BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Analisis Penyimpangan Fungsi Media Obor Rakyat
Penelitian tentang penyimpangan fungsi media Obor Rakyat ini menggunakan metode analisis isi teks media. Obyek
penelitiannya adalah bahasa yang digunakan dalam teks Obor Rakyat. Elemen yang digunakan untuk menganalisis adalah fungsi
media sebagai pemberitaan (Newsmaking), Sosialisasi (socialization), Persuasi (persuasion), dan Agenda seting. Sedangkan indikator
[image:1.792.70.727.85.531.2]yang digunakan sebagai pengukuran adalah Kode Etik Jurnalistik.
TABEL 1
Elemen Hal Yang Diamati (Indikator) Bukti Penyimpangan Sumber
Pemberitaan
(Newsmaking)
Fakta dan akurat, Indikator yang
digunakan Kode Etik Jurnalistik
Pasal 1Penafsiran 1 dan 2.
Jokowi mempunyai nama kecil Akwan.
Obor Rakyat 1, hlm 4,
Rubrik Top News, judul
“Jokowi anak Tionghoa”. Ayahnya bernama Oey Hong Liong.
Sebutan nama Jokowi diplesetkan menjadi Joko
Oey.
Jokowi memiliki nama lain cina yaitu Wie Jo
Koh.
Obor Rakyat 2, hlm 2,
Komprehensif atau lengkap
(narasumber). Pasal 2 Penafsiran
1 dan 4.
Leluhurnya yang pertama kali datang ke
Indonesia, bernama Wie Jok Nyan.
Buka Topengmu”.
Anak seorang pengusaha Tionghoa bernama Oey
Hong Liong.
Obor Rakyat 2, hlm 16,
rubrik Socmed, judul
“Ketika Jokowi
Membohongi Diri”.
Nama kecil Jokowi adalah Akwan berasal dari
salah satu situs. Namun tidak jelas situs mana
yang dijadikan sebagai sumber.
Obor Rakyat 1, hlm 4,
Rubrik Top News, Judul
“Jokowi Anak Tionghoa” Sebuah halaman komunitas Tionghoa lebih suka
menulis nama Jokowi dengan sebutan Joko Oey,
namun tidak disertakan juga apa nama media
komunitasnya.
Sosialisasi
(socialization)
Pendidikan nilai, keyakinan,
sikap dan perilaku.
Penanaman indoktrinasi bahwa Jokowi adalah
keturunan cina.
Obor Rakyat 2, hlm 8,
Indikator yang digunakan Kode
Etik Jurnalistik Pasal 8
Penafsiran 2.
Memiliki banyak hubungan dengan konglomerat
cina di Indonesia Gang of Nine (Sembilan Naga).
“Jokowi Presiden,
Sembilan Naga
Merajalela”.
Etnis cina akan menguasai perdagangan di
Indonesia dan dampaknya akan sangat
mengerikan.
Persuasi
(persuasion)
Pembentukan citra, Indikator
yang digunakan Kode Etik
Jurnalistik Pasal 4 Penafsiran 1
dan 2.
Jokowi adalah keturunan cina dengan nama Wie
Jo Koh. Obor Rakyat 2, hlm 2,
rubrik tajuk, judul Judul
“Jokowi, Buka
Topengmu”. Plat mobil ayah Jokowi B1123HO. Angka 23
disebut sebagai lambang hewan dalam bahasa
cina dan HO adalah nama cina
“Bagi Zaki, mengumpulkan pengusaha menjelang
pencapresan membuat PDIP tak lagi bisa
dikatakan sebagai partai wong cilik”.
Obor Rakyat 2, hlm 5,
rubrik Top News, judul
“Adakah Penerima SKL di
“Saat ini umat islam harus berani melakukan
gerakan ABJ (Asal Bukan Jokowi)”.
Obor Rakyat 1, hlm 12,
rubrik wawancara, judul
“Jokowi Selalu,
Mewariskan Jabatan ke
Non-Muslim”
Menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu.
Aksi penolakan terhadap Jokowi yang dilakukan
oleh beberapa lapisan masyarakat, seperti
kelompok ibu-ibu, waria, legendaris betawi, dan
mahasiswa.
Obor Rakyat edisi 1, hlm
10-11, rubrik Zoom, judul
“Ramai Ramai Menolak
Jokowi”.
Agenda
Setting
Berporos pada tanggung jawab
sosial untuk menyampaikan
informasi secara akurat.
Indikator yang digunakan tujuan
Kode Etik Jurnalistik.
Pemberitaan mengenai sosok Jokowi adalah
keturunan cina yang tidak benar.
Obor Rakyat 1, hlm 4,
rubrik Topnews
“DISANDERA CUKONG
DAN MISIONARIS”.
Obor Rakyat 1, hlm 4,
rubrik Topnews “Jokowi
Obor Rakyat 1, hlm, rubrik
Topnews, “CUKONG –
CUKONG DI
BELAKANG JOKOWI”.
