• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWIN ANOM : KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKAWINAN ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAWIN ANOM : KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKAWINAN ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KAWINANOM:

KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKA WINAN

ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN

HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

'r;1(!

~~

LUAT: IM ~NJUNTAK

NIM : 025050074

~

Untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian

Untuk Memperoleh Gelar MAGISTER SAINS

P rogram Studi Ant ropologi Sosial

PROGRAM P

ASCASARJANA _

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

M EDA.N

(2)

KAWIN ANOM:

KAJIAN ANTROPOLOGIS TERHADAP POLA PERKA WINAN

ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN

HAM PARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

~

Disusun

dan Diajukan Oleh:

LUAT SIMANJUNTAK

NJM : 025050074

/,; Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis ·

Pada Tanggal l 7 Juni

2006

dna Dinyatakan Telah Memenuhi

Salah Satu Sya rat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

~ Pro gr a ~

Studi

Ant ropol ~ gi

Sosial

~

~C~-

5

N~

~

Meda n, ....

~

••.•..•...

(

M : nyetu ~ u;

i

lfr

·

j)

"

Tim

Pe mb imbing

~

.j

~

;:.)

Pembimbing I,

rt

Pembimbing II,

~

'

-('"'~ ....

"\.

\

"

"

\

~

;

~Y

L

Dr. phil IcJnvan Azhari, MS ...

NIP. 131479855

a~""-\

~

fLLt ? tt'

Ketua Program Studi,

Antropolgi osial

Prof. Dr. Bungaran A. Simaojuntak

NIP. 130344786

Dr. Ibrahim Gultom,

M.Pd

NIP.131571 763

....

Pasca Sarjana

riMedan

\

Prof.

D r.

Belferik Manullang

(3)

Dipertahankan Didepan Tim Penguji Tesis

Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

Program Studi Antropologi Sosial

<'"~.... /...~"'

~

Judul Tesis

KAWINANOM:

KAJIAN_ANTROPO(QGIS TERHADAf POLA PERKAWINAN

ETNIS BANJAR DI DESA PALUH MANAN KECAMATAN

HAMPARAN .PERAK KABUPATEN DELI SERDANG .;;

NAMA

~

: LUAT SIMANJUNTAK

~

NIM

: 025050074

- uari/ Tanggal -

: Sabtu/17""Juni 2006

""... / _G:I

Komisi Pembimbing I

(%

~~r1-: Dr. phil. lchwan Azhari, M

Komisi Pembimbing II

: Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd

Anggota Penguji

: Prof. Dr. N. A. Fadhil Lubis

.fr..of. Dr.

Bunga ra _!!~ ·

Simanju

Prof. Dr. Robert Sibarani;-MS

(4)

KATA

PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kchadirat luhan Ya.ng Maha Kuasa atas b~rk at

rahmat dan

karuniaNya,

Tesis yang

betjudul

"KA WfN ANOM : Kajian Antropologis

Terhadap Pola Perkawinan Etnis Banjar di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan

Pcrak Kabupaten Deli Serdang•', ini telah selesai

disusw1.

Penulis menyadari bahwa

selesainya Tesis ini berkat adanya bantuan moril mauptm materil dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. phil. Ichwan

Azhari. MS, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Jbmhim Gultom. M.Pd.,

Sebagai

Dosen

Pembimbing

II

yang

telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada

penulis mulai dari awal hingga penyelcsaian tesis ini. ,

Selanjutnya penulis juga rnenyampaikan rasa terima kasih kepada. Prof. Dr.

Bungaran Antonius

Simanjuntak

dan Drci.

Trisnj

Handayani,

M.Si. sebagai Ketua dan

Sektaris Program Studi Antropologi Sosial Universitas Negcri Medan t.l.JN IMED)

yang telah banyak membantu dan memberikan masukan terhadap draf awal tesis ini.

Kemudjan pcnulis menyampaika'l terima kasih

kepada

Bapak.

Rafai

yang

telah memberikan infonnasi awal, bapak Rasyidi, Firdaus dan Saudara Saleh Siregar

yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data dan infmmasi-intorma<;i

yang diperlukan. Kemudian ucapan terima kasih kcpada Ibunda R. Br. Rambe dan

Istcri tercinta Sariani Siagian, SH dan anak scrnata wayangku Quinaldo Rasokhi

Simanjuntak

yang telah

memberikan dorongan

semangat

yang besar sehingga tesis ini

dapat selesai disusun.

(5)

ABSTRAK

Simanjuotak, Luat. Kawin Anom : Kajian Antropologi Terhadap Pola Perkawinan E tnis Banjar di l>esa Paluh Manan Kecamatan Hatmpaen.n

Pen"-Kabupaten Deli Serdang. Program Pasca Sarjana Universitas i\~eri Medan. Mei 2005.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan dengan tujuan untuk mempelajari, menggambarkan, menguraikan_ dan menganalisa Pola Perkawinan Etnis Banjar di Desa Paluh Manan

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Kawin Anom merupakan salah satu pola perkawinan yang masih terdapat pada masyrakat etnis Banjar di Desa Paluh

Manan

'Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Praktek kawin anom ini dapat bertahan bahkan cenderung menjadi trend di kalangan generasi muda dan kebanggan bagj orang tua dikarenak:an masih kuatnya falsafah hidup etnis Banjar

d.alam

rnemandang perkawinan yang mcnyatakan bahwa anak perempuan yang telah berusia lebih dari 15 tahun belum menikah seakan-akan membawa malu (aib) bagi keluarga.

Untuk melihat keberadaan praktek kawin anom di tengah-tengah kehidupan masyarakat etnis Banjar di Desa Paluh Manan digunakan teori fungsional struktural untuk menganalisis peranan dan fungsi dari setiap sub system dalam melanggengkan praktek kawin anom di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

(6)

ABSTRACT

Simanjuntak, Luat. Kawin Anom: Anthropological Study to Banjar Ethnic

Marriage Pattern in desa Paluh Manan l{ccamatan Hamparan Perak kabupaten

Deli Scrdang. Graduate Program of the State University of Medan. May 2005.

This research applies descriptive qualitative approach with observation technique, bibl iography study and interview in order to study, depicting. elaborating and analyzing Banjar ethnic Marriage Pattern desa Paluh Manan kecamatan Hamparan Perak kabupaten Deli Serdang.

Kawin Anom represent one of the marriage pattern which still exist in Ban jar ethnic society in desa Paluh Manan kecamatan Paluh Manan kabupaten Deli Serdang. This "Kawin Anom" still exists and tends to become a trend in young generation and prestige for the elder because of the strength of Banjar ethnic philosophy in looking at

marriage which stated that

if

a woman older than 15 years old has not married yet, it

such a shame on her family.

To see the existence kawin anom in the life of Banjar ethnic society in desa Pakih

Manan, this study use of functional structural

the~ry

to analyze the ft.inction and role

of every sub-system in keeping the kawin anom in desa Paluh Manan kecamatan Hamparan Perak. kabupaten Deli Serdang.

ell>

cl

From result of the study, we can draw a conclusion that kawin anom has a negative effect toward the structure of social life, culture, and economic system of desa Paluh

Manan society2 which imply the raise of social crlsis like the unbalanced of health of

(7)

BA BI

PENDAH ULUAN

A.

Latar

Belakang Ma salah

Suatu masa yan g cukup penting dalam lingkaran h idup (liie cycle) setiap

manusia di dunia ini adalah saat peralihan dari masa remaja ke tingkat hidup

membentuk rumah tangga yaitu perkawinan.Perkawinan merupakan pintu gerbang

yang sakral bagi setiap insan manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk

me.mbcntuk sebuah lembaga yang diidam-idam yait!J keluarga. ~

Perkawinan merupakan suatu fenomena yang tidak begitu saja tcijadi tanpa

diawali dan lanpa implikasi 1cnomena laionya. Perkawinan <iiawali oleh proses

hubung.an antara pria dan wanita dan juga mengimplikasikan hubungan f.<>sial baru

yang tidak saja melibatk.an kedua mempelai, melaiii.kan j uga segenap sanak keluarga

dan orang lain yang memiliki peran tertentu di dalamnya. \ / ~

Dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka perkawinan merupakan

salah satu f!udaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya m am l!:>ia

dalam kehidupan masyarakat. Dalam m asyarakat sederhana budaya perkawina.nnya

tentu sederhana, sempit dan tertutup, dalam masyarakat yang maju (modem) budaya

perkawinannya sudah tentu rnaju, lua<> dan terhuka. f ?

Menurut Teras Mihing - d kk ( 1984:59) perkawinan merup!ka.n lemhaga

seksualitas yang bertujuan mengatur hubungan ma.nusia yang bcrlainan j enis kelamin,

guna terpeliharanya ketertiban masyara.kat. Dengan perkawinan diharapkan

p erb uatan ~ perbuatan mesum dan tcrcela dapat dihindari atau diccgah. _ ...

