• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N K O M U N I K A S I MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICKPADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS

VII SMP NEGERI 2 MEDAN T.A. 2013/2014

Oleh:

Fitri Amalia Daulay NIM 4103111030

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Materi Bangun Datar Segi Empat Di Kelas VII SMP Negeri 2 Medan T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, dan Bapak Drs. W.L Sihombing, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs. Drs. Syafari, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

(4)

v

Nainggolan selaku guru bidang studi Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda H. Fakhruddin Daulay dan Ibunda Hj. Risnawati Nasution, S.Pd yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Adikku tersayang Rizka Fahrina Daulay dan Raja Fahmi Natigor Daulay yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan Hallimatussa’diah, FitriYanti Fadilla, Fitria Sri Ratu dan teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik B reguler 2010 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(5)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATERI BANGUN

DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 2 MEDAN

T.A 2013/2014

Fitri Amalia Daulay (NIM 4103111030) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi penerapan talking stick dalam meningkatkan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 2 Medan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Medan dengan jumlah siswa 32 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipetalking stick pada materi bangun datar segi empat. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes dan lembar observasi. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana tiap akhir siklus diberi tes yang telah divalidasi oleh validator dan observasi dilakukan oleh observer yaitu guru matematika SMP Negeri 2 Medan.

Sebelum pemberian tindakan, terlebih dahulu diadakan tes kemampuan awal komunikasi matematika. Dari 32 siswa yang mengikuti tes kemampuan awal komunikasi matematika, hanya 1 orang yang nilainya mencapai KB sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh yaitu 3,125%. Serta nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya sebesar 19.156 dengan persentasenya sebesar 47,89% dan masih tergolong sangat rendah . Pada akhir siklus I, ada 13 orang yang nilainya mencapai KB sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh menjadi 40,63%. Dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh menjadi 25,719 dengan persentase sebesar 64,29% dan termasuk ke dalamkategori rendah. Pada akhir siklus II, sebanyak 28 orang yang nilainya mencapai KB sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh menjadi 87,50%. Dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh menjadi 31,312 dan persentasenya sebesar 78,28% termasuk ke dalam kategori sedang.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xiv

Daftar Lampiran xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 9

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan masalah 10

1.5 Tujuan penelitian 10

1.6 Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1. Kerangka Teoritis 12

2.1.1.Pengertian Komunikasi 12

2.1.1.1. Aspek – Aspek Komunikasi 13 2.1.1.2. Komunikasi Matematika 16 2.1.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Matematika 19 2.1.2.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 21

2.1.3.Hasil Belajar 24

2.1.4.Belajar Menurut Pendekatan Kontruktivisme 25

2.1.5.Model Pembelajaran 27

2.1.5.1. Model Pembelajaran Kooperatif 27 2.1.5.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTalking Stick 31 2.1.6.Materi Bangun Datar Segi Empat 36

2.2. Kerangka Konseptual 48

(7)

vii

BAB III METODE PENELITIAN 50

3.1. Lokasi Penelitian 50

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 50

3.2.1.Subjek Penelitian 50

3.2.2.Objek Penelitian 50

3.3. Jenis Penelitian 50

3.4. Prosedur Penelitian 50

3.5. Alat Pegumpulan Data 58

3.5.1.Tes 58

3.5.2.Lembar Observasi 60

3.5.3.Wawancara 60

3.6. Teknik Analisis Data 60

3.6.1.Reduksi Data 60

3.6.2.Paparan Data 61

3.6.3.Simpulan Data 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 68

4.1. Hasil dan Pembahasan Siklus I 68

4.1.1.Kondisi Awal Siswa 68

4.1.2.Tahap Perencanaan Tindakan 70 4.1.3.Tahap Pelaksanaan Tindakan I 71

4.1.4.Observasi I 72

4.1.5.Wawancara I 72

4.1.6.Analisis Data I 73

4.1.7.Refleksi I 77

4.2. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 78

4.2.1.Permasalahan II 78

4.2.2.Perencanaan Tindakan II 80

4.2.3.Pelaksanaan Tindakan II 81

(8)

viii

4.2.5.Wawancara II 83

4.2.6.Analisis Data II 83

4.2.7.Refleksi II 88

4.3. Hasil Penelitian 89

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 94

5.1. Kesimpulan 94

5.2. Saran 96

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif 30 Tabel 2.2 Sintaks PembelajaranTalking Stickdan Langsung 32 Tabel 3.1 Bobot Skor Setiap Komponen Jawaban Kemampuan

