KAWINANOM:
KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKA WINAN
ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN
HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG
'r;1(!
~~
LUAT: IM ~NJUNTAK
NIM : 025050074~
Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian
Untuk Memperoleh Gelar MAGISTER SAINS
P rogram Studi Ant ropologi Sosial
PROGRAM P
ASCASARJANA _
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
M EDA.N
KAWIN ANOM:
KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKA WINAN
ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN
HAM PARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG
~
Disusun
dan Diajukan Oleh:
LUAT SIMANJUNTAK
NJM : 025050074
/,; Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis ·
Pada Tanggal l 7 Juni
2006
dna Dinyatakan Telah Memenuhi
Salah Satu Sya rat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
~ Pro gr a ~
Studi
Ant ropol ~ giSosial
~~C~-
5
N~
~
Meda n, ....
~
••.•..•...
(
M : nyetu ~ u;
i
lfr
·
j)
"
Tim
Pe mb imbing
~
.j
~
;:.)
Pembimbing I,
rt
Pembimbing II,
~'
-('"'~ ...."\.
\
"
"\
~
;
~Y
L
Dr. phil IcJnvan Azhari, MS ...
NIP. 131479855
a~""-\
~fLLt ? tt'
Ketua Program Studi,
Antropolgi osial
Prof. Dr. Bungaran A. Simaojuntak
NIP. 130344786
Dr. Ibrahim Gultom,
M.Pd
NIP.131571 763
....
Pasca Sarjana
riMedan
\
Prof.
D r.
Belferik Manullang
Dipertahankan Didepan Tim Penguji Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan
Program Studi Antropologi Sosial
<'"~.... /...~"'
~
Judul Tesis
KAWINANOM:
KAJIAN_ANTROPO(QGIS TERHADAf POLA PERKAWINAN
ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN
HAMPARAN .PERAK KABUPATEN DELI SERDANG .;;
NAMA
~
: LUAT SIMANJUNTAK
~
NIM
: 025050074
- uari/ Tanggal -
: Sabtu/17""Juni 2006
""... / _G:I
Komisi Pembimbing I
(%
~~r1-: Dr. phil. lchwan Azhari, M
Komisi Pembimbing II
: Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd
Anggota Penguji
: Prof. Dr. N. A. Fadhil Lubis
.fr..of. Dr.
Bunga ra _!!~ ·Simanju
Prof. Dr. Robert Sibarani;-MS
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kchadirat luhan Ya.ng Maha Kuasa atas b~rk at
rahmat dan
karuniaNya,Tesis yang
betjudul"KA WfN ANOM : Kajian Antropologis
Terhadap Pola Perkawinan Etnis Banjar di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan
Pcrak Kabupaten Deli Serdang•', ini telah selesai
disusw1.
Penulis menyadari bahwaselesainya Tesis ini berkat adanya bantuan moril mauptm materil dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. phil. Ichwan
Azhari. MS, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Jbmhim Gultom. M.Pd.,
Sebagai
Dosen
PembimbingII
yangtelah memberikan
bimbingan dan arahan kepadapenulis mulai dari awal hingga penyelcsaian tesis ini. ,
Selanjutnya penulis juga rnenyampaikan rasa terima kasih kepada. Prof. Dr.
Bungaran Antonius
Simanjuntakdan Drci.
TrisnjHandayani,
M.Si. sebagai Ketua danSektaris Program Studi Antropologi Sosial Universitas Negcri Medan t.l.JN IMED)
yang telah banyak membantu dan memberikan masukan terhadap draf awal tesis ini.
Kemudjan pcnulis menyampaika'l terima kasih
kepada
Bapak.Rafai
yangtelah memberikan infonnasi awal, bapak Rasyidi, Firdaus dan Saudara Saleh Siregar
yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data dan infmmasi-intorma<;i
yang diperlukan. Kemudian ucapan terima kasih kcpada Ibunda R. Br. Rambe dan
Istcri tercinta Sariani Siagian, SH dan anak scrnata wayangku Quinaldo Rasokhi
Simanjuntak
yang telah
memberikan dorongansemangat
yang besar sehingga tesis inidapat selesai disusun.
ABSTRAK
Simanjuotak, Luat. Kawin Anom : Kajian Antropologi Terhadap Pola Perkawinan E tnis Banjar di l>esa Paluh Manan Kecamatan Hatmpaen.n
Pen"-Kabupaten Deli Serdang. Program Pasca Sarjana Universitas i\~eri Medan. Mei 2005.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan dengan tujuan untuk mempelajari, menggambarkan, menguraikan_ dan menganalisa Pola Perkawinan Etnis Banjar di Desa Paluh Manan
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Kawin Anom merupakan salah satu pola perkawinan yang masih terdapat pada masyrakat etnis Banjar di Desa Paluh
Manan
'Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Praktek kawin anom ini dapat bertahan bahkan cenderung menjadi trend di kalangan generasi muda dan kebanggan bagj orang tua dikarenak:an masih kuatnya falsafah hidup etnis Banjard.alam
rnemandang perkawinan yang mcnyatakan bahwa anak perempuan yang telah berusia lebih dari 15 tahun belum menikah seakan-akan membawa malu (aib) bagi keluarga.Untuk melihat keberadaan praktek kawin anom di tengah-tengah kehidupan masyarakat etnis Banjar di Desa Paluh Manan digunakan teori fungsional struktural untuk menganalisis peranan dan fungsi dari setiap sub system dalam melanggengkan praktek kawin anom di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
ABSTRACT
Simanjuntak, Luat. Kawin Anom: Anthropological Study to Banjar Ethnic
Marriage Pattern in desa Paluh Manan l{ccamatan Hamparan Perak kabupaten
Deli Scrdang. Graduate Program of the State University of Medan. May 2005.
This research applies descriptive qualitative approach with observation technique, bibl iography study and interview in order to study, depicting. elaborating and analyzing Banjar ethnic Marriage Pattern desa Paluh Manan kecamatan Hamparan Perak kabupaten Deli Serdang.
Kawin Anom represent one of the marriage pattern which still exist in Ban jar ethnic society in desa Paluh Manan kecamatan Paluh Manan kabupaten Deli Serdang. This "Kawin Anom" still exists and tends to become a trend in young generation and prestige for the elder because of the strength of Banjar ethnic philosophy in looking at
marriage which stated that
if
a woman older than 15 years old has not married yet, itsuch a shame on her family.
To see the existence kawin anom in the life of Banjar ethnic society in desa Pakih
Manan, this study use of functional structural
the~ry
to analyze the ft.inction and roleof every sub-system in keeping the kawin anom in desa Paluh Manan kecamatan Hamparan Perak. kabupaten Deli Serdang.
ell>
cl
From result of the study, we can draw a conclusion that kawin anom has a negative effect toward the structure of social life, culture, and economic system of desa Paluh
Manan society2 which imply the raise of social crlsis like the unbalanced of health of
BA BI
PENDAH ULUAN
A.
Latar
Belakang Ma salahSuatu masa yan g cukup penting dalam lingkaran h idup (liie cycle) setiap
manusia di dunia ini adalah saat peralihan dari masa remaja ke tingkat hidup
membentuk rumah tangga yaitu perkawinan.Perkawinan merupakan pintu gerbang
yang sakral bagi setiap insan manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
me.mbcntuk sebuah lembaga yang diidam-idam yait!J keluarga. ~
Perkawinan merupakan suatu fenomena yang tidak begitu saja tcijadi tanpa
diawali dan lanpa implikasi 1cnomena laionya. Perkawinan <iiawali oleh proses
hubung.an antara pria dan wanita dan juga mengimplikasikan hubungan f.<>sial baru
yang tidak saja melibatk.an kedua mempelai, melaiii.kan j uga segenap sanak keluarga
dan orang lain yang memiliki peran tertentu di dalamnya. \ / ~
Dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka perkawinan merupakan
salah satu f!udaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya m am l!:>ia
dalam kehidupan masyarakat. Dalam m asyarakat sederhana budaya perkawina.nnya
tentu sederhana, sempit dan tertutup, dalam masyarakat yang maju (modem) budaya
perkawinannya sudah tentu rnaju, lua<> dan terhuka. f ?
Menurut Teras Mihing - d kk ( 1984:59) perkawinan merup!ka.n lemhaga
seksualitas yang bertujuan mengatur hubungan ma.nusia yang bcrlainan j enis kelamin,
guna terpeliharanya ketertiban masyara.kat. Dengan perkawinan diharapkan
p erb uatan ~ perbuatan mesum dan tcrcela dapat dihindari atau diccgah. _ ...