1:1/

(8)

Budaya perkawinan dan tata aturan yang berlaku pada suatu masyarakat atau

pada suatu suku bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan Iingkungan dimana

masyarakat itu berada serta bagaimana pergaulan masyarakatnya. Faktor-faktor

pengetahuan, pengalaman. kepercayaan yang dianut suatu kelompok masyarakat t urut

menentukan budaya dan tata aturan perkawinarmya. Terjadinya keragaman pola

perkawinan

yang

dijumpai dal~ masyarakat tidak lain disebabkan olch perbedaan

faktor dan kebiasaan yang diikuti warga masyarakat tersebut. Salah satu bentuk

keragaman pola perkawinan yang telah banyak diteliti adalah mengenai pola umur

perkawinan pertama. Berkaitan dengan pola perkawinan maka dikenal adanya

bentuk-bentuk perkawinan yaitu, perkawinan usia helia, perkawinan usia muda dan

perkawinan dewasa serta perkawinan yang terlambat. ~

Pemerintah sendiri telah mencanangkan program penclewasaan usia

perkawinan bagi generasi muda sebagai saJah satu program Keiuarga Berencana (Kll)

-

-dalam menekan taju pertumbuhan penduduk Indonesia. Sejak 1974 pemerintah telah

memberlakukan undang-undang perkawinan (UUP No: l tahun 1974) yang

menekank.an usia perkawinan yang ideal bagi seseorang harus sudah mencapai usia

2 1 tahun ba~i laki-laki dan 19 tahun bagi perempuan. Namun dalam kenyataarmya

masih banyak kita jwnpai p raktek perkawinan di bawah wnur atau sering disebut

dengan istilah kawin muda ditengah masyarakat kita hingga saat

ini.

~

1

Dari sekian banyak suku bangsa atau etnis yang rnasih mempraktekkan

kebiasaan kawin muda, salah satu diantaranya adalah masyarakat-etnis Ban jar yang

sudah menetap di Sumatera Utara khususnya masyarakat etnis Banjar yang

(9)

Serdang. Praktek kawin muda pada masyarakat etnis Banjar di desa Paluh Manan

dalam bahasa Banjar di istilahkan dengan istilah ··Kawin Anom".

Praktek

Kawin Anom

bagi

ma..c;yarakat Banjar di

De ~

Pal uh

Manan

men_iadi

pemandangan yang lumrah. Bahkan ada kecenderungan bah""a ~win Anom menjadi

suatu prestise atau gengsi dikalangan generasi muda serta kebanggaan bagi orang tua,

ini dapat kita- simpulkan dari adat kebiasaan orang Banjar memandang perkawinan

yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang menyatakan anak perempuan

yang telah berusia lebih dari 15 tahun belum menikah, seakan-akan membawa malu

(aib) bagi keluarga hal ini sesuai dengan pem y~taan Emelin Lun, dkk (1 984 : 61 )

tujuan perkawinan menurut adat kebiasaan

orang Banjar

bertujuan untuk menjaga

nama baik keluarga, terutama bagi suatu keluarga yang mempunyai anak gadis>

Selain daripada itu di kalangan masyarakat Ba{\jar d i pedesaan masih berlak.u

anggapan bahwa anak perempuan yang telah berusia lebih da.ri 15 tabun bclum menikah, seakan-akan membawa malu pada keluarganya. { (

f

Selanjutnya Emelin Lun dkk mengutarakan bahwa ada kalanya anak.

perempuan yang berusia

9 atau- 1 0 tahun

sudah dipinang> meskipun pern.ikahan akan

ditunda sampai dia mencapai usia yang dianggap sudah dapat melangsungkan

perkawinan, misalnya 15 tahun. Salah satu perkawinan yang dikehendaki, ialah

perkawinan dimana calon menantu (lelaki) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi

-daripada keluarga pihak wanita. Selain kedudukan dan segi finansial, juga agama

merupak.an faktor yang penting.

.,

(10)

Apresiai nilai-nilai budaya sepeni di singgung di atas yang diaplikasikan

secara turun temurun berpengaruh nyata dalam menggiring opini masyarakat Banjar

khususnya generasi muda untuk berkeluarga secepatnya, karcna nw nur.;~ pandan~~

masyarakat Ranjar seorang laki-laki hanya dituntut untuk dapat bd .. crja I-ii ladang at.<i.u

sawahnya kelak, sedang perempuan dituntut telaten mengurus anak dan melakukan

tugas-tugas - domestik lainnya

dl

dapur. Sehingga muncul semboyan seperti 4

'/tagin

napak tinggi'k sakulah kaina'ak ka dapur jua'k"

(tmtuk apa tinggi sekolah kalau

a.khimya ke dapur juga). Menjadi alat pembenar dan pemicu tumbuh suburnya

praktek

ka-Mn

an om pada masa U18Syarakat etnis

B~jar.

~

) Pengalaman penulis disaat pertama kali menginjakkan kaki di daerah Paluh

Manan, benar-benar mcnjadi pengalaman yang sangat berkesan dan mengharukan,

dimana penulis bertemu dengan seorang perempuan muda belia Lina (bukan nama

sebenarnya) usia

±

16 tahun yang sedang memmtun seorang anak usia

±

2 tahun dan

satu lagi digcndong usia

±

8 bulan. Penuiis menduga bahwa Lina adalah seorang anak

SMP yang sudah putus sekolah dan sedang membantu orang tuanya untuk

memomong adik-adiknya disaat kedua orang tuanya bekeija di sawah.

NamWl

dari

jawaban-jawaban yang dilontarkan Lina saat penulis menanyakan siapa kedua anak

yang sedang dibawanya, benar-benar diluar dugaan penulis, Lina dengan enteng

menjawab bahwa kedua analctersebut adalah anak kandungnya sendiri , Penulis lebih

terkesima mendengar penuturan Lina, bahwa ibu rnuda-ibu muda seperti dirinya

(11)

saat mengutarakan pemyataan-pemyataan seputar keberadaan ibu muda - ibu muda

yang rx:t-sis s.m~ a ~ pcrti kcbcrddaan dirinya. mcngisaratkan bahwa praktek kawin

Anom pada masy:l.fakat etnis Banjar Paluh Manan terkesan menjadi kebanggaan dan

sebaliknya gadis dan perjak.a tua menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi

generasi muaa di desa ini. Hal inilah yang mendorong penulis te1tarik untuk

mengangkat fenomena ini menjadi topik penelitian yang menurut

hemar

penulis

cukup unik dan menarik untuk diteliti secara mendalam.

B. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasikan berbugai gejala scbagai berikut:

}

\'

J

1. Terdapat gejala bahwa Kawitf An om menj adi prestise di kalangan generasi mud a

etnis Banjar di Desa Paluh Manan.

2. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom terjadi dipengaruhi oleh peran orangtua yang

sangat kuat (Dominasi orangtua) / ~ • Q /

3. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom berdampak negatif terhadap kesehatan ibu

dan bayinya. "'

l f

~

4. Terdapat gejala bahwa Kawin Anom berdampak terhadap tatanan kehidupan

sosial, budaya, ekonomi masyarakat.

(12)

C. Pertanyaan Penelitian

Dari uraian pada identifikasi masalah dapat dimunculkan pertanyaan ~

pertanyaan penclitian sehagai beriku ~ ·

1 . Bagaimanakah bentuk dan pelaksanaan Kawin Anom pada masyareakat etnis

Banjar di Desa Paluh Manan ?

2. Faktor-fak.tor apa sajakah yang mempengaruhi teijadinya Kawin Anom?

3. Kesulitan dan problematika apa sajakah yang ditimbulkan oleh KawinAnom ?

4 . Implikasi apa sajakah yang ditimbulkan Kawin Anom terhadap nilai-nilai sosial ,

budaya masyarakat etnis Banjar Paluh Ma ~ an? ~~

- - - 0

~1-IIME.O

..,...-.__

D. Tujuan Peoclitian

1) Mengungkapk.an latar belakang dan taktor yang menyebabkan terjadinya

kawin anom.

hS

NEc,r:.~

2) Mengungkapkan kesulitan dan problematika yang ditirnbulkan oleh praktek

kawin anom. ?

3) Mendeskripsikan bentuk dan ritual perkawinan anom sebagai_ salah satu unsur

/ budaya bagi masyarakat Banjar di Paluh Manan.

4) Menelusuri implikasi yang disebabkan kawin anom terhadap sosial. Budaya,

ekonomi dan tatanan masyarakat d i Paluh Manan.

E. Kajian Teoritis

\ ~ Dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan pranata sosial yang sangat

(13)

masyarakat menghabiskan paling banyak wak.tunya dibandingkan dengan tempat

kerja dan tcmpat lainnya. Kemudian keluarga adalah wadah dimana sejak dini para

warga masyarakat dikondisikan dan dipersiapkan untuk dapat melakukan

peranan-peranannya dalam melestarikan berbagai lembaga dan nila i-nilai budaya yang ada di

tengah masyarakat. ' J

f

~ b)

Dalam pandangan ahli antropolgi keluarga sebagai suatu satuan sosial terkecil

yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk soSlal. Keluarga adalah suatu satuan

kekerabatan yang juga rnerupa.kan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya

kerjasama ekonorni, untuk berkernbang biak, rnensosialisasi nonna dan nilai atau

mcndidik an~, menolong serta sating rnelindungi yang lemah.

