidak lengkap. Sikap ibu yang positif dapat menjadi faktor pencetus yang menyebabkan ibu membawa bayinya untuk diberikan imunisasi.

(27)

70

(28)

71

melalui tingkat pengetahuan ibu yang baik seperti kesadaran tentang pentingnya imunisasi bagi anak, bagaimana dampak kesehatan anak jika tidak diberi imunisasi dan kesadaran ibu

dalam membawa anak untuk imunisasi lengkap.

4.5.4 Sikap Petugas

(29)

72

(30)

73

sopan dan keramahan dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak segan-segan mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya. Secara psikologis penyakit juga dapat disembuhkan melalui terapi-terapi yang dilakukan oleh petugas melalui sikap dan tindakan dalam melayani masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti pada dasarnya pelayanan yang baik dari petugas kesehatan sangat mempengaruhi kelengkapan status imunisasi dasar pada bayi. Petugas yang bersikap ramah, baik dan sopan pasti dapat memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi dengan baik serta dapat mempengaruhi ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Posyandu untuk mengimunisasi anaknya dengan lengkap.

4.5.5 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana

(31)

74

(32)

75

perubahan cakupan imunisasi suatu daerah. Soekidjo Notoatmodjo (2007) juga mengatakan ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas kesehatan pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Fasilitas yang kurang memadai tentu membuat pelayanan imunisasi yang kurang memadai pula. Fasilitas juga berpengaruh kepada berkurangnya minat ibu untuk mengimunisasi anaknya. Ibu yang mau memberikan imunisasi pada anaknya tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi saja melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi pada anaknya.

4.6 Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari dalam penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yaitu :

(33)

76

sehingga anaknya diasuh oleh orang tua sang ibu yaitu nenek. Akhirnya peneliti mengambil nenek yang memiliki cucu 0-12bulan untuk dijadikan informan.

Gambar

Tabel diatas menjelaskan tentang jumlah petugas
Tabel yang dicantumkan diatas adalah tabel yang berisi
Tabel 4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

yang sebenar / supaya tidak terlibat mkan harta anak yatim -menghadiri majlis-majlis ilmu supaya takut azab Allah swt / akibat makan harta anak yatim.. -sentiasa memuliakan anak yatim

First, the model with generalized hyperbolic skew Student’s t -distribution performs the best among the four return error distribution specifications.. Second, the model with

Pada gambar 3 menjelaskan � 1 adalah panjang serabut otot dan � 2 adalah variabel aktifitas elektrokimia, pada saat � 1 = 5 dan � 2 = 5 terlihat pada garis

Analisis penilaian kinerja karyawan terhadap aspek-aspek kompetensi untuk menentukan posisi yang sesuai dengan kemampuan seorang karyawan pada bagian/divisi

[r]

[r]

Hubungan antara uang saku, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, aktivitas fisik dengan densitas energi konsumsi, status gizi dan daya ingat

Pendidikan politik menjadi sarana sosialisasi politik kepada masyarakat, tujuannya adalah membangun pengetahuan dan kesadaran politik masyarakat untuk berpartisipasi