1:1/
Budaya perkawinan dan tata aturan yang berlaku pada suatu masyarakat atau
pada suatu suku bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan Iingkungan dimana
masyarakat itu berada serta bagaimana pergaulan masyarakatnya. Faktor-faktor
pengetahuan, pengalaman. kepercayaan yang dianut suatu kelompok masyarakat t urut
menentukan budaya dan tata aturan perkawinarmya. Terjadinya keragaman pola
perkawinan
yang
dijumpai dal~ masyarakat tidak lain disebabkan olch perbedaanfaktor dan kebiasaan yang diikuti warga masyarakat tersebut. Salah satu bentuk
keragaman pola perkawinan yang telah banyak diteliti adalah mengenai pola umur
perkawinan pertama. Berkaitan dengan pola perkawinan maka dikenal adanya
bentuk-bentuk perkawinan yaitu, perkawinan usia helia, perkawinan usia muda dan
perkawinan dewasa serta perkawinan yang terlambat. ~
Pemerintah sendiri telah mencanangkan program penclewasaan usia
perkawinan bagi generasi muda sebagai saJah satu program Keiuarga Berencana (Kll)
-
-dalam menekan taju pertumbuhan penduduk Indonesia. Sejak 1974 pemerintah telah
memberlakukan undang-undang perkawinan (UUP No: l tahun 1974) yang
menekank.an usia perkawinan yang ideal bagi seseorang harus sudah mencapai usia
2 1 tahun ba~i laki-laki dan 19 tahun bagi perempuan. Namun dalam kenyataarmya
masih banyak kita jwnpai p raktek perkawinan di bawah wnur atau sering disebut
dengan istilah kawin muda ditengah masyarakat kita hingga saat
ini.
~1
Dari sekian banyak suku bangsa atau etnis yang rnasih mempraktekkan
kebiasaan kawin muda, salah satu diantaranya adalah masyarakat-etnis Ban jar yang
sudah menetap di Sumatera Utara khususnya masyarakat etnis Banjar yang
Serdang. Praktek kawin muda pada masyarakat etnis Banjar di desa Paluh Manan
dalam bahasa Banjar di istilahkan dengan istilah ··Kawin Anom".
Praktek
Kawin Anom
bagima..c;yarakat Banjar di
De ~Pal uh
Mananmen_iadi
pemandangan yang lumrah. Bahkan ada kecenderungan bah""a ~win Anom menjadi
suatu prestise atau gengsi dikalangan generasi muda serta kebanggaan bagi orang tua,
ini dapat kita- simpulkan dari adat kebiasaan orang Banjar memandang perkawinan
yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang menyatakan anak perempuan
yang telah berusia lebih dari 15 tahun belum menikah, seakan-akan membawa malu
(aib) bagi keluarga hal ini sesuai dengan pem y~taan Emelin Lun, dkk (1 984 : 61 )
tujuan perkawinan menurut adat kebiasaan
orang Banjar
bertujuan untuk menjaganama baik keluarga, terutama bagi suatu keluarga yang mempunyai anak gadis>
Selain daripada itu di kalangan masyarakat Ba{\jar d i pedesaan masih berlak.u
anggapan bahwa anak perempuan yang telah berusia lebih da.ri 15 tabun bclum menikah, seakan-akan membawa malu pada keluarganya. { (
f
Selanjutnya Emelin Lun dkk mengutarakan bahwa ada kalanya anak.
perempuan yang berusia
9 atau- 1 0 tahun
sudah dipinang> meskipun pern.ikahan akanditunda sampai dia mencapai usia yang dianggap sudah dapat melangsungkan
perkawinan, misalnya 15 tahun. Salah satu perkawinan yang dikehendaki, ialah
perkawinan dimana calon menantu (lelaki) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
-daripada keluarga pihak wanita. Selain kedudukan dan segi finansial, juga agama
merupak.an faktor yang penting.
.,
Apresiai nilai-nilai budaya sepeni di singgung di atas yang diaplikasikan
secara turun temurun berpengaruh nyata dalam menggiring opini masyarakat Banjar
khususnya generasi muda untuk berkeluarga secepatnya, karcna nw nur.;~ pandan~~
masyarakat Ranjar seorang laki-laki hanya dituntut untuk dapat bd .. crja I-ii ladang at.<i.u
sawahnya kelak, sedang perempuan dituntut telaten mengurus anak dan melakukan
tugas-tugas - domestik lainnya
dl
dapur. Sehingga muncul semboyan seperti 4'/tagin
napak tinggi'k sakulah kaina'ak ka dapur jua'k"
(tmtuk apa tinggi sekolah kalaua.khimya ke dapur juga). Menjadi alat pembenar dan pemicu tumbuh suburnya
praktek
ka-Mn
an om pada masa U18Syarakat etnisB~jar.
~
) Pengalaman penulis disaat pertama kali menginjakkan kaki di daerah Paluh
Manan, benar-benar mcnjadi pengalaman yang sangat berkesan dan mengharukan,
dimana penulis bertemu dengan seorang perempuan muda belia Lina (bukan nama
sebenarnya) usia
±
16 tahun yang sedang memmtun seorang anak usia±
2 tahun dansatu lagi digcndong usia
±
8 bulan. Penuiis menduga bahwa Lina adalah seorang anakSMP yang sudah putus sekolah dan sedang membantu orang tuanya untuk
memomong adik-adiknya disaat kedua orang tuanya bekeija di sawah.
NamWl
darijawaban-jawaban yang dilontarkan Lina saat penulis menanyakan siapa kedua anak
yang sedang dibawanya, benar-benar diluar dugaan penulis, Lina dengan enteng
menjawab bahwa kedua analctersebut adalah anak kandungnya sendiri , Penulis lebih
terkesima mendengar penuturan Lina, bahwa ibu rnuda-ibu muda seperti dirinya
saat mengutarakan pemyataan-pemyataan seputar keberadaan ibu muda - ibu muda
yang rx:t-sis s.m~ a ~ pcrti kcbcrddaan dirinya. mcngisaratkan bahwa praktek kawin
Anom pada masy:l.fakat etnis Banjar Paluh Manan terkesan menjadi kebanggaan dan
sebaliknya gadis dan perjak.a tua menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi
generasi muaa di desa ini. Hal inilah yang mendorong penulis te1tarik untuk
mengangkat fenomena ini menjadi topik penelitian yang menurut
hemar
penuliscukup unik dan menarik untuk diteliti secara mendalam.
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasikan berbugai gejala scbagai berikut:
}
\'
J
1. Terdapat gejala bahwa Kawitf An om menj adi prestise di kalangan generasi mud a
etnis Banjar di Desa Paluh Manan.
2. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom terjadi dipengaruhi oleh peran orangtua yang
sangat kuat (Dominasi orangtua) / ~ • Q /
3. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom berdampak negatif terhadap kesehatan ibu
dan bayinya. "'
l f
~4. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom berdampak terhadap tatanan kehidupan
sosial, budaya, ekonomi masyarakat.
C. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian pada identifikasi masalah dapat dimunculkan pertanyaan ~
pertanyaan penclitian sehagai beriku ~ ·
1 . Bagaimanakah bentuk dan pelaksanaan Kawin Anom pada masyareakat etnis
Banjar di Desa Paluh Manan ?
2. Faktor-fak.tor apa sajakah yang mempengaruhi teijadinya Kawin Anom?
3. Kesulitan dan problematika apa sajakah yang ditimbulkan oleh KawinAnom ?
4 . Implikasi apa sajakah yang ditimbulkan Kawin Anom terhadap nilai-nilai sosial ,
budaya masyarakat etnis Banjar Paluh Ma ~ an? ~~
- - - 0
~1-IIME.O
..,...-.__
D. Tujuan Peoclitian
1) Mengungkapk.an latar belakang dan taktor yang menyebabkan terjadinya
kawin anom.
hS
NEc,r:.~2) Mengungkapkan kesulitan dan problematika yang ditirnbulkan oleh praktek
kawin anom. ?
3) Mendeskripsikan bentuk dan ritual perkawinan anom sebagai_ salah satu unsur
/ budaya bagi masyarakat Banjar di Paluh Manan.
4) Menelusuri implikasi yang disebabkan kawin anom terhadap sosial. Budaya,
ekonomi dan tatanan masyarakat d i Paluh Manan.
E. Kajian Teoritis
\ ~ Dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan pranata sosial yang sangat
masyarakat menghabiskan paling banyak wak.tunya dibandingkan dengan tempat
kerja dan tcmpat lainnya. Kemudian keluarga adalah wadah dimana sejak dini para
warga masyarakat dikondisikan dan dipersiapkan untuk dapat melakukan
peranan-peranannya dalam melestarikan berbagai lembaga dan nila i-nilai budaya yang ada di
tengah masyarakat. ' J
f
~ b)Dalam pandangan ahli antropolgi keluarga sebagai suatu satuan sosial terkecil
yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk soSlal. Keluarga adalah suatu satuan
kekerabatan yang juga rnerupa.kan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya
kerjasama ekonorni, untuk berkernbang biak, rnensosialisasi nonna dan nilai atau
mcndidik an~, menolong serta sating rnelindungi yang lemah.