-

-Dalam bentuknya yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang

laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah d~ngan anak-anak yang biasanya tinggal

dalam satu rumah yang sama. Satuan terkecil seperti ini dinamakan sebagai keluarga

inti atau keluarga batih. Suatu keluarga inti atau kcluarga batih dapat juga terwuj ud

karena seorang laki-laki dan seorang perempuan atau lebih mengadakan hubungan

kelamin secara permanen tanpa melalui suatu pengesahan p erkawinan~ dan tinggal

secara bersama dalam satu rumah dengan anak-anak. mcreka sehingga merupakan

suatu kesatuan sosial.

f

Walaupun secara garis besarnya keluarga inti dapat didefenisikan sebagai kesatuan sosial yang terdiri atas suami, istri dan an.ak·anaknya yang tinggal dalam

satu rumah.;...tetapi d alam hal-hal tertentu pendefenisian ini tidak dapat berlaku, k.arena

dalam kenyataannya ada sejumlah masyarakat yang keluarga intinya tidak lengkap

seperti disinggung ~ i atas, biasanya suamilah yang tidak hidup bersama dalam

keluarga terscbut. Hal ini dapa1 terjadi akibat kebutuhan ekonomi kcluarga yang

(14)

sangat mendesak yang memaksa seorang kepala keluarga bekeija ke kota besar misal

kc Jakarta. Scmentara anak dan istri tinggal di desa. Conloh keluarga-kcluarga yang

hidup di desa Cibuaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat, seperti hasil penelitian yang

dilakukan oleh Boedhi Santoso.

Satu keluarga inti atau keluarga batih dapat juga berkembang menjadi suatu

keluarga luas dengan adanya tarnbahan dari sejumlah orang lain, baik yang kerabat

maupun yang tidak k.erabat, yaQ"g secara bersama-sama hidup dalam satu rumah.

Bentuk keluarga atau rumah tangga seperti ini banyak dijumpai diberbagai negara,

salah satu diantaranya adalah di negara Samoa seperti dikemukakan oleh Margaret

Mead (1 988 : 33) bahwa sebuah Desa Samoa terdiri dari tiga puluh sampai empat

-

-

-puluh rumah tangga, yang masing~mas ing dipimpin oleh seorang bapak yang disebut

ma1ai. Kepala-kepala ini mempunyai gelar kepala suku atau gelar kepala juru bicara

(talking chief). tiap-tiap matai mempunyai kedudukan sendiri-sendiri. mewakili dan

bertanggung"jawab untuk seJuruh anggota. rumah tangganya. Rumah_ tangga- rumah

tangga ini mencakup seluruh individu yang telah bertempat tinggal untuk bebcrapa

lamanya dibawah naungan dan lindungan dari matai yang bersarnaan. Susunan

mereka berbeda ragarn. mulai dari bentuk kekcluargaan yang memiliki hubungan

biologis yang terdiri dari para or_.ang tua dan anak-anak. saja, sehingga susunan rumah

tangga yang terdiri dari lima belas dan dqa puluh orang anggota, seluruhnya terikat

pada matai atau istri matai, karena hubungan daral1, perkawinan atau karena dijadikan

anak angka!,;

'Y

Kemudian menyinggung tentang bentuk-bentuk rumah . tangga William J

Goode ( 1995 : 89) mengemukakan ragan1 bentuk rumah tangga mempunyai banyak

(15)

kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara

anggota-anggota kelompok, sanak saudara . Berbagai macam hubungan peran harus diuraik.an

secara terperinci, jika rumah tangga

itu

mencakup seorang lelaki dan ibu mcrtuanya,

mungkin ada peraturan·peraturan yang menuntut banyak pengckangan atau

meniadakan hubungan antara kcduanya.

II

~

Selanjutnya William J. Goode mengemukakan bahwa rumah tangga itu dapat

diperbesar oleh popul<Lc;;i per generac;;i maupun secara menyisj (laterally) dengan

menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya. Sebutan keluarga yang diperluas

(extended family) secara lepas dipergunakan bagi sistem di mana masyaraldtnya

menginginkan _!>ahwa beberapa gencrasi itu hidup di bawah satu atap. ME-Q _ /

Berbicara tentang pranata-pranata sosial masyarakat, penulis tertarik untuk

menggunakan pendekatan fungsional-struktural dalam mengk~ji fenomcna kawin

anom yang tengah berkembang di keluarga dan masyarakat elnis Banjar. scpcrti telah

disinggung pada latar belakang -masalah. Tcori fi.mgsi onalisme ada.,lah metodologi

untuk

mengeksplorasi saling ketcrgantungan. Oi samping itu fungsjonalisme

merupakan teori tentang proses kultural yang berfungsi mclacak cara saling pertautan

yang sangat bermacam ragam antara unsur-unsur budaya. Oengan kata lain

fungsionalisme membawa kita untuk memikirkan sistem sosial oudaya sebagai

semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan

melaiukan juga memberikan andil bagi pemeliharaan stabilitas dan ke lestarian

budaya suatu komunitas. vN,Mff5'~ ~N,ME-Q/ ~N,ME-Q /

Semcntara teori Strukturalisme membahas bagaimana sistem-sistem budaya

· berhubungan logis dengan fenomen arfeoomena yang tengah berkembang di

masyarakat. Suatu struktur yang muncul pada suatu

taraf

tertentu yang diakibatkan

~ ~ ~ ~

(16)

oleh pengaruh keadaan lingkungan komunitas, mungkin muncui kembali pada taraf

Jain dcngan pcngaruh keadaan lingkungan yang sama sek.ali jauh herbeda.

Menurut Emile Durkhim dalam Margaret M. Poloma (2000: 25). Masyarakat

adatah sebagai keseluruhan organisasi yang memiliki realitas terscnditi yang

mcmiliki seperangkat ke butuban atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipcnuh1 oleh

bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar daJarn keadan normal, tetap langgeng.

Hal ini sejalan dengan pendapat Talcott Parsons aalam Catherine Court (1987:13). Masyarakat adalah suatu sistem, suatu keseluruhan kompleksitas yang dibangun dari bagian terpisah tetapi bagian yang saling menyatu. Bagjan-bagian ini disebut dengan sub sistem dan bagian-bagian ini, pada gitirdilllya, dibangun dari bagian-bagian yang terlepas. Sub-sistem itu seluruhnya memerlukan satu sama Jain untuk memastikan persyaratan dasar, misal sub-sistem ckonomi membutuhkan sub-sistem pendidikan untuk menyediakan karyawan ::Yang ahli; kemudian sekolah pada gilirannya membutuhkan sub-sistern famili unruk melengk.apinya dengan anak -anak. Masyarakar adalah titik awal dimana semua sub-sistcm ioi bergabung untuk mcnciptakan suatu struktur yang dapat mendukung kebutuhan total sosial dari jum!ah peoduduk.

Deogan demikian masyarakat adalah s uatu bangunan yang dibentuk dari hanyak sub-sistem yang saling berkaitan. Masing-masing sub-sub-sistem membcrikan kontribusi untuk mem<?_!luhi satu dari empat hentuk pcrintah bersifat fungsional yang pcnting untuk kelangsungan hidup masyarakat mana.pun.

•:• Adaptasi,

mis.

Sub-sistem ckonomi I '

•!• Pencapaian Tujuan, mis. Sub-sistem politik

•!• lntegrasi, mist. Sub-sistem budaya dan masyarakat

•!• Bakat tcrpendam atau pola pemeliharaan, mis. Sub-sistcm famili

Kemudian menurut Leslie dan Korman dalarn Ihromi {1999:269) menyatakan

bahwa dalam kerangka pikir fungsional-struktural, masyarakat dipandang sebagai

suatu sistem yang dinamis~ yang lerdiri dari berbagai bagian atau sub sistem yang

saling berh'!,!bungan. Lebih lanjut Leslie dan Konnan menyatakan bahwa dalam

analisis terhadap sistem

ini

yang djkaji adatah apakah konsekuensi dari setiap bagian

dari sistem untuk s~tiap bagian [ainnya dan untuk sistem sebagai keseluruhan.

(17)

keluarga dan masyarakat luas, hubungan-hubungan internal diantara

subsislem-subsistem yang ada dalam keluarga dan atau hubungan diantara kcluarga Jan

kepribadian dari para anggota keluarga sebagai pribadi.

Robert K. Merton dalam ( icorgc Ritzer ( 2000: l36) iTll..'n~ :lt:J~:u; h..:.h w;~

sasaran studi structural fungsional antara lain: Peran. sosial . pola institusionai. pro~ s

sos ial pola kultur , emosi yang terpola secara cultural, norma sosial , organisasi

kelompok , struktur sosiaL Selanjutnya Robert K Merton mengcmukakan bahwa teori

fungsionalisme stmktural tidak hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu

tentang keteraturan masyarakat, tetapi juga memantulkan asumsi-aswnsi tertentu

ten tang hakikat man usia. Di dalam fungsional ism e. man usia diperlnkukan sebagai

-

-

-abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membentuk Iernbaga-lembaga

atau s1ruktur-struktur sosiaL fungsionalisme struktural secara implisit. mcmperlakukan

manu.<;ia sebagai pelaku yang memainkan ketcntuan-ketentuan yang telah dirancang

sebelumnya,- scsuai dengan norma-norma atau aturafuaturan masyarakat.

:,r

Kemudian pcndekatan yang tidak kalah pentingnya untuk digunakan dalam

mengkaji fenomena kawjn anom yang tengah berkembang di masyarakat Banjar

seperti dipaparkan pada latar belakang masalah, · yaitu pendekatan interak.sionis.