Dilihat dari analisis fungsi media Obor Rakyat terdapat beberapa bukti penyimpangan. Dari elemen pemberitaan terjadi
pelanggaran fakta dan keakuratan berita. Terdapat beberapa teks yang berisi tulisan bahwa Jokowi adalah keturunan cina dan
nonmuslim. Sumber berita yang digunakan juga tidak lengkap. Obor Rakyat juga tidak mencantumkan siapa nama penulis di setiap
teks berita. Kedua fungsi media sebagai sosialisasi seharusnya memberi pendidikan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Namun
terjadi pelanggaran dalam fungsi ini, penanaman indoktrinasi bahwa Jokowi adalah keturunan cina dan nonmuslim. Sehingga terjadi
diskrimansi terhadap warga keturunan cina dan nonmuslim. Fungsi yang ketiga adalah persuasi yaitu pembentukan citra dengan tujuan
mempengaruhi dan merubah sikap seseorang. Pembentukan citra buruk terhadap Jokowi ini sengaja dilakukan untuk mempengaruhi
keyakinan dan mengubah sikap masyarakat. Dalam fungsi agenda seting media memiliki fungsi tanggung jawab sosial. Tanggung
jawab sosial dalam memberikan informasi yang benar dan akurat. Namun banyak informasi yang masih diragukan kebenaran dan
keakuratan media Obor Rakyat.
4.2 Analisis praktik propaganda dalam Media Obor Rakyat
Analisis ini menggunakan Sembilan teknik propaganda yaitu Teknik Name Calling (memberikan julukan), Glittering
Generality (kemilau generalitas), Transfer (pengalihan) Meliputi Kekuasaan, Testimony (kesaksian), Plain Folk (rakyat biasa), Card
Stacking (menimbang-nimbang kartu untuk digunakan), Frustration Scapegot (menutupi frustrasi atau kambing hitam), Bandwagon
TABEL 2
Elemen Hal Yang diamati
(Indikator) Hasil Keterangan
Teknik Name
Calling (member
ikan julukan)
Penggunaan simbol
dalam bentuk bahasa
untuk menggambarkan
sosok Jokowi.
Capres Boneka (menjadi mainan orang, pemberiaan label
ini Jokowi diibaratkan sebagai orang yang di mainkan
oleh Megawati selaku ketua umum partai PDIP).
Judul utama di Obor Rakyat
edisi 1
Pion (orang suruhan atau bawahan). Obor Rakyat 1, hlm 3, rubrik
Topnews, judul “Capres
Boneka Suka Ingkar Janji”.
Juru Selamat yang Gagal (penolong yang gagal karena
selalu mewariskan jabatannya ke warga nonmuslim).
Obor Rakyat 1, hlm 14,
rubrik Cyber, judul “Jokowi
Juru Selamat Yang Gagal”.
Sang Pendusta (orang yang suka berbohong). Obor Rakyat 1, hlm 16,
rubrik Socmed.
Penggunaan simbol
dalam bentuk bahasa
untuk menggambarkan
para pengusaha cina.
Konglomerat besar(menggambarkan sosok para
pengusaha yang berkuasa).
Obor Rakyat edisi 1, hlm 8,
rubrik Topnews, judul
“CUKONG_CUKONG DI
Konglomerat hitam(menggambarkan sosok para
pengusaha yang terselubung dan tersembunyi)
Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik
Topnews, JOKOWI
PRESIDEN, SEMBILAN
NAGA MERAJALELA”.
Cukong (orang yang memiliki banyak uang dan modal). Obor Rakyat 2, hlm 4, rubrik
Topnews, Judul “Rezim
Pengobral Harta Negara”.
Glittering
Generality (kemi
lau generalitas)
Penggunaan kata
untuk menonjolkan
sosok Prabowo.
Kata-kata luar biasa digunakan untuk menggambarkan
sosok Prabowo.
“Prabowo itu orang yang berani menentang mendiang
LB Moerdani, ketika militer Indonesia cenderung anti –
Islam” kata doktor lulusan sebuah universitas terkemuka
di Malaysia itu”.
“Itulah yang menurut Adhian membuat posisi Prabowo
di kalangan muslim begitu kuat. Sementara di lain pihak,
capres dari PDIP, Jokowi kian lama semakin dianggap
perpanjangan tangan kepentingan non muslim. Itu
alasan mendasar penolakan umat islam menolak beliau.
Ada kekuatan di belakang Jokowi yang menimbulkan
banyak tanda tanya di kalangan muslim, “kata Adhian”
Obor Rakyat edisi, hlm 12,
rubrik wawancara, judul
“Jokowi Selalu, Mewariskan
Jabatan ke Non-Muslim”
Transfer (pengali
han) Meliputi
Penggunaan seseorang
atau tokoh yang paling
Megawati sebagai sosok yang paling dikagumi dan
berwibawa di partai PDIP.
Obor Rakyat 2, hlm 6-7
Kekuasaan dikagumi dan
berwibawa dalam
lingkungan tertentu.
“DARAH YANG TUMPAH
KALA MEGAWATI
MEMERINTAH dan
NASDEM SEKADAR
GINCU DI PIPI
MEGAWATI”.