-
-Dalam bentuknya yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah d~ngan anak-anak yang biasanya tinggal
dalam satu rumah yang sama. Satuan terkecil seperti ini dinamakan sebagai keluarga
inti atau keluarga batih. Suatu keluarga inti atau kcluarga batih dapat juga terwuj ud
karena seorang laki-laki dan seorang perempuan atau lebih mengadakan hubungan
kelamin secara permanen tanpa melalui suatu pengesahan p erkawinan~ dan tinggal
secara bersama dalam satu rumah dengan anak-anak. mcreka sehingga merupakan
suatu kesatuan sosial.
f
Walaupun secara garis besarnya keluarga inti dapat didefenisikan sebagai kesatuan sosial yang terdiri atas suami, istri dan an.ak·anaknya yang tinggal dalamsatu rumah.;...tetapi d alam hal-hal tertentu pendefenisian ini tidak dapat berlaku, k.arena
dalam kenyataannya ada sejumlah masyarakat yang keluarga intinya tidak lengkap
seperti disinggung ~ i atas, biasanya suamilah yang tidak hidup bersama dalam
keluarga terscbut. Hal ini dapa1 terjadi akibat kebutuhan ekonomi kcluarga yang
sangat mendesak yang memaksa seorang kepala keluarga bekeija ke kota besar misal
kc Jakarta. Scmentara anak dan istri tinggal di desa. Conloh keluarga-kcluarga yang
hidup di desa Cibuaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat, seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Boedhi Santoso.
Satu keluarga inti atau keluarga batih dapat juga berkembang menjadi suatu
keluarga luas dengan adanya tarnbahan dari sejumlah orang lain, baik yang kerabat
maupun yang tidak k.erabat, yaQ"g secara bersama-sama hidup dalam satu rumah.
Bentuk keluarga atau rumah tangga seperti ini banyak dijumpai diberbagai negara,
salah satu diantaranya adalah di negara Samoa seperti dikemukakan oleh Margaret
Mead (1 988 : 33) bahwa sebuah Desa Samoa terdiri dari tiga puluh sampai empat
-
-
-puluh rumah tangga, yang masing~mas ing dipimpin oleh seorang bapak yang disebut
ma1ai. Kepala-kepala ini mempunyai gelar kepala suku atau gelar kepala juru bicara
(talking chief). tiap-tiap matai mempunyai kedudukan sendiri-sendiri. mewakili dan
bertanggung"jawab untuk seJuruh anggota. rumah tangganya. Rumah_ tangga- rumah
tangga ini mencakup seluruh individu yang telah bertempat tinggal untuk bebcrapa
lamanya dibawah naungan dan lindungan dari matai yang bersarnaan. Susunan
mereka berbeda ragarn. mulai dari bentuk kekcluargaan yang memiliki hubungan
biologis yang terdiri dari para or_.ang tua dan anak-anak. saja, sehingga susunan rumah
tangga yang terdiri dari lima belas dan dqa puluh orang anggota, seluruhnya terikat
pada matai atau istri matai, karena hubungan daral1, perkawinan atau karena dijadikan
anak angka!,;
'Y
Kemudian menyinggung tentang bentuk-bentuk rumah . tangga William J
Goode ( 1995 : 89) mengemukakan ragan1 bentuk rumah tangga mempunyai banyak
kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara
anggota-anggota kelompok, sanak saudara . Berbagai macam hubungan peran harus diuraik.an
secara terperinci, jika rumah tangga
itu
mencakup seorang lelaki dan ibu mcrtuanya,mungkin ada peraturan·peraturan yang menuntut banyak pengckangan atau
meniadakan hubungan antara kcduanya.
II
~Selanjutnya William J. Goode mengemukakan bahwa rumah tangga itu dapat
diperbesar oleh popul<Lc;;i per generac;;i maupun secara menyisj (laterally) dengan
menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya. Sebutan keluarga yang diperluas
(extended family) secara lepas dipergunakan bagi sistem di mana masyaraldtnya
menginginkan _!>ahwa beberapa gencrasi itu hidup di bawah satu atap. ME-Q _ /
Berbicara tentang pranata-pranata sosial masyarakat, penulis tertarik untuk
menggunakan pendekatan fungsional-struktural dalam mengk~ji fenomcna kawin
anom yang tengah berkembang di keluarga dan masyarakat elnis Banjar. scpcrti telah
disinggung pada latar belakang -masalah. Tcori fi.mgsi onalisme ada.,lah metodologi
untuk
mengeksplorasi saling ketcrgantungan. Oi samping itu fungsjonalismemerupakan teori tentang proses kultural yang berfungsi mclacak cara saling pertautan
yang sangat bermacam ragam antara unsur-unsur budaya. Oengan kata lain
fungsionalisme membawa kita untuk memikirkan sistem sosial oudaya sebagai
semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan
melaiukan juga memberikan andil bagi pemeliharaan stabilitas dan ke lestarian
budaya suatu komunitas. vN,Mff5'~ ~N,ME-Q/ ~N,ME-Q /
Semcntara teori Strukturalisme membahas bagaimana sistem-sistem budaya
· berhubungan logis dengan fenomen arfeoomena yang tengah berkembang di
masyarakat. Suatu struktur yang muncul pada suatu
taraf
tertentu yang diakibatkan~ ~ ~ ~
oleh pengaruh keadaan lingkungan komunitas, mungkin muncui kembali pada taraf
Jain dcngan pcngaruh keadaan lingkungan yang sama sek.ali jauh herbeda.
Menurut Emile Durkhim dalam Margaret M. Poloma (2000: 25). Masyarakat
adatah sebagai keseluruhan organisasi yang memiliki realitas terscnditi yang
mcmiliki seperangkat ke butuban atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipcnuh1 oleh
bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar daJarn keadan normal, tetap langgeng.
Hal ini sejalan dengan pendapat Talcott Parsons aalam Catherine Court (1987:13). Masyarakat adalah suatu sistem, suatu keseluruhan kompleksitas yang dibangun dari bagian terpisah tetapi bagian yang saling menyatu. Bagjan-bagian ini disebut dengan sub sistem dan bagian-bagian ini, pada gitirdilllya, dibangun dari bagian-bagian yang terlepas. Sub-sistem itu seluruhnya memerlukan satu sama Jain untuk memastikan persyaratan dasar, misal sub-sistem ckonomi membutuhkan sub-sistem pendidikan untuk menyediakan karyawan ::Yang ahli; kemudian sekolah pada gilirannya membutuhkan sub-sistern famili unruk melengk.apinya dengan anak -anak. Masyarakar adalah titik awal dimana semua sub-sistcm ioi bergabung untuk mcnciptakan suatu struktur yang dapat mendukung kebutuhan total sosial dari jum!ah peoduduk.
Deogan demikian masyarakat adalah s uatu bangunan yang dibentuk dari hanyak sub-sistem yang saling berkaitan. Masing-masing sub-sub-sistem membcrikan kontribusi untuk mem<?_!luhi satu dari empat hentuk pcrintah bersifat fungsional yang pcnting untuk kelangsungan hidup masyarakat mana.pun.
•:• Adaptasi,
mis.
Sub-sistem ckonomi I '•!• Pencapaian Tujuan, mis. Sub-sistem politik
•!• lntegrasi, mist. Sub-sistem budaya dan masyarakat
•!• Bakat tcrpendam atau pola pemeliharaan, mis. Sub-sistcm famili
Kemudian menurut Leslie dan Korman dalarn Ihromi {1999:269) menyatakan
bahwa dalam kerangka pikir fungsional-struktural, masyarakat dipandang sebagai
suatu sistem yang dinamis~ yang lerdiri dari berbagai bagian atau sub sistem yang
saling berh'!,!bungan. Lebih lanjut Leslie dan Konnan menyatakan bahwa dalam
analisis terhadap sistem
ini
yang djkaji adatah apakah konsekuensi dari setiap bagiandari sistem untuk s~tiap bagian [ainnya dan untuk sistem sebagai keseluruhan.
keluarga dan masyarakat luas, hubungan-hubungan internal diantara
subsislem-subsistem yang ada dalam keluarga dan atau hubungan diantara kcluarga Jan
kepribadian dari para anggota keluarga sebagai pribadi.
Robert K. Merton dalam ( icorgc Ritzer ( 2000: l36) iTll..'n~ :lt:J~:u; h..:.h w;~
sasaran studi structural fungsional antara lain: Peran. sosial . pola institusionai. pro~ s
sos ial pola kultur , emosi yang terpola secara cultural, norma sosial , organisasi
kelompok , struktur sosiaL Selanjutnya Robert K Merton mengcmukakan bahwa teori
fungsionalisme stmktural tidak hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu
tentang keteraturan masyarakat, tetapi juga memantulkan asumsi-aswnsi tertentu
ten tang hakikat man usia. Di dalam fungsional ism e. man usia diperlnkukan sebagai
-
-
-abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membentuk Iernbaga-lembaga
atau s1ruktur-struktur sosiaL fungsionalisme struktural secara implisit. mcmperlakukan
manu.<;ia sebagai pelaku yang memainkan ketcntuan-ketentuan yang telah dirancang
sebelumnya,- scsuai dengan norma-norma atau aturafuaturan masyarakat.