Menurut George Simmel dalam lhromi ( 1999:2'"76) menyata.kan bahwa kelakuan

manusia tidaklah dibatasi oleh perangkat insting yang telah berkembang secara

evolusioner, tetapi manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan dan

memani pul~si simbol-simbol dan untuk berpikir secara bcbas dan kreatit~ Karena ini

maka para individu mempunyai kemampuan untuk membcri makna kepada

geja1a-gejala yang·ditemukan dalarn lingkungan dan untuk rncmbagi bersama makna- makna

itu dengan orar.g lain.

(18)

Kemudian Emile Durkheim dalam Peter Bcilhardz (2000:1 03)

mempertahankan suatu pandangan sosial radikal tentang pcrilaku manusia .sebagai

scsuatu yang dibentuk olch Kultur dan Struktur sosial. Lcbih lanjut Ourkht:im

berpcndapat bahwa masyarakat bukanlah sekedar jumlah total indi\ idu-inJivid u . Jun

bah\\.a sistcm yang dibentuk oleh bersatunya mert!ka itu merupakan suatu rcali~

spesifik yang memiliki karakteristiknya sendiri.

J

I

J

Sementara menurut Charles Harton Cooley dalam lhromr ( 1999:276)

mcnyatakan ihl<tor yang menentukan dalam upaya untuk memahami perilaku

keluarga adalah k~ian terhadap intcraksi antara para anggota keluarga d an

intcrpretasi apa yang para individu bersangkutan berikan pada interaksi tersebut.

Lebih lanjut Charles Harton Cooley mengatakan melalui proses interaksi inilah

terjadi komunikac:;i antara dua orang atau lcbih. yang mcmungkinkan teTjadinya

modifikasi pada perilaku dari semua pihak yang terlibat. Manusia belajar untuk

berinteraksi -secara efcktif melalui pengambilan peranan (role taking) dan memainkan

peranan (role playing). ~~"

George Herbert Mead dalam George llitzer (2004:271) menyatakan bahwa.

menurut psikologi sosial, kita tidak membangun perilaku kelompok dilihat dari sudut

pcrilaku masing-masing individu yang rnembentuknya; kita bertolak dan keseluruhan

sosial dari aktivitas kelompok kompleks tertentu, dan dimana kita menganalisa

pcrilaku masing-rnasing individu yang membentuknya yakni kita berupaya untuk

menerangkail perilaku kelompok sosial dilihat dari sudut perilaku masing-masi ng

(19)

Lcbi h lanj ut George Herbert Mead mengcmukakan pada tingkat masyarakat

yang lebih khusus defcnisi pranata sebagai "tanggapan bersam a da lam komunitas"

atau .. kchi..t.\MO hiJ un komunitas''. Sec,ara lebih khusus ia mcngatakan bahwa

.. keseluruhan tindakan ~ omunitac;; tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu

menurut cara yang sama berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama di

pihak komunitas. Proses ini kita sebut ''"pembentukan pranata" .

~

Dan

paparan beberapa teori-teori diatas dapat d itarik kesimpulan bahwa

pendekatan Fungsional Struktural adalah pcndekatan yang sangat tepat dalam

mengkaji dan mcmbedah fenomena-fenomena yang tengah berkembang d isuatu

komunitas ma,syarakat, khususnya yang berhub ungan dengan adat ke5iasaan, Pola

perkawman , Pcran Sosial serta lnteraksi antar sub system -sub "System masyarakat

dan kduarga . Dengan mcnggunakan pendekatan ini, maka peranan-peranan dari

sub-system akan d~pat diungkapkan satu persatu dalam melahirkan dan melanggengk.an

adat kebiasaan atau budaya kawrn A nom seperti disinggung pada latar belakang

masalah penclitian ini.

J

F. Kajian Pustaka

Sebelum mengerjakan tulisan

1m

pertama sekali yang dilakukan penulis

adalah studi kepustakaan. yaitu mempelajari literatur-literatw- yang ada relevansinya

dengan o bjek _£ahasan. Melalui literatur-litaratur te~ ()e but diharapkan dapat mernbantu

penulis menemukan konsep maupun teori. Hal ini scjalan dengan pendapat Cik Hasan

· Bisri (2004:206) pemilihan dan penentuan teori yang akan digunakan dalam suatu

(20)

ilmiah. Dari penelusuran bahan pustaka itu dapat ditemukan berbagai konsep dan

terutama tcori atau too1i -tcori yang akan digunakan dalam penelitian . Kegiatan ini

secara mcnycluruh Japat d i~but scbagai tinjauan pustaka (literature review).

Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting yang tidak dapat

dipisahkan dar1 kehidupan manusia. Tidak hanya para muda-mudi, tt>.tapi juga para

orangtua pada umumnya berkeinginan segera menggendong cucu sebagai hasil

perkawinan putra~pu t ri n ya. Tidak heran, kalau putra-putrinya cepat-cepat dikawinkaJl

walaupun dari segi

usia bel urn

siap

untuk

memhentuk keluarga.

' ' • .,.n /

Koentjaraningrat dkk 2003: 182) mengemukakan bahwa perkawinan

(marriage) adalah pranata hubungan antara scorang pria dan wanita. seorang pria dan

beberapa orang wanita. beberapa orang pria dan seorang wanita yang diresmikan

menurut pro~du r adat-istiadat, hukum atau agama dalam masyarakat yang

-

-bersangkutan dan yang karena itu mempunyai konsekuensi ekonomis, sosial, h ukurn,

dan keagamaan bagi para individu yang bersangkutan,

para

kaum kerabat mereka da n

para kcturunan mereka. - . J tl ) \ ~

I

Lebih 1 anjut Koentjaraningrat ( 1981 :90

1

mengatak.an bahwa perkawinan

merupakan pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan ,

menyebabkan bahwa seorang iaki-laki dalam pengertian masyarakat tidak dapat

bersetubuh de..ogan semharang wanita. tetapi hanya dengan satu atau beberapa wanita

(21)

Sementara menurut Par.s udi Suparlan (1986:96) perkawinan adalah hubungan

pcnnanen antara laki·laki dan perempuan

yang

diakui

sah

oleh masyarakat yang

bersangkutan

yang berdasarkan ata<; peraturan perkawinan yang

berlaku.

Suatu

perkawinan mewuj udkan adanya keluarga dan mernberikan keabsahan atas status

kelahiran anak-anak mereka. Perkawinan

tidak

hanya me~j udkan adanya hubungan

diantara merek.a yang kawin saja,.1etapi juga me lib ~ tkan hubungan-hubungan diantara

kerabat-kerabat dari masing-masing pasangan tersebut. 9,

Kawin Anom terdiri dari dua kata yaitu " kawin"' dan "anom". Dalarn Kamus

Besar Baha.•;;a Indonesia Depdikbud (2 00 l :519) "Kawin" artinya membentuk keluarga

dengan lawan jenis. Bersuami at.au beristri, sementara "Anom" artinya muda. Jadi

kawin anom artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis bersuami atau berist.ri

pada usia yang sangat muda.

J

!

Bog~e

dalam Sli Handayani Hanum (

198i?f)

membagi klasifikasi pola umur perkawinan ke dalam kategori ( 1) Perkawinan Anak-anak ( Chield Maririage) bagi

perkawinan dibawah umur 18 Tahun , (2) Perkawinan umur muda (early marriage)

bagi perka·winan umur 18 - 19 Tahun , (3) Perkawinan usia dewasa (marriage at

maturity) bagi perkawinan umur 20 - 21 Taht.m dan perkawinan yang tedambat ( late

marriage) bagi perkawinan umur 22 Tallun dan selebihnya.

l

i

Mel!_urut Jones (

1987:25)

bahwa perkawinan di Asia Tenggara ditandai oleh

iatar belakang kebiasaan seternpat. Di pedesaan, biasanya wanita akan segera

dikawinkan setelah mencapai umur akil batik (yang ditandai dengan datangnya

menstruasi). Rata-rata wanita dikawinkan dengan Iaki-laki yang umumya lima

(22)

sampai delapan tahun Jebih tua. Banyak juga kas us perkawinan yang skenario

perka winannya dipcngaruh i ole h dominasi peran orangtua sedang anak t idak berperan

s~dan~'bn menurut Grog.ger dan Bronars dalam

Sri

Handayani Hamun

(1997 :3) menyatakan pada masyarakat kulit

hi

tam maupWl masyarakat kulit putih

dibuktikan bahwa perkawinan

dan

kehamilan pada umur belia s ignifi~an berkaitan

dengan kondisi-kondisi yang serba merugik.an, seperti rendahnya tingkat pendidikan

wanita, rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita., dan pendapatan keluarga muda

yang rendah. e.~

Mcnurut T'russel dalarn Sri Handayani Hanum (1997:39) tingk.at pendidikan

wanita herkaitan dengan usia kawin penamanya. Semakin dini seorang wanita

melakukan perkawinan, semakin..rendah tin gkat pendidikannya.

Di Indonesia menurut Wirasuhardjo (1987: 12-16) ada petunjuk bahwa tinggi

rendahnya usia perkawinan berkaitan dengan pendidikan. Ada kecenderungan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan wanita semakin tinggi usia perkawinannya .