Komunikasi matematika 62

Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi matematika Siswa 65 Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Awal Komunikasi Matematika

Pada Tiap Aspek 69

Tabel 4.2 Persentase Kemampuan Komunikasi Matematika I

Pada Tiap Aspek 74

Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Pada Siklus I 75 Tabel 4.4 Deskripsi Nilai Pada Siklus II 85 Tabel 4.5 Perkembangan Siswa Yang Mengalami Ketuntasan Belajar 86 Tabel 4.6 Hasil Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika

Setelah Data Diurutkan 234

Tabel 4.7 Pembagian Kelompok Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan

Awal Komunikasi Matematika 235

Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

Setelah Data Diurutkan 236

Tabel 4.9 Pembagian Kelompok Berdasarkan Hasil Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 237

Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 238 Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 239 Tabel 4.12 Transkrip Wawancara Siklus I Kode Siswa 06 240 Tabel 4.13 Transkrip Wawancara Siklus I Kode Siswa 22 241 Tabel 4.14 Transkrip Wawancara Siklus II Kode Siswa 02 242 Tabel 4.15 Transkrip Wawancara Siklus II Kode Siswa 20 243 Tabel 4.16 Tabel Analisi Data Pada Tes awal Kemampuan Komunikasi

Matematika 244

Tabel 4.17 Tabel Analisi Data Pada Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 246

(10)

xv

Matematika II 248

Tabel 4.19 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematika 250

Tabel 4.20 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 257

Tabel 4.21 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Persegi Panjang ABCD 36

Gambar 2.2. Persegi panjang KLMN 37

Gambar 2.3. Persegi ABCD 39

Gambar 2.4. Persegi KLMN 40

Gambar 2.5. Jajargenjang KLMN 41

Gambar 2.6. Belah Ketupat ABCD 43

Gambar 2.7. Layang – Layang ABCD 45

Gambar 2.8. Trapesium ABCD 47

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 58 Gambar Grafik hasil tes kemampuan komunikasi matematika siklus I dan 91 II ditinjau dari setiap aspek

Gambar Grafik persentase nilai rata-rata hasil tes siklus I dan II 92 Gambar 1.1. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Awal 100 Gambar 1.2. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Awal 100 Gambar 4.1. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 250

Gambar 4.2. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 251

Gambar 4.3. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 252

Gambar 4.4. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 252

Gambar 4.5. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan Awal

(12)

x

Gambar 4.6. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 253

Gambar 4.7. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 254

Gambar 4.8. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 255

Gambar 4.9. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 255

Gambar 4.10. Jawaban Siswa Soal Nomor 10 Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 256

Gambar 4.11. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 257

Gambar 4.12. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 258

Gambar 4.13. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 259

Gambar 4.14. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 259

Gambar 4.15. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 260

Gambar 4.16. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 260

Gambar 4.17. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 261

Gambar 4.18. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 261

Gambar 4.19. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 262

(13)

xi

Komunikasi Matematika I 263

Gambar 4.21. Jawaban Siswa Soal Nomor 1 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 265

Gambar 4.22. Jawaban Siswa Soal Nomor 2 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 265

Gambar 4.23. Jawaban Siswa Soal Nomor 3 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 266

Gambar 4.24. Jawaban Siswa Soal Nomor 4 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 267

Gambar 4.25. Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 268

Gambar 4.26. Jawaban Siswa Soal Nomor 6 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 268