:,r
Kemudian pcndekatan yang tidak kalah pentingnya untuk digunakan dalam
mengkaji fenomena kawjn anom yang tengah berkembang di masyarakat Banjar
seperti dipaparkan pada latar belakang masalah, · yaitu pendekatan interak.sionis.
Menurut George Simmel dalam lhromi ( 1999:2'"76) menyata.kan bahwa kelakuan
manusia tidaklah dibatasi oleh perangkat insting yang telah berkembang secara
evolusioner, tetapi manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan dan
memani pul~si simbol-simbol dan untuk berpikir secara bcbas dan kreatit~ Karena ini
maka para individu mempunyai kemampuan untuk membcri makna kepada
geja1a-gejala yang·ditemukan dalarn lingkungan dan untuk rncmbagi bersama makna- makna
itu dengan orar.g lain.
Kemudian Emile Durkheim dalam Peter Bcilhardz (2000:1 03)
mempertahankan suatu pandangan sosial radikal tentang pcrilaku manusia .sebagai
scsuatu yang dibentuk olch Kultur dan Struktur sosial. Lcbih lanjut Ourkht:im
berpcndapat bahwa masyarakat bukanlah sekedar jumlah total indi\ idu-inJivid u . Jun
bah\\.a sistcm yang dibentuk oleh bersatunya mert!ka itu merupakan suatu rcali~
spesifik yang memiliki karakteristiknya sendiri.
J
I
J
Sementara menurut Charles Harton Cooley dalam lhromr ( 1999:276)
mcnyatakan ihl<tor yang menentukan dalam upaya untuk memahami perilaku
keluarga adalah k~ian terhadap intcraksi antara para anggota keluarga d an
intcrpretasi apa yang para individu bersangkutan berikan pada interaksi tersebut.
Lebih lanjut Charles Harton Cooley mengatakan melalui proses interaksi inilah
terjadi komunikac:;i antara dua orang atau lcbih. yang mcmungkinkan teTjadinya
modifikasi pada perilaku dari semua pihak yang terlibat. Manusia belajar untuk
berinteraksi -secara efcktif melalui pengambilan peranan (role taking) dan memainkan
peranan (role playing). ~~"
George Herbert Mead dalam George llitzer (2004:271) menyatakan bahwa.
menurut psikologi sosial, kita tidak membangun perilaku kelompok dilihat dari sudut
pcrilaku masing-masing individu yang rnembentuknya; kita bertolak dan keseluruhan
sosial dari aktivitas kelompok kompleks tertentu, dan dimana kita menganalisa
pcrilaku masing-rnasing individu yang membentuknya yakni kita berupaya untuk
menerangkail perilaku kelompok sosial dilihat dari sudut perilaku masing-masi ng
Lcbi h lanj ut George Herbert Mead mengcmukakan pada tingkat masyarakat
yang lebih khusus defcnisi pranata sebagai "tanggapan bersam a da lam komunitas"
atau .. kchi..t.\MO hiJ un komunitas''. Sec,ara lebih khusus ia mcngatakan bahwa
.. keseluruhan tindakan ~ omunitac;; tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu
menurut cara yang sama berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama di
pihak komunitas. Proses ini kita sebut ''"pembentukan pranata" .
~
Dan
paparan beberapa teori-teori diatas dapat d itarik kesimpulan bahwapendekatan Fungsional Struktural adalah pcndekatan yang sangat tepat dalam
mengkaji dan mcmbedah fenomena-fenomena yang tengah berkembang d isuatu
komunitas ma,syarakat, khususnya yang berhub ungan dengan adat ke5iasaan, Pola
perkawman , Pcran Sosial serta lnteraksi antar sub system -sub "System masyarakat
dan kduarga . Dengan mcnggunakan pendekatan ini, maka peranan-peranan dari
sub-system akan d~pat diungkapkan satu persatu dalam melahirkan dan melanggengk.an
adat kebiasaan atau budaya kawrn A nom seperti disinggung pada latar belakang
masalah penclitian ini.
J
F. Kajian Pustaka
Sebelum mengerjakan tulisan
1m
pertama sekali yang dilakukan penulisadalah studi kepustakaan. yaitu mempelajari literatur-literatw- yang ada relevansinya
dengan o bjek _£ahasan. Melalui literatur-litaratur te~ ()e but diharapkan dapat mernbantu
penulis menemukan konsep maupun teori. Hal ini scjalan dengan pendapat Cik Hasan
· Bisri (2004:206) pemilihan dan penentuan teori yang akan digunakan dalam suatu
ilmiah. Dari penelusuran bahan pustaka itu dapat ditemukan berbagai konsep dan
terutama tcori atau too1i -tcori yang akan digunakan dalam penelitian . Kegiatan ini
secara mcnycluruh Japat d i~but scbagai tinjauan pustaka (literature review).
Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting yang tidak dapat
dipisahkan dar1 kehidupan manusia. Tidak hanya para muda-mudi, tt>.tapi juga para
orangtua pada umumnya berkeinginan segera menggendong cucu sebagai hasil
perkawinan putra~pu t ri n ya. Tidak heran, kalau putra-putrinya cepat-cepat dikawinkaJl
walaupun dari segi
usia bel urn
siapuntuk
memhentuk keluarga.' ' • .,.n /
Koentjaraningrat dkk 2003: 182) mengemukakan bahwa perkawinan
(marriage) adalah pranata hubungan antara scorang pria dan wanita. seorang pria dan
beberapa orang wanita. beberapa orang pria dan seorang wanita yang diresmikan
menurut pro~du r adat-istiadat, hukum atau agama dalam masyarakat yang
-
-bersangkutan dan yang karena itu mempunyai konsekuensi ekonomis, sosial, h ukurn,
dan keagamaan bagi para individu yang bersangkutan,
para
kaum kerabat mereka da npara kcturunan mereka. - . J tl ) \ ~
I
Lebih 1 anjut Koentjaraningrat ( 1981 :901
mengatak.an bahwa perkawinanmerupakan pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan ,
menyebabkan bahwa seorang iaki-laki dalam pengertian masyarakat tidak dapat
bersetubuh de..ogan semharang wanita. tetapi hanya dengan satu atau beberapa wanita
Sementara menurut Par.s udi Suparlan (1986:96) perkawinan adalah hubungan
pcnnanen antara laki·laki dan perempuan
yang
diakuisah
oleh masyarakat yangbersangkutan
yang berdasarkan ata<; peraturan perkawinan yangberlaku.
Suatuperkawinan mewuj udkan adanya keluarga dan mernberikan keabsahan atas status
kelahiran anak-anak mereka. Perkawinan
tidak
hanya me~j udkan adanya hubungandiantara merek.a yang kawin saja,.1etapi juga me lib ~ tkan hubungan-hubungan diantara
kerabat-kerabat dari masing-masing pasangan tersebut. 9,
Kawin Anom terdiri dari dua kata yaitu " kawin"' dan "anom". Dalarn Kamus
Besar Baha.•;;a Indonesia Depdikbud (2 00 l :519) "Kawin" artinya membentuk keluarga
dengan lawan jenis. Bersuami at.au beristri, sementara "Anom" artinya muda. Jadi
kawin anom artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis bersuami atau berist.ri
pada usia yang sangat muda.
J
!
Bog~e
dalam Sli Handayani Hanum (198i?f)
membagi klasifikasi pola umur perkawinan ke dalam kategori ( 1) Perkawinan Anak-anak ( Chield Maririage) bagiperkawinan dibawah umur 18 Tahun , (2) Perkawinan umur muda (early marriage)
bagi perka·winan umur 18 - 19 Tahun , (3) Perkawinan usia dewasa (marriage at
maturity) bagi perkawinan umur 20 - 21 Taht.m dan perkawinan yang tedambat ( late
marriage) bagi perkawinan umur 22 Tallun dan selebihnya.
l
i
Mel!_urut Jones (
1987:25)
bahwa perkawinan di Asia Tenggara ditandai olehiatar belakang kebiasaan seternpat. Di pedesaan, biasanya wanita akan segera
dikawinkan setelah mencapai umur akil batik (yang ditandai dengan datangnya
menstruasi). Rata-rata wanita dikawinkan dengan Iaki-laki yang umumya lima
sampai delapan tahun Jebih tua. Banyak juga kas us perkawinan yang skenario
perka winannya dipcngaruh i ole h dominasi peran orangtua sedang anak t idak berperan
s~dan~'bn menurut Grog.ger dan Bronars dalam
Sri
Handayani Hamun(1997 :3) menyatakan pada masyarakat kulit
hi
tam maupWl masyarakat kulit putihdibuktikan bahwa perkawinan
dan
kehamilan pada umur belia s ignifi~an berkaitandengan kondisi-kondisi yang serba merugik.an, seperti rendahnya tingkat pendidikan
wanita, rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita., dan pendapatan keluarga muda
yang rendah. e.~
Mcnurut T'russel dalarn Sri Handayani Hanum (1997:39) tingk.at pendidikan
wanita herkaitan dengan usia kawin penamanya. Semakin dini seorang wanita
melakukan perkawinan, semakin..rendah tin gkat pendidikannya.