Terdapat petunjuk pula bahwa norma agama memilik.i relevan.si yang kuat dengan

usia perkawinan. Lebih lanjut Wirosuhardjo menyatakan bahwa rata-rata umur kawin

pertama wanita Islam lebih rendah d ibandingkan dengan rata-rata umur kawin

(23)

pedesaan terdapat pola umur kawin. Hampir seluruh pedesaan memiliki angka umur

kawin yang lebih muda.

Pujiastuti (1983:37-38) menyatakan bahwa disuatu dcsa di kabupaten

Karanganyar dipcroleh gambaran bahwa adat perkawinan anak-anak pada masyarakat

suku Jawa dilatar be1akangi oleh power orangtua yang begitu kuat. Tidak sedikit

seorang wanita menjelang umur- belasan tahun telah dijodohk.an dan .::dikawinkan''

(disebut "kawin" k.arena pasangan yang dikawink.an tidak mcsti segera bcrhubungan

seksual sebagai · suami istri. Bahkan, telah menjadi kebiasaan bahwa onmgtua akan

mengawinkan anak percmpuannya segera setelah sianak memperoleh haid pcrtama.

Mcnurut Abisudjak et.al. ( 1987 : 45) menunjukkan bahwa perkawinan usia muda yang masih banyak ditcmukan di berbagai wilayah terjadi karem: pengaruh karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Selanjl.ttnya Abisudjak (1987:45) menyatakan bahwa perkawinan usia muda itu terjadi bukar. hanya disebabkan oleh pengaruh sikap orangtua, melainkan juga oleh faktor yang dibawa para p_elakunya. Perkawjnan wanita pada usia belia dapat bcriangsung karcna adanya peran berbagai variabel penentu, seperti perjodohan oleh orangtua, rendahnya pendidikan wanita, rendahnya mobilitas wanita (tennasuk intensitas pergaulan dan pcngalaman kerja).

Menurut Sri Handayani Hanum (1997 : 47) perkawinan usta belia pada

umwnnya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor nilai budaya lama yang

menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang gadis

masih dipercayai oleh warga masyarakat, bukan dikalangan para orangrua saJa,

mclainkan jll@ dikalangan kaUI].JrlUda.

Sememara menurut Abang Eddy Adriansyah dkk. (2004:97) menyatakan

pemikahan. usia muda atau akrab diistilahkan dengan pemikahan dini adalah rea!ita

yang setidaknya dipicu o leh dua faktor, faktor pertama dilatari oleh kesadaran moral

(24)

yang tinggi terhadap agama untuk memelihara diri dari perbuatan hina. Sedangkan

faktor penyebab munculnya golongan kedua adalah justru karena keterpaksaan

pemicu terbesamya yaitu kejadian hamil di tuar nikah.

Sedangkan menurut M. Idwar Saleh dkk ( 1978: 156) adat kebiasaan orang

Kalimantan Selatan hila seseorang mempunyai anak laki-laki yang sudah akil baiiq

yaitu pada umur enam belas atau tujuh belas tahWl ; orangtua berkewajiban untuk

memilihkan jodoh baginya. Dalam hal ini tidak dipenukan pendapat atall persetujuan

anak (dewasa) tersebut. Orangtuanya merundingkan dengan keluarga terdekat siapa

gerangan yang cocok atau pantas menjad i istri anaknya (menantunya). i:

I

Menut ~ t Rachmad Syafaat (2003: 23) rnengemukakan perkawinan pada umur

muda sebenamya tidak baik bagi perempuan, karena selain beJum siap secara

psikologis. juga alat-alat reproduksinya bclum siap atau kuat untuk hamil dan

melahirkan. Selanjutnya Rachmad Syafaat rnengemukakan bahwa bila dikaitkan

dcngan besarnya persentase perempuan yang mcngalami cerai hidup, maka dapar

dikatakan perkawinan muda juga rentan terhadap perceraian, juga rentan terhadap

terjadinya penipuan yang dapat berujung pada trafficking (memperdagangkan

manusia) bilamana ekonomi keluarga tidak dapat menanggung keberlangsungan

hidupnya.

~

~

~

f

Sedangkan menurut Furstenberg dalam Sri Handayani Hanum (1997:4)

mengatakan bahwa bentuk-bentuk ketidakstabilan kehidupan berumah tangga. krisis

keJuarga terputusnya kelanjutan. sckolah, masalah_ pengasuhan anak dan problema

ekonomi merupakan bagian lain dari komplikasi yang oleh perkawinan dan

(25)

2. Pola Perkawinan

Menurut K o en~j a r a nin g r at ( 198 I :91) dalam tiap masyarakat orang memang

harus kawin di luar batas suaru lingkungan tertcntu. Is tiiah ilmiahnya lidalah c ~ <) ga m!

Se bcnamya isrilah itu m~mpunyai ani yang amat relatif. dan sclalu kita haru.'

menerangkan exogarni itu diluar batas apa. Kalau orang dilarang kawin dengan

saudara sekandungnya, maka kita menyebut hal itu exogami keluarga inti. Kala u

orang dilarang kawin dengan semua orang yang mernpunya i nama marga yang sama,

maka kita menyebut hal itu cxogami ma rga dan sebagainya. (

~N

c:-0 / .

Selanjutnya Ko e n. ~ jar aningrat mcngemukakan bahwa lawan exogami adalah

endogami. Itupun s uatu istilah yang relatif: dan selalu harus kita terangkan endogami

itu di dalam batas apa. Dcmikian kalau dalam suatu desa Of'dn g sclalu kawin dengan

orang dari de~a nya sendiri dan tak pemah mencari jodohnya di luar desanya, maka

-

-akan kita sebut bahwa di dalam desa itu orang melakukan endogami desa. Kalau

dalam masyarakat India ada adat bahwa orang harus kawin dalam batas kaStanya

sendiri, maka kita bicara tentang adanya dalam masyarakat lndia itu endogami kasta

dan sebagainya.

~ Menyingung tentang pola perkawinan Syarrifuddin R (1996:21) mengatakan

bahwa perkawinan yang terdapat pada orang-orang Banjar ada yang monogami dan

ada pula yang poligarni. Keluarga yang didasarkan pada perkawinan poligami terdiri

atas satu s uami beberapa orang istri (dua sampai empat) dan beberapa orang anak dari

masing-masing istri tersebut.

(26)

Hal ini dapat dimaklumi rnengingat hahwa mayoritas etnis Banjar menganut

agama Islam. Dalam konteks islam , agama

ini

mu!anya diturunkan pada

masyarakat

Arab Jahiliyah yang sangat kental dengan hudaya patriarkisnya. Konsekucnsi

pemahantan keagamaan yang berkembang sangat rnungkin tcrpengaruh o leh buday:..

dominan terscbut. Pemaharnan kcgamaan menyangkut hubungan laki-laki dan

perempuan dalam perkawinan, menjadi bias nilai-nilai patriarkis yang memberi

peluang besar bagi penganutnya melakukan poligami.

Selanjutuya menurut Emelin Lun dkk (1984:62) menyatakan bahwa menurut

kebiasaan yang berlaku perkawinan adat BaPJar dapat dilaksanakan langsung atau

kawin gantung yang di.maksud dengan kawin langsung ialah perkawinan itu

dilangsungkan atau dilaksanakan setelah pernbicaraan peminangan telah mencapai

kesepakatan kata dan kedua mempelai dapal ti.nggal bcrsama, yang disebut kawin

gantung ; apabjla perkawinan dilaksanakan sebagaimana biasanya. tetapi setclah

selesai upacara pernikahan I perkawinan si suami tidak diperkenkan berkumpul dengan istrinya, hal ini disebabkan s1 istri belum cukup wnur. ~~,..p.- ~~

....

Kernudian dalam mengkaji pola perkawinan suatu masyarakat sudah barang

tentu perlu dibahas adat menetap sesudah n ikah (residence patterns), Mengingat hal

ini

sangat berperan dalam mengkordinasikan dan mernberi interaks1 yang intensip

dari berbagai sub-system dari masyarakat yang baru terbangun akibat perkawinan

anggota masyarakat

itu

sendiri (Pengantin Baru). ~}

Menurut J .A

Barnes

dalam Koentjaraningrat (1981: I 02) menyatakan dalam

masyarakat manusia didunia ini ada paling sedikit tujuh kemungkinan adat menetap

(27)

I. Utrolokal, yang memberi kemerdekaan kapada tiap pengantin baru untuk mcnetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami atau disekitar pu.sat kediaman kaum kerabat istri.

2. Virilokal yang menetukan bahwa pengantin baru menetap sekitar pusat kediarnan kaum kemhat suami.

3. Uxorilokal yang menentukan [-lahv .. a ~ nganlin baru mc::netap sekitar pusat

kcdiaman kaum kerabat istn .

4. Bilokal yang menentukan bahwa pc:ngantin baru

hru:us

tingal berganti-ganti,

pada satu rnasa tertentu sekitar pusat kediaman kerabat suami pada lain masa tertentu sekitar pusat kediarnan kaum kerabat istri.

5. Noolokal, yang menentuls_an bahwa pen g~tin baru tinggal sendiri ditempat

kediaman yang baru, tidak mengelompok sekitar tempat kediaman kaum kerabat suami rnaupun istri.

6. A vunculokal , yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal menetap sekitar tempat kediaman saudara lak.i-laki ibu (avunculus) dari suami.