Gambar 4.27. Jawaban Siswa Soal Nomor 7 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 269

Gambar 4.28. Jawaban Siswa Soal Nomor 8 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 269

Gambar 4.29. Jawaban Siswa Soal Nomor 9 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 270

Gambar 4.30. Jawaban Siswa Soal Nomor 10 Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 270

Gambar 5.1. Guru memberikan Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematika kepada siswa 271

Gambar 5.2. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematika yang diberikan oleh guru 271 Gambar 5.3. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa serta

(14)

xii

Gambar 5.4. Guru menjelaskan materi pelajaran mengenai bangun datar segi

empat 272

Gambar 5.5. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok 272 Gambar 5.6. Guru membagi LAS kepada setiap siswa pada masing-masing

kelompok 272

Gambar 5.7. Guru mengawasi dan membimbing siswa 273 Gambar 5.8. Setelah diskusi selesai siswa menutup LAS yang telah

didiskusikan dan menggulirkan tongkat diiringi dengan lagu “si kancil

anak nakal” 273

Gambar 5.9. Guru menyuruh siswa yang mendapatkan tongkat setelah lagu “si kancil anak nakal” berakhir untuk maju ke dapan kemudian guru

memberikan pertanyaan berupa soal 274

Gambar 5.10. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru dan boleh

dibantu oleh teman sesama kelompoknya 274 Gambar 5.11. Guru menyimpulkan materi pelajaran dan bertanya kepada

siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan 274 Gambar 5.12. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang bertanya

dan yang dapat menjawab pertanyaan guru 275 Gambar 5.13. Guru memberi PR dan menginformasikan pembelajaran

Selanjutnya 275

Gambar 5.14. Guru memberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

(15)

xiii

Gambar 5.15. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

yang diberikan oleh guru 276

Gambar 5.16. Guru memberikan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

kepada siswa 276

Gambar 5.17. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Tes Kemampuan Awal 99

Lampiran 2 : Penyelesaian Siswa Pada Tes Kemampuan Awal 100

Lampiran 3 : RPP I (Siklus I) 101

Lampiran 4 : RPP II (Siklus I) 109

Lampiran 5 : RPP III (Siklus II) 117

Lampiran 6 : RPP IV (Siklus II) 125

Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa I (Siklus I) 135 Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS I 139 Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa II (Siklus I) 143 Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian LAS II 152 Lampiran 11 : Lembar Aktifitas Siswa III (Siklus II) 158 Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian LAS III 165 Lampiran 13 : Lembar Aktifitas Siswa IV (Siklus II) 170 Lampiran 14 : Alternatif Penyelesaian LAS IV 177 Lampiran 15 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 183 Lampiran 16 : Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 184 Lampiran 17 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematika 187

Lampiran 18: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 190

Lampiran 19 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 192 Lampiran 20 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 193 Lampiran 21 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 195

Lampiran 22: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 199

(17)

xvii

Lampiran 25 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II 204

Lampiran 26: Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 209

Lampiran 27: Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal Komunikasi

Matematika 211

Lampiran 28: Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I 213

Lampiran 29: Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II 215

Lampiran 30: Lembar Validator Soal 217 Lampiran 31: Lembar Observasi Kegiatan Guru 218 Lampiran 32: Hasil Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika

Setelah Nilai Diurutkan dan Pembagian Kelompok 234 Lampiran 33: Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

Setelah Nilai Diurutkan dan Pembagian Kelompok 236 Lampiran 34: Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus I 238 Lampiran 35 : Deskripsi Hasil Observasi Guru Pada Siklus II 239 Lampiran 36 : Hasil Wawancara Siswa 240

Lampiran 37: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 244

Lampiran 38: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 246

Lampiran 39: Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan

(18)

xviii

Lampiran 40: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematika 250

Lampiran 41: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika I 257

Lampiran 42: Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematika II 264

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya zaman, kemajuan dalam bidang pendidikan juga semakin berkembang. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. Salah satunya adalah dengan melakukan perubahan dalam bidang kurikulum dan peningkatan kualitas pengajar indonesia. Upaya tersebut dilakukan pemerintah mengingat betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia. Karena dengan adanya pendidikan, maka seseorang atau sekelompok orang akan memperoleh pengetahuan dari pengalaman yang dilakukannya sehingga menimbulkan proses perubahan ke arah yang lebih baik yang semakin lama semakin berkembang dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ambarjaya (2012 : 7) mendefenisikan bahwa :

Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara sesorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menibulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.