Di Indonesia menurut Wirasuhardjo (1987: 12-16) ada petunjuk bahwa tinggi
rendahnya usia perkawinan berkaitan dengan pendidikan. Ada kecenderungan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan wanita semakin tinggi usia perkawinannya .
Terdapat petunjuk pula bahwa norma agama memilik.i relevan.si yang kuat dengan
usia perkawinan. Lebih lanjut Wirosuhardjo menyatakan bahwa rata-rata umur kawin
pertama wanita Islam lebih rendah d ibandingkan dengan rata-rata umur kawin
pedesaan terdapat pola umur kawin. Hampir seluruh pedesaan memiliki angka umur
kawin yang lebih muda.
Pujiastuti (1983:37-38) menyatakan bahwa disuatu dcsa di kabupaten
Karanganyar dipcroleh gambaran bahwa adat perkawinan anak-anak pada masyarakat
suku Jawa dilatar be1akangi oleh power orangtua yang begitu kuat. Tidak sedikit
seorang wanita menjelang umur- belasan tahun telah dijodohk.an dan .::dikawinkan''
(disebut "kawin" k.arena pasangan yang dikawink.an tidak mcsti segera bcrhubungan
seksual sebagai · suami istri. Bahkan, telah menjadi kebiasaan bahwa onmgtua akan
mengawinkan anak percmpuannya segera setelah sianak memperoleh haid pcrtama.
Mcnurut Abisudjak et.al. ( 1987 : 45) menunjukkan bahwa perkawinan usia muda yang masih banyak ditcmukan di berbagai wilayah terjadi karem: pengaruh karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Selanjl.ttnya Abisudjak (1987:45) menyatakan bahwa perkawinan usia muda itu terjadi bukar. hanya disebabkan oleh pengaruh sikap orangtua, melainkan juga oleh faktor yang dibawa para p_elakunya. Perkawjnan wanita pada usia belia dapat bcriangsung karcna adanya peran berbagai variabel penentu, seperti perjodohan oleh orangtua, rendahnya pendidikan wanita, rendahnya mobilitas wanita (tennasuk intensitas pergaulan dan pcngalaman kerja).
Menurut Sri Handayani Hanum (1997 : 47) perkawinan usta belia pada
umwnnya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor nilai budaya lama yang
menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang gadis
masih dipercayai oleh warga masyarakat, bukan dikalangan para orangrua saJa,
mclainkan jll@ dikalangan kaUI].JrlUda.
Sememara menurut Abang Eddy Adriansyah dkk. (2004:97) menyatakan
pemikahan. usia muda atau akrab diistilahkan dengan pemikahan dini adalah rea!ita
yang setidaknya dipicu o leh dua faktor, faktor pertama dilatari oleh kesadaran moral
yang tinggi terhadap agama untuk memelihara diri dari perbuatan hina. Sedangkan
faktor penyebab munculnya golongan kedua adalah justru karena keterpaksaan
pemicu terbesamya yaitu kejadian hamil di tuar nikah.
Sedangkan menurut M. Idwar Saleh dkk ( 1978: 156) adat kebiasaan orang
Kalimantan Selatan hila seseorang mempunyai anak laki-laki yang sudah akil baiiq
yaitu pada umur enam belas atau tujuh belas tahWl ; orangtua berkewajiban untuk
memilihkan jodoh baginya. Dalam hal ini tidak dipenukan pendapat atall persetujuan
anak (dewasa) tersebut. Orangtuanya merundingkan dengan keluarga terdekat siapa
gerangan yang cocok atau pantas menjad i istri anaknya (menantunya). i:
I
Menut ~ t Rachmad Syafaat (2003: 23) rnengemukakan perkawinan pada umur
muda sebenamya tidak baik bagi perempuan, karena selain beJum siap secara
psikologis. juga alat-alat reproduksinya bclum siap atau kuat untuk hamil dan
melahirkan. Selanjutnya Rachmad Syafaat rnengemukakan bahwa bila dikaitkan
dcngan besarnya persentase perempuan yang mcngalami cerai hidup, maka dapar
dikatakan perkawinan muda juga rentan terhadap perceraian, juga rentan terhadap
terjadinya penipuan yang dapat berujung pada trafficking (memperdagangkan
manusia) bilamana ekonomi keluarga tidak dapat menanggung keberlangsungan
hidupnya.
~
~
~
f
Sedangkan menurut Furstenberg dalam Sri Handayani Hanum (1997:4)mengatakan bahwa bentuk-bentuk ketidakstabilan kehidupan berumah tangga. krisis
keJuarga terputusnya kelanjutan. sckolah, masalah_ pengasuhan anak dan problema
ekonomi merupakan bagian lain dari komplikasi yang oleh perkawinan dan
2. Pola Perkawinan
Menurut K o en~j a r a nin g r at ( 198 I :91) dalam tiap masyarakat orang memang
harus kawin di luar batas suaru lingkungan tertcntu. Is tiiah ilmiahnya lidalah c ~ <) ga m!
Se bcnamya isrilah itu m~mpunyai ani yang amat relatif. dan sclalu kita haru.'
menerangkan exogarni itu diluar batas apa. Kalau orang dilarang kawin dengan
saudara sekandungnya, maka kita menyebut hal itu exogami keluarga inti. Kala u
orang dilarang kawin dengan semua orang yang mernpunya i nama marga yang sama,
maka kita menyebut hal itu cxogami ma rga dan sebagainya. (
~N
c:-0 / .Selanjutnya Ko e n. ~ jar aningrat mcngemukakan bahwa lawan exogami adalah
endogami. Itupun s uatu istilah yang relatif: dan selalu harus kita terangkan endogami
itu di dalam batas apa. Dcmikian kalau dalam suatu desa Of'dn g sclalu kawin dengan
orang dari de~a nya sendiri dan tak pemah mencari jodohnya di luar desanya, maka
-
-akan kita sebut bahwa di dalam desa itu orang melakukan endogami desa. Kalau
dalam masyarakat India ada adat bahwa orang harus kawin dalam batas kaStanya
sendiri, maka kita bicara tentang adanya dalam masyarakat lndia itu endogami kasta
dan sebagainya.
~ Menyingung tentang pola perkawinan Syarrifuddin R (1996:21) mengatakan
bahwa perkawinan yang terdapat pada orang-orang Banjar ada yang monogami dan
ada pula yang poligarni. Keluarga yang didasarkan pada perkawinan poligami terdiri
atas satu s uami beberapa orang istri (dua sampai empat) dan beberapa orang anak dari
masing-masing istri tersebut.
Hal ini dapat dimaklumi rnengingat hahwa mayoritas etnis Banjar menganut
agama Islam. Dalam konteks islam , agama
ini
mu!anya diturunkan padamasyarakat
Arab Jahiliyah yang sangat kental dengan hudaya patriarkisnya. Konsekucnsi
pemahantan keagamaan yang berkembang sangat rnungkin tcrpengaruh o leh buday:..
dominan terscbut. Pemaharnan kcgamaan menyangkut hubungan laki-laki dan
perempuan dalam perkawinan, menjadi bias nilai-nilai patriarkis yang memberi
peluang besar bagi penganutnya melakukan poligami.
Selanjutuya menurut Emelin Lun dkk (1984:62) menyatakan bahwa menurut
kebiasaan yang berlaku perkawinan adat BaPJar dapat dilaksanakan langsung atau
kawin gantung yang di.maksud dengan kawin langsung ialah perkawinan itu
dilangsungkan atau dilaksanakan setelah pernbicaraan peminangan telah mencapai
kesepakatan kata dan kedua mempelai dapal ti.nggal bcrsama, yang disebut kawin
gantung ; apabjla perkawinan dilaksanakan sebagaimana biasanya. tetapi setclah
selesai upacara pernikahan I perkawinan si suami tidak diperkenkan berkumpul dengan istrinya, hal ini disebabkan s1 istri belum cukup wnur. ~~,..p.- ~~
....
Kernudian dalam mengkaji pola perkawinan suatu masyarakat sudah barang
tentu perlu dibahas adat menetap sesudah n ikah (residence patterns), Mengingat hal
ini
sangat berperan dalam mengkordinasikan dan mernberi interaks1 yang intensipdari berbagai sub-system dari masyarakat yang baru terbangun akibat perkawinan
anggota masyarakat
itu
sendiri (Pengantin Baru). ~}Menurut J .A
Barnes
dalam Koentjaraningrat (1981: I 02) menyatakan dalammasyarakat manusia didunia ini ada paling sedikit tujuh kemungkinan adat menetap
I. Utrolokal, yang memberi kemerdekaan kapada tiap pengantin baru untuk mcnetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami atau disekitar pu.sat kediaman kaum kerabat istri.
2. Virilokal yang menetukan bahwa pengantin baru menetap sekitar pusat kediarnan kaum kemhat suami.
3. Uxorilokal yang menentukan [-lahv .. a ~ nganlin baru mc::netap sekitar pusat
kcdiaman kaum kerabat istn .