7. Natolokal, yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal terpisah, suami sekitar pusat kediaman kaurn kerabatnya sendiri , dan isrti disekitar pusat kediaman kaum kerabatnya sendiri pula.

I

...

G. Kerangka Berpikir

Bcrdasarkan uraian-uraian di atas, malca pada sub-bab ini'peneliti menjeJaskan

kerangka pemikiran yang merijadi acuan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.

Dcsa Paluh Manan adaJah salah satu desa yang masih tergolong tertinggal

dibandingkan dengan desa-desa lain dilingkungan kabupaen Deli Serdang khususnya

lingkungan Kecamatan Hamparan Perak, dihuni mayoritas penduduk dari etnis

Ban jar. Sebagaimana lazimnya .kehidupan di desa, masyarakat Paluh Manan sangat

taat dengan agama yaitu agama Islam serta menjunjung tinggi nilai-nilai adat budaya

tradisional. Kedekatan dan sikap kolektivitas antar warga sangat k~ntal yang

memungki:u_kan pelestarian nilai-nilai yang berkembang di tengah rnasyarakat etnis

Banjar dapat diwariskan dengan baik dari satu generasi ke gencrasi berikotnya.

f:

Topo demografi desa Paluh M.:lllan .didominasi areal persawahan yang pada

awalnya sangat menjanjikan, berubah menjadi areal yang terlantar akibat tidak

(28)

berfungsinya proyek irigasi yang dibangun pemerintah. memaksa masyarakat sela)u

berada di bawah garis kemiskinan. Disisi lain ekplorasi pertamina dan pembukaan

laban tcrlantar menjadi lahan yang produktif. sebagai Jahan pengeboran gas dan

minyak

bumi sena

lokasi

ta mha~ lh.Grl ~. m~ nj .:Hiik an lonjakan

bud::tya yang

cul..up

pesat dari sikap kolektivitas menjadi indjvidualistik. Degmdasi

mora!.

spritual dar:

terganggunya tatanan kehidupan masyarakat

melahirkan

sikap masyarakat yang

konsumerisme dan

materialis. Vntuk

lebih mempeijelas

kerangka pemikiran m1~

peneliti memvisualisasikan dalam bentuk hagan berikut:

Kebutuhan Tenaga

~

•· ,..,, ...

~- a /-~-- ~- ,- -P-'enga mb ilan

Kcputusan

oteh

Orang tua atau Yang

bersang-kutan

Lapangan kelja

Kemiskinan

Lapangan Pendidikan

Sosial Nilai,

Nom1a

Budaya -+

sosial

dan budaya

Tckanan

sosial

Sikap

~NfaA(!,e00 / "\...'"' ~ ... ..,.0 • /

H. Metode Penelitian ~ ~

(29)

difokuskan pada pola perk.awinan etni.s Banjar yang mendiami Desa Paluh Manan

kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interviuw) terhadap infonnan

terpilih (purposive infonnant) sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan penelitian.

lnfonnan · akan dipilih dari anggota masyarakat pelaku kawin anom dan tokoh

masyarakat, tokoh adat, tokoh. agama,

~jab

a t

dan kaurn intelektua.l.

~

Selanjutnya untuk mendapatkan data yang lebih dapat dipertanggung

jawabkan, maka penulis rnelakukan teknik wawancara terarah dengan mengajukan

ulang hasil yang didapat kepadanya juga dipandang sangat baik untuk meogkroscek

berbagai data yang diperoleh kepada pihak-pihak yang dianggap berwenang, untuk

mendapatkan data yang merniliki validitas yang baik.

Disamping aplikasi metode wawancara mendalam dan wawancara bertingkat,

juga dilakukan metode observasi partisipasi (partisipatory observation). Baik secara

langsung ataupun dengan melakukan berbagai pertemuan diskusi dengan beberapa

kelompok masyarakat secara terarah dan kunjungan kerumah (home visit). Dalam

diskU.si kelompok terarah ini, peneliti melakukan pengamatan secara intensif dengan

bertindak sebagai moderator, dan hasil diskusi ini menjadi dasar pijakan kedepan bagi