Di dalam dunia pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting, Pendidikan matematika tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika dapat melatih seseorang berfikir secara logis, kreatif dan terampil. Adapun alasan yang melatarbelakangi perlunya matematika diajarkan kepada siswa yaitu seperti yang diungkapkan oleh Cockfort (dalam Abdurrahman, 2012 : 204) yang mengatakan bahwa:

(20)

Meskipun matematika merupakan salah satu matapelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, matematika tetap saja menjadi matapelajaran yang sulit dan tidak disenangi oleh siswa khususnya di negara Indonesia. Hal itu terungkap dalam data UNESCO (dalam Huzzah, 2008) bahwa :

Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari peringkat matematika Indonesia yang berada di deretan 34 dari 38 negara.Sejauh ini Indonesia belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frederick salah satu hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan matematika siswa yaitu pemberian soal yang terlalu kaku, dimana soal tersebut lebih banyak diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika dan diset dalam konteks yang jauh dari realtitas kehidupan sehari-hari. Akibat dari itu Firman selaku ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) berpendapat bahwa banyak siswa yang merasa kesulitan dan menganggap matematika sebagai pealajaran yang tidak menyenangkan.

Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa menjadi kurang adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan konsep materi dalam pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh pendapat Ansari (2009 : 19) yang menyatakan : “Semakin tinggi kemampuan komunikasi matematika siswa, semakin tinggi pula pemahaman yang dituntut kepada siswa”.

Kemampuan komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Broody (dalam Ansari, 2009 : 4) yang menyebutkan :

(21)

Meskipun kemampuan komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa tetapi kemampuan komunikasi matematika tersebut masih belum diupayakan peningkatannya dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ansari (2009 : 5) yang menyatakan bahwa :

Dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi matematika belum sepenuhnya dikembangkan secara tegas, padahal sebagaimana diungkapkan oleh para matematikawan bahwa komunikasi matematika merupakan salah satu kompetensi yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kompetensi lainnya, seperti bernalar dan pemecahan masalah. Suatu cara untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematika di kalangan siswa pada semua tingkat sekolah adalah dengan representasi yang relevan. Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide atau translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata.

Cai, Lane & Jakabesin juga memberikan beberapa contoh representasi matematika dan pengembangan kemampuan representasi dalam mengungkapkan kemampuan komunikasi matematika (dalam Ansari, 2009 : 5) yaitu :

Representasi matematika dapat berupa sajian visual seperti gambar (drawing), grafik (chart), dan tabel (table), serta persamaan aljabar (mathematical expression) dan menulis bahasa sendiri baik formal maupun informal (written texts). Untuk mengembangkan kemampun representasi diperlukan pemahaman matematika (mathematical knowledge), yaitu pemahaman terhadap konsep, prinsip dan strategi penyelesaian.

Jadi, harus ada upaya peningkatan yang dilakukan oleh pihak guru dalam menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika di kalangan siswa karena dapat melatih kemampuan berfikir dan aktivitas sosial siswa dalam pembelajaran matematika.

(22)

berdasarkan hasil UN tahun 2012 (http://edukasi.kompas.com/Siswa-SMP-Tak-Lulus-UN-Matematika) bahwa :

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Moammad Nuh mengatakan Siswa yang mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus terbanyak dalam matapelajaran Matematika yaitu sebanyak 229 siswa, kemudian diikuti Bahasa Inggris sebanyak 191 siswa, Bahasa Indonesia sebanyak 143 siswa, dan IPA sebanyak 103 siswa.