4. Bilokal yang menentukan bahwa pc:ngantin baru
hru:us
tingal berganti-ganti,pada satu rnasa tertentu sekitar pusat kediaman kerabat suami pada lain masa tertentu sekitar pusat kediarnan kaum kerabat istri.
5. Noolokal, yang menentuls_an bahwa pen g~tin baru tinggal sendiri ditempat
kediaman yang baru, tidak mengelompok sekitar tempat kediaman kaum kerabat suami rnaupun istri.
6. A vunculokal , yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal menetap sekitar tempat kediaman saudara lak.i-laki ibu (avunculus) dari suami.
7. Natolokal, yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal terpisah, suami sekitar pusat kediaman kaurn kerabatnya sendiri , dan isrti disekitar pusat kediaman kaum kerabatnya sendiri pula.
I
...
G. Kerangka Berpikir
Bcrdasarkan uraian-uraian di atas, malca pada sub-bab ini'peneliti menjeJaskan
kerangka pemikiran yang merijadi acuan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.
Dcsa Paluh Manan adaJah salah satu desa yang masih tergolong tertinggal
dibandingkan dengan desa-desa lain dilingkungan kabupaen Deli Serdang khususnya
lingkungan Kecamatan Hamparan Perak, dihuni mayoritas penduduk dari etnis
Ban jar. Sebagaimana lazimnya .kehidupan di desa, masyarakat Paluh Manan sangat
taat dengan agama yaitu agama Islam serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat budaya
tradisional. Kedekatan dan sikap kolektivitas antar warga sangat k~ntal yang
memungki:u_kan pelestarian nilai-nilai yang berkembang di tengah rnasyarakat etnis
Banjar dapat diwariskan dengan baik dari satu generasi ke gencrasi berikotnya.
f:
Topo demografi desa Paluh M.:lllan .didominasi areal persawahan yang padaawalnya sangat menjanjikan, berubah menjadi areal yang terlantar akibat tidak
berfungsinya proyek irigasi yang dibangun pemerintah. memaksa masyarakat sela)u
berada di bawah garis kemiskinan. Disisi lain ekplorasi pertamina dan pembukaan
laban tcrlantar menjadi lahan yang produktif. sebagai Jahan pengeboran gas dan
minyak
bumi senalokasi
ta mha~ lh.Grl ~. m~ nj .:Hiik an lonjakanbud::tya yang
cul..uppesat dari sikap kolektivitas menjadi indjvidualistik. Degmdasi
mora!.spritual dar:
terganggunya tatanan kehidupan masyarakat
melahirkan
sikap masyarakat yangkonsumerisme dan
materialis. Vntuklebih mempeijelas
kerangka pemikiran m1~peneliti memvisualisasikan dalam bentuk hagan berikut:
Kebutuhan Tenaga
~
•· ,..,, ...~- a /-~-- ~- ,- -P-'enga mb ilan
Kcputusan
oteh
Orang tua atau Yang
bersang-kutan
Lapangan kelja
Kemiskinan
Lapangan Pendidikan
Sosial Nilai,
Nom1a
Budaya -+
sosial
dan budayaTckanan
sosial
Sikap~NfaA(!,e00 / "\...'"' ~ ... ..,.0 • /
H. Metode Penelitian ~ ~
difokuskan pada pola perk.awinan etni.s Banjar yang mendiami Desa Paluh Manan
kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interviuw) terhadap infonnan
terpilih (purposive infonnant) sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan penelitian.
lnfonnan · akan dipilih dari anggota masyarakat pelaku kawin anom dan tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh. agama,
~jab
a t
dan kaurn intelektua.l.~
Selanjutnya untuk mendapatkan data yang lebih dapat dipertanggung
jawabkan, maka penulis rnelakukan teknik wawancara terarah dengan mengajukan
ulang hasil yang didapat kepadanya juga dipandang sangat baik untuk meogkroscek
berbagai data yang diperoleh kepada pihak-pihak yang dianggap berwenang, untuk
mendapatkan data yang merniliki validitas yang baik.
Disamping aplikasi metode wawancara mendalam dan wawancara bertingkat,
juga dilakukan metode observasi partisipasi (partisipatory observation). Baik secara
langsung ataupun dengan melakukan berbagai pertemuan diskusi dengan beberapa
kelompok masyarakat secara terarah dan kunjungan kerumah (home visit). Dalam
diskU.si kelompok terarah ini, peneliti melakukan pengamatan secara intensif dengan
bertindak sebagai moderator, dan hasil diskusi ini menjadi dasar pijakan kedepan bagi
penulis untuk semua infonnan secara tidak sadar akan mengutarakan pendapatnya
secara objektif. transparan dan secara konprehensif(menyeluruh). '-liME~
1 Dalam melakukan pengwnpulan data penelitian ini, di upayakan melakukan
beberapa kali diskusi serta debat data, kegiatan ini. sckaligus sebagai batu loncatan
~~~~
untuk melakukan anali sa data awal, dengan menggwtakan metode VERSTEHEN
yaitu pengamatan
di
lapangan berdasarkan fcnomenalogis.L Lokasi dan Waktu Penelitian
Penclitian ini d ilaksanakan di Desa PaJuh Manan Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang, penetapan lokasi penelitian didasarkan atas beberapa
pertimbangan , ~ sebagai berikut :
--a) Penduduk desa Paluh Manan mayoritas berasal dari etnis Banjar dengan mata
pencaharian sebagdi petani sawah dan buruh tarnbak.
b) Lokasi penel itian tidak. jauh dari tempat tinggal penditi, sehingga peneliti lcbih
leluasa berinteraksi dengan responden dalarn melaksanakan penelitian
partisipatoris. ~)
f
$
~\{.~c) Fenomena kawin anom sebagai tokus penelitian masih banyak kita jumpai di
}okasi
p~clitia ~ nini.
~2. Teknik Pengumpulan
~
Dalam rangka mengumpulka.n data yang diperlukan pada penelitian ini,
peneliti men_ggunakan beberapa teknik antara lain : ;;.-/
a. Studi Pustaka
h,._<<·.,..-
-...G~~
'SI,/}~~~
~E~~
'SI,.
~ ~""
..,
Studi pustaka diperlukan untuk mengumpulkan data·data tentang Kawin Anom
pada m~<>yaraka t etnis Banjar serta data-data kesejarahan. Kawin Anom pada
masyarakat etnis Banjar sudah menjadi hal yang lumrah, dan de.ngan melakukan
b. Survey
Survey digunakan untuk mengumpulkan data yang ~rsifat umum yaitu mengcnai
aspek kchidupan warga masyarakat etnis Banjar yang diteliti.
Data
ini digunakansebagai dasar untuk mencari infom1asi
lebih
mendalam mengcnai masalahpenelitian. Selanjutnya survey difokuskan ke wilayah penelitian secara spesifik
yaitu tentang Kawin Anom.
c. Pengarnatan atau observasi
Pengamatan atau observasi adalah cara melihat suatu kejadian dari luar sampai kc
dalam dan kemudian melukiskannya sccara tepat seperti apa yang dilihat
{Damandjaja, 1984). Pcngamatan tidak terbatas pada penglihatan (visual) saja.
tetapi juga pengalaman yang diperoleh dari. indera yang lain. Seperti pendengaran,
penciuman dan perabaan. Pcngamatan atau obscrvasi d.alam hal
ini
digunakansebagai upaya untu:k mengamati berbagai fenomena yang berhubungan dengan
kegiatan pelaksanaan Kawin Anom, mulai dati adat istiadat dan implikasinya.
d. Wawancara
~
-Wawancara dilakukan langsung kepada para tokoh-tokoh adat, pemuka agama
dan juga kepada orang·orang yang melakukan Kawin Anom maupun
keluarga-keluarga yang mempunyai kerabat pelaku Kawin Anom ..
3. Objek Penelitian
Objck penelitian ·ini secara umum adalah masyarakat entis Banjar yang
mendiami Ocsa Paluh Manan sesuai dt!ngan gamburan masahth scpc11i tdah
diuraikan terdahulu. akan tetapi o~jck pcnelitian secara khusus adalah masyarakat dan
keluargaakeluarga yang melakukan kawin anom atau keluarga yang memiliki kerabat
dekat me]akukan pola perkawinan yaitu kawin anom.- ~
Selain itu, penelitian
irri
juga akan mengungkap berbagai fa.ktor penyebab teljadinyapraktek · kawin anom serta implikasi yang ditimbulkannya, yang pada gilirannya
diharapkan mampu mcnjawab inti pokok masalah penelitian.
4. Fokus Penelitian
Sebagai fokus penelitian adalah kawin anom yaitu.saJah satu pola perkawinan
yang tengah berkembang paaa masyarak.at etnis- Banjar di desa- Paluh Manan
Kecamatan Hamparan Perak. Kabupaten Deli Serdang.