penulis untuk semua infonnan secara tidak sadar akan mengutarakan pendapatnya

secara objektif. transparan dan secara konprehensif(menyeluruh). '-liME~

1 Dalam melakukan pengwnpulan data penelitian ini, di upayakan melakukan

beberapa kali diskusi serta debat data, kegiatan ini. sckaligus sebagai batu loncatan

~~~~

(30)

untuk melakukan anali sa data awal, dengan menggwtakan metode VERSTEHEN

yaitu pengamatan

di

lapangan berdasarkan fcnomenalogis.

L Lokasi dan Waktu Penelitian

Penclitian ini d ilaksanakan di Desa PaJuh Manan Kecamatan Hamparan Perak

Kabupaten Deli Serdang, penetapan lokasi penelitian didasarkan atas beberapa

pertimbangan , ~ sebagai berikut :

--a) Penduduk desa Paluh Manan mayoritas berasal dari etnis Banjar dengan mata

pencaharian sebagdi petani sawah dan buruh tarnbak.

b) Lokasi penel itian tidak. jauh dari tempat tinggal penditi, sehingga peneliti lcbih

leluasa berinteraksi dengan responden dalarn melaksanakan penelitian

partisipatoris. ~)

f

$

~\{.~

c) Fenomena kawin anom sebagai tokus penelitian masih banyak kita jumpai di

}okasi

p~clitia ~ n

ini.

~

2. Teknik Pengumpulan

~

Dalam rangka mengumpulka.n data yang diperlukan pada penelitian ini,

peneliti men_ggunakan beberapa teknik antara lain : ;;.-/

a. Studi Pustaka

h,._<<·.,..-

-...

G~~

'SI,

/}~~~

~

E~~

'SI,

.

~ ~

""

..,

Studi pustaka diperlukan untuk mengumpulkan data·data tentang Kawin Anom

pada m~<>yaraka t etnis Banjar serta data-data kesejarahan. Kawin Anom pada

masyarakat etnis Banjar sudah menjadi hal yang lumrah, dan de.ngan melakukan

(31)

b. Survey

Survey digunakan untuk mengumpulkan data yang ~rsifat umum yaitu mengcnai

aspek kchidupan warga masyarakat etnis Banjar yang diteliti.

Data

ini digunakan

sebagai dasar untuk mencari infom1asi

lebih

mendalam mengcnai masalah

penelitian. Selanjutnya survey difokuskan ke wilayah penelitian secara spesifik

yaitu tentang Kawin Anom.

c. Pengarnatan atau observasi

Pengamatan atau observasi adalah cara melihat suatu kejadian dari luar sampai kc

dalam dan kemudian melukiskannya sccara tepat seperti apa yang dilihat

{Damandjaja, 1984). Pcngamatan tidak terbatas pada penglihatan (visual) saja.

tetapi juga pengalaman yang diperoleh dari. indera yang lain. Seperti pendengaran,

penciuman dan perabaan. Pcngamatan atau obscrvasi d.alam hal

ini

digunakan

sebagai upaya untu:k mengamati berbagai fenomena yang berhubungan dengan

kegiatan pelaksanaan Kawin Anom, mulai dati adat istiadat dan implikasinya.

d. Wawancara

~

-Wawancara dilakukan langsung kepada para tokoh-tokoh adat, pemuka agama

dan juga kepada orang·orang yang melakukan Kawin Anom maupun

keluarga-keluarga yang mempunyai kerabat pelaku Kawin Anom ..

(32)

3. Objek Penelitian

Objck penelitian ·ini secara umum adalah masyarakat entis Banjar yang

mendiami Ocsa Paluh Manan sesuai dt!ngan gamburan masahth scpc11i tdah

diuraikan terdahulu. akan tetapi o~jck pcnelitian secara khusus adalah masyarakat dan

keluargaakeluarga yang melakukan kawin anom atau keluarga yang memiliki kerabat

dekat me]akukan pola perkawinan yaitu kawin anom.- ~

Selain itu, penelitian

irri

juga akan mengungkap berbagai fa.ktor penyebab teljadinya

praktek · kawin anom serta implikasi yang ditimbulkannya, yang pada gilirannya

diharapkan mampu mcnjawab inti pokok masalah penelitian.

4. Fokus Penelitian

Sebagai fokus penelitian adalah kawin anom yaitu.saJah satu pola perkawinan

yang tengah berkembang paaa masyarak.at etnis- Banjar di desa- Paluh Manan

Kecamatan Hamparan Perak. Kabupaten Deli Serdang.

5. ·

Kepercayaan Data

dan T eknik Analisis

Data

5.1 Kepercayaan Data

Untuk menguji kepercayaan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Mencek data mclalui metode berbeda mengenai masalah yang sama misalnya

mencck data basil informan melalui wawancara dibandingkan dengan hasil

(33)

b. Re-cek yaitu mcngembaJikan hasil w:n:vanc.ara kepada infonnan untuk diperbaiki

jika terdapat kekeliruan.

c. Triangulasi yaitu membandingkan infc rmo."ii ~ ang sama dari infi.)nnan yang

berbeda

5.2 Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhana.an data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca d an diinterpretasikan. Proses analisis data dilakukan sejak

pertama kali pcngumpulan data di lapangan bcrlangsung. Data yang terkumpul dari

studi pustaka, survey, hasil wawancara. dan pengamatan secara bertahap

didcskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Dengan demikian data yang telah terkumpul

dapat dianalisis dengan baik dan da.pat dilihat relevansi data yang satu dengan data

yang lainnya-:-Kemudian untu.k menjawab masalah utama penelitian, penulis berusaha

untuk memeperdalam data dengan melakuk.an koreksi tcri:ladap berbagai kekurangan

data yang mungkin perlu penarnbahan dan pengurangan untuk melengkapi deskripsi

secara utuh. _ ~

Seluruh data yang telah terkumpul dianalisis secara kual itatif. Secara wnum

penyajian data yang terkumpul difokuskan untuk menjelaskan pola perkawinan,

"Kawin Anom" etnis Banjar di desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak.

Kabupaten Deli Serdang. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya serta

implikasi apa yang timbul akibat Kawin Annm. Penggunaan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini didasark.an kepada beberapa pertimbangan : T ek.nik analisis

(34)

kualitatif lcbih mudah apabila

berhadapcm

dengan kenyataan ganda. Kemudian teknik

ini menyajikan secara langsung h akekat hubungan antara peneliti dengan responden.

sehingga dinilai lebih pcka dan lebih d ap::~ t menycsuaikan diri d.:ngan hanyak

penajaman. Pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang ~.hh~u.bpi . i\1Ph. ' ' " ~·

2ooo: 189-193). ~

11

~

c\

Sebagai tahapan analisis data, terhadap data yang sudah terkumpul, peneliti

· melakukan kegiatan antara lain :

Pertama : mengelompokk.an data sesuai dengan jenis dan karakteristiknya yang

bcrsumber dari berbagai data pokok dan data penunjang, kedua : melakukan

pengkategorian terha.dap data, yakni penyusunan kategori, lincoln dan Guba, dalam

Moleong (2000 : 192) menguraikan kategori sebagai berikut : (I ) Pengelompokk.an

kartu ke dalam bagian isi yang secara jelas berkaitan dengan masalah ~nel i tian.

(2) penetapan inklusi setiap kategori yang dapat digunakan untuk menetapkara

keabsahan data, (3) mengharuskan setiap · kategori dilaksanakan taaat a7..as, artinya

tidak direkayasa dan tumpang tindih dalam penerapa1mya, ketiga : mclakuka.n

penafsiran data., yakni sesuai dengan tujuan, prose.dural penerapan dan pelaksana.an

penelitian sehingga mampu memb~rikan jawabru1 atas masalah penelitian.

y

~

-

---6. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapk.an dapat memberikan sumbangan

pcmikiran pada dunia akademik serta memperkaya literatur Antropolo gi dalam hal

kajian pola perkawinan etnik atau suku bangsa. Juga mem berikan sumbangan

pemikiran dalam menyusun kerangka umum tentang pcnanganan perkav;inan yang

ideal dalam rangka penataan penduduk yang ba: &·k. ~

(35)

BABV

PEMBAHASAN

A. Kawin Anom

Dari hasil pengumpulan data meialui wawancara dan pengamaran langsung

kepada para responden di lapangan ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan

te~jadinya

praktek Kawin Anom di Desa Paluh Manan yaitu :

(!

Tinggi-'l Sakttlah Kaina ·ak Ka·-aapur-Jua'k .. (untuk apa tinggi sdmlab kalau

~him ya.kc dapnr juga). Salah satu faktor yang membentuk ima ~..Para generasi

muda di daerah Paluh Manan, bahwa melakukan Kawin Anom suatu kebanggaan

(~<th~·

dan ~- Hal ini dapat kita simpulkan dari hasil wawancara dengan para

responden.

Y

lmforman pada penelitian ini yaitu pelaku Kawin Anom yang berdomisili di

Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Tingkat

pendidikan responden pada umumnya rendah, secara rinci tingkat pendidikan

responden ini terdiri dari 32, I persen ( 18 r~ spond en) tidak tamat Sekolah

Dasar

dan 41,1 pcrsen (23 responden) tamat Sekolah Dasar, selebihnya 26,8 persen (15

responden) berpendidikan SLTP baik tamat maupun tidak tamat. Sarafah seorang

(36)

tamatan Sekolah Dasar melakukan Kawin Anom pada usta 14 tahun dengan

seorang pcmuda Adi yang tidak jauh beda usianya yakni l6 tahun, menuturkan

bahwa JX•rkawinan mad .. a dimulai dcngan masa pacaran beberapa bulan

kemudian dilan.iutkan dcngan pinangan oleh orangtua. Ketika ditanya tentang

motivasi mereka melakukan Kawin Anom, mereka mengatakan terdorong oleh

adat kebiasaan etnis Banjar yang merasa malu menjadi gadis tua dan petj ak.a tua.

Lisnawawti belum lama

ini

dikawinkan dengan seorang laki-laki Warto yang

hampir l 0 tahun lebih tua, "sebenamya saya bel urn siap unruk k.awin" ujarnya

tetapi mau bagaimana lagj karena saya

tidak

bisa melanjutkan sekolah, mau tidak

mau lamaran saya terima, daripadajadi perawan tuajadi beban

keluarga

Lain lagi

dengan Rabiah 14 tahun seorang anak pekerja tambak, yang terpaksa dikawinkan

dengan pengusaha tarr.bak tempat orangtuanya bekerja, walau perkawinan

dilaksanakan di bawah tangan karena statusnya sebagai istri kedua. Hal ini tidak

menjadi masalah yang serius dan malah kebalikannya menjadi prestise, karena

status ekonomi keluarga akan berubah berkat bantuan dari menantu baru. Secara

tidak langsung gambaran kasus diatas, mengisyaratkan betapa kuatn_ya penindasan

yang dilakukan oleh kerluarga terhadap masa depan anak-anaknya.

\ Ben Agger (2003 : 221) mengemukakan bahwa penindasan atas perempuan

terutama terjadi karena patriarki. yang beroperasi baik pada level keluarga dan

pada level budaya, dimana citra seksis perempuan di o~jektitkan sehingga

menindas mereka. Dalam tatanan sosial yang dilandasi pada sistem hubunga\1 yang

(37)

menghadapi hambatan kultural dan sosial yang berarti dalam melakukan aktifitas

diluar rumah atau didalam kegiatan-kcgiatan Domestik~ na.mun dalarn kegiatan

kcgiatan ~rcmpuan dan persepsi masyrakat terhadap status dan posisi perempuan

selalu dilingkupi oJeh nilai-nilai yang patriarkhis, yang memihak pada pria.

Nilai-nilai patriak.h.is tersebut biasanya diinlernalisasikan dan dilanggengkan dalam

berbagai institusi sosial seperti lembaga politik, pendidikan, mauel!!l agama dan

kepercayaan sehingga sub ordinasi tersebut tidak dirasakan sebagai sistem yang

secara langsung sangat memojokkan perempuan.

Sherry Ortner dalam Moore Henrietta! (1998 :30) memprakarsai rangka kerja

yang kuat dan berpengaruh dalam mempeJajari permasalahan subordinasi wanita

mel alui Analisis Simbolisme Jender. Ortner memulait;tya dengan pernyataan

bahwa subordinasi wanita merupakan sesuatu yang unive rsa l~ dan karena keadaan

ini bukan sesuatu yang terbawa (Inherent) dalam perbedaan biofogis diantara

kedua j~,;nis kclamin tersebut, maka suatu penjelasan bahwa perbcdaan biologis

antara pria dan wanita hanya berarti dalam sistem nilai yang dibcri makna tertentu

secara kultural, ideoogi dan simbol kebudayaan. ::::.;:,..--r ~

1 Menyangkut tentang intemalisasi nilai-nilai Patriarkhis dalam kehidupan

masyarakat, sadar atau tidak sadar peranan institusi atau lembaga sosial,

ma <:yar~at, politik, pendidikan maupun agama sangat besar, kebijakan-kebijakan

publik yang dimaksud untuk meminimalisasi ketimpangan Gender, namun

se<>aliknya memperbesar kctimpangan-ketimangan yang menjurus memperkuat

suborc.iinasi fihak Perempuan.

~~~

(38)

Salah seorang anggota komnas pcrempuan Tati Krinawati (SIB minggu 26

Mei 2006) mengemukakan bahwa "Moll rekrutmen dan penempatan buruh migran

pekerja rumah tangga indonesia di Malaysia yang baru ditanda tangani di Bali 13

Mei 206 ternyata masih jauh dari upaya melindungi hak asasi migran pekerja

rumah tangga. Nota kesepahaman itu justru memuat dasar pandangan yang

melanggar -prinsip-prinsip hak asasi man usia Jllelegitimasi sistem_ perdagangan

buruh migran dan membiaran peluang terjadinya perbudakan modern berlangsung,

jika MoU itu diberlakukan akan teijadi perbudaka moder,n yang difasilitasi

dan

legitimasi pemerintah. CJN,Me.o_;:/ CJN1Me.o../

Selanjutnya faktor penapsjran agama yang keliru juga turut memberikan

kontribusi dalam melanggengkan ketimpangan. Gender yang bennuara terjadinya

subordinasi bagi pihak perempuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Irwan

Abdullah, ed.( l997 :75). lnterpretassi agama mempunyai andil- besar untuk

menempatkan ketimpangan Gender tersebut sebagai bagian dari "realitas objektif'

yang bisa diterima. Konsep kekuasaan dalam budaya patriarkhi adalah ekspresi

kelaki-lakian dari "Sang Penentu" oleh karenanya, setiap laki-laki.mereflesiknn

kekuasaannya kepada bagian masyarakat yang lain : Seorang ayah terhadap

anaknya, suami terhadap istri, kakak laki-laki terhadap adiknya yang perempkn.