Bangun datar segi empat merupakan materi kelas VII SMP semester genap. Adapun sub pokok bahasan yang dipelajari pada materi bangun datar segi empat ini meliputi pengertian bangun datar segi empat baik itu persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Sifat-sifat bangun datar segi empat baik itu persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Luas dan keliling bangun datar segi empat baik itu persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

(23)

memberikan argumentasi terhadap permasalahan matematika seperti menuliskan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanya dengan menggunakan kosa kata atau bahasa sehari-hari, selain itu siswa belum bisa menterjemahkan suatu masalah atau ide ke dalam simbol atau bahasa matematika dengan benar seperti melakukan pemodelan matematika, strategi penyelesaian serta memberikan jawaban akhir terhadap permasalahan matematika dengan benar.

Sehingga dari 32 siswa yang diberi tes terdapat 81,25% siswa tidak dapat melukiskan gambar dan membaca gambar dengan benar, 53,1% siswa tidak dapat memberikan argumentasi terhadap permasalahan matematika, dan 68,8% siswa belum bisa melakukan representasi yaitu menterjemakan suatu masalah atau ide ke dalam simbol atau bahasa matematika dengan benar. Berdasarkan observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan tertulis komunikasi matematika siswa kelas VII-2 di SMP N 2 Medan masih rendah.

Selain berdasarkan observasi, kemampuan komunikasi matematika siswa yang masih rendah juga didukung oleh data dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematika dan bernalar secara matematika.

Sejalan dengan itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Qohar (2010 : 5) menyatakan bahwa :

Kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan masih tergolong rendah. Siswa kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya, walaupun sebenarnya ide dan gagasan sudah ada di pikiran mereka. Hal ini diduga bahwa siswa takut salah dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya, di samping itu siswa juga kurang terbiasa dengan mengkomunikasikan gagasannya secara lisan.

(24)

gambaran penyelesaian terhadap permasalahan matematika dimana siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang diketauhi dalam soal dan apa yang ditanyakan serta kurang mampu dalam menganalisis keterkaitan antara keduanya sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan masalah dalam matematika.

Sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti, Sahimuddin (2010 : 1) menambahkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep bangun datar disebabkan oleh 4 hal yaitu :

Ada 4 hal yang mempengaruhi kurangnya pemahaman siswa dalam konsep bangun datar, antara lain : (1) dari dalam diri siswa, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru, (3) bahasa yang digunakan oleh guru kurang bermakna bagi siswa, (4) siswa kurang memanfaatkan media yang ada di sekelilingnya.

Karena rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa seperti yang dikatakan oleh Gagne (Suprijono, 2009 : 5) bahwa : “Hasil belajar berupa Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan”. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

(25)

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pmbelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.

Oleh karena itu, perbaikan proses pembelajaran yang dimaksudkan yaitu dengan melakukan pembelajaran melalui model. Pembelajaran melalui model juga memiliki tujuan. Seperti yang diungkapkan oleh. Hamzah B. Uno (dalam Istarani, 2011 : 3) yaitu bahwa: “Pembelajaran melalui model bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok”. Dengan pembelajaran melalui model siswa akan mengetahui perjalanan hidup serta aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai kesuksesan.

Belajar model dapat dilakukan dengan melalui fase-fase, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi (motivation phase). Fase-fase ini akan menghasilkan penampilan seseorang. Dengan menggunakan fase-fase tersebut secara sistematis akan dapat memberikan pembelajaran melalui model secara efektif dan efesien.

Pembelajaran melalui model yang paling efektif yang diupayakan dapat mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif. Seperti pendapat Ansari (2009 : 9) yang mengatakan bahwa :

Manfaat pembelajaran kooperatif yaitu terjadinya sharing process antar peserta belajar, sehingga diharapkan dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara mereka, Bentuk sharing ini dapat berupa curah pendapat, saran kelompok dan feedback dari guru sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pikirannya, sehingga terjadi komunikasi yang dapat meningkatkan hasil belajar.