5. ·
Kepercayaan Data
dan T eknik AnalisisData
5.1 Kepercayaan Data
Untuk menguji kepercayaan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Mencek data mclalui metode berbeda mengenai masalah yang sama misalnya
mencck data basil informan melalui wawancara dibandingkan dengan hasil
b. Re-cek yaitu mcngembaJikan hasil w:n:vanc.ara kepada infonnan untuk diperbaiki
jika terdapat kekeliruan.
c. Triangulasi yaitu membandingkan infc rmo."ii ~ ang sama dari infi.)nnan yang
berbeda
5.2 Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhana.an data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca d an diinterpretasikan. Proses analisis data dilakukan sejak
pertama kali pcngumpulan data di lapangan bcrlangsung. Data yang terkumpul dari
studi pustaka, survey, hasil wawancara. dan pengamatan secara bertahap
didcskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Dengan demikian data yang telah terkumpul
dapat dianalisis dengan baik dan da.pat dilihat relevansi data yang satu dengan data
yang lainnya-:-Kemudian untu.k menjawab masalah utama penelitian, penulis berusaha
untuk memeperdalam data dengan melakuk.an koreksi tcri:ladap berbagai kekurangan
data yang mungkin perlu penarnbahan dan pengurangan untuk melengkapi deskripsi
secara utuh. _ ~
Seluruh data yang telah terkumpul dianalisis secara kual itatif. Secara wnum
penyajian data yang terkumpul difokuskan untuk menjelaskan pola perkawinan,
"Kawin Anom" etnis Banjar di desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak.
Kabupaten Deli Serdang. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya serta
implikasi apa yang timbul akibat Kawin Annm. Penggunaan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini didasark.an kepada beberapa pertimbangan : T ek.nik analisis
kualitatif lcbih mudah apabila
berhadapcm
dengan kenyataan ganda. Kemudian teknikini menyajikan secara langsung h akekat hubungan antara peneliti dengan responden.
sehingga dinilai lebih pcka dan lebih d ap::~ t menycsuaikan diri d.:ngan hanyak
penajaman. Pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang ~.hh~u.bpi . i\1Ph. ' ' " ~·
2ooo: 189-193). ~
11
~c\
Sebagai tahapan analisis data, terhadap data yang sudah terkumpul, peneliti
· melakukan kegiatan antara lain :
Pertama : mengelompokk.an data sesuai dengan jenis dan karakteristiknya yang
bcrsumber dari berbagai data pokok dan data penunjang, kedua : melakukan
pengkategorian terha.dap data, yakni penyusunan kategori, lincoln dan Guba, dalam
Moleong (2000 : 192) menguraikan kategori sebagai berikut : (I ) Pengelompokk.an
kartu ke dalam bagian isi yang secara jelas berkaitan dengan masalah ~nel i tian.
(2) penetapan inklusi setiap kategori yang dapat digunakan untuk menetapkara
keabsahan data, (3) mengharuskan setiap · kategori dilaksanakan taaat a7..as, artinya
tidak direkayasa dan tumpang tindih dalam penerapa1mya, ketiga : mclakuka.n
penafsiran data., yakni sesuai dengan tujuan, prose.dural penerapan dan pelaksana.an
penelitian sehingga mampu memb~rikan jawabru1 atas masalah penelitian.
y
~
-
---6. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapk.an dapat memberikan sumbangan
pcmikiran pada dunia akademik serta memperkaya literatur Antropolo gi dalam hal
kajian pola perkawinan etnik atau suku bangsa. Juga mem berikan sumbangan
pemikiran dalam menyusun kerangka umum tentang pcnanganan perkav;inan yang
ideal dalam rangka penataan penduduk yang ba: &·k. ~
BABV
PEMBAHASAN
A. Kawin Anom
Dari hasil pengumpulan data meialui wawancara dan pengamaran langsung
kepada para responden di lapangan ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan
te~jadinya
praktek Kawin Anom di Desa Paluh Manan yaitu :(!
Tinggi-'l Sakttlah Kaina ·ak Ka·-aapur-Jua'k .. (untuk apa tinggi sdmlab kalau
~him ya.kc dapnr juga). Salah satu faktor yang membentuk ima ~..Para generasi
muda di daerah Paluh Manan, bahwa melakukan Kawin Anom suatu kebanggaan
(~<th~·
dan ~- Hal ini dapat kita simpulkan dari hasil wawancara dengan para
responden.
Y
lmforman pada penelitian ini yaitu pelaku Kawin Anom yang berdomisili di
Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Tingkat
pendidikan responden pada umumnya rendah, secara rinci tingkat pendidikan
responden ini terdiri dari 32, I persen ( 18 r~ spond en) tidak tamat Sekolah
Dasar
dan 41,1 pcrsen (23 responden) tamat Sekolah Dasar, selebihnya 26,8 persen (15
responden) berpendidikan SLTP baik tamat maupun tidak tamat. Sarafah seorang
tamatan Sekolah Dasar melakukan Kawin Anom pada usta 14 tahun dengan
seorang pcmuda Adi yang tidak jauh beda usianya yakni l6 tahun, menuturkan
bahwa JX•rkawinan mad .. a dimulai dcngan masa pacaran beberapa bulan
kemudian dilan.iutkan dcngan pinangan oleh orangtua. Ketika ditanya tentang
motivasi mereka melakukan Kawin Anom, mereka mengatakan terdorong oleh
adat kebiasaan etnis Banjar yang merasa malu menjadi gadis tua dan petj ak.a tua.
Lisnawawti belum lama
ini
dikawinkan dengan seorang laki-laki Warto yanghampir l 0 tahun lebih tua, "sebenamya saya bel urn siap unruk k.awin" ujarnya
tetapi mau bagaimana lagj karena saya
tidak
bisa melanjutkan sekolah, mau tidakmau lamaran saya terima, daripadajadi perawan tuajadi beban
keluarga
Lain lagidengan Rabiah 14 tahun seorang anak pekerja tambak, yang terpaksa dikawinkan
dengan pengusaha tarr.bak tempat orangtuanya bekerja, walau perkawinan
dilaksanakan di bawah tangan karena statusnya sebagai istri kedua. Hal ini tidak
menjadi masalah yang serius dan malah kebalikannya menjadi prestise, karena
status ekonomi keluarga akan berubah berkat bantuan dari menantu baru. Secara
tidak langsung gambaran kasus diatas, mengisyaratkan betapa kuatn_ya penindasan
yang dilakukan oleh kerluarga terhadap masa depan anak-anaknya.
\ Ben Agger (2003 : 221) mengemukakan bahwa penindasan atas perempuan
terutama terjadi karena patriarki. yang beroperasi baik pada level keluarga dan
pada level budaya, dimana citra seksis perempuan di o~jektitkan sehingga
menindas mereka. Dalam tatanan sosial yang dilandasi pada sistem hubunga\1 yang
menghadapi hambatan kultural dan sosial yang berarti dalam melakukan aktifitas
diluar rumah atau didalam kegiatan-kcgiatan Domestik~ na.mun dalarn kegiatan
kcgiatan ~rcmpuan dan persepsi masyrakat terhadap status dan posisi perempuan
selalu dilingkupi oJeh nilai-nilai yang patriarkhis, yang memihak pada pria.
Nilai-nilai patriak.h.is tersebut biasanya diinlernalisasikan dan dilanggengkan dalam
berbagai institusi sosial seperti lembaga politik, pendidikan, mauel!!l agama dan
kepercayaan sehingga sub ordinasi tersebut tidak dirasakan sebagai sistem yang
secara langsung sangat memojokkan perempuan.
Sherry Ortner dalam Moore Henrietta! (1998 :30) memprakarsai rangka kerja
yang kuat dan berpengaruh dalam mempeJajari permasalahan subordinasi wanita
mel alui Analisis Simbolisme Jender. Ortner memulait;tya dengan pernyataan
bahwa subordinasi wanita merupakan sesuatu yang unive rsa l~ dan karena keadaan
ini bukan sesuatu yang terbawa (Inherent) dalam perbedaan biofogis diantara
kedua j~,;nis kclamin tersebut, maka suatu penjelasan bahwa perbcdaan biologis
antara pria dan wanita hanya berarti dalam sistem nilai yang dibcri makna tertentu
secara kultural, ideoogi dan simbol kebudayaan. ::::.;:,..--r ~
1 Menyangkut tentang intemalisasi nilai-nilai Patriarkhis dalam kehidupan
masyarakat, sadar atau tidak sadar peranan institusi atau lembaga sosial,
ma <:yar~at, politik, pendidikan maupun agama sangat besar, kebijakan-kebijakan
publik yang dimaksud untuk meminimalisasi ketimpangan Gender, namun
se<>aliknya memperbesar kctimpangan-ketimangan yang menjurus memperkuat
suborc.iinasi fihak Perempuan.