Dalan_: kehidupan sehari·hari aplikasi kons_:p seperti dikutip diatas digunak.an

untuk menguatkan secara transdental superioritas laki-lak.i atas perempuan.

Laki-laki sebagai pencari nafkah dan sebagai kepala keJuarga dipahami secara

(39)

menempatkan laki-laki dengan 1e1uasa mendefinisikan posisi bagian masyarakat

lainnya terutama perempuan. Perempuan dipandang sebagai The Second Sex

{mak.hluk nomor dua). Perempuan direnda hkan ketika berada dilingkungan

keluarga dan dieksploitasi ketika mereka berada diternpat kelja. ""'~ \

Dari basil penelitian juga ditemukan bahwa rendahnya tingkat pendidikan

berdampak pada jenis lapangan kerja mereka. Terdapat paling s ~ d l kit 64 persen

yang bekeija sebagai petani dan 46 persen menjadi buruh tambak dan bangunan.

Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan keadaan ekonomi orangtua

yang tidak memadai. Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan

responden yang menjelaskan bahwa faktor kekurangan biaya yang memaksa

mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan. Kemudian ditambah sikap bebcrapa

o rangtua responden yang enggan menyekolahkan anak.nya ke j enjang yang lebih

tinggi juga menjadi salah satu penyebab terputusnya pendidikan

aii3k

di desa ini .

Remaja yang melakukan Kawin Anom pada umumnya berasal dari keluarga besar

yaitu keluarga yang memiliki anak lebih dari 3 orang. Jumlah saudara responden

berkisar- antara 4 ampai 7 orang. Kenyatannya- dibeberapa negat:a berkembang

termasuk Indonesia yang menganut sistem Partriarkhis, Perempuan seringkali di

nomorduakan dalam hal pendidikan. Jika dalam suatu keluarga, orangtua ternyata

tidak. l!!ampu membiayai sekolah semua anak- anaknya. mereka akan

mendahulukan anak. lak.i- lal i. Laki- laki biasanya dipersiapkan untuk mcnjadi

tiang keluarga nantinya, sedangka.Q. perempuan hanya dipersiapkan sebagai

(40)

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Jatar belakang pendidikan dan

aktivitas dari dalam mencari nafkah berhnbungan dcngan ada tidaknya niat

berumah tangga atau melakukan Kawin Anom. Dengan mcngajukan pertanyaan

tentang apakah responden sebelum kawin tclah sepakat dengan calon umuk hidup

membina rumah tangga (Kawin Anom) hasilnya seperti tabel berikut ini :

~

Tabel 2

Distribusi Jawaban Responden Atas Pertanyaan:

NEc~..P,.

"Apakah Sebelum Dilamar Telah Bersepakat Dengan Calon Untuk Hidup

Berumah Tangga Atau Kawin Anom" Menurut Pendidikan Dan Peke~j aan

~-

4flos

NEc~-P,..

Sepakat

I

~s

~

TidSk scpakat

f

Jumlah

-- · · - ~,

( !-, ,

/

~

Bcrumah

/

~

I

Berumah

!

\

~

.:...;_ -'---

'---

--+--Tan_g~~

-i --- -·-- t-o;.~l·a.~ggaN

___

+ -· of-c·-··· --r-~·i

··-··· 11

., % N I ,o l ' ! . 1 .... .

•:• Pendidikan / v

SD Tidak tamat

SD tamat

Lanjutan

•!• Pekerjaan sebelum

responden

Kawin

Bekerja

Tidak bekerja

17,2

5

37,0

34,5 10 29,7 14 32,1

48,3 14 33,3 . 3 41,1

) 15 66,7

M~

18

I

58,9

9

I

41 , 1 48,3

1

14

f

33.3

- +- ~ - 1- 0 ~ - ~-0-0 -+ -- --+

~

c [image:40.595.97.524.140.726.2]
(41)

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semaki n rendah lingkat

pendidikan responden, pcrsentase jurnlah yang berkehendak untuk melakukan Kawin

Anom scmakin rendah. Pelaku Kawin Anom yang hanya scmp-at menikmati tingkat

Pendidikan Dasar, sebenamya tidak menghendaki teijadinya Kawin Anom, Akan

tetapi, karena mengikuti keinginan orangtua agar segera hidup berumah tangga, maka

mereka dengan keadaan terpaksa melakukannya. Dengan kata lain tingkat pendidikan

yang rendah bukan menjadi pemicu te.Ijadinya Kawin Anom di kalangan masyarakat

etnis Banjar Paluh Manan.

I

2. Degradasi Sistem Perkawinan Endogami

Sebagaimana telah disinggWlg pada bab tiga bahwa pada dasarnya sistem

perkawinan masyarakat Banjar di desa Paluh Manan ditandai oleh bentuk perkawinan

endogami secara etnis, tempat tinggal dan agama. Pada prinsipnya gemeinscliait

etnisitas, locality dan religi menjad1 faktor penting dalam sebuah perjodohan bagi

masyarakat etnis Banjar dan ini selalu diupayakan untuk dilaksanakan. Namun saat

penelitian ini dilakanakan sudah terjadi degradasi yang cukup bcrarti, endogami etnis

·dan tempat tinggal tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini · dapat kita lihat dari

persentase perkawinan responden dengan etnis lain cukup besar yaitu 43,2 persen.

Namun menyangkut tentang gemeinschaft religi sebagai penganut agama

Islam yang taat hingga pcnelitian ini dila.ksanakan masih wajib hukumnya bagi

seseorang yang kawin dengan seorang lak.i-laki atau perempuan etnis Banjar Paluh

Manan untuk memeluk agama Islam. Perkawinan antar etnis dan antar desa dapat

(42)

ditoleransL ha1 ini terjadi akibat dari intcnsitas pergaulan dengan masyarakat desa

sekeli!inbTJIYa yang memang heterogen, akan tctapi masalah keyakinan tentang agama

tidak dapat ditawar-tawar dan menjadi harga mati bagi sebuah pcrkawinan (Kawin

A nom).

B. Peran dan Dominasi Orangtua

Ketika pcrkawinan dilaksanakan, scbagia; besar orangtua responden masih

hidup dan tingga\ bersama. Pada kebanyakan pelaku Kawin Anom (82,6 persen)

masih memiliki orangtua Jengkap (bapak dan ibu kandung). Di samping itu ketika

melakukan Kawin Anom kebanyakan responden masih ikut dengrur orangtua atau

belum mandiri . Peran orangtua dalam menentukan jodoh anaknya cukup besar,

sctidaknya terdapat kurang lebih 49 persen terjadinya Kawin Anom merupakan

pc ~j o d ohan yang diatur oJeh orangtua. Campur tangan orangtua daiam rnencarikan

-

-pasangan hidup bagi anaknya (terutama pada kawin pertama) hingga penelitian ini

di laksanak.an masih berlaku pada masyarakat etnis Banjar .Paluh Manan dan g~ja l a ini

sudah berlangsung scjak lama. 'll'(;.o ; / CJJU • • 0 /

Seorang pemuda m aupun seorang gadis tidak serta m erta bebas memilih

jodohnya, ada kalanya jodoh mcreka ditentukan oleh orangtuanya sang anak tidak

dapat menolak. Canti k atau tidak, bukanlah rnerupakan ukuran, yang pcnting

orangtua kedua belah pihak senang dan &.::tuju. Peket:iaan dapat dikatakan menjadi

titik berat. atau menjadi patokan dalam memilih jodoh bagi anaknya. Para o rangtua

(43)

umpamanya bertani. berdagang atau p:::ker:ja tambak. begitu juga bagi anak

pcrempua n ~ penilaian didasarkan atas kesanggupan bekerja mengurus rumah tangga.

Ka'lUS perjodohan yang sangat mencuik untuk dicermati ;tJalah pcriodohan

yang dial ami o

Gambar

~ Tabel 2
Distribusi Tabel 3 Jawaban Responden Atas Pcrtanyaan : ··Apak.ah Sebelum Dilamar Telah
Tabel bcrikut ini m~niadi

Referensi

Dokumen terkait

Olahraga Bersama dalam rangka Hari Perempuan Internasional ke-105 Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur, Jum’at

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kewenangan pemberian izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang berjud ul: “ Pra

B 872 KR Effects of Gromax ® Supplementation on Growth Performance, Carcass Traits, Blood Profiles and Secretion of IGF-1 in Broiler

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kadar hemoglobin sebelum menstruasi dan pasca menstruasi pada Mahasiswi STIKes ICMe Jombang semester VI Prodi D3 Analis

Anggota komunitas merek memberikan rekomendasi kepada calon pelanggan lai, sehingga konsumen dalam komunitas dapat menjadi juru bicara atau “papan iklan berjalan” yang efektif

Dalam penelitian ini terbukti bahwa ekstrak buah delima terstandar memiliki efek antifibrotik dengan menghambat peningkatan derajat nekroinflamasi, ekspresi IL-6, TGF- β1, MMP