(26)

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) memudahkan siswa belajar, sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi siswa sehingga pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan hal tersebut akan berbanding lurus dengan hasil belajarnya. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat menimbukan pembelajaran efektif.

Ada beberapa metode-metode pembelajaran kooperatif yang diupayakan dapat melatih kemampuan komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah tipe talking stick. Suprijono ( 2009 : 109) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran dengan modelTalking Stickmendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada interaksi atau komunikasi antar siswa dalam suasana belajar yang menjadikan lebih aktif dan menarik. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Selain itu, Tarmizi (2010) mengatakan bahwa : “Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA atau SMK. Selain melatih komunikasi siswa, pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif”.

(27)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Stick Pada Materi Bangun Datar Segi Empat Di Kelas VII SMP Negeri 2

Medan T.A 2013/2014.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Siswa masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan.

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah.

3. Kemampuan komunikasi matematika belum diupayakan peningkatannya dalam proses pembelajaran

4. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru.

5. Siswa kurang memahami konsep bangun datar segi empat. 6. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

7. Belum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe talking stick untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika di SMP N 2 Medan.

1.3. Batasan Masalah

(28)

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran talking stick untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 2 Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran talking stick pada materi bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 2 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran talking stick dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 2 Medan.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Medan setelah diterapkannya model pembelajarantalking stickpada materi bangun datar segi empat.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas, baik dalam hal bekerjasama, berkomunikasi, dan berfikir kritis.

(29)

2. Bagi guru

a. Memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan komuniksasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe talking stick.

b. Sebagai referensi bagi guru untuk dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Bagi peneliti

a. Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelititan apakah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

b. Sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon guru dimasa yang akan datang.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil kesimpulan :

1. Strategi penerapan model pembelajarantalking stickdalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segi empat di siswa kelas VII SMP Negeri 2 Medan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 15 cm

b. Guru menyiapkan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

c. Guru menyajikan materi bangun datar segi empat yang akan dipelajari. d. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang.

e. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat pada LAS yang telah dibagikan oleh guru.

f. Setelah kelompok selesai mendiskusikan bahan diskusi yang diberikan oleh guru, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi hasil diskusi.

g. Guru memberi tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, kemudian menyanyikan suatu lagu sambil menggulirkan tongkat yang diberikan guru. Setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, pertanyaan yang diberikan guru sesuai dengan LAS.

h. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

(31)

j. Guru menutup pembelajaran.

2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran talking stickpada materi bangun datar segi empat di kelas VII SMP Negeri 2 Medan dijelaskan sebagai berikut : a. Kemampuan komunikasi matematika yang berhasil dicapai siswa

dalam penelitian ini berdasarkan persentase kemampuan komunikasi matematika siswa untuk aspekexplanation pada tes kemampuan awal sebesar 39,583% berada pada kategori sangat rendah, pada tes kemampuan I di siklus I menjadi 66,667% berada pada kategori sedang, pada tes kemampuan II di siklus II menjadi 76,042% dan berada pada kategori sedang, untuk aspek draw pada tes kemampuan awal sebesar 44,792 % berada pada kategori sangat rendah, pada tes kemampuan I di siklus I menjadi 68,750% berada pada kategori sedang, pada tes kemampuan II di siklus II menjadi 86,450% dan berada pada kategori tinggi, untuk aspek representase pada tes kemampuan awal sebesar 14,843 berada pada kategori sangat rendah, pada tes kemampuan I di siklus I menjadi 56,250% berada pada kategori rendah, pada tes kemampuan II di siklus II menjadi 71,094% dan berada pada kategori sedang,

b. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes kemampuan awal yaitu 19,156 dengan persentase 47,89% berada pada kategori sangat rendah, pada tes kemampuan I di siklus I menjadi 25,719 dengan persentase 64,29% berada pada kategoti rendah, pada tes kemampuan II di siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 31,312 dengan persentase 78,28% dan berada pada kategori sedang

(32)

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika, dalam mengajarkan materi bangun datar segi empat hendaknya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Kepada siswa khususnya siswa SMP Negeri 2 Medan hendaknya selalu giat dalam belajar matematika. Dan disarankan agar siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide dan dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, sehingga siswa akan lebih efektif karena guru lebih melibatkan siswa dalam pebelajaran.