~~~
Salah seorang anggota komnas pcrempuan Tati Krinawati (SIB minggu 26
Mei 2006) mengemukakan bahwa "Moll rekrutmen dan penempatan buruh migran
pekerja rumah tangga indonesia di Malaysia yang baru ditanda tangani di Bali 13
Mei 206 ternyata masih jauh dari upaya melindungi hak asasi migran pekerja
rumah tangga. Nota kesepahaman itu justru memuat dasar pandangan yang
melanggar -prinsip-prinsip hak asasi man usia Jllelegitimasi sistem_ perdagangan
buruh migran dan membiaran peluang terjadinya perbudakan modern berlangsung,
jika MoU itu diberlakukan akan teijadi perbudaka moder,n yang difasilitasi
dan
legitimasi pemerintah. CJN,Me.o_;:/ CJN1Me.o../
Selanjutnya faktor penapsjran agama yang keliru juga turut memberikan
kontribusi dalam melanggengkan ketimpangan. Gender yang bennuara terjadinya
subordinasi bagi pihak perempuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Irwan
Abdullah, ed.( l997 :75). lnterpretassi agama mempunyai andil- besar untuk
menempatkan ketimpangan Gender tersebut sebagai bagian dari "realitas objektif'
yang bisa diterima. Konsep kekuasaan dalam budaya patriarkhi adalah ekspresi
kelaki-lakian dari "Sang Penentu" oleh karenanya, setiap laki-laki.mereflesiknn
kekuasaannya kepada bagian masyarakat yang lain : Seorang ayah terhadap
anaknya, suami terhadap istri, kakak laki-laki terhadap adiknya yang perempkn.
Dalan_: kehidupan sehari·hari aplikasi kons_:p seperti dikutip diatas digunak.an
untuk menguatkan secara transdental superioritas laki-lak.i atas perempuan.
Laki-laki sebagai pencari nafkah dan sebagai kepala keJuarga dipahami secara
menempatkan laki-laki dengan 1e1uasa mendefinisikan posisi bagian masyarakat
lainnya terutama perempuan. Perempuan dipandang sebagai The Second Sex
{mak.hluk nomor dua). Perempuan direnda hkan ketika berada dilingkungan
keluarga dan dieksploitasi ketika mereka berada diternpat kelja. ""'~ \
Dari basil penelitian juga ditemukan bahwa rendahnya tingkat pendidikan
berdampak pada jenis lapangan kerja mereka. Terdapat paling s ~ d l kit 64 persen
yang bekeija sebagai petani dan 46 persen menjadi buruh tambak dan bangunan.
Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan keadaan ekonomi orangtua
yang tidak memadai. Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan
responden yang menjelaskan bahwa faktor kekurangan biaya yang memaksa
mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan. Kemudian ditambah sikap bebcrapa
o rangtua responden yang enggan menyekolahkan anak.nya ke j enjang yang lebih
tinggi juga menjadi salah satu penyebab terputusnya pendidikan
aii3k
di desa ini .Remaja yang melakukan Kawin Anom pada umumnya berasal dari keluarga besar
yaitu keluarga yang memiliki anak lebih dari 3 orang. Jumlah saudara responden
berkisar- antara 4 ampai 7 orang. Kenyatannya- dibeberapa negat:a berkembang
termasuk Indonesia yang menganut sistem Partriarkhis, Perempuan seringkali di
nomorduakan dalam hal pendidikan. Jika dalam suatu keluarga, orangtua ternyata
tidak. l!!ampu membiayai sekolah semua anak- anaknya. mereka akan
mendahulukan anak. lak.i- lal i. Laki- laki biasanya dipersiapkan untuk mcnjadi
tiang keluarga nantinya, sedangka.Q. perempuan hanya dipersiapkan sebagai
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Jatar belakang pendidikan dan
aktivitas dari dalam mencari nafkah berhnbungan dcngan ada tidaknya niat
berumah tangga atau melakukan Kawin Anom. Dengan mcngajukan pertanyaan
tentang apakah responden sebelum kawin tclah sepakat dengan calon umuk hidup
membina rumah tangga (Kawin Anom) hasilnya seperti tabel berikut ini :
~
Tabel 2Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan:
NEc~..P,.
"Apakah Sebelum Dilamar Telah Bersepakat Dengan Calon Untuk Hidup
Berumah Tangga Atau Kawin Anom" Menurut Pendidikan Dan Peke~j aan
~-
4flos
NEc~-P,..
SepakatI
~s
~
TidSk scpakatf
Jumlah-- · · - ~,
( !-, ,
/
~Bcrumah
/
~I
Berumah
!
\
~
.:...;_ -'---
'---
--+--Tan_g~~
-i --- -·-- t-o;.~l·a.~ggaN
___+ -· of-c·-··· --r-~·i
··-··· 11
., % N I ,o l ' ! . 1 .... .•:• Pendidikan / v
SD Tidak tamat
SD tamat
Lanjutan
•!• Pekerjaan sebelum
responden
Kawin
Bekerja
Tidak bekerja
17,2
5
37,034,5 10 29,7 14 32,1
48,3 14 33,3 . 3 41,1
) 15 66,7
M~
18
I
58,99
I
41 , 1 48,31
14f
33.3- +- ~ - 1- 0 ~ - ~-0-0 -+ -- --+
~
c [image:40.595.97.524.140.726.2]Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semaki n rendah lingkat
pendidikan responden, pcrsentase jurnlah yang berkehendak untuk melakukan Kawin
Anom scmakin rendah. Pelaku Kawin Anom yang hanya scmp-at menikmati tingkat
Pendidikan Dasar, sebenamya tidak menghendaki teijadinya Kawin Anom, Akan
tetapi, karena mengikuti keinginan orangtua agar segera hidup berumah tangga, maka
mereka dengan keadaan terpaksa melakukannya. Dengan kata lain tingkat pendidikan
yang rendah bukan menjadi pemicu te.Ijadinya Kawin Anom di kalangan masyarakat
etnis Banjar Paluh Manan.
I
2. Degradasi Sistem Perkawinan Endogami
Sebagaimana telah disinggWlg pada bab tiga bahwa pada dasarnya sistem
perkawinan masyarakat Banjar di desa Paluh Manan ditandai oleh bentuk perkawinan
endogami secara etnis, tempat tinggal dan agama. Pada prinsipnya gemeinscliait
etnisitas, locality dan religi menjad1 faktor penting dalam sebuah perjodohan bagi
masyarakat etnis Banjar dan ini selalu diupayakan untuk dilaksanakan. Namun saat
penelitian ini dilakanakan sudah terjadi degradasi yang cukup bcrarti, endogami etnis
·dan tempat tinggal tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini · dapat kita lihat dari
persentase perkawinan responden dengan etnis lain cukup besar yaitu 43,2 persen.
Namun menyangkut tentang gemeinschaft religi sebagai penganut agama
Islam yang taat hingga pcnelitian ini dila.ksanakan masih wajib hukumnya bagi
seseorang yang kawin dengan seorang lak.i-laki atau perempuan etnis Banjar Paluh
Manan untuk memeluk agama Islam. Perkawinan antar etnis dan antar desa dapat
ditoleransL ha1 ini terjadi akibat dari intcnsitas pergaulan dengan masyarakat desa
sekeli!inbTJIYa yang memang heterogen, akan tctapi masalah keyakinan tentang agama
tidak dapat ditawar-tawar dan menjadi harga mati bagi sebuah pcrkawinan (Kawin
A nom).
B. Peran dan Dominasi Orangtua
Ketika pcrkawinan dilaksanakan, scbagia; besar orangtua responden masih
hidup dan tingga\ bersama. Pada kebanyakan pelaku Kawin Anom (82,6 persen)
masih memiliki orangtua Jengkap (bapak dan ibu kandung). Di samping itu ketika
melakukan Kawin Anom kebanyakan responden masih ikut dengrur orangtua atau
belum mandiri . Peran orangtua dalam menentukan jodoh anaknya cukup besar,
sctidaknya terdapat kurang lebih 49 persen terjadinya Kawin Anom merupakan
pc ~j o d ohan yang diatur oJeh orangtua. Campur tangan orangtua daiam rnencarikan
-
-pasangan hidup bagi anaknya (terutama pada kawin pertama) hingga penelitian ini
di laksanak.an masih berlaku pada masyarakat etnis Banjar .Paluh Manan dan g~ja l a ini
sudah berlangsung scjak lama. 'll'(;.o ; / CJJU • • 0 /
Seorang pemuda m aupun seorang gadis tidak serta m erta bebas memilih
jodohnya, ada kalanya jodoh mcreka ditentukan oleh orangtuanya sang anak tidak
dapat menolak. Canti k atau tidak, bukanlah rnerupakan ukuran, yang pcnting
orangtua kedua belah pihak senang dan &.::tuju. Peket:iaan dapat dikatakan menjadi
titik berat. atau menjadi patokan dalam memilih jodoh bagi anaknya. Para o rangtua
umpamanya bertani. berdagang atau p:::ker:ja tambak. begitu juga bagi anak
pcrempua n ~ penilaian didasarkan atas kesanggupan bekerja mengurus rumah tangga.
Ka'lUS perjodohan yang sangat mencuik untuk dicermati ;tJalah pcriodohan
yang dial ami o