Testimony (kesak
sian)
Pemakaian nama
orang-orang terkenal,
yang tidak ada
hubungannya.
R. Budi Hartono, Michael Hartono, Chairul Tanjung, Sri
Prakash Lohia, Peter Sondakh, Mochtar Riadi dan
keluarga, Sukanto Tanoto, bachtiar Karim, Theodore
Rachmat, Tahir, Murdaya Po, Martua Sitorus, Achmad
Hamami dan keluarga, Ciputra dan keluarga, Low Tuck
Kwong, Edwin Soeryadjaya, Hary Tanoesoedibyo, Harjo
Sutanto, Lim Haryanto Wijaya Sarwono.
Obor Rakyat 2, hlm 5, rubrik
Topnews, judul “19 Orang
Terkaya Indonesia”.
Jacob Soetojo
Obor Rakyat 1, hlm 7, rubrik
Topnews, judul
“MANUVER JACOB
SOETOJO”.
Plain Folk
(rakyat biasa)
Memberikan
identifikasi terhadap
suatu ide misalnya
“Prabowo dikalangan muslim begitu kuat”. Dekat dengan
rakyat yaitu para ulama dan tokoh islam. Para ulama
sudah mengenai Prabowo sejak lama. Sehingga umat
Obor Rakyat 2, hlm 12,
rubrik wawancara, judul
selama ini telah berjasa. Sedangkan Jokowi yang selama
ini dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat
disebut hanya sebuah pencitraan.
Obor Rakyat 1, hlm 2, rubrik
tajuk, “Jokowi Diteriaki
Pencitraan”.
Card
Stacking (menim
bang-nimbang
kartu untuk
digunakan)
Penonjolan hal-hal
atau segi baiknya saja,
sehingga publik hanya
melihat satu sisi. Hal
ini berkaitan dengan
Keberpihakan media.
Isi Obor Rakyat semua melihat dari sisi buruk seorang
Jokowi. Sedangkan tidak ada satupun pemberitaan yang
menjatuhkan nama Prabowo.
Obor Rakyat edisi 1 dan 2.
Frustration
Scapegot
(menutupi
frustrasi atau
kambing hitam)
Diskrimasi terhadap
warga keturunan cina
dan nonmuslim untuk
menciptakan
kebencian.
“Jokowi selalu mewariskan jabatannya kepada warga
nonmuslim seperti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo
(Walikota Solo) dan Basuki Tjahaya Purnama (Gubernur
DKI Jakarta)”.
Obor Rakyat 1, hlm 5 judul
“DARI SOLO SAMPAI
JAKARTA, DE –
ISLAMISASI ALA
JOKOWI”.
Bandwagon
Technique
Segmentasi dan
penggunaan nara
sumber.
Segmentasi media Obor Rakyat adalah masjid dan
pondok pesantren di daerah pulau Jawa. Penggunaan
narasumber sebagai bahan liputan Ketua MUI KH Kholil
Ridwan, Ketua Dewan Dakwah (DDII) Dr. Adian
Husaini M.A, Dr. Gun Gun Heryanto dan Hasibullah
Satrawi keduanya berasal dari Universitas berbasis Islam
di Jakarta dan Kairo, Mesir.
Komentar para kiai tersebut Jokowi disebut telah
berdusta, membohongi rakyat, ingkar janji, dan telah
melelang jabatannya.
Obor Rakyat 2, hlm9, rubrik
Topnews judul
“KOMENTAR PARA KIAI
TENTANG JOKOWI”.
Fear Arousing
(membangkitkan
ketakutan)
Penggunaan bahasa
dalam media yang
berjuan untuk
menimbulkan
ketakutan di benak
khalayak.
“Jika nanti Jokowi Presiden, maka etnis cina akan lebih
leluasa menguasai perdagangan, bisnis dan
perekonomian. Jika ini sampai terjadi, maka dampaknya
akan sangat mengerikan”.
Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik
Topnews, “Jokowi Presiden,
Sembilan Naga Merajalela”
“Jadi bisa dibayangkan, kalau sampai Jokowi menang,
para pengusaha itulah yang sebenarnya yang menjadi
penguasa di Indonesia”.
Obor Rakyat 2, hlm 8, rubrik
Topnews, “Konsilidasi
Kekuatan Cina”
“Jika Jokowi menjadi presiden, target pertumbuhan
gereja dan permutadan di Indonesia berjalan lebih
cepat”.
Obor Rakyat 1, hlm 5, rubrik
Topnews, judul ”DARI
SOLO SAMPAI JAKARTA,
DE-ISLAMISASI ALA
Analisis media Obor Rakyat menggunakan Sembilan teknik propaganda didukung dengan teori propaganda Harold Lasswell
dan Walter Lippmann. Dalam media Obor Rakyat yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah bahasa dalam teks. Bahasa yang
digunakan dalam teks dijadikan sebagai simbol untuk menampilkan sosok Jokowi. Simbol-simbol inilah yang digunakan oleh
propagandis untuk mempengaruhi khalayak. Tujuannya untuk merubah sikap khalayak dari perasaan suka menjadi tidak suka.