(33)

97

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ambarjaya, Beni S, (2012), Psikologi Pendidikan & Pengajaran : Teori & Praktik, CAPS, Yogyakarta.

Anchoto, (2009), http://anchoto.sman1ampekangkek.com/2009/09/2/definisi-karakteristik-matematika/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2014)

Ansari, Bansul, (2009), Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Arikunto, S, (2009),Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Asmin & Abil Mansyur , (2012),Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar

Dengan Analisis Klasik dan Modern, LARISPA, Medan.

Djaali & Pudji Muljono, (2008),Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Grasindo, Jakarta.

Herdian, (2010), http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2014)

Huzzah, (2008), http:// m.topix.com/forum/world/Indonesia/ (diakses pada tanggal 5 Februari 2014)

Imelda, (2008), Penerapan Model Pembelajaran TPS Dengan Bantuan Media Autograph Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa SMA, Thesis, Pascasarjana UNIMED, Medan.

Isjoni, (2009),Pembelajaran Kooperatif,Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Istarani, (2011),58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. J.S, Tanti, (2014), Komunikasi Matematika (diakses pada tanggal 2 April 2014) Maulana, (2014),

http://koffieenco.blogspot.com/2014/01/model-pembelajaran-langsung. html/ (diakses pada tanggal 2 April 2014)

(34)

98

Nurhaini, Dewi, (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya, Madju Offset, Jakarta.

Nurhayati, (2012), http://www.depdiknas.go.id (diakses pada tanggal 5 Maret 2014)

Qohar, Abdul, (2010), Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Koneksi Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching,Thesis, UPI, Bandung.

Rohmah, Maya, (2013), Pendekatan Brainstorming Teknik Round Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Komunikasi Matematis dan Self-Awarness Siswa SMP, Skripsi, UPI, Bandung.

Suprijono, Agus, (2009), Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sumarmo, U, (2005),Pembelajaran MatematikaUntuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah, Makalah Pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Tampubolon, Ruth Endang, (2012), Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Materi Pecahan Di Kelas VII SMP Nasrani 5 Medan T.A. 2011/2012, Skripsi, UNIMED, Medan.

Tarmizi, (2010), http://tarmiji.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/ (diakses pada 2 April 2014)

Tempo, (2012), http://edukasi.kompas.com/Siswa-SMP-Tak-Lulus-UN-Matematika (diakses pada tanggal 5 Maret 2014)

(35)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 4.19Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Awal Komunikasi
Gambar 5.15. Siswa mengerjakan Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Perusahaan Kemasan Kayu Skim Audit Badan Karantina Pertanian.. Departemen Pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan),

David Groth and Toby Skandier,Network+ Study Guide(4th Edition), Sybex,AlamedaCA, 2005, pp?.

Pada umumnya, analisis transmisi harga vertikal dilakukan terhadap harga- harga komoditas yang sama, namun demikian, analisis transmisi harga vertikal juga dapat dilakukan

Dari hasil penelitian ini dengan menggunakan perhitungan koefisien korelasi diperoleh nilai r sebesar 0,99 Yang dapat diartikan bila r = 1 atau mendekati 1 maka hubungan antara

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

Satar Mese Barat, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :.

Microsft Excel adalah suatu program aplikasi yang berupa kolom dan lajur elektronik yang di tunjukan untuk mengolah dokumen yang berupa angka, dimana angka

Kita diberi kesempatan mengeluarkan sebagian dari bahan makanan kita untuk saudara-saudara kita yng berhak menerimanya lewat zakat fitrah. Di samping makna solidaritas yang